Traumatologi Tinjauan Pustaka

43
Tinjauan Pustaka TRAUMATOLOGI 1. Definisi Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Sedangkan trauma berarti kekuatan fisik yang berasal dari luar tubuh yang menyebabkan luka dipermukaan dan atau bagian dalam tubuh. Pada keadaan trauma ada tiga hal yang ciri khas atau hasil dari trauma yaitu : adanya luka, perdarahan dan atau skar, dan hambatan dalam fungsi organ. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik , atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau operasi. Dengan kata lain yang mudah dipahami luka adalah terjadinya diskontiunitas jaringan Luka di klasifikasikan dapat dibagi berdasarkan.Pertama jenis penetrasi yang terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka robek, luka tembak dan luka gigitan. Kedua tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka bersih,luka bersih yang terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor. Ketiga waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum waktu 8 jam) dan luka kronis. Selain

description

definisi traumatologi adalah...

Transcript of Traumatologi Tinjauan Pustaka

Page 1: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka

TRAUMATOLOGI

1. Definisi

Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang

trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan

(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas

jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Sedangkan trauma berarti

kekuatan fisik yang berasal dari luar tubuh yang menyebabkan luka dipermukaan

dan atau bagian dalam tubuh. Pada keadaan trauma ada tiga hal yang ciri khas atau

hasil dari trauma yaitu : adanya luka, perdarahan dan atau skar, dan hambatan

dalam fungsi organ.

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini

dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,

ledakan, sengatan listrik , atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan

jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan

atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau operasi. Dengan kata

lain yang mudah dipahami luka adalah terjadinya diskontiunitas jaringan

Luka di klasifikasikan dapat dibagi berdasarkan.Pertama jenis penetrasi yang

terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka robek, luka tembak

dan luka gigitan. Kedua tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka

bersih,luka bersih yang terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor. Ketiga

waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum waktu 8 jam) dan luka kronis. Selain

klasifikasi diatas luka dapat diklasifikasikan berdasarkan berat – ringannya akibat

yang dihasilkan oleh trauma antara lain :

Ringan yaitu tidak mengganggu pekerjaan atau mata pencaharian.

Sedang yaitu mengganggu pekerjaan atau mata pencaharian untuk

sementara waktu.

Berat yaitu sesuai KUHP pasal 90 yang meliputi beberapa poin antara

lain : Tidak ada harapan sembuh lagi atau menimbulkan bahaya maut,

tidak cakap untuk seterusnya menjalankan pekerjaan atau jabatannya,

hilangnya salah satu pancaindera, rompong atau buruk luka, lumpuh,

hilang akal atau kesadaran lebih dari empat minggu, dan gugurnya buah

kehamilan.

Fatal yaitu berakibat kematian.

Page 2: Traumatologi Tinjauan Pustaka

2. Klasifikasi trauma

Klasifikasi trauma berdasarkan sifat dan penyebab terbagi sebagai berikut :

Trauma Mekanik

o Kekerasan oleh benda tumpul atau trauma tumpul

o Kekerasan oleh benda tajam atau trauma tajam

o tembakan senjata atau trauma tembak

Trauma Fisik

o Suhu atau thermis.

o Listrik dan petir.

o Akustik.

o Radiasi.

o Tekanan udara.

Trauma Kimia

o Asam kuat

o Basa kuat

Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka,

Luka akibat kekerasan mekanis, Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul, Luka

akibat kekerasan oleh benda tajam, Luka akibat kekerasan oleh tembakansenjata

apiLuka akibat kekerasan fisis, Luka akibat kekerasanoleh suhu tinggi atau rendah,

Luka akibat kekerasanauditorik, Luka akibat kekerasanoleh arus listrik dan petir,

Luka akibat kekerasanradiasi, Luka akibat kekerasan kimiawi, Luka akibat

kekerasanoleh asam kuat, Luka akibat kekerasanoleh basa kuat, Intoksika.

3. Patofisologi trauma

Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang,

pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi,kontusi, dan gangguan pada

semua sistem organ, sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila

kompensasi tubuh tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan

mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme kompensasi tersebut adalah :

Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan

vena, bronkhodilatasi,takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.

Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume

dikalikan heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat

Page 3: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif.

