Wasiat Renungan Masa

150
Wasiat Renungan Masa ِ مْ سِ بِ له الِ ن مْ حَ ّ ر ل اِ مْ يِ حَ ّ ر ل اِ مْ سِ ب ِ له الِ هِ دْ مَ حِ بَ وُ مَ لاَ ّ س لَ ا ْ مُ كْ يَ لَ عَ ُ ) هَ مْ حَ رَ و ِ له الُ هُ ) اتَ كَ رَ بَ وInilah wasiat renungan masa/atau pengalaman baru di samping yang lama-terufama sekali terdapan pada tahun 1399 H-1979 M- 1981 M, lebih-lebih setelah Almaghfurlah Faqidul Islam Maulana Wasyaikhuna Al-Allamah Al-Arifubillah abulbarakat wannafahaat syaidi Asyekh Hasan Muhammad Al-Masysyath berpulang kerahmatillah Ta’ala, pada hari Rabu 7 Syawal 1399 H, taghammadahullahu birahmatihi alwaasi’ah, waja’alana wajami’al-muhibbin khaira khalafin likhairi safin, bimannihi wakaramihi Ta’ala. Amin bil Amin. K.H.M. Zainuddin Abdul Madjid ketika menabadikan pesannya terhadap seluruh keluarga dan muris-muridnya, untuk terus memperjuangkan Nahdlatul Wathan. Anak-anakku / murid-muridku yang setia dan berjiwa murni. Semulia- muliamu padaku ialah yang paling banyak memberikan manfaat kepada Nahdlatul Wathan. Sejahat-jahatmu padaku ialah yang peling banyak merusak perjuangan Nahdlatul Wathan. Justeru itu serbalah……!, bersatulah…..!, berjuanglah….!, berjuanglah menuruh khittah perjuangan Agama, Bangsa dan Negara. Kerahkanlah jiwa dan ragamu selaku perjuang Agama Allah yang ikhlas zohir dan bathin dengan selalu memohon pertolongan dan perlindungan- Nya. Semoga Allah Subhanahu wata’ala selalu membukakan pintu kebaikan kepada kita dan seluruh pencinta-Nya serta keredho’an Dunia dan Akhirat.

Transcript of Wasiat Renungan Masa

Page 1: Wasiat Renungan Masa

Wasiat Renungan Masa

� ِم �ْس� ْح�مِن� اللِه� ِب � الَّر� �ِم ْي ْح� الَّر�

� ِم �ْس� �َح�م�ِد�ِه� اللِه� ِب َو�ِب

�ُم� َال �لْس� �ِم� ا �ُك �ْي ْح�م�ُة� �َع�ل �ِه� اللِه� َو�َر� �اُت َك �َّر� َو�ِب

Inilah wasiat renungan masa/atau pengalaman baru di samping yang lama-terufama sekali terdapan pada tahun 1399 H-1979 M- 1981 M, lebih-lebih setelah Almaghfurlah Faqidul Islam Maulana Wasyaikhuna Al-Allamah Al-Arifubillah abulbarakat wannafahaat syaidi Asyekh Hasan Muhammad Al-Masysyath berpulang kerahmatillah Ta’ala, pada hari Rabu 7 Syawal 1399 H, taghammadahullahu birahmatihi alwaasi’ah, waja’alana wajami’al-muhibbin khaira khalafin likhairi safin, bimannihi wakaramihi Ta’ala.

Amin bil Amin.

K.H.M. Zainuddin Abdul Madjid ketika menabadikan pesannya terhadap seluruh keluarga dan muris-muridnya, untuk terus memperjuangkan Nahdlatul Wathan.

Anak-anakku / murid-muridku yang setia dan berjiwa murni. Semulia-muliamu padaku ialah yang paling banyak memberikan manfaat kepada Nahdlatul Wathan.

Sejahat-jahatmu padaku ialah yang peling banyak merusak perjuangan Nahdlatul Wathan.

Justeru itu serbalah……!, bersatulah…..!, berjuanglah….!, berjuanglah menuruh khittah perjuangan Agama, Bangsa dan Negara.

Kerahkanlah jiwa dan ragamu selaku perjuang Agama Allah yang ikhlas zohir dan bathin dengan selalu memohon pertolongan dan perlindungan-Nya.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala selalu membukakan pintu kebaikan kepada kita dan seluruh pencinta-Nya serta keredho’an Dunia dan Akhirat.

Diucapkan pada tanggal, 23-09-76 H

23-03-57 M

Jauh sebelum adanya penyelewengan Abiturent NWDI dan NBDI.

Page 2: Wasiat Renungan Masa

WASIAT RENUNGAN MASA / PENGALAMAN BARU INI DIALAMATKAN:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Kepada yang tercinta :

1. Anakku semua Abiturent / pelajar Madrasah. Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatuh Banat Diniyah Islamiyah (NBDI).

2. Saudaraku Keluarga Besar Nahdlatul Wathan ( NW ) yang setiawan.

Dengan segala ketulusan hati ayahanda sampaikan WASIAT RENUNGAN MASA / PENGALAMAN BARU ini, untuk diamalkan/dilaksanakan sebagaimana mestinya. Wasiat (nasehat) ini adalah cetusan jiwa pengalaman hidup ayahanda selama ini, dari masa ke masa.

Atas keikhlasan/kesetiaan anakku/Saudaraku yang budiman, sebelumnya ayahanda sampaikan terima kasih.

“WAMMAN YUSYAIBIH ABAHU FAMA DZOLAM”

Wassalam Ayahanda Al-Muhib

( K.H.M. Zainuddin Abdul Majid )

Pancor Bermi,

9 Dzulhijjah 1401 H

7 Oktober 1981 M

Page 3: Wasiat Renungan Masa

1. Karena setia menjunjung perintah

Menghidupkan Qur’an menghidupkan Sunnah

Banyak terhulur butiran hikmah

Falhamdulillah wasysyukurkah

2. Setelah berazam ke “Rumah sendiri”

Rumah Haqiqi bukan majazi

Banyak bantua Ilahi Rabbi

Ke Khadam Selaparang Rinjani

3. Datu bersama ayahandanya

Limpahkan takluk dan kumbakarna

Sapu jagat dan sebagainya

Bukti rinjani dan Gadjah Mada

Page 4: Wasiat Renungan Masa

4. Guci sengenger berlambang rapi

Naga dan ayam sapi kelinci

Hikmat berlongas sangat berarti

Tunjukkan tanda kebesaran Ilahi

5. Kelinci lari kebawah beringin

Ditertawai kelinci sepenuh angin

Ayam berkokok naga dipimpin

Obat mujarab hikmat Ilahi

6. Mustika insane hikmatnya tinggi

Dan alat tabligh lampu dan guci

Qarurah hikmat memproduksi

Obat mujarat hikmat Ilahi

7. Pusaka Rabi’ah bernama “bayu”

Dipusakakan pada yang maju

Aktif berjuang siap selalu

Page 5: Wasiat Renungan Masa

Tahan uji seribu satu

8. Pusaka Pejanggik mudah tibanya

Tidak disangka sultan wasithnya

Ghaib Al-Jazair bertanda mata

Dan Kali Musa pun beri tanda

9. Sayid Abdullah shahib ayahanda

Di perang Bali Congah-Peraya

Limpahkan pula batu berguna

Sambil memberi nasihat cinta

10. DEWI mengirim sebuah kelapa

Tinggi pohonnya lima ribu depa

Batu keliling tugasnya menjaga

Pulau Lombok selama-lamanya

11. Dapat dipinjam sehari semalam

Setelah itu kembali menyelam

Page 6: Wasiat Renungan Masa

Berkeliling terus siang dan malam

Semoga barakat tetap tergenggam

12. Pohon kelapa di alam hikmah

Tidak berada di kebun dan sawah

Dipetik oleh petugas hadlrah

Syaid Khalidi pemberi isyarah

13. Sangat ajaibnya pengambilan batu

Ia berpindah kesana kesitu

Ngembalikannya secara tertentu

Diterimakan di atas perahu

14. Di Sasak ini banyaklah masih

Pusaka lama ditempat tersisih

Lobar Loteng ditempat tersisih

Di Lotim penuh dijaga patih

15. Hamba yang khusus sering bertemu

Page 7: Wasiat Renungan Masa

Di tempat yang memang sudah tertentu

Karena mereka mendapat restu

Dengan mudahnya membuka pintu

16. Maulana Malik banyak berjasa

Meberi bantuan hiburan nyata

Terima kasih berjuta-juta

Wasysyukurulahu Abadan abada

17. Makhluk jinak aktif beraksi

Ke Kalimantan dan Sulawesi

Ke NTT Sumatera dan Bali

Bahkan ke Sabang sampai Meraoke

18. Malahan sampai keluar negeri

Seperti Makkah Mesir Magrabi

Amerika Rusia Jepang Itali

Dengan hikmat Ilahi Rabbi

Page 8: Wasiat Renungan Masa

19. Pandai memakai seluruh bahasa

Yang nyata berlaku dalam dunia

Ia tak perlu berhadapan muka

Cukup hanya ke arah mereka

20. Sering memakai seribu satu

Wajahnya terang di sana di situ

Mengajak Ummat kejalan yang satu

Hikmah Ilahi pelimpah restu

21. Sunan mulia limpahkan hadyah

Setelah terbuka pintunya Ka’bah

Ambar nyawa harumnya megah

Bati himpitan menambah hikmah

22. Setelah Anbar ninggalkan Semeru

Gunung bergoncang di saat itu

Akhirnya keluar lahar melulu

Page 9: Wasiat Renungan Masa

Hamper terganggu cemara siwu

23. Memang hebat upacaranya

Jarang terjadi sepanjang masa

Bila Allah yang Maha Kuasa

Hendaki suatu pastilah nyata

24. Pulau Meringkik mencatat sejarah

Mencukupi himpitan hajarul Hajarul Ka’bah

Di Geresik hanya diberi setengah

Memang Tuhanlah mengatuh hikmah

25. Wali Songo Malik Ibrahim

Sentral da’wahnya pernah bermukim

Beberapa waktu dipengkores intim

Suku Sasak Islamnya Salim

26. Di sana-sini berangsur-angsur

Di Lombok Tengah dan Lombok Timur

Page 10: Wasiat Renungan Masa

Rasyid di barat sampai terkubur

Pada akhirnya NW mengatur

27. Kalau nanda memang beryakin

Tak sampai hati meninggalkan Zainuddin

Maulana Hasan do’akan : Tamkin

Dalam kitabnya “Almustarsyidin”

28. Malahan Maulana banyak bersurat

Disamping tersurat banyak tersirat

Mutiara hikmah penuh isyarat

Lahir batinya membawa hikmat

29. Rasyid berkata di satu malam

Lombok serambi Masjidil-Haram

Sejak dibangun bernafaskan Islam

Oleh putera sulthanul Iman

30. Bahwa di Lombok sebelum ini

Page 11: Wasiat Renungan Masa

Paham animis anutan asli

Sewaktu-waktu didatangi da’i

Akhirnya lahir Sultan Rinjani

31. Makhluk yang putih ratusan nyata

Dipimpin oleh yang paling tua

Di kendaru Gerung Rasyid ngaturnya

“Kabir Akbar penjelmaan Aqsha”

