Trematoda hati

54
Farmakoterapi infeksi Trematoda Hati 1. An Marta 2. Bita Revira 1011012005 3. Meta Emilia Surya Dharma 1011012023 4. Arini Kurnia 1011012036 5. Maisyarah Yulianti 1011012052 6. Wella Citraersya 1011013004 7. Febri Luciana 1011013040 8. Hercegovina 1011013063 9. Fauziah Fachri 1011013008

description

farmakoterapi infeksi yang disebabkan oleh trematoda hati

Transcript of Trematoda hati

Page 1: Trematoda hati

Farmakoterapi infeksi Trematoda Hati

1. An Marta2. Bita Revira 10110120053. Meta Emilia Surya Dharma 10110120234. Arini Kurnia 10110120365. Maisyarah Yulianti 10110120526. Wella Citraersya 10110130047. Febri Luciana 10110130408. Hercegovina 10110130639. Fauziah Fachri 1011013008

Page 2: Trematoda hati

Pendahuluan

• Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma.

• Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk perkembangannya.

Page 3: Trematoda hati

• Trematoda hati tinggal di hati manusia, terutama di saluran empedu dan kantong empedu.

• Hewan ini yang diyakini menjadi parasit cacing ketiga di dunia.

• terdapat pada daerah endemik seperti Jepang, Cina, Taiwan, dan Asia Tenggara.

Page 4: Trematoda hati

Trematoda Hati

• Clonorchis sinensis• Fasciola Hepatica• Opisthorchis viverrini• Opistorchis felineus

Page 5: Trematoda hati

Clonorchis sinensis

Page 6: Trematoda hati
Page 7: Trematoda hati

morfologi

• Clonorchis sinensis dewasa memiliki bagian-bagian tubuh utama:

– pengisap oral, – faring, – usus buntu, – pengisap ventral, – vitellaria, – rahim, – ovarium, – kelenjar mehlis, – testis, – kandung kemih exretory.

Page 8: Trematoda hati

Telur

– Bentuk seperti botol ukuran 25–30 µm– Warna kuning kecoklatan– Kulit halus tetapi sangat tebal– Pada bagian ujung yg meluas terdapat tonjolan– Berisi embrio yg bersilia (mirasidium)– Operculum mudah terlihat– Infektif untuk siput air

Page 9: Trematoda hati

Cacing Dewasa

– Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm– Ventral sucker < oral sucker– Usus (sekum) panjang dan mencapai bagian

posterior tubuh– Testis terletak diposterior tubuh & keduanya

mempunyai lobus– Ovarium kecil terletak ditengah (anterior dari

testis)

Page 10: Trematoda hati

Hospes

a) Hospes definitif : manusia, kucing dan anjingb) Hospes perantara 1 : siput / keong airc) Hospes perantara 2 : ikan sungai

Page 11: Trematoda hati

Siklus hidup

• Mirasidium sporokista redia serkaria

Page 12: Trematoda hati
Page 13: Trematoda hati

Patologi dan gejala klinis• Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran empedu.

Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah cacing dan lamanya menginfeksi, untungnya jumlah cacing yang menginfeksi biasanya sedikit.

• Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan sekitar 20-200 ekor cacing.

• Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan terjadinya iritasi pada saluran empedu dan penebalan epithel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu.

• Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan parenchym hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati.

• Gejala joundice (penyakit kuning) dapat terjadi, tetapi persentasinya masih rendah, hal ini mungkin disebabkan oleh obstruksi saluran empedu oleh telur cacing.

Page 14: Trematoda hati

• Kejadian kanker hati sering dilaporkan di Jepang, hal ini perlu penelitian lebih jauh apakah ada hubungannya dengan penyakit Clonorchiasis.

• Cacing ini menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran dan perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati.

Page 15: Trematoda hati

• Gejala dibagi 3 stadium:

– stadium ringan tidak ada gejala– stadium progresif ditandai dengan menurunnya

nafsu makan,diare, edema, dan pembesaran hati.

– stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal terdiridari pembesaran hati, edema, dan kadang-kadang menimbulkan keganasan dalam hati, dapat menyebabkan kematian.

Page 16: Trematoda hati

Diagnosis

• Diagnosa didasarkan pada isolasi feses, cairan duodenum atau cairan empedu ditemukan telur C. sinensis .

