tugas emerging kel. 4.docx

19
BAB I PENDAHULUAN Penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan: (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit menular lama (re-emerging disease), dan (3) intractable infectious disease. Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. New emerging disease adalah penyakit infeksi yang kejadiannya meningkat dua tahun terakhir atau cenderung meningkat di masa yang akan datang. Re-emerging disease adalah suatu penyakit yang sebelumnya telah terkendali namun tiba – tiba muncul kembali sehingga menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Hal ini juga bisa dikatakan sebagai penyakit yang sebelumnya ada di suatu wilayah geografik namun muncul atau menyebar di suatu wilayah geografis baru. Dalam kesempatan ini, kami akan membahas permasalahan tentang Emerging dan Re-emerging disease disertai permasalahan penyakit- penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan wabah secara endemik dan pandemik. Penyakit- penyakit ini sangat perlu dikenali secara dini agar para dokter bisa melakukan pengendalian terhadap penyebaran mikroorganisme penyakit tersebut. Dikarenakan kejadian KLB sangat bisa mengganggu produktivitas masyarakat sehingga meningkatkan morbiditas bahkan mortalitas dari suatu negara. 1

description

doc

Transcript of tugas emerging kel. 4.docx

BAB IPENDAHULUAN

Penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan: (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit menular lama (re-emerging disease), dan (3) intractable infectious disease. Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. New emerging disease adalah penyakit infeksi yang kejadiannya meningkat dua tahun terakhir atau cenderung meningkat di masa yang akan datang. Re-emerging disease adalah suatu penyakit yang sebelumnya telah terkendali namun tiba tiba muncul kembali sehingga menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Hal ini juga bisa dikatakan sebagai penyakit yang sebelumnya ada di suatu wilayah geografik namun muncul atau menyebar di suatu wilayah geografis baru. Dalam kesempatan ini, kami akan membahas permasalahan tentang Emerging dan Re-emerging disease disertai permasalahan penyakit- penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan wabah secara endemik dan pandemik. Penyakit- penyakit ini sangat perlu dikenali secara dini agar para dokter bisa melakukan pengendalian terhadap penyebaran mikroorganisme penyakit tersebut. Dikarenakan kejadian KLB sangat bisa mengganggu produktivitas masyarakat sehingga meningkatkan morbiditas bahkan mortalitas dari suatu negara.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Emerging, new-emerging, re-emerging

1.1 DefinisiMenurut WHO, Emerging infectious diseases (EID) adalah penyakit yang pertama kali muncul dalam suatu populasi, atau penyakit yang telah ada sebelumnya tetapi mengalami peningkatan insidendsi atau area geografis dengan cepat. Emerging infectious diseases merupakan penyakit infeksi yang kejadiannya pada manusia meningkat dalam dua dasawarsa/ dekade terakhir atau cendedrung akan meningkat di masa mendatang. Secara umum EID dapat dibagi dalam tiga kelompok penyakit, yaitu:1. Penyakit menular baru (New Emerging Infectious Diseases)1. Penyakit menular lama yang cenderung meningkat (Emerging Infectious Diseases)1. Penyakit menular lama yang menimbulakan masalah baru (Re-Emerging Infectious Diseases)

Re-emerging disease atau yang biasa disebut resurging diseaseadalah wabah penyakit menularyang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau. Emerging viruses merupakan virus yang dalam prosesnya beradaptasi untuk membentuk host baru dan vice versa. Contoh dari emerging virus adalah : Myxoma virus (Rabbitpox), virus influenza dan virus corona. Dapat dikatakan emerging virus karena : Merupakan penampakan virus baru dalam sebuah populasi. Berkembang secara cepat dalam membentuk host baru dengan meningkatkan korespondensi dalam deteksi penyakit. Evolusi Virus. Mutasi Rekombinasi Seleksi

