1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain
dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh
pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.
Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu
masyarakat yang terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami
pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar, belajar
membaca merupakan usaha terus menerus dan anak-anak yang melihat
tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan dari kegiatan
membaca.
Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas
kehidupan sehari-hari manusia, beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan
setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk
1
2
menyiapkan bacaan yang memuat informasi relevan untuk siswanya.
Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu
yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita perlu dibaca. Walaupun
informasi bisa ditemukan dari media lain seperti televisi dan radio, namun
peran membaca tadi dapat digantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi
bisa didapatkan dari media televisi dan radio.
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terkait dengan
pembelajaran membaca adalah siswa dapat memahami bahasa Indonesia dari
segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat untuk
bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan. Keterampilan membaca
merupakan keterampilan utama dalam pelajaran bahasa Indonesia. Dalam
kehidupan sehari-hari keterampilan membaca sangat dibutuhkan seseorang
dalam memperoleh informasi, baik melalui media cetak maupun media
elektronik, setiap orang pasti akan membutuhkan informasi melalui membaca.
Semua yang diperoleh melaui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut
mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan
memperluas wawasannya. Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan
3
yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.
Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.
Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam proses belajar
mengajar adalah peningkatan prestasi belajar. Untuk mencapai hal tersebut,
seorang guru dapat memahami jenis belajar yaitu belajar yang menitikberatkan
pada pemahaman konsep dan penekanan terhadap bahan pelajaran. Rusyan
Tabrani (1989 :186) mengatakan bahwa ada dua jenis belajar yaitu:
Belajar konsep dengan belajar keterampilan proses. Belajar konsep menekankan pada perolehan dan pemahaan fakta, dan prinsip, lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan oleh guru (bahan atau isi pelajaran) dan bersifat kognitif. Belajar keterampilan proses menekankan ihwal bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.
Model belajar keterampilan proses sama halnya dengan siswa atau siswa
aktif, bukanlah gagasan yang kaku. Model belajar keterampilan proses tidak
akan mungkin terjadi apabila tidak ada materi atau bahan pelajaran yang akan
dipelajari. Sebaliknya belajar konsep tidak terjadi tanpa adanya keterampilan
proses pada diri pelajar atau siswa.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang masalah yang dikemukakan kemudian menjadi dasar
pokok untuk merumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada peningkatan
4
hasil belajar membaca nyaring melalui pendekatan keterampilan proses pada
siswa kelas IV SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kec. Lau Kabupaten Maros?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
tentang peningkatan hasil belajar membaca melalui pendekatan keterampilan
proses pada siswa kelas IV SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kec. Lau Kabupaten
Maros.
2. Manfaat penelitian
Ada dua manfaat yang terkandung dalam penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat teoritis
Sebagai bahan dalam pengembangan silabus mata pelajaran Bahasa
Indonsia dan strategi belajar mengajar, tentang peningkatan hasil belajar
membaca dan penerapan pendekatan proses yang inovatif dan kreatif.
5
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini memberikan informasi berharga bagi :
1) Guru, untuk memanfaatkan pendekatan proses sebagai upaya
peningatan hasil belajar membaca.
2) Siswa memperoleh pengalaman baru dalam proses belajar membaca
dan terbantu untuk mempercepat dan memproleh peningkatan hasil
belajar membaca.
3) SD sebagai pendidikan memperoleh salah satu pendekatan
pembelajaran yang inovatif sebagai upaya peningkatan hasil belajar
membaca dengan strategi membaca proses dan dapat dijadikan
kerangka acuan untuk mengembangkannya dalam pembelajaran
membaca lain.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan
pengembangan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik bersumber dari
kemampuan mendasar yang ada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Dari
batasan pendekatan keterampilan proses tersebut, kita memperoleh gambaran
bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang
berada di luar kemampuan siswa, justru pendekatan keterampilan proses
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
oleh siswa.
Lebih lanjut Funk (1985) mengungkapkan bahwa:
1. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat hakikat ilmu pengetahuan;
2. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Disisi lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi si belajar yang pasif, dan
6
7
3. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
2. Jenis keterampilan dalam keterampilan proses
Ada berbagai keterampilan, keterampilan tersebut terdiri dari
keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan
terintegrasi (integrate skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari
enam keterampilan yakni; mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan, sedangkan keterampilan-
keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat
tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan
keterhubungan antara variabel secara operasional, merancang penelitian dan
eksperimen (Funk, 1985 : 12).
Sejumlah keterampilan proses ynag dikemukakan oleh Funk, dalam
kurikulum SD (Pedoman proses belajar mengajar). Adapun tujuh keterampilan
proses tersebut adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Depdikbud,
1996 : 9-10).
Funk (1985) lebih lanjut menggunakan meskipun keterampilan-
keterampilan tersebut saling bergantung, masing-masing menitikberatkan pada
8
pengembangan suatu area keterampilan khusus. Selain itu, keterampilan-
keterampilan proses dasar yang sebelumnya menyediakan suatu landasan
untuk keterampilan-keterampilan terintegritas yang lebih kompleks.
Keterampilan-keterampilan proses yang perlu dikembangkan pada
semua bidang studi untuk semua keterampilan yang ada. Hal ini menuntut
adanya kemampuan guru mengenal karateristik bidang studi dan pemahaman
terhadap masing-masing keterampilan proses antara lain:
1) Mengamati
Melalui mengamati kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis.
Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam melalui panca indera:
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/ pengecap.
Informasi yang kita peroleh dapat menuntun keingintahuan, mempertanyakan,
memikirkan, melakukan interprestasi tentang lingkungan baik, meneliti lebih
baik lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling
dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan
hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang
lain.
9
2) Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah
berbagai objek atau peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga
didapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek atau peristiwa yang
dimaksud.
3) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara,
dan visual.
4) Mengukur
Mengukur merupakan hal terpenting dalam membina observasi
kuantitatif, mengklasifikasikan dan membandingkan segala sesuatu di
sekeliling kita, serta mengkomunikasikan secara tepat dan efektif kepada yang
lain.
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
5) Memprediksi
Memprediksikan dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau memuat
ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendapatkan,
10
berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu atau
keterhubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
6) Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan seagai suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan sesuatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep,
dan prinsip yang diketahui.
7) Merancang penelitian
Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam
penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolkannya variabel,
hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, secara hasil yang diharapkan dari
penelitian yang akan dilaksanakan.
8) Bereksperimen
Bereskperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan
pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak
ide-ide itu.
11
3. Membaca
a. Definisi membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan dari lambang tulisan.
Banyak ahli yang memberikan definisi tentang membaca. Di bawah ini
diterangkan berbagai pendapat mereka mengenai kegiatan membaca.
Wiryadijaya (dalam Masrupah, 2000: 415) menyatakan bahwa membaca adalah proses mendapatkan arti dari kata-kata yang tertulis. Dengan demikian seseorang yang membaca berusaha untuk memperoleh arti atau makna dari bacaan yang sedang dibaca. jadi membaca bukan merupakan kegiatan pasif, tetapi membaca merupakan yang dilakukan untuk mengkonstruksi makna yang akan disampaikan penulis.
Menurut Canter (dalam Rahim, 2007)
Membaca adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan, mengartikan dan menerapkan ide-ide dari lambang.
Dari pengertian ini dimaksudkan bahwa membaca merupakan aktifitas
yang melibatkan kegiatan berpikir untuk memahami bahan atau bacaan yang
dibaca.
Definisi lain dikemukan oleh Crawley dan Mauntain (dalam Rahim,
2007) mengemukakan bahwa pembaca adalah dua tingkat proses
penerjemahan dan pemahaman: pengarang penulis pesan berupa kode (tulisan)
12
dan pembaca mengartikan kode itu. Hal ini berarti bahwa membaca adalah
merupakan kegiatan untuk menerjemahkan atau memahami isi bacaan.
Selanjutnya Klein (dalam Rahim, 2007) menyebutkan definisi membaca
sebagai proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca
melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan
mengenai kata yang dapat dipahami dan pengalaman membacanya. Jadi
membaca merupakan suatu proses, strategis dan interaktif di mana informasi
dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan
utama dalam pembentukan makna.
Menurut Rahim (2007) membaca adalah proses visual merupakan
proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Definisi lain menurut
Wiryadijaya (dalam rahim, 2000), membaca adalah merupakan pengucapan
kata-kata dan peralihan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan
analisis dari pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks, termasuk
di dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan
masalah yang berarti menimbulkan kejelasan informasi (bagi pembaca).
Kemudian membaca menurut Lado (dalam Tarigan, 1979) adalah aktivitas
yang berusaha memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya yang
dikemukakan oleh penulis, sedangkan Finachiara dan Banama (Tarigan, 1979)
13
mengemukakan bahwa membaca merupakan proses memetik serta memahami
makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.
Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk memahami isi atau pesan dari bacaan sama dengan pesan yang
dimaksudkan oleh penulis. Menurut Saifullah (1989), membaca adalah
memetik serta memahami dari atau makna yang terkandung dalam bahan
tertulis. membaca merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh informasi atau pesan yang disampaikan oleh seseorang melalui
tulisan. Seseorang mampu memahami bacaan sangat tergantung dari
keterampilan seseorang membaca bacaan tertentu agar dapat memperoleh
pesan yang sama disampaikan oleh penulis. Membaca adalah merupakan suatu
proses yang kompleks, memerlukan aktifitas berpikir dalam memahami,
informasi yang disampaikan melalui media kata-kata struktur pada kalimat teks
tertulis.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas maka membaca
merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media
kata-kata/ bahasa tulis, suatu proses yang menuntut agar makna kata-kata
secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi maka
14
pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan
proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
b. Tujuan membaca
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya.
Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam
membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses
yang bergulir, terus menerus dan berkelanjutan membaca. Pemahaman sebagai
sebuah proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi
ketika kita belum membaca buku apapun. Kemudian, pemahaman menapaki
tahapan yang berbeda terus, berubah saat baris demi baris, kalimat demi
kalimat, paragraf demi paragraf, dari bacaan demi bacaan mulai kita baca,
selanjutnya pemahaman bacaan itu mencapai tahapan yang lain pada kita
sampai pada bagian terakhir bacaan itu, yakni ketika kita menutup buku, novel,
atau apa saja. Apakah pemahaman berhenti sampai di sini? Belum. Proses
pemahaman terus berlangsung bahkan setelah proses membaca itu selesai.
Ternyata, begitu besar peran membaca untuk menambah pengetahuan
seseorang, begitu besar pula peran orang lain dalam menyempurnakan
pemahaman seseorang terhadap apa yang dibacanya. Karena itu di kelas,
membaca merupakan proses memasukkan informasi dan pengetahuan ke
15
dalam otak siswa harus terjadi. Tetapi ini belum cukup, kelas seharusnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kejelasan tentang
bagian-bagian bacaan yang belum dipahami sehingga terjadilah penambahan
pengetahuan dalam dirinya. Oleh sebab itu, agar peningkatan pemahaman
dalam diri siswa terjadi, guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan
interaksi antara beberapa pihak dapat terjadi. Untuk itu, guru harus membuat
perencanaan yang matang.
Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh guru, siswa akan berpikir
keras untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskannya cara
membaca yang ditujukan oleh guru akan menjadi modal bagi siswa pada setiap
saat ia akan membaca, yaitu: Merumuskan tujuan lebih dulu, menyesuaikan
starategi membaca yang dianggap paling sesuai.
c. Kemampuan memahami isi bacaan
Dalam kamus bahasa Indonesia “kemampuan” berasal dari kata
“mampu” mempunyai arti yaitu : sanggup, kuasa, bisa atau dapat. Jika
diartikan secara keseluruhan maka “kemampuan” mempunyai arti yaitu
kesanggupan atau dapatnya seseorang untuk melakukan sesuatu. Kemampuan
memahami isi bacaan setelah seseorang mampu menulis dan membaca kata
serta dapat berbicara dan mendengar. Membaca pemahaman, pembaca harus
16
menyatukan pendengaran, ingatan, dan imajinasi supaya dapat menemukan
makna, menafsirkan maksud harus dipadukan dengan pengalaman dan tingkat
perkembangan intelejensi pembaca.
Usaha untuk memperoleh pemahaman, seorang pembaca mengarahkan
seluruh pengetahuan, kompetisi bahasa, dan khasanah pengalaman konseptual
untuk memperoleh informasi yang dikandung oleh lambang tulis yang
dikemukakan oleh penulis. Pemahaman merupakan proses penjembataan
antara yang baru dengan yang telah diketahui. Hal ini berarti bahwa di dalam
pemahaman terjadi asimilasi antara faktor konsep dan generalisasi yang baru
dengan keseluruhan khasanah kejiwaan yang telah dimiliki oleh pembaca.
Implikasi membaca merupakan suatu proses yang akitf, bukan pasif artinya
seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang
dibacanya tidak boleh hanya menerima saja.
Menurut Tarigan (1979) keterampilan yang bersifat pemahaman yang
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi mencakup memahami
pengertian leksikal, detanikal, gramatikal, signifikansi, evaluasi dan penilaian
dan ketetapan membaca yang fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan.
Dengan membaca, pembaca mengadakan interaksi dengan penulis melalui ide
yang disampaikannya melalui tulisan.
17
Hanafie (1998), mengatakan bahwa pemahaman terhadap isi bacaan
berkaitan erat dengan keefektifan membaca yakni peningkatan kecepatan
membaca yang diikuti dengan peningkatan pemahaman isi bacaan.
Keterampilan membaca merupakan suatu proses berpikir dan bernalar yang
mengartikan, menafsirkan, memahami, dan menerapkan ide atau gagasan serta
makna yang terkandung dalam teks tertulis. Kemampuan membaca seseorang
tergantung pada daya pikir dan daya nalar yang dimilikinya untuk dapat
memahami dan memetik ide atau gagasan yang disampaikan oleh seseorang
melalui tulisan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan
memahami isi bacaan tiap orang berbeda.
Penerapan kemampuan membaca dapat dipengaruhi oleh minat baca
dan latar belakang intelektual dan pengalaman seseorang. Hal tersebut yang
dapat mempengaruhi keluwesan seseorang dalam mengatur kecepatan
membaca pada saat membaca suatu tulisan.
Kegiatan membaca efektif terlebih dahulu ditentukan apa tujuan
seseorang mengadakan kegiatan membaca. Seseorang memiliki motivasi untuk
dapat membaca dengan baik dan dapat memahami sepenuhnya apa yang
sedang dibacanya. Demikian halnya dalam kegiatan pembelajaran, terlebih
dahulu harus ditetapkan tujuan apa yang akan dicapai dengan membaca suatu
materi pelajaran. Menurut Tarigan (1979) tujuan utama membaca adalah
18
mencari serta memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna
bacaan. Hal ini tersebut menyebabkan perbedaan tujuan membaca yang
dilakukannya.
Oleh karena itu, agar seseorang dapat dengan mudah memahami bacaan
yang dibacanya, maka seseorang harus mampu mengetahui tujuan dari
kegiatan membaca yang dilakukannya. Selain itu, seseorang yang membaca
harus menghindari beberapa hambatan dalam membaca diantaranya adalah
minat bacaan yang rendah terhadap bacaan yang dibaca, rendahnya tingkat
kecepatan membaca, minimnya pemahaman yang diperoleh, dan minimnya
pengetahuan membaca efektif yang dimilikinya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Teew (1982), bahwa membaca adalah
memberi makna pada sebuah teks tertentu, yang kita pilih atau yang
dipaksakan kepada kita yang cukup rumit, kompleks dan beraneka ragam.
Kegiatan membaca tersebut adalah kegiatan membaca pemahaman, di mana
pembaca memberikan makna terhadap hasil bacaan untuk menghasilkan suatu
kesimpulan dari apa yang telah dibacanya. Oleh karena itu, membaca cepat
bukan hanya melibatkan keterampilan mekanik tetapi juga kemampuan
seseorang dalam memahami isi bacaan secara maksimal.
19
4. Hasil belajar
a. Pengertian hasil belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang
melalui penguatan (reinfarcement), sehingga terjadi perubahan ynag bersifat
permanen dan persistem pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a
change of behavior of experience), demikian pendapat John Dewey, salah
seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran bahavioural approach
(Dwitaqma, 2008:1).
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, mengarah pada kesempatan, misalnya dari tidak mampu menjadi
mampu, dan tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek
pengetahuan (coqnitive domain), aspek afektif (afektive domain). Hal tersebut
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996: 244) bahwa “dalam
taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus diukur keberhasilannya adalah
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga dapat menggambarkan
tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar siswa?”.
Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar
yang diperoleh pada proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil belajar
juga tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk
20
interaksi belajar lainnya. Menurut Sudjana (1984: 3) bahwa hasil belajar adalah
“Tingkah laku yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Hasil belajar
dalam hal ini, meliputi wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Adapun menurut Mappasoro (2006: 1-2) bahwa “Hasil belajar adalah
sejumlah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh
faktor lain di luar seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena
kelelahan fisik dan sebagainya”.
Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil belajar maka orientasinya
adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang dimaksudkan adalah prestasi
belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian,
tujuan pembelajaran dipandang sebagai suatu harapan yang akan diperoleh
siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Nasution (2000: 61) bahwa “hasil belajar siswa dirumuskan
21
sebagai standar kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik
dan merupakan komponen dari tujuan umum bidang studi”.
b. Fungsi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk
mengikuti tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi
belajar. Sehingga hasil belajar dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
tujuan evaluasi itu sendiri. Di dalam pengertian tentang evaluasi pendidikan
ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di
mana kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan kurikuler.
Di samping hasil belajar yang digunakan oleh guru-guru dan para
pengawas pendidik untuk mengukur dan menilai sampai di mana keefektifan
pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar dan metode-
metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa
penting peranan dan fungsi hasil belajar dalam pendidikan dan pengajaran
Adapun menurut Winkel (1996: 483-484) bahwa hasil belajar dapat
digunakan untuk :
1. Mendapatkan informasi tentang masing-masing siswa, sampai sejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan intruksional. Hasil belajar pada tahap evaluasi formatif merupakan bahan untuk memonitor kemajuan siswa menyangkut pencapaian tujuan intruksional untuk unit pelajaran tertentu, pada tahap evaluasi sumatif dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menentukan
22
tingkat keberhasilan siswa dalam beberapa tujuan instruksional yang diuji bersama-sama.
2. Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok siswa sampai berapa jauh kelompok siswa mengenai tujuan-tujuan instruksional, misalnya satu satuan kelas di bidang studi Bahasa Indonesia. Informasi ini diperoleh dengan menerapkan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi tersebut juga bersifat diganostik yaitu membantu menentukan faktor kesulitan dan kesukaran yang masih dialami siswa dalam mencapai tujuan instruksional tertentu, dimana faktor tersebut mungkin terdapat pada pribadi siswa dan mungkin juga terletak dalam model proses belajar mengajar itu sendiri.
c. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku
subyek belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhi dari sekian banyak
yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, menurur Sardiman (2003:
49) bahwa secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor interen (dari
dalam) dan faktor eksteren (dari luar) diri subyek belajar. Hal ini, sama
dikemukakan oleh Abdurahman (199 : 114) bahwa “Hasil belajar secara pokok
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal dan
2. Faktor eksternal
Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal merupakan kondisi
23
yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor keluarga atau rumah tangga,
faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat.