• Bila infeksi ektopik : – CT scans, – ultrasonografi

Page 17: Trematoda hati

• Sejumlah cacing hati lain yang mempengaruhi kucing, seperti Viverrini opisthorchis dan Felineus opisthorchis, dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopik atau yang lebih baru tes PCR.

Page 18: Trematoda hati

pengobatan

• Prazikuantel merupakan obat pilihan utamaMerupakan antelmintik spektrum lebar dan efektif pada

cestoda dan trematoda pada hewan dan manusia,Mekanisme kerja : Pada kadar efektif terendah menimbulkan

peningkatan aktifitas otot cacing, karena hilangnya Ca2+ intrasel sehingga timbul kontraksi dan paralisis yang sifatnya reversibel.

Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan vakualisasi dan veskulaso tegumen cacing, sehingga isi cacing keluar

Page 19: Trematoda hati

Efek samping :Sakit kepala, pusing, mual, muntah, lelah

nyeri perut. Eusinofil terlihat setelah beberapa hari pemberian obat.

Kontraindikasi :Sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil dan

menyusuiDosis :tiga kali sehari 25mg/kgBB selama 1-3 hari.

Page 20: Trematoda hati

Fasciola Hepatica

Page 21: Trematoda hati

Penyebaran geografis

• Ditemukan dinegara empat musim atau subtropis

induk semang utamanya yaitu siput Lymnaea sp

( Diah, 2006)

Amerika

Selatan

Amerika

UtaraEropaAfrika Selata

nRusiaNew

zaeland

Page 22: Trematoda hati

Morfologi • Bentuk pipih seperti daun• besarnya ± 30x13 mm• Bagian anterior berbentuk seperti kerucut• pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut

yang besarnya ±1 mm• pada bagian dasar kerucu terdapat batil isap perut

yang besarnya ±1,6 mm• Saluran pencernaan bercabang – cabang sampai

ke ujung distal sekum• Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang – cabang (Sutanto et al, 2008).

Page 23: Trematoda hati
Page 24: Trematoda hati

Siklus Hidup

Page 25: Trematoda hati

Epidemiologi

• Fasciolosis penyakit yang disebabkan trematoda Fasciola hepatica

• Menyerang ternak ruminansia seperti sappi, kerbau dan domba

• Kasus fasciolosis umumnya terjadi di negara empat musim atau subtropis

• penularan ditentukan oleh keberadaan siput dari Famili Lymnaeidae

• Penularan fasciolosis pada manusia terjadi akibat kebiasaan sebagian masyarakat di Eropa yang gemar mengkonsumsi hati mentah

( Carpenito, 2007 )

Page 26: Trematoda hati

Patologi KlinikMigrasi cacing dewasa muda

ke cairan empedu

Kerusakan parenkim

hati

Saluran empedu

meradang

Saluran empedu

menebal dan tersumbat

Sirosis periportal

( Irianto, 2009)

Page 27: Trematoda hati

Gejala Klinis

• Anemia• Demam dengan suhu badan 40-42°C• Nyeri dibagian perut• Gangguan Pencernaan

Page 28: Trematoda hati

Jika penyakit berlanjut apa yang tejadi???

• Hepatomegali• Asites dirongga perut• Sesak nafas• Gejala kekuningan

( Ganong, 2003)

Page 29: Trematoda hati

Diagnosis Infeksi Fasciola hepatica (Aksoy, D.Y et.al, 2005)

• Pemeriksaan feses manusia untuk menemukan telur dengan

metoda sedimentasi

• Pemeriksaaan darah, dengan uji serologi ELISA (Enzyme-

linked Immunosorbent Assay) untuk mengetahui adanya

peningkatan antibodi atau antigen pada tubuh penderita

• Computerised Tomography (CT) dan Ultrasonography (US)

juga bisa digunakan untuk menkonfirmasi lebih lanjut

• CT dan US biasa digunakan untuk mengetahui efikasi

pengobatan

Page 30: Trematoda hati

Treatment

• Obat-obat yang biasa digunakan diantaranya praziquantel.

