UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT HERBA PEGAGAN...
Transcript of UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT HERBA PEGAGAN...
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT HERBA
PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) SEBAGAI
TABIR SURYA BERDASARKAN PENENTUAN
NILAI SUN PROTECTION FACTOR (SPF)
SECARA IN VITRO
Oleh :
ADE PURNAMA
PO.71.3.251.16.1.003
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI D-3 FARMASI
2019
ii
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT HERBA
PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) SEBAGAI
TABIR SURYA BERDASARKAN PENENTUAN
NILAI SUN PROTECTION FACTOR (SPF)
SECARA IN VITRO
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi
Oleh :
ADE PURNAMA
PO.71.3.251.16.1.003
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI D-3 FARMASI
2019
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala sanjungan kesempurnaan hanya teruntuk
Sang Maha Sempurna, Tuhan pemilik segala alam semesta dan segala yang
terhampar di dalamnya atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya selama ini kepada
penulis sehingga atas izin-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan judul “UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT HERBA
PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) SEBAGAI TABIR SURYA
BERDASARKAN PENENTUAN NILAI SUN PROTECTION FACTOR (SPF)
SECARA IN VITRO” yang merupakan salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.
Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada baginda Rasulullah SAW yang
telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya
ilmu-ilmu keislaman, sehingga menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
Terima kasih yang tak terhingga teruntuk orang tua tercinta, Ayahanda
Arifin dan Ibunda Nur janna, semoga Allah SWT senantiasa memelihara
keduanya. Terima kasih atas segala doa, cinta, kasih sayang, dan dukungan baik
moril maupun materil yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan, juga
terima kasih kepada saudaraku serta seluruh keluargaku atas dukungannya.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya terutama kepada Bapak
vi
Tajuddin Abdullah, ST., M.Kes selaku pembimbing pertama dan Ibu Ratnasari
Dewi, S.Si, M.Kes selaku pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktu,
pikiran, perhatian, motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama
proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di
Poltekkes Kemenkes Makassar.
2. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes., Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar atas kesempatan yang diberikan untuk
menjadi mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.
3. Bapak Raimundus Chaliks, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
D-3 yang telah mengelola program studi di Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Makassar.
4. Ibu Dra. Hiany Salim, M.Mkes., Apt selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menuntut ilmu
di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.
5. Bapak, Ibu Dosen serta Para Laboran yang telah membantu memberikan
motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan.
6. Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu mulai dari administrasi
pendidikan sampai penyelesaian tugas akhir.
vii
7. Sahabat-sahabatku Annisa Syamsuddin, Siti Shahella Talia A, Amelindha,
Alifia Nur Rizki, dan Andi Masna, dan Erlina Ramadhani yang selalu
memberikan dukungan, serta Nirmawasari Usman yang telah berjuang
bersama dalam membantu proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kepada seluruh teman seperjuanganku TADIKA MESRA dan ELIXIR
2016 Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar yang telah
menggoreskan kenangan suka maupun duka selama menjalani pendidikan
bersama.
9. Kepada teman-temanku BEM-PKM Tahun 2017, BPM-PKM Tahun 2018,
dan EXO (Exact One) yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada
penulis.
10. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu–persatu,
terima kasih karena telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.
Karya tulis ini dipersembahkan untuk semua orang yang ingin, mau dan terus
berusaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, namun disadari bahwa
penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk karya tulis ini
sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya untuk kemajuan ilmu Farmasi.
Makassar, 21 Juni 2019
Ade Purnama
viii
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ade Purnama
NIM : PO.71.3.251.16.1.003
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian keseluruhan karya tulis ilmiah ini
merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak
terpuji tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
sama sekali.
Makassar, 21 Juni 2019
Yang membuat pernyataan,
Ade Purnama
ix
ABSTRAK
Salah satu bahan alam yang telah digunakan oleh masyarakat memiliki khasiat
untuk perawatan kulit adalah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Kandungan
senyawa aktif dalam Pegagan cukup banyak, diantaranya adalah senyawa
golongan flavonoid yang mempunyai potensi tabir surya alami. Oleh karena itu,
tanaman ini diduga mampu memberikan efek perlindungan terhadap radiasi
dengan bertindak menyerap sinar UV. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
nilai Sun Protecting Factor (SPF) dan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etil
asetat Herba Pegagan yang dapat memberikan proteksi minimal. Ekstrak etil
asetat Herba Pegagan diperoleh dengan cara maserasi. Penelitian ini
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 290-
320 nm dengan interval 5 nm. Nilai SPF yang diperoleh masing-masing adalah
konsentrasi 100 ppm sebesar 3,86; konsentrasi 200 ppm sebesar 7,23; konsentrasi
300 ppm sebesar 10,95; konsentrasi 400 ppm sebesar 14,62; dan konsentrasi 500
ppm sebesar 18,51. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat
Herba Pegagan memiliki potensi sebagai tabir surya.
