Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah...
Transcript of Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah...
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ i
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ ii
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018 “MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Rektorat Lantai IV UMK, 25 APRIL 2018
DISELENGGARAKAN OLEH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UNIVERSITAS MURIA KUDUS
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iv
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018
“MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Susunan Panitia:
Pelindung : Rektor Universitas Muria Kudus
Penasihat : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penanggung jawab : Mila Roysa, M.Pd.
Ketua : Ristiyani, M.Pd
Sekretaris : Eko Widianto, M. Pd.
Bendahara : Muhammad Noor Ahsin, M. Pd.
Seksi Acara : Drs. Moh Kanzunnudin, M. Pd.
Seksi Perlengkapan : Irfai Fathurrahman, M. Pd.
Reviewer:
Drs. Moh. Kanzunnudin, M. Pd.
Editor:
Ristiyani, S.Pd., M.Pd.
Eko Widianto, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover:
Eko Widianto
Desain Layout :
Muhammad Noor Ahsin
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
ISBN 978-602-1180-71-6
Alamat: Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus 59342
Telp. 0291 438229 Fax. 0291437198
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya
Seminar Mayarakat Ilmiah (SEMAI) tahun 2018 oleh program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Muria Kudus dalam tajuk “Mengungkap
Kebenaran melalui Linguistik Forensik”, dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini
dapat diterbitkan.
Melihat situasi mutakhir saat ini, perkembangan kajian ilmu bahasa
menunjukkan kemajuan sangat signifikan. Ilmu bahasa saat ini tidak sebatas hanya
mengkaji ilmu bahasa itu sendiri, melainkan sudah memiliki peran besar dalam
menyelesaikan problematika sosial. Salah satunya adalah kajian bahasa dalam bidang
linguistik forensik. Hal tersebut perlu disambut untuk dirayakan dengan melakukan
pertemuan ilmiah seperti SEMAI 2018 ini.
Tema “Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” tersebut dipilih
dengan alasan untuk memberikan perhatian masyarakat ilmiah tentang pentingnya
mengetahui peran linguistik forensik dalam pembuktian kebenaran hukum di
Indonesia. Mengingat, saat ini antara benar dan salah sangat tipis perbedaannya. Hal
lain yang mendasari SEMAI 2018 ini adalah perlunya wadah untuk masyarakat ilmiah
mendesiminasikan dan mempublikasikan penelitian secara luas, guna dapat diakses
oleh masyarakat yang membutuhkan, maka SEMAI 2018 ini layak untuk dilaksanakan.
Selain sebagai tempat mempresentasikan penelitiannya, juga sebagai tempat bertukar
informasi dan mengembangkan kerja sama.
SEMAI 2018 ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari
seluruh Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian seperti bidang bahasa,
bidang sastra, bidang hukum, bidang pembelajaran bahasa, sastra, dan inovasinya,
bidang sosial, bidang politik, dan bidang kearifan lokal dalam rangka memberikan
pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi
perkembangan global.
Akhir kata, semoga SEMAI tahun depan akan terlaksana dengan baik dan akan
selalu memiliki peran positif terhadap perkembangan kajian ilmu bahasa dan sastra di
Indonesia.
Kudus, April 2018.
Tim Editor
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vi
DAFTAR ISI
HAL HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi
PEMATERI UTAMA
1 Prof. Bambang Kaswanti Purwo
LINGUISTIK FORENSIK 1
2 Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum.
MENGENAL LINGUISTIK FORENSIK: LENTERA DALAM DUNIA HUKUM KITA
3
PEMAKALAH PENDAMPING NO NAMA JUDUL ARTIKEL
1 Anandha PATMI: WOMEN STRUGGLE ON HEGEMONY VORTEX
19
2 Agnes Adhani dan Yovina Putri Pamungkas
KEKERASAN VERBAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL
24
3 Basuki Sarwo Edi ELEGANSI SIKAP TOKOH DALAM NOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF
32
4 Edy Prihantoro dan Tri Wahyu Retno Ningsih
DIGITAL FORENSIK DALAM SIARAN VARIETY- SHOW DI TELEVISI
44
5 Eko Widianto
MARGINALISASI POSISI SETYA NOVANTO DALAM KASUS PENCATUTAN NAMA PRESIDEN DI KOMPAS TV: ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF FOUCAULT
54
6 Fahrudin Eko Hardiyanto
BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA TENGAH
64
7 Fithriyah Inda Nur Abida
PROGRAM BIPA DALAM MENUNJANG INTERNASIONALISASI
71
8 Hestiyana KLASIFIKASI SATUAN LINGUAL LEKSIKON DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU DAYAK HALONG
75
9
I Putu Gede Sutrisna, I Ketut Alit Adianta, dan Nyoman Dharma Wisnawa