Bithionol lebih efektif dibanding praziquantel untuk

fascioliasis dan lebih dipilih. (Sweetman, C, 2009)

• Namun Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

merekomendasikan triclabendazole sebagai drug of Choice

• Namun dilaporkan sudah terjadi toleransi triclabendazol

terhadadap fascioliasis (Millan J C, 2000)

Page 31: Trematoda hati

• 1st line Triclabendazole : 10 mg/kgBB 2 x p.o setelah makan

• 2nd line Bithyhionol : 30-50 mg/kgBB 1 x sehari selama 10-

15 hari (berselang). WHO merekomendasikan 30 mg/kgBB

sehari selama 5 hari

Efek samping Bithionol : anoreksia, nausea, vomiting,

abdominal discomfort, diare, salivasi, pusing, dan skin rashes

(Sweetman, C, 2009)

Page 32: Trematoda hati

• 3rd line Prazikuantel : dewasa dan anak > 4 th 25 mg/kgBB 3 x sehari selama 1-2 hari atau 40 mg/kgBB 1 x sehari

Efek Samping : sakit kepala, diare, mengantuk, malaise, abdominal discomfort, nausea, dan vomiting

KI : pasien penderita ocularcysticercosis, ibu menyusui

Interaksi : -Albendazol : [] albendazol ↑- Rifampisin oral : [] prazikuantel ↓- Karbamazepin & fenitoin : ↓ BA prazikuantel- Klorokuin : ↓ BA prazikuantel- Kortikosteroid : ↓ [] prazikuantel- Antagonist-H2 : ↑ BA prazikuantel(Sweetman, C, 2009)

Page 33: Trematoda hati

Opisthorchis viverrini

Page 34: Trematoda hati

Opisthorchis viverrini

Page 35: Trematoda hati

• Hospes : manusia• Reservoir : kucing dan anjing.• Penyakit : opistorkiasis• Penyebaran geografis :

O. viverrini : Endemi di Thailand , Vietnam, Camboja

Page 36: Trematoda hati

Morfologi dan Siklus Hidup

• Habitat : sal. empedu dan sal. pankreas.• Ukuran 7 – 12 mm• Batil isap mulut > batil isap perut• Telur : mirip telur C. sinensis, tapi lebih

langsing• Cara infeksi: makan ikan yang mengandung metaserkaria yg dimasak kurang matang.

Page 37: Trematoda hati

Siklus Hidup Opisthorchis viverrini

Page 38: Trematoda hati

Patologi Klinis

- Lemah- Perut Kembung/ dispepsia- Nyeri perut di bagian atas kanan- Anoreksia- Mual- Muntah- Demam tinggi

Page 39: Trematoda hati

Diagnosa

Adanya indikasi telur o.vevverini pada feses pasien

Page 40: Trematoda hati

Manajemen Pengobatan

Praziquantel : 25 mg/kg BB dalam tiga kali sehari

Efek samping : mual, muntah , sakit kepala, rasa tidak nyaman pada perut.

Health education : tidak memakan ikan yang tidak dimasak sempurna untuk mencegah infeksi ulang.

Page 41: Trematoda hati
Page 42: Trematoda hati

Opistorchis felineus

Page 43: Trematoda hati
Page 44: Trematoda hati

• Penyebaran Geografis

• Ditemukan di Eropa Tengah, Siberia dan Jepang. Parasit ini ditemukan pada manusia di Prusia, Polandia dan Siberia ditemukan di Jepang yang bukan daerah endemik Clonorchiasis.

• Cacing dewasa panjangnya kira-kira 1 cm hidup dalam saluran empedu dan hati manusia serta kucing. Telur besarnya kira-kira 30 mikron.

Page 45: Trematoda hati

Morfologi

• Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu dan saluran pankreas.

• Ukuran cacing dewasa 7-12 mm ,• mempunyai batil isap mulut dan perut. • Bentuknya seperti lanset, pipih dorsoventral. • Telur mirip telur C. Sinensis, hanya bentuknay

lebih langsing.• Infeksi terjadi dengan makan ikan yang

mengandung metaserkaria dan dimasak kurang matang.

Page 46: Trematoda hati

Daur hidup

• Hospes definitifnya : manusia • hospes reservoarnya: kucing, anjing, babi

dan serigala.• Hospes perantara pertama: siput air tawar,

bithynea iechi.• Hospes perantara kedua : ikan jenis idus

dan tinca.