1.2 Faktor yang mempengaruhiAda beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya, yaitu : Evolusi darimicrobial agentseperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi. Hubunganmicrobial agentdengan hewan perantara (zoonotic encounter). Perubahan iklim dan lingkungan. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin. Pekembangan industri dan ekonomi. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel diseases). Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.Penyakit yang berhubungan erat dengan negara berkembang, yang mana negara berkembang merupakan tempat ideal untuk munculnya dan penularan penyakit infeksi. Kemiskinan, populasi yang padat, deforestation, urbanisasi pemanasan global, struktur kesehatan yang lemah dan terabaikan merupakan karakteristik negara berkembang dan merupakan situasi ideal untuk munculnya penyakit infeksi. Sebagai hasilnya, menjadi beban kesehatan masyarakat.1. Faktor demografi dan pertumbuhan ekonomi serta perubahan gaya hidup.Sekitar 77 juta jiwa bertambah setiap tahunnya di dunia, tahun 2015 diperkirakan akan ada 23 megacities dengan populasi melebihi 10 juta dimana tujuh diantaranya akan ada di asia tenggara. Kepadatan populasi yang tinggi menigkatkan potensi penyebaran penyakit dari orang keorang, kecenderungan pemanasan global yang lebih hebat, jumlah pelancong yang besar, peningkatan kelaparan dan malnutrisi dan arus urbanisasi yang ekstensif.Di negara-negara Asia, 105 populasi diperkirakan berusia >65 tahun pada 2030. Proses penuaan ditandai dengan penurunan daya tahan dan peningkatan kerentanan terhadap emerging infectious.Perkembangan ekonomi di suatu negara selain memacu industrialisasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat berakibat meningkatkan urbanisasi dan kepadatan di daerah perkotaan. Urbanisasi dan kepadatan penduduk di daerah perkotaan dapat menyebabkan masalah akibat keterbatasan berbagai sarana air bersih dan perumahan. Keadaan ini berdampak pada peningkatan terjadinya penyakit menular. Pertumbuhan ekonomi juga dapat berakibat perubahan gaya hidup seperti perilaku seksual dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.Kemiskinan menyebabkan gangguan kesehatan dan sebaliknya gangguan kesehatan menyebabkan kemiskinan. Sekarang ini, kemiskinan merupakan tantangan diseluruh dunia. Perilaku masyarakat penggunaan obat-obatan terlarang dengan menggunakan jarum suntik yang sama, jarum tato yang tidak steril dan praktik tindik kulit menyebarkan penyakit yang ditularkan melalui darah seperti Hepatits C. Secara global, penggunaan injeksi yang berlebihan dan injeksi yang tidak aman diperkirakan menyebabkan 22,5 juta infeksi virus Hepatitis B, 2,7 juta infeksi Hepatitis C dan 98.000 infeksi HIV.2. Kemajuan transportasi dan perjalanan internasional.Kemajuan di bidang transportasi mengakibatkan arus perjalanan antar daerah dan antar negara. Hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya kecepatan, kemampuan jelajah dan kapasitas angkut pesawat terbang. Kemudian transportasi ini berdampak pada meningkatnya interaksi antar penduduk antar daerah maupun antar negara sehingga meningkatkan risiko penularan berbagai penyakit menular.Perjalanan dan perdagangan internasional juga memfasilitasi perpindahan infeksi.Telah dilaporkan SARS merupakan salah satu penyakit yang perpindahan mikroorganismenya paling cepat. Avian influenza tersebar diseluruh dunia dalam waktu kurang dari 12 bulan. SARS dibawa melalui perjalanan udara internasional oleh orang terinfeksi ke 31 negara yang dilaporkan kemungkinan kasus SARS.

