Who Are You

download Who Are You

If you can't read please download the document

Transcript of Who Are You

Author: AKDCast:-Lee Sungjong (Infinite)-Kim Myung Soo / L (Infinite)-Soori (OC)Genre: Family, Gender-bender, DramaRating: PG-15(Warning: Shounen-Ai? Tp yg satu straight?)Enjoy reading & comment, please! Sunghee ; 14 y.o.; Personal Maid ChamberIa membenarkan ikatan hanbok kuning mudanya yang kendur. Jika menyesuaikan peraturan kerajaan, semua dayang diharuskan memakai hanbok hijau muda serupa, putih polos untuk dayang pemula yang terdiri dari perempuan-perempuan muda. Seharusnya anak seumurnya baru memakai baju tunik polos warna coklat dengan rambut diekor kuda.Namun tidak untuknya.Ia memang bukan dayang biasa. Ia dayang pribadi sang pangeran. Sejak kecil ia dilatih keras oleh ibunya untuk lulus seleksi dan ketika pertama kali bertemu, putra mahkota tak berbicara apapun padanya. Ia ingat rasa gemetar dan takut langsung sirna saat anak lelaki tak lebih tua satu tahun darinya itu menggandeng tangan kiri Sunghee, mengajaknya berjalan-jalan mengelilingi istana sambil sesekali menatapnya.Hanbok ini juga pemberiannya. Sunghee ingat benar perkataan pangeran muda itu saat memberikannya.Saat aku berulang tahun, pakai hanbok ini. Jika suatu saat nanti hanbok ini tak muat lagi, akan kubelikan yang baru.Sudah tiga tahun berlalu sejak kejadian itu. Tepat peringatan ulang tahun ke lima-belas sang pangeran. Juga mengingatkan Sunghee akan7 tahun telah berjalan sesudah pertemuan terakhirku dengan ibu.Ia mematut wajahnya sekali lagi, menarik pita sanggul kecil rambut hitam gelap miliknya lalu mengencangkan simpul. Sunghee menatap pantulan wajahnya dari kaca rias di sudut ruangan kecil khusus miliknya. Kamarnya memang tak luas, tapi ini lebih dari cukup. Dayang pemula bahkan tak memiliki kamar sendiri.Seringkali ia merasakan tatapan tajam mereka ke arahnya karena perlakuan khusus sang pangeran, tetapi ia berusaha tetap diam dan sopan terhadap semua orang. Ia hanya bernaung di sini, meski pangeran menaruh perhatian padanya, ia tahu ia tetap bukan siapa-siapa.Mendesah pelan, jemari lentiknya membelai bayangan di cermin.Siapa kau, hmm?Lee Sayeon; 41 y.o.; Lees HomeJANGAAAAAAANNNNNNN!!Jeritannya terdengar sampai ke seluruh sudut daerah pemukiman kecil pedagang-pedagang sederhana di sekitar, namun tak satupun berani mendekat untuk menolongnya.Hampir semua isi perabotan kayu dan beberapa hanbok serta barang-barang keramik dilempar sembarangan keluar rumah, bertumpuk menggunung di halaman. Namun lelaki tinggi besar itu tak peduli, masih terus mencari sesuatu yang cukup berharga untuk mengganti hutang-hutang perempuan ini.Ia tak menggubris teriakan-teriakannya, tetapi saat tangan kanannya dicekal oleh tangan kurus perempuan itu, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke sudut rumah.Aaaaaaah, tak adakah barang yang lebih berharga di rumah ini??? Semua barang di halaman itu masih belum cukup menutupi uang muka dari seluruh hutangmu!Tubuh gemetar hebat, Sayeon berjalan sambil berurai air mata menuju satu-satunya kamar di rumah tersebut, membuka laci dan mengeluarkan gelang emas turun-temurun milik garis darah keturunan Lee. Jika tidak karena terdesak, seumur hidup Sayeon tak akan pernah menyerahkannya.Ia berjalan lambat ke depan, menyerahkan gelang pada genggamannya. Lelaki itu tersenyum licik dan merampasnya