UMAT PEMENANG -...

50

Transcript of UMAT PEMENANG -...

UMAT PEMENANG

Sesungguhnya begitu kita menerima Kristus

sebagai Tuhan dan Juruselamat kita maka pada

saat itu juga kita telah menjadi umat

pemenang, yaitu umat yang telah dimerdekakan

dari kuasa dosa dan kuasa maut oleh karena

pengorbanan Kristus di kayu salib, Rm 8:2 Roh,

yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari

hukum dosa dan hukum maut.

Jika demikian, mengapa kita masih perlu untuk

membahas tema “Umat Pemenang” ?

Kita masih sangat perlu untuk membahasnya

karena menjadi umat pemenang adalah sangat

penting namun tetap teguh dan tidak

tergoyahkan sebagai umat pemenang, yaitu teguh

beriman pada Kristus sampai akhir hidup kita

amatlah penting seperti yang disampaikan oleh

Rasul Paulus dalam : 2Tim 4:7 Aku telah mengakhiri

pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku

telah memelihara iman.

Ketika Tuhan Yesus menjelaskan mengenai

akhir zaman, Ia dengan tegas mengatakan bahwa

anak-anak Tuhan akan memasuki masa peng-

aniayaan dan hanya mereka yang tetap setia

memegang imannya pada Kristus yang akan

selamat, yang akan masuk kerajaan sorga, Mat

24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan

selamat.

Dari kedua penjelasan di atas menjadi jelas

bagi kita, bahwa pengiringan kita kepada

Kristus bukan selesai ketika kita menerima

Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita

namun harus dilanjutkan dengan kesetiaan kita

untuk tetap memegang teguh iman kita pada-Nya

sampai akhir hidup kita.

Tantangan dan pencobaan kepada kita sebagai

anak Tuhan sudah dimulai sejak kita menerima

Tuhan Yesus dan menjadi milik Allah dan dengan

demikian kita bukan lagi menjadi milik dunia

sehingga dunia akan membenci kita. Tuhan Yesus

mengatakan dalam Yohanes 15:19, ”Sekiranya kamu dari

dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi

karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu

dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”

Jadi, kita akan mengalami banyak gangguan

selama kita masih hidup di dunia karena kita

bukanlah milik dunia. Tuhan Yesus menambahkan

di Matius 10:16, "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba

ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti

ular dan tulus seperti merpati.”

Tuhan Yesus mengutus kita seperti domba di

tengah-tengah serigala, dan Si Iblis juga

mengirimkan serigala-serigalanya untuk mence-

lakakan, membunuh, dan mungkin menelan domba

itu. Sebagai pengikut Kristus kita harus ber-

tindak agar kita dapat tetap teguh dan tidak

tergoyahkan sebagai umat pemenang ditengah

banyaknya gangguan, ajaran sesat bahkan

aniaya. Dan di ayat ini disampaikan bahwa

hendaknya kita cerdik seperti ular, dan tulus

seperti merpati, tetapi bagaimana dengan

penerapannya?

Cerdik seperti Ular

Alkitab mencatat bahwa ular adalah binatang

yang paling cerdik, Kej 3:1a “Adapun ular ialah yang

paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh

TUHAN Allah.”

Dan kita tahu bahwa kecerdikan ular ternyata

dipakai oleh Iblis untuk menjatuhkan manusia,

artinya kecerdikan bisa dipakai untuk hal yang

positif namun bisa juga dipakai untuk hal yang

negatif. Tuhan Yesus tentulah ingin agar kita

menggunakan kecerdikan kita untuk hal yang

positif dan definisi cerdik adalah “cepat

mengerti suatu masalah dengan pemecahannya dan

panjang akal”.

Tulus seperti Merpati

Merpati menggambarkan suatu sifat yang

lugu, tidak berbahaya, dan tidak merugikan

orang lain. Sifat ini menurut Kamus Vines

berarti tidak tercampur dengan yang lain,

murni, tidak berdosa, dan tidak bersalah.

Sebagai murid Kristus, hal ini berarti kita

harus menjaga agar tindakan dan motivasi kita

tetap murni, Flp 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara,

semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang

suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang

disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Dengan penjelasan diatas, maka ayat Matius

10:16 dapat dijabarkan: "Lihat, Aku mengutus

kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala,

sebab itu hendaklah kamu cepat mengerti suatu

masalah dengan pemecahannya, punya akal yang

panjang dan memiliki motivasi dan tindakan

yang murni.”

