uji sensitivitas antibiotik

download uji sensitivitas antibiotik

of 47

description

mikrobiologi

Transcript of uji sensitivitas antibiotik

PENGEUJI SENSIFITAS ANTIBIOTIKA 44LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGIPERCOBAAN VIUJI SENSIVITAS ANTIBIOTIKA

OLEH :

NAMA: MELISA ARDIANTINIM: F1F1 13 031KELAS: AKELOMPOK: VI ( ENAM )ASISTEN : MUHAMMAD JULPAN KOPE

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIJURUSAN FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI2015

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangMikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang makhluk hidup yang berukuran kecil atau biasa disebut juga makhluk hidup berukuran mikro. Berbicara tentang mikrobiologi banyak hal yang akan dipelajari dan diamati karena disekitar kita atau bahkan dalam diri kita terdapat berbagai macam mikroba. Kelompok mikroba yang dimaksud berupa kelompok bakteri, alga, protozoa, fungi mikroskopik dan virus. Mengetahui atau mengamati mikroba yang ada di lingkungan kita merupakan suatu hal yang wajib, karena mereka memiliki beberapa fungsi ada yang merugikan dan ada pula yang menguntungkan. Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal dikalangan masyarakat. Penggunaan dari antibiotik dan antimikroba inipun telah meningkat, seiring dengan bermunculannya berbagai jenis infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun virus baru. Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya dikalangan awam seringkali disalah artikan atau disalah gunakan, dalam artian seringkali penatalaksanaan dalam menangani suatu jenis infeksi yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama terapi atau penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman mengenai antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari merupakan penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat antibiotik maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu.Untuk mengetahui sensitifitas dari mikroba maka dilakukan uji sensitifitas, yang merupakan suatu teknik untuk menetapkan sensitifitas suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu seberapa besar hambatan pertumbuhan yang dapat dilakukan oleh antibiotik dan untuk mengetahui apakah suatu antibiotik dapat membunuh jenis mikroba berspektrum luas atau hanya dapat membunuh satu jenis mikroba yang disebut spektrum sempit. Pada percobaan ini dilakukan suatu uji beberapa antibiotik terhadap bakteri pseudomonas auregenosa dan Streptococus aureus. Pada percobaan ini akan dibandingkan antibiotik mana yang sensitif dan resisten.Rumusan MasalahRumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana mengerahui suatu obat sensitif atau resisten terhadap antibiotik.Tujuan PercobaanTujuan dilakukannya percobaan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui apakah suatu antibiotik masih sensitif atau tidak terhadap suatu mikroba penyakit.Manfaat PercobaanManfaat dilakukannya percobaan pada praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui suatu antibiotik masih sensitif atau tidak terhadap suatu mikroba penyakit.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumAntibiotik adalah zat-zat kimia yang di- hasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertum- buhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Bersamaan dengan pen- ingkatan penggunaan antibiotik ini, berbagai permasalahan dapat terjadi seperti pemakaian antibiotik yang tidak rasional, peningkatan re- sistensi antibiotik, dan pe-ningkatan harga an- tibiotik. Salah satu tempat pelayanan kesehat- an untuk mendistribusikan antibiotik adalah apotek (Abdulah, 2012).Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia.Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Secara garis besar antimikroba dibagi menjadi dua jenis yaitu yang membunuh kuman (bakterisid) dan yang hanya menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lainpenisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid danlain-lain. Sedangkan antibiotik yang memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaanya tergantung status imunologi pasien, antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain (Utami, 2011).Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik umumnya bervariasi di tiap negara. Berdasarkan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, ntibiotik yang sensitivitasnya paling tinggi adalah siprofloksasin, gentamisin dan ofloksasin . Sedangkan antibiotik yang resistensinya paling tinggi adalah amoksisilin, tetrasiklin, dan eritromisin (Budiarti, 2013)Metode yang dipergunakan umumnya dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri, Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik (Jawelz, 1995).Proses uji sensisitivitas ini bertujuan untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik (Dwidjoseputro, 1998).Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengakibatkan dampak negatif. Pemberian antibiotik yang tidak memenuhi dosis regimen dapat meningkatkan resistensi antibiotik. Jikaresistensiantibiotik tidak terdeteksi dan tetap bersifat patogen maka akan terjadi penyakit yang merupakan ulangan dan menjadi sulit disembuhkan. Apabila pemakaian antibiotik kurang dari waktu yang ditentukan akan terjadi kegagalan pengobatan, adanya bakteri resisten terhadap obat antibiotik tersebut, bahkan dapat lebih berbahaya lagi terjadinya efek samping obat yang merugikan (Yuniastuti, 2011).Semakin tepat pemberian dosis, maka semakin cepat dan tepat pula tercapainya kadar antibiotika pada tempat infeksi, efek terapi yang optimal dipengaruhi oleh tercapainya kadar antimikroba pada tempat infeksi. Penggunaana antibiotik harus tepat, jika terjadi kesalahan terhadap penggunaan antibiotik atau tidak dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti meningkatnya jumlah bakteri yang resisten, timbulnya efek samping suatu toksisitas yang tidak perlu, dan bertambah parahnya infeksi tersebut (Yuniastuti, 2011).Amoksisilin dan Ampisilin, merupakan antibiotik golongan penisilin yang bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi baik di jaringan dan cairan tubuh, akan tetapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Antibiotik ini sesuai digunakan unntuk pengobatan pneumonia karena spektrum kerjanya yang luas. Sefadroxil merupakan sefalosporin yang memiliki spektrum luas yang digunakan untuk terapi septicemia, pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis, dan infeksi saluran urin. Aktivitas farmakologi dari sefalosporin sama dengan penisilin, diekskresi sebagian besar melalui ginjal(Yuniastuti, 2011).Pseudomonas aeruginosa mempunyai kemampuan berkompetisi dengan bakteri lain di mukosa atau kulit, karena hanya butuh nutrisi yang minimal dan memproduksi zat antibakteri (bacteriocin). Aktivitas enzim- enzim ekstraseluler dapat menciptakan sarang yang terlindung terhadap pertahanan normal mukosa maupun terhadap antibiotik. Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada sarangnya terbungkus eksopolisakarida sehingga melindunginya terhadap penetrasi antibiotik, antibodi, komplemen dan sel fagosit. Sifat- sifat tersebut menimbulkan resistensi terhadap antibiotik, dan sulit untuk eradikasi penyakit ( Anjarwati, 2012).Manfaat antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).