32. Sungguh ajaib bukan kepalang

Berabad-abad tak hancur hilang

Di bawah hikmat yang gilang gemilang

Pilihan Allah di Selaparang

33. Banyak sekali pandai membaca

Tapi takpandai mengkaji yang nyata

Kitab yang gundul dibaca nyata

Di kitab berbaris hatinya buta

Page 12: Wasiat Renungan Masa

34. Pulau sasak kecil sekali

Tapi gunungnya besar dan tinggi

Kalau orang pandai mengkaji

Pastilah sujud seribu kali

35. Kabir Akbar Arabi Mina

Khadami rasyid nyebarkan agama

Mamiq Milasih nama samarannya

Supaya Sasak cepat nerima

36. Memang hebatlah Mamiq Milasih

Jarak jauh pun dapat melihat

Dapat menolong dapat meraih

Asalkan niat suci dan bersih

37. Sungguh besarlah bantuah patih

Turut berjuang siap melatih

Semoga Allah Yang Maha Pengasih

Page 13: Wasiat Renungan Masa

Limpahkan asuh asah dan asih

38. Di liang Petang di Moyohulu

Tujuh mubalig bermakam di situ

Penyebar Islam zaman dahulu

Awal terbuka daerah Dompu

39. Yaitu : Ali Patah Badawi

Dan Harun Zain Abu Bakar Husni

Dan Firdaus “Imran Aalu Syahabi”

“Amir Hajjaj Muhammad Ali Akbari”

40. Telepon sentral di alam bebas

Sambung-menyambung tidak terbatas

Ke kanan kiri bawah dan atas

Sampaikan berita kontan dan puas

41. Telepon hikmat dan berguna

Mendapat khabar pada waktunya

Page 14: Wasiat Renungan Masa

Dan tidak perlu ada kabelnya

Cukup ditempel pada temboknya

42. Penebang jasmani Sang Selaparang

Bikinannya aneh bukan kepalang

Cerminkan bangkitnya semua orang

Dari lahadnya untuk ditimbang

43. Subhanallah Yang Maha Agung

Pencipta alam yang tak terhitung

Ajib dan gharib sambung-menyambung

Akal imani tidaklah bingung

44. Negara kita berpancasila

Berketuhanan Yang Maha Esa

Ummat Islam paling setia

Tegakkan sila yang paling utama

45. Yang Maha Esa adalah satu

Page 15: Wasiat Renungan Masa

Mustahil berbilang mustahil berpadu

Dengan dalil Qur’an yang satu

Surat Al-Ikhlas tepatnya jitu

46. Bantuah Tuhan Yang Maha Esa

Di waktu HULTAH sangat terasa

Ratusan ribu berlipat ganda

Banjiri Pancor setiap masa

47. Syetan iblis terpukul mundur

Usaha mereka terbakar hancur

Dengan bantuan Alhayyu Syakur

Dibimbing oleh pembimbing jujur

48. Dan dengan keramat Maulana Alhasan

Pembimbing utama Nahdlatul Wathan

Sepanjang masa Maulana do’akan

Agar selamat sepanjang zaman

Page 16: Wasiat Renungan Masa

49. Ternyata maqbul do’a Maulana

Setiap saat dapat dirasa

Sehingga kita berasa lega

Meskipun masih belum sempurna

50. Marilah kita bersama do’akan

Pembimbing kita Maulana Alhasan

Semoga hidup jiwa kalian

Mendayung bahtera Nahdlatul Wathan

51. Ummat muhtadin selalu ziarah

Di NWDI induk madrasah

Secara dharirah dan ruhaniyah

Membawa berkat dan sinar Ka’bah

52. Berbondong-bondong berfirqah-firqah

Setiap waktu setiap sa’ah

Banjiri Pancor menuju madrasah

Page 17: Wasiat Renungan Masa

Seakan menuju ke kota Ka’bah

53. Pembela dunia serempak mengepung

Terus menerus tidak terhitung

Segala cara bergunung-gunung

Akhirnya mereka termenung bingung

54. Pembela akhirat tampil ke depan

Membuka jalan Nahdlatul Wathan

Ikut berjuang dalam barisan

Keridhaan Tuhan pokok tujuan

55. Nahdlatul Wathan berjalan terus

Siang dan malam tidak terputus

Meskipun dahsyat gelombang arus

Dalam lindungan Ilahi Al-Quddus

56. Banyaklah orang tersesat jalan

Mengaku diri Nahdlatul Wathan

Page 18: Wasiat Renungan Masa

Padahal dia di luar barisan

Tidak menurut garis pimpinan

57. Memang begini caranya syetan

Mendekte insane membuang iman

Takperdulikan ajaran Tuhan

Asal mendapat kursi dan umpan

58. Bahwa PB adalah satu

Bukannya dua bukannya telu

Atas pimpinan PB yang satu

Dewan mustasyar pemberi restu

59. Di akhir zaman banyak berbohong

Setiap detik beromong kosong

Tutur katanya kosong melompong

Karena inginnya jadi “pemborong”

60. Terkadang ingin merebut dunia

Page 19: Wasiat Renungan Masa

Jadi kepala jadi pemuka

Jadi kemudi jadi utama

Hingga menendang prinsip agama

61. Memang banyaklah simodel begitu

Selalu ada setiap waktu

Di saat mengejar fulus dan bangku

Karena imannya memang di situ

62. Ucapan Raksasa di zaman dahulu

“Mambun Wong Anak Manusia Bejulu”

Raksasa moderen teriak selalu

“Mambun Uang dan Kursi Perlu”

63. Auliyaullah berkata selalu

Zaman sekarang maupun dahulu

“iman taqwa hidupkan olehmu”

Kemudian baru mencari sangu

Page 20: Wasiat Renungan Masa

64. Karena insane dijadikan Tuhan

Mengabdikan diri sepanjang zaman

Bukan pokoknya makan dan makan

Tapi pokoknya bersihkan iman

65. Janganlah heran janganlah bingung

Jangan terkejut jangan termenung

Segala nasib sudah tergulung

Dalam “IRADAT” yang maha Agung

66. Marilah kita syukur seribu

Setiap detik setiap waktu

Karena kita tidak begitu

Semoga Allah tetap merestu

67. Kita berada di abad Final

Di abad “YAHIN” sudah terkenal

Iman taqwa jangan dijual

Page 21: Wasiat Renungan Masa

Jangan digadai pada (Dajjal)

68. Hidupkan iman hidupkan taqwa

Agar hiduplah semua jiwa

Cinta teguh pada agama….

Cinta kokoh pada negara

69. Sangat durhaka seorang hamba

Menjual iman melelang taqwa

Membuang diri dan ibu bapa

Mengejar bayangan kursi dunia

70. Berikan andilmu kepada Islam

Diabad bangkitnya seluruh umam

Iman taqwa jadikan imam

Menghadap Ka’bah Masjidil Haram

71. Di surat Taubat Rabbul’ Alamin

Memanggil semua kaum Mu’minin

Page 22: Wasiat Renungan Masa

Supaya benar jadi Muttaqin

“Harus bersatu dengan Shadiqin”

72. Maha benar Allah pada Firmannya

Pada garis-Nya kepada hamba-Nya

Harus dijunjung oleh semua

Agar selamat selama-lamanya

73. Ingatlah kita akan kembali

Menghadap Tuhan Rabbul Izzati

Nyampaikan laporan amal sendiri

Seluruh mahluk menjadi saksi

74. Para Auliya’ memanjatkan do’a

Membantu mereka yang hidup jiwa

Membela iman membela taqwa

Tidak tertawan harta dan tahta

75. “Maliki Rasyid Saggaf dan Burhan

Page 23: Wasiat Renungan Masa

Kutbi Ibrahim Maulana Al-Hasan

Kali Musa dan Abdullah Sulthan

Aljaziri ma’a jumlatil ikhwan”

76. Junjungan alam telah bersabda

“Sungguh celaka sibudak harta”

Ummat Islam dimana berada

Asalnya satu dan bersaudara

77. Wajib kompak membela agama

Agama Allah Yang Maha Esa

Yang paling mulia yang paling taqwa

Yang paling tegak membela agama

78. Agama bukan sekedar ibadah

Puasa sembahyang di atas sajadah

Tapi agama mencakup aqidah

Mencakup syari’ah mencakup hukumah

Page 24: Wasiat Renungan Masa

79. Agama itu syari’at Tuhan

Dialamatkan ke banil-insan

Untuk dijunjung sepanjang zaman

Agar terhindar godaan syetan

80. Syetan menggoda terus menerus

Siang dan malam tidak terputus

Agar insane terputus terus

Dari Tuhan Yang Maha Quddus

81. Iman Islam Ihsan bertiga

Harus dibela bersama-sama

Selama roh dikandung rangka

Karena ialah rukun agama

82. Orang sekarang gila menyebut

Rijalulghaib harus diturut

Walau penyebar Haruut wa Maruut

Page 25: Wasiat Renungan Masa

Wahai : inilah I’tiqad bangkrut.!!!

83. Qur’an hadits landasan kita

Bukan petunjuk bake’ belata!!!

Ataupun ceceta ramalan belaka!!!

I’tiqad suci harus dijaga!!!

84. Rijalulghaib utusan Qudus

Hanya menyurh berbuat bagus

Atau membisik secara halus

Agar insane selalu tulus

85. Rijalulgjaib tidak mengajar

Supaya orang berkurang ajar

Yang suka menyuruh kerjakan munkar

Rijalul’aib Dajjalul-mungkar

86. Rijalul’aib syetan terla’nat

Membisikkan orang agar khianat

Page 26: Wasiat Renungan Masa

Rijalulghaib membawa rahmat

Agar insane patuh dan taat

87. Harus bedakan ghaib dan ‘aib

Pemimpin ibadat Rijalulghaib

Pengajak ma’siat Rijalul’aib

Tepat namanya Dajjalul-aib

88. Janganlah nanda sampai keliru

Antara bumi dan langit nan biru

Kalau seorang gilanya terlalu

Haruut wa Maruut imannya selalu

89. Wahai ananda hidupkan taqwa

Matikan syaitan matikan hawa

Karena taqwa pembuka syurga

Syaitan dan hawa pintu neraka

90. Wahai anakku janganlah lilus

Page 27: Wasiat Renungan Masa

Cahaya imanmu nyalakan terus

Jangan padamkan lantaran fulus

Berkat hilang hubungan putus

91. Coba ingatlah riwayat Aimmah

Diberi fulus dijanji wadhifah

Mereka menolak demi aqidah

Seujung rambut tidak menyerah

92. Banyaklah orang takut ziarah

Pada gurunya dikala musibah

Takutkan piring cangkirnya pecah

Atau digeser atau dimarah

93. Atau dilihat atau dicatat

Atau diganggu turunkan pangkat

Karena atasan terlalu ketat

Selalu mengancam dengan memecat

Page 28: Wasiat Renungan Masa

94. Famasyaa Allah wa innaa lillaah

Seakan Fir’aun kembali bertingkah

Fir’aun modern beraksi megah

Mengancam orang berbuat ibadah

95. Malahan ada yang takut HULTAH

Tidak berani tampakkan wajah

Terkadang datang tapi gelisah

Padahal dia Ustadz-ustadzah

96. Ya Subhanallah ajib bin heran

Sekarang mereka terputus iman

Karena lupanya kepada Tuhan

Yang telah menjamin di dalam Qur’an

97. Kalau diserahkan kepada mereka

Memimpin agama atau Negara

Maka kiamat agama kita

Page 29: Wasiat Renungan Masa

Sebelum kiamat Nusa dan Bangsa

98. Wahai anakku yang telah mengaji

Jaga teguhlah jiwa santeri

(Siddig Amanah Iklas Berani

Berjuang terus liwati Rinjani)

