DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2011
Disusun Oleh:
Tim Penyusunan Modul
Pusdiklat Bea dan cukai
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2011
Disusun Oleh:
Tim Penyusunan Modul
Pusdiklat Bea dan cukai
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
i
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
ii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ……………………………....……………...vi
PETA KONSEP MODUL ……………………………………………....……………. vii
MODUL PENGANTAR AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI
A. Pendahuluan …………………………………………………...……………… 1
1. Deskripsi Singkat …………………….......................................................1
2. Prasyarat Kompetensi ………………...................................................... 2
3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ........................ 2
4. Relevansi Modul ...........…………………………………….....………….. 2
B. KEGIATAN BELAJAR …............................................................................3
1. Kegiatan Belajar (KB) 1 …………….......................................................3
Pendahuluan Audit Kepabeanan dan Cukai
Indikator …………………………………………………………...………… 3
1.1. Uraian dan contoh ...........................................................................3
A. Fungsi Pelayanan ...........................................................................
B. Fungsi Pengawasan ……………………………………………………
C. Tri Tunggal Pilar Kepabeanan Modern……………………………..
D. Audit di Bidang Kepabeanan dan Cukai ……………………………
4
5
7
15
1.2. Latihan 1 ………………………………………………....…………......18
1.3. Rangkuman ………………………………………………...………….. 18
1.4. Tes Formatif 1 ………………………………………………....………. 19
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………......................... 20
2. Kegiatan Belajar (KB) 2 …………….......................................................21
Wewenang, Tujuan dan Jenis Audit
Indikator ……………………………………………………………....………21
2.1. Uraian dan contoh ...........................................................................21
A. Wewenang Audit .......................................................................
B. Tujuan Audit ...............................................................................
21
22
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
iii
C. Jenis Audit .................................................................................22
D. Tim Audit .......................................................................................
E. Surat Tugas dan Surat Perintah........................................................
F. Periode Audit ................................................................................
23
24
26
2.2. Latihan 3 …….…………………………………………....………….....26
2.3. Rangkuman …………………………………………………....………. 27
2.4. Tes Formatif 3 ………………………………………………....………. 28
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………........................ 29
3. Kegiatan Belajar (KB) 3 …………….......................................................30
Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
Indikator ………………………………………………………………...…… 30
3.1. Uraian dan contoh .......................................................................... 30
A. Penyusunan DROA.....................................................................
B. Rencana Kerja Audit .....................................................................
C. Kewenangan Tim Audit ……………………………………………….
D. Kewajiban Auditee……………………………………………………
E. Waktu Pelaksanaan Audit ……………………………………………
F. Pekerjaan Lapangan ……………………………………………………
G. Pekerjaan Kantor ………………………………………………………
30
31
32
32
33
33
37
3.2. Latihan 3 …….……………………………………………………........ 39
3.3. Rangkuman …………………………………………………………... 40
3.4. Tes Formatif 3 ……………………………………………………….... 41
3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………........................ 42
4. Kegiatan Belajar (KB) 4 …………….......................................................43
Pelaporan Hasil Audit
Indikator …………………………………………………………………… 43
4.1. Uraian dan contoh ....................................................................... 43
A. Laporan Hasil Audit
B. Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit
C. Surat Penetapan
43
45
45
4.2. Latihan 4 …….………………………………………………....…….....47
4.3. Rangkuman ………………………………………………....…………. 47
4.4. Tes Formatif 4 ……………………………………………....…………. 48
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
iv
4.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………......................... 49
PENUTUP …………………………………………………………………………......50
TES SUMATIF …………………………................................................................52
KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) ………………....…54
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....…. 55
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
1.1. Aktivitas Pengawasan DJBC 6
1.2. Tritunggal Pilar Pelayanan dan Pengawasan DJBC 7
1.3. Audit Kepabeanan dan Audit Cukai 12
1.4. Alur Akuntansi 17
3.1. Mekanisme Audit Lapangan 34
4.1. Mekanisme Tahap Pelaporan dan Tindak Lanjut 46
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat
diharapkan mempelajari modul ini secara urut mulai dari Kegiatan Belajar 1
sampai dengan Kegiatan Belajar 5.
Cara mempelajari setiap kegiatan belajar adalah mengikuti tahap-tahap
berikut ini:
1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;
2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara
membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar
tersebut);
3. Lakukan review materi secara umum, dengan cara membaca kembali
ringkasan materi untuk mendapatkan hal-hal penting yang menjadi fokus
perhatian pada kegiatan belajar ini;
4. Kerjakanlah Tes Formatif pada kegiatan belajar yang sedang dipelajari;
5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak
pada bagian akhir modul ini.
6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut, apabila ternyata
hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang
benar x 100/15), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada kegiatan
belajar berikutnya, namun apabila diperoleh angka di bawah 67, maka
peserta diklat diharuskan mempelajari kembali kegiatan belajar tersebut agar
selanjutnya dapat diperoleh angka minimal 67.
7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan
belajar telah dilakukan.
8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini
9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila
ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah
yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari
kegiatan belajar
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai
vii
PETA KONSEP Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka disarankan
kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan demikian
pola pikir yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga secara
berkesinambungan selama mempelajari modul.
Kegiatan Belajar 1 – Pendahuluan Audit Kepabeanan dan Cukai
Materi : Fungsi Pelayanan; Fungsi Pengawasan; Tri Tunggal Pilar Kepabeanan Modern; Audit di Bidang
Kepabeanan dan Cukai
Kegiatan Belajar 2 – Wewenang, Tujuan dan Jen is Audit
Materi : Wewenang Audit; Tujuan Audit; Jenis Audit
Kegiatan Belajar 3 – Tim Audit dan Dasar Pelaksanaan Audit Materi : Tim Audit; Surat Tugas dan Surat Perintah; Periode Audit
Kegiatan Belajar 4 – Perencanaan dan Pelaksanaan Audit Materi : Penyusunan DROA; Rencana Kerja Audit; Kewenangan Tim
Audit; Kewajiban Auditee; Waktu Pelaksanaan Audit; Pekerjaan Lapangan; Pekerjaan Kantor
Kegiatan Belajar 5 – Pelaporan Hasil Audit Materi : Laporan Hasil Audit; Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit;
Surat Penetapan
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 1111
PENDAHULUAN
MODUL
PENGANTAR AUDIT
KEPABEANAN DAN CUKAI
1. Deskripsi Singkat
Setelah mempelajari mata pelajaran lain terkait dengan Diklat, maka pada
modul ini akan membahas mengenai Audit Kepabeanan dan Cukai. Dalam ruang
publik terdapat beberapa jenis Audit yang kita kenal yaitu Audit Keuangan, Audit
Kinerja dan Audit untuk tujuan tertentu. Posisi Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
merupakan Audit ketaatan (Compliance Audit) yang merupakan bagian dari jenis
Audit untuk tujuan tertentu. Titik berat Modul Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
ditekankan kepada Apa itu Audit Kepabeanan dan Audit Cukai, Obyek Audit,
Tujuan audit, wewenang Tim Audit dan Kewajiban Auditee, serta hal-hal yang
terkait di dalam pelaksanaan Audit secara teknis. Modul ini sebagai tahap awal
untuk mempelajari Audit Kepabeanan dan Audit Cukai. Ada banyak referensi
yang bisa dipakai dan peraturan yang terus berkembang terkait dengan kriteria di
dalam pelaksanaan Audit. Dengan menambah dan mempelajari sumber-sumber
A
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 2222
referensi yang ada tentu akan menambah wawasan kita dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan Audit Kepabeanan dan Cukai.
2. Prasyarat Kompetensi
1. Pegawai DJBC Gol II yang belum pernah mengikuti diklat teknis; 2. Lulusan SLTA atau sederajat; 3. Usia maksimum 50 tahun; 4. Sehat jasmani dan rohani; 5. Memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti diklat; 6. Tidak sedang menjalani atau dalam proses penjatuhan hukuman disiplin; 7. Tidak sedang ditunjuk mengikuti diklat lain; 8. Ditunjuk oleh Sekretaris DJBC.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta diklat dapat memahami
Materi yang terkait dengan pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.
Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari Modul ini, para peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
latar belakang audit di bidang kepabeanan dan cukai, Perencanaan Audit,
Pelaksanaan Audit, Pelaporan Hasil Audit dan tindak lanjutnya, Standar Audit,
Pedoman Penyelenggaraan pembukuan di Bidang Kepabeanan dan Cukai, dan
pelaksanaan Audit sesuai program Audit.
4. Relevansi modul
Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalanjan peserta diklat
adalah sebagai berikut:
1) Materi modul ini memberikan pengetahuan, wawasan dan pemahaman
mengenai audit kepabeanan dan cukai.
2) Materi modul ini telah disesuaikan dengan perkembangan instrumen
pengaturan audit kepabeanan dan cukai terkini.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 3333
KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1
PENDAHULUAN AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI
1.1. Uraian dan Contoh
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC) diberi amanat untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
fasilitator perdagangan (trade facilitator), Pengawasan (customs control), dan
pengumpul penerimaan negara (revenue collecting). Secara garis besar, ketiga
fungsi tersebut dapat dibagi ke dalam 2 (dua) fungsi besar, yaitu fungsi
pelayanan dan fungsi pengawasan. DJBC dituntut untuk melaksanakan kedua
fungsi sekaligus tanpa mengurangi dan mengorbankan fungsi satu dan fungsi
lainnya.
B
Indikator Keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan fungsi pelayanan, 2. Mampu menjelaskan fungsi pengawasan, 3. Mampu menjelaskan tri tunggal pilar kepabeanan modern 4. Mampu menjelaskan audit di bidang kepabeanan dan cukai
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 4444
Model pengawasan dan pelayanan telah diterapkan dengan berbagai
kombinasi. Berbagai kombinasi tersebut membawa perubahan paradigma dari
waktu ke waktu.
A. Fungsi Pelayanan
Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dalam perkembangan sejarah telah
melakukan perubahan-perubahan maupun penyempurnaan-penyempurnaan
kebijakan dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan. Dari sejak Ordonansi
Bea sampai dengan saat ini telah banyak langkah kebijakan yang diambil
pemerintah dalam rangka terus meningkatkan kelancaran arus barang dan
dokumen. Langkah kebijakan tersebut tidak hanya bersifat penyempurnaan
prosedur dan teknis pelayanan tetapi juga menyangkut peningkatan kemampuan
dan profesionalisme pegawai.
Perkembangan langkah dan kebijakan dalam rangka peningkatan
pelayanan tersebut antara lain sebagai berikut :
- Fasilitas Jalur Prioritas untuk Importir dengan reputasi sangat baik dan
memenuhi kriteria;
- Fasilitas MITA (Mitra Utama);
- Sistem baru penetapan jalur;
- Penyempurnaan Sistem Pembayaran secara on line (Online Payment
System)
- Perbaikan sistem pengeluaran barang impor dan ekspor;
- Perbaikan teknik pemeriksaan barang;
- Modernisasi sistem otomasi DJBC (Aplikasi Impor, Aplikasi Ekspor, EDI-
Manifest).
