Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

43
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI KLINIK WAWANCARA RIWAYAT PENGOBATAN KELOMPOK 2A 1. NISSA SUSANTI (M3510054) 2. NITA WAHYU (M3510055) 3. NOFI TRI (M3510056) 4. NOVA KARLINA (M3510057) 5. NOVERIMA (M3510058) 6. NUGRAENI BUDI (M3510059) 7. OKSA SETYA (M3510060) 8. PRAKHAS (M3510061) 9. PUTRI K (M3510062) 10. QURROTUL A’YUN (M3510063) TANGGAL PRAKTIKUM : 16 April 2012

Transcript of Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Page 1: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

WAWANCARA RIWAYAT PENGOBATAN

KELOMPOK 2A

1. NISSA SUSANTI (M3510054)

2. NITA WAHYU (M3510055)

3. NOFI TRI (M3510056)

4. NOVA KARLINA (M3510057)

5. NOVERIMA (M3510058)

6. NUGRAENI BUDI (M3510059)

7. OKSA SETYA (M3510060)

8. PRAKHAS (M3510061)

9. PUTRI K (M3510062)

10. QURROTUL A’YUN (M3510063)

TANGGAL PRAKTIKUM : 16 April 2012

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

ACARA IV

WAWANCARA RIWAYAT PENGOBATAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat melakukan wawancara riwayat pengobatan dan

mendokumentasinya.

II. DASAR TEORI

Wawancara riwayat pengobatan merupakan langkah atau tahap

dalam mengenal pasien dan bertujuan mendapatkan informasi mengenai

berbagai aspek penggunaan obat pasien sehingga dapat membantu

pengobatan secara keseluruhan.

Informasi tersebut dapat digunakan untuk :

Membandingkan profil pengobatan sekarang dan sebelumnya

Memverifikasi riwayat pengobatan yang diperoleh dan memberikan

informasi tambahan jika perlu

Mendokumentasikan adanya alergi dan Adverse Drugs Reaction

Skrining interaksi obat

Menilai kepatuhan pasien

Menilai rasionalitas obat yang diresepkan

Menilai kejadian penyalahgunaan obat

Data-data yang perlu diperoleh adalah :

Informasi demografi pasien : umur, berat badan, tinggi badan, alamat,

pendidikan, pekerjaan.

Informasi diet pasien

Kebiasaan sosial ; merokok, alkohol

Pengobatan yang sedang diperoleh.

Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya.

Pengobatan tanpa resep yang pernah diperoleh sebelumnya.

Pengobatan alternatif sekarang ataupun pernah diterima.

Alergi

Page 3: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Adverse drugs Reaction

Kepatuhan pasien (Kundarto, 2011).

Keterampilan Dasar dalam Mewawancarai Pasien

Salah satu saat kritis pada pengkajian pasien oleh farmasis adalah ketika

mengajukan pertanyaan kepada pasien. Untuk memperoleh informasi yang

berguna, farmasis harus menggunakan keterampilan yang tepat dalam

mewawancarai pasien.

a. Lingkungan

Sebelum farmasis berbicara kepada pasien atau mendapatkan data

pengkajian pasien (misalnya: tekanan darah), lingkungan di mana interaksi

berlangsung harus dipersiapkan. Interaksi dapat terjadi pada berbagai

situasi dan kondisi (setting) yang bervariasi, misalnya farmasi komunitas,

ruang periksa di rumah sakit, atau kamar pemeriksaan di klinik. Namun,

karakteristik lingkungan dasar haruslah konsisten dari satu situasi ke

situasi yang lain untuk membantu menjamin interaksi farmasis dan pasien

yang lancar dan produktif. Karakteristik lingkungan yang sesuai meliputi:

Suhu ruangan yang nyaman.

Pencahayaan ruang yang memadai bagi farmasis dan pasien untuk dapat

melihat satu sama lain dengan jelas dan semua materi tertulis yang

mungkin digunakan.

Lingkungan yang tenang, karena suara bising dari satu atau beberapa

sumber akan mengalihkan perhatian pasien maupun farmasis dan dapat

menyebabkan kesalahan menafsirkan informasi pasien yang penting.

Tempat yang bersih dan terorganisir, karena benda-benda yang

mengalihkan perhatian dan barang lain yang berantakan tidak

menciptakan atmosfer profesional.

Jarak empat sampai lima kaki antara farmasis dan pasien; secara umum

jarak yang lebih dekat dapat menimbulkan kegelisahan dan jarak yang

lebih jauh menyiratkan ketidaktertarikan terhadap pasien.

Page 4: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Privasi: pasien perlu untuk merasa nyaman berbicara tentang masalah-

masalah kesehatan pribadi dan farmasis perlu untuk dapat memperoleh

data pengkajian pasien secara berhati-hati.

Posisi duduk yang sama rata atau berdiri pada posisi sejajar mata dan

berhadapan atau membentuk sudut 90 derajat. Semua penghalang harus

dipindahkan antara farmasis dan pasien (misalnya: meja peresepan,

pemisah keamanan dari kaca atau plastik, lemari). Dalam pengaturan di

rumah sakit, farmasis harus duduk sejajar mata dengan pasien untuk

interaksi tatap muka. Berdiri di hadapan pasien yang terbaring di tempat

tidur dapat menyiratkan superioritas, mungkin menyebabkan pasien

merasa lebih rendah maupun tidak nyaman.

b. Kalimat Pembuka

Kalimat-kalimat pembuka antara farmasis dan pasien menentukan

tahap interaksi. Pasien sebaiknya dipanggil dengan nama keluarganya

(apabila diketahui). Farmasis harus memperkenalkan dirinya dan

menjelaskan alasan perlunya interaksi apabila pasien belum mengenalnya.

Sebagai tambahan, pasien perlu diberi tahu perkiraan jumlah waktu yang

diperlukan untuk interaksi. Sebagai contoh, “ Nyonya Smith, Saya Dr.

