UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA...

78
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Feby Wulandari NIM: 1111103000010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M

Transcript of UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA...

Page 1: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

i

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN

MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.)

TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN

METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Feby Wulandari

NIM: 1111103000010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M

Page 2: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sa

Ciputat, 10 September 2014

Feby Wulandari

Page 3: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

iii

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA

(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina

Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

(S.Ked)

Oleh

Feby Wulandari

NIM: 1111103000010

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Nurul Hiedayati, Ph.D Zilhadia, M.Si, Apt

NIDN: 2028027101 NIDN: 2022087303

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M

Page 4: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian ini berjudul UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK

METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.)

TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE

SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) yang diajukan oleh Feby Wulandari (NIM:

1111103000010), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan pada 10 September 2014. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokeran (S.Ked) pada Program Studi

Pendidikan Dokter.

Jakarta, 10 September 2014

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Nurul Hiedayati, Ph.D dr. Nurul Hiedayati, Ph.D Zilhadia, M.Si, Apt

NIDN: 2028027101 NIDN: 2028027101 NIDN: 2022087303

Penguji 1 Penguji 2

dr. Flori Ratna Sari, Ph.D drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D

NIP: 197707272006042001 NIDN: 2002047801

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK

NIP: 197110232011012

Page 5: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat Islam sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dapat berjalan lancar dan terselesaikan

pada waktunya karena adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. MK Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nurul Hiedayati, Ph.D selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan

penelitian dan menyusun laporan penelitian serta memberikan masukan judul

penelitian dan memberikan izin penggunaan Laboratorium Farmakologi untuk

kepentingan penelitian.

4. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan

penelitian dan menyusun laporan penelitian.

5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset yang selalu

membimbing penulis selama modul riset berlangsung dan mengingatkan penulis

untuk segera menyelesaikan penelitian.

6. Ibu Puteri Amelia, M.Farm, Apt dan Bapak Supandi, M.Si, Apt selaku

penanggung jawab Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmaka yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis

dalam melakukan penelitian serta memberikan izin penggunaan laboratorium

untuk kepentingan penelitian.

Page 6: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

vi

7. Bapak Adrial dan Ibu Mariana selaku kedua orangtua penulis yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan dalam bentuk materil atau non materil

kepada penulis. Terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar

biasa hingga kini penulis beranjak dewasa.

8. Linda Hayani, S.ST, Hengki Ramiko, SE dan Muhammad Daffa Abu Hanif

selaku saudara kandung penulis yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan kepada penulis.

9. Mas Pandji, Mas Rachmadi, Mbak Ai, Mbak Rani dan Mbak Suryani selaku

laboran yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

10. Akbar Sepada, Ayu Reskianingsih, Nur Zaki Hanifah dan Nurul Khafidz Subekti

selaku teman satu kelompok penelitian penulis yang selalu bekerja sama dan

saling memberikan dukungan selama melakukan penelitian.

11. Teman-teman di PSPD dan teman-teman lainnya yang penulis kenal namun

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Ciputat, 10 September 2014

Penulis

Page 7: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

vii

ABSTRAK

Feby Wulandari. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Toksisitas Akut Ekstrak

Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap

Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

2014.

Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. merupakan tanaman dari famili Thymeleceae

yang digunakan sebagai obat herbal di Indonesia. Daun ini mengandung falerin dan

asam galat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi aktivitas

sitotoksik ekstrak metanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap larva

Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang

ditunjukkan dengan nilai LC50. Penelitian eksperimental ini menggunakan 150 larva

Artemia salina Leach untuk setiap kali perlakuan yang dibagi menjadi empat

konsentrasi ekstrak dan satu kontrol negatif, masing-masing terdiri dari 10 larva

dengan tiga kali replikasi. Konsentrasi ekstrak berurut-turut adalah 17,5 ppm, 12,5

ppm, 5 ppm dan 2,5 ppm. Dihitung total larva yang mati setelah 24 jam. Hasil dari

analisis probit menunjukkan nilai LC50 ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa

adalah 7,0550 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach

karena memiliki nilai LC50 <1000 ppm.

Kata kunci: Phaleria macrocarpa, Artemia salina, uji toksisitas akut, BSLT, LC50

ABSTRACT

Feby Wulandari. Medical Education Study Program. Acute Toxicity Test Of

Methanol Leaf Extract from Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.)

Towards The Artemia salina Leach Larva Using The Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) Method. 2014.

Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. is a plant that includes in the Thymeleceae

family which is known for its uses as the herbal medicine in Indonesia. The leaf of

this plant contains phalerin and gallic acid. The purpose of this research is to know

the cytotoxic activity of the methanol extract of the leaves from the mahkota dewa

potential (Phaleria macrocarpa) towards Artemia salina Leach larva using the Brine

Shrimp Lethality Test (BSLT) method with the score LC50. This experimental

research uses 150 Artemia salina Leach larva for each session that is divided into

four concentration extract and one negative control, it consists of 10 larva's each with

3 times replication. The extract concentration are 17,5 ppm, 12,5 ppm, 5 ppm and 2,5

ppm. The dead larva are counted after 24 hours. The result from the probit analysis

shows score LC50 of methanol extract Phaleria macrocarpa leaf is 7,0550 µg/ml. It

means that Phaleria macrocarpa methanol leaf extract does have the acute toxicity

potential toward Artemia salina Leach larva due to having the score LC50 <1000

ppm.

Keyword: Phaleria macrocarpa, Artemia salina, acute toxicity test, BSLT, LC50

Page 8: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

ABSTRAK .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan masalah ........................................................................ 2

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum ...................................................................... 2

1.3.2. Tujuan khusus ..................................................................... 3

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi peneliti ........................................................................ 3

1.4.2. Bagi institusi ....................................................................... 3

1.4.3. Bagi masyarakat .................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan teori .............................................................................. 4

2.1.1. Obat tradisional Indonesia ................................................... 4

2.1.2. Tanaman Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. .................. 6

2.1.2.1. Deskripsi tanaman ................................................. 6

2.1.2.2. Studi fitokimia ...................................................... 7

2.1.2.2.1. Studi fitokimia kualitatif ........................ 7

Page 9: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

ix

........................................

.............................................

2.1.2.2.2. Kuantifikasi isolasi fitokonstituen .......... 8

2.1.2.3. Bioaktivitas (aktivitas antikanker) ......................... 9

2.1.2.4. Uji toksisitas dan bioassay kanker ......................... 12

2.1.3. Toksikologi ......................................................................... 14

2.1.3.1. Kondisi efek toksik ................................................ 15

2.1.3.2. Mekanisme efek toksik .......................................... 15

2.1.3.3. Sifat efek toksik .................................................... 16

2.1.3.4. Uji toksikologi ...................................................... 16

2.1.4. Simplisia ............................................................................. 18

2.1.4.1. Jenis simplisia ....................................................... 18

2.1.4.2. Tahapan pembuatan ............................................... 19

2.1.5. Ekstraksi tanaman ............................................................... 20

2.1.5.1. Metode ekstraksi ................................................... 20

2.1.5.2. Tahapan pembuatan ............................................... 21

2.1.6. Brine shrimp lethality test ................................................... 22

2.1.6.1. Artemia salina Leach ............................................. 23

2.1.6.1.1. Spesies ekologi 24

2.1.6.1.2. Siklus hidup 25

2.1.6.2. Nilai LC50 .............................................................. 28

2.1.6.3. Pelarut metanol ..................................................... 29

2.1.6.4. Analisis probit ....................................................... 30

2.2. Kerangka konsep .......................................................................... 31

2.3. Definisi operasional ..................................................................... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian .......................................................................... 33

3.2. Lokasi dan waktu penelitian ......................................................... 33

3.3. Populasi dan sampel ..................................................................... 33

3.3.1. Populasi .............................................................................. 33

3.3.2. Sampel ................................................................................ 33

3.3.2.1. Kriteria inklusi ...................................................... 33

3.3.2.2. Kriteria ekslusi ...................................................... 33

3.3.2.3. Besar sampel ......................................................... 33

3.3.2.4. Cara pengambilan sampel ...................................... 33

3.4. Alat dan bahan penelitian ............................................................. 34

3.4.1. Alat penelitian ..................................................................... 34

3.4.2. Bahan penelitian ................................................................. 34

3.5. Cara kerja penelitian .................................................................... 34

3.5.1. Determinasi tanaman dan proses pembuatan simplisia ......... 34

3.5.2. Ekstraksi daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.

dengan metode maserasi ..................................................... 34

3.5.3. Penyiapan larva Artemia salina Leach ................................. 35

3.5.4. Pembuatan konsentrasi ekstrak yang akan diuji ................... 35

3.5.5. Uji toksisitas akut dengan metode bslt ................................. 36

3.6. Alur penelitian ............................................................................. 37

Page 10: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

x

3.7. Pengolahan dan analisis data ........................................................ 38

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Determinasi tanaman dan proses pembuatan simplisia .................. 39

4.2. Ekstraksi daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. dengan

metode maserasi ........................................................................... 39

4.3. Uji toksisitas akut dengan metode bslt .......................................... 41

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ...................................................................................... 48

5.2. Saran ............................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49

LAMPIRAN ............................................................................................... 53

Page 11: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan obat tradisional/ obat herbal dengan obat modern ....... 4

Tabel 2.2. Modalitas reproduksi Artemia salina ........................................... 25

Tabel 2.3. Tingkat nilai toksisitas LC50 ........................................................ 28

Tabel 2.4. Sifat fisika dan kimia metanol ..................................................... 30

Tabel 4.1. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. terhadap kematian larva Artemia

salina Leach ................................................................................ 42

Tabel 4.2. Perhitungan nilai LC50 ekstrak metanol daun Phaleria macrocrpa

[Scheff.] Boerl. menggunakan analisis probit ............................... 43

Tabel 6.1. Tabel transformasi persen probit .................................................. 61

Page 12: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Strategi untuk posisi pengembangan produk ........................... 5

Gambar 2.2. Deskripsi tanaman dari Phaleria macrocarpa menunjukkan

(a) kuncup bunga, (b) daun berwarna hijau dengan bentuk

runcing, (c) buah berwarna hijau yang belum matang dan

(d) buah berwarna merah yang sudah matang ......................... 7

Gambar 2.3. Fitokonstituen diisolasi dari Phaleria macrocarpa dengan

masing-masing aktivitas biologis ........................................... 8

Gambar 2.4. Mekanisme efek pro-apoptosis asam galat dan falerin diisolasi

dari ekstrak Phaleria macrocarpa. bcl-2: b-cell lymphoma 2

protein, bax: bcl-2 associated x proteins, cyt-c: cytochrome c,

vdac: voltage dependent anion channels, pi3/ akt:

phospoinositide 3/ jalur protein 3 kinase b ............................. 11

Gambar 2.5. Individu dari Artemia salina ................................................... 24

Gambar 2.6. Siklus hidup Artemia salina ................................................... 26

Gambar 2.7. Karakteristik anatomi nauplia dari Artemia salina .................. 27

Gambar 2.8. Karakteristik anatomi dari Artemia salina dewasa .................. 28

Gambar 4.1. Grafik pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak metanol daun

Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. terhadap kematian larva

Artemia salina Leach ............................................................. 42

Gambar 4.2. Grafik regresi linier konsentrasi ekstrak metanol daun

Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. terhadap nilai probit .... 45

Gambar 6.1. Hasil determinasi daun Phaleria macrocapa [Scheff.] Boerl. .. 57

Gambar 6.2. Sebanyak 1 kg serbuk simplisia halus daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. .................................................. 57

Gambar 6.3. Telur Artemia salina Leach .................................................... 57

Gambar 6.4. Destilasi pelarut metanol ........................................................ 57

Page 13: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

xiii

Gambar 6.5. Maserasi menggunakan pelarut metanol ................................. 57

Gambar 6.6. Filtrat yang dipisahkan dari ampasnya .................................... 58

Gambar 6.7. Evaporasi menggunakan rotatory evaporator ......................... 58

Gambar 6.8. Sebanyak 169,7650 g ekstrak kental metanol daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. .................................................. 58

Gambar 6.9. Sebanyak 2000 mg ekstrak kental daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. ditimbang menggunakan neraca analitik ........ 58

Gambar 6.10. Larutan induk konsentrasi 20000 ppm dihomogenkan

menggunakan hot plate stirrer ............................................... 59

Gambar 6.11. Larutan uji konsentrasi 35 ppm, 25 ppm, 10 ppm dan 5 ppm

ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. .. 59

Gambar 6.12. Mengukur pH air laut menggunakan pH indicator paper ........ 59

Gambar 6.13. Penetasan larva Artemia salina Leach .................................... 59

Gambar 6.14. Hasil uji toksisitas akut dengan metode bslt ........................... 60

Gambar 6.15. Menghitung kematian larva menggunakan digital colony

counter .................................................................................. 60

Gambar 6.16. Hasil determinasi larva Artemia salina Leach menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 .................................... 60

Page 14: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. ..................................................... 54

Lampiran 2. Hasil determinasi daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. .. 56

Lampiran 3. Proses penelitian ...................................................................... 57

Lampiran 4. Tabel probit .............................................................................. 61

Lampiran 5. Daftar riwayat hidup ................................................................ 64

Page 15: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh

dunia, dilaporkan 8,2 juta kematian pada tahun 2012. Lebih dari 60% dari

total kasus baru tahunan di dunia terjadi di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan

Amerika Selatan. Wilayah tersebut menyumbang 70% dari kematian akibat

kanker di dunia.[1]

Kanker menempati urutan keenam penyebab kematian

terbesar di Indonesia.[2]

Saat ini usaha penyembuhan menggunakan obat

kanker kurang memuaskan karena memiliki efek samping yang besar, harga

yang mahal dan sulit diperoleh. Hal tersebut mendorong dilakukannya

pencarian sumber baru senyawa antikanker dari alam.[3]

Pengobatan herbal adalah penggunaan biji, buah, akar, daun, kulit

batang, atau bunga tanaman untuk tujuan pengobatan.[7]

Pengobatan herbal

telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati berbagai kondisi

kesehatan yang berbeda-beda. Pengobatan herbal merupakan salah satu yang

paling umum digunakan untuk terapi komplementer dan alternatif oleh orang

dengan kanker. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa 6 dari 10

orang dengan kanker menggunakan obat herbal bersama pengobatan kanker

konvensional.[8]

Salah satu tanaman obat asli Indonesia adalah Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl., umumnya dikenal sebagai mahkota dewa. Ekstrak dari

Phaleria macrocarpa memiliki sejumlah aktivitas farmakologi seperti

antikanker, antidiabetes, antihiperlipidemia, antiinflamasi, antibakteri,

antijamur, antivirus, antioksidan dan efek vasorelaksan. Konstituen yang

diisolasi dari bagian yang berbeda dari Phaleria macrocarpa termasuk

falerin, asam galat, ikarisida C, magniferin, mahkosida A, asam dodekanoik,

asam palmitat, desasetil flavikordin A, flavikordin A, flavikordin D,

flavikordin A glukosida, etil stearat, lignan, alkaloid dan saponin.[9]

Page 16: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

2

Berdasarkan uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach, ekstrak etanol buah

Phaleria macrocarpa memiliki nilai LC50 (lethal concentration) 30,42 ppm

dan ekstrak etanol biji buah Phaleria macrocarpa memiliki nilai LC50 1,6 x

10-2

ppm.[3]

Untuk uji toksisitas akut digunakan metode Brine Shrimp Lethality

Test (BSLT) karena cukup praktis, cepat, mudah, murah dan akurat. Metode

BSLT menggunakan hewan uji larva udang Artemia salina untuk pencarian

senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman.[3]

Artemia salina

digunakan karena merupakan organisme zoologi invertebrata yang

sederhana.[31]

Media yang digunakan yaitu air laut[3]

dan pelarut yang

digunakan yaitu metanol. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya

LC50 selama 24 jam.[3]

Penelitian ini bertujuan sebagai uji pendahuluan

aktivitas antikanker daun Phaleria macrocarpa dari daerah Ciputat. Dengan

demikian dilakukan uji toksisitas akut ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa dengan metode BSLT.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak metanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl.) memiliki toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach

dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya potensi aktivitas sitotoksik ekstrak metanol daun

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) terhadap larva Artemia

salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

Page 17: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

3

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya persentase kematian larva Artemia salina Leach setelah

pemberian ekstrak metanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl.).

b. Diketahuinya nilai LC50 ekstrak metanol daun mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT).