Sistem pelayanan yang memiliki sifat mengedepankan unsur kecepatan
dan kemudahan dokumen dan barang dirancang dalam rangka mewujudkan misi
DJBC yang menyatakan “Pelayanan terbaik kepada industri, perdagangan dan
masyarakat”. Namun demikian, peningkatan pelayanan arus barang dan
dokumen melalui berbagai fasilitas kemudahan dan penyederhanaan tersebut
diatas justru dapat mengakibatkan sesuatu yang merugikan baik negara maupun
masyarakat apabila tidak dibarengi dan diimbangi dengan system dan kebijakan
disisi lainnya, yaitu fungsi pengawasan.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 5555
B. Fungsi Pengawasan
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa fungsi pengawasan wajib
dilakukan oleh DJBC. Hal ini bukan sekedar memenuhi amanat yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan tetapi juga kepada konsekuensi logis dari sistem
pelayanan yang diberikan Negara kepada pengguna jasa. Fungsi pengawasan
menjadi penting karena bertujuan untuk melindungi masyarakat serta
pengamanan penerimaan keuangan negara yang dibebankan kepada DJBC.
Demikian halnya kebijakan dalam mengemban fungsi pelayanan, kebijakan
dari sisi pengawasan yang dilakukan oleh DJBC juga mengalami perkembangan
kearah penyempurnaan dan peningkatan, baik secara system maupun teknik.
System pengawasan yang dilakukan DJBC di Indonesia maupun oleh institusi
Kepabeanan di Negara-negara di dunia secara umum dapat dibagi dalam 4
(empat) tahapan :
(1) Tahap sebelum clearance (Pre-clearance stage), yaitu Sistem RKSP / EDI
Manifest dan Registrasi Importir;
(2) Tahap pada saat clearance barang (Clearance Stage), yaitu sistem
penjaluran barang dan Hi-Co Scan;
(3) Tahap pasca clearance barang (Post Clearance Audit Stage), yaitu Audit di
Bidang Kepabeanan dan Cukai; dan
(4) Tahap penyelidikan dan Penyidikan (Investigation Stage).
Perkembangan langkah dan kebijakan dalam rangka pengingkatan system
pengawasan yang telah dan sedang dilakukan oleh DJBC antara lain sebagai
berikut :
- Pengembangan Customs Intelligent system melalui Penyusunan profil, data
pelanggaran dan analisis intelijen;
- Tertib Administrasi Importir melalui Registrasi Importir;
- Kampanye anti-penyelundupan melalui program pemberantasan
penyelundupan (eksternal) dan peningkatan integritas pegawai (internal);
- Optimasilisasi penggunaan Hi-Co Scan X-Ray System;
- Penyediaan tempat dan sarana pemeriksaan barang;
- Peningkatan fungsi unit intelijen dalam pengawasan termasuk
pengembangan anjing pelacak.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 6666
Sebelum dikenal adanya kegiatan Audit, pelaksanaan fungsi pengawasan
yang dilakukan oleh DJBC pada awal perkembangannya memiliki keterbatasan
baik yang bersifat pelaksanaan teknisnya maupun dari segi dampak yang
diakibatkannya. System pengawasan dengan memastikan unsur kebenaran
pemberitahuan pabean dan pengawasan barang dapat berbenturan dengan
fungsi dari system pelayanan. Selain hal tersebut, secara teknis terdapat
beberapa kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menghambat dilakukannya system pengawasan yang ada. Kondisi tersebut
antara lain sebagai berikut :
- Kondisi geografi Indonesia untuk melaksanakan pengawasan fisik yang
efektif;
- Perkembangan sistem perdagangan internasional yang terus meningkat ke
arah yang lebih efisien dan menguntungkan;
- Keterbatasan sumber daya manusia dan biaya yang dimiliki DJBC dalam
rangka melaksanakan tugas pengawasan
Kegiatan pengawasan yang dilakukan DJBC pada saat ini secara ringkas
dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut :
Gambar 1.1. Aktivitas Pengawasan DJBC
Aktivitas Intelijen
Aktivitas Pelayanan Bea
dan Cukai
Jalur Merah
Pemeriksaan Fisik Barang
Impor
Aktivitas Analisis Aktivitas Audit
Informasi
Informasi Informasi
Informasi
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 7777
Namun demikian, peningkatan pengembangan system pengawasan yang
terlalu ketat dan kaku sebaliknya dapat mengurangi maupun menghambat fungsi
pelayanan, yaitu peningkatan kelancaran arus barang dan dokumen serta
perdagangan internasional. Sehingga dalam rangka mencapai tujuan dan
misinya secara efektif DJBC dituntut untuk melaksanakan kedua fungsi, yaitu
fungsi pelayanan dan pengawasan tersebut secara seimbang tanpa mengurangi
maksud dan tujuan masing-masing fungsi.
C. Tri Tunggal Pilar Kepabeanan Modern
Berdasarkan kondisi dan pengaruh dari fungsi pelayanan dan fungsi
pengawasan yang dilematis tersebut diatas, maka dikembangkanlah suatu
system yang dapat mengakomodasi kedua kepentingan secara berimbang dan
sinergis.
Perkembangan paradigma pengawasan dan pelayanan akhirnya mencapai
era kepabeanan yang modern. Para ahli menyatakan bahwa kepabeanan
modern saat ini memiliki tiga pilar utama yang dijadikan ciri dalam menjalankan
tugas-tugas kepabeanannya.
Ketiga pilar tersebut adalah :
1. Self Assessment,
2. Risk Management, dan
3. Post Clearance Audit.
Gambar 1.2. Tritunggal Pilar Pelayanan dan Pengawasan DJBC
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 8888
1. PILAR I : SELF ASSESSMENT :
Prinsip Self Assessment merupakan paradigma baru dalam proses
Pelayanan Kepabeanan yang mengedepankan prinsip pelayanan yang cepat
dan mudah.
Tujuan dari Self Assessment adalah sebagai berikut :
- Peningkatan percepatan dan kelancaran arus dokumen dan barang
impor/ekspor;
- Memberikan kepercayaan kepada pengguna jasa (market forces)
dipandang dari segi tingkat kepatuhan (compliance);
Mekanisme dari Prinsip Self Assessment adalah sebagai berikut :
- Pengisian Pemberitahuan Pabean secara mandiri;
- Penghitungan dan pembayaran BM dan PDRI ke bank secara mandiri ;
dan
- Pengajuan dokumen kepabeanan secara elektronik dengan jaringan
Pertukaran Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Interchange (EDI).
2. PILAR II : RISK MANAGEMENT
Prinsip Risk Management merupakan prinsip yang dikembangkan dalam
rangka penentuan tingkat pelayanan dan pengawasan secara selektif.
Prinsip ini dilakukan dengan system pengukuran tingkat resiko atas sejumlah
indicator resiko dan kriteria yang disusun secara sistematis dan dinamis.
Prinsip penentuan tingkat resiko telah dilakukan di beberapa Sistem atau
Unit seperti pada :
- Sistem Registrasi Importir, Direktorat Audit Kantor Pusat DJBC
- Research and Analysis Unit, Direktorat Audit Kantor Pusat DJBC
- Customs Intelligent System, Direktorat P2 Kantor Pusat DJBC
3. PILAR III : POST CLEARANCE AUDIT
- Post Clearance Audit (PCA) adalah suatu innovative system yang memiliki
peran strategic dalam melaksanakan fungsi pengawasan kepabeanan dan
cukai.
- Fungsi utama PCA adalah untuk menjaga keseimbangan antara prinsip
“fast” dan prinsip “correct” atau antara fungsi “pelayanan” dan
“pengawasan”.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 9999
Kombinasi dari ketiga pilar tersebut dijadikan Bea dan Cukai sebagai
Prakterk dan Prinsip terbaik bagi DJBC. Prinsip pengawasan yang dilakukan
tanpa mengurangi fungsi pelayanan dapat dijawab dengan melaksanakan Post
Clearance Audit (PCA) atau audit di bidang kepabeanan dan cukai yang
didasarkan pada prinsip Risk Management.
Boynton dan Kell menyatakan bahwa audit merupakan porses sistematis
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif terutama
tentang asersi atas economic actions and events guna menilai tingkat
kesesuaiannya dengan General Accepted Accounting Principle (GAAP) dan
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan.
Berkaitan dengan audit kepabeanan, dibawah definisi dari Industry Panel
Report on Audit Customs Reforms yang digunakan oleh Australian Customs
Service untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai aktivitas audit
dibidang kepabeanan.
“As an element of a compliance improvement strategy, the panel considers
Customs Audit to be an evaluation of industry practices and records to assist in
forming a judgement about the integrity of information supplitd to Customs and, in
turn, the level of compliance with legslative requirements”.
Intinya adalah audit kepabeanan merupakan proses evaluasi terhadap
catatan-catatan dan praktik-praktik yang dilakukan oleh dunia industri untuk
membantu penilaian integritas (kejujuran) informasi yang disampaikan ke Bea
dan Cukai dan tingkat ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.
Audit pada awalnya diterapkan untuk menguji kewajaran laporan keuangan
dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan. Di Amerika, yang dimaksud kriteria
adalah General Accepted Accounting Principle (GAAP). Sedangkan di Indonesia
kriteria yang dimaksud adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Pada
perkembangannya, audit mulai diterapkan di berbagai sektor untuk berbagai
tujuan. Misalnya audit pada lembaga pemerintahan, lembaga amal, proyek-
proyek dan lain-lain.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai saat ini sedang giat-giatnya
meningkatkan pengawasan di bidang Kepabeanan dan Cukai. Pengawasan
dilakukan mulai dengan penelitian pada tahap awal pengusaha mengajukan
perijinan, kegiatan operasi intelijen, penindakan, dan pelaksanaan Audit.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 10101010
Kegiatan Audit merupakan salah satu bidang pengawasan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Sebagai salah satu pilar utama praktik kepabeanan dan cukai, audit di
bidang kepabeanan dan cukai memainkan peran yang semakin signifikan dalam
mengemban tugas DJBC. Hal ini sebagai konsekuensi logis diterapkannya
prinsip self-assesment system yang mana importer/ pengguna jasa menghitung
dan membayarkan kewajiban pabean dan cukainya sendiri kepada Negara.
Secara entimologi, Audit berasal dari bahasa latin dengan kata “auderee”
yang berarti mendengar. Mendengar yang efektif adalah sebuah aktivitas
menyerap informasi dalam suatu media dengan menggunakan alat pendengaran
yang diikuti dengan respon yang terprogram. Dengan demikian agar kegiatan
mendengar terjadi maka:
� Harus ada informasi
� Harus ada media
� Harus ada alat pendengaran
� Harus direspon
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemeriksaan adalah suatu
kegiatan menyerap, mengolah, dan merespon data yang dilakukan oleh pihak
yang dapat dipercaya dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk
ditindaklanjuti. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemeriksaan:
� Terdiri dari beberapa kegiatan;
� Dilakukan oleh orang yang dapat dipercaya;
� Disampaikan kepada pihak yang berkepentingan;
� Pihak yang berkepentingan menindaklanjutinya.
