ULUMUL HADIS
description
Transcript of ULUMUL HADIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT mengutus para nabi dan rasul kepada umat manusia untuk
memberi petunjuk kepada jalan yang benar agar mereka selamat didunia dan
akhirat. Rasulullah SAW lahir kedunia dengan membawa risalah islam,
petunjuk yang benar, hukum syara’ yaitu al qur’an dan hadits.
Tidak semua ayat al qur’an dapat dipahami oleh manusia, al qur’an
menekankan bahwa rasulallah memiliki tugas untuk menjelaskan maksud dan isi
dari al qur’an. Al quran dan hadits mempunyai hubungan yang sangat erat
dimana keduanya tidak dapat dipisahkan. Hadits merupakan sumber ajaran islam
yang kedua setelah al qur’an.
Hadits merupakan bayan atau penjelas terhadap ayat-ayat al qur’an karena
dalam al qur’an tidak dijelaskan bagaimana cara seseorang mendirikan
sholat,rakaat shalat,apa yang harus dibaca dalam sholat dan apa saja syarat dan
rukunnya.akan tetapi dari hadits kita dapat mengetahui tatacara yang telah
disyariatkan.
Jika umat islam mempunyai pengetahuan yang sedikit tentang hadits maka
akan sangat sulit untuk menelaah lebih dalam memahami ayat-ayat al qur’an.
Terkait hal diatas, maka penulis dalam makalah ini mencoba menguraikan
tentang apa fungsi hadits terhadap al qur’an dan bagaiman pendapat para ulama
tentang fungsi hadits terhadap al qur’an.
1
B.Perumusan Masalah
Agar Lebih Memperjelas Tentang Fungsi Hadits Terhadap Al Qur’an.Maka
Kami Merumuskan Masalah Fungsi Hadits Terhadap Al Qur’an Adalah Sebagai
Berikut:
1. Apa Fungsi Hadits Terhadap Al Qur’an?
2. Apa saja Macam – Macam Bayan Hadits?
3. Apa saja dalil dalil kehujahan hadits?
C.Tujuan Penulisan
1) Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ulumul Hadits
2) Untuk Mengetahui Seluk Beluk Fungsi Hadits Terhadap Al Qur’an Dan
Menambah Wawasan Pengetahuan, Khususnya Dalam Bidang Fungsi
Hadits Terhadap Al Qur’an.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Fungsi Hadist Terhadap Al Quran
Al qur’an dan al hadist sebagai pedoman hidup,sumber hokum dan ajaran
islam, tidak bisa di pisahkan antara satu dan lainnya.alqur’an sebagai sumber
pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global,sedangkan hadist
sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan (bayan)keumumam isi
al qur’an tersebut.hal ini sesuai dengan firman allah SWT.dalam al-qur’an surat
an-nahl ayat 44:
... الذكر للناس وانزلنااليك لتبين ...
Artinya :”……dan kami turunkan kepadamu al-qur’an agar kamu
menerangkan kepada umat manusia………..”
Allah SWT menurunkan adz-dzikr,yaitu al-qur’an bagi umat manusia.agar al-
qur’an dapat di pahami oleh manusia,maka allah SWT memerintahkan
rasulullah untuk menjelaskannya.
Hadist sebagai penjelas atau bayan alqur’an itu memiliki bermacam-macam
fungsi.imam malik bin anas menyebutkan lima macam fungsi,yaitu sebagai
bayan at-taqrir,bayan at-tafsir,bayan at-tafsil,bayan atbast,bayan at-
tasyri’.sementara itu, imam syafi’I menyebutkan lima fungsi yaitu:bayan at-
tafsil,bayan at-takhsis,bayan at-ta’yin,bayan at-tasyri’,dan bayan an-nasakh.
Dalam ar-risalah,ia menambahkan dengan bayan al-isyarah.imam ahmad bin
hambal menyebutkan empat fungsi,yaitu:bayan at-ta’kid,bayan at-tafsir,bayan
at-tasyri’,dan bayan at-takhsis.
3
1.Bayan At-Taqrir
Bayan at-taqrir disebut juga bayan at-ta’kid dan bayan al-isbat.yang di
maksud dngan bayan adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah di
terangkan dalam al-qur’an.fungsi al-hadist dalam halini hanya memperkokoh isi
kandungan al-qur’an sebagai contoh adalah hadist yang di riwayatkan muslim
dari ibnu umar , sebagai berikit:
فطروا فا واذارأيتموه فصوموا اذارأيتموه
Artinya :”apabila kalian melihat(ru’yah)bulan,maka berpuasalah,juga apabila
melihat (ru’yah)itu maka berbukalah.”(HR. muslim).
Hadist ini men-taqrir ayat al-qur’an surat al-bagharahayat 183:
... فليصمه الشهر منكم شهد ...فمن
Artinya :”……maka barangsiapa mempersaksikan pada waktu itu
bulan,hendaklah ia berpuasa……”
(QS.al-bagharah:183)
2.Bayan At-Tafsir
Yang di maksuddengan bayan at-tafsir adalah memberikan perincian dan
penafsiran terhadap ayat-ayat al-qur’an yang masih mujmal,memberikan taqyid
(persyaratan)terhadap ayat-ayat al-qur’an yang masih mutlaq,dan memberikan
taksis(penentuen khusus)terhadap ayat-ayat al-qur’a yang masih umum.oleh
karena iiitulah ,rasulullah SWT melalui hadisnya menafsirkan dan
menjelaskannya seperti disebutkan dalam hadist riwayat bukhori dan muslim
yang berbunyi:
4
( ومسلم ( البخارى رواه أصلى رأيتمونى صلوا
Artinya :”salatlah sebagaimana engkau melihat aku salat.”(HR.bukhori dan
muslim)
Hadist ini menerengkan tata cara menjalankan shalat ,sebagaiman firman
allah SWT,dalam surat al-bagharah ayat 43:
: البقرة ( الركعين واركعوامع وأتواالزكوة الصلوة )34وأقيموا
Artinya :”dan dirikanlah shalat,tunaikanlah zakat,dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku’.”