Aksi pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel

kanan untuk menjaga cardiacoutput.

Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan

untuk menjaga cairan vascular. Penurunan angka filtrasi glomerulus

menyebabkan respon ini.

Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik)

dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-

40 mmHg.

Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin,

kulit pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.

Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak

yang menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala

4. Cara Diskripsi luka

Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis padatubuh. Garis

yang melalui tulang dada dan tulang belakangdipakai sebagai ordinat.)

Ukuran menentukan panjang luka

Arah luka

Sifat luka

Jumlah luka

Ada atau tidaknya benda asing pada luka,

Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati,

Menyebabkan kematian atau tidak,

Cara terjadinya luka (bunuh diri, kecelakaan danpembunuhan)

5. Trauma mekanik

a. Trauma tumpul

Trauma tumpul diakibatkan oleh benda tumpul, benda tumpul adalah

benda yang permukaannya tidak mampu untuk mengiris. Pada trauma tumpul

terdapat dua variasi utama yaitu, benda tumpul yang bergerak pada korban

yang diam atau korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam. Sekilas

nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat

perbedaan hasil pada kedua mekanisme tersebut. Organ atau jaringan pada

tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek

atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Antara lain :

Page 4: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Abrasi

Menurut definisi abrasi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi

superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan

bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah

kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah

dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat

ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan.

Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang

kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan

ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang

mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata

telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik.

Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini

(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai

beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari

abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.

Gambar 1 : Luka abrasi pada telapak tangan (kiri) dan lengan bawah (kanan)

Laserasi

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat

menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu,

ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan

sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh

benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga

Page 5: Traumatologi Tinjauan Pustaka

merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan

kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya

terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda

tersebut yang mengalami indentasi.

Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan

jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.

Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan

laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat

menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi

laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang

terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan. Dibawah ini terlihat

jelas salah satu contoh gambar laserasi

Gambar 2. Vulnus Laseratum pada regio pedis sinistra

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda

penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan

jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga

pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau

laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung

laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut

dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi

yang mirip.

Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi

tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan

awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan

penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang

bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar

Page 6: Traumatologi Tinjauan Pustaka

atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang

secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke

bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak

mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan

tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera,

beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah

mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak

adanya perdarahan.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi

kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila

perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai

jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat

sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit

atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari

permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam

jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya

penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka

akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah

laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.

Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak

dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi

juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu

pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.

Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang

komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang

dapat menyebabkan perdarahan hebat.

Kontusio

Terdapat dua jenis kontusio yang pertama adalah kontusio superficial dan

yang kedua kontsio pada organ dalam dan jaringan dalam.

Kontusio superficial

Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan

yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan

Page 7: Traumatologi Tinjauan Pustaka

pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit

berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan

yang ditimbulkannya.

Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya

luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang

terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna

yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Gambar 3 : kontusio superficial atau luka memar

Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan

pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin

lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat

luka memar menjadi gelap.

Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk

menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit

menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian

pemeriksa.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya

penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan

masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan

kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang

akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat

menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat

menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan

kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi

oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman

tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.

Page 8: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan

subkutan. Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak,

cairan lemak kemudian memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak

beserta aliran darah dapat menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli

pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit yang gelap

sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan

darah pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.

Kontusio pada organ dalam dan jaringan dalam

Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ

memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak

jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan

kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat

menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam

yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan

ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio

dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi

organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang

mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan

sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran

impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung.

Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat

pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.

Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang

menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.

Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah

hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi

menjadi fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.

Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi

beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya

masih lunak, sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang

tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa

Page 9: Traumatologi Tinjauan Pustaka

menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah

mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang

ringan.

Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk

mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan

sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik

lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.

Gambar 4 : pemeriksaan tambahan (x-ray) sebagai alat diagnostik untuk

mengetahui adanya fraktur

Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari

fraktur dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang

tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang

mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu

penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros

dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,

sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis

dapat dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis

dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan.

Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi.

Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang

aslinya.

Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila

perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan

disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat

menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan

pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi

Page 10: Traumatologi Tinjauan Pustaka

robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan

dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada

pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.

Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain.

Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah

terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli

lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah

terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum

tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.