segera, meneliti keaslian benda itu. Ia bersiul senang.Tak kusangka kau punya emas juga. Tapi ingat baik-baik, hutangmu belum lunas seluruhnya! Masih ada tambahan bunga dan separuh akhir dari jumlah semua, camkan itu.B-beri aku waktu 1 tahun Sayeon menundukkan kepala, terus-terusan menggigit sudut bibirnya yang kering. Lelaki itu tertawa membahana, memandangnya tak percaya.Gila! 3 bulan saja sudah habis kesabaranku!K-kalau begitu 6 bulan sajaLelaki di hadapannya bergeming. Sayeon jatuh berlutut, memohon-mohon dengan sekuat tenaga. Ia sendiri belum tahu apa yang akan ia perbuat, tapi sebisa mungkin ia harus mendapat cukup banyak waktu untuk mencari jalan keluar.Akhirnya lelaki itu mendesah malas dan menganggukan kepala sambil lalu,ya, ya 6 bulan. Tapi sehari saja lebih dari itu dan kau belum melunasi hutangmu dengan uang atau sesuatu yang sama harganya, siap-siap hengkang dari daerah sini.Tak memperdulikan derita perempuan di bawah kakinya, ia pergi begitu saja sembari meneriakkan perintah pada kuli panggul yang ia bawa untuk mengangkut barang-barang berserakan di halaman.Sayeon hanya dapat menahan sengguk pilu saat keadaan rumahnya nyaris kosong tanpa benda sama sekali. Hanya lemari kayu besar di sudut dan beberapa perabotan tersisa di dalam kamarnya. Tiba-tiba sesosok wanita berpakaian hanbok hijau muda tampak berlari tergopoh-gopoh memasuki rumahnya, sebelum ia berlutut prihatin di hadapannya.Sayeon-ahSayeon mengangkat kepalanya perlahan. Heebon tengah memandangnya simpati, kehawatiran terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. Mereka memang teman sejak kecil, tetapi nasib Heebon lebih bagus daripada dirinya. Setidaknya ia tak perlu memikirkan uang makan dan minum di istana, sementara ia? Belum lagi hutang itu, hutang ituSayeon mendekap wajahnya frustasi, apa yang harus kulakukan, Heebon-ah? Apa yang harus kulakukan?Mereka berdua terdiam, sesekali diselingi oleh suara senggukan Sayeon.KKKRRIIEEEETTTT.Eomma?Sayeon cepat-cepat menghapus air matanya dan berusaha tersenyum (meski terlihat miris) ke arah anak semata wayangnya yang mengintip dari balik lemari. Setiap penagih utang itu datang, ia akan selalu menyembunyikan anak itu di dalam lemari, supaya tak terjadi apa-apa kepadanya.Heebon tampak sedikit terkejut melihat sosok mungil itu. Ia mengetahui kalau Sayeon memiliki seorang anak, tetapi ia tak pernah bertemu langsung. Ketika mereka bertatapan dan anak tersebut tampak bingung, Heebon tersenyum kecil lalu menghampirinya.Ia membelai rambut pendek anak kecil berwajah seperti boneka porselain tersebut. Benar-benar secantik ibunyaSiapa namamu?Mata bulat besar itu mengedip sekali sebelum menjawab ceria.Lee Sungjong.L; 8 y.o.; Palace Front Yard, above trees branchIa tengah tertidur pulas di atas salah satu cabang pohon favoritnya, tak memperdulikan teriakan-teriakan panik beberapa dayang dan kasim yang mencari dirinya.Toh ia bukan kabur dari istana.Tujuan sebenarnya ia berada di sini bukan karena ingin menikmati angin sepoi seperti biasa, namun pembicaraan ayahnya yang ia tak sengaja curi dengar. Hari ini genap 8 tahun umurnya dan Raja ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk pewaris satu-satunya kerajaan.Dan sesuai titah, ia akan memberikan L seorang dayang pribadi.Sebenarnya ia tak terlalu membutuhkan hal semacam itu, ia cukup mandiri untuk mengurus apapun sendiri. Tetapi