3. Faktor lingkungan.Air dan higiene yang baik adalah prasyarat kesehatan individual dan masyarakat. Secara global, diperkirakan 1 miliar penduduk tidak memiliki akses terhadap suplai air dan 2,5 miliar kurang memiliki sanitasi yang baik. Di asia tenggara, walaupun 86% populasi dinyatakan mendapat akses suplai air bersih, tetapi kualitas dan keamanan air dipertanyakan. Penyakit yang ditularkan melalui air terus menjadi masalah utama. Fasilitas sanitasi dasar yang lemah menyebabkan lebih dari 88 juta populasi di Asia Tenggara kurang mendapat fasilitas yang baik untuk pembuangan limbah.Perubahan lingkungan yang terjadi secara mendadak pada lingkungan yang luas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya emerging infections. Utamanya yang berkaitan dengan pembabatan hutan (deforestation) maupun penghutanan kembali (forestation). Keduanya dapat mengakibatkan perubahan ekologi. Deforestation mengubah flora dan fauna, ekosistem diseluruh dunia telah rusak. Perubahan ini menyebabkan meningkatnya pemaparan serangga atau binatang lainnnya pada manusia. Jika binatang-binatang ini merupakan reservoir, vektor atau hospes perantara dari mikroorganisme atau parasit maka akan meningkatkan penularan vector borne diseases, zoonoses atau penyakit menular lainnya.Manusia hidup sangat dekat dengan binatang sejak waktu yang lama. Kedekatan ini, kontak yang terus menerus menyebabkan pertukaran mikroorganisme antara hewan dan manusia dan memberikan kesempatan untuk terjadi perubahan genetik organisme untuk menyesuaikan terhadap tubuh manusia dan memulai siklus baru untuk transmisi orang ke orang, misalnya SARS sesuai dengan fenomena ini.Infeksi zoonotik meningkat sesuai proporsi jumlah dan intensitas hewan yang kontak dengan manusia. Sebagai tambahan, peningkatan produksi daging juga meningkatkan infeksi zoonotik secara eksponensial. Emerging infectious dapat meningkat dari heawan dan burung dan merupakan bibit pandemi melalui perpindahan ke negara lain melalui migrasi atau perdagangan. Pemanasan global selama tiga tahun terakhir, terlihat bumi akan lebih panas 1-4C dari abad 21. Hal ini akan mengubah distribusi vektor. Pada suhu yang lebih panas, parasit berkembang lebih cepat. Konsekuensinya akan ada peningkatan insidensi malaria dan dengue fever.4. Sarana dan pelayanan kesehatan.Memiliki infrastruktur pelayanan kesehatan masyarakat yang baik dapat mencegah banyak infeksi. Keterbatasan atau kelemahan dalam sarana dan pelayanan kesehatan termasuk pengamatan penyakit (surveilans) dan keterbatasan kemampuan diagnostik laboratorium dalam mengidentifikasi kejadian penyakit memberikan kontribusi meningkatnya masalah emerging infectious diseases. Pelayanan kesehatan yang efisien tidak hanya cepat mendeteksi dan tanggap terhadap epidemik selama fase awal tetapi juga sensitif untuk menentukan titik infeksi baru atau infeksi patogen yang tidak dikenal.5. Pengolahan makanan dan bahan makanan.Pengolahan, pengemasan dan pengiriman/distribusi makanan dan bahan makanan juga merupakan faktor berkembangnya emerging infectious diseases. Peningkatan produksi bahan makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan dan hewan melalui rekayasa genetik, penggunaan bahan pengawet, penggunaan antibiotik dan pemakaian insektisida merupakan faktor yang dapat memberikan kontribusi.6. Mutasi dan evolusi organisme.Organisme dapat mengalami mutasi atau evolusi. Mutasi ini akan menimbulkan strain baru mikroba. Strain baru organisme tersebut dapat menjadi resisten terhadap pengobatan. Mutasi juga dapat menyebabkan perubahan mikroba non-patogen menjadi patogen.1.3 EtiologiSudah banyakmicrobial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti yang dirilis dalamNational Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID)yang membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :1. Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir.2. Grup II :Re-emergingpathogen.3. Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme.Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public health surveillance)sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemergingdanre-emergingdiseaseini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapatemergingdanre-emerging disease.