(QS.Al – bagharah:43)
Contoh hadist yang men-taqyid –kan ayat-ayat al-qur’an yang bersifat
mutlaq,adalah sabda rasulullah SWT berikut ini:
الكف مفصل من يده فقطع بشارق اتى
Artinya:”rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan.”
Hadist ini men-taqyid ayat al-qur’an surat al-maidah ayat 38:
الله من كسبانكال بما قطعواايديهماجزأ فا والسارقة ....والسارق
Artinya :”laki – laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) sebagai pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari allah…….”
QS.Al-maidah:38)
Contoh hadist yang berfungsi men-taksis keumuman ayat-ayat al-qur’an ,
seperti sabda rasulullah SAW.:
تركناه ما نورث االنبياءال شر معا نحن
5
Artinya :”kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan.”
Hadist diatas men-taksis keumuman firman allah SWT surat an-nisa ayat 11:
: ).... النساء أالنثيين حظ مثل للذكر اوالدكم فى الله )11يوصيكم
Artinya :”allah mensyariatkan bagimu tentang(pembagian pusaka untuk) anak
– anakmu.yaitu bagian seorang laki – laki sama dengan bagian dua anak
perempuan.”(QS.A – nisa’ :11)
3.Bayan At-Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasri’ adalah mewujudkan suatu huk atau
ajaran-ajaran yang tidak di dapati dalam al qur’an. Bayan ini disebut juga
dengan bayan zaid ‘ala al kitab la karim.
Hadist rasulullah SAW dalam segala bentuknya (baik yang qauli, fi’li, maupun
taqrili) berusaha menunjukkan suatu kepastian hokum terhadap berbagai
persoalan yang tidak terdapat dalam al qur’an.
Beliau berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh para
sahabat atau yang tidak diketahui nya, dengan memberikan bimbingan dan
menjelaskan persoalan nya.
Suatu contoh hadist tentang zakat fitrah, sbb:
: أو تمر من الناسصاعا على رمضان من الفطر زكاة فرض صلعم الله رسول ان
المسلين من انثى او ذكر عبد او حر كل على شعير من صاعا
Artinya: ‘’ Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat islam
pada bulan ramadhan 1 sukat(sha’) kurma atau gandum untuk setiap
orang,baik merdeka atau hamba laki-laki atau perempuan’’.
Hadist yang termask bayan at-tasri’ ini, wajib diamalkan sebagaimana hal
nya dengan hadist-hadist lain nya. Ibnu al-qayyin berkata bahwa hadist
rasulullah SAW yang berupa tambahan terhadap al qur’an harus ditaati dan
6
tidak boleh menolak atau mengingkarinya. Ini bukanlah sikap( rasulullah SAW)
mendahului al qur’an, melainkan semata-mata karena perintahnya.
4. Bayan An-Nasakh
Kata An-nasakh dari segi bahasa memiliki bermacam-macam arti, yaitu:al-
itbal(membatalkan),al-ijalah(menghilangkan),at-tahwil(memindahkan),at-
taqyir(mengubah),para ulama’ mengartikan bayan an-nasakh ini melalui
pendekatan bahasa, sehingga di antara mereka terjadi perbedaan pandapat dalam
men - takrif- kannya.hal ini pun terjadi pada kalangan ulama’ mutaakhirin
dengan ulama’ mutaqadimin.menurut ulama’ mutaqadimin, yang di sebut bayan
an-nasakh ialah adanya dalil syara’ (yang dapat menghapuskan ketentuan yang
sudah ada), karena datangnya kemudian.
Salah satu contoh yang biasa di ajukan oleh para ulama ialah hadist:
ارث لو وصية ال
Artinya :”tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
Hadist ini menurut mereka me-nasakh isial-qur’an surat al-baqarah ayat 180:
واالقربين للولدين الوصية خير ترك ان الموت احدكم اذاحضر عليكم كتب
المتقين على حقا باالمعروف
Artinya :”diwajibkan atas kamu,apabila seseorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda)maut,jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk
ibu-bapak dan karib kerabat secara ma’ruf.(ini adalah)kewajiban atas orang-
orang yang bertakwa.” (QS.Al-baqarah:180)
7
B. Rutbah Dan Derajat Hadits(Kedudukannya)
A.rutba al-hadits (as-sunnah) dalam dasar – dasar tasyri’
Sumber – sumber (mashdar - mashdar) perundang –undangan islam, :al –
qur’an dan al – hadits (as – suunnah).
Akan tetapi, walaupun keduadasar ini di pandang pokok hokum, namun
harus di I’tibarkan, bahwa al – qur’an itu, dasar pertama dan al – hadits (as –
sunnah) dasar kedua.
Tegasnya, haruslah dipandang, bahwa rutbah(derajat) al qur’an lebih tinggi
dari rutbah(derajat) al – hadits(as – sunnah).
B.sebab – sebab rutbah al – qur’an lebih tinggi dari al – hadits
Al – qur’an lebih tinggi rytbahnya dari al – hadits , adalah :
1. al –qur’an adalah kitab allah ,
yang diturunkan kepada nabi s.a.w., lafad dan maknanya,yang kita terima
dari nabi dari jalan qath’y(jalan yang di yakinkan bahwa yang diterima itu
memang benar – benar demikian).
Para sahabat telah mengumpulkan al – qur’an dalam mushaf dan
diturunkan kepada umat dalam bentuk aslinya,sehuruf pun tak ada yang
berubah atau hilang.dan mushaf itu telah dipelihara dari masa kemasa.