99. Kalau anakda berjiwa Rinjani

Pastikan tegak sepanjang hari

Tidak berubah tidak amphibi

Walaupun dijanji ranjang dan kursi

100. Di Selaparang syukurlah ada

Orang yang tegak tampakkan dada

Membela agama dan membela Negara

Tidak tertawan rayuan harta

101. Bani isra’il sebab jatuhnya

Hasad takabbur sogokan dan riba

Page 30: Wasiat Renungan Masa

Tadinya mereka paling utama

Akhirnya maghdlub mal’un abada

102. Orang yang turut jejak mereka

Jadi durhaka terkadang gila

Dzahir bathinnya siksa menyiksa

Diakhirat kelak umpan neraka

103. Banyaklah orang menyerang guru

Memperalat atasan seribu satu

Aktif menyerang aktif memburu

Dzahir bathinnya penuh cemburu

104. Terkadang menjual jiwa raganya

Menjual taqwa menjual imannya

Itu terjadi karena gilanya

Ditawan syaitan dan hawa nafsunya

105. Terkadang ada juga berkata

Page 31: Wasiat Renungan Masa

Kami berbuat sebab terpaksa

Ekonomi kami sepi tak ada

Keroncongan perut pikiran buta

106. Terkadang ada juga mengaku

Bahwa mereka digadai disitu

Itulah sebabnya mereka itu

Menjadi budak menjadi penyapu

107. Sayang sekali hidupnya semua

Jar-Majrurnya dunia belaka

Mereka lupa ayat “RIZQUHA”

Dan lupa ayat “MAKHRAJA”

108. Adan dan Hawa dilarang Allah

Mendekati pohon yakni “ASYSYAJJARAH”

“LAA TAQRABAA” larangan Allah

Seelah dilanggar jatuh ke bawah

Page 32: Wasiat Renungan Masa

109. MAN TAABA TAABALLAHU ‘ALAIHI

Orang yang taubat dikasihani

Limpahan rahmat maghfirah abadi

Oleh Tuhan Rabbu Izzati

110. Aduhai nanda perbaikilah iman

Luruskan I’tiqad kepada Tuhan

Jangan nanda tersesat jalan

Ninggalkan Sunnah membuang Qur’an

111. Banyaklah orang idenya piring

Siang dan malam berputar keliling

Hanya membela kursi dan piring

Tidak membela pemberi piring

112. Pecah piring tidaklah soal

Karena piring banyak dijual

Asalkan hidup iman dan akal

Page 33: Wasiat Renungan Masa

Tuhan menjamin rizki yang halal

113. Dalam politik bermain curang

Ke kiri kanan aktif menendang

Sehingga tak segan membayar hutang

Dengan NW-nya pada seorang

114. Bila nanda memang berhutang

Janganlah NW yang harus dilelang

NW bukan milik seorang

Tak boleh dipakai membayar hutang

115. NW alat penegak iman

Penegak taqwa ajaran Tuhan

Bukan alat mencari makan

Mencari kursi melelang iman

116. Bukan benda diperjual-belikan

Dan bukan alat menjadi topengan

Page 34: Wasiat Renungan Masa

Berpura-pura membela Tuhan

Padahal membela makan dan makan

117. Manusia ikhlas ada tandanya

Tetap berjuang dengan setia

Dimana saja mereka berada

Tidak tergantung menjadi pemuka

118. “Contohnya Khalid dipecat” Umar

Di perang Yarmuk sedang berkobar

Jiwa beliau bertambah besar

Bertambah ikhlas berjuang sabar

119. Bila seorang kehilangan akhlak

Dzahir bathinya suka memberak

Ibu bapaknya dipandang budak

Bila tak dapat emas dan perak

120. Melantur kiri melantur kanan

Page 35: Wasiat Renungan Masa

Membuka rahasia pada luaran!?!?

Organisasi dipermainkan

Seakan mereka tidak beryuhan!

121. Memang begitulah cara sang musang

Waktu bertatap berkaji betiang

Bila di luar bergaya menentang

Semua orang diajak menendang!!!

122. Nahdlatul Wathan modal utama

Bagi NTB dan Sasak semua

Karena lahirnya dizaman Belanda

Sebagai madrasah sumber agama

123. Perlu dijaga bersama-sama…..

Selaku andil utama kita

Tegakkan iman tegakkan taqwa

“Di Negara merdeka berpancasila”

Page 36: Wasiat Renungan Masa

124. Janganlah nanda mau diajak!

Ikut serta merusakkan Sasak!

Jangan terkena pepatah Sasak

“Dengan sasak girang ngerasak”

125. Sasak yang tulen nasionalisnya

Selalu dituduh sukuisme-nya

Sungguh penuduhan sukuisme buta

Penuh buktinya di sini di sana

126. NTB mengharap pemerataan

Keadilan sejati dan kebenaran

Agar meratalah kemakmuran

Di tanah-air ciptaan Tuhan

127. Hidup seseorang harus diukur

Dengan imannya taqwa nan mujur

Bila seorang taat dan jujur

Page 37: Wasiat Renungan Masa

Hidup matinya di dalam ujur

128. Si keranjingan gila politik

Lupa dirinya kejungking balik

Iman taqwanya hilang geritik

Na’udzubillah mimma hunalik

129. “kompak utuh bersatu haluan…

Istiqomah ikhlas kepada Tuhan”

Itu amanat Maulana Alhasan…

Kepada warga Nahdlatul Wathan

130. Bagi yang tunduk pada nasihat

Memegang teguh pada amanat

Memegang teguh pada wasiat

Dzahir bathinnya penuh berkat

131. Janganlah nanda lupa daratan

Karena mendapat kursi jabatan

Page 38: Wasiat Renungan Masa

Kursi ananda diberikan Tuhan

Lantaran jasa Nahdlatul Wathan

132. Insan mulia yang pandai bersyukur

Dan sebaliknya mereka yang kufur

Si ingkar ni’mat sepanjang duhur

Padahal ia langganan kubur

133. Sayanglah ananda lama mengaji

Di NWDI dan NBDI

Di Pancor Bermi disana-sini

Asuhan HAMZANWASI sendiri

134. Tetapi banyak melupakan diri

Tidak lagi berjiwa santeri

Karena tertawan “sambel terasi”

Sampai lupakan “Rumah sendiri”

135. Kalau orang berjiwa basi

Page 39: Wasiat Renungan Masa

Hanya mengejar bayangan kursi

Tidak perduli tuntunan Ilahi

Selalu menendang Ayal Alkursi

136. Banyak sekali bilangan pecinta

Dikala senang berpesta-pora

Dikala ayahanda dalam derita

Banyak yang lari tanpa berita!?!?

137. Melanggar bai’at melangar sumpah

Melanggar ikrar melanggar perintah

Tidak perduli hubungan musnah

Tidak perduli Qur’an dan sunnah

138. Tidak perduli dan tidak perduli

Apapun terjadi di dalam diri

Asalkan puas nafsu dan hati

Membela golongan membela famili

Page 40: Wasiat Renungan Masa

139. Dan tidak sedikit bertambah mata

Hingga menjadi mata-mata dunia

Dari gilanya menghimpun dunia

Zhahir bathinnya buta dan buta

140. Ini namanya panatik buta

Panatik tuli seribu juta

Tidak melihat bukti yang nyata

Tidak mendengar dalil agama

141. Khianat sumpah khianat bai’ah

Sangat bahaya dunia akhirat

Banyak terbukti banyak terlihat

“imannya mati taqwanya melarat”

142. Ajibnya terkadang di Partai Islam

Berpura-pura membela Islam

Aktif keliling siang dan malam

Page 41: Wasiat Renungan Masa

Membela diri melupakan Islam

143. Memang banyak simodel begitu

Diputar oleh mahluk tertentu

Akhirnya buta tuli dan bisu

Ingatannya hanya perut dan bangku

144. Inilah model insane sekarang

Rupanya tepatlah ulasan orang :

“Bangkahulu bukan Semarang

Lain dahulu lain sekarang”

145. Ayahanda bersyukur seribu satu

Sejak belajar di Makkah dahulu

Sampai sekarang mendapat restu

Karena hubungan hidup selalu

146. Memang berkat tak dapat dibeli

Dengan emas intan sebesar Rinjani

Page 42: Wasiat Renungan Masa

Berkat itu rahasia Ilahi

Dialamatkan ke insane yang murni

147. Justeru haruslah menjaga hati

Mengikhlaskannya ke Rabbul ‘Izzati

Karena Ia raja sejati

Bagi seluruh anggota insani

148. Wahai anakku sucikan hatimu

Dalam hatimulah rahasia hatimu

Rahasia hatimu pada dirimu

Karena itu hatimu!!!

149. Teguhkan hatimu kepada Tuhan

Hidupkan taqwa hidupkan iman

Janganlah nakku takut bayangan

Dan kadal geresek di tepi jalan

150. Kosongkan dirimu dikala ibadah

Page 43: Wasiat Renungan Masa

Menghadap qiblat menghadap Ka’bah

Duduk bersimpuh di atas sajadah

Mohon mendapat khusnul- khotimah

151. Nabi sembahyang setelah hijrah

Bersama Yahudi kesatu arah

Akhirnya Tuhan turunkan perintah

Harus kembali menghadap Ka’bah

152. Karena kafir tak pandai bersyukur

Penuh khuyala’ hasad takabbur

Tidak hiraukan teman dan batur

Semau-maunya berpolitik catur

153. Pencipta alam telah gambarkan

Hati kafirin sepanjang zaman

Bahwa mereka tak ridha Abadan

Di dalam Firman-Nya yaitu “WALAN”

Page 44: Wasiat Renungan Masa

154. Banyaklah orang memasuki NW

Tujuan pokoknya kursi pegawai

Tidak berfikir hidupkan NW

Iman taqwanya berpagi-sore

155. Dan bila meleset kaki kursinya

Lebar mulutnya mencela NW-nya

PB dituduh sangat kakunya

Dewan Mustasyar dinafikannya

156. Tuduhan begini lantaran gilanya

Kepada kursi dan harta benda

Kepada dunia semata-mata

Bukan berdasar iman taqwanya

157. Kalau abituren berbuat begitu

Sungguh celaka seribu satu

Dzahir bathinnya menjadi peluru

Page 45: Wasiat Renungan Masa

Melampar PB melampar Guru…?!