Mark Davis, Farmasis. Saya ingin berbicara dengan anda untuk melihat

bagaimana keadaan anda selama terapi. Ini hanya perlu beberapa menit

saja.” Karena jenis interaksi ini mungkin merupakan hal baru bagi

beberapa pasien, farmasis harus siap untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan (misalnya:“Mengapa anda perlu berbicara

kepada saya? Farmasis lain tidak melakukan ini.”). Penjelasan singkat

tambahan dalam interaksi biasanya dapat mengatasi setiap kebingungan.

c. Jenis-jenis Pertanyaan

Melanjutkan perkenalan singkat, farmasis harus menanyakan

kepada pasien beragam pertanyaan. Agar dialog antara pasien dan farmasis

dapat efektif dan produktif, perlu digunakan kombinasi pertanyaan terbuka

dan pertanyaan tertutup. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan terbuka

digunakan pada saat awal, untuk mengumpulkan informasi umum, dan

Page 5: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

selanjutnya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup, apabila sesuai,

untuk mengumpulkan data pasien yang lebih spesifik.

d. Verifikasi Informasi Pasien

Sementara pasien menjawab pertanyaan-pertanyaan farmasis,

farmasis harus menanggapi secara tepat untuk melanjutkan dialog.

Seringkali, farmasis juga perlu untuk memverifikasi detil tertentu

mengenai pasien untuk memastikan bahwa dia mengerti benar apa yang

pasien katakan. Beberapa teknik umpan balik dapat berguna dalam

membimbing farmasis dengan kedua proses ini. Teknik-teknik tersebut

meliputi: (i) klarifikasi, (ii) refleksi, (iii) empati, (iv) fasilitasi, (v)

keheningan, dan (vi) ringkasan.

e. Ringkasan

Ringkasan adalah ulasan dari apa yang pasien telah

komunikasikan. Pernyataan ringkasan merupakan verbalisasi dari

pemahaman farmasis terhadap informasi pasien, dan ini dapat digunakan

pada setiap waktu selama atau pada akhir wawancara. Hal ini juga

memungkinkan pasien untuk setuju atau tidak setuju dan apabila

diperlukan, untuk memperbaiki interpretasi farmasis. Sebagai contoh, pada

bagian akhir ketika pasien menjelaskan permasalahan pengobatannya,

farmasis menanggapi “Baik Harry, yang anda katakan kepada saya adalah

bahwa anda berpikir obat diabetes anda, metformin, mengakibatkan anda

sakit perut dan diare. Anda juga meminum obat tekanan darah, lisinopril,

tetapi tidak meminum obat bebas rutin apapun dan belum mencoba apapun

untuk gejala-gejala saluran cerna anda. Apakah ini benar?”.

f. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi yang tepat melibatkan tidak hanya keahlian-keahlian

verbal tetapi juga nonverbal, di mana media pertukaran merupakan sesuatu

selain kata-kata yang diucapkan. Komunikasi nonverbal mencerminkan

pemikiran dan perasaan mendalam seseorang dan secara konstan bekerja,

bahkan bila orang itu tidak menyadarinya. Elemen-elemen komunikasi

nonverbal meliputi: (i) jarak, (ii) postur tubuh, (iii) kontak mata, (iv)

ekspresi wajah, dan (v) gerak isyarat. Untuk pertemuan farmasis-pasien

Page 6: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

yang berhasil, komunikasi verbal dan nonverbal harus seiring. Hal ini

sangat penting dalam menciptakan relasi dengan pasien.

g. Pernyataan Penutup

Membawa wawancara kepada penutupan yang tepat merupakan

bagian penting dari proses komunikasi. Banyak kali, pasien akan

mengevaluasi keseluruhan interaksi berdasarkan pada pernyataan-

pernyataan terakhir; oleh karena itu, farmasis tidak seharusnya mengakhiri

wawancara secara mendadak. Cara efektif untuk menutup interaksi adalah

memberikan ringkasan singkat. Hal ini memungkinkan untuk farmasis dan

pasien mengulas apa yang telah didiskusikan dan menjernihkan setiap

informasi yang salah. Ketika kedua belah pihak telah menentukan bahwa

informasi sudah benar, farmasis dapat menyimpulkan dengan sebuah

pertanyaan tertutup sederhana (misalnya: Apakah anda memiliki

pertanyaan?) atau pernyataan tulus (misalnya: “Terima kasih untuk waktu

anda. Jika anda memiliki pertanyaan ketika anda sampai di rumah, silakan

hubungi saya.”). Petunjuk-petunjuk nonverbal (misalnya: mengatur

pekerjaan tulis menulis untuk rekam medis pasien atau berdiri dari kursi)

juga dapat berguna ketika digabungkan dengan ringkasan atau sebuah

pertanyaan atau pernyataan penutup (Tindall dkk, 2003).

h. Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Mewawancarai Pasien

Ketika berbicara kepada pasien, mudah sekali untuk jatuh ke dalam

teknik-teknik komunikasi nonproduktif, yang dapat membatasi komunikasi

pasien dengan farmasis. Kesalahan komunikasi ini dapat menurunkan

jumlah data yang diperoleh dari pasien dan menghalangi perkembangan

hubungan. Oleh karena sifat alaminya yang melemahkan, tanggapan-

tanggapan berikut harus senantiasa dihindari ketika mengumpulkan

informasi dari pasien: (i) mengganti subyek, (ii) memberi nasihat, (iii)

memberikan penghiburan yang tidak tepat, (iv) menanyakan pertanyaan

yang mengarahkan atau bias, dan (v) menggunakan terminologi

profesional (Tietze, 2004).

Page 7: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan adalah ringkasan singkat dari permasalahan-

permasalahan medis saat ini dan lampau, riwayat pengobatan, riwayat

keluarga, riwayat sosial, dan ulasan sistem dari pasien. Tujuan dari riwayat

kesehatan adalah untuk memperoleh informasi subyektif pasien atau dengan

kata lain, apa yang pasien sampaikan mengenai kesehatannya, pengobatan,

dan seterusnya. Biasanya, data subyektif ini kemudian digabungkan dengan

pemeriksaan fisik obyektif dan data laboratorium untuk mengevaluasi status

kesehatan pasien saat ini. Dalam lingkungan institusi (misalnya rumah sakit

atau asuhan jangka panjang), riwayat kesehatan biasanya diambil oleh dokter

atau perawat dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Dalam

lingkungan ambulatori atau komunitas, farmasis dapat mengambil riwayat

kesehatan. Bagi farmasis, tujuan utama dari riwayat kesehatan adalah untuk

mengevaluasi terapi obat pasien (misalnya penapisan gejala-gejala abnormal

yang mungkin disebabkan pengobatan) atau untuk mengevaluasi keluhan-

keluhan dan atau gejala-gejala pasien. Pasien biasanya memberikan riwayat

kesehatannya masing-masing. Akan tetapi jika pasien tidak dapat

memberikan informasi yang dapat dipercaya, maka anggota keluarga, teman,

pemberi asuhan, atau penterjemah dapat digunakan sebagai sumber

(Coulehan dan Block, 2006).