Sedangkan hadits qauly hanya sedikit sekali yang
mutawatir,kebanyakan hadits (as-sunnah) yang mutawatir mengenai amal
praktek sehari-hari.seperti:shalat lima waktu,bilangan rakaat shalat,puasa
ramadhan, haji.
2. Al – qur’an asal(pokok)dan pangkal bagi as-sunnah.
Segala yang diuraikan as – sunnah, adalah berasal dari al – qur’an.
8
Hal ini ditunjukan oleh ayat – ayat yang menegaskan bahwa al – qur’an
itu cukup lengkap isinya dan bahwa agama telah di sempurnakan dengan
uraian – uraian yang telah di sebut di dalam al – qur’an.
Allah SWT telah berfurman:
للمسلمين وبشرى ورحمة وهدى شيء لكل تبيان اكتاب عليك ونزلنا
“dan telah kami turunkan kepada engkau al – kitab(al – qur’an) untuk
menegaskan segala sesuatu dan untuk menjadi petunjuk, rahmat,dan
kabar gembira bagi semua orang muslim”.(Q.S.89.S.16:an-nahl).
Memang pengalaman pun sudah menegaskan, bahwa seorang alim ahli
fikir apabila kembali kepada al – qur’an pastilah ia dapat mengambil dalil
dari al – qur’an untuk sesuatu yang diperlukan.
Asy syathibi telah menerangkan bahwa rutbah as – sunnah dibawah rutbah al
– qur’an dangan alasan – alasan dibawah ini:
1. Al – qur’an diterima dengan jalan yakin(maqthu’ bihi),sedangkan as –
sunnah diterima dengan jalan dhan(madhnun bihi) keyakinan kita kepada
sunnah hanyalah secara glogal saja,bukan secara detail.al – quran global
dan detailnya diterima dengan cara meyakinkan.
2. As – sunnah adakalnya menerangkan sesuatu yang diijmalkan
(diringkaskan uraiannya)dalam l – qur’an, dan ada kalanya mendatangkan
yang belum didatamgkan al – qur’an,
Maka jika as – sunnah bersifat penerangan (bayan) atau syara’, tentulah
keadaannya tidak sama dengan derajat pokok (yang diberikan penjelasan).
Nash yang bersifat pokok dipandang asas, nash yang bersifat syara’
dipandang cabang.
3. Karena sunnah sendiri menunjuk kepada demikian.
9
Diriwayatkan oleh abu daud dan at – turmudhy, bahwa nabi dikala
mengutus mu’adz pergi ke yaman , bertanya: (kepada mu’adz)
“dengan apa engkau memutuskan hokum “? تحكم؟ بما Menjawab mu’adz:
“dengan kitab allah” . الله بكتاب Bertanya nabi:
“Jika enkau tidak mendapat didalamnya? ” تجد لم فان Menjawab mu’adz:
“dengan sunnah rasul allah. ” الله رسول بسنة Bertanya nabi:
“jika engkau tidak dapati didalamnya? ” تجد لم فان Menjawab mu’adz:
“saya berijtihad dengan kekuatan akalku. ” رأيى اجتهد
Para sahabat dimasa rasulullah saw masih hidup mengambil hokum – hokum
islam (syari’at) dari al – qur’anul kariem yang mereka terima dari rasulullah
saw.
Pada waktu itu, kerap kali al – qur’an membawa keterangan - keterangan
yang bersifat mujmal tidak mufashshal,mutlaq tidak muqaiyad.
Perintah shalat al – qur’an membawanya , secara mujmal sekali.tidak
menerangkan bilangan raka’atnya,hai’atnya,dan tidak menerangkan syarat –
syaratnya.
Allah SWT telah menerangkan kedudukan “sunnah” terhadap al – qur’an.
Allah SWT berfirman:
يتفكرون ولعلهم اليهم نزل للناسما لتبين الذكر اليك وانزلنا
10
“dan telah kami turuhkan kepada engkau adz-dzikr kepada engkau
terangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka suka berfikir,”.(Q.S.44.s.16:An – nahl)
tak dapat diragukan lagi, bahwa al – hadits (as – sunnah) adalah sumber
yang kedua bagi hokum – hokum islam.dialah sumber yang paling banyak
cabangnya, paling lengkap undang – undangnya dan paling lebar lapangannya.
Al – qur’an mengandung kaidah – kaidah amdan hokum – hokum
kully.memang al – qur’an harus bersifat demikian, supaya menjadi kitab undang
– undang yang kekaldan abadi selama kekal kebenarannya.
Maka al – hadits member perhatian penuh untuk msyarahkan kandungan al –
qur’an, mencabangkan hokum – hokum juz – nya dari hokum – hkum kully
yang termateridalam al – qur’an.
Seluruh ulama sepakat menetapkan bahwa:”as – sunnah itulah yang
bertindak menerangkan segala yang dikehendaki al – qur’an,walaupun ada
perbedaan – perbedaan faham antar ulama mujtahidin tentang watas – watas
penerangan al – qur’an.
C.Bayan hadits terhadap al qur’an menurut para ulama.
Mufakat seluruh ulama, baik ulama ahli ra’yi,maupun ulama ahli atsar
menetapkan bahwa:hadits itulah yang bertindak mensyarahkan dan menjelaskan
al – qur’an.
Akan tetapi, para ulama ahlur ra’yi mewataskan penjelasan – penjelasan as –
sunnah yang di perlukan.para ahlul atsar melebarkan penjelasan itu.
Menurut pendapat fuqaha’ ahlur ra’yi, sesuatu titah al – qur’an yang khas
madhlulnya, tidak memerlukan lagi penjelasan as – sunnah.as – sunnah yang
11
datang mengenahi titah yang khas itu di tolak:dihukum menambah, tidak
diterima kecuali kalau sama kekuatannya dengan ayat itu.