B. Uraian Bahan1. Agar (Ditjen POM, 1979:74).Nama resmi : AgarNama lain : Agar-agarPemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran, jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai putih kekuningan atau tidak berwarna, tidak berbau atau berbau lemah, rasa berlendir, jika lembab liat, ika kering rapuh Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam air mendidihPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baikProduksi : Difco TM. Bocton, Dickinson and company Sparks, MD 21152 USA2. Akuades (Ditjen POM, 1979:96).Nama resmi: Aqua destillataNama lain: Air suling RM/ BM: H2O / 18,02Rumus struktur: O H HPemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasaPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.Stabilitas: Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.OTT: Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.3. Amoxicilin ( Ditjen POM, 1995:95-96)Nama resmi: AmoxicilinumSinonim: AmoksilinBM/RM: 419,45/C16H19N3O5S.3H2ORumus struktur:

Pemerian : serbuk hablur, putih, praktis, tidak berbauKelarutan: Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali.Kegunaan: Sebagai sampel

4. Ampisilin (Ditjen POM, 1995:103-104)Nama resmi: AmpicillinumSinonim: AmpsilinBM/RM: 349,40/C16H19N3SRumus struktur:

Pemerian: Serbuk hablur,putih, praktis, tidak berbauKelarutan: Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai sampel5. Cefadroksil ( Sweetman, 2009:218)Nama resmi:CefadroxilSinonim:Cefadroksi, kefadroksil, BM/RM:381,4/ C16H17N3O5S.H2ORumus struktur:

Pemerian:Bubuk Kristal, berwarna putihKelarutan:Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam alcohol, kloroform, dan dalam eterPenyimpanan:Dalam wadah kedap udaraKegunaan:Sebagai sampel6. Etanol (Dirjen POM, 1979:65)Nama resmi: AethanolumNama lain: Etanol / AlkoholBM/RM: 46,07/C2H6O Rumus struktur:

Pemerian: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78C dan muda terbakar.Kelarutan: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.Berat Jenis: 0,812 0,816 g/ml.Stabilitas: Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.OTT: Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi gelap.Konsentrasi: 60-90 %.Kegunaan: Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.Penyimpanan: Wadah tertutup rapat jauh dari api.7. Metanol (Ditjen POM, 1979: 706).Nama resmi: Methanol Sinonim: metanolRumus molekul: CH3OH

Rumus Struktur:

Pemerian: cairan tidak berwarna, jernih, bau khasKelarutan: dapat bercampur dengan air membentuk cairan jernih tidak berwarna.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.10.Natrium Klorida ( Ditjen POM,1995:584).Nama resmi: Natrii chloridumSinonim : natrium kloridaRM/bm : NaCl/58,44Rumus Struktur :

Pemerian : hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, rasa asin.Kelarutan: mudah larut dalam air, sedikit lebih larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: pelarut11.Rifampisin ( Ditjen POM,1995:744-745)Nama resmi: RifampicinumSinonim: Rifampisin

BM/RM: 822,95/C43H58N4O12Rumus struktur:

Pemerian: Serbuk Hablur, coklat merahKelarutan: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam kloroform, larut dalam etil asetat dan dalam metanol Penyimpanan: Dalam wadahh tidak tembus cahaya,tertutup rapat, terlindung dari panas berlebihanKegunaan: Sebagai Sampel11.Tetrasiklin (Ditjen POM, 1995:778-779) Nama resmi: Tetracyclinum Sinonim: Tetrasiklin BM//RM: 444,44/C22H24N2O8 Rumus struktur:

Pemerian: Serbuka hablur, kuning, tidak berbau, stabil diudara tetapi pada pemaparan dengan cahaya matahari kuat menjadi gelap. Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam larutan asam encer dan dalam larutan alkali hidroksida, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahayaKegunaa: Sebagai sampel12.Trisulfa (Ditjen POM,1995:765-766)Nama resmi: SulfadiazinumSinonim: Trisulfa, SulfadiazinBM/RM: 250,27/C10H10N4O2S

Rumus struktur:

Pemerian: serbuk, putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak berbau, stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan menjadi hitamKelarutan: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida, dan dalam ammonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut dalam serummanusia pada suhu 37C.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahayaKegunaan: Sebagai sampel

C. Uraian Obat1. Amoxicilin (Seto, 2008:360-361).Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut, profilaksis endokarditis, terapi tambahan pada listerial meningitis.Kontra indikasi: Hipersensitivitas terhadap penisilinEfek Samping:Mual, muntah, diare, ruam (hentikan penggunaan ).Peringatan:Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik akut atau kronik.Golongan:Antibakteri golongan pensilinDosis: Oral (250 mg tiap 8 jam), anak- 10 tahun (125-250 mg tiap 8 jam), Otitis media (1 g tiap 8 jam ), injeksi intravena (500 mg tiap 8 jam ).Mekanisme kerja: mencegah pembentukan membran sel bakteri sehingga semua materi genetik yang ada di dalamnya terurai keluar dan menyebabkan bakteri mati.Farmakokinetik: - AbsorpsiAmoksisilin umumnya stabil dengan adanya sekresi asam lambung , dan 74-92 % dari dosis oral tunggal obat ini diserap dari saluran pencernaan . Amoksisilin lebih benar-benar diserap dari saluran pencernaan daripada ampisilin , dan konsentrasi serum puncak amoksisilin umumnya 2-2,5 kali lebih tinggi daripada yang dicapai dengan setara dosis oral ampisilin . Sebagai sediaan oral amoksisilin meningkat , fraksi dosis diserap dari saluran pencernaan berkurang hanya konsentrasi serum sedikit dan puncak dan daerah di bawah kurva konsentrasi serum - waktu ( AUCs ) meningkat secara linear dengan peningkatan dosis . (Sweetman, 2009)2. Ampisilin ( Seto,2008:362-363).Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut, profilaksis endokarditis, terapi tambahan pada listerial meningitis.Kontra indikasi: Hipersensitivitas terhadap penisilinEfek Samping: Mual, muntah, diare, ruam (hentikan penggunaan ).Peringatan: Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik akut atau kronik.Golongan: Antibakteri golongan penisilinDosis: Oral (0,25-1 gr tiap 6 jam), anak dibawah 10 tahun ( dosis dewasa ), infeksi saluran kemih (500 mg tiap 8 jam).Mekanisme kerja: mencegah pembentukan membran sel bakteri sehingga semua materi genetik yang ada di mati.Farmakokinetik: - Absorpsi Seperti penisilin lainnya , penyerapan aminopenicillins oral terjadi terutama di duodenum dan jejunum bagian atas dan tingkat dan tingkat penyerapan tergantung pada khususnya aminopenicillin turunan , bentuk sediaan diberikan , lambung dan usus pH , dan keberadaan makanan di saluran pencernaan. DistribusiAminopenicillins tersebar luas penyerapan berikut dari saluran pencernaan atau injeksi situs . Volume jelas distribusi amoksisilin dan ampisilin dilaporkan 0,267-0,315 L / kg pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal . Studi menggunakan IM atau IV ampisilin atau amoxicillin menunjukkan bahwa pemberian bersamaan probenesid lisan menurunkan volume distribusi obat. EliminasiKonsentrasi serum amoksisilin dan ampisilin penurunan secara biphasic . itu distribusi paruh ( t1 / 2a ) amoksisilin dilaporkan 0,19-0,39 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal . Penghapusan paruh ( t1 / 2s ) amoksisilin dan ampisilin yang serupa dan dilaporkan 0,7-1,4 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal .( AHFS, 2004)3. Cefadroksil ( Badan POM, 2013:136)Indikasi: Infeksi saluran nafas, kulit, jaringan lunak, saluran cerna, saluran kemih, dan infeksi lain yang berkaitan dengan organism yang bersangkutanKontraindikasi:Hipersensitifitas terhadap sefalosporin, porfilia.Efek samping:Diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotik, mual dan muntah, rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit kepala, reaksi alergi berupa ruam, pruritus, urtikaria, demam, atralgia, eritema, gangguan fungsi hati, hepatitis sementara dan hikteruscolestatik.Peringatan:Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui, positif palsu untuk glukosa urin, positif palsu pada uji coms.Golongan:Antibakteri golongan sefalosporinDosis:Dewasa (sehari 1-2 g dalam sekali dosis atau 2 dosis terbagi ), anak (30 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis terbagi)Mekanisme kerja:Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.Farmakokinetik: Cefadroxil hampir sepenuhnya diserap dari saluran pencernaan . Setelah dosis oral 500 mg dan 1 g , konsentrasi plasma puncak sekitar 16 dan 30 mikrogram / mL masing-masing diperoleh setelah 1,5 2 jam . Meskipun konsentrasi puncak yang mirip dengan orang-orang dari Sefaleksin , konsentrasi plasma yang lebih berkelanjutan . Dosis dengan makanan tidak muncul untuk mempengaruhi penyerapan cefadroxil . Sekitar 20 % dari cefadroxil adalah dilaporkan untuk terikat pada protein plasma . plasma paruh cefadroxil sekitar 1,5 jam dan berkepanjangan pada pasien dengan gangguan ginjal ( Sweetman, 2009).4. Rifampisin (Seto, 2008:430-431).Indikasi: Bruselosis, legionelosis, infeksi berat stafilokukos, tuberculosis, lepra.Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap Penderita jaundice, porfiria.Efek samping: Gangguan saluran cerna, meliputi mual, muntah, anoreksia, diare, pada teraoi intermiten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi, syok, anemia, gangguan fungsi hati, gangguan menstruasi, kelemahan otot, warna kemerahan pada urin. Peringatan: kurangi dosis pada gangguan fungsi hati, lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan hitung sel darah pada pengoatan jangka panjang, gangguan funsi ginjal jika dosis lebih dari 600 mg/hari.Golongan: Antibiotik golongan antimikobakteriumDosis: Oral (0,6-1,2 g/hari), tuberculosis 10 mg/kg (8-12 mg/kgBB/hari ) Mekanisme Kerja: Menghambat sintesa RNA dari mikobakterium.Farmakokinetik:Reabsorpsinya di usus sangat tinggi, distribusi ke jaringan dan cairan tubuh juga baik. Plasma-t nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan melalui ginjal berlangsung secara fakultatif ( AHFS, 2004).5. Tetrasiklin (Seto, 2008:390-391).Indikasi: tetrasiklin merupakan antibiotic spectrum luas yang kegunaanya sudah menurun karena meningkatna resisten bakteri. Namun obat ini tetap merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis, uretritis, dan limfogranuloma veneru).Kontraindikasi: Tetrasiklin dideposit dijaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh (terkait pada kalsium) sehingga menyababkan pewarnaan dan kadang-kadang hipoplasia pada gigi. Tidak noleh diberikan pada anak-anak dibwah 12 tahun,ibu hamil dan meyusui, tidak boleh diberikan pada pasien dengan ganggyan fungsi ginjal karena dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit ginjal.Efek samping: Mual, muntah, diare, disfagia, dan iritasi esophagus,hepatotoksisitas, pancreatitis, gangguan darah.Peringatan: sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau yang menerima obat yang bersifat hepatotoksik.Golongan: Antibiotik golongan aminoglikosidaDosis: 0ral (250 mg tiap 6 jam).Mekanisme Kerja: menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 Ssehingga t-RNA tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidakterbentuknya amino asetil RNA.Farmakokinetik:- AbsorpsiUmumnya 30-80% tetrasiklin diabsorpsi dari sal.cerna sebagian besar di lambung dan usus halus bagian atas. Adanya makanan akan mengganggu absorpsi gol.tetrasiklin. Doksisiklin dan minosiklin diabsorpsi lebih banyak yaitu 90% dan absorpsinya tidak dipengaruhi makanan. Absorpsi berbagai tetrasiklin dihambat oleh suasana basa dan pembentukan senyawa khelat yaitu ikatan kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti Al(OH)2, garam Ca, garam Mg yang sering tdpt pada antasida, dan zat besi. Tetrasiklin sebaiknya diberikan sebelum makan atau 2 jam setelah makan. DistribusiDalam cairan serebrospinal kadar gol tetrasiklin hanya 10-20%, penetrasi pada bagian tubuh lain baik. Tetrasiklin tertimbun dalam hati, limpa, sumsum tulang dan gigi. Gol tetrasiklin dapat melewati barier plasenta dan terdapat dalam ASI. EkskresiGol.tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerulus dan melalui empedu. Pada pemberian oral 20-55% tetrasiklin diekskresi melalui urin (AHFS, 2004).6. Trisulfa (Badan POM,2013:181).Indikasi:Infeksi GI dan infeksi saluran napas, karena gram positif, gram negative dan kuman yang peka terhadap sulfanomidKontraindikasi:Hipersensitif terhadap sulfanomid, hamil, ibu menyusui.Efek samping: Sindrom steven-johnson, reaksi hipersensitif pada kulit, diskrasia darah, anoreksia, mual, muntah, diarePeringatan: tidak untuk mengobati pielonefritis akut atau faringitis karena streptococcus dan gagguan ginjalGolongan: Antibakteri golongan sulfanomidDosis: Dewasa (awal: sehari 4-6 kapsul, lalu 1-2 kapsul tiap 6 jam), anak (75-100 mg/KgBB).Mekanisme Kerja:Sulfadiazin adalah antibakteri inhibitor kompetitif para-aminobenzoic acid (PABA), sebuah substrat dari enzim dihydropteroate sintetase. Reaksi yang menghambat diperlukan dalam organisme ini untuk sintesis asam folat.Farmokokinetik:- Absorpsi Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus.Kira-kira 70-100% dosis oral sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam urin 30 menit setelah pemberian.Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat di absorpsi melalui lambung.- DistribusiSemua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang berbeda-beda.Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 50-80 % kadar dalam darah.- EkskresiHampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas.Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu (AHFS, 2004).