Dalam prakteknya audit dikenal sebagai suatu proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan.
Arens dkk. mendefinisikan auditing sebagai pengumpulan dan evaluasi bukti-
bukti dari informasi yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen,
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Definisi ini mengandung beberapa hal
sebagai berikut :
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 11111111
1. Informasi dan Kriteria yang Ditetapkan
Untuk melaksanakan audit, diperlukan beberapa informasi yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor untuk
mengevaluasi informasi tersebut. Auditor mengaudit informasi yang dapat diukur
seperti laporan keuangan perusahaan dan dokumen cukai yang diajukan oleh
pihak perusahaan. Auditor juga melaksanakan audit atas informasi yang bersifat
subjektif seperti efektifitas sistem komputer dan efisiensi operasi manufaktur.
Kriteria untuk mengevaluasi informasi dapat berupa berbagai macam
tergantung dari jenis informasi yang diaudit. Sebagai contoh, dalam audit atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik, kriteria yang
digunakan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam Audit
Kepabeanan dan Cukai kriteria yang digunakan adalah ketentuan perundang-
undangan di bidang Kepabeanan dan Cukai.
2. Pengumpulan dan Pengevaluasian Bahan Bukti
Bahan bukti adalah informasi yang digunakan auditor dalam menentukan
kesesuaian informasi yang diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bahan
bukti terdiri dari berbagai macam bentuk yang berbeda, termasuk pernyataan
lisan dari Pihak yang diaudit (auditee), komunikasi tertulis dengan pihak luar,
pengamatan oleh auditor, dan data elektronik mengenai transaksi. Adalah hal
yang penting untuk memperoleh bahan bukti dalam jumlah dan kualitas yang
cukup untuk memenuhi tujuan audit. Proses penentuan jenis dan jumlah bahan
bukti yang diperlukan dan pengevaluasian kesesuaian informasi dengan kriteria
yang ditetapkan merupakan bagian penting dari audit.
3. Orang yang Kompeten dan Independen
Auditor harus mempunyai kemampuan dalam memahami kriteria yang
digunakan dan kompeten dalam menentukan jenis dan jumlah bahan bukti untuk
menghasilkan kesimpulan yang tepat setelah pengevaluasian bahan bukti. Selain
itu, auditor juga harus mempunyai sikap mental yang independen. Seorang
auditor yang independen memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit
yang andal walaupun auditor tersebut dibayar oleh auditee. Walaupun
independen yang bersifat mutlak tidak mungkin dimiliki, auditor harus memelihara
independensinya untuk menjaga tingkat kepercayaan pengguna atas laporan
yang dibuatnya.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 12121212
4. Pelaporan
Tahap terakhir dalam audit adalah penyusunan laporan audit yang
merupakan alat penyampaian temuan kepada pengguna laporan tersebut.
Walaupun isi laporan audit dapat berbeda, tetapi pada hakekatnya laporan
tersebut harus mampu memberikan keterangan mengenai kesesuaian informasi
dengan kriteria yang ditetapkan.
Gambar 1.3. Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
Agar Independensi pelaksanaan Audit tetap terjaga, maka pelaksanaan
kegiatan audit terbebas dari kegiatan pelayanan (operasional). Oleh karena itu
pelaksanaan Audit Di Bidang Kepabeanan dan Cukai dilaksanakan oleh Unit
Direktorat Audit Kantor Pusat DJBC, Unit Bidang Audit Kantor Wilayah DJBC dan
Unit Bidang Audit pada Kantor Pelayanan Utama DJBC
Dalam setiap audit, perlu dimulai dengan penetapan tujuan untuk
menentukan jenis audit yang dilaksanakan serta standar audit yang harus diikuti
oleh auditor. Berdasarkan tujuannya Audit khusus sektor publik dibagi menjadi
tiga jenis yaitu :
Melaporkan hasilnya
Informasi yang dapat dikuantifikasi dari entitas
ekonomi tertentu
Mengumpulkan & mengevaluasi bukti
Orang yang kompeten dan independen
Auditor Bea dan Cukai
Memeriksa dokumen-
dokumen dan catatan-catatan
pendukung
Dokumen yang diajukan ke
DJBC
UU Kepabeanan dan Cukai dan
peraturan pelaksanaannya
Penetapan atas Temuan Hasil Audit,
Kekurangan Pembayaran Bea
Masuk, Cukai, PDRI denda, Bunga Kriteria yg ditetapkan
Menentukan tingkat kepatuhan
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 13131313
1) Audit Keuangan
Audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan apakah laporan keuangan dari entitas yang diaudit telah
menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil operasi/usaha, dan arus
kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Audit kinerja (audit operasional)
Adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam
bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas
atau program/kegiatan pemerintah yang diaudit.
3) Audit Untuk Tujuan Tertentu
Pemeriksaan/audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksan yang dilakukan
untuk tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-
hal yang berkaitan dengan keuangan dan bersifat investigatif ataupun audit
ketaatan tertentu.
a. Audit Investigasi
Secara umum pengertian Audit investigasi adalah kegiatan
pemeriksaan dengan lingkup tertentu, periodenya tidak dibatasi, lebih
spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga mengandung
inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit
berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat
penyimpangan wewenang yang ditemukan.
b. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan untuk menentukan apakah auditee telah
memenuhi atau mengikuti prosedur dan peraturan tertentu yang telah
ditetapkan. Contoh dari audit ketaatan adalah audit Kepabeanan dan
audit Cukai yang dilakukan dengan tujuan apakah auditee telah
memenuhi peraturan penundang-undang di bidang Kepabeanan dan
Cukai.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 14141414
Audit Kepabeanan dan Audit Cukai sebagai alat pengawasan yang
komprehensif, dilakukan untuk memastikan kepatuhan pengusaha terhadap
Ketentuan di Bidang Kepabeanan dan Cukai.
Kenapa Audit Kepabeanan dan audit Cukai ini sangat kita perlukan
diperlukan ? Kalau kita melihat hubungannya dengan dengan kegiatan di bidang
kepabeanan, Audit Kepabenanan dilakukan sebagai konsekuensi dari
pemberlakuan:
o Self Assessment (Pemberitahuan Dokumen Kepabeanan)
o Ketentuan Nilai pabean berdasarkan nilai transaksi
o Pemberian fasilitas bea masuk tidak dipungut, pembebasan, keringanan,
pengembalian, atau penangguhan bea masuk yang hanya dapat diawasi
dan dievaluasi setelah barang impor keluar dari kawasan pabean.
Di bidang Cukai, Audit Cukai dilakukan sebagai konsekuensi diberlakukannya:
a. Sistem Self Assesment
Pada sistem self assesment di bidang cukai terdapat kewajiban
pengusaha untuk memberitahukan Barang Kena Cukai (BKC) yang
selesai dibuat (untuk BKC yang dibuat di Indonesia) dan
memberitahukan BKC yang dimasukan ke dalam Daerah P abean
(untuk BKC yang diimpor dari luar Daerah Pabean).
Hal ini didasarkan pada pasal 3 ayat (1) UU No. 39 Tahun 2007 tentang
Cukai, yang intinya adalah :
Cukai terutang ;
1. Saat selesai dibuat untuk Barang Kena Cukai yang dibuat di
Indonesia.
Keterangan : Kewajiban untuk memberitahukan Barang Kena Cukai
yang dibuat dilakukan oleh Pengusaha, dengan dokumen cukai yang
ditetapkan.
2. Saat Pemasukannya ke dalam Daerah Pabean untuk Barang Kena
Cukai yang diimpor.
Keterangan : Kewajiban memberitahukan pemasukan Barang Kena
Cukai dilakukan dengan Pemberitahuan Impor Barang.
Audit Cukai dilakukan untuk memastikan kepatuhan pengusaha terhadap
ketentuan peratuan di bidang cukai, apakah yang diberitahukan tentang
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 15151515
Barang Kena Cukai yang selesai dibuat dan yang dimasukkan telah
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Pemberian fasilitas tidak dipungut cukai, pembebasa n cukai, atau
penundaan cukai.
Pada Undang-undang Cukai pasal 7A tentang penundaan cukai, pasal 8
tentang tidak dipungut cukai, dan pasal 9 tentang pembebasan cukai
telah diatur norma dan syarat pemberian fasilitas cukai tersebut.
Pengusaha berkewajiban untuk memenuhi kriteria-kriteria yang
ditetapkan selama yang bersangkutan menggunakan fasilitas yang
diperolehnya. Penyalahgunaan terhadap kriteria yang telah ditetapkan
dimungkinkan terjadi selama tidak ada instrumen pengawasan yang
komprehensif.
Audit Cukai sebagai instrumen pengawasan yang komprehensif
diperlukan untuk membandingkan antara kriteria yang ditetapkan dengan
kondisi yang ada dan untuk membuktikan apakah Barang Kena Cukai
telah digunakan sesuai tujuan peruntukannya.
c. Penggantian “Buku Persediaan” dengan Pembukuan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Penggantian “Buku Persediaan” dengan Pembukuan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, pada
Pengusaha Pabrik non skala kecil, Pengusaha Tempat Penyimpanan,
Importir Barang Kena Cukai, dan Penyalur non skala kecil, karena sudah
tidak sesuai dengan perkembangan administrasi perusahaan modern.
Audit Cukai sangat terkait erat dengan pembukuan di bidang cukai.
Pengaturan dan penegasan pembukuan dalam Undang-undang Cukai ini sangat
penting karena dalam pelaksanaan di lapangan diperlukan suatu aturan yang
tegas dan batas – batas yang jelas tentang norma – norma yang harus dipenuhi
dalam penyelenggaraan pembukuan.
D. Audit di Bidang Kepabeanan dan Cukai
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa DJBC
memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan antara fungsi
pelayanan dan fungsi pengawasan. DJBC harus menerapkan suatu bentuk
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 16161616
pengawasan tanpa mengganggu proses kelancaran arus barang dan dokumen.
Berdasarkan pemikiran dan latar belakang tersebut, DJBC mengambil langkah
maju dengan menerapkan satu bentuk pengawasan pasca pelayanan selesai
dilaksanakan (post clearance control), yaitu melalui Audit di Bidang Kepabeanan
dan Cukai.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor : 125/PMK.04/2007 tanggal 5 Oktober 2007 dan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-13/BC/2008 tanggal 12
Agustus 2008, pengertian Audit Kepabeanan adalah :
“Kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan, dan dokumen
yang menjadi bukti dasar pembukuan dan surat yang berkaitan dengan
kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan
dengan kegiatan di bidang Kepabeanan, dan/atau sediaan barang
dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang
Kepabeanan.”
Sedangkan pengertian Audit Cukai menurut Undang-undang Nomor 39
tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 tahun 1995
Tentang Cukai, dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-
13/BC/2008 tanggal 12 Agustus 2008 adalah :
“Serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang
berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat
yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai, dan/atau sediaan barang
dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang
cukai.”