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

b. Memperoleh pengalaman di bidang penelitian eksperimental terutama di

bidang kesehatan.

1.4.2. Bagi Institusi

a. Menambah jumlah dan jenis penelitian yang telah dilakukan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

b. Menambah referensi penelitian untuk melakukan penelitian lebih lanjut

bagi peneliti yang lain.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Menambah informasi tentang khasiat penggunaan mahkota dewa

yang berpotensi sebagai tanaman obat dan sebagai terapi komplementer atau

alternatif dalam pengobatan kanker.

Page 18: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Obat Tradisional Indonesia

Saat ini obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat untuk

mengobati diri sendiri (self-medication), namun profesi kesehatan atau dokter

umumnya masih enggan untuk meresepkan atau menggunakannya karena bukti

ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih

kurang.[13]

Alasan masyarakat menggunakan obat tradisional yaitu lebih terjangkau,

sesuai ideologi, meredakan kekhawatiran tentang efek samping obat kimia (sintetis)

dan keinginan untuk perawatan kesehatan yang lebih personal. Penggunaan obat

tradisional meningkat ketika pengobatan konvensional tidak efektif dalam mengobati

penyakit, seperti kanker dan penyakit menular.[14]

Tabel 2.1. Perbedaan obat tradisional/ obat herbal dengan obat modern

Obat modern Obat tradisional

Kandungan senyawa kimia Satu atau beberapa dimurnikan

atau sintetik

Campuran banyak senyawa alami

Zak aktif Jelas Sering tidak diketahui/ tidak pasti

Kendali mutu Relatif mudah Sangat sulit

Efektivitas dan keamanan Ada bukti ilmiah, uji klinik Umumnya belum ada bukti ilmiah/ uji klinik

Sumber: Dewoto, 2007

Pengobatan tradisional merupakan istilah komprehensif yang digunakan

untuk sistem pengobatan tradisional seperti pengobatan tradisional Cina, Indian

Aryuveda, pengobatan unani Arab dan berbagai bentuk pengobatan tradisional

lainnya. Terapi pengobatan tradisional meliputi terapi medikasi (menggunakan obat-

obatan herbal, hewan dan/ atau mineral) dan terapi nonmedikasi (tanpa menggunakan

obat-obatan, seperti pada akupuntur, terapi manual dan terapi spiritual). Di negara

dengan sistem pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada obat allophatic, atau di

mana obat tradisional belum dimasukkan ke dalam sistem pelayanan kesehatan

nasional, pengobatatan tradisional disebut pengobatan “komplementer”, “alternatif”

atau “nonkonvesional”.[15]

Menurut Permenkes RI No.3/ Menkes/ Per/ I/ 2010, obat

Page 19: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

5

tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sedian sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut

yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.[16]

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budidaya

nasional dan telah di mulai berabad-abad yang lalu. Salah satu obat tradisional

Indonesia adalah jamu, telah dinyatakan sebagai brand Indonesia oleh Susilo

Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia pada 27 Mei 2007 di Jakarta.[17]

Jamu, umumnya campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian

tanaman yang digunakan berupa akar, batang, daun, umbi atau seluruh bagian

tanaman. Indonesia memiliki sekitar 25000-30000 spesies tanaman yang merupakan

80% dari jenis tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia.[13]

Di antara

30000 spesies tanaman di kepulauan Indonesia, diketahui sekurang-kurangnya 9600

spesies tanaman berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies digunakan

sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional.[18]

Berdasarkan tingkat pembuktian khasiat, persyaratan bahan baku yang

digunakan dan pemanfaatannya, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi

jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.[13]

Obat tradisional yang didasarkan

pada “warisan” dan pendekatan empiris disebut jamu (obat herbal), sedangkan yang

dihasilkan dari pendekatan ilmiah melalui uji pre-klinis disebut herbal terstandar.

Bagi yang telah lulus uji klinis disebut fitofarmaka.[17]

Gambar 2.1. Strategi untuk posisi pengembangan produk

Sumber: WHO

Page 20: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

6

2.1.2. Tanaman Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

2.1.2.1. Deskripsi Tanaman

Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., umumnya dikenal sebagai God’s

crown, mahkota dewa atau pau merupakan tanaman dari famili Thymeleceae yang

tumbuh di daerah tropis pulau Papua. Phaleria macrocarpa merupakan tanaman

yang sempurna, termasuk batang, daun, bunga dan buah (Gambar 2.2). Tinggi

Phaleria macrocarpa sekitar 1-18 m dengan panjang akar 1 m, kulit kayu berwarna

hijau kecoklatan dan kayu berwarna putih. Phaleria macrocarpa tumbuh 10-1200 m

di atas permukaan laut dengan usia produktif sekitar 10-20 tahun. Daunnya berwarna

hijau dan bentuknya lonjong dengan panjang 7-10 cm dan lebar 3-5 cm. Bunga

Phaleria macrocarpa tersusun dari 2-4, berwarna hijau hingga merah marun. Bentuk

bijinya bulat dan berwarna putih serta beracun. Buah berbentuk gerhana dengan

diameter 3 cm, berwarna hijau saat belum matang dan menjadi merah saat matang.

Benih 1-2 per buah, berwarna coklat, ovoid dan anatropous. Ekstrak Phaleria

macrocarpa memiliki sejumlah aktivitas farmakologi yaitu sebagai antitumor,

antihiperglikemia, antiinflamasi, antidiare, antioksidan, antivirus, antibakteri,

antijamur dan vasodilator. Batangnya digunakan untuk mengobati kanker tulang;

kulit dari benihnya untuk mengobati kanker payudara, kanker serviks, penyakit paru,

hati dan jantung; daunnya untuk mengobati impotensi, penyakit darah, alergi,

diabetes mellitus dan tumor.[9]

Taksonomi tanaman Phaleria macrocarpa (Hutapea et al., 1999; Winarto et

al., 2003):[19]

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Thymelaeales

Suku : Thymelaeaceae

Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Page 21: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

7

Gambar 2.2. Deskripsi tanaman dari Phaleria macrocarpa menunjukkan (a) kuncup

bunga, (b) daun berwarna hijau dengan bentuk runcing, (c) buah berwarna hijau yang

belum matang dan (d) buah berwarna merah yang sudah matang

Sumber: Altaf et al., 2013

2.1.2.2. Studi Fitokimia

2.1.2.2.1. Studi Fitokimia Kualitatif

Berbagai kandungan kimia ditemukan pada Phaleria macrocarpa dengan

berbagai konsentrasi yaitu mahkosida A, asam dodekanoik, asam palmitat, desasetil

flavikordin A, flavikordin A, flavikordin D, flavikordin A glukosida, etil stearat,

lignan dan sukrosa. Yang et al. mengisolasi mahkosida A untuk pertama kali dari biji

Phaleria macrocarpa bersama dengan enam senyawa lainnya yaitu magniferin,

kaempferol-3-o-β-D-glukosida, asam dodekanoik, asam palmitat, etil stearat dan

sukrosa. Lignan diisolasi dari bagian berbeda Phaleria macrocarpa, ketika

mengalami chiral column analysis, ditemukan pinoresinol, larikiresinol dan

matairesinol. Kulit kayu dan buahnya kaya akan saponin, alkaloid, polifenol, fenol,

flavonoid, lignan dan tanin. Senyawa yang diisolasi dari buah termasuk ikarisida C3,

magniferin dan asam galat. Falerin pertama kali diisolasi dari daun Phaleria

macrocarpa sebagai glikosida benzofenon (3,4,5, trihidroksi-4-metoksi-benzofenon-

3-O-β-D-glukosida) oleh Hartati et al. Senyawa yang sama diisolasi dari buah oleh

Oshimi et al., namun struktur yang diusulkan (2,4‟,6, trihidroksi-4-metoksi-

benzofenon-3-O-β-D-glukosida) sedikit berbeda dari laporan sebelumnya. Perikarp

Page 22: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

8

buah mengandung kaempferol, mirisetin, naringin dan rutin. Naringin dan quersitin

ditemukan di mesokarp dan biji. Forboester, desasetil flavikordin A dan derivat 29-

norkukurbitasin diisolasi dari biji. Ekstrak Phaleria macrocarpa juga mengandung

alkaloid dan saponin.[9]

Gambar 2.3. Fitokonstituen diisolasi dari Phaleria macrocarpa dengan masing-

masing aktivitas biologis

Sumber: Altaf et al., 2013

2.1.2.2.2. Kuantifikasi Isolasi Fitokonstituen

Ekstrak Phaleria macrocarpa belum sepenuhnya terstandarisasi untuk

memberikan rincian persen kuantitas dari senyawa yang diisolasi. Namun konsentrasi

beberapa senyawanya dalam fraksi tertentu dari ekstrak Phaleria macrocarpa

dilaporkan. Misalnya, ekstrak metanol buah Phaleria macrocarpa diekstrak dalam

petroleum eter, kloroform, metanol dan air dilaporkan memiliki kandungan falerin

hingga 9,52%. Pasta kasar (32 g) diperoleh dari 3,2 kg biji Phaleria macrocarpa

Page 23: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

9

terdiri dari 9,1% mahkosida A, 0,21% kaempferol dan 0,1% magniferin, sedangkan

60% dari pasta kasar terdiri dari sukrosa.[9]

Total kandungan fenolik dari mesokarp, perikarp dan biji masing-masing

60,5 ± 0,17, 59,2 ± 0,04 dan 47,7 ± 1,04 mg GAE/gDW (galic acid equivalent/gram

of dry weight). Total kandungan flavonoid dari perikarp ditemukan maksimum

(161,3 ± 1,58 mg RE (rutin equivalent)/gDW) ketika dibandingkan dengan mesokarp

dan biji (masing-masing 131,7 ± 1,66 dan 35,9 ± 2,47 mg RE/gDW).[9]

2.1.2.3. Bioaktivitas (Aktivitas Antikanker)

Daun dan buah Phaleria macrocarpa digunakan untuk mengobati berbagai

jenis kanker terutama kanker payudara dan tumor otak. Suplementasi Phaleria

macrocarpa dengan AC (adriamycin cyclosphamide) dapat mengurangi

pertumbuhan tumor pada sel payudara dengan menginduksi apoptosis, juga

melindungi kerusakan hati dan ginjal yang disebabkan oleh AC. Falerin dan asam

galat berkontribusi besar untuk sifat sitotoksiknya.[9]

Ekstrak semipolar metanol Phaleria macrocarpa (sebagai DLBS1425)

bertindak sebagai antiproliferasi, antiangiogenik dan menginduksi apoptosis pada sel

kanker payudara. Ekstrak ini mengandung 20,26% falerin dan menginduksi apoptosis

oleh fragmentasi DNA, aktivasi kaspase-9 dan diregulasi oleh Bcl-2 (B-cell

lymphoma 2 protein) dan BAX (Bcl-2 associated X protein) pada tingkat mRNA.

Bcl-2 merupakan protein anti-apoptosis yang dikode oleh gen Bcl-2 yang bertindak

sebagai cek poin dalam regulasi apoptosis, sedangkan BAX merupakan protein pro-

apoptosis dari famili gen Bcl-2. Falerin dan asam galat meningkatkan regulasi

protein BAX dalam dose dependent manner dan menurunkan regulasi ekspresi Bcl-2

mRNA sehingga menyebabkan peningkatan berkelanjutan dari kalsium level di

mitokondria. Hal ini menginduksi pembukaan VDAC (voltage dependent anion

channel) dan menyebabkan pelepasan sejumlah kecil Cyt-c (Cytochrome-c, protein

ruang antar membran) dari mitokondria (Gambar 2.4.). Cyt-c berinteraksi dengan

reseptor inositol trifosfat pada retikulum endoplasma sehingga menyebabkan

pelepasan kalsium retikulum endoplasma dan meningkatkan keseluruhan level ion

kalsium, yang selanjutnya memicu pelepasan besar-besaran Cyt-c. Cyt-c mengikat

Page 24: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

10

domain WD-40 dari C-terminus dari APAF-1 (apoptotic protease activating factor-

1) dan penghentian autoinhibisi domain ini, sementara dua domain lainnya dari

APAF-1 sebagai CARD (caspase activation and recruitment domain) dan NB-ARC

(nucleotide binding adaptor shared by APAF-1, R and CED-4) domain ATPase

(adenosine tri phosphatase) tetap dalam keadaan autoinhibisi. Cyt-c mengikat

APAF-1 memicu pengikatan stabil dari ATP/ dATP pada nucleotide binding site dari

APAF-1. Di hadapan tujuh molekul Cyt-c dan tujuh protein APAF-1, oligomerisasi

dari APAF-1 ke dalam wheel-like heptagonal structure terjadi dan menyebabkan

aktivasi apoptosom. Apoptosom menyebabkan pembelahan dan perekrutan APAF-3

(inactive procaspase-9) untuk mengaktifkan molekul kaspase-9. Kaspase merupakan

sistein-aspartat-protease yang terdiri dari kaspase inisiator seperti 2, 8, 9, 10 dan

kaspase efektor seperti 3, 6 dan 7. Aktivasi kaspase-9 inisiator selanjutnya

mengaktifkan kaspase efektor, yang memicu kaskade kaspase 3, 6 dan 7. Hal ini

mengaktifkan DNAase untuk menyebabkan fragmentasi DNA sehingga menginduksi

apoptosis.[9]

DLBS1425 juga menekan ekspresi COX-2 (cyclo-oxygenase 2) mRNA dan

ekspresi VGEF-C (vascular endothelial growth factor-C) mRNA sehingga

menurunkan permeabilitas pembuluh darah yang selanjutnya mengurangi proliferasi

dan migrasi sel endotel, sehingga menjadi antiangiogenesis. Protein kinase C juga

dihambat oleh ekstrak ini menyebabkan penurunan regulasi faktor transkripsi sebagai

activator protein-1, memberikan kontribusi lebih lanjut untuk aktivitas

antiproliferasinya. Asam galat bekerja pada BAX dan gen Bcl-2, juga bekerja pada

jalur PI3K/ Akt/ mTOR (mammalian target of rapamycin). Selain dua mekanisme

pro-apoptosis, asam galat juga meningkatkan ROS (reactive oxygen species) pada

lini sel kanker in vitro.[9]

Page 25: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

11

Gambar 2.4. Mekanisme efek pro-apoptosis asam galat dan falerin diisolasi dari

ekstrak Phaleria macrocarpa. Bcl-2: b-cell lymphoma 2 protein, bax: bcl-2

associated x proteins, cyt-c: cytochrome c, vdac: voltage dependent anion channels,

pi3/ akt: phospoinositide 3/ jalur protein 3 kinase b

Sumber: Altaf et al., 2013

PI3K (phosphatidyl-inositol-3-kinase) mengaktifkan Akt (protein kinase-B)

yang meregulasi kelangsungan hidup sel. Hal ini selanjutnya mengaktifkan mTOR,

yang meregulasi pertumbuhan sel dan proliferasi. Pada sel kanker, jalur ini menjadi

terlalu aktif dan mengurangi apoptosis, yang memungkinkan proliferasi. Asam galat

menggunakan efek antiproliferasinya dengan menurunkan regulasi kelangsungan

hidup Akt/ mTOR. Asam galat juga menurunkan regulasi fosforilasi dari aktivasi

Ras/ mitogen jalur protein kinase, sehingga menekan ADAM (a disintegrin and

mettalloproteinase)-metallopeptidase domain 17 (tumor necrosis factor alpha

converting enzyme), menurunkan invasi dan proliferasi sel. Asam galat berinteraksi

dengan C-X-C chemokine reseptor type 4 dan C-X-C chemokine ligand-12 yang

menghambat aktivasi PI3K sehingga menghambat fosforilasi Akt, akibatnya

menurunkan regulasi VGEF pada kedua protein dan tingkat mRNA, menyerang

perkembangan angiogenesis dan tumor. Asam galat juga menghambat pertumbuhan

Page 26: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

12

HeLa (human cervical cell line) dan HUVEC (human umbilical vein endothelial cell)

in vitro dengan nilai IC50 (median inhibitory concentration) 80 μM untuk HeLa dan

400 μM untuk HUVEC.[9]

Ekstrak etanol daun Phaleria macrocarpa meningkatkan ekspresi NKG2D

(type-II integral membran protein) dan CD-122 (subunit dari interleukin-2), molekul

permukaan yang meningkatkan aktivitas killer triggering receptor pada NKC

(natural killer cell) dari limpa sehingga meningkatkan aktivitas membunuh mereka.