158. Orang yang ta’at pada gurunya

Dituduh mengkultus oleh mereka

Tuduhan buta karena jahilnya

Jahil murabba’ di Hadits Nabinya

159. Na’udzubillah dari mereka

Yang hanya mengaku dirinya dirinya

Semua orang dinafikannya

Bila takdapat ditunggang olehnya

160. Janganlah nanda bermain “Carmuk”

Karena Carmuk sifat si beruk

Dunia akhirat menjadi ambruk

Iman melayang taqwapun remuk

161. Bila nanda mencari muka

Janganlah cari di manusia

Page 46: Wasiat Renungan Masa

Tapi carilah di Rabbul-Baraya

Dengan iman dan amal taqwa

162. Kalau nanda memang setia

Pasti selalu siap siaga

Membantu ayahanda membela agama

Di “Bulan Bintang Bersinar Lima”

163. Kalau nanda mengingat diri

Waktu belajar sehari-hari

Di NWDI dan NBDI

Pasti membela Organisasi

164. Bila nanda memang beruntung

Tidaklah gampang menjadi bingung

Diserang fitnah di gawe dan warung

Jangan mendengan suara burung

165. Janganlah nanda dibikin bubur

Page 47: Wasiat Renungan Masa

Oleh pemain politik catur

Diperalat untuk melawan batur

Sehingga ukhuwah hancur dan lebur

166. Banyak sekali berlidah madu

Berhati pahit bagai empedu

Berpolitik: “membelah bamboo”

Tujuannya ummat jangan bersatu

167. Sasak tak sadar rencana beruang

Mendekati bola untuk ditendang

Menjaga gawang sekedar lambing

“Habis manis sepah dibuang”

168. Politik satu ditambah satu

Ditambah satu sama dengan satu

Dilancarkan oleh golongan tertentu

Membela nafsu membela hantu

Page 48: Wasiat Renungan Masa

169. Wahai anakku kompak bersatu

Jangan terpikat bujukan hantu

Bersilat lidah setiap waktu

Dibalik udang batu disitu

170. Kalau nanda ditimpa batu….

Apa artinya udang beribu?!

Kalau akhirnya tertutup pintu…

Apa artinya senang duniamu?!

171. Guru agama khususnya ‘Ulama’…

Atau Aluliya’ atau Ashfiya

Pembawa kunci di alam fana’…

Pembuka pintu di alam baqa’

172. Itulah sebabnya penghulu Nabi

Menyuruh murid setia bakti

Agar ilmunya berkatnya pasti

Page 49: Wasiat Renungan Masa

Dunia akhirat ridha Ilahi

173. Orang yang berbakti kepada guru

Mendapat faidah hikmat yang beru

Tidak terduga lebih dahulu

Memang Allah pemberi selalu

174. Kalau tak tampak semasih hayatnya

Akan tampaklah setelah pindahnya

Banyak terbukti sepanjang masa

Sebab baiknya sambungan pipanya

175. Kalau durhaka kepada guru…

Hatinya kecil selalu terburu

Akhlaknya rusak hatinya pilu

Terkadang hidupnya haram melulu

176. Aktif mengajak melawan guru

Hawa nafsunya buru memburu

Page 50: Wasiat Renungan Masa

Di banyak soal selalu keliru

Terkadang matinya tidak menentu

177. ‘Ulama’ Tasawuf pernah berkata

Dengan jelasnya membuka pakta

Si gila pengaruh perusah agama

Ia selalu menjilat dunia

178. Sang doyan dunia membabi buta

Merusak dunia merusak semua

Tidak perduli ibu bapaknya

Tidak perduli pada gurunya

179. Sdahlan ihsan telah berkata

Di kitab “Sirajuthalibiina”:

“Murid durhaka pada gurunya

Tidak terhapus dosa lengahnya”

180. Ibnu Assubki telah menaqal

Page 51: Wasiat Renungan Masa

Di kitab “Thabaqat” yang sangat terkenal

Fatwa tersebut memang dinaqal

Dari jawaban imam ‘Busahal’

181. Murid yang putus dari gurunya

Berarti rusak pipa ilmunya

Hilang terbakar sari ilmunya

Dibakar syaitan dan hawanafsunya

182. Kalau guru membuang muridnya

Tidak terputus pertaliannya

Dan sebaliknya putus jalinannya

Ini menurut fatwa “Fuqaha”

183. Guru agama pilih yang mursyid nyata

Yang tetap utuh sambungan pipanya

Jangan yang putus sambungan gurunya

Agar tak nyesal kemudian harinya

Page 52: Wasiat Renungan Masa

184. Guru agama imam ke syurga

Perlu dipilih wajib dijaga

Silsilah yang putus tidak berguna

Dunia akhirat dlalalan-mubina

185. Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin

Sampai mendapat gelar muflihin

Gelar dunia perlu dijalin

Dengan ajaran Rabbul ‘Alamin

186. Dunia belaka tak ada artinya

Bila akhirat dibelakanginya

Semua mahluk kembali kesana

Baik dan buruk ternyata padanya

187. Jaga baiklah gelar ananda

Agar ananda jangan ternoda

Pergunakan teguh selama-lamanya

Page 53: Wasiat Renungan Masa

Untuk agama untuk negara

188. Syekh Azzami telah berkata :

“Banyak sekali kulihat nyata

Bahwa agama banyak ternoda

Oleh orang yang bergelar dunia”

189. Sangat benar fatwa Syekh Azzam

Dapat terbukti siang dan malam

Tidak sedikit iman tenggelam

Di lautan hawa nafsu jahanam

190. Kalau iman seorang tidak di dalam

Politik juangnya hanya menghantam

Asalkan dunia dan tulus digenggam

Tidak perduli taqwanya tenggelam

191. Penuh dunia buktinya nyata

Disaksikan oleh seluruh mata

Page 54: Wasiat Renungan Masa

Bahwa mereka bertuhankan hawanya

Tidak bertuhan kepada Tuhannya!?

192. Wahai anakku yang kucintai

Serah dirimu kepada ilahi

Jangan anakku menggantungkan diri

Kepada mahluk pemain janji

193. Orang munafik tidak perduli

Melanggar janji seribu kali

Karena lidahnya bertali

Lari kekanan lari kekiri

194. Ingatlah nandan da’wahnya Anbiya’

Da’wah ‘Ulama da’wah Auliya’

Menentang ajaran para asqiya’

Agar ummat menjadi atqiya’

195. Wajib dicontoh jejak mereka

Page 55: Wasiat Renungan Masa

Berjuang LILLAHI semata-mata

Membeli iman membela taqwa

Menentang iblis makelar neraka

196. Bahwa iblis dua macamnya

Yakni syaitan dan manusia

Yang paling bahaya iblis kedua

Karena lidahnya sangat berbisa

197. Dekatkan dirimu kepada Tuhan

Jauhkan dari pembela syaitan

Amar-ma’ruf wajib tegakkan

Nahi-munkar tetap aktifkan

198. Abu Assuhud da’wahnya kontan

Mengetuk hati dengan spontan

Tidak meleset dari dugaan

Membantu roda Nahdlatul Wathan

Page 56: Wasiat Renungan Masa

199. Berkelana terus ke daerah-daerah

Bersama khadami menjunjung perintah

Dengan dua ribu dan dua wajah

Membela iman membela syari’ah

200. Haruslah Nadliyun syukur seribu

Ke Abu Assuhud pahlawan jitu

Iman taqwa di Ka’bah bersatu

Semoga Allah tetap merestu

201. ‘Imran siap dengan kilat anginnya

Secepat kilat kemana perginya

Menjunjung perintah sepenuh ta’atnya

Fattah Badawi merestuinya

202. Berkelana ikhlas malam dan hari

Serta imannya mengabdikan diri

Ratusan ribu kilo dalam sehari

Page 57: Wasiat Renungan Masa

Di masjid jami’ tempat kompromi

203. Duplikat Ngampel dan Kalijaga

Berlaku lebih tiga bulan nyata

Memancar sinar di Nusantara

Menghidupkan iman bersinar Taqwa

204. Dua puluh enam dibagi dua

Pastinya tiga belas merata

Pertujuh menit seribu dan asa

Rahasianya “Indahu ta’ala”

205. Memang Tuhan Yang Maha Kuasa

Mengatur alam-Nya sepanjang masa

Tak ada mustahil untuk selama

Bila Tuhan menghendakinya

206. Sangat sempena tempat bertemu

Di hira’ tempat turunnya Wahyu

Page 58: Wasiat Renungan Masa

Ia menjelma di tempat itu

Maulana Almalik mendapat restu

207. Di salah satu warta berita…

Tak pernah diberi kepada siapa?!?!

Laakin oleh karena cintanya

Kepada penerus dilimpahkannya

208. Sungguh besarlah jasa seorang

Yang dzahir bathinnya untuk berjuang

Memimpin ummat ke jalan yang terang

Adil makmur kebenaran gemilang

209. Sayid Saggaf memasang kaca…!?!?

Tembok keramat luar biasa

Siapa memabah kembali padanya

Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa

210. Pecut akhirat keliling dunia…!?

Page 59: Wasiat Renungan Masa

Di dalam tempo sekejap mata

Orang mu’minin menadahkan do’a

Membantu iman membantu taqwa

211. Assagaf memang banyak berjasa…

Pada annahdliyin dimana-mana

Bantuan moril dapat dirasa

Bantuan materil dipandang mata

212. Lenga hitam di padang sahara

Sanggu pejuang dipurbakala

Sayid Maliki melimpahkannya

Ummu Qudsiah merestuinya

213. Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan

Disambut luas desa dan dasan

Semua asyik mendo’akan ikhwan

Menadahkan tangan kepada Tuhan

Page 60: Wasiat Renungan Masa

214. Sering sekali Hizib nan jaya

Menjadi mahar putrid setia

Diserahkan oleh pemuda kita

Mengharap berkahnya sepanjang masa

215. Wirid Annur berkumandang terus

Untuk mereka yang masih tulus

Memuja-muji Ilahi Quddus

Semoga Tuhan hidupkan nufus

216. Wirid Fasha dan Do’a Pusaka

Wirid Khusus dan Sumber rezqinya

Diijazahkan pada waktunya

Semoga Allah memberkahinya

217. Banyak sekali mubasysyirat nyata

Disampaikan oleh Pewirid kita

Sungguh ikhlas tak ada bandingnya

Page 61: Wasiat Renungan Masa

Membawa ummat ke jalan yang nyata

218. Ayahanda tabligh di malam sunyi

Hadapi lautan makhlun insane

Agar tersebar ajaran Ilahi

Di Nusantara dan luar negeri

219. Tabligh dibuka sepanjang malam

Dengan luasnya luar dan dalam

Agar ummat jangan tenggelam

Berkat rahmat Pencipta alam

220. Memang da’wah iman yang murni

Di waktu nafahaat Rabbul Izzati

Membawa ummat ikhlas sejati

Aktif mengetuk Babul Jannati

221. Ayuhai iman ayuhai taqwa

Ayuhai Islam ayuhai agama

Page 62: Wasiat Renungan Masa

Ayuhai ihsan ayuhai saudara

MA’ASHODIQIN ABADAN ABADA

222. Allahu Akbar Yang Maha Kuasa

Limpahkan ni’mat setiap masa

Sehingga hambaNya tidak merasa

Akan ni’mat yang luar biasa

223. Justeru itu marilah kita

Tetap bersyukur tetap berdo’a

Agar tetaplah terpelihara…

Segala ni’mat selama-lamanya

224. Janganlah lalai janganlah lupa

Sekalipun nanda menjadi “Bapa”

Sumber ni’mat perlu dijaga

Selama hidup dialam pana

225. Tak pandai bersyukur kepada Tuhan

Page 63: Wasiat Renungan Masa

Orang yang tidak mensyukuri insane

Karena Tuhan menjadikan wathan

Dan menjadikan Nahdlathul Wathan

226. Anakku kalian kuamanatkan:

“Membela teguh Nahdlathul Wathan

Kompak utuh sepanjang zaman

Iman taqwa diperjuangkan”

227. Sekian wasiat renungan masa

Pengalamanku sekian lama

Khususnya setelah bersaniwara

Berpestapora di Nusantara

228. Di Akhir abad ke-Empat belas

Sampai masuknya kelima belas

Ayahanda berdiam renungkan nafas

Akhirnya mendapat ilham nan jelas

Page 64: Wasiat Renungan Masa

229. Illahi Rabbi Yang Maha Kuas

Limpahkan taufik hidayat dan ridha

Kepada hambaMu ma’an Nahdliyat

Dunia akhirat mendapat syafa’at

230. Tuangkan langsung hujan berkat

Dari Aluliya’ Ahlunnafahaat

Kepada Nahdliyin serta Nahdliyat

Dunia akhirat mendapat syafa’at

231. Tegakkan Sasak setegak Rinjani

Membela iman membela diri…

Tegak utuh ikhlas berani…

Tidak tertawan ajaran iblisi…

232. Aamin Illahi ya Rabbal Alamin

Aamin ya Karim Akramal-akramin

Aamin ya Rahman Arhamar-rahimin

Page 65: Wasiat Renungan Masa

Aamin fastajib bi Thahal-Amin

233. Falhamdulillah Rabbil ‘Alamin

Wasysyukurulahu minnan Nahdliyin

Shalat salam li Sayyidil Mursalin

Wa alaihi wa shahbihi ajma’in.