Sedangkan yang dimaksud dengan pembukuan adalah proses pencatatan
yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang
meliputi dan mempengaruhi keadaan harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya
yang secara khusus menggambarkan jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa kemudian diikhtisarkan dalam laporan keuangan .
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa salah satu unsur
pembukuan yaitu laporan keuangan adalah sangat penting dalam hubungannya
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 17171717
dengan “Audit” karena laporan keuangan adalah instrumen yang dapat
mengikhtisarkan seluruh kegiatan perusahaan, dengan berbagai karakteristiknya.
Sesuai penjelasan di atas, “Laporan Keuangan” sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari pembukuan perlu diminta/diperlihatkan kepada pejabat
bea cukai yang melaksanakan Audit Cukai karena walaupun Audit Cukai bersifat
compliance tetapi pada hakekatnya audit harus dilakukan secara komprehensif.
Dimulai dari Laporan Keuangan yang merupakan “suatu laporan yang disusun
secara teratur dan disajikan secara ringkas atas transaksi keuangan yang
meliputi neraca, laba rugi, dan arus kas” sampai dengan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan (divergen). Disamping itu, dalam melakukan audit harus
dilakukan pengujian – pengujian yang dapat diperbandingkan (comparable)
antara komponen pelaporan yang satu dengan yang lainnya sesuai ruang
lingkup pemeriksaan dalam audit cukai. Sehingga pada prinsipnya proses audit
adalah merupakan kebalikan dari proses penyusunan Laporan Keuangan, seperti
bagan di bawah ini :
Gambar 1.4. Alur Akuntansi
Sebagai salah satu pilar utama praktik kepabeanan, audit di bidang
kepabeanan dan cukai memainkan peran yang semakin signifikan dalam
mengemban tugas DJBC. Audit Kepabeanan dan Cukai bertujuan untuk menguji
tingkat kepatuhan orang atas pelaksanaan pemenuhan ketentuan perundang-
undangan di bidang kepabeanan dan cukai serta ketentuan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan kepabeanan dan cukai.
TRANSAKSI DOKUMEN PEMBUKUAN JURNAL
BUKU BESAR LAPORAN
KEUANGAN
BUKU PEMBANTU
proses penyusunan laporan keuangan proses auditing
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 18181818
1.2. Latihan 1
1. Sebutkan Tri Tunggal Pilar Kepabeanan Modern ?
2. Sebutkan 3 Jenis Audit sektor Publik, dan Audit Kepabeanan dan Audit
Cukai termasuk dalam jenis Audit yang mana ?
3. Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan apakah sehingga perlu
dilakukan Audit Kepabeanan ?
4. Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan apakah sehingga perlu
dilakukan Audit Cukai ?
1.3. Rangkuman
1. System pengawasan yang dilakukan DJBC di Indonesia maupun oleh
institusi Kepabeanan di Negara-negara di dunia secara umum dapat
dibagi dalam 4 (empat) tahapan yaitu : Tahap sebelum clearance (Pre-
clearance stage), Tahap pada saat clearance barang (Clearance Stage),
Tahap pasca clearance barang dan Tahap penyelidikan dan Penyidikan
(Investigation Stage).
2. Perkembangan paradigma pengawasan dan pelayanan akhirnya
mencapai era kepabeanan yang modern. Para ahli menyatakan bahwa
kepabeanan modern saat ini memiliki tiga pilar utama yang dijadikan ciri
dalam menjalankan tugas-tugas kepabeanannya yaitu : Self Assesment,
Risk Management, dan post Clearance Audit.
3. Audit khusus sektor publik dibagi menjadi tiga jenis yaitu : Audit
Keuangan, Audit Kinerja (Operasional), dan Audit Ketaatan (Compliance
Audit).
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 19191919
1.4. Test Formatif – 1
Setelah mempelajari materi bahan ajr serta rangkuman, agar Saudara mudah
memahami bahan ajar ini, di bawah ini test formatif yang harus Saudara kerjakan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Saudara atas bahan ajar ini.
1. B – S Dalam melaksanakan fungsinya DJBC Lebih mengutamakan
fungsi pengawasan daripada pelayanan
2. B – S Modernisasi sistem otomasi DJBC merupakan salah satu
peningkatan pelayanan yang dilakukan DJBC
3. B – S Pengawasan dengan cara registrasi impor dlakukan pada saat
clearance barang
4. B – S Penyusunan profil importir dilakukan dalam rangka tertib
administrasi importir
5. B – S Post clearance audit dilaksanakan berdasarkan pada prinsip risk
management
6. B – S Penghitungan bea masuk dilakukan oleh pejabat Bea dan Cukai
merupakan mekanisme prinsip self assessment
7. B – S Pelaksanaan audit harus terpisah dari kegiatan pelayanan dalam
rangka mempertahankan indenpendensi
8. B – S Audit yang dilaksanakan oleh DJBC diarahkan untuk audit
keuangan
9. B – S Audit kepabeanan dan cukai dilakukan sebagai konsekuensi dari
diberlakukannya self assessment
10. B – S Pemasukan BKC impor ke daerah pabean menggunakan
dokumen cukai yang telah ditetapkan
11. B – S Laporan keuangan merupakan hal penting dalam hubungannya
dengan audit
12. B – S Pembukuan merupakan rangkaian dalam kegiatan pembuatan
laporan keuangan
13. B – S Buku persediaan yang selama ini digunakan pengusaha BKC
telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
14. B – S Bahan bukti untuk audit hanya bersumber dari pembukuan
15. B – S Audit kinerja merupakan bagian dari audit untuk tujuan tertentu
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 20202020
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 21212121
2. Kegiatan Belajar (KB) 2
WEWENANG, TUJUAN, JENIS, TIM DAN DASAR PELAKSANAAN AUDIT
2.1. Uraian dan Contoh
Setelah mempelajari bagian sebelumnya tentang pendahulan mengenai Audit
kepabeanan dan Audit Cukai, maka pada modul ini akan membahas tentang
wewenang, tujuan, jenis, Tim dan Dasar pelaksanaan Audit. Titik berat modul ini
adalah ditekankan obyek audit yang menjadi kewenangan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai untuk melaksanakan kegiatan Audit. Tujuan dari kegiatan audit itu
sendiri, serta jenis-jenis audit kepabeanan maupun audit cukai. Disamping aitu
akan dibahas tentang susunan tim audit, penambahan tim audit serta Surat
Tugas dan Surat Perintah yang menjadi dasar dilaksanakannya tugas audit.
Pengertian di dalam susunan di dalam Tim Audit yaitu Auditor, Ketua Auditor,
Pengendali Teknis Audit, Pengawas Mutu Audit. Periode audit dijelaskan pada
modul ini yang merupakan periode pengawasan di dalam pelaksanaan audit
A. Wewenang Audit
Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap
perseorangan atau badan hukum yang bertindak sebagai :
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu menjelaskan wewenang audit 2. Mampu menjelaskan tujuan audit 3. Mampu menjelaskan jenis audit 4. Mampu menjelaskan tim audit 5. Mampu menjelaskan surat tugas dan surat perintah 6. Mampu menjelaskan periode audit
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 22222222
1. Importir;
2. Eksportir;
3. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara (TPS);
4. Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat (TPB);
- Kawasan Berikat (KB)/Pengusaha Dalam Kawasan Berikat (PDKB);
- Gudang Berikat;
- Toko Bebas Bea (TBB)/ Duty Free Shop; dan
- Entrepot untuk Tempat Pameran
5. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK);
6. Pengusaha Pengangkutan.
Untuk audit Cukai, Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit terhadap:
a. Pengusaha Pabrik;
b. Pengusaha Tempat Penyimpanan;
c. Importir Barang Kena Cukai;
d. Penyalur;
e. Pengguna Barang Kena Cukai yang mendapat fasilitas pembebasan
cukai.
B. Tujuan Audit
Tujuan audit di bidang kepabeanan dan cukai adalah untuk menguji
kepatuhan perusahaan perseorangan dan badan hukum (seperti yang dirinci di
bagian “wewenang audit”) atas pemenuhan ketentuan perundang-undangan di
bidang kepabeanan dan cukai.
C. Jenis Audit
Audit di bidang Kepabeanan dan Cukai dibagi menjadi :
1. Audit Umum
Audit yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan secara lengkap dan
menyeluruh terhadap pemenuhan kewajiban kepabeanan dan cukai.
Pelaksanaan audit umum bisa dilakukan secara terencana atau insidental.
Audit umum yang terencana diakukan sesuai Daftar Rencana Obyek Audit
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 23232323
(DROA) yang disusun setiap 6 (enam) bulan/semester sekali, berdasarkan
manajemen resiko. Sedangkan audit umum yang sewaktu-waktu dilakukan
atas Perintah Dirjen, Permintaan Direktur, KaKanwil, KaKPU, Instansi diluar
DJBC dan Informasi Masyarakat.
2. Audit Khusus
Audit khusus merupakan audit yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan
terhadap pemenuhan kewajiban kepabeanan tertentu/cukai tertentu.
Contohnya adalah audit dalam rangka keberatan atas penetapan pejabat BC
mengenai nilai pabean.
Audit khusus dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan perintah-perintah Dirjen,
Permintaan Direktur, KaKanwil, KaKPU, instansi diluar DJBC dan Informasi
Masyarakat, menggunakan skala prioritas.
3. Audit Investigasi
Audit Investigasi dilakukan untuk menyelidiki dugaan tindak pidana
kepabeanan / cukai. Audit investigasi dilakukan secara sewaktu-waktu dalam
hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang kepabeanan/cukai didasarkan
pada rekomendasi Direktur Penindakan dan Penyidikan (P2) atau Kepala
Bidang Penindakan dan Penyidikan. Pelaksanaan audit investigasi harus
didahulukan dari audit umum dan audit khusus, guna penyelesaian
secepatnya.
D. Tim Audit
Dalam audit kepabeanan dan audit Cukai , setiap pelaksanaan audit dapat
dilakukan oleh Tim Audit Direktorat Audit, Tim Audit Kantor Wilayah atau Tim
Audit Kantor Pelayanan Utama.
Sebuah tim audit terdiri dari :
1. Seorang Pengawas Mutu Audit (PMA)
2. Seorang Pengendali Teknis Audit (PTA)
3. Seorang Ketua Auditor
4. Seorang atau lebih Auditor
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 24242424
Dalam hal audit investigasi, keanggotaan tim audit di atas ditambah dengan
satu lebih Pejabat Bea dan Cukai dari Direktorat Penindakan dan Penyidikan
(P2) atau Bidang Penindakan dan Penyidikan.
Selain itu, dalam hal dipandang perlu, susunan tim audit juga dapat
ditambah dengan :
1. seorang atau lebih Pejabat Bea dan Cukai selain auditor; dan/atau
2. seorang atau lebih pejabat instansi lain di luar Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
Auditor adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah
memperoleh sertifikat keahlian sebagai auditor yang diberi tugas, wewenang dan
tanggung jawab untuk melaksanakan audit.