niat baik tersebut tentu tak dapat ditolak.Ia hanya berharap anak perempuan itu tidak akan berbalik merepotkannya, atau terlalu disiplin sehingga membuat L merasa terbelenggu.Sampai ia mendengar suara nyanyian. Kedua mata sang pangeran terbuka seketika; mencari-cari darimana arah suara tersebut. Sebelum akhirnya tertumbuk pada sosok kecil berambut ekor kuda tengah berjalan melewati dinding luar istana.L tak pernah bertemu gadis bersuara sehalus kapas itu.King & Queen; ThronesNama?Ia membungkuk penuh hormat, tersenyum santun sebelum menjawab,Lee Sunghee, Yang Mulia.Suara Ratu mengalun lembut, apa tujuanmu datang kemari, Lee Sunghee?Untuk menemani pangeran, mengurus setiap kebutuhan yang ia perlukan, dan menjaga kepercayaannya sebagai seorang dayang.Ratu tampak sedikit terkejut akan kedewasaan anak perempuan berumur 7 tahun di hadapannya. Oh? Apakah kau sanggup menjalankannya? Kau bahkan lebih muda daripada pangeran, anakku.Sunghee mengangguk mantap, meski tetap menundukkan kepalanya. Saya harus yakin akan kemampuan saya. Saya memang belum berpengalaman, tetapi perbedaan umur yang tidak terlalu jauh bisa membuat saya sedikit lebih mengerti tentang pangeran.Raja memandangnya berwibawa. Anakku tak terlalu suka berbicara kecuali pada teman-temannya. Dan rata-rata dari mereka adalah anak lelaki. Sanggupkah kau andai kata ia tak memperdulikan kehadiranmu?Sunghee tertegun sesaat. Bukan karena reputasi dingin pangeran, ia sudah tahu itu. Justru kalimat ucapan Raja yang lain sedikit menggelitik hatinya.Berusaha tersenyum tegar, Sunghee menatap Raja & Ratu bergantian.Jika pangeran membangun dinding es, saya akan berusaha mencairkannya.Jung Heebon; 41 y.o.; Lees HouseKau GILA, Heebon!Tetapi ini satu-satunya cara, Sayeon.Sayeon terus berjalan mondar-mandir, berpikir keras untuk mencari jalan selain ide tak masuk akal Heebon. Ia tak akan, tak akan PERNAH, menjual Sungjong kepada rentenir biadab itu. Ibu macam apa dirinya???Heebon sebenarnya ingin memberitahu satu hal lagi, namun melihat reaksi Sayeon, ia memilih bersabar menunggu sampai perempuan itu menyerah lalu duduk diam.Setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya Sayeon duduk tepekur di sampingnya. Heebon berdeham pelan.Bagaimana jikaMata Sayeon melotot tak terima mendengar rencana kedua Heebon. Buru-buru ia memegang kedua bahu Sayeon sebelum wanita tersebut meledak untuk kedua kalinya. Heebon menatap dalam-dalam kedua mata Sayeon.Sayeon, tak ada jalan lain. Ini jauh lebih berbahaya, bagi kita maupun anak itu juga, tetapi jika berhasil, masalahmu dengan rentenir itu akan berakhir seketika. Raja pasti membayarnya besar, percaya padaku. Dan kau pasti lebih memilih anakmu di istana daripada dijadikan budak rentenir itu.Sayeon menutup kedua matanya. Ia terdiam lama.Kau akan menjaganya? Bisik Sayeon lirih.Heebon mendekap kedua tangan Sayeon. Pasti.L; 15 y.o.; His RoomPagi masih buta. Namun ia tidak tampak tengah tidur sama sekali. L sempat tertidur cukup lama sebelum terbangun di tengah malam gulita, dan terus siaga sampai matahari nyaris menjelang. Entah kenapa, tapi ia tahu ia menantikan sesuatu.Benar saja, diam-diam ia mendengar suara pintu samping kamarnya yang tak berpenjaga digeser pelan. Cuma satu orang saja yang dapat melakukannyaL.Suara halus itu tak pernah berubah sejak mereka bertemu 7 tahun yang lalu. L berpura-pura tidur