Hal ini meningkatkan produksi interferon-gamma, yang merupakan glikoprotein

yang mengaktifkan sel imun, makrofag dan NKC, akhirnya meningkatkan

pengenalan dari infeksi atau tumor dengan meningkatkan regulasi limfosit T.[9]

2.1.2.4. Uji Toksisitas dan Bioassay Kanker

Meskipun sejumlah sifat obat diklaim dalam pengobatan tradisional untuk

ekstrak Phaleria macrocarpa, diketahui ada kecenderungan beracun dari ekstrak

Phaleria macrocarpa.[20]

Memakan buah matang Phaleria macrocarpa dapat

menyebabkan ulkus oral,[9]

mati rasa di lidah, mabuk dan keracunan.[20]

Konsumsi

Phaleria macrocarpa pada dosis yang lebih tinggi (27 mg/kg) menunjukkan

fetotoksisitas embrio pada tikus betina. Ekstrak butanol buah matang yang diberikan

kepada tikus pada dosis yang lebih tinggi dari 85 mg/kg intraperitoneal menyebabkan

nekrosis ringan tubulus konvoltus proksimal pada ginjal tikus. Ekstrak etanol

Phaleria macrocarpa yang diberikan kepada burung puyuh Jawa pada dosis 50, 100

dan 200 mg/kg selama dua bulan menyebabkan hipertrofi hati ringan dan

peningkatan aktivitas serum glutamat piruvat transaminase pada dosis 100 mg/kg.

Literatur yang tersedia hingga saat ini tidak cukup untuk mengevaluasi profil beracun

dari berbagai ekstrak tanaman obat ini sehingga menyebabkan keraguan tentang

keberhasilan menggunakan ekstrak Phaleria macrocarpa dalam mengobati penyakit

yang berbeda.[9]

Studi pendahuluan melaporkan bahwa salah satu fraksi dari ekstrak metanol

daun Phaleria macrocarpa menunjukkan aktivitas penghambatan moderat terhadap

NS-1 (myeloma cell) dengan nilai IC50 81 ppm. Penelitian lebih lanjut menunjukkan

ekstrak kloroform daun Phaleria macrocarpa memiliki sifat antiproliferatif terhadap

Page 27: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

13

HeLa, HM3KO (melanoma skin cancer cell) dan MCF-7 (human breast cancer cell

line) dengan nilai IC50 masing-masing 40,2 ppm, 62,9 ppm dan 70,8 ppm. Selain itu,

ekstrak etil asetat kulit kayu Phaleria macrocarpa menunjukkan aktivitas sitotoksik

yang kuat terhadap L1210 (mouse leukemia cell) dengan nilai IC50 10,2 ppm. Uji

sitotoksisitas pada ekstrak etil asetat dan metanol daun Phaleria macrocarpa

menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki efek sitotoksik rendah terhadap

HepG2 (human hepatoma cell line) dengan nilai IC50 masing-masing 32,5 ppm dan

40 ppm.

Semua bagian dari buah Phaleria macrocarpa memperlihatkan sifat

sitotoksik yang kuat terhadap MCF-7 dan HeLa dengan nilai IC50 20-40 ppm.[21]

Purwantini et al. menyatakan bahwa uji BSLT ekstrak etanol buah dan biji

Phaleria macrocarpa masing-masing menunjukkan nilai LC50 30,42 ppm dan 1,6 x

10-2

ppm, kedua ekstrak bersifat toksik karena memiliki nilai LC50 kurang dari 1000

ppm.[22]

Ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa memiliki nilai LC50 63,16

ppm.[10]

Lisdayati melakukan uji ketoksikan terhadap ekstrak n-heksan, etil asetat

dan metanol masing-masing menghasilkan nilai IC50 11,83 ppm, 10,99 ppm dan 2,46

ppm. Nilai ini dianggap toksik karena nilai IC50 <10 ppm bersifat sitotoksik terhadap

sel kanker. Penelitian lebih lanjut, Lisdayati melakukan uji bioassay in vitro dengan

sel leukemia L1210 dan dosis yang diuji adalah 12, 10, 5 dan 0 ppm. Ekstrak n-

heksan, etil asetat dan metanol masing-masing menghasilkan nilai IC50 5,35 ppm,

5,76 ppm dan 5,80 ppm. Dengan nilai IC50 <10 ppm, maka dapat menghambat

pertumbuhan kanker 50% setelah inkubasi 48 jam.[22]

Uji bioassay dilakukan terhadap HeLa oleh Sumastuti dan Sonlimar. Dosis

ekstrak buah/ daun 1; 5; 10; 50; 100 dan 200 mg/ml dibandingkan dengan

doksorubisin 0,5; 1; 5; 10; 20 dan 50 mg/ml menunjukkan bahwa ekstrak air buah

Phaleria macrocarpa dapat menghambat pertumbuhan HeLa setelah inkubasi 24

jam. Ekstrak buah memiliki nilai IC50 196,74 mg/ml, sedangkan nilai IC50 daun

812,45 mg/ml dan nilai IC50 doksorubisin lebih kecil dari 1 mg/ml. Hal ini

menunjukkan bahwa potensi penghambatan buah 4 kali lebih besar daripada

daunnya.[22]

Page 28: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

14

Pusparanti melakukan uji sitotoksik dari infus kulit batang Phaleria

macrocarpa pada HeLa dengan menghitung persen kematian sel menggunakan biru

tripan (0,5%), diperoleh nilai LC50 40,12 mg/ml dan dapat disimpulkan bahan uji ini

tidak memiliki daya sitotoksik terhadap HeLa karena nilainya lebih besar dari 1000

ppm.[22]

2.1.3. Toksikologi

Toksikologi adalah ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia atas jaringan

biologi dan dampaknya. Hal ini berarti bahwa dalam kondisi tertentu dalam jaringan

biologi (tubuh), zat kimia dapat berinteraksi menimbulkan efek berbahaya dengan

wujud dan sifat tertentu. Sedangkan ketoksikan atau toksisitas adalah kapasitas suatu

zat kimia/ beracun (xenobiotik) untuk menimbulkan efek toksik tertentu pada

manusia.[27]

Menurut bapak toksikologi, Paracelcus, dosis dapat membedakan antara

obat dengan racun atau zat yang bukan racun dengan racun. Hal ini berarti bahwa

obat bukan racun karena penggunaan obat diberikan berdasarkan aturan dosis

tertentu yang umumnya tidak menimbulkan efek toksik atau manfaatnya jauh lebih

besar daripada efek yang merugikan.[27]

Efek samping (side effect), efek merugikan (adverse effect) dan efek toksik

(toxic effect) dapat ditimbulkan akibat efek yang tidak diinginkan yang berkaitan

dengan dosis obat yang diberikan. Efek samping adalah efek yang tidak berbahaya

atau merugikan dan dapat ditoleransi sehingga obat tetap bermanfaat sebagai

pengobatan, seperti mulut kering atau sedasi karena pemakaian antihistamin. Namun

efek merugikan dapat berbahaya, seperti diare yang terus menerus atau pada terapi

jangka panjang dapat mempengaruhi organ seperti ginjal, hepar, jantung dan

lambung. Kondisi tersebut membutuhkan pengaturan penggunaan obat, seperti

pengurangan dosis, menggunakan obat pada waktu tertentu atau mengganti obat yang

digunakan. Efek toksik atau keracunan adalah efek yang sangat berbahaya dan dapat

mengancam kehidupan sehingga pemberian obat harus dihentikan dan diberi terapi

suportif atau diberi antidotumnya. Pada dosis minimal sering timbul efek samping,

Page 29: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

15

sedangkan pada dosis maksimal sering timbul efek merugikan. Pada dosis yang

sangat tinggi (over dosis) dapat timbul efek toksik yang berakibat fatal.[27]

2.1.3.1. Kondisi Efek Toksik

Masuknya zat kimia dalam tubuh diawali melalui intravaskular (injeksi IV,

intrakardial, intraarteri) atau ekstravaskular (oral, inhalasi, injeksi intramuskular,

rektal), kemudian zat tersebut masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan didistribusikan

keseluruh tubuh. Proses distribusi ini memungkinkan zat atau metabolitnya sampai

pada tempat kerjanya (reseptor). Efek toksik dapat terjadi akibat interaksi zat kimia

atau metabolitnya yang berlebihan. Selain itu, zat kimia dapat menjadi senyawa non

aktif dan diekskresikan (eliminasi) sehingga dapat mengurangi jumlah zat kimia

dalam sel sasarannya. Dengan demikian, timbulnya efek toksik dipengaruhi juga oleh

selisih antara absorbsi dan distribusi, metabolisme dan ekskresinya.[27]

2.1.3.2. Mekanisme Efek Toksik

Zat kimia yang terdapat dalam tubuh melalui interaksi secara langsung

(toksik intrasel) dan secara tidak langsung (toksik ekstrasel) dapat menimbulkan efek

toksik. Toksisitas yang diawali dengan interaksi langsung antara zat kimia atau

metabolitnya dengan reseptornya sehingga menyebabkan gangguan sel atau

organelnya melalui pendesakan, pengikatan, subtitusi (antimetabolit) atau

peroksidasi disebut toksik intrasel. Gangguan yang ditimbulkan akan direspon oleh

sel untuk mengurangi dampaknya dan sel akan beradaptasi atau melakukan

perbaikan. Namun efek toksik akan terjadi bila respon pertahanan tidak mampu

mengeleminir gangguan yang ada, akibatnya terjadi perubahan biokimiawi,

fungsional atau struktural yang bersifat reversibel atau irreversibel. Radikal bebas

merupakan salah satu contoh zat yang bekerja langsung dalam menimbulkan efek

toksik yang menyebabkan peroksidasi lipid atau protein sehingga fungsinya

terganggu. Toksisitas ekstrasel terjadi secara tidak langsung dengan mempengaruhi

lingkungan sel sasaran tetapi dapat berpengaruh pada sel sasaran.[27]

Page 30: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

16

2.1.3.3. Sifat Efek Toksik

Jenis sifat efek toksik, yaitu:[27]

a. Terbalikkan (reversibel)

Efek toksik cepat kembali ke normal.

Reseptor kembali semula bila kadar racun dalam reseptor habis.

Ketoksikan tergantung dosis, kecepatan absorpsi, distribusi dan eleminasi zat

racun.

b. Tidak terbalikkan (irreversibel)

Kerusakan permanen.

Akumulasi efek toksik.

Paparan takaran kecil jangka panjang sama dengan takaran besar jangka

pendek.

2.1.3.4. Uji Toksikologi

Serangkaian uji harus dilakukan sebelum obat beredar dipasaran sehingga

keamanan, efektivitas dan mutu obat terjamin. Uji tersebut dimulai dari skrining

untuk mencari senyawa aktif, dilanjutkan uji efektivitas atau selektivitas dan

mekanisme kerjanya pada hewan uji atau mikroba. Setelah diketahui memiliki

aktivitas farmakologi, akan dilakukan serangkaian uji keamanan pada hewan uji,

meliputi:[27]

a. Uji toksisitas akut: Merupakan efek berbahaya yang terjadi setelah terpapar dosis

tunggal atau berulang dalam waktu 24 jam untuk menentukan dosis letal median

(LD50, LC50) dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji, lalu

hasilnya akan ditransformasi pada manusia. Tujuan uji toksisitas akut, yaitu:

Menentukan interval dosis untuk uji berikutnya (uji farmakologi, toksisitas

subakut dan toksisitas jangka panjang).

Mengklasifikasikan zat uji termasuk kategori toksik atau tidak toksik.

Mengidentifikasi kemungkinan target organ atau sistem fisiologi yang

dipengaruhi.

Page 31: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

17

Mengetahui hubungan antara dosis dengan timbulnya efek seperti perubahan

perilaku, koma atau kematian.

Mengetahui gejala toksisitas akut untuk membantu diagnosis kasus keracunan.

Memenuhi persyaratan regulasi jika zat uji dikembangkan menjadi obat.

Mencari zat yang berpotensi sebagai antikanker.

Keperluan evaluasi bahaya suatu zat melalui data seperti nilai slope dari grafik

hubungan antara log dosis versus respon.

Mengetahui pengaruh usia, jenis kelamin, cara pemberian dan faktor

lingkungan terhadap toksisitas suatu zat.

Mengetahui variasi respon antar spesies dan antar strain (hewan, mikroba) serta

menginformasikan reaktivitas suatu populasi hewan.

b. Uji toksisitas subakut: Untuk menentukan organ sasaran (organ yang rentan) atau

tempat kerjanya. Umumnya menggunakan tiga dosis, dilakukan selama 4 minggu

hingga 3 bulan dan menggunakan dua spesies berbeda.

c. Uji toksisitas kronik: Untuk memantau obat yang akan digunakan dalam waktu

yang cukup lama. Tujuannya hampir sama dengan uji toksisitas subakut.

Menggunakan hewan rodent dan non rodent (anjing) selama 6 bulan atau lebih.

d. Uji efek pada organ reproduksi: Untuk melihat perilaku yang berkaitan dengan

reproduksi (perilaku kawin), perkembangan janin, kelainan janin, proses kelahiran

dan perkembangan setelah dilahirkan.

e. Uji karsinogenik: Untuk mengetahui zat yang dipakai dalam jangka panjang akan

menimbulkan kanker atau tidak. Dilakukan selama 2 tahun pada dua spesies

hewan.

Uji formulasi dilakukan jika zat pada obat dikatakan aman setelah dilakukan

serangkaian uji keamanan, selanjutnya dilakukan uji klinik pada manusia,

meliputi:[27]

a. Uji klinik fase I: Dilakukan pada orang yang sehat untuk mengetahui keamanan

zat aktif pada manusia, rentang dosis yang aman dan profil farmakokinetiknya.

b. Uji klinik fase II: Dilakukan pada orang yang sakit dalam jumlah sedikit untuk

mengetahi efektivitas zat aktif.

Page 32: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

18

c. Uji klinik fase III: Dilakukan pada pasien dalam jumlah relatif besar secara

random control dan double blind untuk melihat efektivitasnya dan kemungkinan

timbul efek yang tidak diinginkan.

d. Uji klinik fase IV: Post marketing surveillance untuk mengetahui efektivitasnya

dan melihat efek yang tidak diinginkan setelah digunakan secara masal (pasien

tidak ditentukan kriterianya) yang tidak terdeteksi pada uji klinik fase II.

Dilakukan setelah obat mendapatkan izin edar sementara.

2.1.4. Simplisia

Simplisia merupakan bahan yang belum mengalami perubahan apapun

kecuali bahan alam yang dikeringkan. Sumber simplisia dapat diperoleh dari

tanaman liar dan tanaman hasil budidaya (kultivasi). Mutu yang dihasilkan dari

tanaman liar kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia dibandingkan dengan

tanaman hasil budidaya karena usia atau bagian tanaman yang diproses tidak tepat,

jenis atau spesies tanaman yang dipanen tidak sama dan tempat tumbuh yang

berbeda (kualitas tanah, kadar air, sinar matahari) sehingga menyebabkan perbedaan

kandungan senyawa aktif. Faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia yaitu bahan

simplisia dan cara penanganannya, proses pengolahan simplisia serta cara

pengemasan dan penyimpanan simplisia.[28]

2.1.4.1. Jenis Simplisia

Simplisia dibedakan menjadi:[28]

a. Simplisia nabati: Simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat

tanaman.

b. Simplisia hewani: Simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat berguna

bukan berupa zat kimia murni yang dihasilkan hewan.

c. Simplisia mineral (pelikan): Simplisia berupa bahan mineral atau pelikan yang

belum diolah atau telah diolah secara sederhana tetapi bukan berupa zat kimia

murni.

Page 33: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

19

2.1.4.2. Tahapan pembuatan

Proses pembuatan simplisia melalui beberapa tahap, yaitu:[28]

a. Pengambilan bahan baku: Kadar bahan aktif dalam simplisia bergantung pada

bagian tanaman yang digunakan, usia atau bagian tanaman saat panen, waktu

panen dan lingkungan tumbuh. Misalnya daun, pengambilan dilakukan pada saat

tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif karena

pada saat itu penumpukan senyawa aktif berada dalam kondisi optimal sehingga

memiliki mutu terbaik; atau dipetik satu per satu dari pucuk yang sudah tua atau

muda.

b. Sortasi basah: Untuk memisahkan bahan simplisia dari kotoran/ bahan asing lain.

c. Pencucian: Dilakukan dengan air bersih yang bersumber dari sumur, PAM atau

mata air. Pencucian dilakukan sesingkat mungkin jika simplisia mengandung zat

yang mudah larut dalam air mengalir.

d. Perajangan: Untuk menurunkan ukuran atau menghaluskan bahan tanaman secara

mekanik dan mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus (penggiling

palu untuk memecah bongkahan bahan yang rapuh, penggiling geligi untuk

menggiling biji-biji yang keras atau bahan yang sudah dipotong, dll).

e. Pengeringan: Untuk menurunkan kadar air sehingga menghentikan reaksi

enzimatik dan mencegah terjadinya penurunan mutu atau perusakan simplisia

sehingga simplisia dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Sebaiknya

pengeringan dilakukan secara cepat pada suhu tidak terlalu tinggi (antara 30-

90°C, terbaik 60°C) agar tidak terjadi perubahan kimia kandungan senyawa aktif

atau pengeringan menggunakan microwave untuk jangka pendek. Risiko

kontaminasi mikrobiologi atau debu terjadi akibat pengeringan dengan panas

matahari di alam terbuka, sedangkan tumbuhnya kapang pada simplisia terjadi

akibat pengeringan dalam jangka panjang.

f. Sortasi kering: Dilakukan sebelum pengemasan simplisia untuk memisahkan

simplisia dari benda asing.

g. Pengepakan dan penyimpanan: Simplisia dapat disimpan pada suhu kamar (15-

30°C), tempat sejuk (5-15°C) atau tempat dingin (0-5°C) bergantung sifat dan

Page 34: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

20

ketahanan simplisia. Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena sinar

dengan panjang gelombang tertentu (menimbulkan perubahan kimia pada

simplisia), pengaruh oksigen udara (terjadi oksidasi pada senyawa tertentu dalam

simplisia), reaksi oleh enzim, kelembaban udara lebih rendah dari kadar air

simplisia (simplisia kehilangan air sehingga menjadi keriput) dan pengotoran

simplisia (debu, cangkang telur, kapang, dll).

h. Pemeriksaan mutu: Dilakukan dengan membandingkan mutu simplisia saat masa

panen atau pembelian dari pedagang dengan simplisia pembanding.

2.1.5. Ekstraksi Tanaman

Ekstraksi adalah proses pemisahan kandungan kimia yang dapat larut

dengan pelarut cair sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut, sedangkan

ekstrak adalah sediaan kental hasil ekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau

hewani. Faktor yang mempengaruhi pembuatan ekstrak yaitu jumlah simplisia,

derajat kehalusan simplisia, pelarut yang digunakan, suhu dan lama waktu penyari

serta proses ekstraksi.[29]

2.1.5.1. Metode Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan pelarut dibedakan menjadi:

a. Cara dingin

Maserasi: Proses ekstraksi simplisia dengan merendam serbuk simplisia

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar dan

terlindung dari cahaya, lalu ekstrak dikeluarkan dan ampas hasil ekstraksi

dicuci dengan pelarut yang segar sampai didapat berat yang sesuai. Cara ini

merupakan cara penyarian sederhana dengan menggunakan peralatan yang

sederhana tetapi waktu untuk mengekstraksi sampel cukup lama dan cairan

penyari yang digunakan lebih banyak (Dinda, 2008) serta tidak begitu

sempurna dalam menarik zat berkhasiat dari tanaman. Remaserasi merupakan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama, dst.[28,29,30]

Perkolasi: Proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

pada suhu kamar untuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total,

Page 35: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

21

terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara dan perkolasi

sebenarnya hingga diperoleh perkolat (ekstrak) yang jumlahnya 1-5 kali

bahan.[28, 29]

b. Cara panas

Refluks: Proses ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.[29]

Soxhlet: Proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru dan alat

khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.[29]

Digesti: Proses maserasi kinetik (pengadukan terus-menerus) pada suhu 40-

50°C.[29]

Infus: Proses ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana infus

dicelupkan dalam penangas air dengan suhu 96-98°C) selama 15-20 menit.[29]

Dekok: Proses infus dengan waktu yang lebih lama (≥30°C) dan suhu sampai

titik didih air.[29]

2.1.5.2. Tahapan Pembuatan

Proses pembuatan ekstrak melalui beberapa tahap, yaitu:[29]

a. Pembuatan serbuk simplisia kering: Proses ekstraksi semakin efektif dan efisien

jika serbuk simplisia semakin halus.

b. Cairan pelarut: Sebaiknya menggunakan pelarut yang optimal untuk memisahkan

senyawa kandungan berkhasiat dari senyawa kandungan lain. Pelarut yang

dibolehkan yaitu air dan alkohol (eter) serta campurannya, sedangkan pelarut yang

umumnya digunakan untuk tahap separasi dan fraksinasi (pemurnian) yaitu

metanol, heksana, toluen, kloroform dan aseton. Faktor yang dipertimbangkan

dalam pemilihan cairan penyari yaitu selektivitas, kemudahan bekerja dan proses

dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan aman.

c. Separasi dan pemurnian: Untuk memisahkan semaksimal mungkin senyawa yang

tidak diinginkan sehingga dihasilkan ekstrak yang lebih murni, terdiri dari tahap

pengendapan, pemisahan cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta

proses adsorbsi dan penukar ion.

Page 36: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

22

d. Pemekatan/ penguapan (vaporasi dan evaporasi): Untuk meningkatkan jumlah

senyawa terlarut secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering (ekstrak

menjadi kental/ pekat).

e. Pengeringan ekstrak: Untuk mengilangkan pelarut dari bahan sehingga

menghasilkan serbuk dengan cara pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi,

konveksi, kontak, radiasi atau dielektrik.

f. Rendemen: Membandingkan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.

2.1.6. Brine Shrimp Lethality Test

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan bioassay spektrum luas

yang mampu mendeteksi adanya efek sitotoksisitas dan senyawa bioaktif yang

terdapat dalam ekstrak. Uji ini menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai

hewan uji karena merupakan organisme zoologi invertebrata yang sederhana. Pelarut

yang umumnya digunakan untuk melarutkan bahan uji yaitu metanol, DMSO

(dimetil sulfoksida), Tween 20, air dan etanol.[31]

Selain itu, sebagai media uji

digunakan air laut murni atau air laut buatan dengan melarutkan garam tidak

beryodium ke dalam air.[32]

Uji toksisitas dengan metode BSLT merupakan uji

toksisitas akut, dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu 24

jam setelah dosis uji diberikan.[33]

Uji ini dilakukan dengan menentukan nilai LC50 setelah 24 jam masa

inkubasi. Hewan uji dianggap mati jika tidak ada gerakan yang terdeteksi selama 10

detik pengamatan. Nilai LC50 dihitung menggunakan analisis probit.[31]

Ekstrak

bersifat toksik jika nilai LC50 <1000 ppm, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut untuk mengisolasi senyawa sitotoksik tanaman sebagai upaya

mengembangkan obat alternatif antikanker.[34]

Sedangkan, bila nilai LC50 >1000

ppm, maka ekstrak tersebut bersifat tidak toksik, sehingga dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui khasiat lainnya dengan menggunakan hewan uji

seperti mencit atau tikus secara in vivo.[33]

Metode BSLT memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

a. Metode penapisan farmakologi awal yang mudah dilakukan dan relatif tidak

mahal serta tidak membutuhkan keahlian khusus dalam pelaksanaannya.[35]

Page 37: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

23

b. Cepat waktu ujinya, sederhana (tanpa membutuhkan teknik aseptik), jumlah

organisme banyak dan membutuhkan sedikit sampel uji.[32]

c. Metode yang telah teruji hasilnya dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mengamati toksisitas suatu senyawa di dalam ekstrak kasar tanaman.[35]

d. Sering digunakan dalam tahap awal isolasi senyawa toksik yang terkandung di

dalam ekstrak kasar tanaman.[35]

e. Sering dikaitkan sebagai metode penapisan untuk penyarian senyawa antikanker

dari tanaman.[35]

f. Dapat mengevaluasi toksisitas logam berat, pestisida dan obat-obatan (terutama

ekstrak tanaman alami).[30]

2.1.6.1. Artemia salina Leach

Artemia salina Leach adalah arthropoda primitif air (danau garam) dari

famili Artemiidae (Gambar 2.5). Ditemukan oleh seorang ahli geografi Iran untuk

pertama kalinya pada tahun 982 di danau Urmia (Asem, 2008), lalu diberi nama

Cýncer salinus oleh Linny (1758) dan diubah menjadi Artemia salina oleh Leach

(1819).[11]

Taksonomi Artemia salina:[11]

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Branchiopoda

Ordo : Anostraca

Famili : Artemiidae

Genus : Artemia

Spesies : Artemia salina (Linnaeus, 1758)

Spesies Artemia salina merupakan salah satu organisme yang sesuai untuk

mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas karena:

a. Artemia salina memiliki respon yang sama dengan mamalia sehingga senyawa

maupun ekstrak yang memiliki aktivitas pada sistem tersebut dapat terdeteksi,

Page 38: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

24

misalnya tipe DNA-dependent RNA polymerase pada Artemia salina serupa

dengan ouabaine-sensitive Na+ dan K

+ dependent ATPase pada mamalia (Solis et

al., 1993). Jika RNA polymerase dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis

RNA, akibatnya sintesis protein terhambat sehingga mengganggu metabolisme sel

dan menyebabkan kematian sel.[42]

b. Telur Artemia salina dapat hidup dalam kondisi kering selama beberapa tahun dan

mudah menetas dalam 48 jam sehingga dihasilkan larva Artemia salina dalam

jumlah banyak untuk diuji.[43]

c. Larva Artemia salina memiliki toleransi yang tinggi terhadap selang salinitas air

tawar hingga air yang memiliki garam jenuh,[44]

mampu mengatasi perubahan

tekanan osmotik dan regulasi ionik yang tinggi,[25]

serta memiliki membran kulit

yang tipis sehingga kematian larva akibat efek sitotoksik dari senyawa bioaktif

dianalogikan dengan kematian sel dalam organisme.[24]

Gambar 2.5. Individu dari Artemia salina

Sumber: Dumitrascu, 2011

2.1.6.1.1. Spesies Ekologi

Artemia salina hanya hidup di danau dan kolam dengan salinitas tinggi

(antara 60-300 ppt). Selain itu, Artemia salina dapat mentolerir garam hingga 300 g/l

air dan dapat hidup dalam larutan seperti kalium permanganat dan perak nitrat dari

air laut, sedangkan yodium berbahaya bagi spesies ini. Hewan ini mampu

mengurangi tekanan osmotik hemolimf dengan ekskresi NaCl terhadap gradien

konsentrasi sehingga dapat mempertahankan hemolimf hipotonik ekstrim pada media

Page 39: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

25

salinitas yang ekstrim (Croghan, 1957). Artemia salina dapat bertahan hidup di air

dengan defisiensi oksigen yang tinggi. Konsentrasi minimum oksigen untuk Artemia

salina dewasa sangat rendah (0,5 mg/l) dan untuk nauplia <0,3 mg/l.[11]

2.1.6.1.2. Siklus Hidup

Perkembangbiakan Artemia salina terbagi menjadi ovipar dan ovovivipar.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi cara reproduksi Artemia salina yaitu

konsentrasi oksigen dalam air dan fluktuasinya, jenis makanan, salinitas, dll (Tabel

2.2).[11]

Tabel 2.2. Modalitas reproduksi Artemia salina

Perkembangbiakan

Ovipar Ovovivipar

Konten oksigen rendah (salinitas tinggi antara

150-200 ppt)

Konten oksigen tinggi (salinitas rendah <150

ppt)

Oksigen kuat-fluktuasi Oksigen minor-fluktuasi

Tinggi makanan Fe (seperti ganggang hijau) Rendah makanan Fe (seperti debris organik)

Sumber: Dumitrascu, 2011

Pada perkembangbiakan ovipar, setelah kopulasi, telur (siste) yang dibuahi

berkembang menjadi gastrula yang dikelilingi lapisan kulit keras berwarna coklat

atau cangkang yang terdiri dari kitin, lipoprotein, dll[11]

untuk melindungi dari

pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan mempermudah

pengapungan.[42]

Kista yang terbentuk dilepaskan ke dalam air. Kista menjadi larva

bebas ketika proses pengeringan awal terjadi.[11]

Pada perkembangbiakan ovovivipar, telur yang dibuahi berkembang

menjadi gastrula, lalu gastrula berdiferensiasi menjadi nauplia. Nauplia merupakan

larva betina bebas yang bersirip dan berwarna putih. Hidrasi dan oksigen dibutuhkan

untuk perkembangan kista (0,2-0,3 mm) menjadi nauplia (0,45 mm) dalam waktu 24-

36 jam, lalu menjadi kista dewasa (maksimal 13 mm) dalam waktu 3 minggu

tergantung ketersediaan pangan.[11]

Page 40: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

26

Gambar 2.6. Siklus hidup Artemia salina

Sumber: Dumitrascu, 2011

Kista dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim hingga 80°C, kondisi

kering selama bertahun-tahun, kontak dengan cairan agresif, kekurangan oksigen dan

pengaruh pestisida. Kista terhidrasi (berukuran 200-270 mikron dan berat 3,5 µg)

mati pada suhu dibawah 0°C dan di atas 40°C. Kista tidak akan menetas jika salinitas

tinggi dari 70 ppt (parts per thousand) karena gradien osmotik terlalu tinggi,

sedangkan kista akan menetas pada salinitas <5 ppt tetapi hasil nauplia akan cepat

mati.[11]

Nauplia tumbuh optimal pada 28°C dan 35 ppt, sedangkan mati pada 0°C

dan 37-38°C.[11]

Nauplia memiliki dua antena yaitu sepasang antena I (sungut kecil)

dan sepasang antena II (sungut besar). Dibagian antena II terdapat sepasang rahang

kecil, sedangkan di bagian ventral terdapat labrum.[42]

Nauplia berenang atau melalui

kolom air (fototaksis) dan mengumpulkan makanan menggunakan antena, sedangkan

rahang digunakan untuk menyaring air dan fitoplankton.[11]

Nauplia mengalami 15

kali metamorfosis. Nauplia tingkat I disebut instar I, tingkat II disebut instar II, dst

hingga tingkat XV disebut instar XV. Nauplia tingkat I warnanya kemerah-merahan

karena mengadung banyak cadangan makanan sehingga belum membutuhkan

makan. Setelah 24 jam menetas, instar II sudah mulai mencari makanan karena

Page 41: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

27

memiliki saluran pencernaan yang sudah terbentuk lengkap. Nauplia hanya memiliki

satu mata (fotoreseptor) yang kemudian berkembang menjadi 3 mata,[11]

selain itu

berangsung-angsur tumbuh tunas pada kakinya (torakopoda). Pada instar XV,

nauplia memiliki 11 pasang kaki (Mudjiman, 1989).[42]

Gambar 2.7. Karakteristik anatomi nauplia dari Artemia salina

Sumber: Dumitrascu, 2011

Artemia salina dewasa memiliki bentuk sempurna menyerupai udang[42]

dan

tidak bersifat fototaksis. Selain itu, Artemia salina dewasa memiliki satu mata

dibagian tengah disertai dua mata dibagian lateral, panjang jantan 8-10 mm dan

panjang betina 10-12 mm serta memiliki warna yang bervariasi tergantung pada

konsentrasi garam dalam air dari green tored (merah pada konsentrasi tinggi).

Darahnya mengandung pigmen hemoglobin.[11]

Antena I pada Artemia salina dewasa

jantan dan betina tetap berfungsi sebagai alat peraba. Antena II pada Artemia salina

dewasa jantan berubah menjadi alat penjepit yang membesar dan berotot untuk

berpegangan pada betina menjelang perkawinan, sedangkan antena II pada betina

mengalami penyusutan sehingga menjadi alat peraba. Dibelakang kaki torakopoda

pada Artemia salina dewasa jantan terdapat 2 organ reproduksi, sedangkan dibagian

ventral pada betina memiliki 1 uterus yang mengandung hingga 200 telur.[11]

Tubuh terdiri dari tiga segmen yaitu kepala, dada dan perut. Perbedaan

morfologi utama antara jantan dan betina terletak pada jarak maksimum antara mata

majemuk, panjang dari antena I, lebar dari segmen perut ketiga, panjang total,

diameter dari mata majemuk dan panjang perut.[11]

Page 42: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

28

Gambar 2.8. Karakteristik anatomi dari Artemia salina dewasa

Sumber: Dumitrascu, 2011

2.1.6.2. Nilai LC50

Nilai LC (lethal concentration) mengacu pada konsentrasi bahan kimia di

udara atau dalam air.[36]

Konsentrasi yang diberikan sekali (tunggal) atau beberapa

kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik dapat mematikan 50% hewan

uji disebut LC50.[27]

LC50 digunakan untuk perlakuan secara inhalasi atau uji

toksisitas dalam media air (Klaassen, 1986). Konsentrasi ini memiliki satuan yaitu

ppm (parts per million), mg/m3 [36]

atau µg/ml. Uji toksisitas dengan larva Artemia

salina Leach yang hasilnya dihitung menggunakan metode LC50 yang mana

kematian hewan uji terjadi setelah 6 jam pemaparan disebut LC50 akut, sedangkan

kematian hewan uji setelah 24 jam pemaparan disebut LC50 kronis. Namun LC50

setelah 24 jam lebih sering digunakan karena ekstrak yang sukar larut membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk larut. Nilai LC50 dapat ditentukan dengan cara

menggunakan grafik probit log konsentrasi atau perhitungan secara matematik.[30]

Tabel 2.3. Tingkat nilai toksisitas LC50

Nilai LC50 (ppm) Tingkat toksisitas

0-250 Sangat toksik

250-500 Toksik

500-750 Sedang

750-1000 Tidak toksik

Sumber : Aras, 2013

Page 43: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

29

2.1.6.3. Pelarut Metanol

Pelarut memiliki peran yang penting pada uji toksisitas dengan metode

BSLT. Pelarut yang digunakan dapat memberikan hasil positif palsu pada uji yang

dilakukan karena toksisitas pelarut itu sendiri.[38]

Pelarut seperti DMSO (dimetil

sulfoksida), metanol, etanol dan Tween 20 sering digunakan pada uji antimikrobial,

aktivitas sitotoksisitas dan BSLT.[31]

Nilai LC50 untuk DMSO, metanol, etanol dan Tween 20 masing-masing

yaitu 8,5%, 6,4%, 3,4% dan 2,5%. Tingkat toksisitas pelarut diurutkan sebagai

berikut: Tween 20 > etanol > metanol > DMSO. Hal ini menunjukkan bahwa DMSO

memiliki efek sitotoksisitas terendah terhadap Artemia salina Leach, sedangkan

Tween 20 memiliki efek sitotoksisitas tertinggi. Masing-masing pelarut memiliki

konsentrasi toleransi maksimum untuk melarutkan sampel uji yaitu 1,25% untuk

DMSO, metanol dan etanol serta 0,16% untuk Tween 20. Hal ini menunjukkan

bahwa bekerja pada atau di bawah konsentrasi toleransi maksimum dengan pelarut

tersebut tidak memberikan hasil positif palsu.[31]

DMSO digunakan untuk melarutkan ekstrak tanaman,[31]

senyawa polar dan

non polar.[32]

Tween 20 merupakan deterjen yang digunakan untuk melarutkan

minyak esensial dan zat minyak lainnya pada ekstrak tanaman. Deterjen memiliki

rantai alkil panjang yang mampu melarutkan senyawa hidrofobik sehingga disebut

surface-acting agent. Tween 20 bersama deterjen lainnya (sodium dodecyl sulfate

dan CHAPS) dapat mendenaturasi protein dan menghambat proses biologis. Oleh

karena itu, Nikkol dapat digunakan sebagai pengganti Tween 20. Nikkol merupakan

deterjen nonionik dengan toksisitas rendah.[38]

Metanol dan etanol digunakan untuk

melarutkan sejumlah besar kandungan kimia dalam produk alami, kecuali albumin,

karet, lilin, sukrosa, lemak dan fixed oil.[31]

Metanol (CH3OH) merupakan bentuk alkohol paling sederhana.[39]

Nama

lain metanol yaitu metil alkohol, metil hidrat, wood spirit atau metil hidroksida.[40]

Metanol diproduksi secara alami oleh bakteri melalui metabolisme anaerobik

sehingga menghasilkan uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Beberapa hari

kemudian uap tersebut akan teroksidasi oleh oksigen menjadi karbondioksida dan air

Page 44: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

30

dengan bantuan sinar matahari. Dari proses tersebut diperoleh reaksi kimia metanol:

2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O.[39]

Di dalam tubuh, metanol akan dimetabolisme di hati menjadi formaldehid

oleh enzim alkohol dehidrogenase, lalu formaldehid yang terbentuk sangat cepat

(waktu paruh 1-2 menit) akan diubah menjadi asam format oleh enzim formaldehid

dehidrogenase. Selanjutnya diperlukan waktu kurang lebih 20 jam untuk

mengoksidasi asam format menjadi karbondioksida dan air oleh enzim F-THF-S (10

formil tetrahidrofolat sintetase). Formaldehid dan asam format merupakan zat

beracun bagi tubuh.[41]

Tabel 2.4. Sifat fisika dan kimia metanol

Penampilan Cair, jernih, tidak berwarna

Bau Karakteristik bau alkohol sedang

pH -

Tekanan uap 12,8 kPa @ 20°C

Kelarutan Larut sepenuhnya

Densitas uap 1,105 @ 15°C

Titik beku -98,7°C

Berat molekul 32,04 g/ mol

Titik didih 64,7°C @ 101,3 kPa

Suhu kritis 239,4°C

Kelarutan dalam cairan lain Larut dalam semua alkohol, ester, keton, eter dan sebagian besar

pelarut organik lainnya

Sumber : Material Safety Data Sheet

2.1.6.4. Analisis Probit

Analisis probit merupakan tipe regresi yang digunakan untuk menganalisis

berbagai jenis dosis-respon atau respon binomial eksperimen pada berbagai bidang.

Pada toksikologi, analisis probit umumnya digunakan untuk menentukan toksisitas

relatif bahan kimia terhadap organisme hidup dengan menguji respon dari organisme

pada berbagai konsentrasi bahan kimia. Variabel respon binomial mengacu pada dua

hasil, misalnya mati atau tidak mati. Analisis probit dapat dilakukan menggunakan

tabel probit, perhitungan tangan, koefisien regresi, interval keyakinan atau aplikasi

statistik seperti SPSS.[23]

Peningkatan dosis zat toksik yang diberikan pada sejumlah individu atau

spesies yang homogen akan diikuti oleh peningkatan respon toksik sehingga

Page 45: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

31

hubungan antara log dosis versus respon akan membentuk kurva sigmoid (∫) yang

disebut kurva hubungan dosis-respon. Kurva sigmoid dapat dibuat linier dengan cara

memprobitkan persen respon. Bagian yang relatif tidak lurus (respon kurang dari

16% atau lebih dari 84%) dapat diluruskan dengan memprobitkan. Bagian tengah

kurva (16-84% respon) cukup proporsional (lurus) untuk memperkirakan efek

hubungan dosis versus respon. Suatu zat relatif berbahaya jika zat tersebut

membentuk kurva dosis-respon linier yang slopenya besar (relatif tegak) karena

perubahan dosis yang kecil sudah dapat menimbulkan peningkatan respon toksik

yang relatif besar.[27]

Persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log dosis yaitu Y

= mX+ b. Dimana m dan b merupakan konstanta atau koefisien regresi linier

sederhana atau parameter garis regresi linier sederhana, m sebagai slope coefficient

yang menunjukkan kemiringan garis regresi terhadap sumbu X, b sebagai intercept

coefficient yang menunjukkan jarak titik asal dengan titik potong garis regresi

dengan sumbu Y.[6]

Regresi bertujuan untuk membandingkan hubungan antara

variabel respon atau variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X).[23]

2.2. Kerangka Konsep

Ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Mengandung senyawa bioaktif

Uji toksisitas akut dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Kematian larva Artemia salina Leach

Nilai LC50

Page 46: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

32

2.3. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

1. Konsentrasi ekstrak daun

Phaleria

macrocarpa

(Scheff.)

Boerl.

Konsentrasi larutan uji

dalam ppm (1

µg/ml)

V1M1=V2M2 - Numerik 17,5 ppm 15 ppm

12,5 ppm

10 ppm

7,5 ppm

5 ppm

2,5 ppm

2. Persentase

mortalitas

larva Artemia

salina Leach

Hasil

perkalian rasio

dengan 100%

yaitu larva

yang mati dibagi jumlah

larva awal

dikali 100%

untuk tiap

replikasi

Kematian

larva dibagi

total larva

dikali 100%

- Numerik Jumlah

persentae

kematian

larva

3. LC50 Konsentrasi

yang diberikan

sekali

(tunggal) atau

beberapa kali

dalam 24 jam

dari suatu zat yang secara

statistik dapat

mematikan

50% hewan uji

Menentukan

persamaan

garis lurus

Y = mX + b

dengan

memasukan

nilai 5 (probit dari

50%

kematian

hewan uji)

pada nilai Y

sehingga

dihasilkan X

sebagai nilai

log

konsentrasi

dan anti log X sebagai

nilai LC50

- Kategorik LC50

<1000

ppm

disebut

toksik dan

LC50

>1000 ppm

disebut

tidak

toksik

Page 47: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

33

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Februari hingga Agustus 2014 di

Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmaka serta

Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah larva Artemia salina Leach.

3.3.2. Sampel

3.3.2.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah larva Artemia salina

Leach yang berusia 48 jam.

3.3.2.2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah larva Artemia salina

Leach yang tidak menunjukkan aktivitas pergerakan sebelum perlakuan.

3.3.2.3. Besar Sampel

Jumlah larva Artemia salina Leach yang digunakan adalah 10 larva

untuk setiap konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. Pada penelitian ini terdapat empat konsentrasi dan satu

kontrol negatif. Kemudian dilakukan tiga kali replikasi untuk setiap

konsentrasi dan kontrol negatif. Jadi, jumlah total sampel yang diperlukan

adalah 150 larva Artemia salina Leach untuk setiap kali perlakuan.

3.3.2.4. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dengan purposive random sampling

terhadap larva Artemia salina Leach karena anggota populasi telah bersifat

homogen. Hal ini berarti sampel larva Artemia salina Leach dengan jenis

Page 48: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

34

dan cara penyediaan yang sama memiliki kesempatan yang sama untuk

diseleksi sebagai sampel.[4]

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aerator, aluminium

foil, baskom kecil, batang pengaduk, bejana kaca maserasi, cawan penguap,

corong kaca, digital colony counter, erlenmeyer, gelas beker, gunting, hot

plate stirrer, labu ukur, lakban hitam, lampu, mikropipet, neraca analitik,

oven, pH indicator paper, pipet tetes, tabung reaksi, spatula, refrigerator,

rotary evaporator, sterofoam, wadah plastik dan well plate.

3.4.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air laut, aquades,

kertas saring, pelarut metanol, serbuk simplisia daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. dan telur Artemia salina Leach.

3.5. Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Determinasi Tanaman dan Proses Pembuatan Simplisia

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang

Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor (Lampiran 2).

Penyiapan daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. dilakukan

dengan memetik satu per satu daun muda dan daun tua yang diperoleh dari

kebun rumah warga di daerah Ciputat hingga mencapai 6 kg, kemudian daun

dipisahkan dari kotoran/ bahan asing. Pencucian dan perajangan simplisia

hingga menjadi 1 kg serbuk simplisia halus serta sortasi kering dan

pengepakan dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

(Balitro), Bogor. Selanjutnya serbuk simplisia disimpan pada suhu kamar (15-

30°C).

3.5.2. Ekstraksi Daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. Dengan Metode

Maserasi

Ekstraksi serbuk simplisia halus daun Phaleria macrocarpa [Scheff.]

Boerl. menggunakan pelarut metanol dilakukan dengan cara maserasi.

Maserasi dilakukan sebanyak 5 kali atau hingga warna pelarut menjadi agak

pudar. Sebanyak 1 kg serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana kaca

Page 49: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

35

maserasi, lalu direndam menggunakan pelarut metanol yang telah di destilasi

dengan rotatory evaporator. Dilakukan beberapa kali pengadukan dan

didiamkan selama 24 jam.[34]

Setelah 24 jam, rendaman disaring

menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat (maserat) yang terpisah

dari ampasnya. Kemudian filtrat dipekatkan menggunakan rotary evaporator

pada suhu 45°C sehingga diperoleh ekstrak kental metanol daun Phaleria

macrocarpa. Ekstrak kental dituang ke dalam cawan penguap dan diuapkan

di dalam oven, lalu ditimbang menggunakan neraca analitik. Ampas hasil

ekstraksi di remaserasi sehingga diperoleh filtrat ke-2, dst.[37]

Ekstrak kental

metanol daun Phaleria macrocarpa yang diperoleh dari 5 kali proses

maserasi sebanyak 169,7650 g.

3.5.3. Penyiapan Larva Artemia salina Leach

Penetasan telur Artemia salina Leach dilakukan dalam wadah plastik

berisi air laut yang dipasang aerator.[34]

Wadah plastik terbagi menjadi dua

ruang, yaitu ruang gelap dan ruang terang yang dipisahkan oleh sekat. Sekat

terbuat dari sterofoam yang dibagian bawahnya dibuat lubang dengan

diameter 1 cm untuk jalan keluar telur yang telah menetas menuju ruang

sebelahnya. Sebanyak 1 L air laut terlebih dahulu diukur pH-nya

menggunakan pH indicator paper, diperoleh pH 8-9.[4]

Air laut dimasukkan

ke dalam wadah plastik hingga lubang pada sterofoam terendam. Kemudian 1

g telur Artemia salina dimasukkan ke dalam satu ruang, lalu sekeliling ruang

tersebut ditutup menggunakan aluminium foil dan lakban hitam. Ruang

lainnya dibiarkan terbuka dan disinari lampu selama 48 jam. Setelah 24 jam,

telur akan menetas menjadi larva dan bergerak menuju ruang terang. Larva

yang berusia 24 jam dipindahkan ke dalam wadah plastik lain hingga berusia

48 jam dan dipasang aerator. Larva yang berusia 48 jam digunakan sebagai

hewan uji.

3.5.4. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak yang Akan Diuji

Uji orientasi (trial) dilakukan terlebih dahulu dengan memilih

rentang dosis 10-90% yang mematikan hewan uji. Setelah dilakukan uji

orientasi, diperoleh konsentrasi larutan uji yang digunakan yaitu 35 ppm, 25

ppm, 10 ppm dan 5 ppm. Ekstrak kental metanol daun Phaleria macrocarpa

Page 50: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

36

ditimbang menggunakan neraca analitik hingga mencapai 2000 mg, lalu

dilakukan pengenceran dengan aquades hingga mencapai 100 ml. Larutan uji

dihomogenkan menggunakan hot plate stirrer. Kemudian membuat larutan

induk dengan konsentrasi 20000 ppm. Selanjutnya dilakukan pengenceran

untuk membuat larutan uji dengan konsentrasi 35 ppm, 25 ppm, 10 ppm dan 5

ppm menggunakan rumus V1M1=V2M2. Setiap larutan uji dilakukan tiga kali

replikasi.

3.5.5. Uji Toksisitas Akut Dengan Metode BSLT

Pada masing-masing well plate dimasukkan 1 ml larutan uji dengan

konsentrasi 35 ppm, 25 ppm, 10 ppm dan 5 ppm, lalu 10 larva Artemia salina

dimasukkan ke dalam well plate bersama 1 ml air laut menggunakan

mikropipet. Kemudian diperoleh konsentrasi ekstrak pada well plate yang

berisi larva Artemia salina yaitu 17,5 ppm, 12,5 ppm, 5 ppm dan 2,5 ppm

karena karena adanya penambahan 1 ml air laut pada larutan uji sehingga

konsentrasi berubah menjadi setengah kalinya. Sedangkan kontrol negatif

hanya well plate yang berisi 2 ml air laut dan 10 larva Artemia salina tanpa

penambahan larutan uji. Kemudian didiamkan selama 24 jam dan masing-

masing well plate dihitung total larva yang mati (tidak ada gerakan yang

terdeteksi selama 10 detik pengamatan) menggunakan digital colony counter

atau dibawah penerangan lampu. Dilakukan tiga kali replikasi pada setiap

konsentrasi.

Page 51: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

37

3.6. Alur Penelitian

Determinasi tanaman

1 kg serbuk halus simplisia daun Phaleria macrocarpa

5 kali maserasi dengan pelarut metanol yang telah di destilasi

169,7650 g ekstrak kental metanol daun Phaleria macrocarpa

6 kg daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.

Larutan induk konsentrasi 20000 ppm

ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa

Larutan uji konsentrasi 35 ppm, 25 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm

1 ml larutan uji dimasukkan ke dalam

well plate dengan tiga kali replikasi

10 larva Artemia salina Leach berusia 48 jam dan

1 ml air laut dimasukkan ke dalam setiap well

plate

Total larva yang mati dalam setiap well plate dihitung setelah 24 jam

Persentase kematian larva dihitung pada setiap konsentrasi

Nilai LC50 dihitung menggunakan analisis probit

Uji orientasi dengan rentang dosis 10-90% yang mematikan hewan uji

Pengenceran 2000 mg ekstrak kental metanol daun Phaleria

macrocarpa dengan aquades hingga mencapai 100 ml

Page 52: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

38

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Nilai LC50 dapat ditentukan dengan cara menggunakan grafik probit

log konsentrasi, perhitungan secara matematik[30]

atau aplikasi seperti

Microsoft Office Excel dan SPSS.[4]

Langkah perhitungan nilai LC50 berdasarkan analisis probit, yaitu:[27]

a. Memiliki tabel probit (Lampiran 4).

b. Menentukan nilai probit dari persen kematian tiap kelompok hewan uji.

c. Menentukan log dosis tiap-tiap kelompok.

d. Menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log

dosis, Y = mX + b.

e. Memasukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan uji) pada persamaan

garis lurus pada nilai Y. Nilai LC50 dihitung dari nilai anti log X pada saat

Y = 5.

Keterangan:

Y: Variabel terikat

m: Slope = ∑(X)∑(Y) - n∑(XY)

(∑(X))2 – n∑(X

2)

X: Variabel bebas

b: Intercept = ∑(X)∑(XY) - ∑(X2)∑(Y)

(∑(X))2 - n∑(X

2)

Mortalitas larva Artemia salina dihitung menggunakan rumus:[31]

Tingkat kematian (%) = Kematian larva x 100%

Total larva

Page 53: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

39

39

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4. Determinasi Tanaman dan Proses Pembuatan Simplisia

Penelitian ini menggunakan sebanyak 6 kg daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. yang diperoleh dari kebun rumah warga di daerah Ciputat dengan

cara memetik satu per satu daun muda dan daun tua. Hal ini dapat mempengaruhi

mutu simplisia karena usia tanaman yang diproses tidak sama, sumber simplisia

diperoleh bukan dari hasil budidaya dan tempat tumbuh yang berbeda (kualitas

tanah, kadar air, sinar matahari) sehingga menyebabkan perbedaan kandungan

senyawa aktif.[28]

Selanjutnya dilakukan determinasi di Herbarium Bogoriense,

Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor untuk mengidentifikasi suku dan

spesies tanaman yang akan diteliti,[5]

sehingga menghindari adanya kesalahan dalam

pengambilan tanaman.[4]

Daun yang sudah dipisahkan dari kotoran/ bahan asing, selanjutnya dibawa

ke Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro), Bogor dan diperoleh 1 kg

serbuk simplisia halus sehingga proses ekstraksi semakin efektif dan efisien.[29]

Semakin halus simplisia maka semakin luas permukaan yang kontak dengan cairan

penyari sehingga kandungan kimia yang terlarut dalam proses penyarian lebih

banyak dan penyarian berlangsung lebih sempurna.[42]

Selanjutnya serbuk simplisia

disimpan pada suhu kamar (15-30°C) agar mutunya tidak berubah.[28]

2.5. Ekstraksi Daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. Dengan Metode

Maserasi

Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan cara maserasi. Metode

maserasi dipilih karena merupakan cara penyarian yang sederhana dengan

menggunakan peralatan yang sederhana dan tanpa adanya tahap pemanasan sehingga

menghindari terjadinya kerusakan kandungan senyawa aktif pada ekstrak.[37]

Kekurangan metode maserasi yaitu waktu untuk mengekstraksi sampel cukup lama

Page 54: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

40

dan cairan penyari yang digunakan lebih banyak.[30]

Semakin halus ukuran simplisia

maka keseimbangan maserasi semakin cepat tercapai.[28]

Maserasi dilakukan dengan cara merendam sebanyak 1 kg serbuk simplisia

daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. di dalam bejana kaca maserasi

menggunakan pelarut metanol yang telah di destilasi (diuapkan) sehingga tidak

memberikan hasil positif palsu pada uji yang dilakukan karena toksisitas pelarut itu

sendiri.[38]

Dilakukan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar untuk meratakan

konsentrasi larutan di luar serbuk simplisia. Penyari akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif menjadi

larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel.

Larutan yang lebih pekat akan terdesak ke luar sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel.[42]

Bejana kaca maserasi harus

tertutup sempurna agar cairan penyari tidak menguap sehingga penyarian dapat

maksimal[42]

dan terlindung dari cahaya untuk mencegah reaksi yang dikatalisis

cahaya atau terjadi perubahan warna.[34]

Ekstrak kental metanol daun Phaleria macrocarpa diperoleh dari filtrat

yang dipekatkan menggunakan rotatory evaporator, lalu dituang ke dalam cawan

penguap dan diuapkan di dalam oven untuk menghilangkan pelarut yang masih

tersisa sehingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi 100%.[33]

Ampas hasil

ekstraksi di remaserasi sehingga diperoleh filtrat ke-2, dst.[37]

Sampel terekstraksi

sempurna jika warna cairan penyari menjadi bening kembali.[33]

Ekstrak kental

metanol daun Phaleria macrocarpa yang diperoleh dari 5 kali proses maserasi

sebanyak 169,7650 g.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji parameter susut pengeringan, kadar

air dan kadar abu. Pengukuran susut pengeringan untuk memberikan batasan

maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

Pengukuran kadar air untuk memberikan batasan minimal (rentang) besarnya

kandungan air di dalam bahan. Pengukuran kadar abu untuk memberikan gambaran

kandungan mineral internal dan eksternal dari proses awal pembuatan ekstrak hingga

ekstrak terbentuk.[29]

Page 55: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

41

2.6. Uji Toksisitas Akut Dengan Metode BSLT

Penelitian ini menggunakan hewan uji larva Artemia salina Leach yang

berusia 48 jam karena memiliki saluran pencernaan yang sudah terbentuk lengkap

sehingga sensitif terhadap suatu zat yang dimasukkan[42]

dan larva Artemia salina

identik dengan sel kanker yang membelah secara mitosis.[26]

Artemia salina memiliki

respon yang sama dengan mamalia sehingga senyawa maupun ekstrak yang memiliki

aktivitas pada sistem tersebut dapat terdeteksi, misalnya tipe DNA-dependent RNA

polymerase pada Artemia salina serupa dengan ouabaine-sensitive Na+ dan K

+

dependent ATPase pada mamalia (Solis et al., 1993). Proses penetasan telur menjadi

larva membutuhkan aerasi menggunakan aerator sebagai sumber oksigen[42]

dan

lampu untuk merangsang proses penetasan sehingga larva bergerak menuju ruang

terang karena larva bersifat fototaksis.[4]

Untuk mencari nilai LC50 yang relatif tepat, perlu dipilih beberapa dosis

yang mematikan sekitar 50%, lebih dari 50% (sekitar 90%) dan kurang dari 50%

(sekitar 10%). Sering digunakan 4-5 kelompok dosis sehingga sekurang-kurangnya

tiga dosis berada pada rentang dosis yang dapat mematikan 50% hewan uji.[27]

Oleh

karena itu, uji orientasi (trial) dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan

konsentrasi larutan uji yang akan digunakan.[34]

Setelah dilakukan uji orientasi,

diperoleh konsentrasi larutan uji yang digunakan pada penelitian yaitu 35 ppm, 25

ppm, 10 ppm dan 5 ppm serta satu kontrol negatif untuk menguji pengaruh lain di

luar ekstrak uji seperti kondisi air laut yang menyebabkan kematian larva. Adanya

penambahan 1 ml air laut pada larutan uji sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak

pada well plate yang berisi larva Artemia salina yang berubah menjadi setengah

kalinya yaitu 17,5 ppm, 12,5 ppm, 5 ppm dan 2,5 ppm. Replikasi yang dilakukan

sebanyak tiga kali pada setiap konsentrasi untuk mendapatkan data yang akurat dan

baik.[4]

Digunakan 10 larva untuk empat konsentrasi dan satu kontrol negatif

sehingga total larva yang digunakan adalah 150 larva Artemia salina untuk setiap

kali perlakuan.

Walaupun larva Artemia salina dapat bertahan hidup di air dengan

konsentrasi minimum oksigen <0,3 mg/l,[11]

perlu diperhatikan cara pengambilan

Page 56: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

42

larva pada saat ingin dimasukkan ke dalam well plate. Pada uji orientasi diperoleh

kematian larva yang berbeda jauh antara well plate yang satu dengan well plate yang

lain pada konsentrasi yang sama sehingga dapat memberikan hasil positif palsu pada

uji yang dilakukan karena cara pengambilan larva itu sendiri. Hal ini terjadi karena

larva kekurangan air laut akibat cara pengambilan larva yang salah, yaitu larva

diambil dari wadah penampungan larva, lalu diletakkan di atas cawan penguap untuk

diambil sebanyak 10 larva dengan mengurangi jumlah air laut menggunakan

mikropipet hingga hanya terdapat larva saja yang mengakibatkan larva kekurangan

oksigen. Selain itu, perhitungan kematian larva sebaiknya dilakukan oleh dua orang

atau lebih untuk mendapatkan data kematian larva yang akurat.

Total kematian dan persen kematian larva Artemia salina pada konsentrasi

17,5 ppm, 12,5 ppm, 5 ppm dan 2,5 ppm serta satu kontrol negatif ditunjukkan pada

tabel 4.1 dan gambar 4.1.

Tabel 4.1. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. terhadap kematian larva Artemia salina Leach

Konsentrasi

(ppm)

Perlakuan Total

kematian

Rata-rata kematian

± standar deviasi

Persen

kematian (%) Well

plate 1

Well

plate 2

Well

plate 3

0 0 0 0 0 0 0

2,5 2 2 1 5 1,66 ± 0,577 16,66

5 5 5 2 12 4 ± 1,732 40

12,5 7 6 7 20 6,66 ± 0,577 66,66

17,5 6 9 9 24 8 ± 1,732 80

Gambar 4.1. Grafik pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. terhadap kematian larva Artemia salina Leach

16,66

40

66,66

80

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2,5 5 12,5 17,5

Persen kematian (%)

Konsentrasi (ppm)

Perse

n k

em

ati

an

(%

)

Page 57: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

43

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1, diperoleh total kematian larva

tertinggi terdapat pada konsentrasi 17,5 ppm, sedangkan total kematian larva

terendah terdapat pada konsentrasi 2,5 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan maka semakin tinggi pula total kematian

larva yang menunjukkan semakin tinggi pula sifat toksiknya.[12]

Setelah diperoleh persen kematian larva Artemia salina, selanjutnya

dilakukan perhitungan nilai LC50 ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa (Tabel

4.2). Nilai LC50 dapat ditentukan menggunakan analisis probit yaitu menggunakan

grafik probit log konsentrasi, perhitungan secara matematik (manual)[30]

atau aplikasi

seperti Microsoft Office Excel dan SPSS.[4]

Tabel 4.2. Perhitungan nilai LC50 ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. menggunakan analisis probit

Konsentrasi

(ppm)

Log

konsentrasi (X)

% mati Probit (Y) X2

Y2

XY

0 0 0 0 0 0 0

2,5 0,39 16,66 4,0299 0.0152 16,2400 1,5716

5 0,69 40 4,7467 0,4761 22,5311 3,2752

12,5 1,09 66,66 5,4289 1,1881 29,4729 5,9175 17,5 1,24 80 5,8416 1,5376 34,1242 7,2435

Jumlah (∑) 3,41 20,0471 3,217 102,3682 18,0007

Perhitungan nilai LC50 secara manual, yaitu:

Perhitungan nilai slope (m), menggunakan rumus:

m = ∑(X)∑(Y) − n∑(XY)

(∑(X))2 – n∑(X

2)

= (3,41) (20,0471) – 4 (18,0007)

(3,41)2 – 4 (3,217)

= 68,3606 – 72,0028

11,6281 – 12,868

= - 3,6421

-1,2399

= 2,9374

Page 58: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

44

Perhitungan nilai intersept (b), menggunakan rumus:

b = ∑(X)∑(XY) − ∑(X2)∑(Y)

(∑(X))2 − n∑(X

2)

= (3,41) (18,0007) – (3,217) (20,0471)

(3,41)2 – 4 (3,217)

= 61,3823 – 64,4915

11,6281 – 12,868

= -3,1092

-1,2399

= 2,5076

Menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log dosis

(Y = mX + b) dengan memasukkan nilai 5 (nilai probit dari 50% kematian larva

Artemia salina) pada nilai Y:

Y = mX + b

Y = 2,9374X + 2,5076

5 = 2,9374X + 2,5076

X = 5 – 2,5076

2,9374

= 2,4924

2,9374

= 0,8485

Nilai LC50 = Antilog X

= antilog 0,8485

= 7,0550 ppm

Untuk memastikan kebenaran perhitungan nilai LC50 secara manual, maka

dilakukan perhitungan nilai LC50 menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel

dengan membuat persamaan garis lurus Y = mX + b. Pada gambar 4.2 terlihat slope

coefficient (m) yang relatif tegak terhadap sumbu X.[6]

Hal ini menunjukkan bahwa

suatu zat relatif berbahaya jika zat tersebut membentuk kurva dosis-respon linier

yang slopenya relatif tegak karena perubahan dosis yang kecil sudah dapat

menimbulkan peningkatan respon toksik yang relatif besar.[27]

Page 59: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

45

Gambar 4.2. Grafik regresi linier konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. terhadap nilai probit

Y = mX + b

Y = 2,053X + 3,260

5 = 2,053X + 3,270

X = 5 – 3,270

2,053

= 1,73

2,053

= 0,8475

Nilai LC50 = Antilog X

= Antilog 0,8475

= 7,0388 ppm

Hasil perhitungan nilai LC50 secara manual dan menggunakan aplikasi

Microsoft Office Excel diperoleh nilai LC50 ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa masing-masing yaitu 7,0550 ppm dan 7,0388 ppm. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan nilai LC50 yang terlalu jauh bila menggunakan kedua

metode perhitungan tersebut.

Berdasarkan uji toksisitas akut ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa

dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pada penelitian ini bersifat

Y = 2,053X + 3,260

R² = 0,993

0

1

2

3

4

5

6

7

0 0,5 1 1,5

Log konsentrasi

Nil

ai p

rob

it

−−−− Linier (Nilai probit)

♦ Nilai probit

Page 60: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

46

toksik karena memiliki nilai LC50 <1000 ppm sehingga berpotensi sebagai

antikanker.[34]

Hal ini membuktikan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mae

Sri Hartati Wahyuningsih yang memperoleh nilai LC50 ekstrak metanol daun

Phaleria macrocarpa 63,16 ppm.[10]

Namun penelitian ini memiliki perbedaan nilai

LC50 yang cukup jauh dengan nilai LC50 yang dilakukan pada penelitian sebelumnya.

Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu:[29]

a. Faktor biologi

Perbedaan lokasi asal tanaman yaitu lingkungan tumbuh (kualitas tanah,

atmosfer) dimana tanaman berinteraksi berupa energi (cuaca, temperatur dan

cahaya) dan materi (kadar air, senyawa organik dan anorganik).

Perbedaan periode pemanenan hasil tanaman.

Perbedaan usia dan bagian tanaman.

b. Faktor kimia

Faktor internal yaitu jenis senyawa aktif dalam bahan, kadar total rata-rata

senyawa aktif, komposisi kualitatif dan kuantitatif senyawa aktif.

Faktor eksternal yaitu ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan serta pelarut

yang digunakan.

Selain berpotensi sebagai antikanker, ekstrak Phaleria macrocarpa juga

memiliki sejumlah aktivitas farmakologi yaitu sebagai antihiperglikemia,

antiinflamasi, antidiare, antioksidan, antivirus, antibakteri, antijamur dan vasodilator.

Berbagai kandungan kimia ditemukan pada bagian yang berbeda dari Phaleria

macrocarpa yaitu mahkosida A, asam dodekanoik, asam palmitat, desasetil

flavikordin A, flavikordin A, flavikordin D, flavikordin A glukosida, etil stearat,

lignan, sukrosa, alkaloid, saponin, polifenolik, falerin, magniferin, ikarisida C, asam

galat, kaempferol, mirisetin, naringin, rutin, forboester dan derivat 29-

norkukurbitasin. Kandungan kimia Phaleria macrocarpa yang berpotensi sebagai

antikanker yaitu falerin dan asam galat.[9]

Pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan aktivitas sitotoksik ekstrak

metanol daun Phaleria macrocarpa dengan obat antikanker seperti metotreksat

Page 61: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

47

sebagai kontrol positif dengan metode BSLT. Tujuan dilakukannya uji terhadap

kontrol positif, yaitu:

Untuk mengetahui perbandingan aktivitas sitotoksik ekstrak metanol daun

Phaleria macrocarpa dengan obat antikanker.

Untuk mengetahui perbandingan persentase kematian larva Artemia salina setelah

pemberian ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa dan obat antikanker.

Untuk mengetahui perbandingan nilai LC50 ekstrak metanol daun Phaleria

macrocarpa dengan obat antikanker.

Page 62: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

48

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Ekstrak metanol daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.]

Boerl.) memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach

dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) karena memiliki nilai LC50

<1000 ppm yaitu masing-masing 7,0550 ppm dan 7,0388 ppm berdasarkan

perhitungan nilai LC50 secara manual dan aplikasi Microsoft Office Excel.

5.2. Saran

1. Dilakukan uji parameter susut pengeringan, kadar air dan kadar abu.

2. Perlu diperhatikan cara pengambilan larva pada saat ingin dimasukkan ke

dalam well plate sehingga tidak memberikan hasil positif palsu pada uji

karena cara pengambilan larva itu sendiri.

3. Perhitungan kematian larva dilakukan oleh dua orang atau lebih.

4. Dilakukan perbandingan aktivitas sitotoksik ekstrak metanol daun mahkota

dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. dengan obat antikanker seperti

metotreksat sebagai kontrol positif.

5. Dilakukan uji toksisitas akut ekstrak daun mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl. terhadap larva Artemia salina Leach dengan

metode BSLT menggunakan pelarut seperti DMSO (dimetil sulfoksida),

Tween 20, dll.

Page 63: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

49

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Cancer [Internet]. [updated 2014 Feb; cited 2014 Feb 18]. Available

from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/

2. Depkes. [Internet]. 2012 June 3 [cited 2014 Feb 18]. Available from:

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1937

3. Purwantini I, Setyowati EP, Hertiani T. Uji toksisitas ekstrak etanol: Buah, biji,

daun makutadewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap Artemia

salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis ekstrak aktif. Majalah Farmasi

Indonesia. 2002; 13(2): 101-106.

4. Ajrina A. Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun Garcinia bethami Pierre

terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine shrimp lethality test

(bslt) [Minithesis]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013.

5. Rizqillah N. Uji toksisitas akut ekstrak n-heksan daun Garcinia benthami Pierre

terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine shrimp lethality test

(bslt) [Minithesis]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013.

6. Regresi linier sederhana [Internet]. [cited 2014 Aug 4]. Available from:

http://www.fp.unud.ac.id/ind/wp-

content/uploads/mk_ps_agribisnis/ekonomitrika/2_.%20%20Analisis%20Regres

i%20Linier%20Sederhana.pdf

7. Institute of Medicine of The National Academies. Complementary and

alternative medicine in the United States. Washington: The National Academies

Press; 2005.

8. Cancer Research UK. Herbal medicine [Internet]. [updated 2013 Jan 25; cited

2013 Dec 7]. Available from: http://www.cancerresearchuk.org/cancer-

help/about-cancer/treatment/complementary-alternative/therapies/herbal-

medicine

9. Altaf R, Asmawi MZ, Dewa A, Sadikun A, Umar MI. Phytochemistry and

medicinal properties of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. extracts.

Pharmacognosy Review. 2013; 7(13): 73-80. doi: 10.4103/0973-7847.112853.

Page 64: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

50

10. Wahyuningsih MSH, Mubarika S, Gandjar IG, Hamann MT, Rao K, Wahyuono

S. Phalerin, glukosida benzofenon baru diisolasi dari ekstrak metanolik daun

mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.]. Majalah Farmasi

Indonesia. 2005; 16(1): 51-57.

11. Dumitrascu M. Artemia salina. Balneo Research Journal. 2011; 29(4): 119-122.

12. Aprilia HA, Pringgenie D, Yudiati E. Uji toksisitas ekstrak kloroform cangkang

dan duri landak (Diadema setosum) terhadap mortalitas nauplius Artemia sp.

Journal of Marine Research. 2012; 1(1): 75-83.

13. Dewoto HR. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi

fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia. 2007 July; 57(7): 205-211.

14. Benzie IFF, Wachtel-Galor S. Herbal medicine: Biomolecular and clinical

aspects. 2nd ed. Boca Raton: CRC Press; 2011. Chapter 1, Herbal medicine: An

introduction to its history, usage, regulation, current trends, and research need.

15. WHO. WHO traditional medicine strategy 2002-2005. Geneva: WHO; 2002.

16. Depkes. Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan

[Internet]. [cited 2014 Feb 20]. Available from:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.003%20ttg%2

0Saintifikasi%20Jamu%20Dalam%20Penelitian%20Berbasis%20Pelayanan%20

Kesehatan.pdf

17. WHO. Traditional medicine in Republic of Indonesia [Internet]. [cited 2014 Feb

20]. Available from:

http://herbalnet.healthrepository.org/bitstream/123456789/2288/4/03-p.23-

36.pdf

18. Depkes. Kebijakan obat tradisional Indonesia [Internet]. [cited 2014 Feb 20].

Available from:

http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/KEPMENKES%20381-

2007%20KEBIJAKAN%20OBAT%20TRADISIONAL.pdf

19. Sugiwati S. 2005. Aktivitas antihiperglikemik dari ekstrak buah mahkota dewa

[Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] sebagai inhibitor alfa-glukosidase in

vitro dan in vivo pada tikus putih [Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor;

2005.

Page 65: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

51

20. Dewanti T, Wulan SN, Indira NC. Aktivitas antioksidan dan antibakteri produk

kering, instan dan effervescent dari buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl]. Jurnal Teknologi Pertanian. 2005 Apr; 6(1): 29-36.

21. Atiqah SN, Basar N, Bohari SP. Cytotoxic activity of major compounds from

Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl. fruits. Jurnal Teknologi. 2013 Sept 29;

64(2): 53-56.

22. Widowati L. Kajian hasil penelitian mahkota dewa. Jurnal Bahan Alam

Indonesia. 2005 Jan; 4(1): 223-227.

23. Vincent K. Probit analysis [Internet]. [cited 2014 July 26]. Available from:

http://userwww.sfsu.edu/efc/classes/biol710/probit/ProbitAnalysis.pdf

24. Fenton JJ. Toxicology: A case-oriented approach. Taylor and Francis; 2001.

25. Croghan PC. The osmotic and ionic regulation of Artemia salina. Journal of

Experimental Biology. 1957 July 10; 35: 219-233.

26. Kurniawan H. Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum (Plygonum minus

Huds) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine shrimp lethality

test (bslt) [Minithesis]. Pontianak: Universitas Tanjungpura; 2009.

27. Priyanto. Toksikologi: Mekanisme, terapi antidotum dan penilaian risiko.

Depok: Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia; 2009.

28. Agoes G. Teknologi bahan alam. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2007.

29. Depkes. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Depkes;

2000.

30. Aras TR. Uji toksisitas ekstrak teripang Holothuria scabra terhadap Artemia

salina [Minithesis]. Makassar: Universitas Hassanudin; 2013.

31. Geethaa S, Thavamany PJ, Chiew SP, Thong OM. Interference from ordinarily

used solvents in the outcomes of Artemia salina lethality test. Journal of

Advanced Pharmaceutical Technology and Research. 2013 Oct-Dec; 4(4): 179–

182. doi: 10.4103/2231-4040.121411.

32. Sriwahyuni I. Uji fitokimia ekstrak tanaman anting-anting (Acalypha indica

Linn) dengan variasi pelarut dan uji toksisitas menggunakan brine shrimp

(Artemia salina Leach) [Minithesis]. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim;

2010.

Page 66: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

52

33. Cahyadi R. Semarang. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare

(Momordica charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode

brine shrimp lethality test (bst) [Minithesis]. Semarang: Universitas Diponegoro;

2009.

34. Hendrawati AR. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum

sanctum Linn.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine

shrimp lethality test (bst) [Minithesis]. Semarang: Universitas Diponegoro;

2009.

35. Lisdawati V, Wiryowidagdo S, Kardono LB. Brine shrimp lethality test (bslt)

dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa). Buletin Penelitian Kesehatan. 2006; 34(3): 111-118.

36. Canadian Centre for Occupational Health and Safety. What is a LD50 and LC50?

[Internet]. [updated 2013 Aug 28; cited 2014 Mar 1]. Available from:

http://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/ld50.html#_1_2

37. Ramdhini RN. Uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach dan toksisitas akut

komponen bioaktif Pandanus conoideus var. conoideus Lam. sebagai kandidat

antikanker [Minithesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010.

38. Wu C. An important player in brine shrimp lethality bioassay: The solvent.

Journal of Advanced Pharmaceutical Technology and Research. 2014 Jan-Mar;

5(1): 57-58.

39. Hikmah MN, Zuliyana. Pembuatan metil ester (biodiesel) dari minyak dedak dan

metanol dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi [Minithesis]. Semarang:

Universitas Diponegoro; 2010.

40. Methanex. Material safety data shet [Internet]. [cited 2014 July 22]. Available

from: http://www.cen.iitb.ac.in/inventory/Chemical-MSDS/28_methanol.pdf

41. Keracunan akibat penyalahgunaan metanol [Internet]. [cited 2014 July 22].

Available from:

http://www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunsalahmeta.pdf

42. Panjaitan RB. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari (Alyxiae cortex)

dengan metode brine shrimp lethality test [Minithesis]. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma; 2011.

Page 67: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

53

43. Kurniawan A. Aktivitas antioksidan dan potensi hayati dari kombinasi ekstrak

empat jenis tanaman obat Indonesia [Minithesis]. Bogor: Institut Pertanian

Bogor; 2011.

44. Diah SH. Pembenihan udang galah Macrobrahium rosenbergi de Man.

Bandung: Institut Teknologi Bandung; 1991.

Page 68: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

54

LAMPIRAN

Lampiran 1

Perhitungan konsentrasi ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.

1. Pembuatan larutan induk 20000 ppm, menggunakan rumus:

Konsentrasi = Ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. (µg)

Volume aquades (ml)

= 2000 mg

100 ml

= 2000000 µg

100 ml

= 20000 µg/ml

= 20000 ppm

2. Pembuatan larutan uji dengan konsentrasi 35 ppm, 25 ppm, 5 ppm dan 2,5 ppm

menggunakan rumus pengenceran: V1M1 = V2M2

Keterangan:

VI: Volume awal

V2: Volume akhir

M1: Konsentrasi awal

M2: Konsentrasi akhir

a. Konsentrasi 35 ppm

20000 µg/ml x V1 = 35 µg/ml x 20 ml

V1 = 700 µg

20000 µg/ml

= 0,035 ml

= 35 µg/ml

= 35 ppm

Page 69: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

55

(lanjutan)

Jadi, 35 ppm diambil dari konsentrasi 20000 ppm.

b. Konsentrasi 25 ppm

35 µg/ml x V1 = 25 µg/ml x 4 ml

V1 = 100 µg

35 µg/ml

= 2,8571 ml

= 2857,1 µg/ml

= 2857,1 ppm

Jadi, 2857,1 ppm diambil dari konsentrasi 35 ppm.

c. Konsentrasi 10 ppm

35 µg/ml x V1 = 10 µg/ml x 4 ml

V1 = 40 µg

35 µg/ml

= 1,1428 ml

= 1142,8 µg/ml

= 1142,8 ppm

Jadi, 1142,8 ppm diambil dari konsentrasi 35 ppm.

d. Konsentrasi 5 ppm

35 µg/ml x V1 = 5 µg/ml x 4 ml

V1 = 20 µg

35 µg/ml

= 0,5714 ml

= 571,4 µg/ml

= 571,4 ppm

Jadi, 571,4 ppm diambil dari konsentrasi 35 ppm.

Page 70: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

56

Lampiran 2

Hasil determinasi tanaman

Gambar 6.1. Hasil determinasi daun Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.

Page 71: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

57

Lampiran 3

Proses penelitian

Gambar 6.2. Sebanyak 1 kg serbuk

simplisia halus daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl.

Gambar 6.3. Telur Artemia salina Leach

Gambar 6.4. Destilasi pelarut metanol

Gambar 6.5. Maserasi menggunakan

pelarut metanol

Page 72: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

58

Gambar 6.6. Filtrat yang dipisahkan

dari ampasnya

(lanjutan)

Gambar 6.7. Evaporasi menggunakan

rotatory evaporator

Gambar 6.8. Sebanyak 169,7650 g

ekstrak kental metanol daun Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl.

Gambar 6.9. Sebanyak 2000 mg ekstrak

kental daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl. ditimbang menggunakan

neraca analitik

Page 73: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

59

Gambar 6.10. Larutan induk konsentrasi

20000 ppm dihomogenkan menggunakan

hot plate stirrer

(lanjutan)

Gambar 6.11. Larutan uji konsentrasi 35

ppm, 25 ppm, 10 ppm dan 5 ppm ekstrak

metanol daun Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl.

Gambar 6.12. Mengukur pH air laut

menggunakan pH indicator paper

Gambar 6.13. Penetasan larva

Artemia salina Leach

Page 74: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

60

Gambar 6.14. Hasil uji toksisitas akut

dengan metode BSLT

(lanjutan)

Gambar 6.15. Menghitung kematian

larva menggunakan digital

colony counter

Gambar 6.16. Hasil determinasi larva

Artemia salina Leach menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 10 x 10

Page 75: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

61

Lampiran 4

Tabel probit

Tabel 6.1. Tabel transformasi persen-probit

% 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

0

1

2

3

4

-

2,6737

2,9463

3,1192

3,2493

1,0098

2,7096

2,9665

3,1337

3,2608

2,1218

2,7429

2,9859

3,1478

3,2721

2,2522

2,7738

3,0646

3,1616

3,2831

2,3479

2,8027

3,0226

3,1750

3,2940

2,4242

2,8299

3,0400

3,1881

3,3046

2,4879

2,8556

3,0569

3,2009

3,3151

2,5427

2,8799

3,0732

3,2134

3,3253

2,5914

2,3031

3,0896

3,2256

3,3354

2,6344

2,9251

3,1043

3,2376

3,3454

5

6

7

8

9

3,3351

3,4452

3,5242

3,5949 3,6692

3,3668

3,4536

3,5316

3,6016 3,6654

3,3742

3,4618

3,5380

3,6016 3,6715

3,3836

3,4694

3,5462

3,6148 3,6775

3,3028

3,4780

3,5534

3,6213 3,6835

3,4018

3,4850

3,5605

3,6278 3,6894

3,4107

3,4937

3,5675

3,6342 3,6953

3,4195

3,5015

3,5745

3,6405 3,7012

3,4282

3,5091

3,5813

3,6408 3,7070

3,4368

3,5167

3,5882

3,6427 3,7127

10

11

12

13

14

3,7184

3,7735

3,8250

3,8736

3,9197

3,7241

3,7784

3,8300

3,8783

3,9242

3,7298

3,7840

3,8350

3,8830

3,9286

3,7354

3,7893

3,8399

3,8877

3,9331

3,7409

3,7945

3,8448

3,8923

3,9375

3,7464

3,7996

3,8497

3,8969

3,9419

3,7519

3,8048

3,8545

3,9015

3,9463

3,7574

3,8099

3,8503

3,9061

3,9506

3,7628

3,8150

3,8641

3,9107

3,9550

3,7681

3,8200

2,8689

3,9152

2,9593

15

16

17

18

19

3,9636

4,0055

4,0458

4,0846

4,1221

3,9678

4,0096

4,0408

4,0884

4,1258

3,9721

4,0137

4,0537

4,0960

4,1331

3,9763

4,0178

4,0576

4,0960

4,1331

3,9800

4,0218

4,0615

4,0998

4,1367

3,9848

4,0259

4,0693

4,1035

4,1404

3,9890

4,0299

4,0693

4,1073

4,1440

3,9931

4,0339

4,0731

4,1110

4,1476

3,9973

4,0379

4,0770

4,1147

4,1512

4,0014

4,0410

4,0808

4,1184

4,1548

20

21

22

23

24

4,1684

4,1936

4,2278

4,2612 4,2837

4,1019

4,1970

4,2312

4,2644 4,2969

4,1035

4,2005

4,2345

4,2677 4,3001

4,1690

4,2039

4,2379

4,2710 4,3033

4,1726

4,2074

4,2412

4,2743 4,3065

4,1761

4,2108

4,2446

4,2775 4,3097

4,1796

4,2142

4,2479

4,2808 4,3129

4,1831

4,2176

4,2512

4,2840 4,3160

4,1866

4,2210

4,2546

4,2872 4,3192

4,1901

4,2244

4,2579

4,2905 4,3224

25

26

27

28

29

4,3255

4,3567

4,3872

4,4172

4,4466

4,3287

4,3597

4,3902

4,4201

4,4405

4,3318

4,3628

4,3932

4,4231

4,4524

4,3349

4,3659

4,3962

4,4260

4,4554

4,3380

4,3689

4,3992

4,4290

4,4583

4,3412

4,3720

4,4022

4,4319

4,4612

4,3443

4,3750

4,4052

4,4349

4,4641

4,3474

4,3781

4,4082

4,4378

4,4670

4,3505

4,3811

4,4112

4,4408

4,4698

4,3536

4,3842

4,4142

4,4437

4,4727

30

31

32

33

34

4,4756

4,5041

4,5323

4,5601

4,5875

4,4785

4,5070

4,5351

4,5628

4,5903

4,4813

4,5098

4,5370

4,5656

4,5930

4,4842

4,5126

4,5407

4,5684

4,5957

4,4871

4,5155

4,5435

4,5711

4,5984

4,4899

4,5183

4,5462

4,5739

4,6011

4,4928

4,5211

4,5490

4,5766

4,6039

4,4956

4,5239

4,5518

4,5793

4,6066

4,4985

4,5267

4,5546

4,5821

4,6093

4,5013

4,5295

4,5573

4,5848

4,6120

35

36

37

38

39

4,6147

4,6415

4,6681 4,6945

4,7207

4,6174

4,6442

4,6708 4,6971

4,7233

4,6201

4,6469

4,6734 4,6998

4,7259

4,6228

4,6495

4,6761 4,7024

4,7285

4,6255

4,6522

4,6787 4,7050

4,7311

4,6281

4,6549

4,6814 4,7078

4,7337

4,6308

4,6575

4,6840 4,7102

4,7363

4,6335

4,6602

4,6866 4,7129

4,7389

4,6362

4,6628

4,6893 4,7155

4,7415

4,6389

4,6655

4,6919 4,7181

4,7441

40

41

42

43

44

4,7467

4,7725

4,7981

4,8230

4,8490

4,7402

4,7750

4,8007

4,8202

4,8516

4,7518

4,7776

4,8032

4,8287

4,8541

4,7544

4,7802

4,8058

4,8313

4,8566

4,7570

4,7827

4,8083

4,8338

4,8592

4,7595

4,7853

4,8109

4,8363

4,8617

4,7622

4,7879

4,8134

4,8389

4,8642

4,7647

4,7904

4,8160

4,8414

4,8668

4,7673

4,7930

4,8185

4,8440

4,8693

4,7699

4,7955

4,8211

4,8465

4,8718

Page 76: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

62

(lanjutan)

45

46

47

48

49

4,8743

4,8996

4,9247

4,9408

4,9740

4,8769

4,9021

4,9272

4,9524

4,9774

4,8704

4,9046

4,9298

4,9549

4,9799

4,8819

4,9971

4,9323

4,9574

4,9825

4,8844

4,9996

4,9348

4,9599

4,9850

4,8870

4,9122

4,9373

4,9624

3,9876

4,8895

4,9147

4,9308

4,9649

4,9900

4,8920

4,9172

4,9423

4,9674

4,9925

4,8945

4,9197

4,9448

4,9699

4,9950

4,8970

4,9222

4,9473

4,9724

4,9975

50

51

52

53

54

5,0000

5,0251

5,0502

5,0753

5,1004

5,0025

5,0276

5,0527

5,0778

5,1030

5,0050

5,0301

5,0552

5.0803

5,1055

5,0075

5,0326

5,0077

5,0828

5,1080

5,0100

5,0351

5,0602

5,0853

5,1105

5,0125

5,0376

5,0627

5,0878

5,1130

5,0150

5,0401

5,0652

5,0904

5,1156

5,0175

5,0426

5,0677

5,0929

5,1181

5,0201

5,0451

5,0702

5,0954

5,1206

5,0226

5,0476

5,0728

5,0729

5,1231

55

56

57

58

59

5,1257

5,1510 5,1764

5,2019

5,2275

5,1282

5,1535 5,1789

5,2045

5,2301

5,1307

5,1560 5,1815

5,2070

5,2327

5,1332

5,1586 5,1840

5,2096

5,2353

5,1358

5,1614 5,1866

5,2121

5,2378

5,1383

5,1637 5,1801

5,2147

5,2404

5,1408

5,1662 5,1917

5,2173

5,2430

5,1434

5,1687 5,1942

5,2198

5,2468

5,1459

5,1713 5,1968

5,2224

5,2482

5,1484

5,1738 5,1993

5,2250

5,2508

60

61

62

63

64

5,2533

5,2793

5,3055

5,3319

5,3585

5,2359

5,2819

5,3081

5,3345

5,3811

5,2585

5,2845

5,3107

5,3372

5,3638

5,2611

5,2871

5,3134

5,3398

5,3665

5,2637

5,2808

5,3160

5,3425

5,3692

5,2663

5,2024

5,3186

5,3451

5,3719

5,2689

5,2050

5,3213

5,3478

5,3475

5,2715

5,2976

5,3239

5,3505

5,3772

5,2741

5,3002

5,3266

5,3531

5,3799

5,2767

5,3029

5,3202

5,2658

5,3826

65

66

67

68

69

5,3853

5,4125

5,4399

5,4677

5,4959

5.3380

5.4152

5.4427

5,4705

5,4987

5,8007

5,4170

5,4454

5,4733

5,5015

5,3934

5,4207

5,4482

5,4761

5,5044

5,3961

5,4234

5.4510

5,4780

5,5072

5,3980

5,4261

5,4538

5,4817

5,5101

5,4016

5,4289

5,4565

5,4845

5,5129

4,4043

5,4316

5,4593

5,4874

5,5158

5,4070

5,4344

5,4621

5,4002

5,5187

5,4087

5,4372

5,4649

5,4930

5,3215

70

71

72

73

74

5,5244

5,5534 5,5828

5,6128

5,6435

5,5273

5,5563 5,5858

5,6158

5,6464

5,5302

5,5592 5,5888

5,6189

5,6405

5,5330

5,5622 5,5918

5,6219

5,6526

5,5350

5,5651 5,5948

5,6250

5,6557

5,5388

5,5681 5,5978

5,6280

5,6588

5,5417

5,5710 5,6008

5,6311

5,6620

5,5446

5,5740 5,6038

5,6341

5,6651

5,5476

5,5760 5,6068

5,6372

5.6682

5,6505

5,5799 5,6098

5,6403

5,6713

75

76

77

78

79

5,6745

5,7083

5,7388

5,7722

5,8834

5,6776

5,7095

5,7424

5,7756

5,8099

5,6808

5,7128

5,7454

5,7796

5,8134

5,6840

5,7160

5,7488

5,7824

5,8169

5,6871

5,7192

5,7521

5,7858

5,8204

5,6903

5,7225

5,7554

5,7892

5,8239

5,6935

5,7257

5,7588

5,7926

5,8274

5,6967

5,7200

5,7621

5,7961

5,8310

5,6998

5,7323

5,7666

5,7995

5,8345

5,7031

5,7356

5,7688

5,8030

5,8381

80

81

82

83

84

5,8416

5,8779

5,9154

5,9542

5,9945

5,8452

5,8816

5,9192

5,9581

5,9986

5,8488

5,8853

5,9230

5,9624

6,0027

5,8524

5,8890

5,9269

5,9661

6,0069

5,8560

5,8927

5,9307

5,9701

6,0110

5,8596

5,8965

5,9346

5,9741

6,0152

5,8633

5,9002

5,9386

5,9782

6,0194

5,8669

5,9040

5,9424

5,9822

6,0237

5,8705

5,9078

5,9463

5,9863

6,0279

5,8742

5,9116

5,9502

5,9904

6,0322

85

86

87

88

89

6,0634 6,0803

6,1264

6,1750

6,2205

6,0407 6,0818

6,1311

6,1800

6,2319

6,0450 6,0893

6,1359

6,1856

6,2372

6,0494 6,0939

6,1407

6,1901

6,2426

6,0537 6,0985

6,1455

6,1952

6,2481

6,0581 6,1031

6,1503

6,2004

6,2536

6,0625 6,1077

6,1552

6,2055

6,2591

6,0669 6,1123

6,1601

6,2107

6,2646

6,0714 6,1170

6,1650

6,2160

6,2702

6,0758 6,1217

6,1700

6,2212

6,2750

90

91

92

93

94

6,2816

6,3408

6,4031

6,4758

6,8548

6,2873

6,3469

6,4118

6,4833

6,5623

6,2936

6,3532

6,4187

6,4909

6,5718

6,2988

6,3595

6,4255

6,4985

6,5805

6,3047

6,3658

6,4325

6,5063

6,5893

6,3106

6,3722

6,4395

6,5141

6,5982

6,3165

6,3787

6,4466

6,5220

6,6078

6,3225

6,3852

6,4538

6,5201

6,6164

6,3285

6,3917

6,4611

6,5382

6,6258

6,3346

6,3984

6,4684

6,5464

6,6352

Page 77: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

63

(lanjutan)

95

96

97

6,6449

97

6,7507

117

6,8808

140

6,6546

100

6,7624

120

6,8957

153

6,6646

101

6,7784

122

6,9110

158

6,6747

102

6,7608

125

6,9268

103

6,6849

105

6,7991

128

6,9431

169

6,6954

106

6,8119

131

6,9600

174

6,7060

109

6,8260

134

6,9774

180

6,7169

109

6,8260

134

6,9954

187

6,7297

113

6,8522

141

7,0141

194

6,7302

116

6,8663

145

7,0335

202

98,0

98,1

98,2

98,3

98,4

7,0537

7,0749

7,0969 7,1204

7,1444

7,0558

7,0770

7,0992 7,1224

7,1469

7,0579

7,0792

7,1015 7,1248

7,1494

7,0660

7,0814

7,1038 7,1272

7,1520

7,0621

7,0836

7,1061 7,1297

7,1545

7,0612

7,0858

7,1084 7,1321

7,1571

7,0663

7,0880

7,1107 7,1345

7,1996

7,0684

7,0902

7,1130 7,1370

7,1622

7,0706

7,0924

7,1154 7,1384

7,1648

7,0727

7,0947

7,1177 7,1419

7,1675

98,5

98,6

98,7

98,8

98,9

7,1701

7,1973

7,2262

7,2374

7,2904

7,1727

7,2001

7,2292

7,2663

7,2938

7,1754

7,2029

7,2322

7,2636

7,2973

7,1781

7,2058

7,2353

7,2668

7,3009

7,1808

7,2086

7,2383

7,701

7,3044

7,1835

7,2115

7,2414

7,2734

7,3080

7,1862

7,2144

7,2445

7,2768

7,3116

7,1890

7,2173

7,2476

7,2801

7,3152

7,1917

7,2203

7,2508

7,2835

7,3189

7,1945

7,2232

7,2539

7,2869

7,3226

99,0

99,1

99,2

99,3

99,4

7,3263

7,3656

7,4059

7,4373

7,5121

7,3301

7,3698

7,4135

7,4624

7,5181

7,3339

7,3739

7,4181

7,4677

7,5241

7,3378

7,3781

7,4228

7,4730

7,5302

7,3416

7,3824

7,4276

7,4783

7,5364

7,3455

7,3867

7,4324

7,4838

7,5427

7,3495

7,3911

7,4372

7,4893

7,5401

7,3535

7,3954

7,4422

7,4940

7,5550

7,3575

7,3999

7,4474

7,5006

7,5622

7,3615

7,4044

7,4522

7,5063

7,5690

99,5

99,6

99,7

99,8

99,9

7,5758

7,6521

7,7478 7,8782

8,0902

7,5828

7,6606

7,7589 7,8943

8,1214

7,5890

7,6693

7,7703 7,9112

8,1550

7,5972

7,6783

7,7822 7,9299

8,1847

7,6045

7,6874

7,7944 7,9478

8,2380

7,6121

7,6968

7,8070 7,9677

8,2905

7,6107

7,7065

7,8202 7,9889

8,3528

7,6276

7,7104

7,8338 8,0115

8,4316

7,6356

7,7266

7,8480 8,0357

8,5401

7,6437

7,7370

7,8027 8,0618

8,7190

Sumber: Priyanto, 2009

Page 78: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN ......iii UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach

64

Lampiran 5

Daftar riwayat hidup

Nama : Feby Wulandari

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Rawa Bening, 17 Maret 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kampung Rawa Sawah No.1 RT.014/ RW.002,

Kecamatan/ Kelurahan Johar Baru, Jakarta Pusat

No. HP : +6281296089373

Email : [email protected] atau

[email protected]

Riwayat pendidikan : 1. TK „Aisyiyah Bustanul Athfal Rawa Bening (1997 - 1999)

2. SD Muhammadiyah Rawa Bening (1999 - 2001)

3. SDN Tanah Tinggi 10 Petang (2001 - 2005)

4. MTs Negeri 9 Jakarta (2005 - 2008)

5. MAN 3 Jakarta (2008 - 2011)

6. PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2011 - sekarang)