Download - 000 DAFTAR ISI

Transcript
Page 1: 000 DAFTAR ISI

91

TEKNIK PEMANGKASAN (Shorea leprosula Miq.) SEBAGAI BAHAN PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK

Prunning Techniques of Shorea leprosula Miq. as Vegetative Propagation Material for Cutting

Maman Sulaeman

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta - 55582

I. PENDAHULUAN

Perbanyakan secara vegetatif menggunakan metode stek pucuk telah dijadikan

solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan bibit jenis meranti tembaga (Shorea

leprosula) (Mashudi dkk., 2012; Danu dkk., 2010). Hal ini dilakukan karena perbanyakan

secara generatif untuk jenis tersebut dipandang masih menemui beberapa kendala akibat

sifat bijinya yang rekalsitran dan musim berbunganya yang tidak berlangsung setiap

tahun (Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Hartmann dkk. (1997) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa keberhasilan

stek pucuk dipengaruhi oleh kondisi bahan tanaman, lingkungan dan pengatur zat

tumbuh. Faktor bahan tanaman meliputi karakter genetik, kandungan cadangan makanan,

ketersediaan air, hormon endogen tingkat juvenilitas dan umur tanaman. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan, antara lain media perakaran,

kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan.

Tingkat juvenilitas bahan stek sangat dipengaruhi oleh umur tanaman dan

merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan perakaran bahan stek

(Galopin dkk., 1996; Hartmann dkk., 1997). Tingkat juvenilitas pucuk bahan stek

umumnya menentukan kandungan auksin dan nutrisi bahan stek. Tanaman yang tua dan

sulit berakar dapat direjuvenasi. Salah satu teknik rejuvenasi adalah dengan melakukan

pangkasan pada pohon tersebut.

Meskipun telah ditemukan teknologi propagasi Shorea spp. dengan menggunakan

sistem stek (cutting system), namun pada faktanya kegiatan pembangunan hutan masih

mengandalkan biji dan cabutan anakan (permudaan alam), baik yang berasal dari hutan

alam primer maupun hutan bekas tebangan (Noorcahyati dan Omon, 2008).

Menurut Leppe dan Smits (1988), pembangunan kebun pangkas dapat menyediakan

tunas-tunas orthothrop (tunas tumbuh secara vertikal) dan selalu muda (juvenil) sebagai

Page 2: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

92

bahan stek yang berkualitas. Pembentukan tunas baru dapat dilakukan dengan cara

pemangkasan.

Tulisan ini ditujukan sebagai langkah untuk mendapatkan tunas yang juvenil

melalui pemangkasan pohon induk yang dipilih.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemangkasan dilakukan untuk merangsang pembentukan tunas-tunas baru yang

muda (juvenil) secara fisiologis sebagai bahan stek yang berkualitas. Pemangkasan pada

bagian atas tanaman akan menstimulasi tumbuhnya tunas-tunas baru pada bagian aksiler

batang (Dwijoseputro, 1983). Jumlah tunas yang tumbuh dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu umur pohon, ukuran pohon, tinggi pangkasan, kondisi lingkungan, jarak

tanam, waktu dan stimulasi hormon (Zobel dan Talbert, 1984; Kijkar, 1991). Semakin tua

umur tanaman maka kemampuan untuk menghasilkan tunas semakin berkurang.

Pemangkasan kuncup apikal dan daun-daun muda sering dilakukan untuk

meningkatkan percabangan. Teknik ini juga memungkinkan cabang tumbuh lebih tegak,

terutama cabang teratas. Pada banyak spesies, pemangkasan daun-daun muda secara

terus-menerus sama efektifnya dengan pemangkasan keseluruhan apeks tajuk. Hal

tersebut menunjukkan bahwa suatu faktor dominansi, yaitu zat penghambat, terdapat di

apeks tajuk maupun daun muda. Jika auksin ditambahkan pada sisa batang yang apeks

tajuknya dipangkas, maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang

tegak akan terhambat lagi. Penggantian kuncup atau daun muda oleh auksin menunjukkan

bahwa zat penghambat yang dihasilkan adalah auksin. Namun pemberian auksin untuk

mencegah perkembangan kuncup samping ini diperlukan dalam dosis yang sangat tinggi

hingga 1.000 kali lipat kandungan auksin kuncup apikal itu sendiri (Salisbury dan Ross,

1995).