sementara Sunghee berjalan pelan ke arah tempat tidurnya.L benar-benar tak menyadari senyum tipis Sunghee sebelum perempuan itu berbisik kecil di telinganya.L, bangun.Dan tanpa basa-basi Sunghee langsung menegakkan tubuhnya. Mendesah pelan, akhirnya ia menurut ketika Sunghee mengajaknya pergi ke loteng. Saat L mengajaknya berjalan-jalan melihat istana, Sunghee langsung menandai loteng sebagai tempat favoritnya. Meski tempat itu berdebu, ia menghabiskan waktu luang membersihkannya.Dan mulai dari umurnya genap 13, tempat itu menjadi tempat mereka berdua merayakan pagi hari ulang tahun masing-masing. L memperhatikan penampilan Sunghee. Hanbok kuning muda ia pakai, dan pita kuning selaras ia ikatkan pada sanggul kecil rambutnya.L mengulum senyum, benar-benar cantik.Saat memandangi matahari yang mulai terbit dari satu-satunya jendela kotak kecil, Sunghee tiba-tiba memeluk sang pangeran.Selamat ulang tahun, L.Lee Sayeon; 41 y.o.; Lees House6 bulan berlaluRambutnya sudah cukup panjang untuk dikepang kecil. Tubuhnya sekarang dibalut hanbok kuning muda cerah. Sayeon memapar rata bedak wajah pada permukaan pipi anak kecil di hadapannya.EommaMulai hari ini, namamu Sunghee. Lee Sunghee. Dan kau perempuan.Sunghee; 7 y.o.; Palace GardenIa merasakan degup jantungnya tak beraturan. Di depan Raja dan Ratu ia memang bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar, namun untuk langsung diterima dan bertemu muka dengan sang pangeran benar-benar membuatnya takut.Entah kenapa.Ia memang tak memiliki teman seumur, karena lingkungan ibunya terdiri dari pedagang-pedagang yang jauh lebih tua, halmoni-halmoni* serta haraboji* ramah, dan anak-anak mereka rata-rata sudah dewasa ikut membantu menjadi kuli atau berjualan di pasar.Sementara reputasi pangeran benar-benar santer terdengar. Selain tampan, ia pintar dalam strategi maupun pelajaran umum, serta unggul dalam ingatan. Namun kemisteriusan serta aura dingin nya adalah ciri khas utama.Heebon membimbing Sunghee ke taman istana. Ketika mereka sampai di sana, Heebon berlutut di hadapan Sunghee.Jika ada apa-apa, katakan saja padaku.Sunghee mengangguk pelan. Heebon tersenyum sambil menepuk puncak kepala Sunghee.Anak baik.Saat ia berbalik, L sudah berdiri tepat di belakang Heebon. Terkaget, Heebon langsung menunduk 90-derajat diikuti oleh Sunghee.Yang Mulia, saya membawa dayang pribadi anda.Saat mengangkat kepalanya, Sunghee sampai harus mengedipkan mata beberapa kali.Semua pernyataan tentang pangeranbenar.Dan ia memilih menundukkan kepalanya kembali. Heebon sudah meninggalkan mereka berdua saja di taman itu. Setelah keheningan yang cukup lama, satu telapak tangan terulur ke arah Sunghee.Saat menatap L, ekspresi itu masih sama. Tetapi tanpa pikir panjang, Sunghee tersenyum cerah dan menggapai tangan tersebut.L; 8 y.o.; Palace GardenIa tak tahu perasaan apa ini. Seperti tercekat. Tapi L merasa dirinya akan selalu mengingat senyuman itu.