Ketua Auditor adalah auditor yang telah memperoleh sertifikat keahlian
sebagai Ketua Auditor Bea dan Cukai.
Pengendali Teknis Audit (PTA) adalah auditor yang telah memperoleh
sertifikat keahlian sebagai PTA Bea dan Cukai.
Pengawas Mutu Audit (PMA) adalah auditor yang telah memperoleh
sertifikat keahlian sebagai PMA Bea dan Cukai.
PMA, PTA, Ketua Auditor, Auditor, dan/atau pejabat Bea dan Cukai dalam
Tim Audit dapat diganti apabila dialihtugaskan, dianggap tidak mampu atau atas
permintaan dari yang bersangkutan. Disamping itu, jumlah Auditor dapat
ditambah dalam hal volume pekerjaan mempunyai tingkat kesulitan tinggi.
Dalam hal terdapat penggantian atau penambahan Auditor dalam suatu
Tim Audit, maka Direktur Jenderal, Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah, atau
Kepala Kantor Pelayanan Utama harus menerbitkan surat tugas atau surat
perintah. Khusus untuk penggantian PMA, PTA, Ketua Auditor dan/atau pejabat
Bea dan Cukai, surat tugas atau surat perintah baru yang diterbitkan,
ditindaklanjuti dengan pembuatan berita acara serah terima penugasan.
E. Surat Tugas dan Surat Perintah
Surat tugas dan surat perintah merupakan dasar dilaksanakannya tugas
audit. Surat tugas digunakan sebagai dasar pelaksanaan Audit Umum dan
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 25252525
Khusus, sedangkan surat perintah merupakan dasar dilaksanakannya Audit
Investigasi. Surat tugas dan surat perintah ini diterbitkan dan ditandatangani oleh
Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Pelayanan Kantor Utama.
1. Surat Tugas
Sebagai dasar pelaksanaan Audit umum dan Khusus, surat tugas
harus diterbitkan pada periode DROA berjalan. Surat tugas diterbitkan
berdasarkan NPA (Nomor Pelaksanaan Audit) yang diterbitkan oleh Direktur
Audit. Fungsi dari NPA ini adalah sebagai sarana pengawasan pelaksanaan
audit dan dasar penerbitan surat tugas. Tetapi dalam hal pelaksanaan Audit
Khusus dalam rangka keberatan atas Penetapan Pejabat Bea dan Cukai
atau Audit Investigasi, NPA tidak diperlukan.
Dalam hal audit dilaksanakan sewaktu-waktu, permintaan NPA
diajukan kepada Direktur Audit. Direktur Audit memberikan keputusan atas
permintaan NPA paling lama 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya
permintaan NPA. Apabila dalam 5 (lima) hari sejak kerja setelah diterimanya
permintaan NPA, Direktur Audit belum memberikan persetujuan, Kantor
Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama dapat melaksanakan audit sewaktu-
waktu. Sedangkan apabila dalam waktu 5 (lima) hari permintaan NPA
diterima, maka surat tugas harus diterbikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak
diterimnya NPA, tetapi apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari tersebut
terlewati, maka NPA dinyatakan tidak berlaku.
Setiap penerbitan surat tugas harus diikuti dengan penerbitan
kuisioner yang ditujukan untuk diisi oleh auditee. Fungsi kuesioner ini adalah
untuk menilai kinerja tim audit dan sistem audit. Kuesioner ini diterbitkan oleh
Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama.
Dalam hal audit dilaksanakan oleh Direktorat Audit, Direktur Audit
menyampaikan tembusan surat tugas Kepala Kantor Wilayah dan Kepala
Kantor Pelayanan Utama, sedangkan apabila audit dilaksanakan oleh Kantor
Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama, maka Kepala Kantor Wilayah dan
Kepala Kantor Pelayanan Utama menyampaikan tembusan surat tugas
kepada Direktur Audit.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 26262626
2. Surat Perintah
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, surat perintah
merupakan dasar dilaksanakannya Audit Investigasi. Dalam hal audit
investigasi berdasarkan Surat Perintah Dirjen, tembusan surat perintah
disampaikan kepada Direktur Audit, Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan
Utama yang terkait. Sedangkan apabila audit berdasarkan Surat Perintah
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Utama, maka
tembusan Surat Perintah disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Direktur
Audit.
F. Periode Audit
Periode Audit dimulai sejak akhir periode audit sebelumnya sampai
dengan akhir bulan penerbitan surat tugas atau akhir bulan sebelum penerbitan
surat tugas. Dalam hal Auditee belum pernah diaudit, maka periode audit dimulai
sejak Auditee melakukan kegiatan kepabeanan dan/atau cukai sampai dengan
akhir bulan penerbitan surat tugas atau akhir bulan sebelum penerbitan surat
tugas. PMA dapat mengajukan perubahan periode audit kepada Direktur Audit,
Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama.
3.1. Latihan 2
1. Sebutkan siapa saja yang menjadi Obyek Audit Kepabeanan maupun
Obyek Audit Cukai ?
2. Apa yang menjadi Tujuan Audit Kepabeanan dan audit Cukai ?
3. Sebutkan 3 Jenis Audit Kepabeanan dan Audit Cukai, jelaskan masing-
masing ? Sebutkan susunan keanggotaan Tim Audit ?
4. Sebutkan yang menjadi dasar pelaksanaan Audit oleh Tim Audit ?
3. Kapan periode audit untuk satu entitas perusahaan dimulai dan diakhiri
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 27272727
2.2. Rangkuman
1. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit kepabeanan
terhadap perseorangan atau badan hukum yang bertindak sebagai
Importir, Eksportir, Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara (TPS),
Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat (TPB), Pengusaha Pengurusan
Jasa Kepabeanan (PPJK), Pengusaha Pengangkutan.
2. Untuk audit Cukai, Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit
terhadap Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir
Barang Kena Cukai, Penyalur, Pengguna Barang Kena Cukai yang
mendapat fasilitas pembebasan cukai.
3. Tujuan audit di bidang kepabeanan dan cukai adalah untuk menguji
kepatuhan Obyek Audit atas pemenuhan ketentuan perundang-
undangan di bidang kepabeanan dan cukai.
4. Audit kepabeanan dan Audit Cukai dibagi menjadi 3 jenis yaitu audit
Umum, Audit Khusus, dan Audit Inveatigasi.
5. Sebuah tim audit terdiri dari Seorang Pengawas Mutu Audit (PMA),
Seorang Pengendali Teknis Audit (PTA), Seorang Ketua Auditor,
Seorang atau lebih Auditor. Dalam hal audit investigasi, keanggotaan
tim audit di atas ditambah dengan satu lebih Pejabat Bea dan Cukai
dari Direktorat Penindakan dan Penyidikan (P2) atau Bidang
Penindakan dan Penyidikan.
6. Selain itu, dalam hal dipandang perlu, susunan tim audit juga
dapat ditambah dengan seorang atau lebih Pejabat Bea dan Cukai
selain auditor; dan/atau seorang atau lebih pejabat instansi lain di luar
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
7. Surat tugas dan surat perintah merupakan dasar dilaksanakannya tugas
audit. Periode Audit dimulai sejak akhir periode audit sebelumnya
sampai dengan akhir bulan penerbitan surat tugas atau akhir bulan
sebelum penerbitan surat tugas. Dalam hal Auditee belum pernah
diaudit, maka periode audit dimulai sejak Auditee melakukan kegiatan
kepabeanan dan/atau cukai sampai dengan akhir bulan penerbitan
surat tugas atau akhir bulan sebelum penerbitan surat tugas
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 28282828
2.3. Test Formatif – 2
Setelah mempelajari materi bahan ajr serta rangkuman, agar Saudara mudah
memahami bahan ajar ini, di bawah ini test formatif yang harus Saudara kerjakan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Saudara atas bahan ajar ini.
1. B – S Seluruh pengusaha angkutan jalan raya merupakan objek
audit kepabeanan
2. B – S DJBC berwenang melakukan audit terhadap pengusaha
pabrik BKC maupun penyalurnya
3. B – S Kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan perundang-
undangan merupakan tujuan audit kepabeanan dan cukai
4. B – S Audit umum, audit khusus dan audit investigasi merupakan
kegiatan dari audit kepabeanan dan cukai
5. B – S Audit dapat dilaksanakan oleh tim dari Direktorat Audit,
Kanwil atau KPPBC
6. B – S Susunan tim audit dapat ditambahkan dari luar auditor
7. B – S Semua jenis audit didasarkan pada surat tugas
8. B – S Sebagian sarana pengawasan, pelaksanaan Audit Nomor
Pelaksana Audit diperlukan untuk audit umum
9. B – S NPA dinyatakan tidak berlaku apabila ST tidak diterbitkan
melebihi 5 (lima) hari setelah diterimanya NPA
10. B – S Dalam rangka menilai kinerja tim audit, Direktorat Audit
menerbitkan kuesioner untuk diisi oleh auditor
11. B – S Dalam pelaksanaan audit, dimungkinkan adanya waktu
yang bersamaan dalam periode kegiatan
12. B – S Perubahan periode audit diajukan oleh ketua auditor
kepada PMA
13. B – S Proses penerbitan surat tugas untuk penggantian atau
penambahan auditor sama dengan penerbitan surat tugas
untuk PMA
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 29292929
14. B – S Setiap penerbitan surat tugas oleh kepala kanwil harus
ditembuskan kepada Direktur Audit
15. B – S Seluruh auditor harus mempunyai sertifikat auditor
3.2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut :
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 30303030
3. Kegiatan Belajar (KB) 3
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
AUDIT
3.1. Uraian dan Contoh
Setelah mempelajari bagian sebelumnya tentang Tim audit dan dasar
pelaksanaan audit, maka pada modul ini akan membahas tentang Perencanaan
dan Pelaksanaan Audit. Titik berat modul ini adalah ditekankan pada
Penyusunan Daftar Rencana Obyek Audit (DROA) dan pelaksanaan Audit yang
meliputi pembuatan Rencana Kerja Audit, Kewenangan tim Audit, Waktu
Pelaksanaan Audit, Pekerjaan lapangan, Pekerjaan Kantor. Hal-hal yang terkait
dengan pelaksanaan audit sangat penting untuk diperhatikan karena terkait
dengan prosedur dan tahapan tahapan di dalam pelaksanaan Audit.
A. Penyusunan DROA
Perencanaan audit merupakan langkah penting pertama yang harus
dipersiapkan dengan baik agar pekerjaan-pekerjaan audit yang akan dilakukan
dalam suatu periode berjalan dengan baik, terkoordinasi dan tidak saling
tumpang-tindih. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menuangkan rencana audit
dalam Daftar Rencana Obyek Audit (DROA)
Indikator Keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan penyusunan DROA 2. Mampu menjelaskan rencana kerja audit 3. Mampu menjelaskan kewenangan tim audit 4. Mampu menjelaskan kewajiban auditee 5. Mampu menjelaskan waktu pelaksanaan audit 6. Mampu menjelaskan pekerjaan lapangan 7. Mampu menjelaskan pekerjaan kantor
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 31313131
DROA merupakan daftar yang berisi nama-nama obyek yang akan diaudit
beserta alasan dan rencana waktu pelaksanaan audit dalam periode tertentu.
