Trauma Tumpul

8
TRAUMA TUMPUL A. Pendahuluan Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: 1. Mekanik a. Kekerasan oleh benda tajam b. Kekerasan oleh benda tumpul c. Tembakan senjata api 2. Fisik a. Suhu b. Listrik dan petir c. Perubahan tekanan udara d. Akustik e. Radiasi 3. Kimia (asam dan basa kuat) Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau

description

jjjj

Transcript of Trauma Tumpul

TRAUMA TUMPUL

A. Pendahuluan

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera

serta hubungannya dengan berbagai kekerasan. Berdasarkan sifat serta

penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:

1. Mekanik

a. Kekerasan oleh benda tajam

b. Kekerasan oleh benda tumpul

c. Tembakan senjata api

2. Fisik

a. Suhu

b. Listrik dan petir

c. Perubahan tekanan udara

d. Akustik

e. Radiasi

3. Kimia (asam dan basa kuat)

Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sering berbeda

dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau

perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian

medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan seseorang.

B. Definisi Trauma Tumpul

Trauma tumpul adalah luka yang ditimbulkan akibat kekerasan benda

tumpul yang permukaannya tidak mampu untuk mengiris.

C. Luka Akibat Trauma Tumpul

Adapun variasi luka yang terbentuk akibat kekerasan benda tumpul

adalah sebagai berikut:

a. Memar

Suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler

dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar

kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya

jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal

haemorrhage).

b. Luka lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan

dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing misalnya pada

kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda

tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Luka lecet gores (scratch)

Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores

kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di

depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga

dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.

2. Luka lecet serut (graze)

Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan

permukan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan

melihat letak tumpukan epitel.

3. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)

Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Kulit adalah

jaringan lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama

dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih

memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk

yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan

sebagainya.

4. Luka lecet geser (friction abrasion)

luka lecet yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai

gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau gerak. Luka

lecet geser yang terjadi semasa hidup, mungkin sulit dibedakan dari

luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati.

c. Luka robek

Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang

menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit

terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri

bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,

tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak

beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.

d. Patah tulang

Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang.

Bila terdapat lebih dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan,

maka garis patah yang terjadi belakangan akan berhenti pada garis patah

yang telah terjadi sebelumnya.

Patah tulang jenis impresi terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada

tulang dengan luas persinggungan yang kecil dan dapat memberikan

gambaran bentuk benda penyebabnya.

Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang terlindung oleh kulit hanya

mampu menahan benturan sampai 40 pound/inch2, tetapi bila terlindung oleh

kulit maka dapat menahan sampai 425.900 pound/inch2. Selain kelainan pada

kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala dapat pula

mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan

epidural, subdural dan subarakhnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan

otak.

D. Trauma pada kecelakaan lalu lintas (KLL)

Pada kejadian kecelakaan lalu lintas, dapat tersangkut beberapa

pihak, misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang, dan

sebagainya.

Luka pada pejalan kaki dapat timbul sebagai akibat benturan pertama,

benturan kedua, dan luka sekunder (akibat benturan dengan obyek lain,

misalnya jalan, kaki lima). Luka-luka pada pengendara sepeda hamper sama

dengan pejalan kaki, tetapi luka-luka sekundernya biasanya lebih parah.

Letak benturan pada tubuh biasanya rendah.

Bila hanya ditemukan luka-luka sekunder, maka harus dipikirkan

kemungkinan adanya penyakit yang mengakibatkan kehilangan kontrol

(inkapasitas), terutama pada golongan usia tua.

Terhadap para penumpang kendaraan roda tiga atau lebih, yang

penting adalah menentukan posisi koraban dalam kendaraan pada saat

terjadinya kecelakaan dan kalau mungkin menentukan siapa pengemudinya.

Pengemudi biasanya mengalami luka pada pergelangan tangan

karena menahan kemudi, sedangkan pada femur dan pelvis mungkin patah

akibat menginjak pedal dengan kuat. Bergesernya tempat duduk ke depan

dan kemudi ke belakang dapat menyebabkan patahnya tulang sternum dan

iga-iga. Penumpang akan mendapat luka-luka kepala akibat terbentunya

kepala pada jendela dan luk-lika pada tungkai seperti pada pengemudi.

Pengendara sepeda motor bila ditabrak kendaraan lain, maka dijumpai

luka benturan pertama, benturan kedua, dan luka-luka sekunder yang lebih

parah dibandingkan dengan pengendara sepeda.