Tanggungjawab apoteker dalam pelayanan farmasi nonklinik berupa

pelayanan produk, yaitu berupa perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, dan distribusi obat-obatan yang dibutuhkan di rumah sakit,

sedangkan pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan yang dilakukan

secara langsung dan memerlukan interaksi dalam pelaksanannya baik dengan

pasien maupun dokter dan perawat, antara lain pelayanan obat atas order

dokter, pendistribusian obat dan produk farmasi pada pasien dan perawat,

serta pelayanan konseling dan informasi obat (Ikawati, Zullies. 2010).

Tanggungjawab dan wewenang apoteker selanjutnya diatur dalam

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Kesehatan.

Seiring dengan perkembangan kesehatan, orientasi pelayanan kefarmasian

saat ini telah bergeser lebih ke arah pelayanan kefarmasian klinik

Page 8: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

(Pharmaceutical Care), yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung

profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien. Hal inilah yang menjadi poin penting peran apoteker di rumah

sakit.

Peran farmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik terhadap

berbagai outcome terapi pada pasien, baik dari sisi humanistik (kualitas

hidup, kepuasan), sisi klinik (kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis),

dan sisi ekonomis (pengurangan biaya kesehatan). Pelayanan farmasi klinik

efektif untuk mengurangi biaya pelayanan kesehatan dan juga efektif dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini diperoleh terutama

dengan melakukan pemantauan resep dan pelaporan efek samping obat

(Inditz et al, 1999).

Namun seperti yang telah disinggung di atas, peran apoteker tersebut

tampaknya memang tidak banyak disadari dan dirasakan oleh masyarakat

Indonesia. Berbeda dengan apa yang terjadi di dunia internasional, di

Amerika apoteker klinik termasuk profesi papan atas, baik dalam hal

popularitas, tanggungjawab, bahkan salary. Inggris merupakan negara di

Eropa yang paling lama menerapkan farmasi klinik. Sebagian besar penelitian

tentang peran penting farmasi klinik dalam pelayanan kesehatan sebagian

besar diperoleh dari pengalaman di Amerika dan Inggris. Di Australia, 90%

rumah sakit swasta dan 100% rumah sakit pemerintah memberikan pelayanan

farmasi klinik.

Memang banyak faktor yang menyebabkan pelayanan farmasi klinik

dan peran profesi apoteker di Indonesia tidak sepesat negara lain. Praktek

pelayanan farmasi klinik di Indonesia sendiri relatif baru berkembang pada

sekitar tahun 2000-an. Konsep farmasi klinik sendiri belum seutuhnya

diterima oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, sehingga pelayanan farmasi

klinik di Indonesia berkembang cukup lambat. Paradigma apoteker terjun ke

bangsal pasien, memantau pengobatan pasien, memberikan informasi dan

konseling secara rutin, serta memberikan rekomendasi pengobatan masih

belum lazim, karena fungsi apoteker di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit)

dianggap hanya berfungsi dalam menyiapkan obat. Farmasis sendiri selama

Page 9: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

ini terkesan kurang menyakinkan untuk bisa memainkan peran dalam

pengobatan. Selain itu, faktor apoteker sendiri yang belum secara utuh

menjalankan fungsinya sehingga mengakibatkan masyarakat awam dan

pasien kurang mengenal profesi apoteker, khususnya di rumah sakit.

Kebanyakan rumah sakit pun hanya memiliki tenaga apoteker yang minim,

hanya sekitar satu atau beberapa saja. Tentunya akibat sedikitnya tenaga

apoteker yang ada, maka apoteker tidak bisa mendampingi pasien secara utuh

dalam penggunaan obat dan terapinya (Siregar, dkk, 2003).

Standar pelayanan farmasi di apotek disusun atas kerjasama ISFI

dengan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal

Pelayanan Farmasi Departemen Kesehatan pada tahun 2003. Standar

kompetensi apoteker di apotek ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat

dari pelayanan yang tidak profesional, melindungi profesi dari tuntutan

masyarakat yang tidak wajar, sebagai pedoman dalam pengawasan praktek

apoteker dan untuk pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di

apotek. Didalam standar tersebut pelaksanaan farmasi di apotek terdiri dari

pelayanan obat non resep (bidang I), pelayanan komunikasi – informasi –

edukasi (bidang II), pelayanan obat resep (bidang III) dan pengelolaan obat

(bidang IV) (Angki P, 2004). 

Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien yang

ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Obat

untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang

meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas

(OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran

cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang

mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal

(Angki P, dkk. 2004)

III. DESKRIPSI KASUS

Anda sebagai lulusan UNS dituntut dapat mengembangkan apotek.

Anda menerapkan perlunya membuat lembar riwayat pengobatan pasien.

Page 10: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

X seorang mahasiswi semester IV sebuah PTN, umur 20 tahun, tinggi

160 cm dan BB 45 kg datng ke apotek Anda pagi ini. X ingin membeli obat

untuk perut kembung, terasa banyak gas, dan obat flu yang tidah

menyebabkan kantuk. X mengeluhkan minggu ini sering begadang untuk

membuat laporan dan belajar ujian. X memang sering belajar di malam hari

karena suasana kos mendukung walaupun menjadi kurang istirahat. X kurang

akrab dengan teman-teman di lingkungan kosnya. X juga sedang banyak

pikiran dan galau, baru saja putus dengan pacarnya sehingga tadi malam

melampiaskan dengan makan tongseng kambing dan kubis di warung dekat

kosnya.