1.4 Klasifikasi

Contoh-contoh penyakit yang termasuk dalam emerging disease :

Contoh-contoh penyakit yang termasuk dalam re-emerging disease :

1.5 Penyebaran

1.6 Surveilence

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan sistemsurveillanceuntukemergingdanre-emerging diseasekhususnya untuk wabah penyakitpandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory syndrome(SARS), dimana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu :1. Komprehensif atausurveillanceberbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual dengan gejalaacute respiratory ilnessketika masuk dalam rumah sakit.2. Surveillanceterhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karenaacute respiratory ilnessdi dalam komunitas.3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di lingkup rumah sakit.4. Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untukinfluenza A, obat antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute respiratory ilness.Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah : (1)Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru; (2)Melakukan tindakan dan intervensi. Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat endemik, epidemikdan pandemikdapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaanpandemic preparednessseperti yang tertera di bawah ini :1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas.2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan internasional.4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang dirancang khusus untuk kejadianpandemik.5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.Tindak lanjut dari hasilsurveillanceini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih dikenal denganpandemic preparedness.WHO merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaanpandemic preparednessseperti yang tertera di bawah ini :1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas.2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan internasional.4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang dirancang khusus untuk kejadianpandemik.5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.

2. Avian Influenza in Humans (Flu Burung)2.1 DefinisiVirus influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam family Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Viru ini mempunyai spikes (tonjolan) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat dua jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin dan neuraminidase yang terletak di bagian luar virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid, hemaglutinin, neuraminidase, dan protein matriks.2.2 KlasifikasiBerdasarkan jenis antigen nukleokapsid dan matriks protein virus influenza digolongkan menjadi virus influenza A, B dan C. Virus influenza A sngat penting dalam bidang kesehatan karena sangat pathogen baik bagi manusia ataupun hewan yang menyebabkan angka kematian dan kesakitan meningkat diseluruh dunia. Virus ini sering menimbulkan pandemic karena mudahnya bermutasi baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian baru yang lebih pathogen. Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia dan jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic. Virus influenza C bisa menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang,dan sama jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.2.3 Patogenesis. Mutasi genetic virus Avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus H5N1 yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi, menunjukan bahwa mutasi genetic pada posisi 627 dari gen PB2 yang mengkod ekspresi polymerase basic protein telah menghasilkan highly cleavable hemaglutinin glycoprotein yang merupakan factor virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya. Infeksi viru H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya didalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetic dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel di sekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap specimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan didalam sel gastrointestinal. Virus H5N1 ini juga dapat ditemukan di dalam darah, cairan cerebrospinal dan tinja pasien (WHO, 2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak kedalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.2.4 Gejala KlinikMasa inkubasi virus H5N1 yaitu sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi, namun berdasarkan hasil laporan belakangan ini masa inkubasinya bsa mencapai antara 4-8 hari. Sebagian pasien memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (>380 C) dan gejala flu serta kelainan saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat terjadi perdarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai muncul setelah 1minggu berikutnya. Gejala klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai denganpneumonia berat, dyspnea, tachypnea, gambaran radiograpgy yang abnormal seperti diffuse, multifocal, patchy infiltrate, interstisial infiltrate, dan kelainan segmental atau lobular. Gambaran lain yang juga sering dijumpai berdasarkan hasil laboratorium adalah leucopenia,, lymphopenia, trombositopenia, peningkatan aminotransferase, hyperglycemia, dan peningkatan kreatinin.2.5 Diagnosis LaboratoriumPenderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan specimen klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap virus H5N1 harus dilakukan pemeriksaan dengan cara :a. Mengisolasi virus.b. Deteksi genom H5N1 dengan metode polymerase Chain Reaction menggunakan sepasang primer spesifik.c. Tes imunofluoresensi terhadap antigen menggunakan monoclonal menggunakan antibody terhadap H5N1.d. Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibody terhadap H5N1.e. Pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5 spesifik. Untuk diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus dinyatakan positif.2.6 Terapi dan ManajemenTerdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap influenza, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat replikasi virus. Namun demikian obat ini sudah tidak mempan lagi untuk membunuh virus H5N1 yang saat ini beredar luas. Kedua obat ini hanya efektif untuk influenza tipe A. Sedangkan zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Diketahui bahwa neuraminidase ini diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding sehingga membentuk virion yang infektif. Bila neuraminidase ini dihambat oleh oseltamifir atau zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat dihentikan. Zanamivir dan oseltamivir ini efektif untuk influenza tipe A dan B, dan kedua obat ini sedikit menimbulkan toksisitas.2.7 PenularanPenularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Kekhawatiran yang muncul dikalangan ahli genetika antara virus influenza burung dengan virus influenza manusia terjadi rekombinasi genetic, sehingga dapat menular antara manusia. Ada dua kemungkinan alasan yang dapat menghasilkan subtype baru dari H5N1 yang dapat menular antara manusia ke manusia adalah : Virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia atau virus burung tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat bereplikasi secara efektif didalam el manusia. Jenis virus, baik avian ataupun vrus influenza tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia sehingga terjadi mix atau rekombinasi genetic, sehingga menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia.Cara penularannya : Melalui sekresi, feces, leleran hidung unggas sakit Telur pecah yang terkontaminasi pada inkubator : menulari ayam sehat Pergerakan ayam tertular Peralatan terkontaminasi : rak telur, kendaraan pengangkut makanan, baju, sepatu pekerja Kontak dengan unggas reservoir virus AI alami (burung liar dan waterfowl) Air minum terkontaminasi feces yang mengandung virus AI Penularan dari induk tidak terjadi Satu gram sisa feces mengandung virus HPAI (Highly pathogenic avian influenza) dapat menginfeksi satu juta ungags Masa inkubasi 1-3 hari Masa infeksius pada manusia, 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak bisa sampai 21 hari. Masa inkubasi 1-3 hari