Auksin merupakan salah satu hormon yang tergolong dalam zat pengatur tumbuh

pada tumbuhan. Umumnya auksin terdapat dalam jumlah yang banyak pada bagian

tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan berkembang, antara lain pada ujung tunas, ujung

akar, kambium, dan daun-daun muda. Auksin ini memacu pertumbuhan dengan

mengakibatkan pengenduran dinding sel (Suwasono, 1989).

Selain pengaruh auksin, nisbah auksin-sitokinin juga berperan dalam dominansi

apikal. Nisbah auksin-sitokinin yang tinggi mendukung dominansi apikal, sedangkan

Page 3: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

93

nisbah auksin-sitokinin yang rendah mendukung pertumbuhan tajuk maupun tunas lateral

(Salisbury dan Ross, 1995).

Pemangkasan adalah penghilangan bagian tanaman, sedangkan dalam proses

pemangkasan dahan tanaman, bagian tanaman yang dihilangkan atau di pangkas ialah

bagian dahan atau ranting (Anonima, 2013). Ada beberapa latar belakang yang mendasari

mengapa tanaman harus dipangkas yaitu:

1. Mengatur arah tumbuh tanaman

2. Menjaga kesehatan tanaman

3. Mengurangi bagian tanaman tidak produktif (parasite)

4. Mengurangi habitat hidup OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Selain itu dalam kegiatan pemangkasan ada beberapa tipe pemangkasan, dimana

setiap tipe memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda (Anonimb, 2013) yaitu:

1. Pangkas bentuk

Pangkas bentuk adalah pemangkasan yang bertujuan untuk membentuk tajuk

tanaman seawal mungkin, pada umur tanaman yang masih muda, untuk mendapatkan

tajuk dengan pertumbuhan terbaik, seimbang, dan proporsional.

2. Pangkas produksi

Pangkas produksi yaitu pemangkasan yang bertujuan untuk merangsang munculnya

tunas-tunas produktif, khususnya tunas-tunas yang berada di tajuk bagian terluar dari

tanaman. Semakin banyak tunas produktif di ujung ranting, maka kemungkinan

munculnya bunga dan buah juga akan semakin banyak, artinya jumlah bunga/buah

berbanding lurus dengan jumlah ujung ranting produktif.

3. Pangkas pemeliharaan

Pangkas pemeliharaan lebih ditujukan untuk memeliharan kesehatan tanaman secara

keseluruhan dengan melakukan pemangkasan bersamaan dengan pemberian pupuk.

Umumnya dilakukan pasca tanaman menyelesaikan periode berbuah, saat dimana

energi tanaman terkuras habis untuk membesarkan buah, dimulai saat pentil buah

terbentuk hingga buah masak fisiologis. Pemangkasan dilakukan dengan memangkas

habis semua ujung-ujung ranting tempat keluarnya bunga/buah.

Pemangkasan ujung-ujung ranting akan merangsang keluarnya tunas-tunas baru

yang jumlahnya akan lebih banyak dari jumlah tunas sebagai ujung ranting. Selain itu

akan memudahkan pemeliharaan dengan mempertahankan tinggi tanaman yang tetap

pendek, tidak tinggi menjulang atau tumbuh terlalu melebar ke arah samping sehingga

Page 4: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

94

menghabiskan banyak tempat untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara

keseluruhan.

Pemangkasan jenis Shorea leprosula ini lebih cenderung pada pangkasan

pemeliharaan dan pangkasan produksi dengan tujuan untuk mendapatkan tunas-tunas

yang produktif, juvenil dan tetap mempertahankan tanaman tersebut pendek. Sebagai

usaha memperbanyak pohon dengan cara stek ini tentunya tunas-tunas yang juvenil

tersebut sangat dibutuhkan.

III. METODOLOGI

A. Waktu dan lokasi kegiatan

Kegiatan pemangkasan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012.

Tempat di persemaian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman

Hutan Purwobinangun, Pakem Sleman Yogyakarta. Ketinggian tempat berada pada 287

m dpl.

B. Bahan dan alat

Bahan dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bahan tanaman

Bahan yang digunakan adalah bibit Shorea leprosula usia 1,5 tahun dalam polybag

ukuran 25 x 25 cm yang heterosigot hasil analisis DNA dari 4 populasi (Muara

Waho, Kenangan, Berau dan Kalbar).

2. Bahan kegiatan

Bambu, plastik sungkup ukuran tebal 0.10 mm, label, pupuk NPK (25-7-7) paranet

65%, dan alat tulis

3. Alat

Gunting stek, thermometer, higrometer, kamera, dan galah ukur.