Menurut Abdurrahman (1993: 114) bahwa
Faktor fisiologis-biologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, antara lain: (1) bentuk atau postur tubuh, (2) kesegaran dan kebugaran, (3) kesehatan atau keutuhan tubuh, (4) instink, refleks dan driff (dorongan), (5) komposisi zat cair tubuh, dan (6) rentang dan susunan saraf. Adapun faktor psikologis, antara lain: (1) kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan,
ingatan, assosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, (2) kematangan emosi (perasaan berupa kematangan emosi biologis dan
emosi rohani, (3) kekuatan konasi (kemauan), dan dorongan kombinasi berupa minat,
perhatian, dan sugesti.
Lebih lanjut Abdurrahman (1993: 115)
Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara lain: (1) suasana kehidupan dalam keluarga, (2) kondisi sosial ekonomi, (3) perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya, (4) pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, (5) fasilitas belajar. Faktor sekolah berkaitan dengan (1) pengelolaan kelas dan sekolah, (2) hubungan antara guru dan siswa, antara siswa dan antara siswa
dengan guru, (3) pelaksanaan bimbingan konseling, (4) fasilitas dan sumber belajar,
24
(5) penetapan dan penggunaan metode dan media pembelajaran oleh guru,
(6) kondisi ruangan dan tempat belajar, dan (7) kerjasama orang tua dengan guru dan sekolah dengan masyarakat.
Sedangkan faktor ligkungan masyarakat berkaitan dengan (8) perhatian dan kepedulian lembaga-lembaga masyarakat akan
pendidikan, (9) keteladanan para pemimpin formal dan informal, (10) peranan media massa, dan (11) bentuk kehidupan masyarakat.
d. Prinsip-prinsip pengembangan hasil belajar
Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara
mengemas pelajaran dan suasana menantang, merangsang dan menggugah
daya cipta siswa untuk menemukan dan mengesankan. Gagne (dalam Mulyasa,
2007) menambahkan bahwa ”Jika seorang siswa dihadapkan pada suatu
masalah, pada akshirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah,
tetapi juga belajar sesuatu yang baru”. Jadi prinsip pemecahan masalah
memegang peranan penting dalam pengembangan hasil siswa.
Menurut Abdurrahman (1993: 189-110) bahwa “beberapa prinsip yang
dapat digunakan dalam mengembangkan hasil belajar antara lain:
a. Prinsip motivasi
Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsang daya dorong pribadi
siswa melakukan sesuatu (motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik). Untuk
25
motivasi intrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu anak, keinginan mencoba
dan hasrat untuk lebih memajukan hasil belajar.
b. Prinsip latar atau konteks
Siswa akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui adanya
hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Guru
hendaknya mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Dengan pengetahuan latar ini, guru
dapat mengembangkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
c. Prinsip sosialisasi
Kegiatan belajar bersama dalam kelompok perlu dikembangkan di
kalangan siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan siswa
dapat dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal, jenis kelamin,
dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber yang sama.
d. Prinsip belajar sambil bermain.
Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri utuk berprestasi pada diri
anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan kemampuan dan hasil
belajarnya melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil
bermain.
26
5. Pelaksanaan pembelajaran membaca
Untuk mendorong siswa dapat memahami berbagai bahan bacaan,
guru seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saat baca, dan pasca baca
dalam pembelajaran membaca. Beberapa teknik lebih umum dan mencakup
lebih dari satu kegiatan, dalam satu pembelajaran.
a. Kegiatan prabaca
Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada topik
pelajaran yang akan dipelajari siswa. Burns dan Rubin (dalam Rahim, 2008)
mengemukakan bahwa pengajan membaca dilandasi oleh pandangan teori
skemata. Berdasarkan pandangan teori skemata, membaca adalah proses
pembentukan makna terhadap teks.
Sehubungan dengan teori membaca ini, guru yang efektif seharusnya
mampu mengarahkan siswa agar lebih banyak menggunakan pengetahuan
topik untuk memproses ide dan pesan teks. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan kegiatan prabaca, saat baca, dan pascabaca dalam penyajian
pengajaran membaca.
Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan
sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru
mengarahkan perhatian pada keaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan
27
berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi,
pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif Burns (dalam
Rahim, 2008).
Skemata adalah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa tentang suatu informasi atau konsep tentang sesuatu. Skemata
menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang
dihubungkan dengan objek, tempat-tempat, tindakan, atau peristiwa. Skema
(kata tunggal dari skemata) seseorang menggambarkan apa yang diketahui
seseorang tentang konsep tertentu dan hubungan antarpotongan-potongan
informasi yang telah diketahui seseorang. Dua orang mungkin mempunyai
skemata yang sangat berbeda tentang suatu konsep dasar yang sama.
Gruber (dalam Rahim, 2008) mengemukakan beberapa teknik yang bisa
dilakukan guru untuk mengaktifkan skemata siswa melalui kegiatan prabaca.
Kegiatan prabaca yang dimaksud ialah membuat prediksi seperti yang
dikemukakan berikut ini.
a) Guru membaca judul bacaan dengan nyaring, kemudian memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa pernyataan yang menceritakan tentang para pelaku, tokoh, akhirnya guru menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita.
b) Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat siswa pada dengan menggunakan teknik prediksi kegiatan prabaca yag dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman dari sebuah buku.
28
c) Kegiatan lain yang tercakup dalam kegiatan prabaca adalah mengunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan perhatian siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus berusaha menggunakan media suara yang bervariasi (mungkin juga berhenti berbicara), gerakan-gerakan misalnya gerakan tangan, ekspresi wajah, dan sebagainya.
b. Kegiatan saat baca
Setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca
(during reading). Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam
kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa. Akhir-akhir ini
perhatian banyak dicurahkan pada penggunaan strategi metakognitif siswa
selama membaca. Burns (dalam Rahim, 2008) mengemukakan bahwa
penggunaan teknik metakognitif secara efektif mempunyai pengaruh positif
pada pemahaman. Strategi belajar secara metakognitif akan meningkatkan
keterampilan belajar siswa .
Rubin (dalam Rahim, 2008) menjelaskan bahwa secara literal (harfiah),
metakognitif ialah kegiatan berpikir kritis, yang merujuk pada pengetahuan
siswa tentang proses kognitif mereka sendiri. Apabila diaplikasikan pada
pembaca. Pembaca merupakan pembelajar yang aktif dan konsumen informasi.
Dalam kegiatan ini meraka menggunakan strategi monitoring, pembaca
membangun tujuan dan menentukan urutannya dalam pengajaran. Jika
diperlukan, siswa dapat mengubah strategi membaca mereka untuk mencapai
29
tujuan tersebut. Dengan kata lain, pembaca yang baik mempunyai kemamouan
metakognitif, mengetahui apa yang akan dilakukan, serta kapan dan bagaimana
melakukannya.
Lebih lanjut, Palinscar dan Brown (dalam Rahim, 2008) mengemukakan
bahwa pengajaran resiprokal merupakan alat untuk meningkatkan pemahaman
dan memonitoring pemahaman siswa. Dalam teknik ini, guru dan siswa
bergiliran menjadi ”guru” untuk mendorong terjadinya diskusi tentang materi
bacaan. Hal ini dimaksudkan agar :
a) Siswa dapat memprediksi jawaban pertanyaan sesuai dengan tujuan membaca dan mengetes ketepatan prediksi mereka;
b) Siswa menyusun pertanyaan untuk mengetes informasi yang diperlukan olehnya, dan bekerja secara kelompok;
c) Siswa membuat ringkasan bacaan secara kelompok.d) Siswa mengklarifikasi informasi yang diperoleh dan menemukan
alasan mengapa materi itu sukar dipahami. Siswa didorong membaca kembali teks tersebut dan dibantu jika menemui kesulitan (Palincsar dan Brown dalam Rahim, 2008)
Terkait pendapat Palincsar dan Brown, Gruber (dalam Rahim, 2008)
menyarankan beberapa kegiatan berikut.
a) menyimak dan mengurutkan kembali cerita yang dibacakan oleh guru
b) menyimak kemudian menuliskan kembali isi ceritac) memahami karya sastrad) mengapresiasi, menyenangi karya sastra, dan memahami dialog
yang terdapat di dalamnya.
30
c. Pasca baca
Kegiatan pasca baca digunakan untuk membantu siswa memadukan
informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya
sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi Burns (dalam Rahim,
2008). Strategi yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah belajar
mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan,
menceritakan kembali, dan presentasi visual.
Dalam kegiatan pascabaca, siswa diberikan kesempatan
mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa mempertimbangkan
apakah siswa tersebut membutuhkan/ menginginkan informasi lebih lanjut
tentang topik tersebut dan di mana mereka bisa menemukan informasi lebih
lanjut. Setelah itu mereka membaca tentang topik dan berbagai temuannya
dengan teman-temannya Burns (dalam Rahim, 2008).
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran bahasa adalah proses member rangsangan belajar
berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa.