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (MPjBL)TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KINERJA ILMIAH MAHASISWA DALAM MATA AJAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN
81
10 Kadek Wirahyuni PERMAINAN “ULAR TANGGA” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
92
11 M. Noor Ahsin PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
97
12 Nia Royani GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU BUKA MATA BUKA TELINGA KARYA SHEILA ON 7
103
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vii
13 Ristiyani dan Savitri Wanabuliandari
PEMBELAJARAN BERBASIS HYPNOMATHEMATICS UNTUK GURU SEKOLAH DASAR
108
14 Tri Wahyu Retno Ningsih dan Debyo Saptono
PENGUJIAN LEGALITAS UJARAN MENGUNAKAN PENDEKATAN FONETIK AKUSTIK DAN LINGUISTIK FORENSIK
114
15 Wenny Wijayanti dan Natalia Desi Subekti
KESANTUNAN BERBAHASA PADA JUDUL BERITA KASUS KORUPSI DI MEDIA SOSIAL
127
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 54
MARGINALISASI POSISI SETYA NOVANTO
DALAM KASUS PENCATUTAN NAMA PRESIDEN DI KOMPAS TV:
ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF FOUCAULT
Eko Widianto, M.Pd.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus
Abstrak
Kasus pencatutan nama Presiden yang dilakukan oleh Setya Novanto menjadi
topik hangat dalam dunia jurnalistik. Ada kelompok jurnalis yang melakukan
pembelaan terhadap Setya Novanto, ada juga yang melakukan marginalisasi
posisi Setya Novanto pada setiap pemberitaannya. Hal ini sejalan dengan
perspektif Foucault dalam memandang wacana. Terdapat praktik kekuasaan
dalam kemunculan wacana terkait kasus yang menjerat Setya Novanto yang
kemudian berpengaruh besar pada opini publik dan ranah hukum. Penelitian
ini akan menganalisis berita lisan/televisi di Kompas TV yang melakukan
marginalisasi posisi Setya Novanto. Pendekatan analisis wacana kritis yang
digunakan adalah perspektif Foucault. Hasil temuan menunjukkan adanya
praktik kekuasaan oleh demonstran dan marginalisasi posisi Setya Novanto
pada berita yang dirilis oleh Kompas TV.
Kata Kunci: Analisis wacana kritis Foucault, marginalisasi, wacana
berita televisi.
I. PENDAHULUAN
Wacana menurut Lubis (2008:21)
adalah semua tulisan yang teratur, bersifat
logis, dan runtut sebagaimana mestinya
(sistematis). Wacana adalah kesatuan
dalam beberapa kalimat satu dengan
dipahami dan dihubungkan satu sama
lain. Artinya, satu kalimat harus
dihubungkan dengan kalimat lain untuk
menemukan pemahaman yang
menyeluruh. Dengan demikian, kalimat-
kalimat dalam wacana merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pandangan lain mengenai wacana
dikemukakan oleh Foucault. Wacana
menurut pandangan Foucault tidaklah
dipahami sebagai serangkaian kata atau
proposisi dalam teks, tetapi merupakan
sesuatu yang memproduksi yang lain
(gagasan, konsep, atau efek). Wacana
dapat dideteksi karena secara sistematis
suatu ide, opini, konsep, dan pandangan
hidup dibentuk dalam suatu konteks
tertentu, sehingga mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak tertentu. Dengan
demikian, dalam suatu wacana terdapat
gagasan atau ide yang dapat memengaruhi
seseorang (Eriyanto 2001).
Salah satu wujud wacana adalah
teks berita. Terdapat beberapa macam
berita, yaitu teks berita cetak (media
massa) dan teks berita lisan (audiovisual).
Teks berita lisan cenderung dinikmati
oleh masyarakat lebih luas. Teks berita
lisan ini dapat dijumpai hampir di setiap
stasiun televisi komersial. Teks berita
lisan ini memiliki peran strategis dalam
menyampaikan suatu informasi secara
publik. Akan tetapi, berita-berita yang
disampaikan dalam setiap stasiun televisi
memiliki perspektif yang berbeda.
Bahkan, setiap teks berita di setiap stasiun
televisi menunjukkan dominasi
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 55
keberpihakan terhadap suatu topik yang
diangkat.
Persoalan tersebut sering terjadi di
dunia jurnalistik, baik pada surat kabar
media cetak, maupun media elektronik.
Beberapa kelompok jurnalis tidak lagi
memegang teguh nilai independensi.
Mereka justru tampak menjadi satu agen
yang sarat membawa kepentingan-
kepentingan politik dalam setiap berita
yang dirilis. Keberpihakan itu muncul
untuk menyampaikan gagasan kelompok
yang berada di belakang kelompok
jurnalis tersebut. Hal ini sering
menimbulkan praktik dominasi kekuasaan
dan marginalisasi seperti konsep yang
disampaikan oleh Foucault dalam konteks
analisis wacana kritis (Foucault 2011).
Keadaan tersebut tidak sejalan
dengan pendapat Mulyana (2008).
Mulyana berpendapat, secara lebih khusus
pers seyogyanya lebih berempati kepada
pihak-pihak yang dirugikan dan
menderita. Untuk mencapai tugas mulia
tersebut, jurnalisme harus memegang
kebenaran. Kebenaran ini diabdikan untuk
kepentingan warga. Pers seharusnya
memiliki independensi dalam
mengungkapkan suatu kasus. Pers harus
seimbang dalam memandang suatu berita.