C. Persiapan pemangkasan

Loveless (1991) mengatakan bahwa kondisi lingkungan sangat mempengaruhi

pertumbuhan tunas antara lain kelembaban, status unsur hara/kesuburan media dan

penyinaran cahaya matahari. Oleh sebab itu sebelum melakukan kegiatan pemangkasan

ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Pemupukan

Setiap polybag diberikan pupuk NPK dengan dosis 5 gram. Tujuan utama dari

pemupukan ini adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk

Page 5: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

95

mendukung pertumbuhan mengingat media yang terbatas dalam polybag (gambar 1).

Kegiatan pemupukan dilakukan seminggu sebelum pemangkasan, agar pupuk

tersebut larut dalam media dan secara langsung bisa diserap tanaman.

2. Pengukuran tinggi dan diameter

Pengukuran yang dimaksud untuk melihat dimensi pertumbuhan dari tanaman

Shorea yang akan dipangkas. Menurut Zobel dan Talbert (1984) dan Kijkar (1991),

jumlah tunas yang tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pohon,

ukuran pohon, tinggi pangkasan, kondisi lingkungan, jarak tanam, waktu dan

stimulasi hormon.

3. Pembuatan sungkup

Untuk menjaga kelembaban relatif tetap tinggi maka harus dilakukan modifikasi area

di persemaian yaitu dengan cara membuat sungkup dari plastik. Kelembaban yang

tinggi dan stabil dapat mendukung percepatan dalam memunculkan tunas baru

(gambar 2). Sungkup dibuat setinggi 100 cm dari permukaan lantai bedengan.

Selanjutnya disemprot dengan fungisida untuk mengurangi munculnya jamur

penyebab penyakit mengingat ada pelukaan tanaman Shorea.

4. Pemasangan shading net/paranet 65%

Pemasangan shading net ditujukan untuk mengurangi intensitas cahaya yang

berlebihan sehingga suhu di dalam sungkup tidak terlalu tinggi.

5. Pengaturan letak polybag

Pengaturan polybag di dalam sungkup perlu dilakukan agar tidak terlalu rapat dan

diatur berdasarkan urutan nomor polybag (jika setiap polibag tersebut bernomor).

Untuk memudahkan pengamatan, antar polibag diberi jarak kurang lebih 2 cm.

Page 6: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

96

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 1. Proses pemberian pupuk.

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 2. Pembuatan sungkup dari plastik.

D. Teknik Pemangkasan

Kegiatan pengukuran dilakukan untuk menentukan berapa ketinggian yang akan

dipangkas. Hasil pengukuran diameter dan tinggi disajikan pada Tabel 1.

Page 7: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

97

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter dan tinggi bibit

Kode Diameter Tinggi Kode Diameter Tinggi

bibit (mm) (cm) Pohon (mm) (cm)