Kata Kunci : Herba Pegagan, tabir surya, sinar UV, spektrofotometri.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ....................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
A. Uraian Tumbuhan........................................................................... 5
B. Sinar Ultraviolet ............................................................................. 8
C. Tabir Surya ..................................................................................... 9
D. Sun Protection Factor (SPF) .......................................................... 10
E. Ekstraksi ......................................................................................... 12
xi
F. Spektrofotometri UV-Vis ............................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 18
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 18
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18
C. Alat dan Bahan ............................................................................... 18
D. Prosedur Kerja ................................................................................ 19
E. Pengumpulan Data ......................................................................... 20
F. Analisis Data .................................................................................. 20
G. Penarikan Kesimpulan ................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 23
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 23
B. Pembahasan .................................................................................... 24
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 27
A. Kesimpulan .................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28
LAMPIRAN ........................................................................................................ 30
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 43
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF .................... 11
Tabel 2.2 Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF .......... 12
Tabel 3.1 Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF .......... 21
Tabel 3.2 Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF .................... 22
Tabel 4.1 Hasil perhitungan nilai SPF ekstrak etil asetat Herba Pegagan ............ 23
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Herba Pegagan ............................................................................... 5
Gambar 2. Hubungan konsentrasi dengan kenaikan Nilai SPF ....................... 35
Gambar 3. Penimbangan sampel Herba Pegagan ............................................ 35
Gambar 4. Proses Maserasi .............................................................................. 36
Gambar 5. Maserat yang dihasilkan ................................................................ 36
Gambar 6. Proses Rotary Epavorator .............................................................. 37
Gambar 7. Ekstrak kental ................................................................................ 37
Gambar 8. Penimbangan ekstrak sampel ......................................................... 38
Gambar 9. Pembuatan larutan sampel ............................................................. 38
Gambar 10. Hasil pengenceran replika 1 dalam 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm ................................................................... 39
Gambar 11. Hasil pengenceran replika 2 dalam 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm ................................................................... 39
Gambar 12. Hasil pengenceran replika 3 dalam 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm ................................................................... 40
Gambar 13. Pengukuran Serapan Sampel ......................................................... 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Skema kerja ................................................................................. 30
Lampiran II Perhitungan .................................................................................. 31
Lampiran III Dokumentasi Penelitian ............................................................... 35
Lampiran IV Hasil Pengukuran Serapan Sampel .............................................. 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara tropis, pengaruh sinar matahari sangat
besar terhadap kehidupan makhluk hidup. Matahari memancarkan sinar yang
mengandung radiasi ultra violet (UV) yang tidak dapat dilihat dan dirasakan
secara langsung oleh diri manusia. Pada dasarnya, sinar ultra violet dari
matahari memiliki manfaat yang baik, salah satunya adalah untuk
pembentukan Vitamin D3. Namun radiasi yang berlebihan dapat
mengakibatkan efek merugikan pada kulit (Shovyana dkk, 2013).
Secara alami, kulit memiliki mekanisme pertahanan terhadap efek toksik
dari paparan sinar matahari, seperti pengeluaran keringat, pembentukan
melanin, dan penebalan stratum corneum. Akan tetapi, pada penyinaran
matahari terjadi secara berlebihan, jaringan epidermis kulit tidak cukup
mampu melawan efek negatif tersebut, sehingga dapat menyebabkan eritema
dan sunburn (kulit terbakar), dan dapat menimbulkan perubahan degenerasi
pada kulit (penuaan dini) dan kanker kulit. (Wihelmina, 2011). Berbagai cara
dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh buruk sinar matahari, salah
satunya dengan menggunakan sediaan tabir surya. Tabir surya merupakan
bahan-bahan kosmetik yang secara fisik atau kimia dapat menghambat
penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Adapula tabir surya di alam, misalnya
senyawa fenolik yang terdapat dalam tumbuhan yang berfungsi melndungi
jaringan tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari (Shovyana
2
dkk, 2013). Pengembangan tabir surya menuju pada penggunaan bahan alam
karena lebih mudah diterima oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa bahan alam lebih aman digunakan dan dampak negatifnya
lebih sedikit daripada bahan kimia. Oleh karena itu penggunaan bahan alam
yang dapat menurunkan radiasi sinar matahari dan meningkatkan
perlindungan terhadap efek negatif radiasi sinar matahari pada kulit menjadi
fokus dalam beberapa penelitian (Setiawan, 2010).
Salah satu bahan alam yang telah digunakan oleh masyarakat memiliki
khasiat untuk perawatan kulit adalah Pegagan. Kegunaan utama dari berbagai
jaringan tumbuhan Pegagan atau (Centella asiatica (L.) Urban) ini ialah
menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan kulit. Herba Pegagan
mengandung senyawa asiaticosida yang digunakan untuk perawatan kulit.
Pegagan merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat menstimulasi
kolagen pada jaringan kulit. (Arifin S dan Ahmad, 2008).
Ekstrak tumbuhan Pegagan memiliki aktivitas biologis, khususnya
penyembuhan luka yang berhubungan dengan antimikroba, antiinflamasi,
antioksidan, dan imunostimulan. Aktivitas tersebut ditimbulkan dengan
adanya respon dari derivat triterpenoid yaitu asam asiatat dan asiatikosida,
fenolik, flavonoid, dan minyak atsiri (Kedzia, et al, 2007). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba pegagan memiliki aktivitas
antioksidan dalam menghambat terjadinya reaksi oksidasi (Salamah N dan
Liani F, 2014). Senyawa fenolik khusunya golongan flavonoid dan tanin
mempunyai potensi tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan
3
rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A
maupun UV B (Shovyana dkk, 2013).
Untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan dalam Herba Pegagan
diperlukan ekstraksi. Pemilihan pelarut yang tepat dapat meningkatkan
efisiensi ekstraksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut
diantaranya adalah selektivitas, toksisitas, kepolaran, kemudahan untuk
diuapkan, dan harga pelarut (Akbar, 2010). Etil asetat merupakan pelarut
dengan toksisitas rendah yang bersifat semi polar sehingga diharapkan dapat
menarik senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar dari Herba Pegagan.
Berdasarkan manfaat dari Herba Pegagan tersebut maka penulis
melakukan penelitian untuk menguji kemampuan Herba Pegagan sebagai
tabir surya alami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1. Berapa nilai Sun Protecting Factor (SPF) ekstrak etil asetat Herba
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)?
2. Konsentrasi berapa ekstrak etil asetat Herba Pegagan (Centella asiatica
(L.) Urban) dapat memberikan proteksi minimal?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui aktvitas ekstrak etil asetat Herba Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban) sebagai tabir surya alami.
4
2. Tujuan khusus :
a. Untuk menentukan nilai Sun Protecting Factor (SPF) ekstrak etil
asetat Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).
b. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etil asetat Herba Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban) yang dapat memberikan proteksi
minimal.