DROA disusun secara selektif untuk periode 6 (enam) bulan berdasarkan
manajemen resiko, sehingga periode DROA ini adalah jangka waktu 1 Januari
s.d.30 Juni dan 1 Juli s.d. 31 Desember (semesteran).
DROA disusun oleh Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala
Kantor Pelayanan Utama sesuai periode DROA. Untuk DROA yang disusun oleh
Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama, harus diusulkan
dan disampaikan terlebih dahulu kepada Direktur Audit selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum Periode DROA. Kemudian Direktur Audit melakukan
penelitian terhadap usulan DROA, melakukan koreksi bila diperlukan,
memberikan persetujuan dan mencantumkan NPA.
Persetujuan DROA oleh Direktur Audit harus diberikan paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterima. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari Direktur Audit belum
memberikan persetujuan, Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama dapat
melaksanakan Audit sesuai usulan DROA.
Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama dapat
mengajukan perubahan DROA kepada Direktur Audit paling lambat 60 (enam
puluh) hari sebelum periode DROA berakhir. Direktur Audit melakukan penelitian
terhadap usulan DROA, melakukan koreksi bila diperlukan, memberikan
persetujuan dan mencantumkan NPA bila diperlukan.
Keputusan atas hasil penelitian oleh Direktur Audit harus diberikan paling
lama 15 (lima belas) hari sejak diterima pengajuan perubahan DROA. Apabila
dalam 15 (lima belas) hari Direktur Audit belum memberikan keputusan, Kantor
Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama dapat melaksanakan Audit sesuai usulan
DROA.
B. Rencana Kerja Audit
Untuk memulai satu pekerjaan audit, adanya persamaan persepsi
mengenai pelaksanaan audit diantara auditor dan auditee sangat diperlukan. Hal
ini terutama untuk mencegah adanya kesalahpahaman dalam proses audit.
Untuk itulah Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor
Pelayanan Utama dapat memanggil Auditee secara tertulis untuk diberikan
penjelasan perihal pelaksanaan audit yang akan dilaksanakan.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 32323232
Selain yang berhubungan dengan Auditee, perencanaan kerja audit juga
dibuat intern dalam tim audit. Sebelum melaksanakan audit, tim audit akan
membuat perencanaan kerja audit yang dituangkan dalam sebuah formulir yang
disebut Rencana Kerja Audit (RKA). Rencana Kerja Audit memuat prosedur dan
jadwal yang tekait dengan Persiapan audit, Pekerjaan Lapangan, Penyampaian
Daftar Temuan Sementara, Pembahasan Akhir, dan Pelaporan. Rencana Kerja
Audit ini berfungsi sebagai pedoman di dalam melaksanakan tugas audit agar
sesuai dengan prosedur dalam program audit, pembagian tugas antar anggota
Tim serta pelaksanaannya agar dapat selesai tepat waktu.
C. Kewenangan Tim Audit
Dalam melaksanakan pekerjaan audit, tim audit hendaknya memahami
wewenang yang dimilikinya. Wewenang tim audit dalam suatu pekerjaan audit
adalah :
- Meminta data audit;
- Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari auditee atau pihak lain yang
terkait;
- Memasuki bangunan kegiatan usaha dan/atau ruangan tempat menyimpan
data audit termasuk sarana/media penyimpan data elektronik, pita cukai atau
tanda pelunasan cukai lainnya, sediaan barang, dan/atau barang yang dapat
memberi petunjuk tentang keadaan kegiatan usaha dan/atau tempat lain yang
dianggap penting, serta melakukan pemeriksaan di tempat tersebut ;
- Melakukan tindakan pengamanan terhadap tempat/ruangan penyimpanan
dokumen yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan dan/atau cukai
(penyegelan).
D. Kewajiban Auditee
Pekerjaan Audit memerlukan adanya kerjasama yang baik antara tim audit
dan auditee. Untuk itu peraturan mengenai kepabeanan dan cukai mengatur
kewajiban auditee berkaitan dengan pelaksanaan audit, yaitu :
- Menyerahkan data audit dan menunjukkan sediaan barangnya
- Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis
- Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Auditee apabila
penggunaan data elektronik memerlukan peralatan dan /atau keahlian khusus.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 33333333
E. Waktu Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan audit sampai dengan pelaporannya wajib diselesaikan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tugas atau
Surat Perintah diterbitkan. Apabila diperkirakan tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
jangka waktu penyelesaian berakhir PMA wajib mengajukan permohonan
perpanjangan jangka waktu penyelesaian audit kepada Direktur Jenderal,
Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama
(KPU). Apabila permohonan perpanjangan jangka waktu penyelesaian audit
diajukan setelah berakhirnya jangka waktu penyelesaian (3 bulan), maka PMA
harus memberikan penjelasan tertulis tentang alasan atas keterlambatan
tersebut kepada Direktur Jenderal, Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau
Kepala Kantor Pelayanan Utama (KPU).
F. Pekerjaan Lapangan
Pelaksanaan audit dibagi meliputi pekerjaan lapangan dan pekerjaan
kantor. Pekerjaan lapangan adalah suatu pekerjaan dalam rangka audit yang
dilakukan di tempat Auditee yang dapat meliputi kantor, pabrik, tempat usaha,
atau tempat lain yang diketahui ada kaitannya dengan kegiatan usaha Auditee.
Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan lapangan meliputi :
- Penyampaian Surat Tugas/Perintah dan Observasi;
- Pengumpulan data dan informasi
Mekanisme mengenai pekerjaan lapangan dapat dipahami melalui bagan
berikut ini.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 34343434
Gambar 3.1. Mekanisme Audit Lapangan
PENGUJIAN & EVALUASI INTERNAL CONTROL &
SISTEM AKUNTANSI
• PENILAIAN VALIDITAS & KEASLIAN BUKU, CATATAN, DOKUMEN
• PENENTUAN LUAS PEMERIKSAAN
BUKTI-BUKTI
KEPATUHAN THD PERATURAN KEPABEANAN & ATURAN LAIN YG BERLAKU
• STRUKTUR ORGANISASI
• SISTEM PEMASUKAN
• SISTEM PRODUKSI
• SISTEM PENGELUARAN
DOKUMEN, CATATAN,BUKU & REPORT TERKAIT DGN KEGIATAN PABEAN
PEMERIKSAAN SEDIAAN
LAPORAN KEUANGAN
KERTAS KERJA AUDIT
B
A
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 35353535
1. Penyampaian Surat Tugas/Perintah dan Observasi
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahap penyampaian surat tugas/surat
perintah adalah :
- Menyerahkan surat tugas/surat perintah, memperlihatkan tanda pengenal,
dan menjelaskan tujuan pelaksanaan audit kepada auditee atau yang
mewakili;
- Meminta auditee atau yang mewakili untuk memberikan penjelasan
tentang Struktur Pengendalian Intern (SPI) auditee;
- Melakukan pengujian terhadap pelaksanaan SPI guna penyempurnaan
Rencana Kerja Audit
2. Pengumpulan data dan informasi
Dalam tahap ini, tim audit meminta auditee atau yang mewakili untuk
menyerahkan data sesuai ruang lingkup audit yang dikerjakan. Dalam proses
pengumpulan data ini, kerjasama dari auditee sangat diperlukan. Untuk
menghindari hambatan dalam pengumpulan data, telah diatur Kewajiban
Auditee.
Audit memerlukan data yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari
obyek audit. Untuk itu tim audit yang mengambil data audit (baik berupa salinan,
fotocopy, dan/atau data elektronik) harus meminta auditee untuk mengisi Surat
Pernyataan yang berisi bahwa data yang diserahkan kepada Tim Audit adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tidak semua auditee bersikap kooperatif terhadap tim audit. Jika dalam
perkerjaan lapangan ternyata auditee atau wakilnya menolak untuk diaudit, maka
tim audit harus meminta auditee atau wakilnya untuk menandatangani Surat
Pernyataan Penolakan Diaudit. Bila auditee atau wakilnya juga menolak untuk
menandatangani surat pernyataan ini, Tim Audit harus membuat Berita Acara
Penolakan Diaudit.
Ada kalanya dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan, auditee atau
wakilnya tidak berada ditempat. Bila hal ini terjadi, audit tetap dilaksanakan
dengan terlebih dahulu meminta pegawai yang ada untuk mewakili auditee dan
mendampingi tim audit guna membantu kelancaran audit. Namun bila pegawai
tersebut menolak membantu, tim audit harus memintanya untuk menandatangani
Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Audit.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 36363636
Suatu pekerjaan audit dapat pula dihentikan. Penghentian pekerjaan audit
dapat dilakukan dalam hal :
- Pekerjaan lapangan tidak dapat dilaksanakan.
- Pelaksanaan audit tidak dapat dilanjutkan setelah tindakan pengamanan.
- Terdapat alasan tertentu pelaksanaan audit tidak dapat dilaksanakan.
Berdasarkan pertimbangan Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau
Kepala KPU selanjutnya tim audit menyusun LHA berdasarkan Berita Acara
Penghentian Audit (BAPA). Setelah itu auditee dapat direkomendasikan kepada
direktorat atau bidang terkait untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan dan
berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal, dapat direkomendasikan kepada
instansi terkait untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan.
a. Batas waktu penyerahan data
Batas waktu penyerahan Data Audit oleh auditee secara lengkap paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya surat.
Perpanjangan batas waktu penyerahan dapat diberikan paling lama 3 (tiga)
hari kerja. Apabila setelah batas waktu auditee belum dapat/tidak bersedia
menyerahkan data audit secara lengkap, maka kepada auditee yang
bersangkutan diberikan Surat Peringatan I dan II dengan jangka waktu masing-
masing 3 hari kerja.
Apabila jangka waktu terlewati dan auditee masih belum menyerahkan data
audit secara lengkap, maka auditee dianggap menolak membantu kelancaran
audit serta dibuatkan Berita Acara.
Untuk audit khusus, batas waktu penyerahan data audit paling lama 3 (tiga)
hari kerja. Bila batas waktu dilewati, maka berdasarkan pertimbangan Direktur
Audit, Kepala kantor Wilayah atau Kepala KPU, tim audit membuat Berita Acara
Penghentian Audit (BAPA).
Sedangkan untuk audit investigasi, penyerahan data audit dilakukan pada
saat kedatangan tim audit. Apabila auditee tidak menyerahkan data audit, tim
audit dapat melakukan tindakan pengamanan. Tim audit dapat melakukan
penindakan di bidang kepabeanan berupa penegahan alat angkut, penyegelan
barang dan/atau alat angkut yang diduga terkait dengan tindak pidana.
b. Pencacahan Fisik Sediaan
Dalam pekerjaan lapangan, tim audit melakukan pencacahan fisik sediaan
barang, dengan terlebih dahulu memberitahukan rencana pelaksanaannya
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 37373737
secara tertulis dengan bentuk formulir. Hasil pelaksanaan pencacahan fisik
tersebut dituangkan dalam sebuah berita acara. Pemeriksan fisik barang
dilakukan untuk membandingkan antara saldo jenis dan jumlah barang
berdasarkan pembukuan dengan saldo fisik barang sebenarnya. Hasil
perbandingan antara saldo buku dengan saldo fisik akan menghasilkan beberapa
kemungkinan, yaitu : saldo buku sama dengan saldo fisik (sesuai) ; atau saldo
buku lebih besar dari pada saldo fisik (Selisih kurang); atau saldo buku lebih kecil
daripada saldo fisik (selisih kurang).