X biasa minum jus jeruk untuk menjaga kesehatannya, serta minum

jamu beras kencur di pagi hari dan susu di malam hari. Saat ini X juga sedang

mendapatkan obat dari dokter yaitu :

R/ Amoksisilin 500 X

S3dd1 tab

R/ Alpara X

S3dd1

R/ Deksametason 0,5 X

S3dd 1 tab

Oleh X karena ada obat yang membuat mengantuk menjadikannya

sedikit malas minum obat mengingat perlu bergadang. X tidak mempunyai

riwayat alergi antibiotik. Sebulan yang lalu X pernah mendapatkan terapi

asam mefenamat 500mg 3sdd 1 tab untuk sakit giginya, dan merasakan tidak

nyaman di lambung sehingga menjadi kurang patuh dalam minum obat.

IV. ANALISA KASUS

Subjective

Umur pasien : 20 tahun

perutnya terasa kembung dan terasa penuh gas

Minum jamu beras kencur di pagi hari, jus jeruk dan susu di

malam hari

Banyak pikiran

Page 11: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Tidak memiliki riwayat alergi Suka makan ikan asin (4 x

seminggu)

Objective

Tinggi 160 cm dan Berat badan 45 kg

Mendapatkan Resep :

R/ Amoksisilin 500 X

S3dd 1 tab

R/ Alpara X

S3dd 1 tab

R/ deksametason 0,5 X

S3dd 1 tab

Assessment

Dari data subyektif dan obyektif yang diperoleh, pasien mengalami

perut kembung dan tersa banyak gas serta flu. Sebelumnya pasien pernah

mendapatkan obat dari dokter yaitu

a. Amoksisilin 500x

Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif dan

gram negatif yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran

pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik,

pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak

terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.

KI : Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya

ES : Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti

urticaria, ruam kulit, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare,

mual, muntah, glositis dan stomatitis. Kemungkinan reaksi anafilaksi

(Anonim, 2011).

b. Alpara X

Berisi paracetamol 125 mg, dekstrometorfan HBr 3,75 mg, CTM 0,5

mg, Phenylpropanolamine HCl 12,5 mg

Indikasi : Untuk meredakan flu, seperti demam, sakit kepala, hidung

tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.

Page 12: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

KI : peka terhadap obat simtomatik lain misalnya efedrin, pseudoefedrin,

fenilefrin, hipertensi berat.

ES : mengantuk, gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardi, aritmia,

mulut kering, palpitasi, retensi urin (Anonim, 2011),

c. Deksametason 0,5 X

Indikasi : Imunosupresan/antialergi, gangguan kolagen, reumatik,

gangguan dermatologik dan pernapasan ,anti inflamasi

KI : tukak lambung dan duodenum,

ES : Tukak lambung, hipoglikemia, atropi kulit, lemah otot, menstruasi

tidak teratur, sakit kepala (Anonim, 2011).

Pasien tidak patuh minum obat karena obat tersebut menyebabkan kantuk

sedangkan pasien perlu begadang untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Kantuk yang dialami pasien adalah efek samping dari Alpara yang

mengandung CTM yang dapat menyebabkan kantuk.

Dari data subyektif yang diperoleh saat melakukan wawancara

riwayat pengobatan, dapat diketahui pasien juga mengalami perut

kambung dan terasa banyak gas .

Perut kembung dan terasa banyak gas yang menyebabkan kondisi

tidak nyaman bukan merupakan suatu penyakit. Udara bukan satu-satunya

penyebab gejala ini tetapi makanan dan minuman tertentu juga dapat

menyebabkan timbulnya gas berlebihan sehingga berakibat perut menjadi

kembung, misalnya saja kol, sawi, atau minuman bersoda. Makanan

berlemak lainnya ikut serta dalam gejala ini, karena lemak menghambat

percernaan dalam perut dan membuat perut terasa kenyang (Anonim,

2012)

Dari wawancara yang dilakukan perut kembung yang dialami pasien

disebabkan karena pasien terlalu banyak mengkonsumsi tongseng kambing

dan kubis malam hari sebelumnya.

Dari hasil wawancara pula, dketahui bahwa pasien rutin minum jamu

beras kencur, jus jeruk dan susu dimalam harinya untuk menjaga

kesehatannya. Diare yang dialami disebabkan karena makan makanan

Page 13: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

pedas (sambal ikan teri) dalam jumlah banyak, akibatnya perut tidak kuat

sehingga mengalami diare.

Plan

Dalam kasus ini Asisten Apoteker memberikan pilihan dalam

pengobatan pasien X dimana pasien X yang mengeluhkan sakit flu dan sudah

mendapatkan obat dari dokter, namun pasien tidak minum obat dari dokter

karena obat tersebut menyebabkan ngantuk, maka AA memberikan pilihan

agar pasien mengkonfirmasi untuk mengganti obat tersebut kepada dokter

atau pasien tetap ingin membeli obat bebas terbatas atas informasi yang nanti

akan diberikan asisten apoteker. Obat yang diberikan dokter yang mempunyai

efek mengantuk adalah alpara, dimana alpara mempunyai kandungan

parasetamol, phenylpropanolamine HCl, chlorpheniramine maleat dan

dextromethorphan HBr. Chlorpheniramine maleat merupakan obat untuk

alergi yang mempunyai efek samping mengantuk, mungkin dokter

memberikan obat ini dengan maksud agar pasien dapat istirahat dalam proses

pengobatannya, namun pasien mempunyai kebiasaan bergadang untuk

membuat laporan dan belajar untuk ujian. Dalam hal ini asisten apoteker

memberikan pilihan pasien untuk mengkonsumsi obat bebas terbatas sebagai

pengganti alpara yakni sanaflu plus batuk. Pemilihan obat diberikan karena

kandungan dari sanaflu plus batuk ini sama dengan alpara yakni parasetamol,

phenylpropanolamine HCl dan dextromethorphan HBr, yang membedakan

adalah tidak terdapat chlorpheniramine maleat, sehingga obat ini tidak

menyebabkan ngantuk saat setelah dikonsumsi oleh pasien. Dosis untuk

pemakaian adalah 3x sehari 1 kaplet dan diminum setelah makan. Obat lain

yang diberikan dokter yakni amoksisilin dan deksametason tetap dikonsumsi

sesuai dengan resep dokter yakni 3x sehari 1 tablet. Pemberian amoksisilin

sebagai antibiotik mempunyai tujuan adalah untuk menghapuskan segala

kuman meningokokus dari dalam tenggorokan agar tidak dapat

mengakibatkan infeksi lebih lanjut. Kemudian pemberian deksametason

untuk antiinflamasi yang diderita pasien.