WL 01-2 18.36 191 K 30-9 16.7 209

WL 01-5 15.55 146 KB 01-5 13.19 95

WL 01-9 18.4 210 KB 01-6 11.63 90

WL 03-6 21.06 215 KB 03-1 12.32 178

WL 06-3 18.77 210 KB 03-2 11.83 90

WL 06-4 12.13 175 KB 03-8 8.87 100

WL 11-3 13.71 151 KB 04-2 14.45 169

WL 12-6 18.23 204 KB 04-5 11.94 139

WL 14-1 18.94 210 KB 04-7 12.79 172

WL 14-5 12.58 184 KB 06-6 14.88 140

WL 15-4 20.34 209 KB 06-7 10.55 136

WL 17-5 14.00 157 KB 06-10 9.99 110

WL 17-6 14.57 204 KB 07-9 7.78 140

WL 18-1 17.86 201 KB 07-10 10.34 140

WL 18-7 12.94 206 KB 08-3 13.54 178

WL 21-4 20.36 210 KB 08-5 11.38 170

WL 21-6 19.45 210 KB 09-6 13.14 140

WL 21-7 15.9 210 KB 10-4 17.19 178

WL 22-1 15.28 208 KB 10-5 11.24 85

K 01-7 15.29 237.5 KB 12-2 11.6 140

K 03-5 13.19 189 KB 12-4 10.71 105

K 03-7 15.05 210 KB 14-5 10.87 115

K 10-1 11.76 184 KB 14-6 12.63 146

K 10-2 13.8 209 KB 18-2 15.63 168

K 10-6 13.18 193 KB 18-6 9.9 132

K 10-10 18.94 242.5 KB 19-9 12.57 181

K 13-1 17.96 224.5 KB 15-5 12.38 162

K 13-2 19.66 211.5 KB 20-9 7.78 55

K 13-5 14.3 200 KB 20-7 11.15 134

K 13-8 15.65 209 B 5-6 10.62 66

K 13-10 16.74 210 B 5-9 13.12 151

K 14-5 14.61 207 B 6-1 10.68 60

K 14-8 15.50 230.5 B 8-7 11.03 90

K 23-4 15.3 210 B 8-9 15.34 178

K 23-10 16.74 210 B 12-4 10.75 109

K 24-4 13.56 196 B 15-1 10.64 75

Page 8: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

98

Kode Diameter Tinggi Kode Diameter Tinggi

bibit (mm) (cm) Pohon (mm) (cm)

K 24-5 15.74 194 B 15-5 9.78 75

K 24-8 11.57 195.5 B 16-1 16.9 107

K 26-9 14.47 208 B 16-7 13.15 80

K 28-5 14.23 156 B 22-2 16.56 178

K 28-9 15.2 194 B 22-7 10.78 163

K 30-5 15.28 183 B 23-5 17.9 154

Adapun kegiatan setelah pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Pemotongan batang utama Shorea dengan tinggi 80 cm dari permukaan tanah yang

ada dalam polybag. Dalam tulisannya, Mashudi (2013) menunjukan bahwa

pemangkasan dengan ketinggian 80 cm menghasilkan jumlah tunas lebih banyak dari

pada pemangkasan pada ketinggian 20 cm.

2. Semua cabang flagiotrop dan daun dipotong tanpa menyisakan sehelaipun (gambar

3). Tujuan dari kegiatan pemangkasan ini adalah untuk mendapatkan cabang-cabang

orthotrop.

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 3. Pemangkasan dengan tinggi 80 cm

3. Pada tabel 1 terlihat bahwa bibit dengan kode KB 20-9, B 5-6, B 6-1, B 15-1, dan B

15-5 mempunyai tinggi total tidak mencapai 80 cm sehingga pemangkasan yang

dilakukan hanya dengan memotong ujung tunasnya saja dan menghilangkan seluruh

daunnya.

Page 9: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

99

4. Bibit Shorea yang sudah dipangkas dimasukan dengan segera ke dalam sungkup agar

proses transpirasi tidak terlalu tinggi.

Dari hasil pengamatan di persemaian, didapat rata-rata suhu harian dalam sungkup

sebagai berikut;

Tabel 2. Pengamatan suhu dan kelembaban udara.

Waktu Suhu (oC) Kelembaban Udara (%)

Pagi (08.00-09.00) 29 95

Siang (12.00-13.00) 35 96

Sore (16.00-17.00) 30 96

Suhu tertinggi terjadi pada siang hari mencapai 35 oC dengan kelembaban cukup

optimal mencapai 96%.

E. Pemeliharaan dalam Sungkup

Pemeliharaan merupakan kegiatan yang sangat penting agar mendapatkan tunas-

tunas baru yang berkualitas. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian cendawan

Tanaman yang sudah dipotong batang dan cabangnya mengalami luka berpotensi

untuk masuknya cendawan yang bisa menginfeksi tanaman. Dengan pemberian

fungisida, diharapkan bisa mengurangi intensitas serangan jamur. Fungsida yang

digunakan sebaiknya bersifat sistemik yang bersifat mencegah serangan cendawan

dengan cara membuat semua bagian tanaman menjadi kebal, sehingga menghambat

atau mencegah cendawan melakukan penetrasi ke semua bagian tanaman.

2. Penyiraman

Kegiatan penyiraman dilakukan dua kali seminggu mengingat di dalam sungkup

sudah lembab.

3. Pembukaan sungkup

Pembukaan sungkup dilakukan setelah usia tunas mencapai dua bulan. Proses

aklimatisasi dilakukan secara bertahap supaya tanaman tidak stres. Jika terlalu lama

dalam sungkup akan menyebabkan daun menjadi hijau pucat dan media tanaman

menjadi sangat lembab, serta tidak ditumbuhi rumput.

Page 10: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

100

a

b

c

a b

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 4. (a) daun nampak berwarna hijau pucat (b) tanah di dalam sungkup nampak lembab dan tidak ditumbuhi rumput (c) tanah yang diluar sungkup lembab dan ditumbuhi rumput.

F. Pengamatan Tunas Baru

Pemangkasan ditujukan untuk merangsang pembentukan tunas-tunas baru yang

muda (juvenil) secara fisiologis sebagai bahan stek yang berkualitas. Pemangkasan pada

bagian atas tanaman akan menstimulasi tumbuhnya tunas-tunas baru pada bagian aksiler

batang (Dwijoseputro, 1983).