Dengan demikian, tidak ada pihak yang
termarginalkan dalam pemberitaan suatu
kasus.
Persoalan ini terjadi dalam
pemberitaan yang banyak memenuhi
stasiun televisi Indonesia. Pada berita
yang dirilis oleh Kompas TV dengan
judul “Demonstran Tuntut Novanto dan
Riza Chalid Ditangkap”. Berita ini dirilis
pada tanggal 15 Desember 2015. Terjadi
kasus marginalisasi terhadap satu pihak
dalam berita ini. Pers tidak
mengungkapkan perspektif dari sisi Setya
Novanto dan Riza Chalid dalam kasus ini.
Kasus ini menjadi menarik diteliti
menggunakan pandangan Foucault
terhadap suatu wacana. Sebab, terjadi
praktik kekuasaan antara massa sebagai
penuntut, dan Novanto sebagai tertuntut.
Dalam hal ini, terjadi marginalisasi posisi
Novanto dalam pemberitaan.
Peneliti merumuskan beberapa
masalah yang dibahas dalam penelitian
ini. Rumusan masalah tersebut antara lain
1) Bagaimana Seleksi Topik dalam
Wacana Berita di Kompas TV?; 2)
Bagaimana Pendalaman Data dalam
Wacana Berita di Kompas TV?; 3)
Bagaimana Identifikasi Tema dalam
Wacana Berita di Kompas TV?; 4)
Bagaimana Penemuan Unsur-unsur yang
Absen/Terselubung dalam Wacana Berita
di Kompas TV?; 5) Bagaimana Relasi
Makna Antarunsur Waacana dalam
Wacana Berita di Kompas TV?; dan 6)
Bagaimana Kontekstualisasi Unsur
Wacana dalam Wacana Berita di Kompas
TV?
Secara eksplisit, penelitian ini
akan mendeskripsikan wujud praktik
kekuasaan yang memproduksi dominasi
dan hegemoni dalam suatu wacana berita
elektronik. Selain itu, penelitian ini juga
akan membuktikan terjadinya
marginalisasi posisi Setya Novanto pada
pemberitaan kasus pencatutan nama
Presiden di Kompas TV. Untuk
mengungkapkan hal-hal tersebut,
digunakan pendekatan Foucault dalam
menganalisis wacana yang dihadapi.
II. KAJIAN PUSTAKA
Analisis wacana kritis menjadi
suatu penelitian yang banyak diminati
oleh para peneliti bahasa. Oleh sebab itu,
banyak penelitian analisis wacana kritis
yang bermunculan. Beberapa penelitian
tersebut akan dijadikan sebagai kajian
pustaka dalam peneltian ini. Penelitian-
penelitian tersebut antara lain peneltian
Jupriono dkk. (2009), Jupriono dkk.
(2013), Surjowati (2013), Fransori (2015),
dan Zifana (2015).
Jupriono dkk. (2009) meneliti
tentang “Makna Terselubung Pidato
Kenegaraan Presiden Susilo Bambang
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 56
Yudhoyono: Analisis Wacana Kritis”.
Penelitian ini mengungkapkan aspek
semantis teks-teks yang disampaikan oleh
SBY dalam pidatonya selama menjadi
presidan pada kurun waktu 2004 s.d.
2008. Jupriono dkk. menguunakan
pendekatan analisis wacana kritis van
Dijk. Hasil penelitian ini mengungkapkan
adanya lima macam makna terselubung di
balik makna tekstual setiap pidato
kenegaraan SBY kurun waktu 2004 s.d.
2008, yaitu 1) menjawab tuntutan publik;
2) menggalang dukungan dari banyak
kalangan; 3) membangun optimisme
kepada rakyat; 4) mendongkrak citra diri
di mata publik; dan 5) meredam kritik
dari para lawan/pesaing politis.
Penelitian Jupriono dkk. memiliki
relevansi dengan penelitian ini. Kedua
penelitian ini merupakan kajian analisis
wacana kritis. Akan tetapi, terdapat
beberapa perbedaan antara peenlitian
Jupriono dkk. dengan penelitian ini.
Pertama, Jupriono dkk. menggunakan
pendekatan van Dijk, sedangkan
penelitian ini menggunakan pendekatan
yang dikembangkan oleh Foucault.
Kedua, subjek yang dikaji oleh Jupriono
dkk. adalah wacana pidato kenegaraan,
sedangkan penelitian ini mengkaji teks
berita dalam televisi.
Peneltian selanjutnya juga ditulis
oleh Jupriono dkk. (2013). Dalam
peneltiannya, Jupriono dkk. mengungkap
“Teks Berita Konflik Pekerja PT Freeport
Indonesia: Analisis Wacana Kritis
Foucault”. Peneltian Jupriono dkk. ini
menggunakan pendekatan Foucault. Hasil
peneltian ini mendeskripsikan adanya dua
kekuatan di dalam lingkaran PT Freeport.
