1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIPERBILIRUBINEMIA
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati
bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Hiperbilirubinemia fisiologis
yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non patologis sehingga disebut
‘Excess Physiological Jaundice’. Digolongkan sebagai hiperbilirubinemia
patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap
usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani.1
Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus
neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang
berlebih . Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2
mg/dl(>17μmol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum
bilirubin >5mg/dl(86μmol/L). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis
1
berupa pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih
mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total. .1
B. MACAM – MACAM IKTERUS
Macam – macam ikterus adalah sebagai berikut:
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor
fisiologis yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru
lahir. Ikterus fisiologis diantara sebagai berikut: .1
a. Timbul pada hari ke dua dan ketiga.
b. Kadar bilirubin indirect tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik. .1
2. Ikterus Patologi
Ikterus patologi adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern icterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Adapun ikterus
patologis menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: .1
1) Ikterus patologi ;
2) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
3) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan
4) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari
5) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
6) Kadar bilirubin direct melebihi 1 mg%
7) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
a. Ikterus patologi; Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau
hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut: .1
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
1
2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam
3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus <
bulan dan 12,5% pada neonatus cukup bulan
4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi
enzim G6PD dan sepsis)
5) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi,
hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
Pembentukan dan Ekskresi Bilirubin pada Bayi Baru Lahir
Sel Darah Merah
Hemoglobin
Hem Globin
Besi Bilirubin
+
Plasma Protein
Hati : Glukonil Transfer
Bilirubin tidak Terkonjugasi + Asam Glukoronat
Glukoronat Bilirubin Terkonjugasi
Diekskresi melalui urin atau feses
Sumber : Whaley,Wong ; Essentials of Pediatric. ST Louis, 2006. Mosby. Hal. 370
1
C. Etiologi dan Faktor Resiko
1. Etiologi Ikterus
Peningkatan kadar bilirubin umumnya terjadi pada setiap bayi
baru lahir, karena hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah
lebih banyak dan berumur lebih pendek
a. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim
glukuronil transferase, ligand dalam protein belum adekuat)
b. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih befungsinya enzim
beta glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.2
2. Faktor Resiko Ikterus
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih (ikterus nonfisiologis)
menurut dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor di bawah ini:
a. Hemolisis akibat inkontabilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,
defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat
b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, Infeksi saluran kemih, infeksi
intra uterin
c. Polisitemia
d. Trauma lahir, sefalhematom
e. Asidosis
f. Hipoksia/asfiksia2
Faktor resiko untuk timbulnya ikterus neonatorum menurut
adalah sebagai berikut:
a. Faktor maternal
1) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American, Yunani)
2) Komplikasi kehamilan (DM, inkomtabilitas ABO dan Rh)
3) Penggunaan oksitosin dalam larutan hipotonik
4) ASI2
b. Faktor Perinatal
1) Trauma Lahir (sefalhematom, ekimosis)
2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3) Faktor Neonatus
4) Prematuritas
1
5) Faktor genetik
6) Obat (Streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol)
7) Rendahnya asupan ASI
8) Hipoglikemia
9) Hipoalbuminemia2
D. PENYEBAB IKTERUS
Penyebab ikterus terbagi atas :
1. Ikterus pra hepatic
Terjadi akibat produksi bilirubin yang mengikat yang terjadi pada
hemolisis sel darah merah. 2
2. Ikterus pasca hepatik (obstruktif)
Adanya bendungan dalam saluran empedu (kolistasis) yang
mengakibatkan peninggian konjugasi bilirubin yang larut dalam air yang
terbagi menjadi:
a. Intrahepatik: bila penyumbatan terjadi antara hati dengan ductus
koleductus2
b. Ekstrahepatik: bila penyumbatan terjadi pada ductus koleductus
3. Ikterus hepatoseluler (hepatik)
Kerusakan sel hati yang menyebabkan konjugasi blirubin
terganggu. 2
E. PENYEBAB IKTERUS BERDASARKAN WAKTU TIMBULNYA
1. 24 jam pertama
Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama dengan penyebab antara lain:
a. Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain
b. Infeksi intra uterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang bakteri)
c. Defisiensi G6PD2
2. 24 jam sampai < 72 jam
Ikterus yang timbul 24 – 72 jam setelah lahir dengan penyebab anatara
lain: 2
1
1) Biasanya ikterus fisiologis
2) Masih ada kemungkinan inkompatibitas darah ABO atau Rh atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat,
misalnya melebihi 5 mg%/24 jam
3) Polisitemia
4) Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan sub oiponeurosis,
perdarahan hepar sub kapsuler dan lain-lain)
5) Dehidrasis asidosis2
3. Lebih dari 72 jam
Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama
dengan penyebab antara lain :
1) Biasanya karena infeksi (sepsis)
2) Dehidrasi asidosis
3) Defisiensi enzim G-6-PD
4) Pengaruh obat2
F. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda
Tanda dan gejala yang timbul dari ikterus yaitu: 2
a. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
b. Letargi (lemas)
c. Kejang
d. Tidak mau menghisap
e. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
f. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot
g. Perut membuncit
h. Pembesaran pada hati
i. Feses berwarna seperti dempul
j. Tampak ikterus: sklera, kuku, kulit dan membran mukosa.
Joundice pada 24 jam pertama yang disebabkan oleh penyakit
hemolitik waktu lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik/infeksi.
1
k. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap. 2
2. Gejala
Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:
a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus
pada neonates adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran,
paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis). 2
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut : 2
1. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada
saat kelahiran
2. Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan
darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan
yang dibutuhkan
3. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24
jam pertama kelahiran. 2
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul dari ikterus neonatorum terjadi
kernikterus, yaitu kerusakan pada otak akibat perlengketan bilirubin indirect
pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus
hipokampus, nucleus merah didasar ventrikel IV. 2
Kern Ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirect pada otak. Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang
biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin
lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy
ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk
kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik. 2
1
H. PENATALAKSANAAN IKTERUS
Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa penyebab yang
mungkin dan memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas
normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan adalah
mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak mencapai
kadar yang menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfuse tukar
dan atau fototerapi. Resiko cidera susunan saraf pusat akibat bilirubin harus
diimbangi dengan resiko pengobatan masing-masing bayi. Kriteria yang harus
dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan
waktu 12-24 jam, sebelum memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka
tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang
diberikan. Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya
diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%.1
1. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan ikterus secara umum antara lain yaitu:
a. Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dan lain – lain pada waktu
hamil
b. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru
lahir yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi
c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik di tempat
bayi dirawat
d. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui1
2. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya icterus
Ikterus neonatorum dapat dicegah berdasarkan waktu timbulnya
gejala dan diatasi dengan penatalaksanaan di bawah ini:1
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan:
1) Kadar bilirubin serum berkala
2) Darah tepi lengkap
3) Golongan darah ibu dan bayi diperiksa
4) Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD biakan darah atau
biopsy hepar bila perlu1
1
b. Ikterus yang timbul 24 – 72 jam setelah lahir: Pemeriksaan yang perlu
diperhatikan:1
1) Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat
dilakukan pemeriksaan darah tepi
2) Periksa kadar bilirubin berkala
3) Pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya.1
c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama.
Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
Pemeriksaan yang dilakukan :
1) Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect berkala
2) Pemeriksaan darah tepi
3) Pemeriksaan penyaring G-6-PD
4) Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi1
3. Ragam Terapi
Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi,
maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-
macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.1
a. Terapi Sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai
kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan
fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi
mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi
sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat
sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan
pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang
gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang
disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga
intensitasnya lebih efektif.1
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan
pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat
kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya
1
untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut.
Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga
dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya, begitu pula alat
kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu,
seperti kemandulan.1
Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan
diubah-ubah, telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung
merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah
kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah
ambang batas bahaya, maka terapi bias dihentikan. Rata-rata dalam
jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa pulang.1
Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak
fototerapi. Ada kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar
mengalami dehidrasi karena malas minum. Sementara, proses
pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluaran cairan
empedu ke organ usus. Hasilnya gerakan peristaltik usus meningkat
dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan mengalaminya,
hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari
terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI
pada si kecil.1
Beberapa hal yang diperhatikan untuk terapi sinar antara lain:
1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas
mungkin dengan membuka pakaian bayi.
2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang
dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata
dan sel reproduksi bayi.
3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap
jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh
bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4 – 6 jam.
6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
1
7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi
dengan hemolisis.
8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi
cairan bayi dinaikkan.
b. Terapi Transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar
bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka
perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan
bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus).
Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami
beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental,
cerebral palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan
penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar
darah akan dilakukan bertahap.1
Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah
menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa
berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi
kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman
penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh
bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar
bilirubin yang tinggi.1
c. Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat
Phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin
di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah
menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau
albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan
mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini
dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah
tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan
1
dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi
banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi
kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan
bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan
utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan
fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.1
d. Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan
feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti
diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat
memperlancar buang air besar dan kecilnya.1
e. Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi
tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah
sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang
berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya,
seperempat jam kemudian telungkup.1
Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana
sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh,
sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan
kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit. Hindari
posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat
merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara
harus bersih.1
I. PENILAIAN IKTERUS MENURUT KRAMER
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi
tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumit, tumit-
pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk
telapak kaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan
jari telunjuk di tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang
dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap
nomor disesuaikan dengan angka rata-rata di dalam gambar di bawah ini.2
1
Penilaian ikterus dan derajat ikterus dengan cara Kramer yaitu
membagi derajat ikterus bayi baru lahir dalam 5 bagian yang dimulai cara:2
1. Derajat I Apabila terdapat warna kuning dari kepala sampai leher.
2. Derajat II Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan sampai
dengan umbilicus.
3. Derajat III Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, paha sampai
dengan lutut.
4. Derajat IV Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, ekstremitas
sampai dengan pergelangan tangan dan kaki.
5. Derajat V Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, semua
ekstremitas sampai dengan ujung jari. 2
Hubungan
J. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
IKTERUS
1. Faktor ibu
a. Tingkat Pengetahuan
Derajat
Daerah Ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin rata-rata
Ikterus Aterm
(gr/dl)
Prematur
(gr/dl)
1. Kepala sampai leher 5.4 -
2. Kepala, badan sampai umbilikus 8.9 9.4
3. Kepala, badan, paha sampai lutut 11.8 11.4
4. Kepala, badan, ekstremitas sampai
dengan pergelangan tangan dan kaki15.8 13.3
5. Kepala, badan, semua ekstremitas
sampai dengan ujung jari- -
1
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau
kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari
pengalaman latihan atau melalui proses belajar. Proses belajar
seseorang tidak hanya dituntut memiliki kemampuan membaca,
menulis dan berhitung. Mereka juga dituntut memiliki kemampuan
memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan
beradaptasi, kreatif dan inovatif, kemampuan tersebut sangat
diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan
merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat
penting, karena dapat membentuk perilaku seseorang.3
Ketika seseorang mendapatkan pengetahuan baru, orang
tersebut diharapkan mampu menyebutkan informasi itu kembali
menginterpretasikannnya dengan benar dan dapat
mengaplikasikannya, ia juga diharapkan dapat melakukan analisa,
sintesa dan eveluasi. Dengan demikian diharapkan semakin tinggi
kemampuan kognitif paru ibu terhadap terjadinya ikterus patologis
maupun fisiologis pada bayi baru lahir, dianjurkan semakin banyak
pula perubahan perilaku positif dalam memberikan ASI sedini
mungkin. 3
b. Usia
Perkembangan organ-organ reproduksi pada ibu yang masih
muda belum optimal, juga kematangan jiwa dan emosi yang kurang
dan menurut Depkes usia yang baik untuk hamil adalah 20-35 tahun.
Bayi - bayi yang berasal dari ibu yang berusia muda mempunyai
angka kematian yang lebih tinggi, kejadian prematuritas dan BBLR
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi dari ibu yang lebih
tua. Bayi dengan BBLR dari ibu masih muda biasanya disertai dengan
kelainan kongenital, cacat fisik, dan cacat mental, termasuk epilepsi,
retardasi mental, dan tuli dan bisa menyebabkan ikterus. Bayi-bayi ini
jika berhasil hidup akan menimbulkan masalah yang lebih besar,
kemungkinan bayi tersebut akan mengaalami pertumbuhan dan
perkembangan yang terhambat/tidak optimal, termasuk cacat karena
1
prospek pembinaan fisik dan psikososial yang kurang memadai/
kurang mencukupi. 3
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan alat yang dapat mengubah nilai dan
norma keluarga. Melalui pendidikan, seseorang dapat menerima lebih
banyak informasi dan memperluas cakrawala berfikir sehingga mudah
mengembangkan diri dalam mengambil keputusan dan bertindak. Ibu
yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima motivasi. Ibu yang
berpendidikan rendah biasanya kurang menyadari pentingnya
perawatan pra kelahiran, punya keterbatasan dalam memperoleh
pelayanan antenatal yang adekuat, keterbatasan mengkonsumsi
makanan yang bergizi selama hamil yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kondisi ibu dan janin yang dikandungnya. Dari
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki tingkat pengetahuan perawatan bayi tinggi sekitar 73,3%,
dan 70% bayi yang tidak mengalami ikterus. 3
d. Riwayat Kesehatan Ibu Pada Saat Hamil.
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap
kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis
data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi. 3
Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil
dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan
memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan. Menurut Depkes
1
RI (1994) tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. 3
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya
berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan
pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya bukan hanya untuk
ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan
janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi
dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera
mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama
kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi
persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan
kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko
tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang
aman kelak." Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa
meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur,
berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat
baru lahir. Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah: 3
1. Anamnesa
Terdiri atas pertanyaan tentang identitas, lama menstruasi,
tanggal menstruasi terakhir, dan keluhan yang berkaitan dengan
kehamilan. Misalnya, mual-muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati,
nafsu makan berkurang atau bertambah. Juga ditanyakan riwayat
kehamilan sebelumnya jika itu bukan kehamilan pertamanya. 3
2. Pemeriksaan Fisik
Mencakup berat badan, adanya anemia atau tidak dengan
melihat pasien pucat, pengukuran tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu. 3
3. Pemeriksaan Laboratorium
1
Pemeriksaan drah terdiri dari: HB, gula darah, sampai
golongan darah guna mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksesuaian golongan darah dan rhesus. 3
e. Breast Feeding Jaundice
Adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan asupan ASI.
Timbul pada hari kedua atau ketiga pada waktu produksi ASI belum
banyak.5
Untuk neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (bukan BBLR),
hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena bayi dibekali cadangan
lemak coklat, glikogen, dan cairan yang dapat mempertahankan
metabolisme selama 72 jam. Walaupun demikian keadaan ini dapat
memicu terjadinya hiperbilirubinemia yang disebabkan peningkatan
sirkulasi enterohepatik akibat kurangnya asupan ASI.5
Ikterus pada bayi tidak selalu disebabkan oleh breast feeding
jaundice, karena dapat saja meupakan hiperbilirubinemia fisiologis.5
f. Breast Milk Jaundice
Adalah ikterus yang disebabkan oleh Air susu ibu (ASI).
Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan breast milk jaundice
belum diketahui. Tetapi diduga timbul akibat terhambatnya Uridine
diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase (UDGPA) oleh hasil
metabolisme progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2-beta-diol yang ada
di dalam ASI sebagian ibu.5 Pregnane-3-alpha 2-beta-diol
meningkatkan siklus enterohepatik sehingga banyak bilirubin yg
kembali ke hepar akibatnya menumpuk dan menjadi
hiperbilirubinemia.2
2. Faktor bayi
a. Inkompatibilitas Rhesus
Kira-kira 85% orang kulit putih mempunyai rhesus positif
dan 15% rhesus negatif. Hemolisis biasanya terjadi bila ibu
mempunyai rhesus negatif dan janin rhesus positif. Bila sel darah
1
janin masuk ke peredaran darah ibu, maka ibu akan dirangsang oleh
antigen Rh sehingga membentuk antibodi terhadap Rh. Zat antibodi
Rh ini dapat melalui plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah
janin dan selanjutnya menyebabkan penghancuran sel darah merah
janin (hemolisis). 3
Hemolisis ini terjadi dalam kandungan dan akibatnya ialah
pembentukan sel darah merah dilakukan oleh tubuh bayi secara
berlebihan, sehingga akan didapatkan sel darah merah berarti yang
banyak. Oleh karena itu pula keadaan ini disebut enteroblastosis
fetalis. Pengaruh kelainan ini biasanya tidak terlihat pada anak
pertama, akan tetapi menjadi makin nyata pada anak yang dilahirkan
selanjutnya. 3
Bila ibu sebelum mengandung anak pertama pernah
mendapat transfuse darah yang inkompatibel atau ibu mengalami
keguguran dengan janin yang mempunyai rhesus positif, pengaruh
kelainan inkompatibilitas rhesus ini akan terlihat pada bayi yang
dilahirkan kemudian. 3
Bayi yang lahir mungkin mati (‘stillbirth’) atau berupa
hidrops fetalis yang hanya dapat hidup beberapa jam dengan gejala
edema yang berat, asites, anemia dan hepatosplenomegali. Biasanya
bayi seperti ini mempunyai plasenta yang besar, bayi tampak pucat
dan cairan amnion berwarna kuning emas. 3
Eritroblastosis fetalis pada saat lahir tampak normal, tetapi
beberapa jam kemudian timbul ikterus yang makin lama makin berat
(hiperbilirubinemia) yang dapat mengakibatkan ‘kernikterus’,
hepatosplenomegali dan pada pemeriksaan darah tepi akan didapat
anemia, retikulositolis, jumlah normoblas dan eritroblas lebih banyak
daripada biasa, banyak sel darah (seri granulosit) muda. Kadar
bilirubin direct dan indirect meninggi, juga terdapat bilirubin dalam
urin dan tinja. 3
b. Inkompatibilitas ABO
1
Menurut statistik kira-kira 20% dari seluruh kehamilan
terlihat dalam ketidakselarasan golongan darah ABO dari 75% dari
jumlah ini terdiri dari ibu golongan darah O dan janin golongan darah
A atau B. Walaupun demikian hanya pada sebagian kecil tampak
pengaruh hemolisis pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena isoaglutonin anti – A dan anti-B yang terdapat dalam serum
ibu. Sebagian besar berbentuk19-S, yaitu gamaglobulin-M yang tidak
dapat melalui plasenta (merupakan makro- globulin) dan disebut
isoaglutinin natural. 1
Hanya sebagian kecil dari ibu yang mempunyai golongan
darah O, mempunyai antibodi 7-S, yaitu gamaglobulin g (Isoglutinin
imun) yang tinggi dan dapat melalui plasenta sehingga mengakibatkan
hemolitis pada bayi. 1
Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus golongan O,
rhesus (-) atau resus yang sama dengan ibu dan bayinya.
Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah
antibodi anti A dan anti B. Biasanya menggunakan eritrosit golongan
O dengan plasma AB, untuk memastikan tidak ada antibodi A dan anti
B yang muncul. 1
c. Masa Gestasi
1) Definisi masa gestasi
Masa gestasi adalah masa sejak terjadinya konsepsi
sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid
terakhir (menstrual age of pregnancy).3
2) Jenis-jenis masa gestasi
Jenis masa gestasi menurut WHO (1979) dikelompokan
menjadi tiga yaitu:3
a) Kehamilan cukup bulan (term / aterm) : masa gestasi 37-42
minggu ( 259 – 294 hari).
b) Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari
37 minggu (259 hari).
1
c) Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa gestasi lebih dari 42
minggu (294 hari).
d. Berat Badan Bayi Lahir
1) Definisi berat badan lahir
Berat badan berasal dari kata berat dan badan, menurut
kamus besar Bahasa Indonesia (1997) berat mengandung
pengertian besar ukurannya atau hasil ukur, sedangkan berat badan
bayi lahir adalah Hasil ukur dari tubuh bayi saat di timbang.3
2) Pembagian berat badan lahir
Pembagian berat badan lahir menurut WHO tahun 1961
berat badan bayi lahir dikelompokan menjadi tiga yaitu:
a) Berat badan bayi kurang dari atau sama dengan 2500 gram
b) Berat badan bayi antara 2500 - ≤ 4000 gram
c) Berat badan > 4000 gram3
e. Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan umur kehamilan
37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut bayi prematur.
Walaupun kecil, bayi premature sesuai masa kehamilan tetapi
perkembangan intrauterine yang belum sempurna dapat menimbulkan
komplikasi pada saat postnatal. Bayi baru lahir mempunyai berat 2500
gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu
disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur,
walaupun 75% dari neonates yang mempunyai berat dibawah 2500
gram lahir premature.3
Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur
dibandingkan dengan bayi lahir normal. Prematuritas menimbulkan
imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan
bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.3
1
Masalah yang umum terjadi diantaranya disstres syndrome
(RDS), hiperbilirubinemia, hypoglikemia, edema paru. Bayi prematur
dapat bertahan hidup tergantung berat badannya, umur kehamilan, dan
penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75%-80%
angka kesakitan dan kematian neonatus. 3
f. Jenis persalinan
1) Definisi jenis persalinan
Jenis menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
berbagai macam cara. Sedangkan persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Berdasarkan pengertian di atas jenis persalinan adalah berbagai
macam proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri). 3
2) Pengelompokan persalinan dengan tindakan
Persalinan dengan tindakan adalah persalinan pervaginam
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi
caesarea. 3
Persalinan dengan tindakan terdiri dari :
a) Persalinan spontan
Adalah persalinan normal tanpa memerlukan tindakan dan
komplikasi bagi bayi baru lahir. 3
b) Persalinan tidak spontan
Persalinan tidak spontan adalah persalinan yang memerlukan
bantuan atau tindakan yang terdiri dari persalinan anjuran dan
buatan. 3
g. Asfiksia
1) Definisi asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Bila proses ini berlangsung
1
terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. 3
2) Pengelompokan asfiksia
Tingkat asfiksia neonatorum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
a) Asfiksia berat : skor APGAR 0 – 3.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100 kali per menit, tonus otot buruk, sianosis berat
dan pucat reflek iritabilitas tidak ada. 3
b) Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang) : skor APGAR 4 – 6
Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100 x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks
iritabilitas tidak ada. 3
c) Vigorous baby (asfiksia ringan) : skor APGAR 7 – 9
Dalam hal ini bayi dianggap sehat tetapi masih memerlukan
pembersihan lendir pada saluran pernapasan 3
d) Bayi Sehat : skor APGAR 10
Dalam hal ini dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa. 3
h. Asupan ASI
ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan
paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. ASI eksklusif menurut
WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun
makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem
pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga
ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Setelah masa ini, bayi
mesti dikenalkan dengan makanan pendamping ASI. Contohnya bubur
susu, bubur saring, dan nasi tim. Mulai usia ini kapasitas pencernaan,
enzim pencernaan, dan kemampuan metabolisme bayi sudah siap
untuk menerima makanan lain selain ASI. Kebutuhan gizi bayi tidak
tercukupi dari ASI saja. Sekitar 70% kebutuhan gizi bayi tercukupi
dari ASI dan 30% dari makanan pendamping ASI. Agar bayi memiliki
1
memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan makanan
bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini. 3
i. Terpapar sinar matahari
Sinar matahari pagi memiliki spektrum sinar biru yang
bermanfaat mengurangi kadar bilirubin dalam darah. Kegunaan sinar
matahari pagi. Berikutnya adalah menghangatkan tubuh bayi sekaligus
membantu mengeluarkan lendir dari tenggorokannya. Alhasil, suara
ngrok-ngrok napas bayi, terutama yang berbakat alergi, dapat
dikurangi. Apalagi kalau sambil dijemur dalam posisi telentang, dada
bayi–dari bagian bawah menuju ke leher–ditepuk-tepuk dengan
lembut. 3
Sinar matahari pagi juga merangsang pembentukan vitamin D
dalam tubuh. Vitamin ini diketahui berfungsi sebagai pembuka
kalsium agar mudah terserap ke dalam aliran darah, sampai akhirnya
menyatu di dalam tulang. Paparan yang dibutuhkan tak perlu lama,
cukup sekitar 15 menit pada pagi hari. Terapi ini dilakukan dibawah
sinar mentari pagi antara jam 7 hingga 9 selama sekitar setengah jam
dengan dilakukan ‘variasi’ posisi (telentang dan tengkurap maupun
miring). Perhatikan Waktu Untuk mendapatkan manfaat yang
maksimal dan menghindari bayi dari dampak yang tidak diinginkan). 3
j. Penilaian Awal
Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit
pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem
APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat
keserisan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera
yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai anatara lain warna kulit bayi,
frekuensi jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonusotot, dan
pernapasan bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2. Sesuai
dengan kondisi bayi. 3
Klasifikasi klinik:
1
1) Nilai 7-10 : bayi normal
2) Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
3) Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
Tanda-tanda 0 1 2
A : Apperience
(warna kulit)
Pucat – biru Tubuh merah Seluruh tubuh
merah
P : Puls
(frekuensi
jantung)
Tidak ada detak
jantung
Dibawah 100,
lemah dan
lamban
Diatas 100,
detak jantung
kuat
G : Grimace
(reaksi terhadap
rangsangan)
Tidak ada
respon
Menyeringai
menangis
lemah
Menangis
A : Activity
(tonus otot)
Tidak ada
gerakan
Ada sedikit Seluruh
ekstremitas
bergerak aktif
R : Respiration
(pernapasan)
Tidak ada Pernapasan
perlahan, bayi
terdengar
merintih
Menangis kuat
1
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku III. FKUI, Jakarta.
2. Marcdante, Karen. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Nelson. Edisi 6.
IDAI. Jakarta.
3. Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko
Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC
4. Rachmat F boedjang. Penatalaksanaan Icterus Neonatal, Icterus pada
Neonatus. 2009. Jakarta.
Top Related