Pengamatan dilakukan seminggu sekali untuk melihat pertumbuhan tunasnya.

Pertumbuhan pada mata tunas dapat dilihat pada gambar 5, 6 dan 7.

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 5. Pertumbuhan tunas (a) usia satu minggu dan (b) usia 2 minggu

Page 11: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

101

a b

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 6. Pertumbuhan tunas usia lima minggu (a) berada dalam sungkup dan (b) di luar sungkup

(Photo oleh : Maman Sulaeman)

Gambar 7. Tunas baru usia 9 minggu, tunas tumbuh banyak.

Marini (2003) menyatakan bahwa pemangkasan batang utama akan merangsang

pembentukan cabang yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan tanpa pangkas.

Menurut Salisbury dan Ross (1995), penambahan jumlah cabang ini dapat terjadi karena

hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Hal ini

menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada

akhirnya membentuk cabang tanaman.

Page 12: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

102

Pada usia satu minggu setelah pemangkasan, akan nampak pada beberapa mata

tunas yang dorman muncul bakal tunas (Gambar 5a). Panjang tunas pada minggu pertama

ini antara 0,5 – 1,5 mm. Pada rentang usia antara satu minggu sampai 3 minggu ini harus

dijaga pertumbuhan tunas tersebut karena mudah patah dan mati.

Pada beberapa tunas yang berada di luar sungkup, usia tunas antara dua sampai tiga

minggu ini merupakan makanan bagi ulat sehingga biasanya akan mati atau

pertumbuhannya menjadi tidak normal. Hasil pengamatan jumlah tunas pada usia 6 bulan

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan jumlah tunas pada usia 6 bulan.

Kode Diameter Tinggi Jumlah Kode Diameter Tinggi Jumlah

bibit (mm) (cm) Tunas Pohon (mm) (cm) Tunas

WL 01-2 18.36 191 12 K 30-9 16.7 209 9

WL 01-5 15.55 146 6 KB 01-5 13.19 95 6

WL 01-9 18.4 210 12 KB 01-6 11.63 90 6

WL 03-6 21.06 215 10 KB 03-1 12.32 178 3

WL 06-3 18.77 210 13 KB 03-2 11.83 90 3

WL 06-4 12.13 175 7 KB 03-8 8.87 100 2

WL 11-3 13.71 151 12 KB 04-2 14.45 169 7

WL 12-6 18.23 204 8 KB 04-5 11.94 139 3

WL 14-1 18.94 210 10 KB 04-7 12.79 172 11

WL 14-5 12.58 184 9 KB 06-6 14.88 140 12

WL 15-4 20.34 209 9 KB 06-7 10.55 136 2

WL 17-5 14 157 5 KB 06-10 9.99 110 5

WL 17-6 14.57 204 16 KB 07-9 7.78 140 6

WL 18-1 17.86 201 10 KB 07-10 10.34 140 9

WL 18-7 12.94 206 10 KB 08-3 13.54 178 8

WL 21-4 20.36 210 14 KB 08-5 11.38 170 8

WL 21-6 19.45 210 12 KB 09-6 13.14 140 8

WL 21-7 15.9 210 8 KB 10-4 17.19 178 4

WL 22-1 15.28 208 8 KB 10-5 11.24 85 3

K 01-7 15.29 237.5 6 KB 12-2 11.6 140 6

K 03-5 13.19 189 13 KB 12-4 10.71 105 5

K 03-7 15.05 210 14 KB 14-5 10.87 115 2

K 10-1 11.76 184 9 KB 14-6 12.63 146 10

K 10-2 13.8 209 7 KB 18-2 15.63 168 9

K 10-6 13.18 193 7 KB 18-6 9.9 132 4

K 10-10 18.94 242.5 6 KB 19-9 12.57 181 2

Page 13: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

103

Kode Diameter Tinggi Jumlah Kode Diameter Tinggi Jumlah

bibit (mm) (cm) Tunas Pohon (mm) (cm) Tunas

K 13-1 17.96 224.5 13 KB 15-5 12.38 162 1

K 13-2 19.66 211.5 9 KB 20-9 7.78 55 8

K 13-5 14.3 200 14 KB 20-7 11.15 134 3

K 13-8 15.65 209 7 B 5-6 10.62 66 4

K 13-10 16.74 210 8 B 5-5 13.12 151 8

K 14-5 14.61 207 8 B 6-1 10.68 60 2

K 14-8 15.50 230.5 6 B 8-7 11.03 90 4

K 23-4 15.3 210 11 B 8-6 15.34 178 10

K 23-10 16.74 210 3 B 12-4 10.75 109 8

K 24-4 13.56 196 4 B 15-1 10.64 75 3

K 24-5 15.74 194 6 B 15-5 9.78 75 5

K 24-8 11.57 195.5 2 B 16-1 16.9 107 9

K 26-9 14.47 208 5 B 16-7 13.15 80 4

K 28-5 14.23 156 11 B 22-2 16.56 178 14

K 28-9 15.2 194 11 B 22-7 10.78 163 4

K 30-5 15.28 183 12 B 23-5 17.9 154 11

Berikut merupakan grafik pertunasan tiap populasi dengan disertai pola pertunasan

pada masing-masing pohon (gambar 4).

a b

c d

Gambar 4. Grafik pertunasan Shorea leprosula tiap populasi

Page 14: 000 DAFTAR ISI

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 91 - 106

104

Terlihat pada gambar tersebut untuk populasi Muara Waho mempunyai kemampuan

bertunas terbaik dibanding dengan populasi yang lainnya. Pohon induk WL 17-6 bertunas

paling banyak yaitu mencapai 16 tunas, sedangkan yang paling sedikit terdapat pada

pohon induk WL 17-5 dengan kemampuan mencapai 5 tunas.

IV. PENUTUP

Melalui pemangkasan dan manipulasi lingkungan akan didapatkan tunas-tunas yang

orthotrop dan juvenil sebagai materi untuk perbanyakan vegetatif jenis Shorea leprosula,

sehingga bisa memenuhi kebutuhan bibit yang berkualitas seperti indukannya. Pembuatan

sungkup merupakan salah satu bagian penting dalam manipulasi lingkungan terhadap

pangkasan tersebut. Selain itu dengan pemeliharaan yang intensif akan terhindar dari

hama yang menyebabkan rusaknya tunas-tunas baru.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Ir. Mashudi, M.Sc selaku

Penanggung Jawab kegiatan atas dukungan dan bantuannya sehingga kegiatan ini dapat

dilaksanakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2013. Pemangkasan. Diakses dari http://id.wikipedia. org/wiki/Pemangkasan pada tanggal 31 Oktober 2013 pukul 11.02 WIB.

Anonimb. 2013. Pemangkasan Tanaman Buah. Diakses dari http://leira-fruit.blogspot.com/2011/08/pemangkasan-tanaman-buah.html pada tanggal 31 Oktober 2013 pukul 11.31 WIB.

Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Sinopsis hasil-hasil penelitian kehutanan. Jakarta.

Danu, Siregar, I. Z., Cahyo, W. dan Atok, S. 2010. Pengaruh Umur Sumber Bahan Stek terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.7 No.3, Juli 2010 : 131 - 139.

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia. Hartmann, H. T., Kester D. E, Davies F. T, dan Geneve R. L. 1997. Plan Propagation Principles

and Practices. New Jersey: Prntice Hall Inc. Kijkar, S. 1991. Producing Rooted Cuttings of Eucalyptus camaldulensis. Thailand: ASEAN-

Canada Forest Tree Seed Centre Project. Leppe, D dan Smits W. T. 1988. Metode Pembuatan dan Pemeliharaan Kebun Pangkas

Dipterocarpaceae. Samarinda: Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik I. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka. Mashudi, Pudjiono, S. Rayan, dan Sulaeman, M. 2012. Pengaruh asal populasi dan pohon induk

terhadap pertumbuhan bibit meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) sebagai materi untuk perbanyakan klonal. Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol. 6 No. 2, Desember : 97-109.

Page 15: 000 DAFTAR ISI

Teknik Pemangkasan Shorea leprosula Miq. Sebagai Bahan Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Stek

Maman Sulaeman

105

Marini, R, P. 2003. Physiology of Pruning Fruit Trees. Virginia Cooperative Extension. 422-025p.

Noorcahyati dan Mulyana. O.R. 2008. Aplikasi Perbanyakan Vegetatif Shorea Spp. dalam Pembangunan Kebun Pangkas. Prosiding Workshop Sintesa Hasil Penelitian Hutan Tanaman. Bogor. 2008.

Salisbury, F. B. dan Ross C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono). Bandung : ITB.

Suwasono, H. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali. Zobel, B.J dan Talbert J.T. 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley & Sons Inc.

Canada.