Page 47: Trematoda hati

Siklus hidup

Page 48: Trematoda hati

Diagnosa

• Sama dengan Clonorchis sinensis

Page 49: Trematoda hati

Pengobatan

1. Bithionol (Lorothidol, Bitin) Mekanisme Kerja: • menghambat fosforilasi oksidatif pada parasit, mendorong

ke arah blokade sintesis ATP. ini merupakan pilihan obat karena efektivitas dan keselamatannya pada Fh Dan Fg. Data pendukung adalah dari negara berkembang. Ini merupakan suatu campuran fenolic yang secara struktur berhubungan dengan heksaklorofen. Tersedia dari Pusat untuk Kendali Penyakit Dan Pencegahan ( CDC). Dosis

• Dewasa: 30-50 mg/kg per oral selama 5-15 hari perawatan; beberapa pasien memerlukan perawatan pengulangan

Page 50: Trematoda hati

• •Interaksi Obat : Tidak dilaporkan • •Kontraindikasi: Hipersensitivitas • •Perhatian • C- Resiko janin diteliti pada hewan percobaan;

tetapi tidak dipelajari pada manusia; boleh digunakan jika manfaat lebih besar daripada resiko pada janin.

• Dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, diare, sakit perut, hipotensi, pusing, sakit kepala, fotosensitivitas, atau pruritus.

Page 51: Trematoda hati

2. Triclabendazole (Fasinex) Mekanisme kerja

• Laporan terbaru menyarankan obat dokter hewan ini aman dan efaktif pada anak-anak dan orang dewasa. Ini merupakan obat pilihan kedua sampai data lebih lanjut terkumpul, mengikat ke cacing pada tubulin, mengganggu formasi microtubule dan fungsinya. Mulai dari 2009, ini tak tersedia Amerika Serikat.

Dosis • Dewasa: 10-20 mg/kg/hari PerOral setelah makan dibagi 12-24jam

untuk 1 dosis.Pediatrik: Diberikan sama seperti orang dewasa.

Interaksi Obat: Tidak dilaporkan Perhatian

Pada ibu hamil: Menyatakan resiko C- fetal pada penelitian pada hewan percobaan

tetapi tidak diteliti pada manusia. Boleh digunakan jika manfaat lebih besar daripada resiko terhadap janin dapat menyebabkan sakit kepala dan pusing temporer.

Page 52: Trematoda hati

3. Praziquantel (Biltricide)

Mekanisme kerja • Walaupun secara umum aman dan efektif untuk infeksi trematode lain,

praziquantel nampak sangat sedikit manjur melawan terhadap Fasciola hepatica. Karenanya ini siap tersedia dan lebih umum dikenal dibanding triclabendazole ( Fasinex), ini adalah obat pilihan ketiga. Penggunaan Cadangan untuk situasi di mana pilihan pertama dan kedua tak dapat diperoleh. Praziquantel meningkatkan permeabilitas kulit trematoda terhadap kalsium, menyebabkan kontraksi otot parasit.

Dosis: • Dewasa: 25 mg/kg/dosis PerOral tiap 8 jam untuk 1 hari • Pediatric: sama seperti dewasa

Interaksi obat • Hydantoin mengurangi kadar praziquantel dalam serum, yang memungkinkan

ke arah kegagalan perawatan.Kontraindikasi: Hipersensitivitas, cysticercosis pada mata

Perhatian • Pada ibu hamil:• resiko B-fetal belum dipastikan pada manusia tetapi telah ditunjukkan dalam

beberapa studi pada hewan percobaan.

Page 53: Trematoda hati

ReferensiAksoy, D Y, et al. 2005. Infection With Fasciola hepatica. Clinical Microbiology and Infection, Vol 11, Issue 11 (859-861).Carpenito, Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.Diah, Aryulina.2006. Biologi 1. Jakarta : Erlangga.F.Ganong,William. 2003. Medical

Physiologi and Medical publishing division. Jakarta : Garamedia.

Irianto, Kus. 2009. Parasitologi untuk Paramedis dan Nonmedis. Bandung: YramaWidya.

Page 54: Trematoda hati

Millan J C, et al. 2000. The Efficacy and Tolerability of Triclabendazole in Cuban Patients with Latent and

Chronic Fasciola hepatica Infection. USA : The Journal of Tropical medicine and Hygiene, Vol 63,

No. 5 (264-269).Robert, dkk. 2002. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta :Sweetman, C Sean. 2009. Martindale : The Complete Drug

Reference 36th Edition. London : Pharmaceutical Press.

Widjajanti, S. 2006. Fasciolosis pada manusia: mungkinkah terjadi di Indonesia?.Bogor : Balai Penelitian Veteriner.

www.cdc.gov/parasites/fasciola.html [diakses tanggal 6 September 2013, 17:00 WIB].