*Sungjong; 15 y.o.; Heebons RoomHeebon mengangkat wajahnya dari novel yang ia baca ketika mendengar suara ketukan. Ia menyelipkan pembatas buku sebelum berkata,masuk.Sunghee masuk dengan tergesa-gesa, wajahnya terlihat merah padam. Heebon keheranan; segera ia lepas kacamatanya.Ada apa, Sunghee-ah?Heebon-sshi, kenapa tubuhku berbeda dengan perempuan lain? Kenapa aku harus selalu menunggumu untuk membersihkan diri?Heebon sudah menduganya. Cepat atau lambat Sunghee pasti akan menyadarinya. Ia berjalan ke arah pintu, mengecek sekeliling sebelum menutup erat pintu kamar.Kau itu lelaki, Sungjong-ah.Sunghee mengerutkan wajah; Sungjong? Siapa?Heebon meletakkan kedua tangannya di atas bahu Sunghee.Ya, nama aslimu Lee Sungjong. Bukan Sunghee. Dan kau seorang lelaki.Sunghee menyahut lemah, tetapi tetapi EommaKau memang Sunghee di sini, dan Sunghee seorang perempuan. Tetapi selalu ingat satu hal, Sungjong. Dirimu yang sebenarnya.L; 18 y.o.; in front of Sunghees RoomIa berjalan hati-hati agar tak menimbulkan suara. Kedekatannya dengan dayang pribadinya memang sudah menjadi rahasia umum, dan orang-orang tak merasa asing melihat mereka berdua. Bahkan teman-teman L menggodanya tentang Sunghee.Meski begitu, tak pernah sekalipun ia datang ke kamar perempuan itu.Selalu Sunghee yang membangunkannya, atau mereka bertemu setelah rutinitas pagi L dan beberapa acara.Sedikit penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk mengejutkan dayang itu hari ini. Mereka terlalu lama mengenal satu sama lain hingga L tak pernah menganggap ada garis batas diantara mereka.Ketika sampai tapi, ia melihat pintu kamar Sunghee sedikit terbuka. L diam-diam memegang celah pintu danKing & Queen; Their RoomWaktu cepat sekali berlalu.Tak kusadari, anak kita sebentar lagi akan dewasa.Sudah waktunya?Perempuan itu akan kemari. Tunggu saja saat ia genap berusiaku dulu waktu bertemu denganmu.*L & Sungjong; 20 y.o & 19 y.o.; Green Field outside the PalaceKau laki-laki?Sungjong menoleh seketika. L tengah tiduran santai di sampingnya, memainkan setangkai bunga dandellion. Ia memutar-mutarnya dengan jari, sebelum meniup pelan. Beriringan, kelopak bunga yang rapuh itu beterbangan kemana-mana.Sungjong tertegun. Apakah aku sudah tak boleh lagi berada di sini? L tetap diam tak bereaksi. Seperti merasakanpengusiran halus tak terucap, Sungjong bangkit dari tempatnya duduk.BaiklahIa membungkuk 90-derajat,maaf.Sebelum berbalik pergi. Lagipula, hanya itu yang bisa ia katakan.Berhenti.Sungjong membeku di tempat. Tangan itu menggapai miliknya, mengenggamnya. Seperti dulu.Aku tak menyuruhmu pergi.Soori; 18 y.o.; HarborIa melangkah anggun dari atas kapal. Beberapa dayang menemani di sisi kiri dan kanan, memagari jalannya dari pandangan-pandangan kagum juga penasaran halayak. Wajahnya tertutup kain tudung besar berwarna merah.Kenapa aku?Kenapa harus aku?Sungjong; 19 y.0.; Palace GardenAneh. Ia belum bertemu dengan L sama sekali hari ini. Sang pangeran telah pergi dari pagi buta, dan sampai sekarang, saat matahari hampir terbenam, ia belum kembali. Menurut dayang, L pergi bersama Raja dan beberapa petinggi agung untuk berburu bersama. Hal itu sudah semacam rutinitas bagi Raja.Sungjong memilih berjalan di pinggir setapak mengitari kolam ikan luas di tengah taman, sebelum matanya tertumbuk pada sesosok tubuh. Seorang wanita, lebih kecil darinya, dan terlihat dari motif hanbok yang ia pakai kalau ia seorang putri.Rasa penasaran merayapi benak Sungjong; siapa perempuan ini? Sungjong pernah melihat sekilas putri-putri yang datang ke pesta ulang tahun L, tetapi tak pernah ada satupun berani untuk berjalan-jalan ke taman ini.Tunggu.Sungjong memicingkan mata.Ia menangis?Sungjong berjalan cepat ke atas gazebo tempat sang putri berada, dan tanpa berkata-kata mengeluarkan sapu tangan putih berbunga. Ia