Gambar 5 : Fraktur pada regio pedis sinistra

Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur

depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang

dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang

secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak

tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga

kematian.

Kompresi

Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi

kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.

Pola Luka

Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat

dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :

1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat

terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan

Page 11: Traumatologi Tinjauan Pustaka

menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi,

kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.

2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan

fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya

fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di

pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang

ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya.

Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem

mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak

kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor

untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi.

3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya

pola luka pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada

satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh

sebagai penyebab, bukan karena dipukul.

4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang

kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari

luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di

depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila

korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala

b. Trauma tajam

Trauma tajam adalah trauma yang dikarenakan kekerasan dengan benda

tajam. Benda tajam sendiri mempunyai pengertian benda yang bermata tajam

dan atau benda yang berujung tajam. Contohnya seperti pisau, pemecah es,

kapak, pemotong, bayonet dan lain lain. Ciri – ciri umum tepi luka rata, ujung

luka tajam, dalam luka tidak ada jembatan jaringan, akar rambut terpotong,

sekitar luka bersih tidak ada luka babras atau memar, dan pada umumnya

timbul perdarahan lebih banyak dibandingkan dengan luka robek akibat

kekerasan benda tumpul. Berikut akan dibahas tipe luka dari trauma tajam.

Luka insisi ( Luka Iris )

Luka insisi atau luka iris disebabkan gerakan menyayat dengan benda

tajam seperti pisau atau silet. Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka

biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan kedalaman luka dipengaruhi

oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan

Page 12: Traumatologi Tinjauan Pustaka

yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi

adalah tepinya yang rata.

Luka tusuk

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau

korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata

satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau

hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.

Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk

senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai

efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan

elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan

terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek.

Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang

terjadi sempit dan panjang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah

satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal

tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau

manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi.

Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian

ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan

tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari

satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun

pada organ.

b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah

satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan

luka pada permukaan kulit seperti ekor.

c. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain,

sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga

lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.

d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik

terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik

Page 13: Traumatologi Tinjauan Pustaka

terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih

besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka

berbentuk ireguler dan besar.

Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan

kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya

pukulan

Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari

senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk

berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan

mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek

dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk

memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat

berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah

adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan.

Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan

jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan

mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik

senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang

tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap

pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada

tulang dengan pasangannya.

Luka Bacok

Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok

dengan menggunakan instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti

kapak, kapak kecil, atau parang. Terkadang bayonet dan pisau besar juga

digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis

tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin

tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang

dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat

dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka

tersebut pada sisi diseberang tempat penipisan, yang disebabkan oleh

hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada

kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan

Page 14: Traumatologi Tinjauan Pustaka

tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan cekungan pada salah

satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis.

Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga

tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat

dikalahkan dengan menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah

dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan

tulang yang hebat tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu

dicatat kemungkinan diakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan

dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan

tekanan, dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-

kaki luka bacok.

Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah

perdarahan. Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat

dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen

teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka

kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup

setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya.

Pemecah es, awls, dan hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis

tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada pembahasan luka tembak,

bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh karena luka tusuk

menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan yang sama

yang disebabkan luka tembak.

Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan,

menyebabkan luka tusuk, lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang

setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh, pernah juga dipakai untuk

menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol pecah, dan

objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek

atau menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan

sebagai senjata yang mematikan.

Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi

oleh instrumen tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau

bermata dua atau sejata sejenis digunakan, tepi pemotongan yang tajam

menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-kaki bersudut akut.

Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut

tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan

dapat memeberi perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan

tersebut menjadi sangat penting nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh

Page 15: Traumatologi Tinjauan Pustaka

dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara lebih akurat untuk kepentingan

medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk menilai apakah senjata

benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya. Beberapa

individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka

sedikit bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus

pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai oleh

korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian, dapat

menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.

Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan

baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. ”tanda percobaan”

adalah insisi dangkal, luka tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka

yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut

seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah

pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal

didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan,

luka bacok superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan

menyebabkan kehilangan kesadaran dan/atau kematian.

Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka

perlawanan”. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan

bawah (jarang ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha

melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam

bilah dari instrumen tajam.