D. Manfaat Penelitian
Dengan ditemukannya gambaran mengenai permasalahan dan tujuan
dalam penelitian ini maka manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Untuk mendapatkan data awal mengenai nilai Sun Protecting Factor
(SPF) ekstrak Herba Pegagan sebagai tabir surya alami.
2. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas ekstrak
etil asetat Herba Pegagan sebagai tabir surya alami.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan
1. Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah sebagai
berikut (Tjitrosoepomo, G. 2010):
Gambar 1. Herba Pegagan
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Umbelliflorae (Apiales)
Family : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urban
6
2. Morfologi Tumbuhan
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan iklim
tropis yang tumbuh menjalar dengan panjang mencapai 10 m. Tumbuhan
ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 2500 m di atas permukaan
air laut, dan ditemukan pada tanah yang lembab dan subur, di pinggir
jalan, lereng bukit yang rindang, diantara batu dan pematang.
Pegagan tergolong herba yang menahun. Tumbuhan ini mempunyai
batang yang pendek, sehingga dianggap tidak mempunyai batang, dari
batang tersebut tumbuh geragih atau stolon yang tumbuh horizontal di atas
tanah dan berbuku – buku, dari buku yang menyentuh tanah tersebut
keluar akar dan tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru (Agoes, A.
2012).
Pegagan mempunyai daun tunggal yang tersusun dalam roset akar
dengan 2 sampai 10 daun. Daun berbentuk ginjal dengan ukuran 2-5 × 3-7
cm, tangkai daun tegak dan sangat panjang, bagian dalam tangkai daun
berlubang, tepi daun bergerigi dengan diameter 1-7 cm, pertulangan
menyirip dan berwarna hijau. Akar tunggang, bercabang – cabang, bulat
dan pipih. Bunga berbentuk payung tunggal, dan bersifat majemuk dengan
warna kemerahan. Buah pipih, berlekuk dua, berusuk, berwarna ungu
kecoklatan (Arifin S dan Ahmad, 2008).
3. Kandungan Kimia dan Manfaat
Ekstrak tumbuhan Pegagan memiliki aktivitas biologis, khususnya
penyembuhan luka yang berhubungan dengan antimikroba, antiinflamasi,
7
antioksidan, dan imunostimulan. Aktivitas tersebut ditimbulkan dengan
adanya respon dari derivat triterpenoid yaitu asiatikosida, fenolik,
flavonoid, dan minyak atsiri (Kedzia, et al., 2007 dalam Agustin, S. 2015).
Ekstrak etanolik 50% tumbuhan pegagan mengandung polifenolik 45
μg/mg ekstrak, flavonoid 14,6 μg/mg ekstrak, β-karoten 0,7 μg/mg ekstrak,
tanin 59,7 μg/mg ekstrak, Vitamin C 9,5 μg/mg ekstrak (Rahman, 2013
dalam Agustin, S. 2015). Selain itu pegagan juga mengandung garam
mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. (Agoes, A.
2012).
Berdasarkan penelitian farmakologi yang dilakukan, pegagan
mempunyai efek merangsang pertumbuhan rambut dan kuku,
meningkatkan perkembangan pembuluh darah serta menjaganya dalam
jaringan penghubung (connective tissue), meningkatkan pembentukan
mucin (zat utama pembentuk mucus) dan komponen-komponen dasar
pembentuk lainnya, seperti hyaluronic acid dan chondroitin sulfat ,
meningkatkan daya kompak (tensile integrity) dermis (jaringan kulit di
bawah epidermis), meningkatkan proses keratinisasi (pembentukan
keratin) epidermis melalui perangsangan pada lapisan luar kulit, dan
meningkatkan efek keseimbangan pada jaringan penghubung (Sondari D,
2013 dalam Agustin, S. 2015). Selain itu Glikosida triterpenoid, salah
satunya asiatikosida berkhasiat untuk kecerdasan atau daya pikir otak atau
sebagai nutrisi otak untuk meningkatkan kemampuan belajar dan
mengingat (Kumar dan Gupta, 2003 dalam Sutardi, 2016).
8
B. Sinar Ultraviolet
Sinar matahari yang dapat membahayakan kulit adalah sinar ultraviolet.
Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu sinar yang dipancarkan oleh matahari
yang dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar
inframerah (Setiawan, 2010).
Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar yang dipancarkan oleh matahari yang
berada pada kisaran panjang gelombang 200-400 nm. Spektrum UV terbagi
menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang, yaitu UV A (320-
400) yang terbagi menjadi dua subbagian yaitu UV A1 (340- 400) dan UV
A2 (320-340), UV B (290- 320), dan UV C (200-290) (Colipa, 2006 dalam
Syarif, St Umrah. 2017).
Energi dari radiasi sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi
dapat memberikan tanda dan gejala terbakarnya kulit, diantaranya adalah
eritema yaitu timbulnya kemerahan pada kulit, rasa sakit, kulit melepuh dan
terjadinya pengelupasan kulit. Tidak semua radiasi sinar UV dari matahari
mencapai permukaan bumi. Sinar UV-C yang memiliki energi paling besar
tidak dapat mencapai permukaaan bumi karena mengalami penyerapan di
lapisan ozon (Parrish et al, 1982 dalam Syarif, St Umrah. 2017). UV-B sangat
berperan dalam menyebabkan luka bakar (sunburn) dan kanker kulit,
sedangkan UV-A berperan dalam menyebabkan kulit hitam (tanning) dan
foto sensitivitas (McKinlay et al., 1987 dalam Syarif, St Umrah. 2017).