Untuk meningkatkan hasil belajar membaca, harus menarik siswa
sehingga peserta siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model
pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada
31
siswa sebagai subjek belajar. Guru merancang proses belajar mengajar yang
melibatkan siswa secara integrative dan komprehensif pada aspek kognitif,
efaketif, dan psikomotorik sehingga terapai hasil belajar. Agar hasil belajar
membaca meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang
tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran,
penglihatan, dan psikomotorik dalam proses belajar mengajar. Adapun
pembelajaran yang tepat utuk melibatkan siswa secara totalitas adalah
pembelajaran degan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan proses menekankan pada upaya mengajarkan kepada
siswa terlibat secara optimal dalam proses belajar mengajar.
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan
keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa. Secara
sistematika kerangkat pikir dapat dilihat pada gambar berikut.
32
Gambar 1 Skema kerangka pikir
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Keterampilan
Dasar Terintegrasi
Keterampilan Proses
Temuan
Mengamati
Menggolongkan
Menafsirkan
Meramalkan
Menerapkan
Merencanakan
Mengkomunikasikan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kecamatan
Lau, Kabupaten Maros.
B. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Menurut Umar dan Kaco (2008: 9) bahwa “PTK bertujuan untuk
peraikan dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani kegiatan
belajar mengajar”. Terdapat beberapa macam model PTK. Namun yang akan
dipilih dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan MC Taggart (Tiro,
2007), model ini terdiri dari empat komponen dalam satu siklus, yaitu (1)
Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Obervasi, (4) Refleksi. Empat komponen
tersebut dilaksanakan secara berurutan dalam dua siklus. Daur penelitian
tindakan kelas ditujukan sebagai perbaikan atau hasil refleksi terhadap
33
34
tindakan sebelumnya yang dianggap belum berhasil. Secara skematik desain
PTK dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2 Skema Penelitian Tindakan Kelas dalam satu siklus
Adapun subjek dalam penelitian tindakan kelas adalah kelas IV SD No.
42 Inpres Lemo-Lemo terletak di dusun Bonto Kadatto, Kelurahan Maccini
Baji, Kec. Lau Kabupaten Maros tahun ajaran 2009/2010 dibina oleh 15 (lima
belas) guru dan seorang bujang yang berjumlah sebanyak 30 orang. Siswa
dengan rincian 14 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Pendekatan keterampilan proses sebagai variabel bebas.
b. Hasil belajar membaca sebagai variabel terikat.
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Observasi
35
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas hasil penelitian ini, maka perlu dikemukakan
definisi operasional variabel yang berkaitan dengan judul penelitian.
Hasil belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta digunakan
oleh pembaca untuk memahami isi atau pesan dari bacaan sama dengan pesan
yang dimaksudkan oleh penulis. Menurut Saifullah (1989).
Keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik bersumber dari
kemampuan mendasar yang ada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa teknik
sebagai berikut:
1. Tes, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi.
2. Observasi, tentang hasil belajar siswa dan keaktifan siswa selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas
36
kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa maupun guru.
Kegiatan dimulai dari awal pembelajaran yang berkaitan dengan
membaca.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
1. Tahap perencanaan (planning)
1) Guru membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)
sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Membuat bahan evaluasi berdasarkan materi yang diajarkan.
3) Selain perangkat pembelajaran juga disiapkan instrumen
penelitian berupa lembar observasi dan tes hasil belajar.
2. Tahap tindakan (acting)
Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan rancana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan.
Adapun hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan adalah
implementasi rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini
yang dimaksud adalah pelaksanaan langkah-langkah proses pembelajaran yang
telah disusun pada rencana perbaikan pembelajaran.
37
3. Tahap observasi (observation)
Untuk melihat penampilan guru dan pengaruhnya terhadap aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar, maka peneliti mengamati lembar
observasi yang suda disiapkan.
Pelaksanaan tindakan, dilakukan pencatatan dengan menggunakan
daftar observasi untuk memudahkan pelaksanaannya. Observator mengamati
kegiatan yang berlangsung sambil mengisi daftar observasi yang telah
disiapkan.
Adapun hal-hal yang dicatat selama berlangsungnya kegiatan observasi
adalah keaktifan siswa meliputi kerjasama, partisipasi, kejujuran. Sedangkan
observasi untuk guru adala segala perubahan tindakan/ perilaku guru saat
terjadi proses belajar mengajar yang meliputi memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan, peguasaan materi, dan pemberian umpan balik.
4. Tahap refleksi (reflection)
Guru dan peneliti berdiskusi untuk melihat keberhasilan dan kegagalan
yang telah terjadi setelah proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu.
Hasil sebagai masukan guru dan observatory untuk membuat perencanaan
siklus erikutnya. Untuk memperaiki kelemahan-kelemahan siklus I, maka
disepakati bersama observatori untuk merevisi rencana perbaikan pemelajaran
38
siklus II. Revisi dilakukan metode pendekatan proses dan mengoptimalkan
motivasi siswa serta peraikan umpan balik.
Siklus II
1. Perencanaan (planning)
Rencana tindakan untuk siklus II masih menggunakan tahap kegiatan
seperti pada siklus I, namun diberikan penekanan untuk perbaikan terhadap
kekurangan berdasarkan hasil refleksi dan penemuan penelitian siklus I,
rencana tindakan perbaikan dilaksanakan pada siklus II.
2. Pelaksaaan tindakan (actioan)
Fokus utama dalam siklus II dibandingkan siklus sebelumnya adalah
mengupayakan semaksimal mungkin bagaimana siswa menjawab soal-soal
pertanyaan yang berkaitan dengan materi.
3. Tahap observasi (observation)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ternyata paa siklus kedua ini
menunjukkan kreativitas belajar dengan kegiatan sangat baik pada seluruh
aktivitas yang diamati. Selanjutnya tindakan/ perilaku guru memperlihatkan
perubahan yang signifikan setelah rencana perbaikan pembelajaran direvisi.
39
Seluruh aspek yang diamati dalam proses belajar mengajar dengan kualitas
yang baik.
4. Refleksi (reflection)
Pada akhir siklus dilakukan refleksi hal-hal yang diperoleh baik dari
hasil observasi maupun hasil tes. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus I akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Siklus II dilakukan dengan mangacu pada prosedur kegiatan yang sama
pada siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, osbservasi, dan refleksi.
Hanya saja, pada siklus II seluruh perencanaan dan pengambilan tindakan
mengacu pada upaya peraikan terhadap kekurangan-kekurangan yang
diperoleh pada siklus I guna mencapai hasil yang diharapkan.
40
Alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
Gambar 2. Alur penelitian tindakan kelas
Perencanaan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan II Hasil
Pelaksanaan Tindakan II
Observasi Refleksi Observasi
Hasil
41
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang
diperoleh siswa pada setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang digunakan
teknik kategorisasi yang dikemukakan oleh Suherman (1990: 272) sebagai
berikut:
1. Tingkat penguasaan atau 85 % - 100% sangat tinggi
2. Tingkat penguasaan 75% - 84% tinggi
3. Tingkat penguasaan 55 % - 74% sedang, cukup
4. Tingkat penguasaan 40 % - 54% rendah
5. Tingkat penguasaan 0 % - 39 % jelek, sangat rendah
Untuk analisis deskriptif, diperoleh dengan menggunakan program
SPSS 15.0 Evaluation dan microsoft Excel 2003.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan dibahas hasil dari data-data yang diambil
selama melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan keterampilan
proses dalam meninkatkan hasil belajar membaca siswa kelas V SD Inpres No.
42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros.
A. Hasil Penelitian
1. Aktifitas siswa
Data kualitatif merupakan data sikap siswa kelas IV SD Inpres No. 42
Lemo-Lemo Kabupaten Maros dalam mengikuti pendekatan keterampilan
proses yang diperoleh dari lembar observasi . Lembar Observasi pelaksanaan
pendekatan keterampilan proses terdiri dari dua, yaitu lembar observasi siklus I
dan siklus II. Lembar observasi siklus I merupakan gambaran sikap siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus I. Sedang
lembar observasi siklus II merupakan gambaran sikap siswa selama mengikuti
proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus II. Berikut hasil analisis sikap
siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan siklus II.
42
43
Tabel 1. Frekuensi Hasil Observasi dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas IV SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo, Kabupaten Maros pada Siklus I dan Siklus II
No KategeriFrekuensi Persentase (%)
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
1 Menyimak Pengajaran Guru 23 27 25 77 90 83
2 Kerja sama Kelompok 23 29 26 77 97 87
3 Meminta Bimbingan Guru 12 8 10 40 27 33
4 Mengajukan Pertanyaan 18 18 18 60 60 60
5Kegiatan yang tidak relevan dengan KBM
5a Keluar Masuk Kelas 2 0 1 7 0 3
5b Mengganggu teman 4 0 2 13 0 7
6 Menjawab Pertanyaan 6 30 18 20 100 60
7 Keterampilan Proses
7a Mengamati 23 30 27 77 100 88
7b Mengklasifikasikan 5 0 3 17 0 8
7c Mengkomunikasikan 14 30 22 47 100 73
7d Mengukur 0 0 0 0 0 0
7e Memproduksi 0 0 0 0 0 0
7f Menyimpulkan 19 29 24 63 97 80
7g Merancang Penelitian 0 0 0 0 0 0
7h Bereksperimen 0 0 0 0 0 0
Sumber : Hasil Observasi, 2010
44
Dari data tabel 1 di atas maka dapat diketaui bahwa terjadi perubahan
sikap belajar bahasa indonesia pada siswa kelas IV SD Inpres No. 42 Lemo-
Lemo, Kabupaten Maros. Perhatikan tabel pada keterampilan proses yakni 7a
mengamati pembelajaran pada siklus I hanya 30% sedangkan pada siklus II
yakni 100%, ini berarti terjadi perubahan sikap, hal ini juga dapat kita
perhatikan pada bagian 7c proses komunikasi antara guru dan siswa juga
terjadi perubahan dari 30% naik menjadi 100%.