Fuqaha’ ahli atsar berpendapat: bahwa segala hadits yang shahih mengenai
masalah yang telah diterangkan al – qur’an harus di pandang menjelaskan al –
qur’an, mantakhsiskan umum al – qur’an, mengqaidkan mutlaq al = qur’an.
Menurut pendapat ahlur ra’yi , penerangan al – hadits terhadap al – qur’an
terbagi tiga:
1) Bayan taqrier, keterangan yang di datangkan oleh as – sunnah untuk
menambah kokoh apa yang telah diterangkan oleh al – qur’an.
Seperti sabda nabi saw:
وافطروالرؤيته صوموالرؤيته
“berpuasalah kamu setelah melihat bulan dan berbukalah kamu setelah
melihatnya.”
Hadits ini menguatkan firman allah swt
والفرقان الهدى من وبينات للناس هدى القرأن فيه انزل الذي رمضان شهر
“bulan ramadhan yang telah diturnkan didalamnyaal – qur’an untuk
petunjuk bagi manusia, keterangan yang mengandung petunjuk dan
penjelasan – penjelasan yang memisahkan antara yang benar dan yang
salah.”
2) Bayan tafsier. Menerangkan yang kira – kira tidak diketahui(tersembunyi
pengertiannya), seperti:ayat – ayat yang mujmal dan yang musytarak fihi.
Seperti sabda nabi saw:
اصلى رأيتموني كما صلوا
“bersembahyanglah kamu sebagaiman kamu melihat aku
bersembahyang(shalat).”
Di antara contoh – contoh bayan tafsier bagi yang musytarak fihi.
12
Allah SWT berfirman:
قرؤ ثة ثال بانفسهن يتربصن والمطلقات
“dan para wanita yang di talak menanti dengan diri mereka,tiga quru’.”
Perkataan quru’ berarti suci dan berarti haid sendiri, maka datang hadits
menerangkan,
حيضتان وعدتها ثنتان االمة طالق
“talak budak dua kali dan iddahnya dua haid.”
Perbedaan antar bayan mujmal, bayan musytarak, dengan bayan takhsis
adalah:bayan mujmal berarti menjelaskan tafsir ,tafsil,atau ta’yin.adapun bayan
takhsis suatu penjelasan yang ditinjau dari suatu sudut dan suatu pertentangan
ditinjau dari sudut yang lain.
3) Bayan tabdil,bayan nasakh. Mangganti suatu hukum atau
menasakhkannya.
Manasakhkan al – qur’an dengan al – qur an menurut ulama ahlur ra’yi
di perbolehkan.menasakhkan al – qur’an dengan as – sunnah boleh kalau
as – sunnah itu mutawatir, masyhur, atau mustafidh.
Mengkhususkan umum al – qur’an dengan hadits, tidak diperbolehkan;
kecuali kalau hadits itu mutawatir atau masyhur.
Contoh mendahulukan hadits atas hadist
صدقة اوسق خمسة دون ليسفيما
“tidak ada yang kurang dari lima wasak zakatnya.”
Menurut malik,bahwa bayan al – hadits terbagi atas lima bagian:
1) Bayan taqrir, menetapkan dan mengkokohkan hokum – hokum al –
qur’an,bukan mentaudlihkan,bukan mentaqyidkan mutlaq dan bukan
mentakhsiskan ‘am.seperti:
وافطروالرؤيته لرؤيته صوموا
13
“berpuasalah kamu setelah melihat bulan dan berbukalah kamu setelah
melihatnya”.
2) Bayan taudlieh (tafsier); menerangkan maksud – maksud ayat,seperti
hadits – hadits yang menerangkan maksud – maksud ayat yang
dipahamkan oleh para sahabat berlainan dengan yang di maksud oleh ayat
itu sendiri.
Seperti:
بعذاب فبشرهم الله سبيل فى ينفقونها وال والفضة الذهب يكزون والذين
اليم
“dan segala mereka yang membendaharakan emas dan perak dan tiada
mereka membelanjakannya pada jalan allah,maka gembirakanlah mereka
dangan adzab yang amat pedih”.(Q.S.34.S.9:At taubah)
Manakala ayat ini diturunkan, para sahaba merasa sangat berat
melaksanakan kandungan ayat.mereka bertanya kepada nabi saw.,maka
nabi menjawab:” allah tidak memfardukan zakat,melainkan supaya baik
harta – hartamu yang sudah kamu zakati”. Mendengar itu umar r a
mengucapkan takbir.
3) Bayan tafsil; menjelaskan mujmal al- quran,sebagai hadits yang
mentafshilkan kemujmalan firman allah swt.:
اقيمواالصلوة
“dirikan olehmu akan sembahyang.”
4) Bayan bashty(tabshit bayan tafsil).; memanjangkan keterangan bagi apa
yang diringkaskan keterangannya oleh al –qur’an.seperti:
خلفوا ثالثة وعلى
14
“dan atas tiga orang yang tidak mau pergi, yang tinggal di tempat ,tidak
turut pergi kemedan peperangan”.(Q.S.118.S.9:At taubah)
5) Bayan tasyri’; mewujudkan suatu hokum yang tidak tersebut dalam al –
qur’an,seperti:bersandar kepada seorang saksi dan sumpah. Apabila si
muda’i tiada
mempunyai dua orang saksi;dan seperti ridha’ mengharamkan pernikahan
mengingat hadits.:
النسب من يحرم ما الرضعة من يحرم
“haram lantaran ridha’ apa yang haram lantaran nashab.”
As sysfi’I diantara ulama ahli atsar menetapkan, bahwa penjelasan al –
hadits terhadap al – qur’an terbagi lima:
1) Bayan tafsil; menjelaskan ayat – ayat al yang mujmal(yang sangat
ringkas petunjuknya).
2) Bayan takhsis; menentuksn sesuatu dari umum ayat.