Wassalam,

Ayahanda, Almuhibb

( TGK.H.M.Zainuddin Abdul Majid )

Page 66: Wasiat Renungan Masa

WASIAT RENUNGAN MASA PENGALAMAN BARU

Wasiat renungan masa pengalaman baru ini disusun :

1. Setelah melihat situasi dunia Islam dewasa ini terus-menerus dikepung/dirong-rong oleh lawan dan antek-antek mereka. Sayang ummat Islam sendiri kebanyakan lengah bahkan tidur nyenyak atau tidak mengetahui dirinya sendiri; siapakah dia dan dimanakah dia, dan apakah tugasnya sebagai Ibadullahil-Mu’minin (lupa diri sendiri dan lupa tugasnya saendiri) falaahaulawalaaquwwatailla billahi-‘aliyil-‘adhiimil ‘azizil – hakim.

2. Menjaga kemungkinan akan salah I’tiqad/salah jalan bagi umat Islam sendiri dalam menegakkan kesucian/kemurnian iman dan taqwa (Syari’at Allah Rabbul ‘alamin) terutama bagi generasi penerus.

3. Sekedar memberi restu dan perangsang nurani Rabbani-qadral mustatha’- Di Abad Final Ini “Abad Kebangkitan Ummat Islam Sedunia”.

Page 67: Wasiat Renungan Masa

Wamaa’alaina illalbalaagh-semoga ada artinya-terutama untuk diri Ayahanda sendiri- Allahumma Aamin.

Wallahul muwaffiqu walhaadi ilaa sabilirrasyaad.

Wassalam

Khaadimukumul muhibb,

Waman ahabbaka nashakaha:

T.G.K.H. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID

Muassisiun Nahdlatain wa Nahdlatul Wathan

Lathafal Lathiiful Khabiiru hihi wabil muhibbin wa’afa’anhum

Page 68: Wasiat Renungan Masa

Aamin-Aamin

PANCOR BERMI,

BIMUSHALLA AL-ABRAAR

Rabu, 9 Dzulhijjah 1401 H

7 Oktober 1981 M

Ketahuilah bahwa wasiat renungan masa yang lama, yang diterbitkan pada 15 Jumadil awwal 1390 H/17 Agustus 1970 M, beberapa abjad telah dicabut (mansukh, tidak dipakai lagi) mulai dari awal tahun 1979 M.

Setelah tercabut abjad tersebut maka inilah wasiat yang sah dan lulus agar yang tercinta anakanda Abituren khususnya/warga/pencinta NW umumnya mendapat maklumat adanya.

Page 69: Wasiat Renungan Masa

Wallohulmuwaffiqu wal hadi ila sabilirrosyad.

Rabu, 9 Dzulhijjah 1401 H

7 Oktober 1981 M

Wassalam,

Ayahanda, Almuhibb

( TGK.H.M.Zainuddin Abdul Majid )

Assalamu’alaikum wr.wb.

Page 70: Wasiat Renungan Masa

RENUNGAN – MASA

WASIAT (AMANAT) AYAH KEPADA

ANAK YANG DICINTAINYA

Wasiat renungan masa ini diucapkan pada Hari Ulang Tahun Nahdlatul Wathan yang ke 17 di hadapan para MAHASISWA (Tullab Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al-Majidiyyah Asysyafii’iyah Nahdlatuhl Wathan), Guru-guru dan seluruh pelajar NWDi dan NBDI dan lain-lain di Pancor pada tanggal 1 Maret 1970 M / 24 Dzulhijjah 1389 H.

Wasiat ini renungan masa perlu dibaca dengan seksama. Semoga Allah yang Maha Esa Memberi Taufiq sepanjang masa.

1. Aduh sayang !

Memang banyak macam ujian

Yang diderita Nahdlatul Wathan

Luar dan dalam penuh godaan

Selalu lulus dalam ujian

2. Aduh sayang !

Page 71: Wasiat Renungan Masa

Setiap ujian banyak yang lulus

Dan ada juga yang nyata lulus

Memang begitu Hikmatul Quddus

Untuk mencapai hasil yang bagus

3. Aduh sayang !

Yang nyata lulus aku syukurkan

Yang masih lilus aku do’akan

Semoga Allah menghidayahkan

Kembali ikhlas ke Nahdlatul Wathan

4. Aduh sayang !

NW kembali menjadi Karya

Cita-citanya setinggi Mustawa

Semoga tercapai Jannatul Ma’wa

Bi’aunillahi Robbil Baroya

5. Aduh sayang !

Page 72: Wasiat Renungan Masa

Wahai anakku kalian Abituren

Marilah bersatu sebagai kemarin

Kembali bersatu di satu “Aren”

Sungguh NW lah Bapakmu yang tulen

6. Aduh sayang !

Kalau anakku masih ingatkan

“Kami Benihan Nahdlatul Wathan”

Pasti ta’ suka tinggalkan barisan

Pasti meihak Nahdlatul Wathan

7. Aduh sayang !

Pintu NW terbuka lama

Bagi anakku yang ingin bersama

Mari bersama selama-lama

Jangan kembali ke Orde Lama

8. Aduh sayang !

Page 73: Wasiat Renungan Masa

Seperlima abad anakku berpisah

Selama itu timbullah Fitnah

Disana sini anakku berbantah

Sesame saudara di dalam Nahdloh

9. Aduh sayang !

Wahai anakku mari kembali…!

Kepada NW karya sendiri

Ta’usah lari kesana kemari

Agar bersama sepanjang hari

10. Aduh sayang

Aku melihat banyaknya fitnah

Karena anakda berpisah-pisah

Tidak seturut pada ayahanda

Masya’ Alloh wa Innalillah

11. Aduh sayang !

Page 74: Wasiat Renungan Masa

Dulu banyak yang kami Bai’at

Waktu Ijazah dan menerima Thoriqot

Sanggup membela selama hayat

Sehidup semati sampai akhirat

12. Aduh sayang !

Tapi sekarang jarang kulihat

Menepati janji, menepati Bai’at

Apakah masih ada yang ingat…!

Ataukah sudah terbuang di “Erat”

13. Aduh sayang !

Bahwa Saifulhaq do’a Pemuda

Diijazahkan dengan Bai’atnya

Sanggup membela penuh setia

Tapi sekarang apa khabarnya ?

14. Aduh sayang !

Page 75: Wasiat Renungan Masa

Konon ada menjual gurunya

Menjual ibu serta bapaknya

Menjual NW dan Madrasahnya

Na’uzubillah apa jadinya…

15. Aduh sayang !

Organisasi ada Imamnya

Pengurus besar PB Namanya

Wajib dito’ati instruksinya

Selama berjalan menyelamatkannya

16. Aduh sayang !

Ta’ada artinya organisasi

Kalau instruksi ta’dito’ati

Itu namanya bernafsi-nafsi

Ber napsu-napsu membakar diri

17. Aduh sayang !

Page 76: Wasiat Renungan Masa

Kalau imam mulai takbirnya

Harus ma’mum mulai pula

Bila imam salamnya nyata

Haruslah ma’mum salam merata

18. Aduh sayang !

Kalau anakku masih mengaku

Bahwa NW Organisasimu

Pastilah nakku tho’at seribu

Menurut “Imam” kompak selalu

19. Aduh sayang ! !

Banyaklah orang tidak mengerti

Pada tugasnya berorganisasi

Dipermainkan orang sehari-hari

Akhirnya ia menjadi Amphibi

20. Aduh sayang ! !

Page 77: Wasiat Renungan Masa

Ada pula yang sangat panatik

Hanya selalu ingin ngeritik

Bembela pahamnya yang sangat picik

Akhirnya banyak Kejungking balik

21. Aduh sayang ! !

Ada pula yang sangat ganjil

Selalu memakai politik kancil

Lidahnya manis buktinya nihil

Hantam Kromo pokoknya hasil

22. Aduh sayang !

Jangan anakku menutup mata

Tidak perduli bukti yang nyata

Jangan anakku berlagak buta

Sengaja melupa hubungan kita

23. Aduh sayang !

Page 78: Wasiat Renungan Masa

Disa’at kami dikepung orang

Ada juga ‘nakku menghilang

Sungguh dunia heran dan cengang

Melihat ‘nakku menggunting benang

24. Aduh sayang !

Sudah masanya nakndaku berbakti

Membela NW sepenuh hati

Melihara NW sepenuh bukti

Menanam jiwa disiplin sejati

25. Aduh sayang !

Mari bersatu di satu barisan

Janganlah suka berkeliaran

Tetap bersatu bersama ikhwan

Menurut pimpinan Nahdlatul Wathan

26. Aduh sayang !

Page 79: Wasiat Renungan Masa

Tetapkan dirimu bersama ikhwan

Bersama pembela Nahdlatul Wathan

Jangan selalu mendengar ocehan

“Suara Orang Dipinggir Jalan”