2. Hasil belajar
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar membaca
melalui pendekatan keterampilan proses. Untuk memperoleh data mengenai
apakah hasil belajar membaca dapat meningkat maka sampel siswa kelas V SD
Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros. Sebelum mengadakan tindakan
kelas dalam rangka menerapkan pendekatan keterampilan proses, terlebih
dahulu disiapkan rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan materi
yang dipelajari oleh siswa pada saat itu serta sesuai dengan kurikulum, lembar
observasi, tes untuk siklus I dan siklus II.
a. Hasil tes akhir siklus I
Proses belajar mengajar dimulai dengan perkenalan oleh guru dengan
siswa. Siklus I dilakukan dua kali pertemuan proses belajar mengajar dan tes
45
akhir siklus I pada pertemua ketiga. Khusus untuk pertemuan pertama semua
siswa hadir dan begitu pun pada pertemuan kedua, semua siswa hadir yang
berjumlah 30 orang sebagai subjek atau sampel. Pertemuan ketiga yang
merupakan tes akhir siklus I semua siswa menjadi sampel hadir. Tes akhir ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang
telah diberikan, adapun skor hasil belajar siswa dengan menggunakan
Microsoft Excel 2003 dan statistiknya menggunakan program SPSS 15.0
Evaluation maka diperoleh data statistik sebagai berikut.
Tabel 2. Statistik Hasil Belajar Membaca Melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Tes Akhir Siklus I
N Valid 30 Missing 0Mean 62,3333Median 60,0000Mode 60,00Std. Deviation 13,30889Variance 177,126Range 50,00Minimum 30,00Maximum 80,00Sum 1870,00
Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 15.0 Evaluation, 2010
Dari tabel 2 di atas jumlah peserta didik sebanyak 30 orang, diperoleh
nilai terendah yaitu 30,00, nilai tertinggi yaitu 80,00, standar deviasinya yaitu
13,30889, jumlah datanya adalah 1870,00 dengan rata-rata nilai yaitu
46
62,33.dari tabel 1 ini pula diperoleh nilai varians 177,126, nilai modus yaitu
60,00, nilai median yaitu 60,00.
Berikut ini hasil perolehan dengan menggunkan SPSS 15.0 Evaluation
pada siklus I
Tabel 3 Persentase Skor Hasil Belajar Membaca Siswa Kelas IV SD Inpres Lemo-Lemo Kabupaten Maros
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 30,00 2 6,7 6,7 6,7 40,00 2 6,7 6,7 13,3 50,00 1 3,3 3,3 16,7 60,00 11 36,7 36,7 53,3 70,00 10 33,3 33,3 86,7 80,00 4 13,3 13,3 100,0 Total 30 100,0 100,0
Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 15.0 Evaluation, 2010
Dari tabel 3 di atas diperoleh data yang memperoleh nilai 30 sebanyak 2
orang dengan persentase 6,7%, nilai 40 sebanyak 2 orang dengan persentase
6,7%, nilai 50 sebanyak 1 orang dengan persentase 3,3%, nilai 60 sebanyak 11
orang dengan persentase 36,7%, nilai 70 sebanyak 10 orang dengan persentase
33,3%, dan nilai 80 sebanyak 4 orang dengan persentase 13,3%. Begitupun
persentase validnya data dapat diketahui dengan melihat tabel 3 di atas, dimana
validitasnya sama dengan persentase hasil perolehan belajar siswa.
Adapun distribusi frekuensi dan persentase peroleh data dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini.
47
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 39 Sangat Rendah 2 6,67
40 – 54 Rendah 3 10
55 – 74 Sedang 21 70
75 – 84 Tinggi 4 13,33
85 – 100 Sangat Tinggi - 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4 di atas diperoleh bahwa dari 30 siswa kelas IV SD
No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros, pada kategori sangat rendah sebanyak
6,67%, kategori rendah sebanyak 10%, kategori sedang sebanyak 79%,
kategori tinggi sebanyak 13,33%, dan kategori sangat tinggi sebanyak 0%.
Pada siklus I ini jumlah siswa yang mempunyai kateogri rendah termasuk di
dalamnya kategori sedang masih dominan, oleh karena itu, keberhasilan siklus
ini tidak mencapai skor nilai yang diharapkan.
Persentase Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut :
48
Tabel 5 Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus IV pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 59 Tidak Tuntas 5 16,67
60 – 100 Tuntas 25 83,33
Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa 16,67% siswa termasuk dalam
kategori tidak tuntas dalam pembelajaran membaca dan 83,33% siswa dalam
kategori tuntas dalam pembelajaran membaca dengan tema kegiatan. Hal ini
maih ada siswa sebanyak 5 orang yang memerlukan perbaikan secara
individual.
b. Hasil tes akhir siklus II
Siklus II dilakukan dua kali pertemuan proses belajar mengajar dan tes
akhir siklus II pada pertemua ketiga. Khusus untuk pertemuan pertama semua
siswa hadir dan begitu pun pada pertemuan kedua, semua siswa hadir yang
berjumlah 30 orang. Pertemuan ketiga yang merupakan tes akhir siklus II
semua siswa menjadi sampel hadir. Tes akhir siklus II ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan,
adapun skor hasil belajar siswa dengan menggunakan Microsoft Excel 2003
dan statistiknya menggunakan program SPSS 15.0 Evaluation, setelah data
dikumpulkan kemudian di input ke dalam Microsoft Excel untuk mencari skor
49
perolehan dari nilai perolehan tersebut kemudian di program ke dalam SPSS
15.0 Evalution, maka diperoleh data statistik sebagai berikut.
Tabel 6. Statistik Hasil Belajar Membaca Melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Tes Akhir Siklus II
N Valid 30 Missing 0Mean 85,3333Std. Error of Mean 1,57081Median 90,0000Mode 90,00Std. Deviation 8,60366Variance 74,023Range 30,00Minimum 70,00Maximum 100,00Sum 2560,00
Dari tabel 6. di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik.
Jumlah nilai perolehan adalah 2560,00, dengan nilai terendah adalah 70 dan
nilai tertinggi 100 serta nilai rata-rata yang diperoleh adalah 85,333 atau nilai
mean pada tabel di atas. Selain itu, juga diperoleh standar deviasi 8,60366,
nilai modus 90, dan nilai median adalah 90.
Adapun distribusi frekuensi dan persentase peroleh data dapat dilihat
pada tabel 7 berikut ini.
50
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Membaca Siswa Kelas V SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros Siklus II
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 70,00 5 16,7 16,7 16,7 80,00 6 20,0 20,0 36,7 90,00 17 56,7 56,7 93,3 100,00 2 6,7 6,7 100,0 Total 30 100,0 100,0
Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 15.0 Evaluation, 2010
Dari tabel 7 di atas diperoleh data yang memperoleh nilai 70 sebanyak 5
orang dengan persentase 16,7%, nilai 80 sebanyak 6 orang dengan persentase
20%, nilai 90 sebanyak 1 orang dengan persentase 17%, nilai 100 sebanyak 2
orang dengan persentase 6,7%. Begitupun persentase validnya data dapat
diketahui dengan melihat tabel 7 di atas, dimana validitasnya sama dengan
persentase hasil perolehan belajar siswa.
Adapun distribusi frekuensi dan persentase peroleh data dapat dilihat
pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Membaca Siswa Kelas V SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros Siklus II
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 39 Sangat Rendah 0 040 – 54 Rendah 0 055 – 74 Sedang 5 16,6775 – 84 Tinggi 6 2085 – 100 Sangat Tinggi 19 63,33
Jumlah 30 100
51
Berdasarkan tabel 8 di atas diperoleh bahwa dari 30 siswa kelas IV SD
No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros, pada kategori sangat rendah sebanyak
0%, kategori rendah sebanyak 0%, kategori sedang sebanyak 16,67%, kategori
tinggi sebanyak 20%, dan kategori sangat tinggi sebanyak 63,33%.
Dari tabel 6, 7 dan 8 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siklus II
berada kategori sangat tinggi.
Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 9 Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus IV pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 59 Tidak Tuntas 0 0
60 – 100 Tuntas 30 100
Dari tabel 9 di atas menunjukkan bahwa 0% siswa termasuk dalam
kategori tidak tuntas dalam pembelajaran membaca dan 100% siswa dalam
kategori tuntas dalam pembelajaran membaca dengan tema kegiatan.
52
c. Hasil perolehan belajar membaca siswa dengan keterampilan proses siklus I
dan siklus II
Untuk melihat secara jelas perubahan yang terjadi setelah penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar dari siklus I
hingga siklus II. Perhatikan tabel 10 berikut.
Tabel 10. Statistik Hasil Belajar Membaca Melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Tes Akhir Siklus I dan Siklus II
Mean Maximum Median Minimum ModeStandard Deviation
Sum
Siklus1 62,33 80,00 60,00 30,00 60,00 13,31 1870,00Siklus2 85,33 100,00 90,00 70,00 90,00 8,60 2560,00
Sumber : Hasil Perolehan SPSS 15.0 Evalution, 2010
Dari tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I ke siklus II
terjadi peningkatan dimana nilai rata-rata pada siklus I bernilai 62,33 naik
menjadi 85,33, sedangkan nilai terendah pada siklus I ialah 30,00 naik menjadi
70,00, begitupun nilai tertinggi pada siklus I bernilai 80,00 naik menjadi
100,00.