2.8 Pencegahan Cuci tangan sesering mungkin dengan desinfektan (alkohol 70 %) APP (sarung tangan, kacamata, masker, dll) Vaksinasi virus flu manusia bagi yang terpajan dengan tujuan agar tidak terjadi dua infeksi gabungan virus flu manusia dan flu burung dalam satu orang yang memungkinkan timbulnya strain baru virus flu burung yang dapat ditularkan dari manusia ke manusia Mereka yang rentan (anak-anak, orang usia lanjut, penderita penyakit jantung, paru kronis) agar menghindari tempat jangkitan (peternakan unggas, dll)

BAB IIIKESIMPULAN1. Penyakit- penyakit yang termasuk dalam emerging disease antara lain : Virus Ebola HIV Hepatitis C H5N1 H1N1 Vibrio Cholerae Dsb2. Penyakit- penyakit yang termasuk dalam Re-emerging Disease ialah : Difteri Demam Dengue Meningitis menokokkus Demam Kuning Demam Rift Valley Dsb

DAFTAR PUSTAKAFauzi AS, 2005. Emerging and Reemerging Infectious Diseases: The Perpetual Challenge. Academic Medicine, 80:20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Simposium Nasional Emerging Infectious Disease. Jakarta. Diunduh dari http://www.pppl.depkes.go.id pada Minggu, 22 Februari 2015.Mayer, J.D. 2000. Geography, Ecology and Emerging Infectious Disease. Social Science and MedicineR.G. Bengis et al., Rev.sci. tech. Off. Int. Epiz (2004)Silitonga, Marlinggom. 2012. Pengendalian Penyakit-Penyakit Infeksius Emerging dan Re-Emerging . Diunduh dari http://biofarmaka.ipb.ac.id pada Minggu, 22 Februari 2015.WHO emerging disease. Available from: dari http://www.who.int/topics/emerging-diseases/en/) diunduh pada Minggu, 22 Februari 2015.

14