Ada pihak yang dominan dan ada pihak
yang termarginalkan. Hal ini sejalan
dengan perspektif Foucault dalam
memandang suatu wacana.
Peneltian Jupriono dkk. (2013)
selaras dengan peneltian ini. Sebab, kedua
penelitian ini menggunakan perspektif
Foucault dalam kajian analisis wacana
kritis. Akan tetapi, terdapat perbedaan
pada kedua penelitian ini. Penelitian
Jupriono dkk. meneliti surat kabar/media
massa berbentuk koran. Sementara
penelitian ini meneliti teks berita dalam
televisi. Dengan demikian, subjek yang
dikaji dalam kedua penelitian ini tidak
sama.
Selanjutnya adalah penelitian yang
ditulis oleh Surjowati (2013). Surjowati
menulis penelitian berjudul “ Ideologi
Dalam Berita Politik Indonesia Oleh
Sydney Morning Herald”. Penelitian ini
merupakan kajian analisis wacana kritis
terhadap media massa Australia. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan pandangan Walcott.
Sementara analisis data dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan van Dijk.
Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa harian SMH membawa
kepentingan politik terhadap rakyat
Papua. SMH mempromosikan ideologinya
terhadap masyarakat Papua.
Penelitian Surjowati ini memiliki
kaitan dengan penelitian ini. Sebab, kedua
penelitian ini merupakan kajian analisis
wacana kritis. Akan tetapi, penelitian
Surjowati menggunakan pendekatan van
Dijk. Sementara penelitian ini
menggunakan pendekatan Foucault dalam
menganalisis wacana yang dikaji. Kedua
subjek penelitian juga berbeda. Surjowati
mengkaji wacana tulis, sedangkan
penelitian ini mengkaji wacana lisan.
Penelitian berikutnya ditulis oleh
Fransori (2015). Penelitian ini berjudul
“Analisis Waca Kritis Pada Penulisan
Jurnalistik Sastrawi dalam Kolom Opini
Majalah Mingguan Tempo”. Penelitian ini
merupakan kajian analisis wacana kritis
dengan pendekatan Fairclough. Subjek
yang diteliti adalah kolom jurnalistik
sastrawi pada media massa Kompas. Hasil
penelitian ini mendeskripsikan struktur
mikro dan makro teks.
Peneltian Fransori memiliki
relevansi dengan penelitian ini. Kedua
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 57
penelitian ini merupakan kajian analisis
waca kritis pada wacan berita.
Perbedaannya, Fransori meneliti
jurnalistik sastrawi, sedangkan penelitian
ini meneliti wacana berita lisan.
Pendekatan kedua penelitian ini juga
berbeda. Fransori menggunakan
pendekatan Fairclough dalam mengkaji
wacana. Sementara penelitian ini
menggunakan pendekatan Foucault dalam
mengkaji wacana. Dengan demikian,
kedua penelitian ini memiliki persamaan
dan perbedaan.
Penelitian terakhir dalam kajian
pustaka ini adalah penelitian yang ditulis
oleh Zifana (2015). Zifana menulis
penelitian berjudul “Bahasa dan Kuasa
dalam Sepak Bola Indonesia: Studi
Wacana Kritis Terhadap Pilihan Bahasa
Menteri Pemuda dan Olah Raga RI dalam
Wacana Pembekuan PSSI”. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kasus pembekuan
PSSI yang dilakukan Menpora.
Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan perspektif van Dijk.
Temuan penelitian ini menunjukkan
bahwa Nahrawi selaku Menpora
menggunakan kuasa dirinya dalam setiap
pilihan bahasa yang digunakan.
Penelitian Zifana selaras dengan
penelitian ini. Kedua penelitian ini
merupakan kajian analisis wacana kritis
pada wacana berita. Zifana meneliti
wacana berita pada media massa.
Sementara penelitian ini meneliti wacana
berita lisan dalam media elektronik atau
televisi. Akan tetapi, pendekatan yang
digunakan dalam kedua penelitian ini
berbeda. Zifana menggunakan pendekatan
van Dijk dalam menganalisis data
penelitian. Sementara penelitian ini
menggunakan pendekatan Foucault dalam
menganalisis data penelitian. Dengan
demikian, kedua penelitian ini memiliki
persamaan dan perbedaan.
Demikian kajian pustaka yang
digunakan dalam penelitian ini. Kajian-
kajian pustaka tersebut menjadi pijakan
penelitian. Selain itu, penelitian ini juga
menjadi kajian baru yang melengkapi
penelitian-penelitian sebelumnya. Sebab,
terdapat persamaan dan perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian-penelitian
serupa sebelumnya. Dengan demikian,
penelitian ini bersifat melengkapi kajian-
kajian yang telah ditemukan peneliti lain
sebelumnya.
III. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kajian analisis
wacana kritis. Pendekatan analisis wacana
kritis model Foucoult digunakan sebagai
pendekatan teoretis. Sementara itu,
pendekatan metodologis yang digunakan
adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Data dalam penelitian ini adalah
penggalan kalimat atau kutipan dalam
berita elektronik/TV. Sementara itu,
sumber data dalam penelitian ini adalah
berita yang berhubungan dengan kasus
Setya Novanto di TV.
IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bagian pembahasan ini akan
mendeskripsikan hasil temuan analisis
wacan kritis terhadap marginalisasi peran
Setya Novanto pada berita yang dirilis
oleh Kompas TV. Dalam pembahasan ini
didiskusikan enam tahapan analisis secara
sistematis berdasarkan pandangan
Foucault terhadap suatu wacana. Berikut
pembahasan keenam tahapan tersebut.
1. Seleksi Topik
Seleksi topik merupakan tahapan
memilih topik yang akan diahadapi.
Sebab, pada tahapan ini pembaca akan
dihadapkan beberapa topik. Topik utama
dalam bagian ini adalah “Demonstran
Tuntut Novanto dan Riza Chalid
Ditangkap”. Berita ini dirilis pada tanggal
15 Desember 2015. Judul berita tersebut
sudah menunjukkan adanya praktik
kekuasaan yang terjadi, yaitu dominasi
demonstran yang mewakili rakyat
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 58
terhadap posisi Setya Novanto dan Reza
Chalid. Hal ini semakin diperkuat dengan
bukti dalam deksripsi berita sebagai
berikut.
Pembaca berita : “Unjuk rasa
dilakukan di depan gedung
kejaksaan agung Jakarta
Selatan.”
Deskripsi : Gambar orang-
orang berunjuk rasa yang
membawa simbol Setya Novanto
didorong-dorong untuk masuk ke
dalam jeruji besi.
(Kompas TV, 15 Desember
2015).
Bagian ini sudah mulai
menunjukkan praktik dominasi eksistensi
para demonstran. Di sisi lain, berita di
Kompas TV ini tidak memberikan ruang
sedikitpun bagi Setya Novanto. Sebab,
dalam berita tersebut hanya
mengungkapkan emosi demonstran tanpa
mengonformasi keberadaan Setya
Novanto. Hal ini menunjukkan terjadinya
marginalisasi posisi Setya Novanto dalam
wacana berita.
2. Pendalaman Data
Setelah seleksi topik, langkah
selanjutnya adalah pendalaman data.
Langkah ini dilakukan dengan cara
memahami teks data berita “Demonstran
Tuntut Novanto dan Riza Chalid
Ditangkap” (tanggal 15 Desember 2015).
Langkah ini diikuti dengan melacak
informasi-informasi relevan sebelum dan
sesudahnya. Berikut tabel mengenai
berita-berita relevan lainnya.
Tabel 1 Sumber-sumber Berita untuk Pendalaman Data
No Judul Berita Media
1 Nama Presiden Dicatut? Kompas Petang (Kompas TV)
rilis 18 November 2015.
2 Uji Kehormatan MKD Kompas Petang (Kompas TV)
rilis 30 November 2015.
3 Netizen Tuntut Setya Novanto Mundur,
Jusuf Kalla-Itu Lebih Sportif!
Kompas Malam (Kompas TV)
rilis 11 Desember 2015.
4 Demonstran Tuntut Novanto dan Riza
Chalid Ditangkap
Kompas Pagi (Kompas TV)
rilis 15 Desember 2015.
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 59
Berdasarkan tabel di atas, dapat
diketahui bahwa berita mengenai kasus
pencatutan nama presiden didominasi
oleh sudut pandang penunut. Sementara
posisi tertuntut, yakni Setya Novanto
tidak diberitakan sama sekali. Hal ini
menunjukkan adanya praktik dominasi
kekuasaan terhadap Setya Novanto.
Dengan kata lain, jurnalis berusaha
melakukan marginalisasi posisi Setya
Novanto pada perbincangan publik.
Langkah ini merupakan salah satu
langkah penting dalam analisis data.
Sebab, langkah ini merupakan satu ciri
khas wacana dalam perspektif atau
pandangan Foucault (Alba-Juez 2009).
Dalam memahami teks, diperlukan
kehadiran teks-teks relevan yang lainnya.
Teks-teks tersebut memiliki keterkaitan
yang harus dirangkai untuk menyusun
pemahaman utuh atas sebuah wacana.
Prinsip intertekstualitas ini menjadi
penting untuk digunakan oleh pembaca
dalam memahami suatu wacana secara
kritis.
3. Identifikasi Tema
Langkah berikutnya adalah
identifikasi tema. Dalah tahap ini,
identifikasi tema setidaknya
mengkasilkan tema antara lain: 1)
kekuasaan itu produktif dan 2) kekuasaan
itu menyebar dengan mekanisme
diskriminasi. Berikut penjabaran dari
tema-tema tersebut.
1) Kekuasaan itu produktif
Sebagai seorang “demonstran”,
masyarakat berani berteriak lantang dan
cenderung menggunakan emosi dalam
mengungkapkan pendapat. Ini merupakan
salah satu wujud praktik kekuasaan sesuai
pandangan Foucault pada sebuah wacana.