Page 14: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Pasien juga mengeluhkan perut kembung dan banyak gas, pada kasus

perut kembung yang dideritanya asisten apoteker tidak memberikan terapi

farmakologi untuk pasien karena alasan pasien sebelumnya telah

mengkonsumsi tongseng kambing dan kubis pada malam harinya. Mungkin

pasien makan terlalu banyak dan sebelumnya jarang makan tongseng

kambing dan kubis maka perutnya terasa kembung dan banyak gas.

Konsumsi kobis terlalu banyak tidak baik karena kubis adalah sifatnya yang

dapat menimbulkan gas pada perut, sehingga menyebabkan kembung.

Asisten apoteker menyarankan kepada pasien agar perutnya diolesi minyak

kayu putih untuk menghilangkan rasa kembung dan banyak gas di perutnya.

Terapi nonfarmakologi lainnya adalah dapat melakukan hal – hal sebagai

berikut :

1. Minum air putih yang banyak

2. Olahraga secara teratur.

3. Mengatur pola makan, Lebih banyak mengkonsumsi buah serta sayuran

serta mengurangi minum-minuman dingin

4. Menghindari stress agar cepat sembuh

Melakukan monitoring pasien dengan tujuan pada terapi pengobatan ini

tidak lain yaitu untuk memaksimalkan efek terapi serta meminimalkan efek

samping obat. Terapi farmakologi dan non farmakologi ini akan memberi

efek lebih optimal dengan adanya faktor kepatuhan dari pasien dalam

menjalankan terapi. Oleh karenanya diharapkan pasien memiliki kesadaran

dalam mengkonsumsi obat yang diberikan, hal ini tentu saja juga memerlukan

perhatian dari keluarga pasien yang setiap saat dapat memantau

perkembangan terapi pada pasien. Parameter pemantauan yang dapat

dilakukan adalah berkurangnya sakit flu yang diderita pasien dan masih

merasakan perut kembung dan terasa banyak gas atau tidak, serta efek

samping obat yang sebelumnya telah yang diberikan yakni sanaflu plus batuk.

Obat sanaflu plus batuk ini mempunyai efek samping gangguan pencernaan,

gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, pada

penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.

Adapun interaksi obat yang dihindari adalah penggunaan sanaflu bersama

Page 15: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

MAOI dapat menyebabkan krisis hipertensi. Kemudian untuk terapi non

farmakologi yang di berikan yakni penggunaan minyak kayu putih ini

biasanya tidak menimbulkan efek yang berbahaya, mungkin bisa mengalami

iritasi bila kulit pasien sensitif terhadap penggunaan minyak kayu putih.

Informasi yang dapat diberikan ke pasien secara farmakologi yakni

untuk meminum obat yang telah diberikan yakni sanaflu plus batuk,

amoksisilin dan deksametason masing-masing 3x sehari setelah makan.

Pasien dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi air putih karena sangat baik

untuk kesehatan, pasien juga dianjurkan untuk mengurangi minum-minuman

yang dingin karena pada pengobatan orang sakit, hal yang utama adalah

kelancaran sirkulasi darah, demikian juga dengan sakit flu, sedangkan suhu

dingin saat meminum es mempengaruhi sirkulasi darah di seputar rongga

mulut, hidung. dan organ lain yang terkait. Pasien juga disarankan untuk

refreshing agar tidak terlalu banyak pikiran yang nantinya dapat

menyebabkan stress, refreshing dapat dilakukan dengan melakukan olahraga

secara teratur.

V. EVALUASI OBAT TERPILIH

1. Amoksisilin

Indikasi :

Infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri yang peka infeksi kulit dan

jaringan lunak : Staphylococcus bukan penghasil penisilinase,

Streptococcus,S. Pnemoniae. E. Coli, Infeksi saluran pernafasan : H.

Influenza, Streptococcus, S. Pneumoniae, Staphylococcus bukan penghasil

penisilinase, E. Coli, Infeksi saluran genitourinary : E. Coli, P. Mirabilis

dan Streptococcus faecalis. Gonore : N. Gonorrhoe (bukan penghasil

penisilinase).

Kontra Indikasi :

hipersensitivitas, pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin.

Efek Samping :

Reaksi kepekaan seperti erythematosus maculopapular, rash, urtikaria,

serum sickness. Reaksi kepekaan yang serius dan fatal adalah anafilaksis

Page 16: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

terutam terjadi pada penderita yang hipersensitif pada penisilin. Gangguan

saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare. Reaksi – reaksi

hematologik (biasanya bersifat reversibel).

Dosis dan Aturan Pakai :

Dewasa dan anak – anak dengan berat badan > 20kg 250-500 mg tiap 8

jam. Anak – anak dengan berat badan d” 20 kg : 20-40 mg/kg/BB sehari

dalam dosis bagi tiap 8 jam. Untuk penderita dengan gangguan ginjal perlu

dilakukan pengurangan dosis. Pada penderita yag menerima dialisa

peritoneal : dosis maksimum yang dianjurkan 500 mg/hari. Gonokokkus

uretritis : amoksilin 3 g sebagai dosis tunggal. Anak – anak dengan berat

badan e’8 kg sebaiknya diberikan sediaan sirup kering. Dosis sebaiknya

diberikan setelah makan. Aturan Pakai 3 x sehari 1 tablet.

Mekanisme Kerja :

Mekanisme kerja amoksisilin sebagai bakterisida, yaitu lewat

penghambatan sintesis peptidoglikan yang merupakan komponen utama

pembentuk dinding/membran bakteri, maka data pada tabel 1

menunjukkan bahwa PT sebagai pengubah permeabilitas/integritas

membran menyebabkan obat segera dapat mencapai tempat aksi dan

mempercepat berlangsungnya reaksi penghambatan sintesis dinding atau

membran bakteri sehingga bakteri tidak dapat tumbuh (sebagai fasilitator

penetrasi obat dan inisiator efek daya hambat).

Interaksi obat :

Probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang level darah

Amoksisilin. 

Penggunaan bersamaan Alopurinol dapat menyebabkan peningkatan

terjadinya reaksi pada kulit.