menyodorkannya ke arah sang putri sambil menundukkan wajah.Si putri terkaget akan kehadiran orang lain selain dirinya. Namun ekspresi wajahnya melembut saat melihat sapu tangan putih tersebut. Perlahan ia mengambilnya dari tangan Sungjong. Mata Sungjong membulat merasakan betapa mungilnya tangan wanita itu.Halus.Ketika ia bertatapan dengannya, Soori tersenyum kecil.Terima kasih.DEGL; 20 y.o.; Kings Personal RoomKau sudah memikirkan tentang perkawinan?L terdiam, jemarinya yang menyusuri koleksi buku-buku bersejarah di rak buku keemasan terhenti. Ia berbalik, mendapati ayahnya terlihat dalam mood yang bagus.Kenapa tiba-tiba menanyakan soal itu?Kau ingat, janjimu dulu?L mengeratkan pegangan pada pinggir rak.Jika sudah legal, kau akan menikah. Dan bila tak memiliki calon pengantin, kau akan terima dijodohkan oleh siapapun yang aku pilih.Raja meletakkan pena tintanya disamping surat titah baru.Namanya Soori, putri Raja seberang. Ia lebih muda dua tahun.Soori; 18 y.o; General MarketPerempuan ini baik sekaliSetelah terlepas menangis, tanpa bertanya lebih jauh ia mengajak Soori berjalan-jalan di pasar. Ia bahkan mengajaknya mencicipi beberapa makanan khas daerah sana. Soori mengecap bibirnya pelan.Ah, ddeokbeokgi* di sini lebih pedas dari tempatku.Sunghee berkedip. Benarkah, Yang Mulia?Soori menatapnya lama, sebelum bertanya langsung.Umurmu berapa?Saya? Tahun ini 19Ya ampun, kau itu lebih tua dariku 1 tahun! Berhentilah memanggilku Yang MuliaSunghee membeku sejenak. Perkataan itu mengingatkannyaPerempuan itu tersenyum. Namaku Soori, kamu?Sunghee. Lee Sunghee. Aku dayang pribadi sang pangeran.L & Sungjong; 20 y.o & 19 y.o.; Green Field outside the PalaceDia mirip sekali denganmu.L menoleh, mendapati Sungjong tengah melamun menatap kejauhan.Calon istrimu.L menarik nafas, membangunkan diri dari posisi tidurannya.Sudah kubilang jangan ungkit-ungkit masalah itu.Tetapi Sungjong tidak dapat memungkiri, mereka memang pasangan serasi. Saat pertama kali bertemu, betapa banyak orang mengatakan mereka sangat cocok satu sama lain. Membuatnya tersingkir.Sungjong menggelengkan kepala. Tidak. Dari awal memang ia bukan siapa-siapa.Apa yang sedang kau pikirkan?Sungjong bertatapan sesaat dengan L, sebelum mengalihkan pandangan.Tak mungkin kukatakan telah jatuh hati pada calon istrinya, kan?Soori; 18 y.o; The AtticEntah bagaimana, ia bisa menemukan tempat ini. Ketika tak merasa betah berbaring di kamar khusus untuknya, ia memilih mencari tempat lain. Untuk terdiam. Untuk merenung.Dan tanpa sadar air mata itu menetes lagi.Kenapa kau tak datang menyelamatkanku?Sebelum ia menghapusnya kasar, tersenyum miris. Cahaya bulan menyinari kulit wajahnya yang pucat.Sungjong; 19 y.o.; The Stairs toIa hanya bisa memandang. Rasanya sesak, melihatnya rapuh di depan mata. Tapi ia belum tahuApa yang harus ia lakukan?L; 18 y.o.; Archery PlaceTerus memanah, L tak menyadari kedatangan Sunghee sambil membawa sebilah busur. Ketika perempuan itu berdiri di sampingnya, baru ia mengalihkan perhatian.Mereka menatap ingin tahu satu sama lain.Baju apa itu, pangeran?Ada orang-orang Inggris yang berkunjung, mereka menghadiahkanku beberapa seragam seperti ini.Sunghee menatap kagum baju-baju jahitan rapi seperti tentara itu.Kau sendiri, kenapa membawa busur?Sunghee tersenyum lebar.Ajari aku?L; 20 y.o.; Green FieldSungjong menatapnya penuh determinasi.Ajari aku