Jelas bahwa ”tanda percobaan” merupakan ciri khas bunuh diri dan

”tanda perlawanan” menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh

saja berpikir bahwa luka lecet dapat ditemukan, umumnya pada leher atau

sekitar leher, disebabkan oleh penyerang pada kasus pembunuhan. Luka

lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda

perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda

perlawanan dan percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah

pemeriksaan yang lengkap dan seksama.

c. Trauma tembak

Pada saat tembakan terjadi, dilepaskan tiga substansi berbeda dari

laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas.

Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan

tekanan pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut

akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil

Page 16: Traumatologi Tinjauan Pustaka

untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu akan

terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya

diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing

memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa

materi yang terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan

jarak yang ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga,

sangat jelas dan dapat melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan

satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan massa yang lebih

besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya,

kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m).

Makin berat anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh menuju

target yang ditentukan atau tidak ditentukan.

Jarak Tembakan

Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat

digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari

tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai

berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan

atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami

luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai

dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka

tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1.

Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan

oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis.

Luka tembak tempel

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu

saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang

mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya

menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan

tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan yang

gelap.

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi

antara gas dan anak peluru:

(1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu

(2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru

(3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.

Page 17: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang

terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas

dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga

meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang

diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap

anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung

antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak

gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak

gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah

keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat

dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas

menuju jaringan yang lebih dalam.

Luka tembak jarak dekat

Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa

inch adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru.

Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan,

luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk

menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu

bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang

saluran luka. ”kelim tato” yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak

tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh

jelaga.

Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan

membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat

terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun

jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah

dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan

pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan

senjata apapun.

Page 18: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Gambar 6 : Luka tembak dekat

Luka tembak jarak sedang

Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk

mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona

tato terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan

tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan

menghasilkan perdarahan kecil.

Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang

digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka

ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan

bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur,

menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan

lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada

gumpalan lebih halus.

Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak

tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas

yang umum dipakai adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan

longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan

menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan

yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat

di ukur jarak tembak.

Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang

terbungkus dapat dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan

ditemukan lagi bila jarak tembak melebihi 4-5 kaki

Luka tembak jarak jauh

Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak

jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki.

Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat

beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk

sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak

peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-

camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini

berguna untuk menentukan arah anak peluru.

Page 19: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Gambar 7 : Luka tembak jarak jauh

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar

terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan

kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak.

Terdapat 4 pengecualian, yaitu :

1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan

sendiri oleh korban dari jarak jauh

2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel

yang mirip luka tembak jarak jauh

3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi

jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit

4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila

tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius

terhadap penyelidikan.

Luka tembak keluar

Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan

luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka

tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti

celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka

tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya

adalah sebagai berikut:

1) Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari

tempatnya masuk

Page 20: Traumatologi Tinjauan Pustaka

2) Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh

sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.

3) Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1

kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki

jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.

4) Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat

membuat fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama

anak peluru.

5) Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur

anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit

berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.

Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru

mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit

memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati

mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah

forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar.

Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada

luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat

pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil

(kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.

Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada

pemakaian pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang

sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau

celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena

bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien

tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras.

Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak

tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru

jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti

skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru

masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit

adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.

Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat

menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit

untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina,

dan rektum.

Page 21: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Perubahan luka pada trauma tembak

Ada beberapa kondisi yang bisa merubah gambaran luka tembak

dengan cepat. Perubahan itu dapat disebabkan antara lain oleh:

1. luka terbuka yang sudah mengering

2. proses pembusukan tubuh

3. penyembuhan dari luka itu sendiri

4. intervensi tenaga medis

5. intervensi bedah

6. intervensi oleh personel atau orang yang tidak profesional

7. pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati

Residu senjata api

Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian

ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama

dengan residu. Tiap inevestigator akan cenderung tertarik melihat residu

senjata api dengan sudut pandang yang berbeda. Para petugas hukum akan

mengartikan residu dengan menghubungkan yang tersisa di tangan

penyerang dengan senjata api penyerang. Sedangkan ahli senjata lebih

tertarik dengan residu yang dihubungkan dengan senjata api yang digunakan.