Adapun distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar siswa kelas IV
SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros pada siklus I dan sikus II,
dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
53
Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Membaca Siswa Kelas V SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo Kabupaten Maros Siklus I dan siklus II
Interval KategoriFrekuensi Persentase (%)
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
0 – 39 Sangat Rendah 2 0 6,67 0
40 – 54 Rendah 3 0 10 0
55 – 74 Sedang 21 5 70 16,67
75 – 84 Tinggi 4 6 13,33 20
85 – 100 Sangat Tinggi - 19 0 63,33
Jumlah 30 30 100 100
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan hasil belajar
siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I frekuensi skor hasil belajar siswa
berada pada kategori sangat rendah yaitu 2 dengan persentase 6,67% dan ini
merupakan skor yang sangat sedikit. Pada siklus II terlihat bahwa skor hasil
belajar siswa meningkat menjadi kategori sedang dengan frekuensi 5 dan
persentase 16,67%, kategori rendah 0 dengan persentase 0%, serta kategori
sangat rendah sudah tidak ada lagi. Hal ini terbukti bahwa setelah menerapkan
pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo, Kabupaten Maros.
B. Pembahasan
54
1. Aktifitas siswa
Faktor lain yang menyebabkan belum maksimalnya hasil belajar siswa
pada siklus I, dikarenakan masih banyak siswa yang melakukan aktivitas yang
tidak relevan dengan pembelajaran diantaranya : tidak memperhatikan
penjelasan guru, mengobrol teman, mengerjakan tugas lain, bersikap seadanya
dalam melakukan kegiatan. Meskipun jumlah siswa yang melakukan keiatan
tersebut tidak terlalu signifikan dan masih terkategori ditoleransi, namun tetap
harus menjadi perhatian karena jika dibiarkan tanpa tindakan korektif akan
mengakibatkan orientasi belajar siswa terganggu sehingga tujuan pembelajaran
tidak dapat dicapai.
Pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I. Siklus II kekatifan siswa
sudah nampak, dorongan dan minat siswa dalam belajar sudah dapat terlihat
dari keaktifannya bertanya, bekerja sama dalam kelompok dan hasil
belajarnya. Hal ini dapat kita lihat dari grafik berikut.
55
Gambar 4 Grafik Aktifitas Siswa
Jika diperhatikan grafik di atas tampak dengan jelas bahwa memang
begitu besar perubahan yang terjadi pada saat siklus II. Misalkan saja untuk
poin 6 menjawab pertanyaan pada siklus I hanya berkisar 6 orang saja dan
pada siklus ke II naik sebesar 30 orang, selisih naiknya adalah 24 orang, dapat
dijelaskan kenaikan yang sungguh sangat drastis 4 kali lipat dari siklus I.
Begitupun untuk siswa yang sering melakukan komunikasi dengan peneliti,
pada siklus I persentasenya berkisar 14 orang dan pada siklus II naik menjadi
30 orang selisihnya adalah 16 orang, serta siswa juga sudah mampu
menyimpulkan diketahui pada grafik di atas pada siklus I siswa yang mempu
56
menyimpulkan hanya berkisar 19 orang dan pada siklus II naik menjadi 29
orang, kenaikan berkisar 10 orang. Pada dasarnya hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan motivasi belajar. Pada siklus II siswa sudah mulai
menyimak pengajaran guru, bahkan sudah mulai bekerjasama dalam
kelompok, diketahui frekuensi menyimak pengajaran guru berkisar 23 orang
naik menjadi 27 orang, dan frekuensi kerja sama kelompok dari 23 orang naik
menjadi 29 orang. Kenaikannya tidak terlalu besar tapi sudah mampu
mempengaruhi siswa lain untuk lebih meningkatkan belajarnya. Hal ini juga
dapat diketahui bahwa siswa yang meminta bimbingan dari guru sudah mulai
menurun karena kebanyakan siswa telah bekerja sama dengan kelompoknya
sehingga siswa lebih mudah mengerti. Selain itu tidak ada lagi siswa yang
melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan proses pembelajaran, karena
siswa sudah 95% telah menyimak penjelasan guru.
2. Hasil belajar
Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan tes siklus I dalam
pendekatan keterampilan proses adalah rata-rata yang diperoleh adalah 62,33
dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 40 serta mediannya 60 dari skor ideal
100, berada pada kategori sangat rendah yaitu 2 dengan persentase 6,67%. Hal
ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar sehingga siswa tidak tertarik
57
dengan pembelajaran yang diberkan. Dalam pendekatan keterampilan proses
siswa ditekankan pada pembelajaran secara berkelompok, namun dalam siklus
I siswa belum dapat bekerja seefisien mungkin, dalam berkelompok masih
banyak siswa yang memonopoli tugas yang diberikan dan yang lain hanya
cerita dan tidak membantu temannya. Siswa belum mengetahui apa arti dalam
bekerja sama dalam kelompok. Oleh karena itu, dalam siklus I ini guru lebih
banyak membimbing dan mengarahkan siswa.
Tes siklus II ini menunjukkan nilai yang lebih baik dari siklus I yaitu
dengan rata-rata 85,33 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70, median 90
serta standar deviasi 8,60, persentase yang diperoleh adalah 63,33 berada pada
kategori sangat tinggi. Dengan pendekatan struktural aktivitas siswa dalam
kelompok sudah baik, pasangan-pasangan bekerja dengan baik, laporan lembar
kerja siswa sudah merupakan hasil diskusi kelompok.
58
Gambar 5. Grafik statistik siklus I dan Siklus II
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa modus pada siklus I adalah 60
artinya bahwa pada siklus I ini nilai hasil belajar siswa yang paling banyak
adalah 60, sedangkan pada siklus II modusnya adalah 90, ini berarti pada
siklus II hasil belajar siswa sudah baik karena siswa banyak yang mendapatkan
nilai 90. Hal ini didukung juga dengan nilai mean siswa seperti pada grafik di
atas menunjukkan nilai meannya pada siklus I senilai 62,33 naik menjadi 85,33
pada siklus. Kenaikannya sebesar 23 ini adalah begitu besarnya pengaruh
dalam hal tingkat keberhasilan siswa dalam keterampilan membaca nyaring
siswa. Selain itu hal yang mendukung juga adanya peningkatan dari siklus I
59
dan siklus II sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik adalah nilai tertinggi
dan nilai terendah. Nilai terendah pada siklus I adalah 30 dan pada siklus II
senilai 70, jika dikategorikan dalam ketegori ketuntasan hasil belajar maka
sudah memenuhi standar ketuntasan minimal. Dan nilai tertinggi pada siklus I
adalah 80, pada siklus I ini belum ada siswa yang mempunyai nilai sempurna
oleh karena peneliti belum melakukan refleksi hasil pembelajaran. Namun
setelah diadakan refleksi siklus I, nilai tertinggi adalah 100 yakni nilai
sempurna.
Berikut ini ditunjukkan grafik kategori penguasan hasil belajar siklus I
dan Siklus II.
Gambar 6 Kategori Penguasan Hasil Belajar Siklus I dan SIklus II
60
Jika diperhatikan grafik di atas maka dengan seksama diketahui bahwa
pada sikus I skor hasil belajar siswa berada pada kategori sedang dengan
frekuensi sebesar 21 orang, sedangkan pada siklus II berada pada kategori
Sangat Tinggi dengan frekuensi sebesar 19 orang. Frekuensi yang banyak ini
bukan hal yang menjadi patokan, tapi dikategori mana skor nilai terbanyak
itu, dan ternyata pada siklus II berada pada kategori sangat tinggi.
Dibandingkan pada siklus I yang hanya berada pada kategori sedang.
Terjadinya peningkatan ini adalah merupakan hasil dari keterampilan proses
yang telah dilakukan peneliti. Dimana pada setiap siklus diadakan refleksi
guna sebagai bahan perencanaan pada siklus berikutnya. Salah yang
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan kegiatan persiapan prabaca.
Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum
siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru
mengarahkan perhatian pada keaktifan skhemata siswa, bisa dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan penjauan ulang, pedoman antisipasi,
pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif Bursn
(dalam Rahim, 2008).
Sehingga dari analisis data di atas diperoleh bahwa pada siklus I 83,33%
telah tuntas sedangkan pada siklus II ketuntasannya mencapai 100%.
Meskipun pada siklus I masih ada 5 orang yang tidak tuntas, namun pada
61
siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang tidak tuntas. Berikut ini ditunjukkan
grafik ketuntasan prestasi belajar pada siswa kelas IV SD Inpres No 42
Lemo-Lemo Kabupaten Maros pada Siklus I dan Siklus II.
Gambar 7. Grafik Ketuntasan prestasi belajar siklus I dan Siklus II
Dari grafik di atas sangatlah jelas bahwa pada siklus I ke Siklus II
terjadi peningkatan, dimana pada siklus I masih terdapat siswa yang tidak
tuntas setelah siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang tidak tuntas.
3. Refleksi
Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran belum menunjukkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam arti yang sebenarnya. Aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran masih lebih banyak berada pada taraf aktifitas fisik,
62
sedangkan aktifitas manusia meskipun ada tetapi masih belum terlaksana
secara maksmil dan efektif.
Dalam berbicara masih terdapat siswa yang belum aktif, mereka agak
kesulitan mengenai penjelasan guru di papan tulis. Untuk bertanya tentang hal
yang tak diketahui sehingga dalam hal bertanya tentang materi belum
terlaksana dengan efektif. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesungguhan
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam kelompokpun siswa kurang
berkomunikasi dengan temannya, anak yang pendiam lebih banyak monoton
saja, masih ragu-rgau dan takut salah. Lebih dimonopoli oleh anak yang lebih
aktif (merasa lebih pintar) dan tidak memberi kesempatan teman kelompoknya
memberikan tanggapan ataupun berpendapat.