Dengan kekuasaan ini, para “demonstran”
dapat mendesak aparat hukum untuk
menegakkan keadilan dengan seadil-
adilnya. Aparat penegak hukum tidak
memiliki banyak ruang untuk berkelit dari
tuntutan para demosntran yang disorot
secara dominan oleh pemberitaan. Hal ini
berimbas langsung pada posisi Setya
Novanto yang tidak memiliki ruang dalam
pemberitaan. Efek dari kondisi tersebut
memuat Setya Novanto semakin
tersisihkan dari perbincangan dan
tertindas oleh praktik kekuasaan para
demonstran.
2) Kekuasaan itu menyebar dengan
mekanisme diskriminasi
Selain tema kekuasaan mampu
meproduksi keadaan secara besar-besaran,
kekuasaan juga menyebar dengan
mekanisme diskriminasi. Kemunculan
berita tentang Setya Novanto yang harus
diadili terus dilancarkan oleh jurnalis
televisi, khususnya Kompas TV. Hal ini
menjadikan pemberitaan tersebut semakin
besar dan akrab di telinga masyarakat.
Opini publik terus digiring ke arah yang
diinginkan oleh para jurnalis pembuat
berita. Di sisi lain, televisi-televisi lainnya
juga memberitakan hal yang serupa.
Meskipun ada juga televisi yang
seimbang menyoroti keberadaan Setya
Novanto dalam kasus ini. Diskriminasi ini
menjadi mekanisme dalam menguatkan
kekuasaan opini bahwa Setya Novanto
telah melakukan kesalahan yang besar.
4. Penemuan Unsur-unsur yang
Absen/Terselubung
Setelah mengidentifikasi tema,
langkah berikutnya adalah menemukan
unsur-unsur yang absen/terselubung.
Melalui langkah ini, marginalisasi posisi
Setya Novanto akan semakin tampak.
Adapun unsur-unsur yang terselubung
dari berita “Demonstran Tuntut Novanto
dan Riza Chalid Ditangkap” (tanggal 15
Desember 2015) adalah 1) apa saja faktor
demonstran melakukan aksi unjuk rasa
dan teatrikal di depan kantor kejaksaan
agung Jakarta Selatan? dan 2) mengapa
berita hanya meliput unjuk rasa dan tidak
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 60
memberitakan sedikitpun pihak Setya
Novanto?
Dua unsur yang terselubung di
atas akan membawa satu kondisi
marginalisasi posisi Setya Novanto dalam
kasus pencatutan nama presiden ini.
Berita di Kompas TV banyak
mengungkapkan sisi penuntut atau
masyarakat. Sementara sisi Setya
Novanto dkk. diabaikan. Akhirnya, tidak
ada proses pembelaan dari tertuntut dalam
kasus ini. Dalam keadaan ini, jurnalis
tidak memainkan perannya terkait
penyuguhan wacana yang seimbang.
Jurnalis dalam Kompas TV ini cenderung
menggiring opini publik untuk
menghabisi keberadaan Setya Novanto
melaui praktik kekuasaan publik. Berikut
kutipan berita yang dibacakan oleh
pembaca berita.
Pembaca berita : “Unjuk rasa
dilakukan di depan gedung
kejaksaan agung Jakarta Selatan.”
Dalam aksinya, pengunjuk rasa
membawa kotak kerangkeng dan
melakukan aksi teatrikal
penangkapan Reza Chalid dan Setya
Novanto. Masa mendukung dan
menuntut tiga institusi, yakni KPK,
Kejaksaan Agung, dan POLRI
untuk menuntaskan kasus “Papa
Minta Saham” terkait perpanjangan
kontrak karya PT Freeport yang
melibatkan Setya Novanto dan
penguasaha tambang Reza Chalid.
Selain itu mereka menuntut
pembubaran Mahkama Kehormatan
Dewan atau MKD dan meminta
Setya Novanto mundur sebagai
Ketua DPR. Dalam aksinya, massa
mengusung kurungan penjara untuk
Setya Novanto dan Reza Chalid
kepada Jaksa Agung.
Deskripsi : Gambar orang-orang
berunjuk rasa yang membawa
simbol Setya Novanto didorong-
dorong untuk masuk ke dalam jeruji
besi.
(Kompas TV, 15 Desember 2015).
5. Relasi Makna Antarunsur Wacana
Penemuan unsur terselubung pada
bagian sebelumnya semakin memperkuat
kondisi marginalisasi posisi Setya
Novanto dan praktik kekuasaan
masyarakat pada kasus perpanjangan PT
Freeport. Unsur-unsur terselubung
tersebut memiliki hubungan relasional
yang kuat. Faktor yang menyebabkan
masyarakat melakukan unjur rasa secara
teatrikal selaras dengan hilangnya posisi
Setya Novanto pada pemberitaan. Hal ini
menyebabkan masyarakat, dalam hal ini
demonstran yang diberitakan Kompas TV
semakin berkuasa dalam praktik
kekuasaan. Praktik kekuasaan ini
dibangun secara diskriminatif, sehingga
memproduksi opini yang kuat dalam
menyudutkan posisi Setya Novanto dalam
pemberitaan. Demonstran juga secara
sporadis menyampaikan beberapa
tuntutan dalam demonstrasinya.
Kondisi tersebut sejalan dengan
pendapat Foucault (2011) yang
mengungkapkan bahwa kekuasaan
berawal dari praktik diskriminasi.
Kekuasaan lebih dipraktikkan daripada
dimiliki. Praktik kekuasaan dijalankan
dari tataran mikro menuju makro, dari
yang terkecil menuju yang terbesar.
Kekuasaan tidak lagi berkaitan dengan
hal-hal negatif berupa penindasan dan
penyensoran. Akan tetapi, kekuasaan juga
produktif dalam menghasilkan individu-
individu yang terhegomoni oleh sistem.
Praktik kekuasaan mampu menimbulkan
keadaan yang dominan dalam kondisi-
kondisi tertentu.
6. Kontekstualisasi Unsur Wacana
Analisis terakhir dalam
pendekatan Foucault terhadap wacana
adalah kontekstualisasi unsur wacana.
Pada bagian-bagian sebelumnya,
ditemukan adanya praktik kekuasaan dan
marginalisasi peran Setya Novanto pada
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 61
berita “Demonstran Tuntut Novanto dan
Riza Chalid Ditangkap” (tanggal 15
Desember 2015). Selanjutnya, pada
bagian ini akan dinarasikan berita tersebut
untuk menunjukkan kontekstualisasi
unsur wacana (Alba-Juez 2009).
Judul Berita : “Demonstran
Tuntut Novanto dan Riza Chalid
Ditangkap”
Isi Berita : Unjuk rasa dilakukan
di depan gedung kejaksaan agung
Jakarta Selatan.
Dalam aksinya, pengunjuk
rasa membawa kotak kerangkeng
dan melakukan aksi teatrikal
penangkapan Reza Chalid dan
Setya Novanto. Masa mendukung
dan menuntut tiga institusi, yakni
KPK, Kejaksaan Agung, dan
POLRI untuk menuntaskan kasus
“Papa Minta Saham” terkait
perpanjangan kontrak karya PT
Freeport yang melibatkan Setya
Novanto dan penguasaha tambang
Reza Chalid.
Selain itu mereka menuntut
pembubaran Mahkama
Kehormatan Dewan atau MKD
dan meminta Setya Novanto
mundur sebagai Ketua DPR.
Dalam aksinya, massa mengusung
kurungan penjara untuk Setya
Novanto dan Reza Chalid kepada
Jaksa Agung.
Deskripsi : Gambar orang-orang
berunjuk rasa yang membawa
simbol Setya Novanto didorong-
dorong untuk masuk ke dalam
jeruji besi.
(Kompas TV, 15 Desember 2015).
Kontekstualisasi unsur wacana
tersebut mendeskripsikan suatu simpulan
bahwa dominasi massa, dalam hal ini
demonstran mampu menggiring opini
publik terkait kasus yang menjerat Setya
Novanto. Dengan dukungan pemberitaan
yang dominan, opini tersebut semakin
menguat dan menimbulkan diskriminasi
besar-besaran. Hal ini juga dapat
memproduksi dominasi untuk terus
menyudutkan keberadaan Setya Novanto
di muka hukum. Secara tidak langsung,
peran Setya Novanto menjadi
termarginalkan/tersisihkan. Dengan
demikian, pemberitaan ini mampu
menciptakan hegemoni dan memengarui
kondisi hukum dalam kasus tersebut.
V. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada
bagian sebelumnya, dapat ditarik sebuah
simpulan antara lain:
1) Seleksi topik sebagai tahap awal
dalam analisis wacana kritis
perspektif Foucault menunjukkan
bahwa topik utama berjudul
“Demonstran Tuntut Novanto dan
Riza Chalid Ditangkap” yang dirilis
pada tanggal 15 Desember 2015
merepresentasikan adanya praktik
kekuasaan. Hal ini ditunjukkan
dengan dominasi demonstran yang
dipaparkan secara besar-besaran oleh
Kompas TV. Sementara posisi Setya
Novanto tersisihkan dalam berita
tersebut.
2) Tahap kedua dalam analisis wacana
kritis perspektif Foucault adalah
pendalaman data. Pada bagian ini,
terdapat tiga berita relevan lainnya
yang muncul pada waktu tertentu.
Hal ini semakin menguatkan
terjadinya marginalisasi posisi Setya
Novanto pada pemberitaan yang
dilakukan oleh Kompas TV. Sebab,
Kompas TV tidak menyoroti sama
sekali sudut pandang Setya Novanto
dalam kasus ini.
3) Tahap ketiga adalah identifikasi
tema. Pada bagian ini, terdapat dua
tema dominan yaitu 1) kekuasaan itu
produktif dan 2) kekuasaan itu
menyebar dengan mekanisme
diskriminasi.
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 62
4) Tahap keempat adalah penemuan
unsur-unsur yang absen atau
terselubung. Ada dua unsur yang
absen dalam wacana berita berjudul
“Demonstran Tuntut Novanto dan
Riza Chalid Ditangkap” yang dirilis
pada tanggal 15 Desember 2015.