Singa yang Mengaum-ngaum

Musuh-musuh kita bukanlah orang-orang yang

berasal dari agama yang berbeda, tetapi musuh

kita adalah si Iblis, karena di 1 Petrus 5:8

dikatakan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis,

berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari

orang yang dapat ditelannya.”

Sang penipu ulung lebih sering bekerja dalam

kegelapan. Sebagai seorang pemburu yang

terampil dan berpengalaman, ia dengan sabar

mengincar mangsanya, tak terlihat karena mampu

berkamuflase dan pandangan malamnya berfungsi

dengan baik dan inderanya lebih tajam daripada

kita. Ia mampu melihat kita ketika kita

bahkan tidak tahu bahwa ia ada di belakang

kita!

Dunia binatang mengajarkan pada kita bahwa

para pemangsa seperti singa biasanya mencari

dan menyerang mangsa lemah. Mereka memburu

umat Allah yang imannya lemah, yang tidak

memiliki pengertian, yang tidak sungguh-

sungguh. Begitu ia menyerang, ia bisa

melumpuhkan dan menimbulkan luka yang parah.

Frase “mencari orang yang dapat ditelannya” berarti

Iblis bukan hanya mampu melukai bahkan

membunuh – artinya rohani kita bisa mati.

Oleh sebab itu kita harus berusaha agar tetap

teguh sebagai umat pemenang. Bagaimana cara-

nya, hal ini dibahas di Efesus 6:10-18.

10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam

kekuatan kuasa-Nya.

11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu

dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;

12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging,

tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-

penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini,

melawan roh-roh jahat di udara.

13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya

kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan

tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan

berbajuzirahkan keadilan,

15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai

sejahtera;

16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan

perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si

jahat,

17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu

firman Allah,

18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di

dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan

permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,

Kuat dalam Kekuatan Kuasa TUHAN

Ef 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam

kekuatan kuasa-Nya.

Jadi dasar utama agar kita dapat teguh sebagai

umat pemenang tertulis di ayat 10 yang ber-

bunyi, ”Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam

kekuatan kuasa-Nya.” Kita akan kuat di dalam Tuhan

dan tetap sebagai pemenang bila kita bersandar

pada kekuatan kuasa-Nya. Apakah yang dimaksud

dengan kekuatan kuasa-Nya? Hal ini dibahas

antara lain di Efesus 1:19 dan 20:

19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai

dengan kekuatan kuasa-Nya, 20 yang dikerjakan-Nya di dalam

Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan

mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga,

Jadi kekuatan kuasa-Nya mengandung 2 pe-

ngertian yaitu:

Pertama, kita harus percaya bahwa yang menjadi

dasar kekuatan kita adalah Allah. Allah yang

mana? Allah yang telah membangkitkan Kristus

dari antara orang mati.

Kedua ialah keyakinan bahwa kita pun sebagai

umat Allah akan dibangkitkan dari antara orang

mati dan ini disinggung oleh Paulus, antara

lain di 1 Korintus 15:12: “Jadi, bilamana kami

beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati,

bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa

tidak ada kebangkitan orang mati.”

Filipi 3:10-11: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan

kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di

mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya

aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”

Jadi kita harus percaya kalau Kristus

dibangkitkan, maka kita juga akan dibangkitkan

untuk masuk ke dalam kerajaan sorga, itu

adalah dasar yang paling utama dari kekuatan

kita.

Perlengkapan Senjata ALLAH

Ef 6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya

kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis

6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya

kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan

tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

Jadi Tuhan sudah menyediakan perlengkapan

senjata maupun cara-cara agar kita bisa tetap

teguh sebagai umat pemenang dan kita akan

pelajari seperti apakah ragam senjata Allah

itu dan bagaimana kita menggunakannya,

bagaimana agar kita bisa menjadi umat yang

tetap setia.

Ayat 13 mengatakan, “Sebab itu ambillah seluruh

perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan

perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu

menyelesaikan segala sesuatu.” Ayat ini menjelaskan

agar kita bisa tetap teguh sebagai umat

pemenang “tetap berdiri” dan kita tidak terjatuh

maka kita harus mengambil seluruh senjata yang

sudah disediakan Tuhan, bukan hanya sebagian!

4 Jenis Musuh

Seperti apakah musuh kita?