9
C. Tabir Surya
Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang secara fisik atau
kimia dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Tabir surya
dapat digunakan untuk melindungi kulit dari efek sinar matahari yang dapat
menyebabkan eritema pada durasi pendek dan dapat menyebabkan penuaan
dan kanker kulit pada durasi yang lama. Mekanisme kerja tabir surya dibagi
menjadi 2, yaitu mengabsorpsi atau menyerap secara kimia dan menghambat
atau menghalangi secara fisik. Umumya senyawa yang dapat digunakan
sebagai tabir surya memiliki gugus aromatik yang terkonjugasi dengan gugus
karbonil, sebab struktur tersebut memungkinkan molekul untuk menyerap
sinar UV pada energi yang tinggi dan melepaskannya pada energi rendah
sehingga dapat mencegah radiasi sinar UV yang dapat merusak kulit (Lowe,
2006).
Tabir surya awalnya dirancang untuk menyaring atau melindungi kulit
dari sinar UV B. Namun karena sekarang ini penetrasi sinar UV A ketika
terkena kulit dapat menembus lebih dalam sampai lapisan dermis dan dapat
menyebabkan terjadinya penuaan dan kerusakan DNA, maka sekarang ini
terjadi pergeseran ke arah tabir surya yang memiliki spektrum luas. Tabir
surya dengan spektrum luas dapat menghalangi penetrasi sinar UV A dan UV
B. Beberapa zat yang memiliki spektrum luas tersebut yaitu zat yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Karena kemampuannya untuk
menyerap sinar UV menjadi luas dan kompleks maka perlu diperhitungkan
10
bahwa zat aktif yang digunakan harus stabil oleh sinar UV (Kockler et al,
2012).
Idealnya tabir surya harus memiliki nilai SPF yang tinggi, toleran
terhadap kulit, menyenangkan ketika digunakan, tidak toksik, efektif
melindungi sinar UV A dan UV B, stabil terhadap cahaya, tahan terhadap air,
dan ekonomis. Namun tidak ada tabir surya yang benar-benar memiliki
persyaratan lengkap. Tabir surya harus digunakan 20-30 menit sebelum
terpapar sinar matahari sehingga produk memiliki kesempatan untuk kontak
dan bereaksi dengan kulit. Berlawanan dengan saran umum sediaan tabir
surya yang harus diterapkan kembali setiap 2-3 jam, penelitian telah
menunjukkan bahwa perlindungan terbaik tercapai dengan aplikasi 15-30
menit sebelum terpapar sinar matahari dan dilakukan penggunaan kembali
jika diperlukan setelah melakukan kegiatan seperti berenang, berkeringat, dan
membersihkan muka (Diffey, 2001).
D. Sun Protecting Factor (SPF)
Sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan harga SPF (Sun Protected
Factor) yang menggambarkan kemampuan produk tabir surya dalam
melindungi kulit dari eritema (Stanfield, 2003 dalam Syarif, St Umrah. 2017).
Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
adalah dengan nilai sun protection factor (SPF), yang di definisikan sebagai
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose
(MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang
11
tidak diberikan perlindungan. MED didefinisikan sebagai jangka waktu
terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan
terjadinya erythema (Wood & Murphy, 2000 dalam Syarif, St Umrah. 2017).
Sun Protection Factor (SPF) merupakan indikator universal yang
menjelaskan tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV
protektor, semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau zat aktif tabir surya
maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV (Dutra
et al., 2004 dalam Syarif, St Umrah. 2017).
Tabel 2.1. Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF
(Wilkinson dan Moore, 1982 dalam Syarif, St Umrah. 2017).
No. Nilai SPF Kategori Proteksi Tabir Surya
1. 2-4 Proteksi minimal
2. 4-6 Proteksi sedang
3. 6-8 Proteksi ekstra
4. 8-15 Proteksi maksimal
5. >15 Proteksi ultra
Pengukuran nilai spf secara in vitro secara umum terbagi dalam dua tipe.
Tipe pertama adalah dengan cara mengukur serapan atau transmisi radiasi UV
melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa atau biomembran. Tipe
yang kedua adalah dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya
meggunakan analisis spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir
surya yang diuji (Kaur C.D dan S.Saraf, 2010).
Mansur (1986) mengembangkan suatu persamaan matematis untuk
mengukur nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
12
Keterangan :
EE : Erythemal effect spectrum
I : Solar intensity spectrum
Abs : Absorbance of sunscreen product
CF : Correction factor (= 10)
Nilai EE×I adalah konstan. Konstanta nilai EE×I dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 2.2. Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF
Panjang Gelombang Nilai EE×I
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180
Total 1
E. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan atau biota laut. Zat-zat aktif tersebut
13
terdapat didalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pemilihan pelarut
tertentu dalam mengekstraksinya (Ditjen POM, 1995). Tujuan utama
ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat
yang memiliki khasiat pengobatan dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar
lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorpsi, rasa, pemakaian, dan lain-
lain) dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan pengobatannya
lebih terjamin (Syamsuni, 2005).
1. Ekstrak
Menurut FI IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemuadian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Menurut literatur lain, ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak kering
(siccum), kental (spissum), dan cair (liquidum), yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai diluar
pengaruh cahaya matahari langsung (Syamsuni, 2005).
2. Simplisia
Departemen Kesehatan RI dalam Farmakope Indonesia Edisi ketiga
menyatakan bahwa Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).
14
3. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana,
menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar) (Ditjen POM, 2000). Prinsip maserasi adalah
ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam
pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar
terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan tergerak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah
(proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi
keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel,
1989 dalam Muhaimin, M. 2018). Pada penyarian dengan cara meserasi,
perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar
butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga
adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan
di dalam sel dengan larutan di luar sel.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi
adalah Waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak (Rohman, 2007).
15
4. Penyarian
Penyarian adalah penarikan zat pokok yang diingnkan dari bahan
mentah tanaman dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat
yang diinginkan akan larut. Pemilihan sistem pelarut yang diinginkan
dalam ekstraksi harus berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan
jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur
yang tidak diinginkan (Ansel, 1989 dalam Muhaimin, M. 2018).