27. Aduh sayang !

Dasar selamat Bersatu Kalimah

Bersatu Derap bersatu Langkah

Dasar bahaya berpecah belah

Terkadang membawa Su’ulkhotimah

28. Aduh sayang !

Kalau anakku kompak selama

Disatu barisan bersama-sama

Pastilah NW jayanya lama

Karena syaitan ta’dapat Ngerama

29. Aduh sayang !

Page 80: Wasiat Renungan Masa

Kalau anaknda berlainan tempat

Pasti dan pasti ikut mengumpat

Kepada ayahanda dan NW sehat

Ini bahaya Dunia akhirat

30. Aduh sayang !

Kalau anaknda dilain wadah

Tidaklah segan membuat fitnah

Memfitnah ayahanda dan NW na megah

Pengalaman hidupku membuktikan sudah

31. Aduh sayang !

Kalau anaknda berlain-lain

Pastilah NW diteropong lain

Tidak lagi memandangnya Aqrobin

Hanya sing Fidlolalin Mubin

32. Aduh sayang !

Page 81: Wasiat Renungan Masa

Kalau anaknda ingat Ilahi

Masak kan ‘anaknda menggantung diri

Kalau anaknda berhati murni

Masak kan lupa ayahanda sendiri

33. Aduh sayang !

Jauhkan dirimu dari sang cupak

Karena cupak sangat merusak

Asal dijanji kursi dan perak

Tidak perduli Guru dan Sanak

34. Aduh sayang !

Banyaklah orang berlagak pejuang

Mendekati NW ikut berjuang

Akhirnya Menikam dari belakang

Karena NW ta’dapat di tunggang

35. Aduh sayang !

Page 82: Wasiat Renungan Masa

Ibnu Saba’ mengadu domba

Antara pemuka dengan pemuda

Antara anggota dengan anggota

Antara kita sesama kita

36. Aduh sayang !

Pak Hasidin mencari nama

Bersilat dengan agama

Ingin disebut orang utama

Harapan diikut selama-lama

37. Aduh sayang !

Banyak sekali simodel begitu

Sering terdapat disana situ

Itulah dia pengalaman nan lucu

Yang kudapati selama hidupku

38. Aduh sayang !

Page 83: Wasiat Renungan Masa

Kalau anakanda memang setia

Tentulah seturut dan bersedia

Menegakkan NW ciptaan Ayahanda

Bersama menolah iblis yang nyata

39. Aduh sayang !

Nahdlatul Wathan ciptaan ayahanda

Ku amanatkan kepada anakanda

Dipelihara dan terus dibina

Dan dikembangkan di Nusantara

40. Aduh sayang !

Azaz NW jangan diubah

Sepanjang masa sepanjang sanah

Sunnah Jama’ah dalam ‘aqidah

Mazhab Syafi’I dalam Syari’ah

41. Aduh sayang !

Page 84: Wasiat Renungan Masa

Ide Khawarij jangan dianut

Karena menyimpang dari yang patut

Selalu terjadi fitnah yang rebut

Dari mereka yang banyak kimut

42. Aduh sayang !

Buka madrasah desa dan dasan

Agar tersebar ajaran Tuhan

Ikatan Pelajar, PG aktifkan

HIMMAH, PEMUDA terus tonjolkan

43. Aduh sayang !

NW membuka lembaran sejarah

Mengangkat derajat putra Daerah

Terbukti dalam diri Anakanda

Menjadi Ustadz dan Guru Sekolah

44. Aduh sayang !

Page 85: Wasiat Renungan Masa

Dan banyak pula petugas Negara

Menjadi penghulu menjadi Kepala

Urusan agama pendidikannya

Penerangan agama peradilannya

45. Aduh sayang !

Sejarah yang putih jangan hitamkan

Jangan anakku dikambing hitamkan

Sejarah yang bersih jangan kotorkan

Jangan anakku dibodoh-bodohkan

46. Aduh sayang !

Nahdlatul Wathan pusakamu sendiri

Dilahirkan Tuhan di Lombok ini

Ciptaan Sasak Selaparang Asli

Wajib dibela sampai akhirati

47. Aduh sayang !

Page 86: Wasiat Renungan Masa

Pelita NTB bertambah terangnya

Karena NW lahir padanya

Berpartisipasi dengan megahnya

Membela Agama Nusa dan Bangsa

48. Aduh sayang !

Jangan rusakkan sejarah dirimu

Dengan alasan si burung hatu

Jangan rusakkan sejarah desamu

Dengan alasan yang nambah dosamu

49. Aduh sayang !

Sekarang anakanda sudah mulia

Jangan lupa pada NW nya

Agar orang jangan berkata

“Lupa Kacang Akan Kulitnya”

50. Aduh sayang !

Page 87: Wasiat Renungan Masa

Disaat anakanda mendapat bintang

Pertahankan sinar sang selaparang

Agar terhindar sebutan orang

“Habis Manis Sepah Dibuang”

51. Aduh sayang !

Nahdlatul Wathan sdah dewasa

Lima delapan tahun umurnya

Menjalankan tugas yang maha mulia

Membukakan ummat jalan ke surga

52. Aduh sayang !

Siarkan Hizib sampai merata

Agar banyaklah pendo’a kita

Mendo’a Negara, Nusa dan Bangsa

Mendo’a Islam se Nusantara

53. Aduh sayang !

Page 88: Wasiat Renungan Masa

Janganlah cela hizib nan jaya

Karena ia wirid aulia

Takut kualat akhirnya bahaya

Karena banyak buktinya nyata

54. Aduh sayang !

Ada orang melarang berhizib

Berjanji pasti mengarang hizib

Akhirnya mati ta’ngarang hizib

Hanya mengarang ribuan kizib

55. Aduh sayang !

Ada pula selalu mencela

Orang berhizib dihina-hina

Akhirnya mati secara gila

Na’uzubillahi Min Zalika

56. Aduh sayang !

Page 89: Wasiat Renungan Masa

Sholawat Nahdlotain di cela-celanya

Padahal mendo’a keselamatannya

Dari Gilanya dari hasadnya

Megfiroh Tuhan diinjak-injaknya

57. Aduh sayang !

“Kun Payakun” kontak nan halus

Menjadi penawar segala nufus

Untuk mencapai Hikmatul Quddus

Perlu dibaca terus-menerus

58. Aduh sayang !

Sholawat tehebat “Sholatunnahdloh”

Penuh faedah penuh hikmah

Penuh dibaca oleh anakanda

Walau sehari marroh wahidah

59. Aduh sayang !

Page 90: Wasiat Renungan Masa

“Sholawat Taisir” amatlah perlu

Dibaca oleh penuntut ilmu

Oleh pedagang yang ingin maju

Oleh pemimpin oleh penghulu

60. Aduh sayang !

Semakin musuh ada harapan

Menjadi baik menjadi ikhwan

Kecuali musuh yang anti kemulan

Sampai kiamat menjadi syaitan

61. Aduh sayang !

Tetap amalkan “Robbanampa’na”

Karena ia sangat berguna

Do’a pusaka mengandung sempena

Harus dibaca dengan sempurna

62. Aduh sayang !

Page 91: Wasiat Renungan Masa

Jika khawatir akan terjadi

Malapetaka didalam diri

Perlu dibaca berkali-kali

“A’da ‘Una-lan” Wirid Ghozali

63. Aduh sayang !

Thoriqot Hizib thoriqot terakhir

Dengan bisyaroh “Albasyirunnazir”

Kepada “Bermi” alfaqirulhaqir

Dan ditauqidkan oleh Al Khidir

64. Aduh sayang !

Banyak sekali Basyarah nan nyata

Untuk jama’ah tariqot kita

Dari anbiya’ dan dari Aulia

Menjadi bukti menjadi fakta

65. Aduh sayang !

Page 92: Wasiat Renungan Masa

Orang beriman bersuka ria

Mendengar Bisyarah tambah percaya

Orang yang ingkar bertambah gila

Berpanjang lidah tambah mencela

66. Aduh sayang !

Lebih-lebih si memang hasad

Bernyala-nyala api di jasad

Tak berhenti menjalankan fasad

Sehingga masuk keliang lahad

67. Aduh sayang !

Zaman dahulu para anbiya’

Para Auliya’ para atgqiya’

Selalu dihasad oleh si supaha’

Akhirnya mereka tersiksa bala’

68. Aduh sayang !

Page 93: Wasiat Renungan Masa

Ada Bisyarah berkata begini

Biarkan mereka mencaci maki

Karena berarti mereka memuji

Dan mendo’akan NW mu ini

69. Aduh sayang !

Justeru itu kami berkata

Terima kasih berlipat ganda

Kepada “Hasidin” yang aktif serta

Menyiarkan NW sampai merata

70. Aduh sayang !

Mereka aktif mengoceh NW

Diwaktu pesta diwaktu begawe

Dimuka umum dimuka pegawe

Itulah “Jasa” Lo’ “Kede Gawe”

71. Aduh sayang !

Page 94: Wasiat Renungan Masa

Sekali lagi Alhamdulillah

Atas bantuan dan jerih payah

Para Hasidin si juru da’wah

Nyiarkan NW sonder diupah

72. Aduh sayang !

Wahai anakku jama’ah Tariqat

Janganlah lupa pada syari’at

Ingatlah selalu kandungan bai’at

Mudahan selamat dunia akhirat

73. Aduh sayang !

Dengan adanya peraturan murni

NW mencatat rahasia insane

Hitam dan putih terbongkar sendiri

Cinta kasih tak dapat dibeli

74. Aduh sayang !

Page 95: Wasiat Renungan Masa

Fulan diduga cinta sejati

Tapi ternyata hatinya mati

Terkadang fulan disebut anti

Makin terbukti setia murni

75. Aduh sayang !

Thoriqat Hizib harus berjalan

Bersama thoriqot yang murni haluan

Membenteng syari’at membenteng iman

Menendang ajaran Thoriqat Syaithon

76. Aduh sayang !

Thoriqat yang baik diperkosa orang

Dipergunakan semata mencari uang

Dipermain-mainkan wirid yang memang

Sehingga kabur thoriqat yang terang

77. Aduh sayang !

Page 96: Wasiat Renungan Masa

Karena si guru banyak tak beres

‘ibarat sopir tak punya rebiwys

Sehingga murid banyak yang ngeres

Menjadi Zindiq menjadi sesat

78. Aduh sayang !

Sang jahil Murobba’ menjadi badal

Menarik ummat ke jalan yang Dholal

Disana sini dholal fie dholal

Lebih bahaya dari sang Dajjal

79. Aduh sayang !

Banyak sekali membisikkan hakikat

Padahal mereka buta syari’at

Sehingga awam banyak terpikat

Menjadi Zindiq menjadi sesat

80. Aduh sayang !

Page 97: Wasiat Renungan Masa

Orang yang bodoh menjadi korban

Dipermain-mainkan tidak karuan

Memang benarlah ajaran Tuhan

Yang paling banyak “Alimullisan”

81. Aduh sayang !

Ada orang mengaku diri

Menambil patokan “Musa Samiri”

Waktu berzikir menari-nari

Bersorak-sorak bagai himari

82. Aduh sayang !

Ada pula berkata begini

Thariqatku ini adalah isi

Syari’at itu tak perlu lagi

Karena isilah yang memang dicari

83. Aduh sayang !

Page 98: Wasiat Renungan Masa

Dibeberapa masjid ada pengajar

Mendidik ummat berkurang ajar

Obrolan cabul penuh kelakar

Itulah dia susut terbesar

84. Aduh sayang !

Na’udzubillah dari segala

Ocehan iblis dan antek-anteknya

Membuka luas pintu neraka

Menutup rapat jalan kesyurga

85. Aduh sayang !

Sungguh sukarlah encari guru

Yang berhak mengajar thariqat yang jitu

Kebanyakan orang tak punya malu

Ingin disebut “Wali dab Ratu”