Ada beberapa siswa yang masih tertawa dalam suasana kelas yang harus
tertib dan tidak boleh ribut. Sehingga masing-masing enggan berbicara.
Akibatnya pengetahuan, dan pemahaman yang diperoleh sangat minimal, dan
proses pemerolehan pemahaman kurang mengembangakn kemampuan berpikir
kritis dan kreatif, adapun siswa berbicara belum menggunakan lafal dan
intonasi yang tepat.
Sedangkan dalam pengerjaan soal ataupun latihan yang diberikan, masih
banyak siswa yang kurang paham atas soal yang diberikan, hal ini terkait
63
karena kurang perhatiannya terhadap materi yang disajikan lebih
mengharapkan teman saja.
Begitupun untuk hasil belajar yang diperoleh pada siklus I masih sangat
rendah masih terdapat 10 orang siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia, hal ini yang membuat guru harus melakukan refleksi pada
siklus I.
Hal-hal yang telah dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar ini
adalah memberikan motivasi belajar kepada siswa, memberikan perhatian
kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, dan memberikan skor
terhadap pelanggaran yang tidak relevan terhadap pembelajaran, serta
melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa mengenai kesulitan-kesulitan
yang didahapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Karena begitu besar
perhatian yang diberikan sehingga hal inilah yang menjadi beberapa penyebab
terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan
proses akan dapat :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres No. 42 Lemo-
Lemo, Kabupaten Maros. Diketahui bahwa modus pada siklus I
adalah 60 artinya bahwa pada siklus I ini nilai hasil belajar siswa
yang paling banyak adalah 60, sedangkan pada siklus II modusnya
adalah 90, ini berarti pada siklus II hasil belajar siswa sudah baik
karena siswa banyak yang mendapatkan nilai 90. Hal ini didukung
juga dengan nilai mean siswa menunjukkan nilai meannya pada
siklus I senilai 62,33 naik menjadi 85,33 pada siklus. Kenaikannya
sebesar 23 ini adalah begitu besarnya pengaruh dalam hal tingkat
keberhasilan siswa dalam keterampilan membaca nyaring siswa.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IV SD Inpres No. 42
Lemo-Lemo Kabupaten Maros. diperoleh bahwa pada siklus I
83,33% telah tuntas sedangkan pada siklus II ketuntasannya
64
64
65
mencapai 100%. Meskipun pada siklus I masih ada 5 orang yang
tidak tuntas, namun pada siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang
tidak tuntas. Berikut ini ditunjukkan grafik ketuntasan prestasi
belajar pada siswa kelas IV SD Inpres No 42 Lemo-Lemo
Kabupaten Maros pada Siklus I dan Siklus II.
3. Aktivitas siswa dan guru juga terjadi peningkatan ke arah yang lebih
baik pada siswa kelas IV SD Inpres No. 42 Lemo-Lemo, Kabupaten
Maros. Jika kita diperhatikan rekapitulasi hasil observasi pada poin 6
yakni menjawab pertanyaan pada siklus I hanya berkisar 6 orang
saja dan pada siklus ke II naik sebesar 30 orang, selisih naiknya
adalah 24 orang, dapat dijelaskan kenaikan yang sungguh sangat
drastis 4 kali lipat dari siklus I. Begitupun untuk siswa yang sering
melakukan komunikasi dengan peneliti, pada siklus I persentasenya
berkisar 14 orang dan pada siklus II naik menjadi 30 orang
selisihnya adalah 16 orang, serta siswa juga sudah mampu
menyimpulkan diketahui pada grafik di atas pada siklus I siswa yang
mempu menyimpulkan hanya berkisar 19 orang dan pada siklus II
naik menjadi 29 orang, kenaikan berkisar 10 orang. Pada dasarnya
hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan motivasi belajar. Pada
siklus II siswa sudah mulai menyimak pengajaran guru, bahkan
66
sudah mulai bekerjasama dalam kelompok, diketahui frekuensi
menyimak pengajaran guru berkisar 23 orang naik menjadi 27 orang,
dan frekuensi kerja sama kelompok dari 23 orang naik menjadi 29
orang.
B. Saran
Dalam upaya peningkatan hasil belajar membaca maka melalui
penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Menetapkan pendekatan melalui keterampilan proses untuk
meningkatkan hasi belajar membaca siswa dalam menyelesaikan
soal-soal.
2. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan situasi
yang bervariasi sehingga tidak menyebabkan kejenuhan bagi siswa.
3. Diharapkan para peneliti dibidang pendidikan, agar dapat melakukan
penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pendekatan keterampilan
proses.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 1993. Pengelolahan Pengajaran. Ujung Pandang : PT. Bintang Selatan.
Depdikbud, 1996. Kurikulum SD : Pedoman Proses Belajar Mengajar. Jakarta.
Dwitaqama, D, 2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (online).
Funk, James H, 1985. Learning scence paeses skill Lowa : Kendall/Hunt Publishing Company
Hanafie, Sitti Hawang, 1998. Baca Cepat dan Efektif. (Orasi Ilmiah). Ujung Pandang. IKIP.
Mappasaro, S, 2006. Belajar dan Pengajaran. Makassar : FIP UNM
Masrupah, 2000. Hubungan antara Kecepatan Membaca dan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SDN Percobaan Surabaya di Gedangan Sidoarjo Tahun Ajaran 1999/2000. skripsi. Tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana.
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rusyan, Tabrani, Kuseliner, Atang, dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Saifullah, Aceng Ruhaidi. 1989. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Aksara.
Sardiman, 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo.
68
Suherman. E. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Wijaya Kusuma: Bandung.
Sudjana, Nana. 1984. Pedoman Praktis Mengajar. Jakarta: PPPP. Agama Islam.
Tarigan, Henri Guntur, 1979. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Teew. 1982. Membaca dan Menulis Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
69
L
A
M
P
I
R
A
N
70
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan
membaca pantun
Kompetensi Dasar
7.1. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraph melalui membaca intensif
Indikator
Membaca bacaan yang berjudul ”Jam Beker yang Melarikan Diri”
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membaca bacaan yang berjudul ”Jam Beker yang Melarikan
Diri”
B. Materi Pembelajaran
Membaca Intensif
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
b. Siswa membaca dengan cermat teks bacaan
c. Bertanya jawa tentang teks bacaan
2. Kegiatan Inti
d. Menjawab pertanyaan sesuai denga isi teks
71
e. Menemuka pikiran pokok paragraf tertentu
3. Kegiatan Akhir
a. refleksi (kesimpulan
b. Pesan-pesan moral
E. Alat dan Sumber
Buku Paket SASEBI (Saya Senang Berbahasa Indonesia) kelas IV Penerbit
Erlangga, halaman 123-124.
F. Penilaian
Bentuk : : Lisan
Aspek : Lafal dan intonasi
Maros, 2010
Mengetahui : Guru Kelas,Kepala Sekolah,
H. Marsuri, S. Pd. DarmiatiNIP 19580820 198511 1 003
72
Bacaan
Jam Beker yang Melarikan Diri
Jam Beker yang terletak di atas rak tempat tidur membuka matanya
dan memandang sekeliling. Pagi merekah, sinar matahari menembus tirai
jendela.
Ia merasa bosan dengan pekerjaannya. Ia harus berdetik sepanjang
hari. Tidak ada orang yang memperulikannya sampai pukul delapan pagi
ketika alarmnya berbunyi.
Jam Beker menatap jarum-jarumnya. Ternyata, waktu menunjukkan
pukul lima. Hari masih terlalu pagi. Jam Beker langsung melompat turun dari
rak. Ia berlari ke bawab, menuruni tangga. Jam Beker memutuskan untuk pergi
jalan-jalan sebelum pukul delapan.
Sesampai di luar rumah, Jam Beker berlari cepat menuju jalanan.
Belum terlalu jauh berlari, ia bertemu seekor anjing kecil yang sedang
berjalan-jalan pagi. Anjing yang bertubuh seperti sosis itu lalu mengejar Jam
Beker. Jam Beker berlari ketakutan. Ia hampir saja tertabrak roda sepeda
pengantar koran.
Tiba-tiba, sebuah mesin penyapu jalan menyemprot si Jam Beker
dengan air dingin. Jam Beker tidak kuat menahan semprotan air itu. Akhirnya,
Jam Beker tersebur ke dalam selokan.
Tiba-tiba datang bencana lain. Pengendara truk sampah melihat Jam
Beker tergeletak di dalam selokan. Ia mengira itu bagian dari sampah. Ia
mengambil Jam Beker itu dan melemparkanya ke dalam truk sampah.
Truk sampah itu berkeliling di jalanan untuk mengumpulkan kantong-
kantong berisi sampah. Sementara itu, Jam Beker berhasil keluar ddari
tumpukan kantong sampah. Ia mengintip ke luar dari bagian belakang truk.
73
Betapa senangnya ia sewaktu melihat sekelilingnya. Rumahnya sudah
dekat. Ia pun melompat turun, keluar dari truk. Kemudian, ia berlari menuju
halaman.
Jam Beker berlari kencang sewaktu ia melihat jarum-jarumnya. Jarum-
jarumnya menunjukkan pukul delapan kurang lima menit.
Dengan sekuat tenaga, Jam Beker berlari menaiki tangga. Lalu, ia
melompat kemabli ke atas rak tempat tidur dan segera berdering sekeras
mungkin. Kriiing!