Contoh Produk :

Amoxan ( Caprifarmindo )

Amoxil ( SmithKline Beecham )

Amosine ( Mugi )

Page 17: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

2. Dexamethasone

Indikasi :

Mengatasi gejala inflamasi akut, penyakit alergi, arthritis rematoid,

keadaan darurat seperti insufiensi adreankortikal primer tau sekunder,

edema serebral.

Kontra Indikasi :

Tukak lambung dan duo denum, anastomosis usus yang baru, herpes

simpleks pada mata, osteoporosis, sindroma cushing, psikotis akut,

penderita sensitive.

Efek Samping :

Osteoporosis, tukak lambung, efek katabolic, efek diabetogenik, efek

psikotropik, peningktan tekanan darah.

Dosis :

Oral 0,5 – 0,9 mghari dibagi dalam 2-4 pemberian, insuflensi adrenal

0,0233 mg/kg BB. Aturan Pakai 3 x sehari 1 tablet.

Mekanisme Kerja :

Deksamethasone adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat

kuat. Sebagai perbandingan  Deksamethasone 0,75 mg setara dengan obat

sbb : 25 mg cortisone, 25 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg

prednisolone.

Deksamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral

corticoid dari Cortisone dan Hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk

kekurangan adrenocortical tidak berguna. 

Interaksi Obat :

Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik

Phenythoin, phenobarbital, efedrin : meningkatkan clearance metabolik

dari deksametason; menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas

fisiologis.

Page 18: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Antikoagulansia oral : meningkatkan atau menurunkan waktu

protrombin.

Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan resiko hipokalemia.

Glikosida kardiak: meningkatkan reesiko aritmia atau toksisitas digitalis

sekunder terhadap hipokalemia.

Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas.

Imunisasi : menurunkan respon antibodi.

Perhatian :

o Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan

dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.

o Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan

hypothyroidism dan cirrhosis.

Contoh Produk :

Danasone ( Dankos )

Dexanel ( Nellco )

Dexicorta ( Zenith )

3. Sanaflu Plus

Parasetamol 500 mg, fenilpropanolamin HCI 15 mg, dekstrometorfan HBr

15 mg/kaplet.

Indikasi :

Meringankan gejala flu disertai batuk.

Kontra Indikasi :

Peka terhadap obat simpatomimetik, tekanan darah tinggi berat dan yang

mendapat terapi obat anti depresan tipe penghambat MAO.

Perhatian :

Hati – hati pada penggunaan pada penderita dengan ggn fungsi hati dan

ginjal.

Efek Samping :

Gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, palpitasi,

retensi urin, penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan

kerusakan hati.

Page 19: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Dosis :

Kaplet : Dewasa, sehari 3 x 1 kaplet ; anak 6 – 12 th sehari 3 x ½ kaplet.

Contoh Produk :

Flutamol Plus ( Pyridam )

Fluvit C ( Rosella )

Mixaflu ( Dankos )

VI. MONITORING

Pada praktikum kali ini pasien mendapatkan terapi obat antara lain :

Amoksisilin, Alpara, dan Deksametason. Pada hal ini pasien harus

mendapatkan monitoring terapi untuk mengetahi keberhasilan dari

pengobatan yang dilakukan. Pada bab ini monitorinbg yang dilakukan yaitu :

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat

Masih merasakan perut kembung, terasa banyak gas atau tidak

Keluhan pada gigi dan lambung

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, hal ini merupakan salah

satu faktor penentu keberhasilan pengobatan yang dilakukan, walaupun obat

yang didapatkan sudah sesuai tetapi apabila pasien tidak patuh meminum obat

tersebut maka pengobtan juga tidak akan berhasil. Dalam hal ini pasien

mengeluhkan sering mengantuk karena obat yang diminumnya dan pasien

tidak dapat menegrjakan tugasnya, sehingga pasien tidak lagi meminum obat

tersebut, pada resep tersebut obat yang menyebabkan mengantuk yaitu

Alpara, sehingga obat diganti dengan obat yang mempunyai kandungan sama

tetapi tidak menyebabkan mengantuk yaitu Sanaflu, agar pasien tetap dapat

mengejakan tugasnya.

Masih merasakan perut kembung, terasa banyak gas. Hal ini perlu di

monitoring karena pasien saat datang mengeluhkan perutnya kembung dan

terasa banyak gas. Perut kembung kebanyakan disebabkan karena banyak

udara yang masuk dalam rongga perut, selain itu karena makanan, dalam hal

ini pasien memakan kol dan kol merupakan salah satu makanan penyebab

perut kembung. Monitoring dilakukan dengan meminta pasien tidak makan

Page 20: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

banyak kol, dan pada pasien di sarankan untuk mengoleskan minyak angin

pada perutnya apabila perut kembungnya agar dapat teratasi.

Keluhan pada gigi dan lambung, hal ini merupakan pengobatan yang

pernah dilakukan pasien sebelumya. Hal ini perlu dilakukan monitoring

karena ditakutkan obat yang diberikan dapat menyebabkan efek negatif

karena bereaksi terhadap obat yang diberikan.

VII. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

Informasi yang perlu diberikan pada mahasiswa semester IV terkait

dengan terapi pengobatan yang dijalaninya yaitu untuk perut kembung, terasa

banyak gas, dan flu yang dialami oleh mahasiwa semester IV ini, untuk obat

penyakit flunya harus diganti karena obat yang dipakai sebelumnya

menyebabkan kantuk yang membuat pasien tidak taat dalam meminum obat.

Hal ini disebabkan karena menurut wawancara yang dilakukan bahwa

mahasiswa pada minggu ini sering mengeluhkan bergadang untuk membuat

laporan dan belajar ujian, serta sering belajar malam hari karena suasana

mendukung. Maka membutuhkan obat yang tidak menyebabkan kantuk dan

untuk kelancaran dalam pembuatan tugas obat flu pasien harus diganti dengan

Sanaflu Plus.

Selain perut kembung, pasien juga menderita sakit gigi sebulan yang

lalu. Pasien mendapat resep asam mefenamat yang mempunyai aturan pakai

3x sehari 1 tablet, tapi merasakan tidak nyaman di lambung sehingga menjadi

kurang patuh dalam minum obat. Untuk kelancaran dalam mengerjakan

tugasnya maka obat ini dihentikan pemakaiannya. Karena apabila diteruskan

akan mengganggu aktifitas dalam mengerjakan laporan dan belajar untuk

ujian.