Unsur tersebut antara lain: (1) apa
saja faktor demonstran melakukan
aksi unjuk rasa dan teatrikal di depan
kantor kejaksaan agung Jakarta
Selatan? dan (2) mengapa berita
hanya meliput unjuk rasa dan tidak
memberitakan sedikitpun pihak Setya
Novanto? Kedua unsur yang absen
ini tidak diungkap dalam wacana ini
maupun wacana yang relevan
lainnya.
5) Tahap kelima adalah relasi makna
antar unsur. Pada bagian ini,
ditemukan adanya relasi antara dua
unsur yang hilang, yaitu absensi
faktor demonstran melakukan unjuk
rasa secara teatrikal dan absensi
klarifikasi dari pihak Setya Novanto.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan
diskriminasi dalam praktik
kekuasaan, sehingga memproduksi
hegemoni yang kuat pada opini
publik dan hukum.
6) Tahap terakhir adalah
kontekstualisasi unsur wacana.
Bagian ini menarasikan wujud
wacana secara menyeluruh untuk
mendapatkan pemahaman yang utuh.
Dengan demikian, dapat ditemukan
wujud marginalisasi posisi Setya
Novanto pada berita yang dirilis oleh
Kompas TV. Hal ini sangat
berpengaruh pada opini publik yang
secara tidak langsung telah
melakukan praktik kekuasaan melalui
sektor jurnalistik/pemberitaan.
Kajian dalam penelitian ini belum
sepenuhnya sempurna. Sebab, temuan dan
analisis dalam penelitian ini masih
terbatas. Oleh sebab itu, penelitian ini
dapat digunakan sebagai deskripsi awal
dalam melakukan penelitian-penelitian
serupa berikutnya. Dengan demikian,
kajian analisis wacana kritis perspektif
Foucault pada wacana berita semakin luas
dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Alba-Juez, L. 2009. Perspectives on
Discourse Analysis: Theory and
Practice. Cambridge: Cambridge
Scholars Publishing.
Brown, Gillian dan George Yule. 1996.
Analisis Wacana: Discourse
Analysis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media.
Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara.
Eriyanto. 2005. “Wacana: Pers pektif
Foucault”, (65—84) dl. Analisis
Wacana: Pengantar Analisis Teks
Media. Yogyakarta: LKIS.
Foucault, M. 2011. “The History of
Sexuality”.
http://socialmasterpice.blogspot.c
om (Akses 2 Desember 2016).
Fransori, Arinah. 2015. Analisis Wacana
Kritis Pada Penulisan Jurnalistik
Sastrawi dalam Kolom Opini
Majalah Mingguan Tempo. Jurnal
Setali. 4-5 Juli 2015. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Haryatmoko. 2012. “Michel Foucault dan
Politik Kekuasaan: Membongkar
Teknik, Mekanisme, dan Strategi
Kekuasaan”. Materi Pelatihan
Analsisis Wacana Michel
Foucault. UK2JT, FIB Unair, 1
Maret 2012.
Jupriono, D dkk.. 2009. Makna
Terselubung Pidato Kenegaraan
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono: Analisis Wacana
Kritis. Jurnal Parafrase. Volume
09 No. 02 September 2009.
Jupriono, D dkk.. 2013. Teks Berita
Konflik Pekerja PT Freeport
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 63
Indonesia: Analisis Wacana Kritis
Foucault. Jurnal Parafrase.
Volume 13 No. 01 September
2013.
Kelly, M. 2010. “Michel Foucault”.
Internet Encyclopedia of
Philosophy.
www.iep.utm.edu/foucault/ (Akses
2 Januari 2016).
Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis
Wacana Pragmatik. Bandung:
Angkasa.
Mulyana, D. 2008. Komunik asi Massa:
Kontroversi, Teori, Aplik asi .
Bandung: Widya Padjadjaran.
Nunan, David. 1993. Introducing
Discourse Analysis. London:
Penguin Books.
Purnomo, Mulyadi Eko. 2003. Analisis
Wacana Kritis dan Penerapannya.
Palembang: Unsri Press.
Surjowati, Ribut. 2013. Ideologi dalam
Berita Politik Oleh Sydney
Morning Herald. Jurnal Parafrase.
Volume 13 No. 02 September
2013.
Zifana, Mahardhika. 2015. Bahasa dan
Kuasa dalam Sepakbola: Studi
Wacana Kritis Terhadap Pilihan
Bahasa Menteri Pemuda dan Olah
Raga RI dalam Wacana
Pembekuan PSSI. Jurnal Setali. 4-
5 Juli 2015. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wodak, Ruth. dan Meyer, M. 2009.
“Critical Discourse Analysis:
History, Agenda, Theory, and
Methodology,” dalam Wodak,
Ruth. dan Meyer, M. (ed.).
Methods of Critical Discourse
Analysis. London, New Delhi,
Thousand Oaks, dan Singapore:
Sage Publications.