Semua penghuni rumah bangun ketika mendengar dering Jam Beker.
Jam Beker tersenyum senang karena berhasil menjalankan tugasnya dengan
baik.
74
BUTIR SOAL PADA SIKLUS PERTAMA
75
1. Dimana Jam beker berada ?a. Di atas rak b. Di bawah rak c. Di atas lemari d. Di bawah lemari
2. Mengapa Jam Beker merasa bosan ?a. karena tidak berdetik setiap hari b. karena berdetik setiap hari c. kerana berdetik tiap bulan d. karena berdetik tiap tahun
3. Pukul berapa Jam Beker ke luar rumah ?a. Pukul lima b. Pukul enamc. Pukul tujuh d. Pukul delapa
4. Mengapa Jam Beker berlari ke luar rumah ?a. karena dikejar bebek b. karena dikejar kambing c. karena dikejar anjing d. karena dikejar kucing
5. Mengapa Jam Beker tersebur ke dalam selokan?a. karena jatuh b. karena disemprot oleh mesin
panyapu c. karena di semprot oleh truk d. karena dikeja anjing
6. Mengapa Jam Beker dapat berada di dalam truk sampaha. karena dilempar b. karena diambilc. karena diambil oleh pengendara
truk sampah d. karea dibuang oleh pengendara
truk 7. Bagaimana cara Jam Beker keluar
dari truk?
a. ia terbang dari truk b. ia melompat dari truk c. ia terjun dari truk d. ia lari dari truk
8. Mengapa Jam Beker berlari kencang masuk kerumah ?a. karena jarum-jarumnya
menunjukkan pukul delapan kurang satu menit
b. karena jarum-jarumnya menunjukkan pukul delapan kurang dua menit
c. karena jarum-jarumnya menunjukkan pukul delapan kurang lima menit
d. karena jarum-jarumnya menunjukkan pukul delapan kurang tiga menit
9. Apa yang dilakukan Jam Beker sesampai di rumah a. makan b. tidur c. berdering d. nonton
10. Bagaimana perasaan Jam Beker ketika berhasil melakukan perkejaannya a. senang b. ceria c. cemberut d. marah
76
Jawaban
1. A
2. B
3. A
4. C
5. B
6. C
7. B
8. D
9. C
10. A
77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun
Kompetensi Dasar
7.1. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraph melalui membaca intensif
Indikator
Catatlah kalimat utama dalam setiap paragraf
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mencatat kalimat utama dalam setiap paragrap
B. Materi Pembelajaran
Membaca Intensif
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Tanya jawab tentang materi yang lalu
2. Kegiatan Inti
a. Tanya jawab tentang bacaan yang berjudul ” Jam Beker yang Melarikan Diri”
b. Mencatat kalimat utama dalam paragrap
3. Kegiatan Akhir
78
a. refleksi (kesimpulanb. Pesan-pesan moral
E. Alat dan Sumber
Buku Paket SASEBI (Saya Senang Berbahasa Indonesia) kelas IV Penerbit
Erlangga, halaman 123-124.
F. Penilaian
Bentuk : Tertulis
Soal
1. Tuliskan Semua kalimat utama dalam setiap paragrap!
Maros, 2010
Mengetahui : Guru Kelas,Kepala Sekolah,
H. Marsuri, S. Pd. DarmiatiNIP 19580820 198511 1 003
79
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun
Kompetensi Dasar
7.1. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraph melalui membaca intensif
Indikator
Membuat ringkasan dari bacaan ”Jam Beker yang Melarikan Diri”
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat meringkas bacaan yang berjudul ”Jam Beker yang Melarikan Diri”
B. Materi Pembelajaran
Membaca Intensif
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Menghubungkan materi pelajaran pada minggu lalu
2. Kegiatan Inti
a. Membaca bacaan yang berjudul “Jam Beker yang Melarikan Diri”
b. Membuat ringkasan dari bacaan “Jam Beker yang Melarikan Diri”
3. Kegiatan Akhir
80
a. refleksi (kesimpulan
b. Pesan-pesan moral
E. Alat dan Sumber
Buku Paket SASEBI (Saya Senang Berbahasa Indonesia) kelas IV Penerbit
Erlangga, halaman 123-124.
F. Penilaian
Bentuk : : Tes Terulis
Soal
1. Buatlah ringkasan dari bacaan yang berjudul Jam Beker yang Melarikan
Diri”
Maros, 2010
Mengetahui : Guru Kelas,Kepala Sekolah,
H. Marsuri, S. Pd. DarmiatiNIP 19580820 198511 1 003
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun
Kompetensi Dasar
7.1. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraph melalui membaca intensif
Indikator
Membaca Bacaan yang berjudul ”Koperasi Sekolah” dengan memperhatikan tanda
baca.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membaca bacaan yang berjudul ”Koperasi Sekolah” dengan
memperhatikan tanda baca.
B. Materi Pembelajaran
Membaca Intensif
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Tanya jawab tentang materi yang lalu
2. Kegiatan Inti
82
a. Siswa membaca dengan cermat teks bacaan
b. Bertanya jawab tentang teks bacaan sesuai dengan isi teks bacaan.3. Kegiatan Akhir
a. refleksi (kesimpulan)b. Pesan-pesan moral
E. Alat dan Sumber
Buku Paket SASEBI (Saya Senang Berbahasa Indonesia) kelas IV Penerbit
Erlangga, halaman 131-132.
F. Penilaian
Bentuk : : Lisan
Aspek : Lafal fan Intonasi
Maros, 2010
Mengetahui : Guru Kelas,Kepala Sekolah,
H. Marsuri, S. Pd. DarmiatiNIP 19580820 198511 1 003
83
Bacaan
Koperasi Sekolah
Kini, koperasi sekolahku sudah berdiri. Dulu, setiap memerlukan alat tulis buku-buku, termasuk buku pelajaran, peserta didik harus pergi ke kota. Untuk ke kota membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Kini, semuanya tersedia di koperasi sekolah. Bahkan, untuk keperluan minum dan jajan saat berisitirahat, koperasi pun menyediakan.
Untuk pengadaan barang dagangan ternyata tidak sulit, pengurus koperasi tidak harus berkulakan, yaitu membeli barang-barang untuk dijual kembali. Ini karena para penjual akan datang sendiri menawarkan barang-barangnya. Pengurus koperasi dapat juga memesan barang lewat telepon. Sebutkan saja barang yang kita butuhkan dalam waktu singkat barang akan datang.
Cara pembayarannya pun tidak harus kontan. Ada penjual yang memberi waktu satu minggu, dua minggu, satu bulan, ada pula yang model titip. Model titip maksudnya mereka menaruh barang di koperasi. Suatu saat mereka datang untuk mengecek barang yang sudah laku. Barang yang laku itulah yang dibayar. Bahkan untuk buku-buku pelajaran, para penjual memberi tenggang waktu sampai tiga bulan.
Harga barang yang dijual di koperasi juga tidak mahal. Ini karena koperasi tidak mengambil banyak keuntungan. Untuk buku-buku, alat tulis, dan majalah anak-anak, harganya relatif lebih murah. Jika kita membeli semua barang itu di toko tentu lebih mahal. Jika harganya sama, di koperasi hitungannya tetap lebih murah. Apa sebab? Toko-toko biasanya terletak jauh dari rumah. Untuk ke toko, kita membutuhkan waktu dan tenaga. Jika kita memakai sepeda motor, berarti ita harus membeli bensin. Semua itu memang perlu diperhatungkan.
Masih banyak keuntungan lain dari adanyan koperasi di sekolah. Siswa dapat belajar berorganisasi. Siswa juga dapat belajar berusaha dan berwirausaha. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Dengan pengalaman itu, siswa dapat diharapkan muah melakukan usaha karena mereka pernah menjadi pelaku
84
kegiatan bisnis. Hal ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi siswa di kemudian hari.
BUTIR SOAL SIKLUS II
Petunjuk
1. Tulislah nama, NIS, Kelas pada lembar jawaban yang disediakan!2. Berilah tanda silan (X) pada jawaban yang dianggap tepatSoal1. Kini di sekolah sudah berdiri ....
a. Musholla
b. Koperasi
c. Perpustakaan
d. WC
2. Dulu, kalau ingin membeli alat tulis, harus membelinya di ...
a. Desa
b. Kota
c. Rumah
d. Kapal
3. Pengurus barang dapat membeli barang lewat ...
a. Kapal
b. Pesawat
c. Telepon
d. Mobil
4. Barang yang dibeli dapat di ....
a. kontan
b. panjar
c. tidak kontan
d. cek
85
5. Selain pembayaran boleh satu minggu, dua minggu. Ada juga …
a. bayar langsung
b. model titip
c. bayar satu bulan
d. bayar harian
6. Harga Barang dikoperasi sangat ….
a. Mahal
b. Murah
c. Biasa-biasa saja
d. Terjangkau
7. Biasanya toko-toko terletak …dari rumah.
a. Jauh
b. 2 km
c. 3km
d. Dekat
8. Keuntungan yang diperoleh dalam koperasi adalah kecuali.
a. belajar organisasi
b. belajar berusaha
c. belajar berwirausaha
d. belajar naik motor
9. Yang mendapat keuntungan dalam kegiatan koperasi ini adalah ...
a. Kepala sekolah
b. Guru
c. Siswa
d. Satpam
10. Siapa yang mendirikan koperasi ini ...
a. Kepala Sekolah
b. Guru
86
c. Siswa
d. Semua
Jawaban
1. B
2. B
3. C
4. C
5. B
6. B
7. A
8. D
9. C
10. D
Top Related