menggunakan pedang.Soori; 18 y.o.; Her RoomIa tertawa merdu mendengar candaan Sunghee. Soori tengah mengepas hanbok pengantin yang akan ia pakai nanti. Saat ia membuka helai demi helai bajunya, Sunghee diam-diam mengalihkan pandangan kemanapun, berpura-pura sibuk melihat aksesori rambut Soori.Saat berbalik kembali menatapnya, Sungjong terpana.Ia pengantin paling mempesona sedunia.Meski tersenyum, Sungjong dapat merasakan kesedihan terpancar di mata Soori.Sunghee & Soori; 19 y.o & 18 y.o.; The AtticAku memang memiliki kekasih.Sunghee terkaget, menatapnya dalam. Soori menghembuskan nafas pasrah.Ia lelaki yang sangat kucintai. Soori berjalan menghampiri satu-satunya jendela di sana, memandang jauh ke luar.Tetapi tentu saja, keluargaku tak menyutujuinya.Ia tertawa getir. Sepertinya ketika tahu akan kelahiran L, mereka bertekad menjodohkan anak perempuan mereka padanya.Jangan salahkan pangeran.Soori terdiam, menundukkan kepala. Maafkan kelancanganku.Ia memang tak mendengar, tapi jauh di dalam hati, Sungjong merasa ia memang tak punya kesempatan. Sakit? Tentu saja. Rasanya hancur.Tetapi itu tidak menghalangi niatnya untuk membantu sang putri.L; 20 y.o.; The StairsPendengarannya cukup tajam. Dan melihat dari situasi ini, L tahu benar apa yang ada di pikiran Sungjong. Tersenyum tipis, ia berjalan kembali ke ruang tidurnya.Sengaja, ia menaruh satu stel baju seragam yang dua tahun lalu Sungjong kagumi karena keindahannya di atas meja nakas.Soori; 18 y.o.; a Day before The CeremonyTubuhnya dibasuh dengan air bunga. Sekujur badan dibersihkan hingga sangat wangi. Ia tidak diperbolehkan makan beberapa hal, namun dianjurkan minum beberapa ramuan.Semua ini membebaninya.Pangeran dan putri tidak diperbolehkan bertemu sebelum hari H. Bukan berarti Soori ingin bertemu L. Ia tak membenci pangeran itu, tapi sepertinya tidak, kenyataannya dinding es di sekitarnya hanya bisa dicairkan oleh Sunghee.Ya, dayang itu.Tak bertemu L berarti tak bisa menemuinya.Soori hanya ingin mengucapkan terima kasih, karena sudah menemaninya menjelang hari kebebasan miliknya direnggut.Sungjong; 19 y.o.; a Day before The CeremonyIa memilih mengasingkan diri ke tempat jauh yang tak akan dijamah oleh orang-orang dalam persiapan terakhir pesta agung tersebut. Dan di sinilah dirinya, gudang lama penuh debu.Sebilah pisau, sebuah botol cairan mahal, dan baju seragam L yang ia curi berjajar di hadapannya.Perlahan, ia melepas ikatan sanggul rambutnya. Ekor kuda panjang itu tergerai dari bentuk cepol, sebelum ia menarik sebagian besar ke atas. Pisau tergenggam pada jemari tangan.CRRAAAASSSSHHHHHelai-helai rambut bertebaran. Sungjong menatap refleksinya di cermin, sebelum membuka tutup botol itu, menuangkan sebagian cairan pada rambut dan mengoleskannnya merata dengan kuas.Perlahan, rambutnya memutih, mulai dari pangkal rambut merambat sampai ujung.Tinggal menunggu malam tiba.Soori; 18 y.o.; Her RoomKelopak mataku baru saja menutup ketika terdengar suara ketukan halus pada pintu. Sempat kupikir itu hanya halusinasi, namun terdengar lagi bunyi yang sama sederet tiga kali.Perlahan, aku berjalan dan membuka, hanya untuk jatuh kebingungan dengan pendatang baru yang tak kukenal.Lelaki di hadapanku terlihat seperti orang asing, memakai seragam gelap dan berambut putih cemerlang yang diikat.Ia membungkuk 90-derajat,Aku datang menjemputmu, Yang Mulia.L; 20 