D. Uraian Mikroba1. Pseudomonas aeruginosaa. KlasifikasiKingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Pseudomonadales Famili : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Spesies : Pseudomonas aeruginosab. MorfologiPseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 m. Bakteri aerob ini mensekresikan beberapa jenis pigmen, di antaranya pyocyanin (hijau-biru), fluorescein (kuning-hijau) dan pyorubin (merah-cokelat). Bakteri ini dapat tumbuh tanpa oksigen jika tersedia NO3 sebagai akseptor elektron. Pseudomonas aeruginosa mampu tumbuh di lingkungan yang mengandung oli dan bahan bakar minyak lainnya. Suhu optimum untuk pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa adalah 42oC. Pseudomonas aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana

2. Staphylococcus aureusa. KlasifikasiKingdom : MoneraDivisio : FirmicutesClass : BacilliOrder : BacillalesFamily : StaphylococcaceaeGenus : StaphilococcusSpecies : Staphilococcus aureusb. MorfologiStaphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. Berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur . Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Alat Dan Bahana. AlatAlat yang digunakan pada percobaan ini adalah:1. Batang pengaduk2. Botol semprot3. Bunsen 4. Cawan petri 5. Elektromantel6. Gelas kimia7. Inkubator8. Labu Erlenmeyer 9. Laminar Air Flow10. Mikropipet11. Ose bulat12. Oven13. Pipet tetes14. Pinset15. Rak tabung16. Spidol17. Tabung reaksi18. Timbangan analatik19. Vortex20. Spektrofotometer UV-Vis

b. Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:1. Antibiotik (Amoxicilin, Tetrasiklin, Rifampisin, Trisulfa, Cefadroksil dan Ampisilin).2. Aluminium foil3. NA (Nutrient Agar )4. NaCl 0,1 %5. Kapas 6. Kertas bekas7. Paper disk8. Tisu