5. Etil asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3/
CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat.
Senyawa ini berwujud cairan, tak berwarna tetapi memiliki aroma yang
khas. Etil asetat merupakan pelarut polar menengah yang mudah menguap,
tidak beracun dan tidak higroskopis.
F. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis merupakan salah satu jenis spektroskopi yang
sering digunakan dalam analisis kimia dan biologi. Spektrofotometer ini
didasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara
sinar tampak (Visible) mempunyai panjang gelombang 400-800 nm. Sesuai
dengan namanya, spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara
spektrofotometer UV dan Visible. Spektrofotometer UV-Vis menggunakan
dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya UV dan sumber
cahaya Visible. Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer
16
berkas ganda sedangkan pada spektrofotometer Visible ataupun UV termasuk
spektrofotometer berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda blanko
dan sampel dimasukan atau disinari secara bersamaan, sedangkan
spektrofotometer berkas tunggal blanko dimasukkan atau disinari secara
terpisah (Harold, 2003 dalam Syahrani, 2015).
Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV
sebagai berikut (Gandjar dan Rohman, 2007):
1. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk
memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
2. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing–masing absorbansi larutan dengan berbagai
konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi
maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.
3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8. Nilai ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
17
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling
minimal.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasi laboratorium yang bertujuan untuk
menguji aktivitas ekstrak etil asetat Herba Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) sebagai tabir surya berdasarkan penentuan nilai Sun Protection Factor
(SPF) secara in vitro menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret-Juli 2019 yang
bertempat di Laboratorium Fitokimia dan Kimia, Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Makassar.
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alumunium foil, batang pengaduk, beaker gelas, bejana maserasi,
buret, cawan, corong gelas, labu ukur, pipet tetes, rotavapor,
spektrofotometeri UV-Vis, sendok tanduk, timbangan analitik, vial dan
waterbath.
2. Bahan yang digunakan
Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), aquadest, etanol dan
etil asetat.
19
D. Prosedur Kerja
1. Penyiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah Herba (seluruh bagian) Pegagan
yang berasal dari Mare Kabupaten Bone, Herba Pegagan dibersihkan dari
kotoran yang menempel dengan air mengalir sampai benar-benar bersih.
Lalu Herba yang sudah bersih kemudian dikurangi kadar airnya dengan
cara dipotong-potong. Selanjutnya diangin-anginkan dalam suhu kamar
tanpa terkena sinar matahari langsung sampai benar-benar kering lalu
dilakukan proses ekstraksi selanjutnya.
2. Pembuatan Ekstrak
Ditimbang simplisia Herba Pegagan Sebanyak 100 gram, lalu
dimasukkan dalam bejana maserasi kemudian ditambah pelarut etil asetat
sampai seluruh sampel terendam sempurna. Sampel diaduk rata,
kemudian bejana maserasi ditutup rapat. Proses maserasi dilakukan
selama 5 x 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan. Ekstraksi
diulang hingga tersari sempurna. Maserat yang diperoleh diuapkan
pelarutnya menggunakan rotavapor hingga volumenya berkurang,
kemudian diuapkan lagi menggunakan water bath hingga diperoleh
ekstrak kental. Kemudian berat ekstrak kental ditimbang.
3. Pembuatan Larutan Sampel
Ditimbang dengan seksama 50 mg ekstrak Herba Pegagan kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dan diencerkan dengan etanol,
dicukupkan hingga tanda (1.000 ppm). Kemudian dari larutan tersebut
20
dipipet sebanyak 1,0 ml, 2,0 ml, 3,0 ml, 4,0 ml dan 5,0 ml. Masing-
masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, kemudian diencerkan
dengan etanol hingga tanda (diperoleh larutan dengan konsentrasi 100,
200, 300, 400 dan 500 ppm).
4. Pengukuran Serapan Sampel
Sampel diukur serapannya pada panjang gelombang 290 nm sampai
320 nm dengan interval 5 nm yaitu panjang gelombang sinar UV dan
dihitung nilai log SPF yang merupakan nilai rata-rata dari serapan dan
kemudian ditentukan nilai SPF serta jenis proteksi tabir dari ekstrak etil
asetat Herba Pegagan.
E. Pengumpulan Data
Data hasil pengukuran serapan larutan sampel ditabulasikan dan
dikumpulkan, kemudian ditentukan potensi aktivitas tabir suryanya.
F. Analisis Data
Mansur (1986) mengembangkan suatu persamaan matematis untuk
mengukur nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
EE : Erythemal effect spectrum
I : Solar intensity spectrum
Abs : Absorbance of sunscreen product
21
CF : Correction factor (= 10)
Nilai EE×I adalah konstan. Konstanta nilai EE×I dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Panjang Gelombang Nilai EE×I
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180
Total 1
Tabel 3.1. Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF
Cara perhitungan :
1. Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dengan nilai EE x I untuk
masing-masing panjang gelombang yang terdapat pada tabel diatas.
2. Hasil perkalian serapan dan EE x I dijumlahkan.
3. Hasil penjumlahan kemudian dikalikan dengan faktor koreksi yang
nilainya 10 untuk mendapatkan nilai SPF sediaan.
Sun Protection Factor (SPF) merupakan indikator universal yang
menjelaskan tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV
protektor, semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau zat aktif tabir surya
maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV (Dutra
22
et al., 2004 dalam Syarif, St Umrah. 2017). Adapun kategori proteksi tabir
surya berdasarkan nilai SPF dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF
(Wilkinson dan Moore, 1982 dalam Syarif, St Umrah. 2017).
