Yang Tidak Melagukan Al Quran

3
Yang Tidak Melagukan Al Quran, Tercelakah? Apr 06, 2015Muhammad Abduh Tuasikal, MSc Artikel Terhangat 2 , Tafsir Al Qur'an 11 Komentar Kalau tidak membaguskan bacaan Al Qur’an atau tidak melagukannya apakah tercela? Apa syaratnya jika boleh melagukan Al Qur’an? Hadits berikut barangkali bisa jadi renungan. Dari Abu Lubababh Basyir bin ‘Abdul Mundzir radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِ ن آْ رُ قْ ل اِ بَ ّ نَ غَ تَ يْ مَ لْ نَ م اَ ّ نِ مَ سْ يَ لBarangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Qur’an, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Daud no. 1469 dan Ahmad 1: 175. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Kata Imam Nawawi bahwa Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah juga kebanyakan ulama memaknakan ‘yataghonna bil Qur’an’ adalah, ِ هِ ه ب بْ وَ ص نِ ّ سَ حُ ي“Memperindah suara ketika membaca Al Quran.” Sedangkan menurut Sufyan bin ‘Uyainah yang dimaksud adalah mencukupkan diri dengan Al Qur’an. Ada yang katakan pula, yang dimaksud adalah mencukupkan Al Qur’an dari manusia. Ada pendapat lain pula yang menyatakan, mencukupkan diri dengan Al Qur’an dari hadits dan berbagai kitab lainnya. Al Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa sebenarnya ada dua pendapat yang dinukil dari Ibnu ‘Uyainah.

description

lagu

Transcript of Yang Tidak Melagukan Al Quran

Yang Tidak Melagukan Al Quran, Tercelakah?

Apr 06, 2015Muhammad Abduh Tuasikal, MSc HYPERLINK "http://rumaysho.com/artikel-terhangat-2-2" Artikel Terhangat 2, Tafsir Al Qur'an HYPERLINK "http://rumaysho.com/tafsir-al-quran/yang-tidak-melagukan-al-quran-tercelakah-10711.html" \l "disqus_thread" 11 Komentar

Kalau tidak membaguskan bacaan Al Quran atau tidak melagukannya apakah tercela? Apa syaratnya jika boleh melagukan Al Quran?

Hadits berikut barangkali bisa jadi renungan. Dari Abu Lubababh Basyir bin Abdul Mundzir radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Quran, maka ia bukan dari golongan kami. (HR. Abu Daud no. 1469 dan Ahmad 1: 175. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kata Imam Nawawi bahwa Imam Syafii dan ulama Syafiiyah juga kebanyakan ulama memaknakan yataghonna bil Quran adalah,

Memperindah suara ketika membaca Al Quran.

Sedangkan menurut Sufyan bin Uyainah yang dimaksud adalah mencukupkan diri dengan Al Quran. Ada yang katakan pula, yang dimaksud adalah mencukupkan Al Quran dari manusia. Ada pendapat lain pula yang menyatakan, mencukupkan diri dengan Al Quran dari hadits dan berbagai kitab lainnya.

Al Qadhi Iyadh menyatakan bahwa sebenarnya ada dua pendapat yang dinukil dari Ibnu Uyainah.

Adapun ulama Syafii dan yang sependapat dengannya menyatakan bahwa yang dimaksud adalah memperindah dan memperbagus bacaan Al Quran. Ulama Syafiiyah berdalil dengan hadits lainnya,

Baguskanlah suara bacaan Al Quran kalian. (HR. Abu Daud no. 1468 dan An Nasai no. 1016. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Al Harawi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan yataghonna bil Quran adalah menjaherkan (mengeraskan) bacaannya.

Abu Jafar Ath Thobari sendiri mengingkari pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud yataghonna bil Quran adalah mencukupkan diri. Ath Thobari tidak menyetujuinya karena bertentangan dengan makna bahasa dan maknanya itu sendiri.

Ada perbedaan pula dalam pemaknaan hadits lainnya, Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Quran, maka ia bukan dari golongan kami. Pendapat yang lebih kuat, yang dimaksud yataghonna bil Quran adalah membaguskan suara bacaan Al Quran. Riwayat lain menguatkan maksud tersebut, yataghonna bil quran adalah mengeraskannya. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 71).

Adapun yang dimaksud dengan tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memperindah bacaan Al Quran adalah ditafsirkan dengan dua makna:

Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak membaguskan bacaan Al Quran

Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak mencukupkan dengan Al Quran dari selainnya. (Aunul Mabud, 4: 271).

Kalau kita lihat dari pendapat yang dikuatkan oleh Imam Nawawi sebelumnya, yang dimaksud adalah tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak membaguskan bacaan Al Quran.

Namun aturan dalam melagukan Al Quran harus memenuhi syarat berikut:

Tidak dilagukan dengan keluar dari kaedah dan aturan tajwid.

Huruf yang dibaca tetap harus jelas sesuai yang diperintahkan.

Tidak boleh serupa dengan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan. (Lihat Bahjatun Nazhirin, 1: 472)

Wallahu alam. Wabillahit taufiq was sadaad.

Referensi:

Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibni Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.

Aunul Mabud Syarh Sunan Abi Daud, Abu Abdirrahman Saroful Haqq Muhammad Asyrof Ash Shidiqi Al Azhim Abadi, terbitan Darul Faiha, cetakan pertama, tahun 1430 H.

Bahjatun Naazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H.