y.o.; Front GateSetelah berhasil membuat kedua penjaga itu tertidur pulas, aku memilih duduk saja di bagian pos. Mengingat gelagat Sungjong saat ia berhasil menaiki kuda tanpa terjatuh, aku tahu pasti apa yang akan ia lakukan. Karena itu pintu gerbang sengaja kubuka cukup lebar untuknya lewat.Derap langkah kuda itu mulai mendekat, dan saat melihatnya lewat membawa Soori, aku tersenyum puas.Setidaknya ia bisa membawa seseorang di atas kuda tanpa mencelakainya.Berjalan menyusuri bayangan, aku menarik tali kekang kuda milikku yang kukaitkan di belakang pos jaga.Sungjong; 19 y.o.; across the StreetTak ada yang mengenaliku, dengan baju seragam dan tudung ini mereka mengira aku adalah sang pangeran. Secara postur pun tinggiku hampir sama dengannya. Sepanjang perjalanan, Soori terus mengencangkan pegangannya pada pinggangku.Dan itu cukup untuk membuatku tersenyum penuh rasa senang.Soori; 18 y.o.; across the FieldTak tahu mengapa, aku merasa bisa mempercayai lelaki ini. Setahuku, arah jalan ini memang menuju perbatasan kerajaanku yang tidak terhalan lautan. Juga, sekalipun punggung lelaki ini kecil, aku merasakan hangat.Sungjong; 19 y.o.; BorderlineAku terus memacu kuda ini dengan sepenuh tenaga. Ketika nyaris sampai perbatasan, matahari tampak mau terbit dari Timur. Segera aku hentikan kuda itu, melompat turun dan membantu Soori turun.Ia tampak kelelahan, namun rona merah kebahagiaan terpancar dari wajahnya.Ia menatapku penuh rasa terima kasih, sebelum tiba-tibaIa melingkarkan tangannya di sekeliling tubuhku.Soori; 18 y.o.; BorderlineTerima kasih.Aku tak tahu apa lagi yang harus kukatakan. Sesaat kemudian ku kendurkan pelukanku. Aku membungkuk sekali, sebelum berjalan menuju perbatasan. Tentaraku di sana pasti melindungiku.Tunggu.Suara iniTiba-tiba lelaki itu sudah ada di hadapanku. Ia tampak ragu-ragu, namun secepat kilat, ia mengecup bibirku.Mataku membulat kaget, tanganku refleks ingin menamparnya tetapi ia sudah membungkuk berkali-kali, wajahnya sendiri tampak kebingungan.Maaf, ia menundukkan kepala, tapi aku ingin melakukannya sekali saja.Aku akhirnya memilih untuk membiarkannya, membisikkan hanya sekali ini, kubiarkan kau lepas sebelum berjalan pergi.Sebenarnya aku merasa sedikit malu, tetapi bibirnya benar-benar lembut. Dan pikiranku masih dipenuhi oleh suara itu.Terasa familiar.Saat prajurit penjaga perbatasan terkejut melihat kehadiranku yang pulang sendirian, aku baru menyadarinya.Cepat berbalik, dan matahari mulai tebit menyinarirambut putih terang lelaki tegap tersebut, berjalan menjauh sambil menggiring kudanya.Terlihat sosok berseragam mirip menunggangi kuda lain datang menghampiri.L; 20 y.o.; BorderlineAku turun dengan sigap dari atas kuda, berjalan beriringan di samping Sungjong.Sepertinya ia tak berani menatapku.Tanpa peduli, kurangkul bahunya dengan satu tangan, berbisik pelan.Jadi kau membiarkan mempelaiku pergi, tanpa mengatakan apa-apa padaku. Raja akan memenggalmu jika ia tahu.Sungjong membisikkan kata maaf, meskipun aku tahu ia tidak menyesali aksinya barusan.Aku menepuk kepalanya pelan (sedikit mengagumi halus rambut pirangnya), tersenyum kecil dan menambahkan,Tapi aku bisa mengubah beberapa hal, sehingga kau tak perlu menamatkan riwayatmu hari ini.Ia mengerutkan dahi.Bagaimana caranya?Mendekatkan bibir ke telinganya, bisikanku terdengar jelas.Mau menggantikan Soori menjadi istriku?