B. Cara Kerja1. Pembuatan medium NAa. Disiapkan alat dan bahan.b. Ditimbang 5,6 gram c. Dimasukkan kedalam erlemneyerd. Dicukupkan hingga 200 ml menggunakan akuadese. Diaduk hingga homogenyf. Dipanaskan g. Ditutup mulut Erlenmeyer dengan kasa dan kapash. Ditutup Erlenmeyer dengan kertas i. Disterilkan media pada autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.2. Pembuatan larutan stoka. Disiapkan alat dan bahan.b. Masing-masing obat ditimbang untuk membuat larutan stok 500 ppm dalam 100 ml akuades.c. Dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml.3. Pembuatan larutan obata. Amoxilin a. Ditimbang 0,05 gram b. Dimasukkan ke dalam gelas kimiac. Diencerkan sedikit etanol dan diaddkan dengan aquadest hingga 100 mld. Di pipet 0,25 mle. Dimasukkan ke dalam botol vialf. Diaddkan dengan aquades hingga 5 mlg. Di masukkan paper disk secukupnyab. Ampisilin a. Ditimbang 0,05 gram b. Dimasukkan ke dalam gelas kimiac. Diencerkan dengan aquadest hingga 100 mld. Di pipet 0,1 mle. Dimasukkan ke dalam botol vialf. Diaddkan dengan aquades hingga 5 mlg. Di masukkan paper disk secukupnyac. Rimfapisin a. Ditimbang 0,05 gram b. Dimasukkan ke dalam gelas kimiac. Diencerkan sedikit methanol dad diaadkan dengan aquadest hingga 100 mld. Di pipet 0,5 mle. Dimasukkan ke dalam botol vialf. Diaddkan dengan aquades hingga 5 mlg. Di masukkan paper disk secukupnyad. Tertasiklin a. Ditimabang 0,05 gram b. Dimasukkan ke dalam gelas kimiac. Diencerkan sedikit etanol dan diaadkan dengan aquadest hingga 100 mld. Di pipet 0,3 mle. Dimasukkan ke dalam botol vialf. Diaddkan dengan aquades hingga 5 mlg. Di masukkan paper disk secukupnyae. Trisulfat a. Ditimbang 0,05 gram b. Dimasukkan ke dalam gelas kimiac. Diencerkan sedikit etanol dan diaddkan dengan aquadest hingga 100 mld. Di pipet 0,3 mle. Dimasukkan ke dalam botol vialf. Diaddkan dengan aquades hingga 5 mlg. Di masukkan paper disk secukupnya f. Cevadroksil a. Ditimabang 0,05 gram b. Dimasukkan ke dalam gelas kimiac. Diencerkan sedikit etanol dan diaddkan dengan aquadest hingga 100 mld. Di pipet 0,25 mle. Dimasukkan ke dalam botol vialf. Diaddkan dengan aquades hingga 5 mlg. Di masukkan paper disk secukupnya 4. Uji Sensitivitas Antibiotik Disiapkan alat dan bahan yang telah disterilkan Diasiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Hitung bahan yang akan digunakan Siapkan bakteri yang telah disuspensikan Cawan petri yang telah disterilkan di bagi menjadi 3 daerah Tuangkan media NA 5 ml yang telah disuspensikan dengan mikroba 1 ml Biarkan hingga memadat Letakkan paper disk yang telah direndam pada larutan obat selama 30 sampai 60 menit Tandai paper disk yang telah diletakkan inkubasi selama 1 x 24 jam Ambil diameter zona tambahan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanKelompok 1

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

1. Gambar PengamatanKelompok 1

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 2

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 2

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 3

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 3

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 4

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 4

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Staphylococcus aureus

Kelompok 5

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Pseudomonas aeruginosa

Kelompok 5

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Pseudomonas aeruginosa

Kelompok 6 dan 7

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Pseudomonas aeruginosa

Kelompok 6 dan 7

Medium : Nutrient Agar

Suspensi bakteri : Pseudomonas aeruginosa

2. Data PengamatanNo.Kelompok SampelDiamater Hambat Antibiotik (cm)

ABCDEF

1.IStaphylococcus aureus--2,1-2,15-

2.IIStaphylococcus aureus2,3252,652,32,42,8753,1

3.IIIStaphylococcus aureus-3,125--2,625-

4.IVStaphylococcus aureus-2,5--2,15-

5.VPseudomonas eauregenosa--2,55---

6.VI & VIIPseudomonas eauregenosa-2,35----

Keterangan : Diameter Hambat AntibiotikA. AmoxilinB. TetrasiklinC. RifampicinD. TrisulfaE. CefadroxilF. Ampicilin

B. PembahasanMikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi virus, bakteri, jamur, dan protista. Dalam melakukan penelitian mengenai mikroorganisme diperlukan teknik atau cara-cara khusus untuk mempelajari dan meneliti sifat serta karakteristik dari mikroorganisme. Antimikroba ialah zat yang mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme sedangkan antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia didalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Suatu antibiotik yang dapat membunuh beberapa jenis mikroba disebut antibiotik yang berspektrum luas sedangkan antibiotik hanya dapat membunuh satu jenis mikroba saja disebut antibiotik yang berspektrum sempit.Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik meliputi sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetoprim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid.Pada percobaan ini dilakukan uji sensitivitas antibiotik terhadap mikroba. Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik. Uji sensitivitas antibiotik terhadap berbagai macam mikroba dilakukan untuk mengetahui apakah mikroba dapat sensitif atau resisten terhadap antibiotik atau tidak yang ditandai dengan ada atau tidaknya zona hambat. Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik.. Resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik. Resisten biasanya disebabkan karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat, mislanya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur atau tidak kontinyu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut dilakukan dengan cara pemakaian antibiotik yang perlu diperhatikan.Metode utama uji sensitivitas antimikroba atau antibiotik yaitu Broth Dilution (pengenceran medium), Agar Dilution (pengenceran agar), Agar diffusion (difusi agar/disc difusion). Pada percobaan ini dilakukan uji sensitivitas menggunakan metode difusi agar karena selain pengerjaan di laboratorium mudah,tidak rumit,peralatan yang di gunakan juga lebih sederhana. Selain itu pengerjaan dengan metode difusi agar sudah sering dilakukan dan mudah untuk mengamati daya hambat pertumbuahan mikroba oleh suatu antibiotik. Pada metode ini antibiotik dari paper disk dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona yang disekeliling peper disk yang berisi larutan antibniotik.Mikroba yang digunakan dalam percobaan ini adalah bakteri pseudomonas auregenosa dan staphylococus aureus. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 m. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat menfermentasikan karbohidrat. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi pneumonia nosokomial. Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. Bakteri ini dapat menyebabkan diare.Antibiotik yang digunakan adalah ampisilin, amoxicillin, rifampisin, trisulfa, tetrasiklin, cefadroksin. Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas artinya antibiotik ini dapat membunuh bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif.. Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin dengan aktivitas anti bakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid. Rifampicin merupakan antibiotik semisintetik yang mempunyai efek bakterisid terhadap mikrobakteri dan organisme Gram positif. Pada dosis tinggi, rifampisin juga efektif terhadap organisme gram negatif. Trisulfa adalah kombinasi dari tiga sulfonamida, biasanya sulfadiazin, sulfamerazin, dan sulfametazin dalam perbandingan yang sama. Tetrasiklin merupakan antibiotik yang mempunyai spektrum luas dan bersifat bakteriostatik. Sefadroksil merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi pertama. Sefadroksil secara invitro bekerja akif melawan bakteri kokus aerob gram positif diantaranya staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes, streptococcus viridian dan streptococcus pneumonia, tetapi kurang aktif melawan bakteri gram negatif.Pada percobaan ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan suspensi bakteri. Hal ini bertujuan agar bakteri dapat tumbuh sehingga dapat dilihat zona hambat yang terbentuk. Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan mencampurkan larutan NaCl dan biakan mikroba dan dihomogenkan kemudian diinkubasi pada pada Suhu 37 OC Selama 2x24 jam. Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan menggunakan standar Mc Farland. Standar Mc Farland ini biasa digunakan untuk menghitung bakteri dengan metode spektrofotometri dan juga untuk menilai tingkat kekeruhan atau tingkat kepekaan dari bakteri.Setelah pembuatan suspensi bakteri, dilakukan pembuatan medium NA. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Komposisi dari NA adalah ekstrak daging, pepton dan agar sebagai pemadat. Agardigunakan sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidakmudah diuraikan oleh mikroorganisme. Ekstrak daging dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumberprotein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium NutrientAgar (NA) merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium ini berasal dari sintetikdan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri.Pada percobaan ini dilakukan pula pembuatan larutan stok dan larutan obat. Larutan stok dibuat dengan mencampurkan obat dengan 100 ml akuades. Larutan obat dibuat dengan menimbang masing-masing obat kemudian dilarutkan pada pelarut yang sesuai. Setelah dilarutkan, dimasukkan paper disk yang nantinya berfungsi dalam perhitungan zona hambat dari masing-masing antibiotik.Setelah percobaan diatas, dilakukan uji sensitivitas antibiotika dengan cara menuangkan bakteri yang telah dipipet kedalam cawan petri kemudian di masukkan medium NA dan dihomogenkan agar bakteri yang telah berada di cawan petri merata keseluruh bagian cawan petri. Kemudian dimasukkan paper disk yang telah dilarutkan dalam larutan obat agar dapat diketahui zona hambat yang tebentuk.Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada bakteri pseudomonas auregenosa memiliki zona hambat pada antibiotik tertrasiklin dan rifampicin. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak resisten atau sensitif terhadap antibiotik dan menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak aktif. Resistensi dari bakteri tersebut biasanya disebabkan karena bakteri tersebut dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat menghancurkan bakteri isolat tersebut. Sedangkan pada antibiotik amoxicillin, trisulfa, cefadroksil, dan ampicillin tidak terbentuk zona hambat yang berarti bahwa bakteri resisten terhadap antibiotik Pada bakteri Streptococus aureus memiliki zona hambat pada semua antibiotik yang berarti bahwa bakteri ini sensitifterhadap antibiotik.Ada atau tidaknya zona hambat pada media dikarenakan oleh kesalahan dalam proses pengujian sensitivitasnya. Pada saat memasukkan media kedalam cawan petri jumlahnya tidak sama sehingga terdapat perbedaan pada tiap cawan petri yang digunakan.BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus sangat rentan dan sensitif terhadap antibiotika, terutama pada antibiotika Amoxilin, Tetrasiklin, Rifampicin, Trisulfa, Cefadroxil dan Ampicilin. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya zona hambatan dari antibiotika. sedangkan bakteri Pseudomonas eauregenosa tidak sensitif dan rentan terhadap antibiotik Amoxilin, Tetrasiklin, Rifampicin, Trisulfa, Cefadroxil dan Ampicilin. terbukti pada percobaan ini lebih banyak sampel yang tidak terbentuk zona hambatan dari antibiotik.B. SaranSaran dari percobaan ini adalah agar saat praktikum dilakukan dengan sebaik mungkin dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKAAbdulah R, Sofa D. Alfian, Eva S. Tarigan dan Irma M. Puspitasari., 2012, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 1 (4).Anjarwati D. U dan Anton Budhi Darmawan., 2012, Perbedaan Sensitivitas Tetes Telinga Antibiotik Terhadap Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronik, Jurnal ORLI, Vol. 42 (2).Budiarti L. Y, Hafizah dan Nur Qamariah., 2012, Perbandingan Sensitivitas Bakteri Aerob Penyebab Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Benigna Aktif Tahun 2008 Dan 2012, Berkala Kedokteran, Vol. 9 (1). Dwidjoseputro, D., 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Ditjen, POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ditjen, POM, 1995 , Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ganiswarna, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Jawelz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.