Ahli patologi forensik menguraikan antara residu yang terdapat pada tubuh

korban dan luka tembak yang ditemukan.

Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks,

meliputi identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan

interpretasi yang baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.

Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu)

yang terjadi akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu

yang terdapat setelah proses penembakan menurut investigasi medikolegal.

Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk

kepentingan forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru

seringkali digunakan oleh pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis

senjata api yang digunakan.

Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan

digambarkan sebagai sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai

tambahan, bubuk mesiu peluru dan fragmennya bisa terlihat pada bagian atas

kulit atau bagian bawah kulit dan bisa juga tidak teridentifikasi. Studi mengenai

Page 22: Traumatologi Tinjauan Pustaka

residu ini adalah baru awal, tidak pernah ada pertanyaan yang menganalisa

detail mengenai keberadaan residu pada luka tembak dalam atau luka tembak

luar pada bagian tubuh korban yang telah mengalami pembusukan.

Residu Senjata Api pada Tangan Tersangka

Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan

tersangka pada kasus pembunuhan dengan luka tembak senjata api.

Sedangkan ahli patologi forensik mengecek tangan korban bunuh diri untuk

mendapatkan bukti tambahan bahwa memang kematian disebabkan oleh

korban sendiri. Ahli patologi forensik juga mendemonstrasikan hubungan

residu yang tertinggal dengan korban melalui bahasa tubuh (gesture) korban

yang bertahan atau terdapat perlawanan korban terhadap kontrol senjata

api.

Residu Senjata Api

Residu Asal Terlihat dengan mata

telanjang

Partikel bubuk Bubuk Ya

Jelaga Bubuk Ya

Grafit Bubuk Ya, sebagai jelaga

Karbonmonoksida Bubuk Ya sebagai

karboksihemoglobin

Karboksimioglobin Bubuk Ya sebagai karboksi

Fragmen / Kepingan Peluru Ya

Minyak pelumas Peluru Ya

Timah, antimoni, perak Peluru Tidak

Timah, barium, antimoni

primer

Peluru Tidak

Tembaga, besi Selongsong peluru Tidak

Residu pada tangan mungkin bisa terlihat, pada kasus ini keberadaan

residu harus dideskripsikan dan diobservasi, dan mungkin harus difoto dan

didokumentasikan. Pada kebanyakan kasus, residu tidak dapat terlihat dengan

mata telanjang. Ada teknik-teknik tertentu untuk melihat adanya residu. Teknik

pertama yang diperkenalkan sekitar tahun 1930an adalah teknik parafin.

Page 23: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Teknik ini mendemonstrasikan nitrat dengan menggunakan parafin untuk

mengumpulkan partikel. Nitrat mampu mengoksidasi substansi dari bubuk

mesiu dengan jumlah yang besar. Adanya partikel tersebut akan menyebabkan

efek warna setelah diberikan parafin. Tetapi teknik nitrat dengan menggunakan

parafin ini hanya bagus pada teori. Teknik ini tidak sensitif dan susah untuk

dilakukan (tidak praktis).

Dengan alasan yang tidak jelas, beberapa petugas hukum masih

melakukan tes parafin ini, dan laboratorium kriminal di AS juga masih

menggunakan prosedur ini.

Pada tahun 1960an, dikembangkan teknik aktivasi neutron yang lebih

digunakan dan akurat. Bahan yang diambil dari tangan dengan menggunakan

parafin atau larutan asam. Kemudian dilihat dengan sinar radiasi emisi neutron.

Radioaktif sekunder akan memisahkan partikel-partikel residu dengan teliti dan

akurat. Teknik ini sangat sensitif dengan membutuhkan sedikit residu.

Meskipun demikian hanya beberapa laboratorium di AS dapat mengerjakannya

karena biaya yang mahal.

Absorbsi percikan nyala api dari senjata api yang berupa partikel atom

merupakan salah satu cara untuk mendeteksi residu primer. Teknik ini

dilakukan menggunakan temperatur yang sangat tinggi untuk menguapkan

partikel metalik dari primer residu kemudian dinilai dengan spektrofotometri.