No. Nilai SPF Kategori Proteksi Tabir Surya
1. 2-4 Proteksi minimal
2. 4-6 Proteksi sedang
3. 6-8 Proteksi ekstra
4. 8-15 Proteksi maksimal
5. >15 Proteksi ultra
G. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisis data yang
telah diperoleh.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian uji aktivitas ekstrak etil asetat Herba Pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) sebagai tabir surya berdasarkan penentuan nilai Sun
Protection Factor (SPF) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil perhitungan nilai SPF ekstrak etil asetat Herba Pegagan.
No. Konsentrasi SPF SPF rata-rata Kategori
Proteksi
1. 100 ppm
3,666361
3,863021 Minimal 3,983579
3,939123
2. 200 ppm
7,382977
7,237634 Ekstra 7,199963
7,129962
3. 300 ppm
10,70331
10,959767 Maksimal 11,16192
11,01407
4. 400 ppm
14,42176
14,624987 Maksimal 14,32464
15,12856
5. 500 ppm
17,82868
18,51855 Ultra 19,07111
18,65586
Sumber: Data Primer 2019
24
B. Pembahasan
Sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan nilai SPF (Sun Protected
Factor) yang menggambarkan kemampuan produk tabir surya dalam
melindungi kulit dari paparan sinar UV. Sun Protection Factor (SPF)
merupakan indikator universal yang menjelaskan tentang keefektifan dari
suatu produk atau zat yang bersifat UV protektor, semakin tinggi nilai SPF
dari suatu produk atau zat aktif tabir surya maka semakin efektif melindungi
kulit dari pengaruh buruk sinar UV.
Pengujian aktivitas tabir surya dilakukan secara In vitro dengan
menggunakan metode spektrofotometri. Berdasarkan penelitian terdahulu
metode ini paling umum digunakan untuk pengujian aktivitas tabir surya dan
juga merupakan metode yang sangat sederhana, cepat, serta bahan kimia dan
sampel yang digunakan sedikit. Pengukuran dilakukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 290-320 nm (UVB). Percobaan
dilakukan pada UVB karena untuk mengukur kemampuan senyawa yang
berpotensi sebagai tabir surya, UVB memiliki energi yang dapat menembus
lapisan paling luar kulit (epidermis) yang efeknya dapat terlihat secara
langsung berupa eritema.
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah Herba Pegagan yang
diekstraksi dengan metode maserasi. Karena maserasi merupakan cara
penyarian yang sederhana dan digunakan untuk simplisia yang bertekstur
lunak sehingga zat aktif yang terkandung didalamnya mudah larut dalam
cairan penyari (Sitepu, JSG. 2010). Adapun pelarut yang digunakan yaitu etil
25
asetat. Setelah dilakukan maserasi, ekstrak didiamkan dan di saring untuk
mengambil filtratnya. Filtrat yang diperoleh diuapkan pelarutnya
menggunakan rotavapor hingga volumenya berkurang, kemudian diuapkan
lagi menggunakan water bath hingga diperoleh ekstrak kental. Adapun %
rendamen yang diperoleh dari ekstrak etil asetat Herba Pegagan yaitu 4,83 %.
Ekstrak etil asetat Herba Pegagan dibuat dalam konsentrasi 100 ppm;
200 ppm; 300 ppm; 400 ppm dan 500 ppm dengan menggunakan pelarut
etanol sebagai larutan pengencer dan blanko kemudian dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali. Sediaan dikatakan dapat memberikan perlindungan
apabila memiliki nilai SPF 2-100. Berdasarkan data yang diperoleh
menunjukkan nilai SPF 3,86 pada 100 ppm (proteksi minimal); 7,23 pada 200
ppm (proteksi ekstra); 10,95 pada 300 ppm (proteksi maksimal); 14,62 pada
400 ppm (proteksi maksimal); dan 18,51 pada 500 ppm (proteksi ultra).
Sampel Herba Pegagan digunakan sebagai tabir surya memiliki nilai SPF
pada kisaran 2 – 18, dimana termasuk dalam rentang perlindungan minimal-
ultra.
Penelitian nilai SPF dengan beberapa konsentrasi ekstrak menunjukkan
adanya peningkatan absorbansi seiring dengan meningkatnya konsentrasi
larutan uji. Dengan demikian, terdapat hubungan linear antara besar
konsentrasi dengan nilai SPF yang dihasilkan pada ekstrak Herba Pegagan.
Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula nilai SPF dan
kemampuannya sebagai tabir surya.
26
Adapun hasil penelitian lainnya telah dilakukan tentang aktivitas ekstrak
Herba Pegagan sebagai tabir surya yang menggunakan pelarut berbeda
dengan konsentrasi yang sama 500 ppm. Ekstraksi menggunakan pelarut
etanol oleh Nirmawasari Usman (2019) didapatkan nilai SPF sebesar 11,20.
Data ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat Herba Pegagan memberi
proteksi lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak etanol, karena pada
konsentrasi yang sama yaitu 500 ppm ekstrak etil asetat mampu menembus
proteksi ultra dengan nilai SPF 18,51. Namun, dilihat dari hasil rendamen
ekstraksi menggunakan pelarut etanol oleh Nirmawasari Usman (2019)
diperoleh % rendamen 20,42%, sedangkan ekstraksi menggunakan pelarut
etil asetat diperoleh % rendamen 4,83%. Data ini menunjukkan bahwa
ekstraksi Herba Pegagan dengan menggunakan pelarut etanol lebih banyak
menghasilkan rendamen ekstrak dibandingkan dengan menggunakan pelarut
etil asetat. Hal ini disebabkan karena pelarut etanol cenderung lebih kuat
menarik semua senyawa-senyawa yang terkandung dalam Herba Pegagan
dibandingkan dengan pelarut etil asetat.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas ekstrak etil asetat Herba
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai tabir surya dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ekstrak etil asetat Herba Pegagan memiliki aktivitas tabir surya, dengan
nilai SPF masing-masing adalah konsentrasi 100 ppm sebesar 3,86;
konsentrasi 200 ppm sebesar 7,23; konsentrasi 300 ppm sebesar 10,95;
pada konsentrasi 400 ppm sebesar 14,62; dan konsentrasi 500 ppm sebesar
18,51.