Utami Eka Rahayu., 2011, Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi, Jurnal El-Hayah, Vol. 1 (4).Yuniastuti. I, Fendi Nugroho dan Pri Iswati Utami., 2011, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga, Jurnal Pharmacy, Vol.8 (1).

LAMPIRANPembuatan Suspensi Bakteri (SA, PA, EC dan Candida sp.)

5 mL 1 OseLarutan NaClBiakan Mikroba DihomogenkanDiinkubasikan pada Suhu 37 OCSelama 2x24 jam

SKEMA KERJA

III

Suspensi biakan cawan petri steril NA Dibiarkan memadatPiper disk

Diinkubasikan di incubatorSampel Pada suhu 37 oC selama 1x24 jamantibiotik

Diukur zona hambatannya

PERHITUNGAN LARUTAN OBATDik : M1 = 500 ppm V1 = 5 mlKonsentrasi obat rifampisin = 5 ppmKonsentrasi obat amoxilin= 25 ppmKonsentrasi obat trisulfat= 30 ppmKonsentrasi obat ampicilin= 10 ppmKonsentrasi obat tetrasiklin= 30 ppmKonsentrasi obat cevadroxil = 30 ppmPenye : Rifampisin (5 ppm)M1 x V1 = M2 x V2500 ppm x V1 = 5 ppm x 5 mlV1 = V1 = 0,05 mlJadi, larutan obat Rifampisin dipipet 0,05 ml dan dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan aquadest sebanyak 4,95 ml.

Amoxicillin (25 ppm)M1 x V1 = M2 x V2500 ppm x V1 = 25 ppm x 5 mlV1 = V1 = 0, 25 mlJadi, larutan obat Amoxicillin dipipet 0,3 ml dan dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan aquadest sebanyak 4,75 ml.

Trisulfat (30 ppm)M M1 x V1 = M2 x V2500 ppm x V1 = 30 ppm x 5 mlV1 = V1 = 0,3 mlJadi, larutan obat Trisulfat dipipet 0,3 ml dan dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan aquadest sebanyak 4,7 ml.

Ampicilin (10 ppm)M1 x V1 = M2 x V2500 ppm x V1 = 10 ppm x 5 mlV1 = V1 = 0,1 mlJadi, larutan obat Ampicilin dipipet 0,1 ml dan dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan aquadest sebanyak 4,9 ml.

Tetrasiklin (30 ppm)M1 x V1 = M2 x V2500 ppm x V1 = 30 ppm x 5 mlV1 = V1 = 0,3 mlJadi, larutan obat Tetrasiklin dipipet 0,3 ml dan dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan aquadest sebanyak 4,7 ml.

Cefadroxil (30 ppm)M1 x V1 = M2 x V2500 ppm x V1 = 30 ppm x 5 mlV1 = V1 = 0,3 mlJadi, larutan obat Cefadroxil dipipet 0,3 ml dan dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan aquadest sebanyak 4,7 ml.PERHITUNGAN ZONA HAMBAT1. Kelompok 1 (Bakteri Staphylococcus aureus)C (cm)E (cm)

1,6 2

2 2

2,4 2,3

2,42,3

2. Kelompok 2 (Bakteri Staphylococcus aureus)A (cm)B (cm)C (cm)D (cm)E (cm)F (cm)

2,92,32,12,232,5

2,52,21,821,72,7

1,92,92,62,73,33,7

23,22,72,73,53,5

3. Kelompok 3 (Bakteri Staphylococcus aureus)B (cm)E (cm)

2,82,2

2,62,2

3,62,9

3,53,2

4. Kelompok 4 (Bakteri Staphylococcus aureus)B (cm)E (cm)

2,92,1

2,92

2,12

2,12,5

5. Kelompok 5 (Bakteri Pseudomonas aeruginosa)C (cm)

2,8

3

2,2

2,2

6. Kelompok 6 dan 7 (Pseudomonas aeruginosa)B (cm)

2

2

2,7

2,7

CITRAWANAMELISA ARDIANTI MUHAMMAD JULPAN KOPEF1F1 13 031