3. Tindakan Pengamanan
Apabila dianggap perlu, Tim Audit dapat melakukan tindakan pengamanan
dalam hal :
- Auditee tidak memberi kesempatan Tim Audit memasuki tempat yang
menurut peraturan audit dapat dimasuki Tim Audit.
- Auditee menolak untuk diaudit
- Pegawai auditee menolak membantu kelancaran audit
- Tim Audit memerlukan upaya pengamanan Data Audit
G. Pekerjaan Kantor
1. Menguji dan menganalisa data dan informasi
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
tersebut diatas, Tim Audit akan melakukan pengujian validitas dan keakuratan
data yang ada. Proses ini sering disebut sebagai Pengujian materi terhadap data
atau informasi.
Setelah mendapatkan data dan informasi yang akurat dan terpercaya
melalui pengujian materi, langkah selanjutnya adalah membandingkan antara
praktek kegiatan Auditee dengan ketentuan atau kriteria yang ada berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan perusahaan (Compliance) yang
diukur dari tingkat kesesuaian antara kinerja atau kondisi pelaksanaan kegiatan
perusahaan dibandingkan dengan ketentuan yang ada.
Hasil dari pengujian dan analisis data dan informasi berguna untuk:
- Menguji tingkat kepatuhan (compliance) auditee terhadap kriteria;
- Hasil pengujian dan analisa dituangkan dalam Kertas Kerja Audit;
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 38383838
2. Penyusunan Kertas Kerja Audit (KKA)
Tim Audit wajib menuangkan hasil pelaksanaan kegiatan auditnya dengan
membuat Kertas Kerja Audit (KKA). KKA disusun berdasarkan hasil dari tiap jenis
proses pengujian, pengolahan dan analisis data yang terstruktur dan sistematis.
Kertas Kerja Audit (KKA) sekurang-kurangnya memuat :
- Prosedur audit yang ditempuh,
- Pengujian yang dilakukan,
- Bukti dan keterangan yang dikumpulkannya dan
- Kesimpulan yang diambil Tim Audit.
3. Penyusunan Daftar Temuan Sementara (DTS)
Dari KKA yang telah dibuat, tim audit membuat Daftar Temuan Sementara,
yaitu suatu daftar yang berisi hasil temuan sementara Tim Audit dan masih
memerlukan tanggapan dari pihak perusahaan yang sedang diaudit sebelum
disusun menjadi Laporan Hasil Audit (LHA). DTS dibuat oleh tim audit setelah
pembuatan KKA selesai dilakukan. DTS dikirim oleh Kepala Sub Direktorat Audit
atau Kepala Bidang Audit dengan surat pengantar kepada Perusahaan dengan
disertai Lembar Pernyataan Persetujuan DTS.
Perusahaan menanggapi DTS secara tertulis dengan cara mengisi dan
menandatangani pada kolom yang telah disediakan serta mengirim kembali
kepada Tim Audit selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja dihitung sejak
diterimanya Surat Pengantar atau dapat mengajukan permohonan perpanjangan
jangka waktu penyampaian paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
Perusahaan dapat menanggapi DTS dengan melalui :
- Mengisi dan menandatangani Lembar Pernyataan Persetujuan DTS
apabila Perusahaan setuju seluruh DTS;
- Melampirkan bukti-bukti pendukungnya, apabila Perusahaan tidak setuju
atas sebagian atau seluruh DTS.
Dalam hal perusahaan tidak setuju atas sebagian atau seluruh isi DTS,
maka akan ditindaklanjuti dengan pembahasan Akhir antara Tim Audit dan Pihak
Perusahaan. Hasil dari Pembahasan akhir dituangkan dalam Risalah
Pembahasan Akhir Hasil Audit dan ditutup dengan Berita Acara Hasil Audit.
Berita Acara Hasil Audit dilampiri Risalah Pembahasan Akhir Hasil Audit
dan Hasil pembahasan akhir yang berupa :
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 39393939
- Temuan audit yang disetujui auditee
- Temuan audit yang dibatalkan oleh Tim Audit; dan/atau
- Temuan audit yang dipertahankan oleh Tim Audit.
Hasil dari Pembahasan Akhir sebagaimana tertuang dalam Berita Acara
Hasil Audit atau Perusahaan yang tidak menyampaikan tanggapan DTS, maka
perusahaan dianggap menyetujui seluruh DTS selanjutnya akan disusun Laporan
Hasil Audit (LHA).
DTS yang telah dibuat perlu untuk dibahas bersama auditee. Pembahasan
ini disebut pembahasan akhir. Pembahasan Akhir dilakukan untuk membahas
tanggapan auditee terhadap DTS dan dilaksanakan selambat-lambatnya 7(tujuh)
hari kerja sejak DTS diterima. Dalam hal ini auditee akan diundang oleh Kasubdit
Pelaksanaan Audit atau Ka Bid Audit. Auditee dapat meminta perubahan waktu
pelaksanaan Pembahasan Akhir ini.
Daftar Temuan Sementara tidak perlu dibuat dalam Audit Invesigasi dan
Audit Khusus dalam rangka keberatan atas Penetapan Pejabat Bea dan Cukai.
Pembahasan akhir DTS ini ditutup dengan Berita Acara Hasil Audit. Dalam
hal ini Auditee menyetujui seluruh DTS. Lembar Pernyataan Persetujuan DTS
dijadikan dasar pembuatan Berita Acara Hasil Audit (BAHA). Dalam hal auditee
tidak menanggapi DTS, tidak menghadiri atau tidak melaksanakan pembahasan
akhir maka auditee dianggap menyetujui seluruh DTS dan dijadikan dasar
pembuatan BAHA.
3.2. Latihan 3
1) Apa yang dimaksud dengan Daftar Rencana Obyek Audit (DROA) ?
2) Apa fungsi dari rencana kerja Audit ?
3) Sebutkan wewenang Tim Audit dalam melaksanakan tugas Audit ?
4) Sebutkan kewajiban Auditee (Obyek Audit) ?
5) Dalam hal apa pekerjaan Audit dapat dihentikan ?
6) Dalam hal apa Tim Audit dapat melakukan tindakan pengamanan ?
7) Sebutkan 3 hal (temuan) , terkait dengan Hasil pembahasan akhir ?
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 40404040
3.3. Rangkuman
1. DROA merupakan daftar yang berisi nama-nama obyek yang akan diaudit
berserta alasan dan rencana waktu pelaksanaan audit dalam periode
tertentu. DROA disusun secara selektif untuk periode 6 (enam) bulan
berdasarkan manajemen resiko. Rencana Kerja Audit memuat prosedur dan
jadwal yang tekait dengan Persiapan audit, Pekerjaan Lapangan,
Penyampaian Daftar Temuan Sementara, Pembahasan Akhir, dan
Pelaporan. Rencana Kerja Audit ini berfungsi sebagai pedoman di dalam
melaksanakan tugas audit agar sesuai dengan prosedur dalam program
audit, pembagian tugas antar anggota Tim serta pelaksanaannya agar dapat
selesai tepat waktu.
2. Wewenang tim audit dalam suatu pekerjaan audit adalah :
a. Meminta data audit, Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari
auditee atau pihak lain yang terkait;
b. Memasuki bangunan kegiatan usaha dan/atau ruangan tempat
menyimpan data audit serta melakukan pemeriksaan di tempat tersebut;
c. Melakukan tindakan pengamanan terhadap tempat/ruangan penyimpanan
dokumen yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan dan/atau cukai
(penyegelan).
3. Kewajiban auditee berkaitan dengan pelaksanaan audit, yaitu :
a. Menyerahkan data audit dan menunjukkan sediaan barangnya;
b. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis;
c. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Auditee apabila
penggunaan data elektronik memerlukan peralatan dan /atau keahlian
khusus.
4. Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan lapangan meliputi : Penyampaian
Surat Tugas/Perintah, Inspeksi dan Observasi serta Pengumpulan data serta
informasi.
5. Tim Audit dapat melakukan tindakan pengamanan dalam hal Auditee tidak
memberi kesempatan Tim Audit memasuki tempat yang menurut peraturan
audit dapat dimasuki Tim Audit, Auditee menolak untuk diaudit, Pegawai
auditee menolak membantu kelancaran audit. Tim Audit memerlukan upaya
pengamanan Data Audit.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 41414141
6. Pekerjaan Kantor meliputi : Pengujian dan analisa data dan informasi,
Penyusunan Kertas Kerja Audit (KKA), dan Penyusunan Daftar Temuan
Sementara (DTS).
3.4. Test Formatif – 3 :
Lingkarilah jawaban yang Saudara anggap benar dari alternatif jawaban yang
tersedia di bawah ini.
1. B – S Kegiatan audit dilakukan oleh tim dari Direktorat Audit,
Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama (KPU), agar
supaya kegiatan tersebut tidak tumpang tindih maka perlu
dibuat Daftar Rencana Objek Audit (DROA)
2. B – S Selambat-lambatnya 3 bulan sebelum periode DROA,
Kantor Wilayah harus mengajukan DROA ke Direktur Audit
3. B – S Sebelum dilakukan audit, maka auditee dapat dipanggil
untuk menyamakan persepsi
4. B – S Untuk memperlancar kegiatan audit, perlu dibuat Rencana
Kegiatan Audit (RKA) sebagai langkah awal pelaksanaan
audit
5. B – S RKA disusun dengan berisikan prosedur dan pembagian
kerja
6. B – S Tim audit tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
tindakan pengamanan terhadap ruangan penyimpanan
dokumen yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan
7. B – S Menyediakan tenaga atau peralatan merupakan kewajiban
auditee
8. B – S Waktu pelaksanaan audit paling lama 4 bulan dan dapat
diperpanjang
9. B – S Auditee berhak menolak untuk diaudit tapi harus
menandatangani surat pernyataan penolakan diaudit
10. B – S Audit dapat dihentikan karena pekerjaan lapangan tidak
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 42424242
dapat dilaksanakan
11. B – S Untuk semua jenis audit, auditee harus menyerahkan data
yang diminta paling lama 7 hari setelah surat permintaan
data diterima
12. B – S Dalam melakukan pencacahan fisik sediaan barang, tim
memberitahukan rencana pelaksanaannya secara tertulis
13. B – S Tim audit dapat melakukan tindakan pengamanan apabila
tidak menemukan data
14. B – S Sebelum laporan hasil audit perlu disusun Daftar Temuan
Sementara (DTS) untuk membuka kesempatan kepada
auditee memberikan tanggapan
15. B – S Setiap jenis audit kepabeanan dan cukai harus dibuat DTS.
3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut :
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 43434343
4. Kegiatan Belajar (KB) 4
PELAPORAN HASIL AUDIT
4.1. Uraian dan Contoh
Setelah mempelajari bagian sebelumnya tentang Pelaksanaan Audit, maka
pada modul ini akan membahas kelanjutan dari pelasksanaan audit, yaitu
Pelaporan Hasil Audit. Titik berat modul ini adalah ditekankan pada penyusunan
Laporan Hasil Audit dan Tindak lanjut Laporan Hasil Audits serta Surat
Penetapan.