2. Konsentrasi ekstrak etil asetat Herba Pegagan yang dapat memberikan
proteksi minimal sebagai tabir surya (SPF 2-4), yaitu pada konsentrasi 100
ppm.
B. Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya, untuk membuat sebuah produk
tabir surya dari ekstrak etil asetat Herba Pegagan dan diuji aktifitasnya
sebagai tabir surya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Azwar. (2012). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.
Agustin, Setio. (2015). Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif
Penangkap Radikal Bebas, Ultraviolet Protection, dan Antibakteri pada
Ekstrak Etanolik Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Yogyakarta:
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Akbar, Hendra Rizki. (2010). Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun
Dandang Gendis (Clinacanthus Nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan
(Skripsi). Bogor: IPB.
Arifin, Sjamsul dan Ahmad. (2008). Tumbuh – Tumbuhan Obat Indonesia.
Bandung: ITB.
Diffey, B. (2001). Sunscreen Isn’t Enough, J Photochemical Photobiology, 64:
105-108.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Kaur, C.D. and Saraf S. (2010). In Vitro Sun Protecting Factor Determination of
Herbal Oils Used Cosmetics, Article Pharmacognosy Research, Vol.2, No.1.
Hal. 22-23
Kedzia, et al. (2007). Studies on the biological properties of extracts from
Centella asiatica (L.) Urban herb, Herba Polonica, 53 (1), 33-34.
Kockler, et al. (2012). Photostability of Sun Screens Journal of Photo Chemistry
and Photobiologi C. 13 (1), 91-110.
Lowe, N.J. (2006). An overview of Ultraviolet Radiation, Sunscreens, And
Photoinduced Dermatoses. Dermatology Clinical, 24(1) : 9-17.
Mansur, J.S., et all. (1986). Determination of Sun Protection Factor for
Spectrophotometry An.Bras. Dermatol. Rio de Janeiro.
Muhaimin, Masniati. (2018). Uji Aktivitas ekstrak Air Buah Jamblang (Syzigium
cumini L.) sebagai Tabir Surya Berdasarkan Penentuan Nilai Sun Protection
29
factor (SPF) secara in Vitro. Makassar: Jurusan Farmasi, Poltekkes
Kemenkes Makassar.
Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salamah, Nina dan Liani F. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) dengan Metode
Fosfomolibdat. Yogyakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan.
Setiawan, Tri. (2010). Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir
Surya Yang Mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.),
Oktil Metoksisinamat, dan Titanium Dioksida. Depok: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Shovyana, dkk. (2013). Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim w/o Ektrak Buah
Mahkota Dewa (Phaleria marocarpha .S) sebagai tabir surya. Yogyakarta:
Faculty of Pharmacy. Universitas Gadjah Mada.
Sitepu, JSG. (2010). Pengaruh Variasi Metode Ekstraksi secara Maserasi dan
dengan Alat Soxhlet terhadap Kandungan Kurkuminoid dan Minyak Atsiri
dalam Ekstrak Etanolik Kunyit (Curcuma domestica Val.). Yogyakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Sutardi. (2016). Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan Dan Khasiatnya
Untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh.Yogyakarta: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Syahrani. (2015). Formulasi dan Uji Potensi Krim Tabir Surya dengan Bahan
Aktif Ekstrak Etanol Kulit Nanas (Ananas comosus (L.) Merr).
Makassar: Fakultas Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Syamsuni. (2005). Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Syarif, St Umrah. (2017). Uji Potensi Tabir Surya Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium Guajava L.) Berdaging Putih secara In Vitro. Makassar: Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Tjitrosoepomo, Gembong. (2010). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wihelmina, Cynthya E.(2011). Pembuatan dan Penentuan Nilai SPF Nanoemulsi
Tabir Surya Menggunakan Minyak Kencur (Kaemferia galanga L.) Sebagai
Fase Minyak. Depok: FMIPA Program Studi Farmasi.
30
LAMPIRAN
LAMPIRAN I: Skema Kerja Pembuatan dan Penentuan Nilai SPF Ekstrak
Etil Asetat Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Ekstrak etil asetat cair
Diuapkan dengan waterbath
Herba Pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban)
Analisis data
Pengujian aktivitas tabir
surya mengunakan
spektrofotometri UV-Vis
Pengumpulan data
Kesimpulan
- Dibersihkan dan dicuci dengan air
- Dipotong-potong
- Diangin-anginkan
- Dimaserasi dengan etil asetat
Ekstrak etil asetat kental
31
LAMPIRAN II: Perhitungan
1. Perhitungan rendamen
Berat sampel kering = 82 g
Berat sampel ekstrak etil asetat = 3,96 g
Perhitungan rendamen = x 100 %
= x 100 %
= 4, 83%
2. Perhitungan nilai SPF metode Mansur
Konsentrasi Ekstrak
Panjang Gelombang