3) Bayan ta’yin; menentukan makna yang di maksud dari dua tiga perkara
yang mungkin di maksudkan.
4) Bayan tasydi’; menetapkan suatu hokum yang tidak didapati dalam al
qur’an.seperti: as sunnah mengharamkan keledai kampong(negri).
5) Bayan nasakh; menentukan mana yang di nasikhkan dan mana yang
dimasukkan dari ayat – ayat al – qur’an yang terlihat berlawanan.
Ahmad ibnu hambal dalam sejarah ini sepaham sepaham dengan gurunya as
syafi’i, bahkan lebih keras lagi pendiriannya dalam menentukan garia – garis as
sunah.
Ibnu qaiyim telah menerangkan pendapat ahmad dalam soal ini dalam
kitabnya I’lamul muwaqi’in2),sebagai berikut:
15
1) Bayan ta’kid (taqrir); dikala as sunnah bersesuaian benar petunjuknya
dengan petunjuk al qur’an, yakni menerangkan apa yang dimaksud dalam
al qur’an.
2) Bayan tafsir; menjelaskan suatu hokum al quran, yakni menjelaskan apa
yang di maksud al qur’an.
3) Bayan tasyri’; mendatangkan suatu hokum yang didiamkan al
qur’an(yang tidak diterangkan hukumnya).
4) Bayan takhsis dan taqyid; mengkhususkan al qur’an dan mengqaidkanya.
Apabila di dapati hadits yang mengkhusukan al qur’an, di khususkanlah
umum itu,baik hadits yang mengkhususkan itu
mutawatir,masyhur,mustafidl ataupun ahad.
C.Fungsi Hadis Terhadap Alquran
Fungsi Hadis Terhadap Alquran Secara Umum Adalah Untuk Menjelaskan
Makna Kandungan Alquran Yang Sangat Dalam Global Atau Li Al Bayan
(Menjelaskan) Sebagaimana Firman Allah Dalam Surah An-Nahl (16) : 44
يتفكرون ولعلهم اليهم للناسمانزل لتبين الذكر اليك انزلنا و
Dan Kami Turunkan Kepadamu Alquran Agar Kamu Menerangkan Kepada
Umat Manusia Apa Yang Telah Diturunkan Kepada Mereka Dan Supaya
Mereka Memikirkan
Secara Garis Besar Ada Empat Makna Fungsi Penjelasan (Bayan) Hadits
Terhadap Al Qur’an, Yaitu Sebagai Berikut:
1. Bayan Taqri
Posisi Hadis Sebagai Penguat (Taqri) Atau Memperkuat Keterangan
Alquran (Ta’kid). Sebagai Ulama Penyebut Bayan Ta’kid Atau Bayan
16
Taqrir. Artinya Hadis Menjelaskan Apa Yang Sudah Dijelaskan Alquran,
Misalnya Hadis Tentang Sholat, Zakat, Puasa,Dan Haji, Menjelaskan
Ayat-Ayat Alquran Tentang Hal Itu Juga:
على االسالم بني صلعم الله رسول قال قال عنهما الله رضي عمر ابن عن
وايتاء الصالة واقام الله رسول محمدا وان الله اال الاله ان خمسشهادة
رمضان وصوم والحج الزكاة
Dan Ibn Umar Ra.Berkata: Rosulluloh Bersabda: Islam Didirikan Atas
Lima Perkara: Menyaksikan Bahwa Tidak Ada Tuhan Melainkan Allah
Dan Bahwa Muhamad Utusan Allah, Mendirikan Sholat, Menunaikan
Jakat, Haji, Dan Puasa Romadon.(HR.AL-Bukhari)
Hadis Diatas Memperkuat Keterangan Perintah Sholat, Zakat,Dan
Puasa Dalam Alquran Surah AL-Baqorah (2):83 Dan 183 Dan Perintah
Haji Pada Surah Ali’imran (3):97.
2. Bayan Tafsyir
Hadis Sebagai Penjelas (Tafsyir) Terhdap Alquran Dan Fungsi Ini
Lah Yang Terbanyak Pada Umum Nya. Penjelasan Yang Diberikan
Ada 3 Macam, Yaitu Sebagai Berikut
a. Tafshil AL- Mujmal
Hadis Member I Penjelasan Secara Terperinci Pada Ayat-
Ayatalquran Yang Bersifat Global(Tafshil Al-
Mujmal=Memperinci Yang Global), Baikmenyangkut Masalah
Ibadah Maupun Hukum,Sebagai Ulama Menyebut Nya Bayan
Tafshil Atau Bayan Tafsir. Misyalnyaperintah Sholat Beberapa
Ayat Dalam Alquran Hanya Diterangkan Secara Global Dirikan
Lah Sholat Tanpa Disertai Petunjuk Bagaimana Pelaksanaan
Berapa Kali Sehari Semalam, Berapa Rakaat, Kapan Waktu
17
Nya Rukun-Rukun Ny,Dan Lainsebagai Nya. Perincian Itu Ada
Nya Dalam Hadis Nabi, Misyalnya Sabda Nabi:
أصلى يتمونى رأ كما صلوا
Sholatlah Sebagaimana Engkau Melihat Aku Sholat. ( HR.Al-
Bukhari)
b. Takhshilsh Al-‘Amm
Hadis Menghususkan Ayat-Ayat Alquran Yang Umum, Sebagai
Ulama Menyebut Bayan Takhshish. Misyalnya Ayat-Ayat
Tentang Waris Dalam Surah An-Nisa
نثيين اال حظ مثل للذكر اولدكم في الله يوصيكم
Allah Mensyari’atkan Bagimu Tentang (Bagian Pusaka Untuk)
Anak Anakmu Yaitu: Bagian Seorang Anak Lelaki Sama
Dengan Bagian Dan Orang Perempuan.