A. Laporan Hasil Audit
Hasil dari pelaksanaan audit adalah berupa Laporan Hasil Audit (LHA),
yang disusun berdasarkan Berita Acara Hasil Audit (BAHA) atau Berita Acara
Penghentian Audit (BAPA). Untuk Audit Khusus dalam rangka keberatan atas
penetapan Pejabat Bea Cukai dan Audit investigasi, LHA disusun berdasarkan
BAPA atau KKA . Laporan Hasil Audit ditandatangani oleh PMA, PTA dan Ketua
Auditor. LHA dikirimkan kepada Auditee, Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah
atau Kepala KPU.
LHA yang disusun berdasarkan BAHA dibuat dalam bentuk panjang atau
pendek. LHA bentuk Pendek merupakan Bab I dari LHA bentuk Panjang. Untuk
audit yang dilakukan dalam rangka keberatan penetapan Pejabat Bea Cukai dan
Audit Investigasi LHA tidak perlu disampaikan kepada Auditee.
Indikator Keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan laporan hasil audit 2. Mampu menjelaskan tindak lanjut laporan hasil audit 3. Mampu menjelaskan surat penetapan
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 44444444
LHA dibuat untuk disampaikan kepada :
- Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KPU;
- Auditee (yaitu LHA yang bentuk pendek).
Laporan Hasil Audit harus memuat :
- Ruang lingkup dan tujuan audit
- Pernyataan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan Standar Auditing di
Bidang Kepabeanan dan Cukai;
- Pernyataan mengenai tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah
ditentukan;
- Rekomendasi.
Laporan Hasil Audit (LHA) secara rinci berisikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Kepada Auditee
- Kekurangan pembayaran / Restitusi; dan/atau
- Penolakan atau pemblokiran kegiatan pelayanan kepabeanan dan
cukai; dan/atau
- Peningkatan system Internal Control dan Accounting
b. Kepada Unit Terkait
- Penyidikan; atau
- Pencabutan Fasilitas; atau
- Operasi Inteligen; atau
- Kemudahan Prosedur Kepabeanan; atau
- Pembinaan Pegawai.
2. Gambaran Umum Perusahaan
3. Uraian Hasil Audit
a. Dasar Hukum
b. Tujuan Audit
c. Sifat dan Luas Audit
d. Prosedur Audit
e. Hasil Audit
4. Lampiran-lampiran
- Copy Surat Tugas
- Daftar Temuan Sementara (DTS)
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 45454545
- Berita Acara Hasil Audit/Lembar Pernyataan Persetujuan DTS/Surat
Pemberitahuan Tindak Lanjut DTS
- Kertas Kerja Audit (KKA)
B. Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit
LHA ditindak lanjuti oleh Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah, atau
Kepala Kantor Pelayanan Utama :
a. Dalam hal Audit Kepabeanan mengakibatkan temuan kekurangan
pembayaran pungutan negara, menerbitkan surat penetapan yang ditujukan
kepada Auditee.
b. Dalam hal Audit Cukai mengakibatkan temuan kekurangan pembayaran
pungutan negara, dengan menerbitkan surat tindak Lanjut hasil Audit yang
ditujukan kepada Kepala KPU, Kepala KPPBC dan atau Kepala Bidang yang
melakukan penagihan.
c. Dalam hal audit tidak mengakibatkan temuan kekurangan pembayaran
pungutan negara, dengan menerbitkan surat rekomendasi yang ditujukan
kepada pihak terkait.
Dalam hal audit khusus yang dilakukan dalam rangka keberatan atas
penetapan pejabat Bea dan Cukai, LHA ditindaklanjuti dengan surat tindak lanjut
yang berisi pendapat terkait dengan keberatan.
Untuk audit investigasi, LHA ditindaklanjuti dengan surat tindak lanjut yang
berisi temuan hasil audit.
C. Surat Penetapan
Surat penetapan merupakan bentuk tindak lanjut dari suatu pekerjaan
audit. Surat Penetapan ditindak lanjuti oleh Direktur Audit atau Kepala Kantor
Wilayah, dengan menerbitkan surat pemberitahuan hasil audit yang ditujukan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Utama dan/atau Kepala Kantor Pengawasan
dan Pelayanan yang mengawasi.
Dalam hal audit dilaksanakan oleh Direktorat Audit, surat tindak lanjut hasil
audit ditembuskan kepada Kepala Kantor Wilayah yang membawahi Kantor
Pengawasan dan Pelayanan dan/atau Kepala KPU. Sedangkan dalam hal surat
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 46464646
penetapan diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama, surat
pemberitahuan hasil audit ditujukan kepada Kepala Bidang yang melakukan
penagihan.
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan harus menyampaikan laporan
realisasi pelaksanaan tindak lanjut hasil audit kepada Direktur Audit atau Kepala
Kantor Wilayah.
Kepala Bidang yang melakukan penagihan harus menyampaikan laporan
realisasi pelaksanaan tindak lanjut hasil audit kepada Kepala Kantor Pelayanan
Utama.
Mekanisme pada tahap pelaporan dan tindak lanjut hasil audit dapat dilihat
pada bagan berikut ini.
Gambar 4.1.
Mekanisme Tahap Pelaporan dan Tindak Lanjut
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 47474747
4.2. Latihan 5
1. Disusun berdasarkan apa Laporan Hasil Audit ?
2. Laporan Hasil Audit harus memuat apa saja ?
3. Tindak lanjut apa yang membedakan dalam Audit Kepabeanan dan Audit
Cukai, bila dalam audit mengakibatkan kekurangan pembayaran pungutan
negara ?
4. Tindak Lanjut apa yang dilakukan apabila di dalam Audit tidak
mengakibatkan temuan kekurangan pembayaran pungutan negara ?
4.3. Rangkuman
1. Hasil dari pelaksanaan audit adalah berupa Laporan Hasil Audit (LHA), yang
disusun berdasarkan Berita Acara Hasil Audit (BAHA) atau Berita Acara
Penghentian Audit (BAPA). Untuk Audit Khusus dalam rangka keberatan
atas penetapan Pejabat Bea Cukai dan Audit investigasi, LHA disusun
berdasarkan BAPA atau KKA
2. Laporan Hasil Audit harus memuat : Ruang lingkup dan tujuan audit,
Pernyataan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan Standar Auditing di
Bidang Kepabeanan dan Cukai, Pernyataan mengenai tingkat kesesuaian
dengan kriteria yang telah ditentukan, dan Rekomendasi.
3. Dalam hal Audit Kepabeanan mengakibatkan temuan kekurangan
pembayaran pungutan negara, LHA ditindak lanjuti dengan menerbitkan
surat penetapan yang ditujukan kepada Auditee. Dalam hal Audit Cukai
mengakibatkan temuan kekurangan pembayaran pungutan negara, LHA
ditindak lanjuti dengan menerbitkan surat tindak Lanjut hasil Audit yang
ditujukan kepada Kepala KPU, Kepala KPPBC dan atau Kepala Bidang yang
melakukan penagihan.
4. Dalam hal audit tidak mengakibatkan temuan kekurangan pembayaran
pungutan negara, LHA ditindak lanjuti dengan menerbitkan surat
rekomendasi yang ditujukan kepada pihak terkait.
5. Dalam hal audit khusus yang dilakukan dalam rangka keberatan atas
penetapan pejabat Bea dan Cukai, LHA ditindaklanjuti dengan surat tindak
lanjut yang berisi pendapat terkait dengan keberatan.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 48484848
4.4. Test Formatif – 4
Lingkarilah huruf B bila jawaban yang tersedia Saudara anggap benar atau
lingkari huruf S bila jawaban yang tersedia Saudara anggap salah :
1. B – S Berita Acara Hasil Audit atau Berita Acara Penghentian Audit
merupakan dasar pembuatan Laporan Hasil Audit (LHA)
2. B – S LHA untuk setiap jenis Audit harus dikirim ke Auditee
3. B – S Pernyataan mengenai tingkat kesesuaian dengan kriteria yang
telah ditentukan meruakan salah satu isi dalam LHA
4. B – S Kertas kerja Audit dapat dijadikan dasar LHA untuk audit
investigasi
5. B – S Bab terakhir dari LHA panjang merupakan LHA pendek
6. B – S Rekomendasi LHA ditujukan baik kepada auditee atau unit terkait
untuk ditindaklanjuti
7. B – S Kertas kerja audit bukan merupakan lampiran LHA
8. B – S Direktur Audit menerbitkan surat penetapan untuk audit
kepabeanan dan cukai
9. B – S Surat rekomendasi yang ditujukan kepada pihak terkait dibuat
dalam hal audit tidak menemukan kekurangan pembayaran
pungutan negara
10. B – S Penolakan atau pemblokiran kegiatan pelayanan kepabeanan dan
cukai merupakan rekomendasi yang disampaikan kepada unit
terkait
11. B – S Selain ruang lingkup dan tujuan audit, LHA memuat juga
pernyataan kesesuaian dengan standar auditing di bidang
kepabeanan dan cukai
12. B – S Rekomendasi dalam LHA untuk melakukan pembinaan pegawai
ditujukan kepada unit terkait
13. B – S Surat tindak lanjut hasil audit cukai ditujukan kepada kepala KPU,
Kepala KPPBC atau kepala bidang yang melakukan penagihan
14. B – S DTS yang ditolak oleh auditee harus dilakukan pembahasan
bersama antara tim audit dan auditee
15. B – S Direktur Audit menerbitkan surat pemberitahuan hasil audit atas
dasar surat penetapan.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 49494949
4.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi hak dan kewajiban serta
keberatan dan banding perpajakan.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 50505050
PENUTUP
Setelah Saudara selesai mempelajari Modul ini (membaca serta
mengerjakan latihan soal, maupun tes formatif yang tersedia) diharapkan
Saudara memahami bagaimana proses pengawasan melalui pelaksanaan audit
kepabeanan dan cukai. Terdapat bebarapa tahap dalam sistem pengawasan
diantaranya Tahap sebelum clearance (Pre-clearance stage), Tahap pada saat
clearance barang (Clearance Stage), Tahap pasca clearance barang dan Tahap
penyelidikan dan Penyidikan (Investigation Stage), dan kemudian berkembang
untuk menyelaraskan antara pengawasan dan pelayanan yang dicirikan dengan
tiga pilar utama dalam menjalankan tugas kepabeanan yaitu : