Komoditas serat dan kulit
10. KOMODITAS SERAT DAN KULIT
A. SERAT
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk
jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain.
Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan
manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun
demikian, serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli material
komposit karena :
• Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat alam memiliki berat janis
yang rendah.
• Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat diolah
kembali, harganya relatif murah, dan tidak beracun.
Produk-produk yang berasal dari serat sintetis seperti serat polyester untuk tekstil, polypropilene
untuk plastik, semuanya berasal dari minyak bumi yang merupakan bahan yang suatu saat akan
menipis cadangannya (bahan non renewable).
Serat Alam
Serat alami adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis.
Serat alami dapat digolongkan sebagai berikut :
Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan
terkadang mengandung pula lignin. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat
kertas dan tekstil. Serat ini juga penting bagi nutrisi manusia.
Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.
Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat hewan yang
dimanfaatkan oleh manusia adalah serat sutra dan bulu domba (wol).
Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-satunya
mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Kapas
370
Komoditas serat dan kulit
Kapas adalah sebuah serat lembut yang tumbuh di sekitar biji
tanaman kapas. Serat ini kemudian digulung menjadi benang dan
digunakan untuk membuat tekstil halus. Kapas merupakan
tanaman yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat
kasar hilang dalam pemrosesan. Ketika lilin, protein, dll
disingkirkan, sisanya adalah polimer alami dari selulosa murni.
Selulosa ini teratur sedemikian rupa sehingga memberikan sifat kekuatan, durabilitas, daya serap
yang unik.
Rami
Rami (Boehmeria nivea) merupakan tanaman tahunan berbentuk
rumpun. Kulit kayunya dapat menghasilkan serat panjang yang
sangat kuat dan mengkilap. Batang tumbuh dari rhizoma yang
berbentuk ramping dan dapat mencapai tinggi 2,5 m, dengan
diameter batang 1,2-2,0 cm. Serat rami merupakan salah satu bahan
baku tekstil dengan cara dicampur dengan serat kapas atau poliester.
Dibandingkan dengan kapas, serat rami lebih kuat sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan
pakaian atau perlengkapan militer. Untuk dapat menjadi benang, serat rami perlu dipintal dengan
mesin khusus karena termasuk serat panjang, sehingga kurang cocok bila menggunakan mesin
pemintal kapas yang berserat pendek. Biasanya serat rami dipotong pendek dan dipintal menjadi
benang, sehingga keistimewaan serat rami menjadi berkurang.
Serat rami merupakan serat yang kuat dan tahan lama. Oleh karena itu, serat rami menempati
urutan nilai teratas di antara serat-serat alam nabati yang ada. Menurut Scruggs dan Smith (2003),
serat rami mempunyai sifat yang baik, yaitu berwarna sangat putih berkilau, tidak berubah warna
dan tidak berkerut oleh sinar matahari, higroskopis, dan mudah kering. Serat rami merupakan
salah satu bahan baku tekstil yang pemakaiannya dapat dicampur dengan serat kapas atau
polyester. Selain itu, serat rami juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan gorden, handuk,
campuran wol, dan kain tenda. Buxton dan Greenhalgh (1989) dan Tu Shikun (1992) menyatakan
bahwa serat rami juga dapat digunakan untuk terpal, kaus lampu tekan, uang kertas, dan kertas
sigaret. Oleh sebab itu, tanaman itu dapat dikembangkan semakin luas dan prospeknya sangat
cerah (Riyadi, 1991). Rami menghasilkan serat tekstil yang berasal dari Wit batangnya dan banyak
dari wilayah Jawa yang sesuai untuk pengembangan rami. Bahkan salah satu varietas atau klon
unggulan Indonesia berasal dari Pujon, Batu Malang, yang terkenal dengan nama klon Pujon 10.
371
Komoditas serat dan kulit
Kenaf
Tanaman kenaf menghasilkan serat yang berasal dari kulit
batangnya. Keistimewaan tanaman kenaf ini dapat tumbuh dalam
keadaan tergenang/banjir, sehingga mendapat julukan tanaman
primadona di lahan banjir. Pada waktu banjir, jika tanaman semusim
lain mati, tinggal tanaman kenaf yang mampu memberikan
keuntungan pada petani. Produk diversifikasi dari kenaf cukup
banyak yaitu pulp, particle board, soil safer, geotextile dan fiber
drain.
Tanaman kenaf sudah lama diteliti oleh Amerika Serikat, Australia, Indonesia, bahwa baik
seratnya maupun batang utuh dapat menghasilkan pulp dengan kualitas setara dengan pulp dari
kayu pinus maupun akasia. Hasil penelitian Balai Besar Selulosa (sekarang Balai Besar Pulp dan
Kertas) di Bandung pada tahun 1988, menunjukkan bahwa bila bahan bakunya dari serat kenaf
grade C akan menghasilkan pulp belum putih dengan rendemen sebesar 59,93%, sedang bila
menggunakan batang kering dapat menghasilkan pulp belum putih dengan rendemen sebesar
45,65%. Dalam luasan satu hektar umumnya kenaf dapat menghasilkan 2,5 – 3,5 ton serat kering
atau 8-12 ton/ha batang kering, tergantung macam varietas, pemeliharaan tanaman dan iklim yang
mendukung. Dengan demikian bila menggunakan bahan baku batang kering akan menghasilkan
pulp lebih banyak dibandingkan bila menggunakan bahan seratnya. Dalam penelitian tersebut
serat yang digunakan adalah serat kualitas C yang berwarna hitam dan kotorannya banyak.
Apabila yang digunakan serat kualitas lebih tinggi gradenya misal grade B atau A maka hasil
pulpnya tentu akan lebih baik dan rendemennya lebih tinggi. Kenaf dapat digunakan sebagai
alternatif pemenuhan bahan baku mengingat mutu pulp yang dihasilkan kenaf cukup memadai
setaraf dengan pulp dari pinus atau akasia.
Abaca
Abaca (Musa textillis Nee) adalah tumbuhan yang termasuk
dalam famili Musaceae yang berasal dari Filipina yang telah dikenal
dan telah dikembangkan sejak tahun 1519 (Wibowo, 1998).
Masyarakat di kepulauan Sangihe Sulawesi Utara, sangat akrab
dengan tanaman ini. Banyak orang percaya Abaca berasal dari
daerah tersebut bukan dari Filipina (Raharjo, 1999). Sebelumnya Heyne (1987) dalam Priyono
372
Komoditas serat dan kulit
(2000) melaporkan bahwa terdapat beberapa nama daerah tanaman Abaca yaitu pisang Manila
(Menado), Cau Manila (Sunda), Kofo sangi (Minahasa) dan Manila Henep.
Abaca adalah salah satu penghasil serat yang dapat digunakan untuk pembuatan kerajinan
rakyat seperti bahan pakaian, anyaman topi, tas, peralatan makan, kertas rokok, sachet teh celup
(Wibowo,1998). Selain itu juga untuk jenis kertas yang memerlukan kekuatan dan daya simpan
yang tinggi seperti kertas surat, kertas dokumen serta kertas peta (Triyanto, Muliah dan Edi, 1982).
Menurut Demsey (1963) dalam Priyono (2000), tanaman Abaca penghasil serat panjang yang
banyak digunakan sebagai bahan pembuat tali kapal laut, karena seratnya kuat, mengapung
diatas air, dan tahan air garam. Sedangkan Sanusiputra (1996) dalam Wibowo (1998) melaporkan
bahwa limbahnya dapat dipergunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan kompos bahan baku
untuk langit-langit pintu dan lain-lain.Tanaman abaca (Musa textilis) setelah dipanen dapat diolah
menjadi serat yang disebut Manila Hemp.
Kapuk
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang
tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya
dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari
bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan
(untuk varitas C. pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah
barat Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk
menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau
kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat
memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m. Pohon ini banyak
ditanam di Asia, terutama di pulau Jawa, Indonesia, di Malaysia, Filipina dan Amerika Selatan.
Bambu
Bambu adalah tanaman termasuk Bamboidae, salah satu anggota sub familia rumput,
pertumbuhannya sangat cepat. Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal
5cm per jam, atau 120cm per hari. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa.
Rumput bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi. Bambu dapat tumbuh di lahan yang
sangat kering seperti di kepulauan Nusa Tenggara atau di lahan yang banyak disirami air hujan
seperti Parahiyangan.
373
Komoditas serat dan kulit
Di dunia tercatat lebih dari 75 genus dan 1250 spesies bambu. Bambu yang ada di Asia
Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia. Genus Bambusa
mempunyai jumlah spesies yang paling banyak, dan terutama banyak terdapat di daerah tropis,
termasuk Indonesia.
Karakteristik Bambu
Adapun beberapa sifat fisik penting bambu antara lain sebagai berikut :
Wettability
Wettability menunjukkan kemampuan cairan untuk menempel pada permukaan benda
padat. Wettability memberikan pengaruh yang cukup besar pada adhesi.
Kandungan air
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang penting karena mempengaruhi sifat
mekanik dari bambu. Kandungan air pada batang bambu setelah dipotong adalah antara
50-99% sementara bambu yang telah kering adalah sekitar 12-18%
Berat jenis
Bambu memiliki berat jenis yang berkisar antara 600-900 kg/m3. Untuk jenis bambu tali
memiliki berat jenis rata-rata 820 kg/m3.
Serat sintetis
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan petrokimia. Namun
demikian, ada pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon.
Serat polimer
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat melalui proses kimia.
Bahan yang umum digunakan untuk membuat serat polimer:
o polyamida nilon,
o PET atau PBT [[poliester], digunakan untuk membuat botol plastik,
o fenol-formaldehid (PF)
o serat polivinyl alkohol (PVOH)
o serat polivinyl khlorida (PVC)
o poliolefin (PP dan PE)
o polyethylene (PE),
o Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,
o poliuretan.
374
Komoditas serat dan kulit
Fiberglass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar
0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang
kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi untuk
digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia juga digunakan sebagai agen penguat
untuk banyak produk plastik; material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-
gelas (glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber (GRE), disebut "fiberglass"
dalam penggunaan umumnya.
Pembuat gelas dalam sejarahnya telah mencoba banyak eksperimen dengan gelas giber,
tetapi produksi masal dari fiberglass hanya dimungkinkan setelah majunya mesin. Pada 1893,
Edward Drummond Libbey memajang sebuah pakaian di World Columbian Exposition
menggunakan glass fiber dengan diameter dan tekstur fiber sutra. Yang sekarang ini dikenal
sebagai "fiberglass", diciptakan pada 1938 oleh Russell Games Slayter dari Owens-Corning
sebagai sebuah material yang digunakan sebagai insulasi. Dia dipasarkan dibawah merk dagang
Fiberglas (sic), lihat juga merk dagang yang menjadi generik.
B. KULIT
Kulit sapi yang baru selesai dikuliti, hanya dapat bertahan selam 12 jam setelah
pengulitan. Bila tidak segera memperoleh penanganan, kulit sapi akan terkontaminasi dengan
organisme, dan membusuk. Untuk menghindari kerusakan kulit sapi, dan bisa memasarkannya
sebagai bahan baku industri, kulit sapi harus diawetkan. Teknologi penyamakan kulit sebenarnya
termasuk salah satu aset kebudayaan manusia yang tertua. Sejak zaman dulu orang telah
menggunakan kulit hewan untuk pakaian dan alat perlengkapan lainnya, namun kulit mudah sekali
membusuk jika terkena air atau basah dan akan menjadi keras bila kering.
Usaha untuk menjadikan kulit hewan tidak busuk bila basah dan tetap lemas bila kering,
diperlukan teknologi agar daya tahan dan daya simpan kulit tersebut menjadi meningkat. Ada
beberapa cara untuk meningkatkan potensi kulit sapi sebagai komoditi, antara lain:
1. Usaha pengawetan kulit sapi
Pada mulanya lebih kurang 150 tahun yang lalu pengawetan kulit ini telah dilakukan,
hanya saja bersifat empiris yaitu :
Secara kebetulan pemburu mengampaikan kulit pada dahan atau merendam kulit
hewan buruannya kedalam cairan kulit kayu yang rasanya sangat sepat.
Secara kebetulan juga orang Eskimo mengerjakan atau meremas-remas kulit hewan
dengan otak hewan atau minyak ikan.
375
Komoditas serat dan kulit
Peristiwa tersebut ternyata menjadikan kulit hewan lebih awet dan lebih lemas bila
dijadikan sebagai bahan pakaian atau keperluan lainnya. Pada tingkat kemajuan pengetahuan,
peristiwa tersebut dipahami bahwa rasa sepat pada cairan kayu tersebut mengandung tannin
yang sampai saat ini masih digunakan sebagai bahan penyamak nabati (vegetable tannin).
Sedangkan otak hewan dan minyak ikan ternyata mengandung lemak yang memiliki banyak
ikatan rangkap (lemak tak jenuh).
Pada hakekatnya tujuan pengawetan kulit adalah melindungi kulit terhadap serangan
bakteri, jamur dan serangga yang menyebabkan pembusukan dan kerusakan kulit. Prinsip
pengawetan kulit adalah mengurangi kadar air kulit segar sedemikian rupa sampai kadar air
kulit kurang dari batas minimum air yang diperlukan untuk hidup dan berkembangnya
mikroorganisme (kadar air 7-15%).
Pengawetan kulit selain mempertimbangkan segi teknologis juga mempertimbangkan segi
ekonomisnya. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan pada pengawetan
kulit adalah :
Mudah dilakukan
Biayanya murah
Bahan pengawet tidak mengadakan reaksi kimia dengan zat kulit
Reversible (kulit dapat dikembalikan ke keadaan semula).
Proses pengawetan kulit yang sering dilakukan adalah pengeringan dan penggaraman.
a. Pengeringan
Sebelum diawetkan kulit harus dibersihkan dari daging, lemak, noda darah dan
kotoran-kotoran yang menempel. Pembersihan kulit dapat menggunakan pisau tumpul
atau kikir, agar kulit tidak rusak. Kalau sudah bersih, kulit direntang dengan alat perentang
dari kayu kemudian dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk
penjemuran dengan sinar matahari adalah posisi sudut 45°. Untuk menjaga kualitas kulit,
penjemuran hanya dilakukan antara pukul 09.00-11.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB,
serta diangin-anginkan antara pukul 11.00-15.00 WIB pada tempat yang teduh.
Setelah kulit dirasa cukup kering (kadar air 7-15%), baru dilakukan perendaman
dalam larutan garam (campuran 100 liter air dengan 50 kg garam) selama 36 jam. Selama
36 jam perendaman, kepekatan larutan harus terkontrol dengan baik. Selesai perendaman
376
Komoditas serat dan kulit
dalam larutan garam, kulit sapi bisa diangkat dan dibentangkan pada lantai yang miring
untuk menuntaskan air. Jangan diperas, karena akan merusak kualitas kulit.
b. Penggaraman
Ada dua cara penggaraman, yaitu penggaraman kering dan penggaraman basah.
Penggaraman Kering:
Bila penuntasan air dianggap cukup, bagian daging pada kulit ditaburi garam
sebanyak 10 persen dari berat kulit sapi, dan kemudian didiamkan sampai 2-3 jam.
Pekerjaan yang terakhir adalah penjemuran kulit sapi dengan alat perentang.
Penggaraman Basah:
Bila penuntasan air dianggap cukup, kulit dibentangkan dan bagian daging pada
kulit ditaburi 30 persen dari berat kulit basah. Kemudian kulit lainnya ditumpukkan
dengan bagian bulu dibawah, dan bagian daging ditaburi garam dan seterusnya.
Selanjutnya kulit didiamkan 24 jam, dan ditaburi lagi sebanyak 20 persen dari berat
kulit, didiamkan sampai 30 hari, sampai air tuntas sempurna.
Proses penjemuran dan pengeringan dianggap cukup/sudah selesai apabila :
Keadaan kulit tembus cahaya (transparan)
Keadaan kulit tegang
Bagian daging dan bulu kering
Penampang kulit kalau diketuk dengan jari berbunyi nyaring.
2. Usaha Penyamakan kulit
Kulit sapi yang akan disamak, harus dicuci lebih dahulu dengan air bersih agar menjadi
lunak. Selanjutnya kulit bagian daging dibersihkan dari daging, lemak, noda kotoran atau
darah yang menempel. Sediakan air hangat yang bercampur soda (borax) dan sabun cuci
(detergent). Ukurannya 35 liter air, 200 gram soda, dan 1500 gram sabun cuci. Campuran
diaduk sampai merata, kemudian kulit direndam selama 2-3 jam. Bila sudah dianggap cukup,
kulit sapi bisa segera diangkat dan dibilas dengan dengan air bersih, tetapi tidak boleh diperas.
Kulit yang sudah bersih bisa dijemur sebentar, lalu kulit bagian daging dicuci dengan bensin.
Ini dilakukan untuk menghilangkan lemak yang masih menempel pada kulit tetapi tidak terlihat
oleh mata.
Ada dua cara penyamakan kulit :
a. Penyamakan kulit dengan garam dan asam belerang, caranya sebagai berikut :
377
Komoditas serat dan kulit
35 liter air dicampur dengan 4500 gram garam, diaduk merata, sehingga membentuk
larutan, kemudian dimasukkan 100 cc asam belerang, dan diaduk lagi sampai merata
semua.
Kulit sapi selanjutnya direndam selama 3 hari, dan selama perendaman harus sering
diaduk-aduk agar proses perendaman berlangsung sempurna.
Selesai perendaman, kulit sapi bisa diangkat dan dicelupkan pada air yang dicampur
dengan soda (borax). Ukuran campuran adalah 35 liter air, dan 300 gram soda.
Pencelupan kulit sapi hanya dilakukan selama 10 menit.
Kulit sapi lalu dibilas dengan air bersih.
Kulit sapi dijemur dengan menggunakan alat perentang.
Agar kulit sapi tetap lemas dan memiliki kualitas penyamakan yang baik, maka kulit
sapi sebelum begitu kering harus diolesi vaseline dan sering kali digosok dengan kain.
b. Penyamakan kulit dengan pasta, caranya:
35 liter air dicampur 4500 gram tawas (kalium aluminium sulfat), diaduk sampai
merata (larutan 1)
17,5 liter air dicampur 1100 gram soda dan 2250 gram garam, diaduk merata
sempurna (larutan 2)
Larutan 1 dicampur dengan larutan 2, aduk rata
Ambil secukupnya capuran diatas ditambah tepung kanji (aci) secukupnya,
dimasukkan sedikit-sedikit dan aduk sampai menjadi adonan pasta.
Kulit sapi yang sudah bersih diolesi adonan pasta setebal 3 mm, secara merata pada
bagian daging dan bila selesai diberi penutup kertas. Lalu didiamkan selama 24 jam,
esoknya kertas dan adonan pasta dilepas dan dibuang, lalu diganti dengan adonan
pasta yang baru dan ditutup kertas. Perlakuan seperti ini dilaksanakan sampai tiga kali
berturut-turut.
Setelah melewati proses pengolesan pasta selama 3 hari, maka pada hari yang
keempat diolesi pasta sekali lagi, tetapi didiamkan selama 4 hari.
Terakhir cuci kulit dengan campuran: 17,5 liter air, 1100 gram soda dan 2250 gram
garam. Selanjutnya dibilas dengan air bersih, lalu dijemur dengan alat perentang.
Dari dua cara penyamakan tersebut penyamakan kulit dengan garam dan asam belerang akan
menghasilkan kualitas penyamakan lebih baik dari pada cara penyamakan kulit dengan pasta,
karena kulit sapi bisa lemas, berbeda dengan penyamakan dengan pasta yang menghasilkan
378
Komoditas serat dan kulit
kulit agak keras dan sulit dilipat. Namun untuk melaksanakan penyamakan kulit sapi dengan
garam dan asam belerang, diperlukan pekerjaan yang hati-hati, sebab asam belerang yang
kental sangat berbahaya bagi manusia bila asapnya sempat tersedot, dan bila sampai terkena
pada kulit tangan dan baju. Pelaksanaan penyamakan kulit macam ini, umumnya dilakukan
oleh industri penyamakan kulit.
Gelatin
Gelatin adalah salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai gelling, bahan pengental
(thickner) atau penstabil. Gelatin berbeda dengan hidrokoloid lain, karena kebanyakan hidrokoloid
adalah polisakarida seperti karagenan dan pektin, sedangkan gelatin merupakan protein mudah
dicerna, mengandung semua asam-asam amino essensial kecuali triptofan. Komposisi asam
amino dari gelatin dapat dilihat pada tabel 11.1.
Tabel 11.1 Kandungan asam amino pada gelatin
Ditinjau dari struktur kimianya yang merupakan polipeptida asam amino, gelatin merupakan
suatu senyawa ampoter. Muatan asam amino dapat berubah positif atau negatif tergantung dari
media sekitarnya (pelarut). Struktur gelatin adalah seperti Gambar xx.
Kegunaan gelatin terutama adalah untuk mengubah cairan menjadi padatan yang elastis atau
mengubah bentuk sol menjadi gel. Reaksi pembentukan gel oleh gelatin bersifat reversible karena
bila gel dipanaskan akan terbentuk sol dan sewaktu didinginkan akan kembali terbentuk gel lagi.
Keadaan tersebut membedakan dengan gel dari pektin, alginat, pati, albumin telur dan protein
susu yang bentuk gelnya irreversible.
379
Komoditas serat dan kulit
Gambar 11.1 Struktur kimia gelatin
Sifat sisik secara umum dan kandungan unsur-unsur mineral tertentu dalam gelatin dapat
digunakan untuk menilai mutu gelatin. Standar mutu gelatin dapat dilihat pada Tabel 11.2.
Tabel 11.2 Standar mutu gelatin
Proses Pembuatan Gelatin
Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam yaitu proses
asam dan proses basa. Perbedaan keduanya terletak pada proses perendamannya. Tipe produk
akhirnya ada dua yaitu tipe A dan tipe B.
Gelatin Tipe A
Bahan baku gelatin tipe A biasanya berasal dari kulit babi atau dari ossein (tulang yang telah
mengalami demineralisasi yaitu penghilangan kalsium fosfat). Proses produksi utama gelatin
dibagi dalam tiga tahap:
380
Komoditas serat dan kulit
1. Persiapan bahan baku
2. Konversi kolagen menjadi gelatin
3. Pemurnian serta perolehan gelatin dalam bentuk kering.
Adapun tahap-tahap pembuatan gelatin dari tulang ayam meliputi pembersihan, degreasing,
reduksi ukuran tulang, demineralisasi, liming, ekstraksi, pemekatan, pengeringan. Degreasing
adalah proses penghilangan lemak dari jaringan tulang. Penghilangan lemak pada tulang efektif
dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan suhu koagulasi albumin tulang yaitu antara 32-
80°C, sehingga dihasilkan kelarutan lemak yang optimum. Reduksi ukuran tulang adalah
pengecilan ukuran tulang kira-kira 2-4 cm2. Pengecilan ukuran tulang untuk memperluas
permukaan tulang sehingga reaksi berlangsung lebih cepat dan sempurna. Demineralisasi
bertujuan untuk menghilangkan garam kalsium dan garam-garam lainnya sehingga diperoleh
ossein. Proses ini berlangsung selama 10-14 hari dalam wadah tahan asam, dalam larutan asam
(bisa asam sulfat, asam sulfit, asam fosfat dan yang terbaik adalah asam klorida) dengan
konsentrasi antara 4-7%. Kalsium tulang terutama dalam bentuk kalsium fosfat dalam larutan HCl
terurai menjadi Ca2- dan asam fofat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ca3(PO4)2 + 6HCl 3CaCl2 + 2H3PO4
Keuntungan dari proses asam antara lain adalah persiapan bahan baku hanya memerlukan
waktu relatif singkat, biaya lebih murah dan dalam waktu singkat pula asam mampu mengubah
serat kolagen tripel heliks menjadi rantai tunggal, sedangkan proses basa dihasilkan rantai ganda.
Ektraksi adalah proses denaturasi untuk mengubah serat kolagen yang tidak larut air dengan
penambahan senyawa pemecah ikatan hidrogen pada suhu kamar atau suhu lebih rendah.
Kisaran temperatur ekstraksi yang digunakan antara 50°C dan 100°C atau lebih rendah,
sedangkan nilai pH ekstraksi dapat bervariasi untuk setiap metode. Penyaringan larutan dilakukan
untuk menghilangkan zat-zat lain yang tidak larut yang akan mengurangi kemurnian gelatin.
Pemekatan larutan gelatin untuk meningkatkan total solid larutan sehingga mempercepat
proses pengeringan dengan menggunakan evaporator. Pemekatan dilakukan selama 5 jam pada
suhu 70°C hingga kepekatan mencapai 25-30%. Tahap terakhir adalah pengeringan gelatin pekat
yang telah padat dengan sinar matahari langsung atau dengan menggunakan mesin pengering
yang bersuhu 32-60°C. Pengeringan selesai apabila kadar air gelatin mencapai 9-12% selama 24
jam.
Gelatin Tipe B
381
Komoditas serat dan kulit
Pada prinsipnya perbedaan proses pembuatan gelatin tipe A dan tipe B adalah pada proses
perendamannya. Dalam pembuatan gelatin tipe A, bahan baku diberi perlakuan perendaman
dalam asam sedangkan perlakuan yang diaplikasikan untuk menghasilkan gelatin tipe B adalah
perendaman dalam air kapur. Proses ini disebut dengan proses alkali. Bahan baku gelatin tipe B
berasal dari kulit hewan dan tulang. Pada produksi gelatin tipe B dilakukan perendaman tulang
dalam larutan hidroksida (liming) dengan konsentrasi antara 5-15% selama 3-8 minggu. Proses ini
bertujuan untuk melarutkan komponen non kolagen dan untuk melunakkan ossein. Ossein yang
lunak akan memudahkan proses ekstraksi karena larutan gelatin mudah terbentuk selama proses
perendaman. Perubahan lain yang terjadi selama proses liming adalah pemutusan ikatan hidogen
dan ikatan elektrostatik, serta beberapa kovalen antar rantai kolagen dapat terputus. Bila proses
liming tidak dilakukan dengan tepat (waktu dan konsentrasinya), dapat terjadi kelarutan kolagen
dalam larutan kapur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan rendemen gelatin yang dihasilkan.
Untuk proses selanjutnya sama seperti proses pembuatan gelatin tipe A.
Teknik Pengolahan Bulu Domba
Tahap-tahap pengolahan bulu domba meliputi : pencukuran bulu, penyortiran, pencucian,
penjemuran, pemisahan, penyisiran, pemintalan, pemutihan, pewarnaan, pembuatan disain, dan
penenunan.
1. Pencukuran Bulu
Bulu domba dicukur dengan gunting
Hasil guntingan bulu dikumpulkan
2. Penyortiran
Pisahkan bulu dari kotoran (feses), rumput, ranting, tanah dan lain-lain
3. Pencucian Bulu
Pencucian bulu dilakukan tiga tahap, yaitu :
a. Perendaman
Bulu direndam dalam air selama 12 jam (satu malam)
Kemudian dibilas
b. Pencucian dengan deterjen
Larutkan 100 gram deterjen ke dalam 10 liter air
Rendam bulu selama 15 menit
Kemudian angkat dan bilas dengan air bersih
c. Pencucian dengan Desinfektan
382
Komoditas serat dan kulit
Larutkan desinfektan (lisol atau densol) sebanyak 100 cc ke dalam 10 liter air.
Celupkan bulu yang sudah dicuci dengan deterjen ke dalam larutan desinfektan.
Kemudian angkat, diperas dan langsung dijemur.
4. Penjemuran
Hamparkan (tipis saja) di atas meja penjemuran.
Jemur selama 1-2 hari pada waktu yang cerah.
5. Pemisahan Bulu
Sobek-sobek bulu yang masih menggumpal dengan kedua tangan sampai bulu
menjadi terurai
Apabila gumpalan bulu tersebut sulit diuraikan, maka digunting dan dibuang saja.
6. Penyisiran Bulu
Bulu diletakkan di atas sisir
Kemudian sisir diputar-putar sampai bulu tersebut terbentuk lembaran-lembaran tipis.
7. Pemintalan
Bulu yang sudah disisr dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang benang alat
pintal
Kemudian putar roda dengan kaki terus menerus sampai terbentuk helai-helai benang.
Kemudian setiap dua helai benang dipintal/digabung menjadi benang.
8. Pemutihan
Benang hasil pintalan perlu diputihkan
Rebus air 2 liter sampai mendidih lalu masukkan 2 sendok (± 10 ml) H2O2 dan 2
sendok deterjen
Kemudian didihkan lagi dan masukkan benang yang akan diputihkan, diaduk-aduk
sampai berbusa (± 5 menit)
Angkat dan bilas dengan air sampai bersih, lalu dijemur
9. Pewarnaan
Pewarnaan benang menggunakan pewarna tekstil, sesuai dengan warna yang
diinginkan
Campur 10 liter air + 0,3 liter biang cuka + pewarna
Rebus benang dalam campuran pewarna tersebut selama 1 jam, lalu angkat dan
ditiriskan
Kemudian benang dicuci sekali lagi dan terakhir dikeringkan.
383
Komoditas serat dan kulit
10. Pembuatan Disain
Disain disesuaikan dengan barang kerajinan yang akan dibuat (misalnya: keset, tas,
hiasan dinding)
Gambar ukuran dan motif yang diinginkan
Tentukan warna-warna pada motif yang diinginkan.
384
Top Related