Kandungan Yat Diatas Menjelaskan Pembagian Harta
Pusaka Terhadapahli Waris,Baik Anak Laki-Laki, Anak
Perempuan,Satu,Dan Atau Banyak,Orangtua (Bapak Dan Ibu)
Jika Ada Anak Atau Tidak Ada Anak, Jika Ada Saudara Atau
Tidak Ada Dan Seterusnya. Ayat Harta Warisan Ini Bersifat
Umum, Kemudian Dikhususkan (Takhsish) Dengan Hadis Nabi
Yang Pembunuh. Misalnya Sabda Nabi
_ صدقة_ تركنه ما نورث ال االنبياء معاشر نحن
Kami-Kelolmpok Para Nabi- Tidak Meninggalkan Harta
Waris,Apa Ysng Kami Tinggalkan Sebagai Sedekah.
Dan Nabi:
18
تل القا يرث ال
Pempunuh Tidak Dapat Mewarisi (Harta Pusaka). (HR.At-
Tirmidzi)
c. Taqyid Al-Muthlaq
Hadis Membatasi Kemutlakan Ayat-Ayat Alquran. Artinya
Alquran Keterangan Nya Secara Mutlak, Kemudian Di-
Takhshilsh Dengan Hadis Allah Dalam Surah Al-Maidah (5):38
ايديهما فاقطعوا والسارقة والسارق
Pencuri Lelaki Dan Pencuri Perempuan, Maka Potonglah
Tangan-Tangan Mereka.
Pemotongan Tangan Pencuri Dalam Ayat Di Atas Secara
Mutlak Nama Tangan Tanpa Di Jelaskan Batas Tangan Yang
Harus Dipotong Apakah Daripundak, Sikut, Dan Pergelangan
Tangan. Kata Tangan Mutlak Meliputi Hasta Dari Bahu
Pundak, Lengan, Dan Sampai Telapak Tangan.Kemudian
Pembatasan Itu Baru Dijelaska Dengan Hadis Ketika Seorang
Pencuri Datang Ke Hadapan Nabi Dan Diputuskan Hukuman
Dengan Pemotongan Tangan, Maka Dipotong Pada Pergelangan
Tangan
3. Bayan Naskhi
Hadis Menghapus (Nasakh) Hukum Yang Diterangkan Dalam
Alquran . Misalnya Kewajiban Wasiat Ang Diterangkan Dalam Surah Al-
Baqarah (2): 180
19
واالقربين لدين للو خيراالوصية ترك ان الموت احدكم اذاحضر عليكم كتب
المتقين على حقا بالمعروف
Di Wajibkan Atas Kamu, Apabila Seseorang Diantara Kamu Kedatangan
(Tanda – Tanda) Maut,Jika Ia Meninggalkan Harta Yang Banyak,
Berwasiat Untuk Ibu, Bapap, Dan Karib Kerabatnya Secara Maruf,(Ini
Adalah) Kewajiban Atas Orang – Orang Yang Bertaqwa.
Ayat Diatas Di Nasakh Dengan Hadits Nabi:
لولرث وصية ولا حقه حق ذي كل اعطى قد الله ان“Sesungguhnya Allah Memberikan Hak Kepada Setiap Yang Mempunyai
Hak Dan Tidak Wasiat Itu Wajib Bagi Waris.(HR.An-Nasa’i)
4. Bayan Tasyri’i
Hadits Menciptakan Hukum Syariat (Tasyri’) Yang Belum Di
Jelaskan Oleh Al Qur’an.Para Ulama Berbeda Pendapat Tentang Fungsi
Sunnah Sebagai Dalil Pada Suatu Hal Yang Tidak Di Sebutkan Dalam Al
Qur’an.Mayoritas Mereka Berpendapat Bahwa Sunnah Berdiri Sendiri
Sebagai Dalil Hukum Dan Yang Lain Berpendapat Bahwa Sunnah
Menetapkan Dalil Yang Terkandung Atau Tersirat Secara Implicit Dalam
Teks Al Qur;An.
Seperti Dalam Surat An Nisa’ (4):29
عن تجرة تكون ان اال باالبطل بينكم اموالكم كلوا تأ ال امنوا الذين يايها
تراضمنكم
Hai Orang-Orang Yang Beriman, Janganlah Kamu Saling Memakai
Harta Sesamamu Dengan Jalan Yang Batil, Kecuali Dengan Jalan
Perniagaan Yang Berlaku Suka Sama Suka Di Antara Kamu. (QS.An-
Nisa’ (4) : 29 )
20
Untuk Memudahkan Pemahaman, Berikut Ini Di Paparkan Denah
Singkat Fungsi Hadist Terhadap Al- Qur’
FUNGSI HADIST TERHADAP AL- QUR’AN
Gambar Di Atas Menunjukan Adanya Hubungan Antara Al Qur’an Dengan
Hadist Nabi Secara Integral.Hadits Berfungsi Menjelaskan Al Qur’an Dengan
Beberapa Bentuk Penjelasan Yakni Bayan Tafsi Seperti Takhshis Al
21
SUMBER HUKUM ISLAM
AL QUR’AN
Bayan tafsir:takhshis,taqyid,dan tafsil.
Bayan taqrir/ taqyid
Bayan tasyri’
Bayan naskhi’
Hadits nabi
Amin,Taqyid Al Mutlaq, Dan Tafsil Al Mujmal,Bayan Taqrir, Atau Bayan
Ta’kid,Bayan Naskhi Dan Bayan Tasyri’.
Semua Ulama Mengakui Adanya Hubungan Bayan Sunnah Terhadap Al
Qur’an,Tetapi Berbeda Dalam Istilah Yang Mereka Pergunakan Sebagaimana
Diatas.Misalnya Ahli Ar Ra’yi Berpandapat Penjelasan Sunnah Terhadap Al
Qur’an Terbagi Menjadi Tiga Hal,Yaitubayan Taqrir(Memperkuat),Bayan
Tafsir(Menjelaskan Yang Sulit),Dan Bayan Tabdil Atau Nasakh(Mengganti
Atau Menghapus).