EEx1 Absorbansi
() EEx1xabs ∑EExIxλ SPF
100 ppm R1
290 0,015 0,41143 0,006171
0,366636 3,666361
295 0,0817 0,39126 0,031966
300 0,2874 0,37591 0,108037
305 0,3278 0,36027 0,118097
310 0,1864 0,35434 0,066049
315 0,0837 0,35721 0,029898
320 0,018 0,35657 0,006418
100 ppm R2
290 0,015 0,4468 0,006702
0,398358 3,983579
295 0,0817 0,42368 0,034615
300 0,2874 0,40794 0,117242
305 0,3278 0,39152 0,12834
310 0,1864 0,38529 0,071818
315 0,0837 0,38984 0,03263
320 0,018 0,38952 0,007011
100 ppm R3
290 0,015 0,44047 0,006607
0,393912 3,939123
295 0,0817 0,41867 0,034205
300 0,2874 0,40368 0,116018
305 0,3278 0,38674 0,126773
310 0,1864 0,38135 0,071084
315 0,0837 0,38571 0,032284
320 0,018 0,38563 0,006941
200 ppm R1 290 0,015 0,81474 0,012221 0,738298 7,382977
32
295 0,0817 0,77604 0,063402
300 0,2874 0,75214 0,216165
305 0,3278 0,72529 0,23775
310 0,1864 0,72051 0,134303
315 0,0837 0,7315 0,061227
320 0,018 0,73497 0,013229
200 ppm R2
290 0,015 0,79633 0,011945
0,719996 7,199963
295 0,0817 0,75968 0,062066
300 0,2874 0,73342 0,210785
305 0,3278 0,70823 0,232158
310 0,1864 0,70114 0,130692
315 0,0837 0,71082 0,059496
320 0,018 0,71415 0,012855
200 ppm R3
290 0,015 0,78865 0,01183
0,712996 7,129962
295 0,0817 0,75094 0,061352
300 0,2874 0,72711 0,208971
305 0,3278 0,70012 0,229499
310 0,1864 0,69482 0,129514
315 0,0837 0,70581 0,059076
320 0,018 0,70851 0,012753
300 ppm R1
290 0,015 1,1847 0,017771
1,070331 10,70331
295 0,0817 1,1283 0,092182
300 0,2874 1,0872 0,312461
305 0,3278 1,0519 0,344813
310 0,1864 1,0448 0,194751
315 0,0837 1,0641 0,089065
320 0,018 1,0716 0,019289
300 ppm R2
290 0,015 1,241 0,018615
1,116192 11,16192
295 0,0817 1,1749 0,095989
300 0,2874 1,135 0,326199
305 0,3278 1,0961 0,359302
310 0,1864 1,0897 0,20312
315 0,0837 1,1096 0,092874
320 0,018 1,1163 0,020093
300 ppm R3
290 0,015 1,2196 0,018294
1,101407 11,01407
295 0,0817 1,1597 0,094747
300 0,2874 1,1203 0,321974
305 0,3278 1,0812 0,354417
310 0,1864 1,0757 0,20051
315 0,0837 1,0948 0,091635
33
320 0,018 1,1016 0,019829
400 ppm R1
290 0,015 1,6099 0,024149
1,442176 14,42176
295 0,0817 1,5288 0,124903
300 0,2874 1,4675 0,42176
305 0,3278 1,4152 0,463903
310 0,1864 1,4047 0,261836
315 0,0837 1,4295 0,119649
320 0,018 1,4432 0,025978
400 ppm R2
290 0,015 1,6122 0,024183
1,432464 14,32464
295 0,0817 1,5174 0,123972
300 0,2874 1,4588 0,419259
305 0,3278 1,4043 0,46033
310 0,1864 1,396 0,260214
315 0,0837 1,4185 0,118728
320 0,018 1,4321 0,025778
400 ppm R3
290 0,015 1,7085 0,025628
1,512856 15,12856
295 0,0817 1,6103 0,131562
300 0,2874 1,5396 0,442481
305 0,3278 1,4839 0,486422
310 0,1864 1,4698 0,273971
315 0,0837 1,4997 0,125525
320 0,018 1,5149 0,027268
500 ppm R1
290 0,015 2,0903 0,031355
1,782868 17,82868
295 0,0817 1,9221 0,157036
300 0,2874 1,8231 0,523959
305 0,3278 1,7448 0,571945
310 0,1864 1,7183 0,320291
315 0,0837 1,7495 0,146433
320 0,018 1,7694 0,031849
500 ppm R2
290 0,015 2,3353 0,03503
1,907111 19,07111
295 0,0817 2,0852 0,170361
300 0,2874 1,9548 0,56181
305 0,3278 1,8555 0,608233
310 0,1864 1,8331 0,34169
315 0,0837 1,8637 0,155992
320 0,018 1,8887 0,033997
500 ppm R3
290 0,015 2,2403 0,033605
1,865586 18,65586 295 0,0817 2,0259 0,165516
300 0,2874 1,9095 0,54879
305 0,3278 1,8191 0,596301
34
310 0,1864 1,7955 0,334681
315 0,0837 1,831 0,153255
320 0,018 1,8577 0,033439
35
LAMPIRAN III: Dokumentasi Penelitian
Gambar 2. Hubungan konsentrasi dengan kenaikan Nilai SPF
Gambar 3. Penimbangan sampel Herba Pegagan
36
Gambar 4. Proses Maserasi
Gambar 5. Maserat yang dihasilkan
37
Gambar 6. Proses Rotary Epavorator
Gambar 7. Ekstrak kental
38
Gambar 8. Penimbangan ekstrak sampel
Gambar 9. Pembuatan larutan Sampel
39
Gambar 10. Hasil pengenceran replika 1 dalam 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm
Gambar 11. Hasil pengenceran replika 2 dalam 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm
40
Gambar 12. Hasil pengenceran replika 3 dalam 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm
Gambar 13. Pengukuran Serapan Sampel
41
LAMPIRAN IV: Hasil Pengukuran Serapan Sampel
42
43
BIOGRAFI
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Ade Purnama
Nim : PO.71.3.251.16.1.003
Tempat dan Tanggal lahir : Pinrang, 01 Juni 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Program Studi : D.III Faramsi
Alamat : Jl. Baji Gau III No.16, Makassar
E-mail : [email protected]
Nomor Telepon/Hp : 085363044229
Nama Orang Tua
Ayah : Arifin
Ibu : Nur janna
B. Riwayat Pendidikan
SD : SDN 255 Tiroang
SMP : SMPN 1 Baranti
SMA : SMAN 1 Panca Rijang
Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes RI Makassar Jurusan Farmasi
Demikian Biografi ini saya buat dengan sebenar-benarnya sebagai bahan
pertimbangan Bapak/Ibu. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
44