Efesus 6:12 mengatakan: “Karena perjuangan kita

bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-

pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-

penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Kita sedang menghadapi 4 jenis musuh dan

perjuangan kita “bukanlah melawan darah dan daging”,

artinya musuh kita bukanlah manusia, tapi

kebijakan, ajaran, konsep pemikiran atau prin-

sip dari Iblis yang diajarkan atau diber-

lakukan oleh manusia dan institusi tertentu.

Yang pertama ialah pemerintah-pemerintah.

Jadi, yang dimaksud adalah strategi Iblis

berupa kebijakan-kebijakan yang merugikan anak

Tuhan yang diberlakukan oleh pemerintah-

pemerintah, baik pemerintah dalam negeri mau-

pun pemerintah luar negeri.

Yang kedua ialah penguasa-penguasa. Artinya,

strategi Iblis berupa kebijakan-kebijakan

yang merugikan anak Tuhan yang diberlakukan

oleh penguasa-penguasa setempat.

Yang ketiga, ialah penghulu-penghulu dunia

yang gelap. Ini adalah tipu daya Iblis berupa

ajaran-ajaran sesat yang diajarkan oleh tokoh-

tokoh dunia.

Yang keempat, ialah roh-roh jahat di udara.

Mereka adalah tipu muslihat Iblis berupa

ajaran-ajaran sesat yang kita juga tak begitu

tahu dari mana asalnya, seperti LGBT yang

tiba-tiba mencuat akhir-akhir ini yang sebe-

narnya sudah lama ada dan berkembang sejak

lama.

Aktif untuk Bertindak

Efesus 6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya

kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;

6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya

kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan

tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

Di ayat 11 disebutkan, “Kenakanlah…” lalu di

ayat 13 disebutkan, “Ambillah..” Artinya kita

yang harus aktif. Kata “kenakanlah” menun-

jukkan bahwa kita yang harus aktif, kita yang

harus melakukan, mengenakan sesuatu yang

sudah ada dan tinggal dipergunakan. Kemudian

“ambillah” berarti sudah tersedia, bukan kita

yang harus mencari-cari, sudah tersedia. Tuhan

sudah menyediakan bagi semua anak Tuhan, dan

kita tinggal aktif untuk mengambil dan

mengenakan serta memanfaatkan senjata-senjata

Allah tersebut.

Kemudian di ayat 13 pun dikatakan, “seluruh”,

jadi tidak sebagian-sebagian, baik untuk mampu

bertahan maupun untuk mampu melakukan per-

lawanan.

Bertahan mengacu pada kondisi aman, namun

“perlawanan pada hari yang jahat itu” mengacu pada kondisi

akhir zaman seperti yang tertulis di Daniel

11: 32, “Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap

Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin;

tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan

bertindak.”

7 Senjata ALLAH

Berikut adalah 7 senjata Allah yang telah

disediakan Tuhan, Efesus 6:14-17 :

14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran (1) dan

berbajuzirahkan keadilan (2)

15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai

sejahtera (3);

16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman (4), sebab

dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api

dari si jahat,

17 dan terimalah ketopong keselamatan (5) dan pedang Roh (6) ,

yaitu firman Allah

18 dalam segala doa dan permohonan (7). Berdoalah setiap waktu di

dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan

permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus

Senjata yang Pertama

”Berikatpinggangkan Kebenaran”

6:14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan

berbajuzirahkan keadilan

Ayat di atas menjelaskan bahwa sebelum kita

mengenakan senjata Allah, kita harus berdiri

tegap terlebih dahulu, artinya kita siap

sedia, siap bertempur. Setelah itu baru kita

pergunakan senjata Allah yang pertama

“berikatpinggangkan kebenaran”.

Kita tahu fungsi ikat pinggang adalah untuk

mengikat celana agar tidak melorot sehingga

kita tidak terlihat telanjang. Dan yang

diikatkan adalah kebenaran yaitu firman Allah,

seperti yang tertulis di Yohanes 17:17,

“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah

kebenaran (Aletheia)”.

Baik yang di Efesus 6: 14 maupun di Yohanes

17:17, kedua-duanya menggunakan kata Aletheia.

Kita tahu hubungan antara telanjang dan dosa,

seperti tertulis di Kejadian 3:7, “Maka terbukalah

mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu

mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Ketika

Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka me-

nyadari bahwa mereka telanjang.

Begitu juga di Wahyu 3:17, “Karena engkau berkata:

Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak

kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau

melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” Selanjutnya

dikatakan di ayat 18, “maka Aku menasihatkan engkau,

supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan

dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih,

supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu

yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya

engkau dapat melihat.”

Pakaian di sini adalah perilaku kita, Yud

1:23b Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan

kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang

dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.

Hal ini berartinya bahwa kita harus memiliki

perilaku yang sesuai dengan standar kebenaran

Allah sehingga kita tidak berdosa dan

kelihatan telanjang.

Penulis sendiri pernah mengalami hal memalukan

yang tak terlupakan sampai saat ini.

Kejadiannya terjadi di awal tahun 2.000, pada

waktu itu penulis diberi kesempatan oleh

seorang dosen teologi untuk menyampaikan suatu

materi untuk mahasiswa pascasarjana di sebuah

sekolah teologi di Bandung. Penulis membawakan

materi tersebut dan barangkali karena bahasa

penulis kurang baik, kemudian di sesi tanya

jawab ada seorang mahasiswa yang bertanya,

“Pak, apakah Bapak membayar pajak dengan

benar, tidak?” Wah, penulis benar-benar malu

sekali karena pada waktu itu penulis belum

membayar pajak dengan baik, dan terus terang

penulis merasa seperti ditelanjangi sehingga

menjadi salah tingkah.

Kalau kita menjalankan kehidupan sesuai dengan

Firman, maka kita tidak mungkin mengalami

kejadian seperti itu. Tetapi selain hal itu,

ada hal yang lebih berbahaya lagi ketika kita

telanjang atau berdosa. Ketika kita merasa

dipermalukan maka hal itu bisa menjadi celah

bagi kita untuk melakukan dosa yang lebih

besar, kita menjadi sakit hati, kemudian

menjadi dendam dan benci. Kita bisa melakukan

pembalasan dengan menjelekkan orang itu,

memfitnah, memukul, menganiaya, bahkan sampai

membunuh. Sebenarnya ini adalah bahaya yang

jauh lebih besar, karena efeknya bisa semakin

melebar ketika kita berdosa. Dosa berbuahkan

dosa lain seperti yang terjadi pada Daud

ketika ia berzinah dengan Batsyeba. Oleh

karena itu kita harus menjaga tingkah laku dan

perbuatan kita agar tidak terjatuh dalam dosa

dengan hidup sesuai Firman dan itu adalah

senjata kita yang pertama.

Senjata yang Kedua

“Berbajuzirahkan Keadilan”

6:14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan

berbajuzirahkan keadilan,

Kita tahu bahwa baju zirah adalah alat untuk

melindungi dada, agar dada dan organ tubuh

yang vital tidak mudah diserang dan dilukai

musuh. Baju zirah terpasang di sebelah atas

tubuh, yaitu di bagian dada untuk melindungi

jantung dan hati. Jadi dikatakan “keadilan”

untuk menjaga jantung, yaitu kehidupan dan

hati, yaitu hati nurani kita. Perihal jantung

atau kehidupan dijelaskan di Ulangan 16:20,

“Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau

hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN,

Allahmu.”

Namun keadilan juga berkaitan dengan hati

kita, jika di hati kita ada Kristus maka

sebagai anak-anak terang kita dituntut untuk

melakukan keadilan. Efesus 5:8-9 mengatakan,

”Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu

adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak

terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan

kebenaran.”

Sebagai anak Tuhan, kita harus berusaha dengan

sungguh-sungguh untuk berlaku adil dalam

kehidupan kita seperti yang disampaikan juga

oleh Paulus di 1 Timotius 6:11, “Tetapi engkau hai

manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah,

kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.”

Kita tahu bahwa Raja Salomo ketika ia

selesai membangun Bait Allah, Tuhan menam-

pakkan diri dalam mimpi dan bertanya apa yang

ingin diminta Salomo. Kemudian Salomo

menyatakan permintaannya di ayat 1 Raja-raja

3:9, “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham

menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat

membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang

sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?”

Tuhan memenuhi permintaan Salomo dengan

memberikan hikmat, “maka sesungguhnya Aku melakukan

sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan

kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum

engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau

takkan bangkit seorangpun seperti engkau”.( 1Raj 3:12 ).

Itulah sebabnya raja Salomo terkenal karena

tindakannya yang adil.

1 Raja-raja 3:28 mengatakan, “Ketika seluruh orang

Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka

takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat

dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.”

Apakah hikmat hanya monopoli Raja Salomo

saja? Apakah kita selaku anak Tuhan, bisa

juga memohon hikmat Allah? Yakobus 1:5

menegaskan, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang

kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --

yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan

dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan

kepadanya.”

Tuhan juga memberikan hikmat yang sama kepada

setiap manusia; jadi hikmat ini bukan hanya

diberikan pada Salomo saja, tapi pada setiap

anak Tuhan kalau kita memintanya. Mengapa

meminta hikmat itu begitu penting? Karena

dengan memilikinya, kita bisa bertindak dengan

adil dan bertindak dengan adil adalah sangat

penting karena di 1 Korintus 6:9a dikatakan:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak

akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?”

Jadi ternyata jika kita berlaku tidak adil,

maka kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan

Sorga! Mengapa, jika kita baca ayat di atas

dengan lengkap, maka kita akan melihat bahwa

orang yang tidak adil masuk katagori yang sama

dengan para pencabul, penyembah berhala dan

lainnya, 9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang

tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?

Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah,

banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah

dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Sebab itu menjadi jelas bahwa melakukan

keadilan adalah sesuatu yang sangat penting,

karena itu kita harus berusaha dengan sungguh-

sungguh melakukannya dan meminta hikmat dari

Tuhan agar kita diberi pengertian.

Senjata yang Ketiga

“Kakimu Berkasutkan Kerelaan untuk

Memberitakan INJIL Damai Sejahtera”

Ef 6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai

sejahtera;

Setiap langkah hidup kita difokuskan untuk

pemberitaan Injil. Sebenarnya pemberitaan In-

jil memiliki 2 dimensi, kita bisa menginjili,

atau bisa juga kita menjadi terang dan garam.

Tapi di sini ditambahkan bahwa kita harus

mendasarkannya atau berkasutkan kerelaan.

Kerelaan bisa dalam bentuk menyediakan waktu,

memberikan tenaga kita, dana kita, mungkin

termasuk kerelaan melepaskan kesenangan kita.

Hal yang berkaitan dengan kebiasaan, atau

kesenangan, dibahas antara lain di 1 Korintus

8:13, “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan

bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan

daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi

saudaraku.”

Konteks perikop di atas berkaitan dengan

makanan yang dipersembahkan pada berhala.

Paulus mengatakan berhala itu pada dasarnya

tidak ada, sehingga makanan yang diper-

sembahkan pada berhala pun pada dasarnya halal

untuk dimakan. Namun jika ia menyantap makanan

yang dipersembahkan pada berhala dan menjadi

batu sandungan, ia lebih baik untuk selama-

lamanya tidak akan manyantap makanan seperti

itu.

Masyarakat kita yang hidup di Timur,

khususnya yang mayoritas penduduknya muslim,

biasanya memberikan pandangan yang negatif

atau paling tidak kurang positif kepada orang

yang minum bir atau minum wine. Berbeda jika

di negara Barat, orang minum bir, tidak

masalah, mereka meminumnya setiap hari, bir

sudah menjadi seperti air putih. Orang Barat

terbiasa minum wine baik siang atau malam hari

dan dianggap normal saja. Minum bir atau wine

tidak dilarang di ajaran Kristen, selama minum

dengan sewajarnya dan tidak menjadi mabuk.

Minum wine juga diperbolehkan untuk kesehatan,

bahkan sebenarnya perjamuan kudus pada awalnya

menggunakan air anggur dan roti. Tapi tetap,

jika kita minum wine atau bir dan itu menjadi

batu sandungan, kita mungkin lebih baik tidak

meminumnya; itulah kira-kira pemaknaan dari

kerelaan itu. Demi pemberitaan Injil, kita

rela melepaskan kesenangan kita.

Senjata yang Keempat

“Perisai Iman”

Ef 6:16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab

dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api

dari si jahat

Perisai adalah alat pelindung atau tameng

untuk melawan dan memadamkan panah api dari si

jahat. Perisai kita adalah iman, yang berarti

kita percaya akan semua rencana Tuhan atas

hidup kita bahwa rencana-Nya adalah yang

terbaik bagi kita. Bahwa Tuhan punya rencana

yang terbaik bagi kehidupan kita disampaikan

sangat banyak di ayat-ayat di Alkitab. Penulis

hanya mengambil beberapa saja dari antaranya,

misalnya dari Mazmur 37:23, “TUHAN menetapkan

langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.”

Atau dari Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui

rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,

demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan

bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari

depan yang penuh harapan.”

Roma 8:28 mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah

turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan

bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil

sesuai dengan rencana Allah.”

Jadi ketika kita dalam masa sulit dan Iblis

menyerang kita, kita tetap dapat bertahan

karena kita percaya bahwa rencana Tuhan

pastilah yang terbaik bagi kita. Namun

demikian kita harus ingat bahwa sebagai anak

Tuhan, kita tidak dijanjikan bahwa hidup kita

ini mulus, baik, tidak akan ada gangguan,

bahkan mungkin sebaliknya, karena di Matius

16:24 dikatakan, “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-

Nya: „Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal

dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.‟”

Juga di 2 Timotius 3:12, “Memang setiap orang yang

mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita

aniaya.”

Dan di Matius 24:9, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan

supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua

bangsa oleh karena nama-Ku.”

Jadi tidak pasti hidup kita akan berjalan

mulus, namun kita memiliki keyakinan seperti

disampaikan antara lain 1 Korintus 10:13,

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-

pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah

setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai

melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan

memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat

menanggungnya.”

Dan juga Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung

di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Ketika kita dalam pencobaan, sakit penyakit,

kemiskinan, kelaparan, aniaya dan Iblis

mencoba mengguncang iman kita dengan panah-

panah apinya, maka iman kita akan mampu

memadamkan panah-panah itu karena kita

memiliki keyakinan bahwa rencana Allah adalah

yang terbaik dan Ia akan memberikan jalan

keluar.

Kalau kita perhatikan, perisai berbeda dengan

baju zirah, kalau baju zirah menempel di tubuh

dan tidak bisa digerakkan, perisai bisa

digerakkan bisa dilatih untuk menahan serangan

musuh. Oleh karena itu iman kita juga perlu

dilatih agar bertumbuh. Kita bisa mulai,

misalnya dengan melakukan persepuluhan dan

kita akan melihat apakah janji-Nya yang

tertulis di Maleakhi terwujud atau tidak dalam

hidup kita, Mal 3:10 Bawalah seluruh persembahan

persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada

persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN

semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-

tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai

berkelimpahan.

Kalau Anda ingin lebih jelas, Anda bisa

membaca buku, ”Bertobat dan Menjadi seperti

Anak Kecil” dan “Yesus versus Mamon”.

Iman kita perlu dilatih, itu sebabnya di 1

Timotius 6:12, dikatakan: “Bertandinglah dalam

pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal.

Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar

yang benar di depan banyak saksi.”

Ayat ini sebenarnya bercerita tentang per-

tandingan iman, apa maksudnya? Cobalah Anda

melatih iman Anda, jadilah pelaku Firman,

praktikkan prinsip-prinsip Alkitab, coba kita

lakukan, supaya kita tahu, karena dengan

banyak berlatih kita menjadi lebih siap ketika

terjadi suatu pertempuran yang lebih dahsyat.

Yakobus 2:17 mengatakan, “Demikian juga halnya dengan

iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada

hakekatnya adalah mati.” Jika tidak ada tindakan

sebagai wujud iman kita, maka pada hakekatnya

iman kita mati.

Senjata yang Kelima

“Ketopong Keselamatan”

Ef 6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu

firman Allah.

Ketopong adalah alat pelindung kepala dan

kepala merupakan salah satu bagian tubuh yang

sangat penting karena di kepala terdapat otak

dan panca indera: ada telinga, mata, hidung,

dan mulut. Yang dimaksudkan dengan ketopong

keselamatan adalah pemahaman kita yang benar

tentang keselamatan. Kalau kita memiliki

pemahaman yang benar tentang keselamatan, maka

pemahaman ini akan menjadi pelindung pola

pikir kita, bahkan pola hidup kita.

Pertumbuhan iman seseorang sangat dipengaruhi

oleh pemahamannya tentang keselamatan.

Keselamatan disini antara lain berkaitan

dengan anugerah keselamatan dan nilai kese-

lamatan; Anda dipersilakan untuk membaca buku

berjudul, “Nilai Keselamatan” dan “Buah Roh”.

Kalau kita memiliki pengertian yang benar

tentang anugerah keselamatan dan nilai kese-

lamatan, maka kita akan lebih teguh

mempertahankan iman. Yang kedua, kita akan

lebih mampu menyucikan pikiran dan panca

indera kita, apa yang kita pikirkan, apa yang

kita lihat, apa yang tak mau kita lihat, apa

yang ingin kita dengar, dan apa yang ingin

kita rasakan, bisa menjadi lebih murni.

Roma 8:29 mengatakan, “Sebab semua orang yang dipilih-

Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk

menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya

itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai anak-anak

Allah, kita ditentukan untuk memiliki sifat

dan karakter Kristus. Untuk bisa memiliki

karakter Kristus, kita harus memiliki ketopong

keselamatan, pemahaman yang benar tentang

keselamatan. Karena itu Efesus 4:1 mengatakan,

“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan

karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah

dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” Filipi 1:27

juga mengatakan, “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan

dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan

apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri

dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul

dari Berita Injil.”

Kita bukan hanya menjadi anak Allah di mana

Yesus menjadi yang sulung, tapi kita juga

menjadi serupa dengan Kristus. Dasar untuk

melakukan itu adalah dengan kita memiliki

pemahaman yang benar tentang keselamatan.

Senjata yang Keenam –

“Pedang ROH, yaitu Firman ALLAH”

Ef 6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu

firman Allah

Kita tahu fungsi pedang adalah untuk menangkis

serangan musuh dan untuk menyerang musuh. Di

sini dikatakan bahwa pedang kita adalah firman

Allah. Artinya apa? Kalau kita memiliki

pemahaman atau menguasai Firman, maka banyak

serangan si Jahat berupa ajaran sesat, bisa

kita tolak, “O, ajaran ini salah.” Bahkan

mungkin kita bisa menyerang ajaran sesat.

Ajaran yang dianggap “benar” saja, bisa kita

serang dan jelaskan kesalahannya. Hanya, sama

seperti perisai, pedang juga perlu diasah dan

dilatih, kita perlu mempelajari dan mendalami

firman Allah.

Di Alkitab sebenarnya ada contoh yang amat

jelas mengenai hal ini, yaitu ketika Tuhan

Yesus dicobai oleh Iblis. Tuhan Yesus tidak

dianiaya, tidak dipenjara. Kepada-Nya hanya

diberikan ayat-ayat yang telah dimanipulasi,

yang tidak sesuai dengan firman Allah. Jadi

kita harus tahu di sini, Iblis tidak mungkin

mencobai Tuhan Yesus dengan pencobaan yang

“ecek-ecek”. Ia pasti akan memakai pencobaan

yang paling ampuh dan ternyata pencobaan

tersebut bukan berupa aniaya atau penjara,

tapi tipu muslihat dengan menggunakan ajaran

yang kelihatannya benar dan Tuhan Yesus

mengalahkan Iblis dengan pedang Roh. Ketika

Iblis si pencoba itu berkata, “Jika Engkau Anak

Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tuhan

Yesus menolak melakukannya dan mengatakan, “Ada

tertulis, manusia tidak hidup dari roti saja, melainkan dari setiap

firman yang keluar dari mulut Allah.” Begitu juga dengan

ajakan dan rayuan Iblis yang lainnya, selalu

ditolak karena Tuhan Yesus memahami sepenuhnya

akan firman Tuhan. Artinya apa? Pencobaan

yang paling berat yaitu berupa ajaran sesat

hanya dapat dikalahkan jika kita memahami

firman Allah. Pemahaman Firman Allah merupakan

senjata yang paling berkuasa untuk menolak

tipu muslihat Si Jahat.

Matius 4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk

dicobai Iblis.

4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam,

akhirnya laparlah Yesus.

4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika

Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi

roti."

4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari

roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

4:5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan

Dia di bubungan Bait Allah,

4:6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah

diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan

memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang

Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada

batu."

4:7 Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau

mencobai Tuhan, Allahmu!"

4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi

dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan

kemegahannya,

4:9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu,

jika Engkau sujud menyembah aku."

4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada

tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya

kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

4:11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat

datang melayani Yesus.

Demikian juga di zaman akhir, umat yang

bertahan bukanlah umat yang aktif atau

memiliki jabatan gerejawi tinggi atau yang

tahan menderita, tapi yang mengenal Firman,

Daniel 11:32, “Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap

Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin;

tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan

bertindak.”

Dalam Wahyu 13:11 dikatakan bahwa pada akhir

zaman akan muncul nabi palsu, “Dan aku melihat seekor

binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama

seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.”

Penampilan nabi palsu seperti anak domba,

terlihat begitu lembut namun berbicara seperti

seekor naga, apa yang disampaikan adalah

dusta, sehingga jika kita tidak mengerti

Firman, yaitu pedang Roh, maka kita akan mudah

tersesat.

Itu sebabnya dalam 2 Petrus 1:5 dikatakan,

“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha

untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada

kebajikan pengetahuan.”

Kita sebagai anak Tuhan tidak cukup sekadar

datang beribadah, memuji Tuhan dan memberi

persembahan tapi kita harus menambahkan

pengertian pada iman kita, kita harus

mempelajari firman Allah dengan benar supaya

ketika ada panah-panah api dari si Jahat, kita

bisa menangkisnya, dan bahkan bisa kita serang

balik dan akhirnya kita bisa menang.

Senjata yang Ketujuh –

“Doa”

Ef 6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu

di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan

permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus

setiap saat berdoa di dalam Roh. Berdoa dalam

Roh (huruf besar) bukanlah berdoa dalam bahasa

roh (huruf kecil), melainkan berdoa dengan

pimpinan Roh (huruf besar). LAI maupun KJV

membedakan antara Roh Allah dengan roh

manusia, Roh Allah menggunakan huruf besar,

sedangkan roh manusia menggunakan huruf kecil.

Bahasa roh adalah bahasa roh kita/manusia

seperti dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam :

1Kor 14:14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka

rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.

Kembali kepada Efesus 6:18 di atas, maka jelas

bahwa berdoa disini adalah berdoa dengan

pimpinan Roh Kudus seperti yang tertulis dalam

Roma 8:26,

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab

kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh

sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang

tidak terucapkan.”

Jadi ada 2 hal yang perlu kita lakukan. Yang

pertama ialah berdoa dan yang kedua ialah kita

harus saling mendoakan. Namun ditekankan bahwa

kita harus berdoa dengan pimpinan Roh setiap

waktu artinya tentu bukan hanya sekedar satu

minggu satu kali ketika beribadah di gereja,

tapi setiap waktu yaitu setiap kita bisa

berdoa, kita harus berdoa. Karena itu setiap

hari kita harus memiliki waktu yang khusus

untuk berdoa kepada Tuhan dan tetap berdoa

setiap kali kita berkesempatan.

Penulis secara rutin berdoa tiga kali sehari,

yaitu pagi hari sebelum beraktifitas, berdoa

bersama istri, kemudian malam hari ketika

beribadah keluarga dan di tengah malam, namun

ayat di atas mengingatkan penulis untuk perlu

meningkatkan doa penulis yaitu dengan doa-doa

di setiap kesempatan yang memungkinkan.

Kesimpulan

Agar kita tetap teguh sebagai umat pemenang

maka kita harus siap dan menggunakan seluruh

perlengkapan senjata Allah . Yang pertama,

berikatpinggangkan kebenaran, artinya kita

harus hidup sesuai dengan Firman agar tidak

telanjang. Dalam keseharian hidup kita, kita

harus berbajuzirahkan keadilan, kita harus

bertindak adil dan untuk bisa melakukan hal

itu maka kita perlu meminta hikmat Tuhan. Yang

ketiga, kakimu berkasutkan kerelaan untuk

memberitakan Injil damai sejahtera. Hidup

kita harus fokus pada penginjilan, dengan

menjadi terang dan garam serta rela untuk

berkorban. Yang keempat, menggunakan iman,

yaitu janji-janji Tuhan sebagai perisai untuk

melawan panah api dari si Jahat. Kelima,

memiliki pemahaman yang benar tentang anugerah

dan nilai keselamatan serta hidup serupa

Kristus. Keenam, pedang Roh, yaitu firman

Allah, dimana kita harus mempelajari dan

mendalami Firman agar kita bisa menahan bahkan

menyerang ajaran sesat dari Iblis. Kemudian

yang ketujuh, setiap saat kita harus berdoa

dan saling mendoakan dengan tekun dibawah

pimpinan Roh Kudus.

Ikut Tuhan Yesus adalah pilihan sesaat,

namun untuk tetap setia mengikuti Tuhan sampai

akhir hidup kita adalah perjuangan seumur

hidup. Itu sebabnya Rasul Paulus memberi

nasehat pada Jemaat di Filipi agar mereka

tetap mengerjakan keselamatannya dengan takut

dan gentar.

Flp 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa

taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan

gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula

sekarang waktu aku tidak hadir,

Mengapa harus tetap mengerjakan keselamatan

kita ? Karena banyak hal yang harus kita

kerjakan agar kita dapat tetap setia dan tidak

tertipu Iblis. Mengapa harus dengan takut,

karena mungkin saja kita gagal dan jika kita

gagal, kita murtad, kita tertipu Iblis, maka

kita akan kehilangan keselamatan kita. Karena

itu jika kita mengerti seberapa berat

pekerjaan yang harus kita lakukan, maka

pastilah kita akan gentar.

Mat 22:14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.