Jelasnya Hubungan Hadits Dan Al Qur’an Sangat Integral Keduanya Tidak
Dapat Dipisahkan Antara Satu Dengan Yang Lainnya,Karena Keduanya
Berdasarkan Wahyu Yang Datang Dari Allah SWT Kepada Nabi Muhammad
SAW Untuk Disampaikan Kepada Umatnya. Hanya Proses Penyampaiannya
Dan Periwayatannya Berbeda.Sunah Mempunyai Peran Yang Utama Yakni
Menjelaskan Al Qur’an Baik Secara Aksplisit Atau Implicit,Sehigga Tidak Ada
Istilah Kontra Antara Satu Dengan Yang Lain.
Kedudukan Sunnah Dalam Islam Sebagai Sumber Hukum.Para Ulama Juga
Berkonsensus Dasar Ihukum Islam Adalah Al Qur’an Dan Sunnah.Segi Urutan
Tingkatan Dasar Islam Ini Sunnah Menjadi Dasar Hukum Islam
(Tasyri’iyyah)Kedua Setelah Al Qur’an.Hal Ini Dapat Di Maklumi Karena
Beberapa Alas An Sebagai Berikut:
a. Fungsi Sunnah Sebagai Penjelas Terhadap Al Qur’an
Sunah Berfungsi Sebagai Penjelas Atau Tambahan Terhadap Al
Qur’an.Tetunya Pihak Penjelas Di Berikan Peringkat Kedua Setelah
Pihak Yang Dijelaskan. Teks Al Qur’an Sebagai Asal,Sedagkan Sunnah
Sebagai Penjelas (Tafsir) Yang Di Bangun Karenanya. Sebagaimana
Firman Allahdalam Surat Al An’am (6):38.
شيء من فىالكتب فرطنا ما
22
Tidak Ada Sesuatu Yang Kami Tinggalkan Dalam Al Kitab
b. Mayoritas Sunnah Relative Kebenarannya (Zhanniy Ats Tsubut)
Seluruh Umat Islam Juga Telah Berkonsensus Bahwa Al Qur’an
Seluruhnya Diriwayatkan Secara Mutawatir (Para Periwayat Secara
Kolektif Dalam Segala Tingkatan).Maka Ia Member Faidah Absilut
Kebenarannya Qat’i Ats Tsubut Dari Nabi,Kemudian Diantaranya Ada
Yang Mamberi Petunjuk Makna Secara Tegas Dan Pasti(Qath’i Ad
Dilalah) Dan Secara Relative Petunjuknya (Dzanni Ad
Dilalah).Sedangkan Sunnah,Diantaranya Ada Yamh Mutawatir Yang
Memberikan Faidah Qath’i Ats Tsubut, Dan Diantaranya Bahkan Yang
Mayoritas Ahad (Periwayatnya Secara Individual) Memberikan Faidah
Relatif Kebenarannya (Zhanni Ats Tsubut) Bahkan Ia Dari Nabi
Meskipun Secara Umum Dapat Dikatakan Qath’i Ats Tsubut. Kedunya
Memberikandua Faidah Qath’i Dan Zhanni Ad Dilalah .Tentunya Tingkat
Sunnah Yang Sebagian Besar Memberikan Faidah Zhanni Ats Tsubut
Dengandua Petunjuk Tersebut.Jatuh Nomer Dua Setelah Al Qur’an Yang
Berfaidah Qath’i Ats Tsubut Dengan Dua Petunjuk Pula.
D.Dalil Dalil Kehujahan Hadits
Ada Beberapa Dalil Yang Menunjukan Atas Kehujjahan Sunnah Di Jadikan
Sebagai Sumber Hukum Islam Yaitu Sebagai Berikut:
a. Dalil Al Qur’an
Banyak Sekali Ayat – Ayat Al Qur’an Yang Memrintahkan Patut
Kepada Rasuldan Mengikuti Sunnahnya.Perintah Patuh Kepada Rasul
Berarti Perintah Mengikuti Sunnah Sebagai Hujjah,Antara Lain:
1. Konsekuensi Iman Kepada Allah Adalah Taat
Kepadanya,Sebagaimana Firman Allah Dalam Surat Al Imran (3):179.
23
عظيم اجر فلكم تؤمنواوتتقوا وان له ورسو باالله فامنوا
Karena Itu Berimanlah Kepada Allah Dan Rasul Rasulnya,Dan Jika
Kamu Beriman Dan Bertaqwa,Maka Bagimu Pahala Yang Besar.
2. Perintah Iman Kepada Rasul Disertai Dengan Beriman Kepada
Allah,Sebagaiman Dalam Surat An Nissa’(4):136.
رسوله على نزل الذي والكتب ورسوله باالله أمنوا أمنوا الذين يها يا
قبل من انزل الذي والكتب
Wahai Orang – Orang Yang Beriman , Tetaplah Beriman Kepada
Allah Dan Rasulnya Dan Kepada Kitab Yang Allah Turunkan Kepada
Rasulnya, Serta Kitab Yang Allah Turunkan Sebelumnya.
3. Kewajiban Taat Kepada Rasul Karena Menyambut Perintah Allah,
Sebagaimana Dalam Surat An Nissa’ (4):64.
الله باءذن ليطاع رسوالال من وماارسلنا
Dan Kami Tidak Mengutus Seorang Rasul, Melainkan Untuk Ditaati
Dengan Seizing Allah.Perintah Taat Kepada Rasul Bersama Perintah
Taat Kepada Allah.Sebagaimanran(3):32.
الكفرين يحب ال الله فان تولوا فان والرسول اطيعواالله قل
Katakanlah Taatilah Allah Dan Rasulnya;Jika Kamu Berpaling,Maka
Sesungguhnya Allah Tidak Menyukai Orang – Orang Kafir.
4. Perintah Taat Kepada Rasul Secara Khusus, Sebagaimana Dalam
Surat Al Hasyr.(59):7.
نتهوا فا عنه نهكم وما فخذوه الرسول اتكم وما
Apa Yang Diberikan Rasul Kepadamu Maka Terimalah Dia, Dan Apa
Yang Di Larangnya Bagimu Maka Tinggalkanlah.
24
b. Dalil Hadts
Hadist Yang Dijadikan Dalil Kehujahan Sunnah Juga Banyak
Sekali,Diantaranya Sebagaimana Sabda Nabi SAW:
وسنتى الله كتاب بهم تمسكتم ما تضلوا لن امرين فيكم تركت
Aku Tinggalkan Pada Kalian Dua Perkara,Kalian Tidak Akan Sesat
Selamaberpegang Teguh Kepada Keduanyayaitu Kitab Allah Dan
Sunnahku.(HR,Al Hakim Dan Malik)
Hadits Di Atas Menjelaskan Bahwa Seseorang Tidak Akan Sesat
Selamanya Apabila Hidupnya Berpegang Teguh Atau Berpedoman Pada
Al Qur’an Dan Sunnah.Orang Yang Tidak Berpegang Teguh Pada
Keduanya Atau Tidak Mengikuti Sunnah Berarti Sesat.Nabi Tidak
Pernah Memerintahkan Kecuali Dengan Perintah Allah Dan Siapa Yang
Taat Kepada Berarti Ia Taat Kepada Zat Yang Memerintahkan
Kepadanya Untuk Melaksanakan Perintah Itu.
c.Ijma’ Para Ulama’
Para Ulama Telah Sepakat (Consensus)Bahwa Sunnah Sebagai Salah
Satu Hujjah Dalam Hukum Islam Setelah Al Qur’an.As Syaf’i
(W.204.H)Mengatakan:”Aku Tidak Mendengar Seseorang Yang Dinilai
Manusia Atau Diri Sendiri Sebagai Orang Alim Yang Menyalahi
Kewajiban Allahswt Untuk Mengkuti Rasul SAW Dan Berserah Diri
Atas Keputusannya.Allah Tidak Menjadikan Orang Setelahnya Kecuali
Agar Mengikutinya.Tidak Ada Perkataan Dalam Semua Kondisi Kecuali
Berdasarkan Kitab Allah Atau Sunnah Rasulnya.Dasarlain Harus
Mengikutinya.
25
Dari Berbagai Pendapat Diatas Kiranya Dapat Disimpulkan Bahwa Sebagai
Berikut:
a. Para Ulama Sepakat Bahwa Sunnah Sebagai Hujjah ,Semua Umat Menerima
Dan Mengikutinya,Kecuali Sekelompok Minoritas Orang.
b. Kehujjahan Sunnah Adakalanya Sebagai Mubayyin(Penjelas) Terhadap Al
Qur’an Atau Berdiri Sendiri Ebagai Hujjah Untuk Menambah Hukum –
Hukum Yang Belum Diterangkan Dalam Al Qur’an.
c. Kehujahan Sunnah Berdasarkan Dalil – Dalil Yang Qath’i (Pasti),Baik Dari
Ayat – Ayat Al Qur’an Atau Hadits Nabi Atau Rasio Yang Sehat Maka Bagi
Yang Menolaknya Dihukumi Murtad.
d. Sunnah Yang Dijadikan Hujjah Tentunya Sunnah Yang Telah Memenuhi
Persyaratan Shahih,Baik Mutawatir Atau Ahad.
26
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari Makalah Dapat Di Ambil Kesimpulan Bahwa Fungsi Hadits Terhadap
Al Qur’an Secara Umum Adalah Untuk Menjelaskan Makna Kandungan Al
Qur’an Yang Sangat Dalam Dan Global Li Al Bayan (Menjelaskan).
Secara Garis Besar Ada 4 Makna Fungsi Penjelasan (Bayan) Hadits
Terhadap Al Qur’an, Antara Lain:Bayan Taqrir , Bayan Tafsir , Bayan Naskhi ,
Dan Bayan Tasyri’i.Akan Tetapi Banyak Ulama Yang Berpendapat Tentang
Fungsi Hadist Terhadap Al Qur’an,Adakalanya Ia Menambahkan Dan
Adakalanya Ia Mengurangi.
Jelasnya Hubungan Antara Antara Hadits Dan Al Qur’an Sangat Integral
Keduanya Tidak Bisa Dipisahkan Antara Satu Dengan Yang Lainnya.Karena
Keduanya Berdasarkan Wahyu Yang Datang Dari Allah SWT Kepada Nabi
SAW Untuk Di Sampaikan Kepada Umatnya,Hanya Proses Penyampaiannya
Dan Periwayatannya Yang Berbeda. Sunnah Mempunyai Peran Yang Utama
Yakni Yang Menjelaskan Al Qur’an Baik Secara Eksplisit Atau
Implisit,Sehingga Tidak Ada Istilah Kontra Antara Satu Dengan Yang Lain
27
B.SARAN
Demikianlah Dalam Hal Ini,Kami Akhiri Makalah Ini.Tak Lupa Mohon
Maaf Kepada Semua Pihak,Kritik Dan Saran Kami Harapkan Demi Perbaikan
Makalah Ini Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon, Haji 2010. Ulumul Hadits. Jakarta : Bumi Aksara
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasby, Teuku. 1904. Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits. Jakarta : Bulan Bintang
Mudasir. Hajji. 1999. Ilmu Hadits. Bandung : Pustaka Setia
Al- Qur’an Al Karim
28