USHUL FIQH

3
SYAR’U MAN QABLANA A.Pengertian Syar’u Man Qablana Yang dimaksud dengan syar’u man qablana ialah syari’at atau ajaran-ajaran nabi-nabi sebelum islam yang berhubungan dengan hukum,seperti syari’at Nabi Ibrahim,Nabi Musa,Nabi Isa,as.Pertanyaannya adalah,apakah syari’at-syari’at yang diturunkan kepada mereka itu berlaku pula bagi umat Nabi Muhammad SAW.Masalah ini merupakan topic tersendiri dalam pembahasan Ushul Fiqh.Untuk lebih jelas,lebih dulu dikemukakan hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang diperselisihkan dikalangan Ulama’. B.Pendapat para Ulama’ tentang Syar’u Man Qablana Para ulama’ Ushul Fiqh sepakat bahwa syari’at para nabi terdahulu yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW,tidak berlaku lagi bagi umat Islam,karena kedatangan syari’at Islam telah mengakhiri berlakunya syari’at- syari’at terdahulu. Demikian pula para Ulama’ Ushul Fiqh sepakat,bahwa syari’at sebelum Islam yang dicantumkan dalam Al-Qur’an adalah berlaku bagi umat Islam bilamana ada ketegasan bahwa syari’at itu berlaku bagi umat Nabi Muhammad SAW.,namun keberlakuannya itu bukan karena kedudukannya sebagai syari’at sebelum islam tetapi karena ditetapkan oleh Al-Qur’an.Misalnya puasa Ramadhan yang diwajibkan kepada umat Islam adalah syari’at sebelum Islam,seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an : : رة ق ب ل ا( ون قّ ب ت م كّ ل ع ل م لك ب ق ن م ن ي ى الذ عل ب ت ك ما ك ام بّ ص ل م/ ا ك ب عل ب ت ك وا ن م2 ا ن ي ذّ ال هاّ يا ا ي183 ) Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(QS.al-Baqarah : 183 ) Menurut kalangan Hanafiyah,Malikiyah,mayoritas kalangan Syafi’iyyah,dan salah satu riwayat dari Ahmad Bin Hambal,hukum-

description

ushul fiqh

Transcript of USHUL FIQH

Page 1: USHUL FIQH

SYAR’U MAN QABLANA

A.Pengertian Syar’u Man Qablana

Yang dimaksud dengan syar’u man qablana ialah syari’at atau ajaran-ajaran nabi-nabi sebelum islam yang berhubungan dengan hukum,seperti syari’at Nabi Ibrahim,Nabi Musa,Nabi Isa,as.Pertanyaannya adalah,apakah syari’at-syari’at yang diturunkan kepada mereka itu berlaku pula bagi umat Nabi Muhammad SAW.Masalah ini merupakan topic tersendiri dalam pembahasan Ushul Fiqh.Untuk lebih jelas,lebih dulu dikemukakan hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang diperselisihkan dikalangan Ulama’.

B.Pendapat para Ulama’ tentang Syar’u Man Qablana

Para ulama’ Ushul Fiqh sepakat bahwa syari’at para nabi terdahulu yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW,tidak berlaku lagi bagi umat Islam,karena kedatangan syari’at Islam telah mengakhiri berlakunya syari’at-syari’at terdahulu.

Demikian pula para Ulama’ Ushul Fiqh sepakat,bahwa syari’at sebelum Islam yang dicantumkan dalam Al-Qur’an adalah berlaku bagi umat Islam bilamana ada ketegasan bahwa syari’at itu berlaku bagi umat Nabi Muhammad SAW.,namun keberlakuannya itu bukan karena kedudukannya sebagai syari’at sebelum islam tetapi karena ditetapkan oleh Al-Qur’an.Misalnya puasa Ramadhan yang diwajibkan kepada umat Islam adalah syari’at sebelum Islam,seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an :

البقرة ) : قون تّت لعّلكم قبّلكم من الذين عّلى كّتب كما الّصيام عّليكم كّتب أمنوا ذين ال ها (183يااي

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(QS.al-Baqarah : 183 )

Menurut kalangan Hanafiyah,Malikiyah,mayoritas kalangan Syafi’iyyah,dan salah satu riwayat dari Ahmad Bin Hambal,hukum-hukum yang tercantum dalam Al-Qur’an berlaku bagi umat Muhammad SAW atau umat Islam.

Diantara alasan mereka :

1) Pada dasarnya Syari’at itu adalah satu karena datang dari Allah juga.Oleh karena itu,apa yang disyari’atkan kepada nabi terdahulu dan disebut dalam Al-Qur’an berlaku pada umat Muhammad SAW.Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah dalam Al-Qur’an Surat as-Syura : 13 yang artinya : “Dia telah mensyari’atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,Musa,dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.Amat berat bagi orang-orang musyrik,agama yang kamu seru mereka

Page 2: USHUL FIQH

kepadanya.Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

2) Selain itu,terdapat beberapa ayat yang menyuruh mengikuti para nabi terdahulu,antara lain firman Allah :

النحل ) : المشركين من وماكان حنيفا إبراهيم مّلة بع ات أن اليك اوحينا (123ثم

Artinya : “Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim yang hanif".(QS.an-Nahl : 123).

Jadi,apabila Al-Qur’an atau sunnah yang sahih itu telah disyari’atkan oleh Allah kepada para ummatnya yang telah mendahului kita mealui para rasulnya,dan telah dinash bahwasannya syari’at itu diwajibkan kepada kita sebagaimana diwajibkan mereka,maka tidak ada perselisihan bahwa syari’at itu adalah syari’at untuk kita dan undang-undang yang wajib diikuti dengan menetapkan syari’at kita kepadanya.

Dan apabila Al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahih telah menceritakan mengenai hukum diantara hukum-hukum ini, juga telah terdapat dalil, syara’ yang membebaskan ( menghapus ) daripada kita, maka tidak ada perbedaan bahwa ia adalah bukan syari’at untuk kita berdasarkan dalil yang menasahkan ( menghapus ) daripada syari’at kita. Seperti ajaran yang ada pada sysri’at nabi Musa, bahwa orang yang durhaka tidak bisa menembus dosanya, kecuali jika dia membunuh dirinya sendiri, atau pakaian yang terkena najis tidak bisa disucikan kecuali dengan memotong bagian yang terkena najis, dan hukum-hukum lainnya yang tetap menjadi beban orang-orang sebelum kita, dan Allah telah menghilangkan dari kita. Pangkal perselisihan itu adalah hukum-hukum syari’at terdahulu yang telah diceritakan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dalam syari’at kita tidak terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal itu diwajibkan kepada mereka, atau bahwa hal itu telah dihilangkan dan dihapus dari kita.

Page 3: USHUL FIQH