Mahasiswa ini mempunyai kebiasaan minum jus jeruk, untuk menjaga

kesehatannya, serta minum jamu beras kencur dipagi hari dan susu di malam

hari. Sebab, walaupun termasuk obat herbal namun apabila terlalu sering

mengkonsumsinya, maka juga tidak baik untuk ginjal. Jadi untuk jamu beras

kencurnya disarankan untuk tidak meminum terlalu sering dan untuk susu

disarankan untuk di minum 2 jam setelah meminum obat. Terapi non

Page 21: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

farmakologi untuk perut kembung yang dialami pasien ini yaitu untuk tidak

mengkonsumsi daging kambing dan kubis yang terlalu banyak, untuk

menghindari terjadinya kembung kembali.

VIII. KESIMPULAN

1. Wawancara riwayat pengobatan merupakan langkah mengenal pasien

untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai aspek penggunaan obat

pasien sehingga dapat membantu pengobatan secara keseluruhan

2. Hal-hal yang harus diperhatikan farmasis saat akan mewawancarai pasien

adalah lingkungan yang nyaman, kalimat pembuka, jenis-jenis pertanyaan,

verifikasi informasi pasien, ringkasan, komunikasi nonverbal dan

pernyataan penutup

3. Riwayat kesehatan sangat penting untuk mengetahui informasi ringkasan

singkat dari permasalahan-permasalahan medis saat ini dan lampau,

riwayat pengobatan, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan ulasan sistem

dari pasien

4. Atas persetujuan pasien, Asisten Apoteker mengganti obat Alpara yang

diresepkan sebelumnya oleh dokter Pasien X menjadi Sanaflu Plus Batuk

karena tidak seperti obat sebelumnya, obat ini tidak menyebabkan kantuk.

Obat lain yang diberikan dokter yakni amoksisilin dan deksametason tetap

dikonsumsi sesuai dengan resep dokter yakni 3x sehari 1 tablet setelah

makan.

5. Asisten apoteker menyarankan terapi nonfarmakologis kepada pasien agar

perutnya diolesi minyak kayu putih untuk menghilangkan rasa kembung

dan banyak gas di perutnya. Pasien juga disarankan untuk refreshing agar

tidak terlalu banyak pikiran yang nantinya dapat menyebabkan stress,

refreshing dapat dilakukan dengan melakukan olahraga secara teratur.

6. Pasien mempunyai kebiasaan minum jus jeruk, jamu beras kencur dipagi

hari dan susu di malam hari. Untuk jamu beras kencurnya disarankan

untuk tidak meminum terlalu sering karena tidak baik untuk ginjal dan

untuk susu disarankan untuk di minum 2 jam setelah meminum obat

Page 22: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

7. Parameter pemantauan yang dapat dilakukan adalah berkurangnya sakit flu

yang diderita pasien dan masih merasakan perut kembung dan terasa

banyak gas atau tidak, serta efek samping obat yang sebelumnya telah

yang diberikan yakni sanaflu plus batuk.

8. Peran farmasi klinik adalah dapat memberikan dampak yang baik

terhadap berbagai outcome terapi pada pasien, baik dari sisi humanistik

(kualitas hidup, kepuasan), sisi klinik (kontrol yang lebih baik pada

penyakit kronis), dan sisi ekonomis (pengurangan biaya kesehatan)

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Obat Perut Kembung. http://www.tipsku.info/obat-perut-

kembung/. Diakses 20 April 2012

Coulehan JL, Block JR. 2006. The Medical Interview: Mastering Skills for

Clinical Practice, 5th ed. Philadelphia: FA Davis

Ikawati, Zullies. 2010. Pelayanan Farmasi Klinik pada Era Genomik: Sebuah

Tantangnan dan Peluang. Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM

Inditz MES, Artz MB, 1999. Value Added to Health by Pharmacists. Soc Sci

Med, 48:647-60.

Purwanti Angki, Harianto, Supardji S. 2004. Gambaran Pelaksanaan Standar

Pelayanan Farmasi Di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003. Majalah Ilmu

Kefarmasian, Vol. I, No.2.

Siregar, Charles J.P., Amalia, L., 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan

Penerapan,Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tietze KJ. 2004. Communication skills for the pharmacist In: Clinical Skills

for Pharmacists: A Patient-focused Approach, 2nd ed. St. Louis:

Mosby-Year Book

Tindall WN, Beardsley RS, Kimberlin CL. 2003. Communication Skills in

Pharmacy Practice: A Practical Guide for Students and Practi tioners,

4th ed. Baltimore: Lea & Febiger

Page 23: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

LAMPIRAN

I. Dialog

Pasien : Selamat pagi, Mbak!

AA : Iya selamat pagi Mbak.. Ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Begini mbak, saya ingin beli obat untuk perut kembung, terasa

banyak gas dan obat flu yang tidak menyebabkan kantuk

mbak, soalnya minggu ini saya sering begadang untuk

mengerjakan laporan dan belajar buat ujian.

AA : Oh gitu mbak, perutnya kembung dan terasa banyak gas ya.

Memangnya mbak terakhir makan apa?

Pasien : Tadi malam saya makan tongseng kambing dan kubis di

warung sebelah kos mbak.

AA : Oh, gitu mbak. Maaf sebelumnya ini dengan mbak siapa ya?

Pasien : Mbak A’yun

AA : Begini mbak A’yun, bagaimana kalau saya melakukan

wawancara lebih lanjut dengan mbak untuk menyusun lembar

riwayat pengobatan agar saya bisa lebih tahu tentang data-data

mengenai mbak, untuk menentukan langkah pengobatan

selanjutnya.

Pasien : Oh iya mbak silahkan.

AA : Mbak A’yun umurnya berapa? Tinggi badan dan berat

badannya berapa?

Pasien : Umur 20 tahun mbak. Tinggi saya 160 cm dan berat badan

saya 45 kg mbak.

AA : Mbak A’yun sebelumnya pernah mengkonsumsi obat atau

pernah periksa ke dokter gitu?

Pasien : Iya mbak pernah,ini saya juga membawa obat yang diberikan

oleh dokter (sambil mengeluarkan obatnya).

AA : Selama sakit pernah mengkonsumsi multivitamin atau apa gitu

mbak?