86. Aduh sayang !

Page 99: Wasiat Renungan Masa

Wajiblah anakanda berbanyak bersyukur

Atas NW mu nan jamu teratur

Menyebarkan ilmu dan amal mabrur

Secara terang secara jujur

87. Aduh sayang !

Zaman sekarang zaman mungkarot

Memerlukan banyak baca sholawat

Membaca Qur’an Zikir dan Taubat

Mengingat Tuhan setiap saat

88. Aduh sayang !

Gunung fitnah bertubi-tubi

Disana sini menjadi-jadi

Fitnah Qubro pasti terjadi

Mungkin dahsyatnya di “Hawwuz” nanti

89. Aduh sayang !

Page 100: Wasiat Renungan Masa

Bila saatnya Pamasya’ Allaoh

Wa Inna Lilla wa Inna Lillaah

Perbanyakkan takbir dan Hasbunalloh

Dan terus-menerus membaca Hauqolah

90. Aduh sayang !

Kita serahkan Nahdlatul Wathan

Lahir dan bathin kepada Tuhan

Semoga tetap dalam lindungan

Alhayyul Qayyum sepanjang zaman

91. Aduh sayang !

Kaum wanita tetap wanita

Sekalipun S.H. dan Doktoranda

Wajib berjuang dengan pelita

Membela Agama Nusa dan Bangsa

92. Aduh sayang !

Page 101: Wasiat Renungan Masa

Banyak wanita menaku bebas

Semau-mau meninggalkan tugas

Bercampur baur secara buas

Akhirnya Imannya Melayang Lepas

93. Aduh sayang !

Banyak terdapat dewasa ini

Bahwa wanita berlagak laki

Dan sang laki seolah isteri

Terbalik langit menjadi bumi

94. Aduh sayang !

Kalau berjodoh hendaklah pilih

Yang tinggi moral, turunan bersih

Jangan semata memandang Gajih

Memandang titel dan muka jernih

95. Aduh sayang !

Page 102: Wasiat Renungan Masa

Karena banyak buktinya nyata

Kebanyakan hanya memandang harta

Memandang rupa memandang kasta

Akhirnya hina, imannya buta

96. Aduh sayang !

Kami meihat di Sasak ini

Banyak terdapat disana sini

Hanya panatik silsilah sendiri

Sehingga lupa syari’at Ilahi

97. Aduh sayang !

Wahai anakku rajin berguru

Pilih yang musryid menjadi guru

Lagipun Mukhlis, ta’at selalu

Serta amanah, berakhlak Guru

98. Aduh sayang !

Page 103: Wasiat Renungan Masa

Jangan sekali anakku mengaji

Pada orang yang akhlaknya keji

Karena ilmunya ilmu iblisi

Dunia akhirat bahayanya pasti

99. Aduh sayang !

Kalau anakku ingin mendapat

Ilmu berguna ilmu yang berkat

Ibu bapakmu dan gurumu ingat

Wajib dihormati wajib di tho’ati

100. Aduh sayang !

NWDI mu dan NDBI

Ibu bapakmu, Gurumu pasti

Wajib dibela sepenuh hati

Karena pembuka babal jannati

101. Aduh sayang !

Page 104: Wasiat Renungan Masa

NWDI dan NBDI mu

Jalan menuju ke langit ilmu

Terus ke bulan sampai bertemu

Sinar yang lima nyinari penjuru

102. Aduh sayang !

Bagi anakku yang murni benar

Jiwa raganya bersinar seminar

Hidup matinya di bawah sinar

Tidak menjadi “Buronan Luar”

103. Aduh sayang !

Belajar olehmu segala macam

Ilmu yang mufid ningkatkan iman

Yangan belajar ilmu Jahannam

Perusak iman, perusak Islam

104. Aduh sayang !

Page 105: Wasiat Renungan Masa

Kalau umum yang memang dicari

Cukup syaratnya gurunya mengerti

Pandai mendidik, berhati-hati

Sekalipun bukan muslim sejati

105. Aduh sayang !

Banyaklah orang berlagak ulama’

Padahal mereka masih supaha’

Kesana kemari penuh khuyala’

Merusak agama, merusak juhala’

106. Aduh sayang !

Banyak sekali fatwa yang palsu

Disiarkan dengan berhawa nafsu

Akhirnya ummat banyak tertipu

Syukurlah NW aktif menyapu

107. Aduh sayang !

Page 106: Wasiat Renungan Masa

Ujub Takabbur Ria’ dan Hasad

Perusak amal, perusak jasad

Kalau seorang berjiwa hasad

Zohir batinnya semua pasad

108. Aduh sayang !

Tetap bersama kaum mukhlisin

Tetap bersama kaum sholihin

Teguhkan hubungan dengan Muhibbin

Putuskan hubungan dengan mupsidin

109. Aduh sayang !

Hidupkan jiwa ikhlas sejati

Tetap memohon taufik Ilahi

Siang dan malam menyerah diri

Kehadirat Allah Robbul Izzati

110. Aduh sayang !

Page 107: Wasiat Renungan Masa

Ayahanda ini usia lanjut

Perlusampaikan wasiat tersebut

Semoga anakku ‘Bituren menyambut

Semoga keluarga setia menurut

111. Aduh sayangs !

Pengalaman hidupku banyak kujumpa

Pahit dan Manis sudah kurasa

Kalau anakku tidak bersama

Berbagai bahaya tergambar nyata

112. Aduh sayangs !

Itulah sudah wasiatku nyata

Aku lahirkan karena cinta

Kepada anakanda semua merata

Semoga Allah dipihak kita

Page 108: Wasiat Renungan Masa

PANCOR BERMI,

BIMUSHALLA AL-ABRAAR

Pancor, 24 Dzulhijjah 1389 H

1 Maret 1970 M

Wassalam,

Ayahanda Al Muhibb

Ttd

( T.G.K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Majid )

Page 109: Wasiat Renungan Masa

TAMBAHAN PENTING WASIAT

“RENUNGAN MASA”

1. Aduh sayang !

Wahai anakku Rauhun Rehanun

Tetapkan diri selangkah seayun

Membela NW turun temurun

Bertangga naik berjenjang turun

2. Aduh sayang !

Wahai anakku tuntutlah ilmu

Setiap hari setiap waktu

Page 110: Wasiat Renungan Masa

Janganlah mundur karena dianu

Karena “Tambah air tambah sagu”

3. Aduh sayang !

Tuntutlah ilmu sepuas-puas

Dari yang rendah sampai fakultas

Jangan sekali lengah dan malas

“Menjemur sementara hari panas”

4. Aduh sayang !

Tuntutlah olehmu halal dan bathal

Pada Ulama’ yang memang terkenal

Janganlah angkuh bermain akal

“Ada teluk timbunan kapal”

5. Aduh sayang !

Tetapkan dirimu berbuat baik

Jangan sekali berbuat jelek

Page 111: Wasiat Renungan Masa

Agar semua wargamu baik

“Anak baik menantu molek”

6. Aduh sayang !

Bila anakku kakak beradik

Turun temurun berjiwa baik

Amalkan wasiat setiap detik

“Bulan naik matahari naik”

7. Aduh sayang !

Bila anakku tetap berbakti

Menjunjung wasiat setiap hari

Membela NW sepenuh hati

“Bagai ayam bertelur di padi”

8. Aduh sayang !

Anak cucuku yang kucintai

Bila setia pada Ilahi

Page 112: Wasiat Renungan Masa

Dan wasiatku di junjung tinggi

“Seperti santan dengan tengguli”

9. Aduh sayang !

NW mu ini pelita nan megah

Terus nyalakan setiap saah

Jangan padamkan lantaran fitnah

“Ada sihir hendak makan sepah”

10. Aduh sayang !

Disaat nakku di medan juang

Qur’an dan hadist tetaplah pegang

Ijma’ Qiyas jangan dibuang

“Seperti sirih pulang ke gagang”

11. Aduh sayang !

Wasapadalah nakku malam dan siang

Tetapkan berdo’a setelah sembahyang

Page 113: Wasiat Renungan Masa

Agar terhindar aral melintang

“Besar kapal besar gelombang”

12. Aduh sayang !

Dalam berjuang hendaklah jujur

Janganlah malang supaya mujur

Agar selamat sepanjang umur

“Seperti belut pulang ke lumpur”

13. Aduh sayang !

Bila berjuang harus waspada

Janganlah lengah sekejap mata

Teguhkan hati rapikan penca

“Silap mata pecah kepala”

14. Aduh sayang !

Arif bijaksana jadikan guru

Tutur sapanya baik selalu

Page 114: Wasiat Renungan Masa

Gerak geriknya patut ditiru

“Tukang tidak membuang kaju”

15. Aduh sayang !

Wahai anakku jangan termenung

Jangan sekali angkuh membusung

Tho’at setia agar beruntung

“Bumi dipijak langit dijunjung”

16. Aduh sayang !

Janganlah nakku mengaku bijak

Semau-mau melakukan tindak

Tidak perduli ibu dan bapak

“Didengar ada dipakai tidak”

17. Aduh sayang !

Kalau belajar jangan sambilan

Bermain api tidak karuan

Page 115: Wasiat Renungan Masa

Akhirnya celaka membakar ribuan

“Ibarat-barat bulan sembila”

18. Aduh sayang !

Kalau ingin dapat paedah

Tuluskan hati luruskan lidah

Pandai bergaul secara hikmah

“Empa’ bau tunjung tilah”

19. Aduh sayang !

Kerjakan suatu dengan ukuran

Dengan teliti dan kesadaran

Agar stabillah keadaan

“Bayang-bayang sepanjang badan”

20. Aduh sayang !

Bila nakku memegang pimpinan

Segala akibat perlu fikirkan

Page 116: Wasiat Renungan Masa

Agar tak nyesal dan kesiangan

“Sube belus mencincingan”

21. Aduh sayang !

Pemimpin ummat perlu tenangnya

Perlu waspada dan berkorban

“Banyak udang banyak garamnya

Banyak orang banyak ragamnya”

22. Aduh sayang !

Jangan pesimis waktu berjuang

Kenangkan sejarah gilang gemilang

Datuk moyangmu bulannya terang

“Mengambil tuah pada yang menang”

23. Aduh sayang !

Wahai anakku yang ingin utuh

Jangan sekali tuduh menuduh

Page 117: Wasiat Renungan Masa

Berbuat bangkai dan kursi ampuh

“Hendak tinggi terlalu jatuh”

24. Aduh sayang !

Kalau anakanda ingin mulia

Pilih pimpinan yang bijaksana

Kalau memilih siangkuh durjana

“Memberi barang ketangan kera”

25. Aduh sayang !

Janganlah nakku lengap sekejap

Dizaman appolo fitnah meluap

Berhenti di timur di Barat menguap

“Api padam puntung berasap”

26. Aduh sayang !

Hendaklah nakku berjiwa teguh

Page 118: Wasiat Renungan Masa

Berhati murni berjuang penuh

Terus menerus tidak mengeluh

“Aur ditanam betum tumbuh”

27. Aduh sayang !

Tata tertib perlukan ada

Tutur bahasa perlu dijaga

Akhlak luhur tanda mulia

“Bahasa menunjukkan bangsa”

28. Aduh sayang !

Kalau orang berjiwa unggul

Aktif berjuang padai bergaul

Tolong menolong bersama muncul

“Tangan mencencang bahu memikul”

29. Aduh sayang !

Kalau orang berjiwa perut

Page 119: Wasiat Renungan Masa

Semasih kecil tetap mengikut

Setelah besar semua dikentut

“Itulah dia mengandi bunut”

30. Aduh sayang !

Kalau orang berjiwa ringgit

Jangan harapkan bisa membangkit

Dalam jiwanya berputar penyakit

“Bagai baling-baling di atas bukit”

31. Aduh sayang !

Ada orang terlalu menyolok

Dirumah orang meminta rokok

Dirumah sendiri tidak menengok

“Itu namanya gerasa’ kerokok”

32. Aduh sayang !

Orang durhaka membabi buta

Page 120: Wasiat Renungan Masa

Membuat dosa di atas dosa

Pagi memfitnah sore berdusta

“Sudah panas berbaju pula”

33. Aduh sayang !

Jangan menari dimuka macan

Menganggap diri sudah pahlawan

Nama dicari jiwa dikorbankan

“Meletakkan api dibubungan”

34. Aduh sayang !

Pemuda sekarang berlenggang lenggok

Berasa diri gagah dan elok

Ulama’ Aulia’ diolok-olok

“Belum bertaji sudah berkokok”

35. Aduh sayang !

Page 121: Wasiat Renungan Masa

Baru saja mendapat ijazah

Menyangka diri sudah allamah

Tidak menghirau guru dan ayah

“Mencabik mudah menjahit susah”

36. Aduh sayang !

Orang mu’min berjiwa besar

Tetap berjuang sepenuh shabar

Orang munafiq berjiwa gusar

“Tegak berpaling duduk berkisar”

37. Aduh sayang !

Orang baik berbuat patut

Tidak membekot tidak mencatut

Jasa sedikit disanjung sebut

“Hatta sedikit menjadi laut”

38. Aduh sayang !

Page 122: Wasiat Renungan Masa

Silapang dada jiwanya rukun

Bila bersalah memohon ampun

Sipicik dada selalu ngerumun

Suka Menebas buluh serumpun

39. Aduh sayang !

Ada orang selalu bersalah

Tapi lahirnya semuanya dimarah

Tidak mendengar nasehat ayah

“Buruk muka cermin dibelah”

40. Aduh sayang !

Bertanya olehmu pada pimpinan

Mengenai hal Nahdlatul Wathan

Jangan bertanya pada luaran

“Jikalau beranan ikut kata bidan”

Page 123: Wasiat Renungan Masa

41. Aduh sayang !

Kalau orang bertitel tinggi

Ingin disebut masyarakat murni

Tapi amphibi berakhlak keji

“Bagai antan pencungkil duri”

42. Aduh sayang !

Ayahanda ini selalu menolong

Kepada orang yang ingin ditolong

Tapi akhirnya ayahanda didorong

“Bagai memagar kerambil condong”

43. Aduh sayang !

Ayahanda ini suka menunjuk

Dan suka pula memohon petunjuk

Mengharap bantuan dari sang Beruk

“Bagai bergantung diakar lapuk”

Page 124: Wasiat Renungan Masa

44. Aduh sayang !

Zaman sekarang zaman memburuk

Mulutnya manis hatinya busuk

Kalau orang berjiwa buruk

“Belum berkuku sudah menggaruk”

45. Aduh sayang !

Banyak terdapat mengukir langit

Menjemur bangkai di atas bukit

Belum berkuku sudah mencubit

“Diluar merah di dalam pahit”

46. Aduh sayang !

Banyak terdapat diakhir zaman

Orang meminjam lidahnya syaitan

Berjanji bersumpah sepenuh awam

“Murah dimulut mahal ditimbang”

Page 125: Wasiat Renungan Masa

47. Aduh sayang !

Kalau orang bernasib akhiri

Sukar terdapat mukhlis sejati

Biarpun murid biarpun pamili

“Mahal dibeli sukar dicari”

48. Aduh sayang !

Kalau orang bernasib malang

Lupa Ilahi lupa sembahyang

Zahir bathinnya selalu terserang

“Antan patah lesung hilang”

49. Aduh sayang !

Ziarah kubur dicapnya kafir

Oleh mereka yang asyik mengkafir

Qur’an Hadist tidak difikir

“Seperti air jatuh dipasir”

Page 126: Wasiat Renungan Masa

50. Aduh sayang !

Banyak orang memfitnah buta

Mengkafirkan orang dengan sengaja

Lantaran tak masuk dalam partainya

“Naudzu billahi min dzalika”

51. Aduh sayang !

Kalau mengharap bantuan penuh

Dari seorang berjiwa angkuh

Pohon mustahillah yang akan tumbuh

“Bayang-bayang sepanjang tubuh”

52. Aduh sayang !

Banyaklah orang mendidik anak

Karena mengharap kadernya banyak

Tapi terkadang sianak memberak

Page 127: Wasiat Renungan Masa

“Minyak habis sambal tak enak”

53. Aduh sayang !

Lisan politik dan tukang dongeng

Pandai memikat jutaan kepeng

Menawan menteri berumah genteng

“Semet bulu mau’ banteng”

54. Aduh sayang !

Orang yang thama’ ataupun manja

Tak akan puas hawa nafsunya

Diberi satu minta minta semua

“Diberi bahu minta kepala”

55. Aduh sayang !

Jiwa kesusu membawa sesat

Tidak memikir pada akibat

Akhirnya menyesal jalan terhambat

Page 128: Wasiat Renungan Masa

“Terlalu cepat jadi terlambat”

56. Aduh sayang !

Banyaklah orang angkuh Rinjani

Tidak menoleh kanan dan kiri

Setelah sadar menyesal sendiri

“Berani malu takut mati”

57. Aduh sayang !

Banyaklah orang anti nasehat

Membuat tuli menendang wasiat

Akhirnya dia dalang ma’siat

“Anak badk dihambat-hambat”

58. Aduh sayang !

Banyaklah orang mendewakan nafsu

Melontar kesana, melontar kesitu

Akhirnya memohon ampun seribu

Page 129: Wasiat Renungan Masa

“Iyyakan wama yu’tadzaru minhu”

59. Aduh sayang !

Kalau selalu mengikut iblis

Nanti menyesal yang takkan habis

Akhirnya lari sembunyi menangis

“Mara’ manuk bayah awis”

60. Aduh sayang !

Banyaklah orang idenya bertikai

Berebut kursi intai mengintai

Amal ibadat terbengkalai

“Seperti anjing berebut bangkai”

61. Aduh sayang !

Banyaklah orang mengejar pangkat

Lupa daratan lupa amanat

Hantam geromo patpat gulipat

Page 130: Wasiat Renungan Masa

“Sehabis kelahi teringat silat”

62. Aduh sayang !

Banyaklah orang mengepal awan

Mengaku membela Nahdlatul wathan

Menoleh kekiri dipinggir jalan

“Menjual bedil kepada lawan”

63. Aduh sayang !

Terkadang orang ilmunya seember

Mena’jiskan lautan yang penuh semper

Itulah lo’ Sekek Tamber

“Seperti kerbau terjepit leher”

64. Aduh sayang !

Zaman sekarang zaman penyakit

Penyakit fitnah penyakit menggigit

Sekalipun berjasa setinggi langit

Page 131: Wasiat Renungan Masa

“Seperti melepas anjing terjepit”

65. Aduh sayang !

Semua penghasad organisasi

Menggunakan lidahsyaiton iblisi

Menuduh NW diluar imani

“Bantel tolang Nde’na ara’ isi”

66. Aduh sayang !

Banyaklah orang baru diangkat

Menjadi guru menjadi pejabat

Berlagak alim yang paling keramat

“Seperti sibuta baru melihat”

67. Aduh sayang !

Banyaklah orang kehilangan kompas

Siang dan malam bersesak napas

Ibu bapaknya gurunya dilepas

Page 132: Wasiat Renungan Masa

“Akhirnya dia jatuh terhempas”

68. Aduh sayang !

Banyaklah orang membuang waktu

Setiap saat bermain kartu

Sehingga melelang sembahyang fardhu

“Lupa mertua lupa menantu”

69. Aduh sayang !

Kami asyik menanam dana

Karena mengharap dapat sarjana

Tapi akhirnyaSyarrun jaana

“Peres batu nde’ ara’ ai’na”

70. Aduh sayang !

Nahdlatul Wathan selalu diintai

Selalu difitnah berantai-rantai

Laut dan darat dan tepi pantai

Page 133: Wasiat Renungan Masa

“Bau busuk tidak berbangkai”

71. Aduh sayang !

Didetik kami nyatakan karya

Sepenuh dunia mulut menghina

Tapi akhirnya lidah berkata

“Sungguh NW keramatnya nyata”

72. Aduh sayang !

Aduhai kami bukan keramat

Dan bukan yang banyak tho’at

Hanya kami mengharap rahmat

“Karena berkhadam setiap saat”

73. Aduh sayang !

Nahdlatul Wathan ciptaan Sasak

Teguhkan barisan selalu kompak

Jangan anakku dituduh Gerasak

Page 134: Wasiat Renungan Masa

“Air besar batu bersibak”

74. Aduh sayang !

Siang dan malam ayahanda menyeru

Dan mendo’akan untuk bersatu

Tapi anakanda selalu membantu

“Menanam baiji di atas batu”

75. Aduh sayang !

NW tetap menanam bakti

Menghidangkan makanan setiap hari

Karena itu ingatlah diri

“Tempat makan jagnan diberaki”

76. Aduh sayang !

NW banyak mengirim orang

Keluar daerah seperti Malang

Maksud menambah tenaga pejuang

Page 135: Wasiat Renungan Masa

“Tapi bertambah semakin berkurang”

77. Aduh sayang !

Kasihan NW menanam jasa

Bersusah payah mengumpulkan dana

Akhirnya Malang malang nasibnya

“Umpan habis ikan tak kena”

78. Aduh Sayang !

Tidak sedikit, siang dan malam

Memberi harapan mengirim salam

Tapi buktinya pahit dan asam

“Masak di luar mentah di dalam”

79. Aduh sayang !

Anakku semua hargailah diri

Tetap berbakti pada Ilahi

Janganlah lupa rumah sendiri

Page 136: Wasiat Renungan Masa

“Sesat surut terlangkah kembali”

80. Aduh sayang !

Ayahanda tetap berpanjang nafas

Memberi nasehat sepuas-puas

Agar anakanda jangan membuas

“Bibir saya bukan diretak panas”

81. Aduh sayang !

Jangan sekali anakku berkata

Kami mendengan, tapi durhaka

Meski berkata selama-lama

“Kami mendengar kami setia”

82. Aduh sayang !

Kalau anakanda ke Gubuk Bermi

Bolehlah nakanda menumpang mandi

Kalau anakanda berjiwa murni

Page 137: Wasiat Renungan Masa

“Akan melihat seribu bukti”

83. Aduh sayang !

Malahan melihat lebih jutaan

Kurnia Tuhan di Nahdlatul Wathan

Asalkan nakanda tidak tertawan

Dalam perangkat hawa dan syaithon

84. Aduh sayang !

Bila anakanda mengingat diri

Mengingat NW mengingat Ilahi

Pasti menangis sepanjang hari

“Pasti mengaku salah sendiri”

85. Aduh sayang !

Alhamdulillah Robbul Izzati

Banyaklah ikhwan yang nyata murni

Tulus ikhlas sehidup semati

Page 138: Wasiat Renungan Masa

“Bagai Onta menyerah diri”

86. Aduh sayang !

Ilahi Robbi rabbal baroya

Kami hambamu yang hina dina

Tetap memohon limpah kurnia

“Mudahan selamat Abadan Abada”

87. Aduh sayang !

Allohu Akbar Ilahi Robbi

Limpahkan RahmatMu kepada kami

Turun temurun laki dan bini

“Kami semua berserah diri”

Wassalam

Page 139: Wasiat Renungan Masa

Khaadimukumul muhibb,

Waman ahabbaka nashakaha:

T.G.K.H. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID

Muassisiun Nahdlatain wa Nahdlatul Wathan

Lathafal Lathiiful Khabiiru hihi wabil muhibbin wa’afa’anhum

Aamin-Aamin

PANCOR BERMI,

BIMUSHALLA AL-ABRAAR

Pancor, 27 R a j a b 1390 H

28 Semptember 1970 M

Page 140: Wasiat Renungan Masa

Penghimpun

Ttd

( T.G.K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Majid )