Teknik ini sangat cepat, sensitif, dan ekonomis. Teknik yang lain adalah

skanning dengan mikroskop elektron sebagai alat sentral analisis residu primer

yang dikembangkan oleh aerospace corporation.

Semua prosedur yang telah diterangkan diatas akan berguna apabila

pada tangan korban atau suspek dijaga dan dilindungi dengan cepat supaya

residu tidak hilang atau terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kertas, bukan plastik untuk menutupi bagian tangan sebelum

mendapat manipulasi atau perubahan posisi. Pada suspek hidup, tidak

dibenarkan bagi mereka untuk mencuci tangan, memasukkan tangan ke dalam

saku, atau menyentuh apapun.

Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk

luka. Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa

jelaga, minyak pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang

berupa jelaga yang berasal dari celah silinder dari pistol. Residu yang tidak

terlihat bisa berupa material primer dan partikel metal yang telah menguap

yang berasal dari peluru, jaket, atau selongsong peluru.

Page 24: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan

masuknya luka (pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh

residu dari senjata api apabila tembakan yang dilakukan pada jarak dekat.

Pada luka akibat tembakan, residu tidak terlihat secara eksternal, kecuali tepi

luka yang rusak itu berwarna kehitaman, hal itu terjadi karena deposit residu

peluru pada jaringan. Deteksi yang terbaik adalah dengan mengambil bagian

sekeliling kulit yang rusak akibat tembakan, dan termasuk lapisan subkutan

dan mungkin jaringan yang lebih dalam lagi untuk menemukan bubuk mesiu.

Hal ini sangat baik dilakukan dengan mikroskop dan dilakukan pada ruang

otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk membedakan luka tembak dalam dan

luka tembak luar pada tubuh yang sudah membusuk atau berubah karena

dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak dekat atau jarak jauh, dan luka

oleh kaliber 22.

Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan

histologis. Teknik ini digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian

setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman

penulis, sejauh ini teknik ini lebih bermanfaat dibandingkan pemeriksaan

dengan mikroskop saja pada jaringan yang masih baru (fresh).

Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka

tembak, pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari

alat-alat X-ray akan sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen

primer dan jumlah yang sangat kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru,

jaket maupun selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif.

Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini

diproduksi akibat proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak

dengan kulit, karbonmonoksida akan dideposit dibawah lapisan kulit dan

terdifusi pada jaringan. Gas karbonmonoksida akan bergabung dengan

hemoglobin darah dan mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin dan

karboksimioglobin.

Deskripsi Luka Senjata Api

Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api

bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban

masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai

tenggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat

darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement

dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat

Page 25: Traumatologi Tinjauan Pustaka

pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti.,

setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena

singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali

dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka

secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:

lokasi luka

ukuran dan bentuk defek

lingkaran abrasi

lipatan kulit yang utuh dan robek

bubuk hitam sisa tembakan, jika ada

tattoo, jika ada

bagian yang ditembus/dilewati

titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda

asing dan susunannya

penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan,

pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan

luka

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat

darurat. Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami

perubahan akibat penanganan gawat darurat atau pihak lain. Sebagai

tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang

mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang

bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin

sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka

sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui

siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk

mengetahui gambaran luka sebenarnya.

Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :

Lokasi

o jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri

garis pertengahan tubuh

o lokasi secara umum terhadap bagian tubuh

Deskripsi luka luar

o ukuran dan bentuk

o lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya

Page 26: Traumatologi Tinjauan Pustaka

o luka bakar

o lipatan kulit, utuh atau tidak

o tekanan ujung senjata

Residu tembakan yang terlihat

o grains powder

o deposit bubuk hitam, termasuk korona

o tattoo

o metal stippling

Perubahan

o oleh tenaga medis

o oleh bagian pemakaman

Track

o penetrasi organ

o arah

depan ke belakang (belakang ke depan)

kanan ke kiri(kiri ke kanan)

atas ke bawah

o kerusakan sekunder

perdarahan

daerah sekitar luka

o kerusakan organ individu

Penyembuhan luka tembakan

o titik penyembuhan

o tipe misil

o tanda identifikasi

o susunan

Luka keluar

o Lokasi

o karakteristik

Penyembuhan fragmen luka tembak

Pengambilan jaringan untuk menguji residu

Deskripsi medikolegal harus lebih detail dan harus mencakup juga

perubahan yang terjadi oleh orang lain maupun karena reaksi penyembuhan.

Page 27: Traumatologi Tinjauan Pustaka

6. Trauma fisik

Trauma thermis

Pada trauma thermis dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu luka bakar

yang dikarenakan thermis, kimia dan listrik. Trauma thermis biasa disebut luka

bakar, luka atau trauma ini dikarenakan berkenaan dengan sumber panas.

Secara garis besar trauma thermis terbagi menjadi dua bagian besar yaitu luka

bakar kering (dry heat) dan luka bakar cairan (moist heat). Dry heat biasa juga

desebut burn heat atau luka bakar. Dry heat mempunyai pengertian luka bakar

yang diakibatkan oleh persentuhan tubuh dengan api atau benda panas (bukan

cairan). Sedangkan moist heat kebalikan dari dry heat

Terdapat dua reaksi dari tubuh korban yang mengalami trauma thermis,

yaitu reaksi lokal dan reaksi sistemik. Pada reaksi lokal terdapat empat ciri – ciri

sebagai berikut :

o Eritem dengan cir i -c ir i : epidermis intak, kemerahan, sembuh

tanpa meninggalkan sikatriks.o Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.

o Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh

denganmeninggalkan sikatriks (litteken).

o Karbonisasi (sudah menjadi arang).Derajat luka bakar :Luka akibat suhu

tinggi (luka bakar)

Gambar 8 : luka bakar dengan karakteristik terdapat bulae

Derajat Luka Bakar.

Pada trauma thermis terdapat pembagian atau klasifikasi untuk

membedakan derajat trauma thermis tersebut. Dari klasifikasi ini ada beberapa

Page 28: Traumatologi Tinjauan Pustaka

tujuan yaitu untuk penatalaksanaan dan memnentukan prognosis. Klasifikasi

tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tingkat Luka Bakar Klinis Tusukan Jarum

I Hyperemia Hyperaesthesia

II A Basah, Bulla (+) Hyperaesthesia

II B Basah, Bulla, keputihan Hypoaesthesia

III Kering, putih, hitam Aesthesia

Gambar 9 : luka bakar derajat II

Pemeriksaan jenazah

Pada pemeriksaan diperlukan beberapa hal yaitu yang pertama

pemeriksaan TKP. Yang kedua memnentukan korban apakah masih hidup

ataukah mati jika korban masih hidup maka harus segera melakukan pertolongan

jika korban meninggal maka kita melanjutkan pemeriksaan yang lain. Yang ketiga

adalah menentukan perkiraan saat kematian dengan pemeriksaan lebam mayat,

kaku mayat, tnada – tanda pembusukan dan jika ada larva maka dilakukan

pemeriksaan larva

Cara Kematian dan Sebab Kematian

Pada trauma thermis ini cara kematian yang paling sering adalah

kecelakaan dan jarang pada kasus pembunuhan atau bunuh diri, untuk itu

penentuan cara kematian meliputi penyakit yang mungkin memyebabkan

kecelakaan, keadaan barang – barang disekitar korban dan apakah adanya

tanda kekerasan yang lain

Page 29: Traumatologi Tinjauan Pustaka

Sebab kematian pada trauma thermis antara lain : syok hipovolemik,

syok neurogenik, kegagalan nafas dikarenakan adanya oedema laring,

keracunan gas karbon dioksida, keracunan gas karbonmonoksida, ulcus curling

dikarenakan kondisi stress sehingga release kortison berlebih, infeksi, dan gagal

ginjal akut yang dikarenakan perfusi ginjal yang sangat menurun sebab cairan

tubuh tereksavasasi ke interstisial.

7. Trauma Kimia

Trauma kimia adalah trauma yang disebabkan karena bahan kima. Bahan

kima yang paling sering menyebabkan trauma kimia ini adalah bahan kimia asam

kuat dan basah kuat. Ciri utama trauma akibat asam adalah kering, coklat

kemerahan dan pada perabaan teraba padat dan keras. Sedangkan trauma akibat

basa mempunyai ciri benkak, edema, warna coklat kemerahan, pada perabaan lunak

dan licin

Gambar 10 : trauma kimia karena asam kuat

Page 30: Traumatologi Tinjauan Pustaka