Page 24: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Pasien : Tidak pernah mbak,tapi untuk menjaga kesehatan, saya biasa

mengkonsumsi jamu beras kencur di pagi hari, susu di malam

hari dan minum jus jeruk.

AA : Mbak punya alergi antibiotik nggak? (sambil mencatat obat

yang ditunjukkan kepadanya).

Pasien : Nggak pernah sih mbak,tapi dulu pernah sakit gigi dan minum

obat yang namanya pooo.. poooo..

AA : Ponstan mbak????

Pasien : Nah, iya mbak Ponstan

AA : Itu bukan antibiotik mbak, tapi obat untuk penghilang nyeri

waktu mbak sakit gigi.

Pasien : Iya mbak kurang lebih sebulan yang lalu saya sakit gigi dan

diberi Ponstan

AA : Hmm, ini obatnya kok masih banyak ya mbak?

Pasien : Iya mbak, buat ngantuk sih jadi saya malas minumnya, soalnya

saya harus mengerjakan laporan dan belajar buat ujian

AA : Oh, begini mbak, obat yang menyebabkan kantuk ini yaitu

Alpara. Memang Alpara ini mempunyai efek samping

mengantuk, kalau mbak ingin obat yang tidak menyebabkan

mengantuk apa obat alpara ini diganti saja?

Pasien : Iya mbak diganti saja obatnya yang tidak nyebabin ngantuk

AA : Kalau mau diganti harus konfirmasi dokter mbak dulu atau

mbak mau obat bebas saja?

Pasien : Wah, obat bebas saja mbak

Aa : Ini mbak saya ganti dengan Sanaflu plus ,Sanaflu plus ini

kandungan atau komposisinya sama dengan Alpara, tapi

Sanaflu plus ini tidak mempunyai efek samping mengantuk.

Cara pemakaiannya 1 kaplet 3 kali sehari ya mbak, minumnya

kurang lebih setengah jam setelah makan.

Pasien : Iya mbak, saya mau beli Sanaflu plus ini saja

AA : Oh iya mbak, karena mbak sudah terbiasa minum jamu beras

kencur, minum jamunya 1 jam setelah minum obat saja, untuk

Page 25: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

minum susunya sebelum minum obat, dan untuk jus jeruk tetap

diminum tidak apa-apa karena mengandung vitamin C.

Pasien : Iya mbak

AA : Boleh minta nomornya mbak A’yun agar apotek kami bisa

memantu perkembangannya mbak A’yun terkait pemakaian

obatnya dan kondisinya mbak A’yun juga.

Pasien : Iya mbak boleh, ini mbak (0271) 867534

AA : Iya mbak terimakasih (sambil mencatat nomor telefon Pasien)

Pasien : Iya mbak sama-sama.

Page 26: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

Nama Pasien : A’yun Tanggal : 16 April 2011

Alamat : Jl,Ir sutami 36

B,Surakarta

Jenis Kelamin:

Perempuan

Umur : 20

thTinggi : 160 cm

II. Lembar Riwayat Pengobatan

No. telp : (0271) 867534

Pekerjaan : MahasiswiBerat : 45 kg

Pengobatan R/ sekarang :

Amoksisilin 500 mg 3 sehari 1 tablet, sebagai antibiotik

Alpara 3x sehari 1 tablet, sebagai dekongestan dan antiinfluenza

Deksametason 0,5 mg 3x sehari 1 tablet, sebagai antiinflamasi

Pengobatan R/ sebelumnya :

Tidak ada

Pengobatan tanpa R/ sekarang :

Tidak ada

Pengobatan tanpa R/ sebelumnya :

Asam mefenamat 500 mg 3xsehari 1 tablet, Antiinflamasi Nonsteroid

Konsumsi minuman yang biasa dilakukan :

Minum jus jeruk untuk menjaga kesehatannya

Minum jamu beras kencur di pagi hari

Minum susu di malam hari

Riwayat Alergi

Tidak ada (Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu)

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita :

Sakit gigi dan merasakan tidak nyaman di lambung setelah meminum obat

Efek samping , Interaksi Obat :

Alpara : Obat ini dapat menyebabkan kantuk, gangguan pencernaan,

gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi,

retensi, urine. Penggunaan dosis besar dan jangka panjang

menyebabkan kerusakan fungsi hati.

Asam mefenamat : Dapat terjadi gangguan saluran cerna,antara lain : iritasi

Page 27: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

lambung,kolik usus,mual, muntah dan diare,rasa

mengantuk,pusing,sakit kepala,penglihatan kabur,vertigo dan

Riwayat Sosial :

Begadang untuk membuat laporan dan sering belajar di malam hari

Sedang banyak pikiran dan galau

Bermasalah dengan hubungan percintaannya

Tidak akrab dengan teman-teman di lingkungan kosnya.

Penilaian Kepatuhan Pasien :

Terapi farmakologis : Kurang patuh dalam mengonsumsi obat

Terapi non farmakologis : Biasa minum jus jeruk, jamu beras kencur, dan susu

Rencana Terapi :

Amoksisilin : 500mg, 3xsehari 1 tablet

Sanaflu plus sebagai pengganti alpara: 3x sehari 1 kaplet

Deksametason : 0,5mg 3xsehari 1 tablet

Monitoring Terapi :

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat

Monitoring gejala-gejala flu seperti bersin-bersin dan hidung tersumbat

Masih merasakan perut kembung, terasa banyak gas atau tidak

Keluhan pada gigi dan lambung

Monitoring terhadap kebiasaan pasien yang sering begadang

KIE :

Farmakologi :

Amoksisilin diminum 3xsehari 1 tablet

Sanaflu plus diminum 3xsehari 1 kaplet

Deksametason diminum 3xsehari 1 tablet

Non Farmakologi :

Olahraga teratur

Refershing untuk meghindari stress

Menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan flu,seperti minum minuman

yang dingin,begadang di malam hari,dan kurang istirahat.

Menghindari makanan yang dapat menyebabkan perut kembung seperti makan

Page 28: Wawancara Riwayat Pengobatan.doc

kubis berlebihan.

Jamu Beras kencur sebaiknya tetap digunakan karena dapat meningkatkan nafsu

makan dan diminum 1 jam setelah minum obat

Tetap mengkonsumsi susu sebelum minum obat dan jus jeruk juga tetap diminum

untuk menjaga kesehatan.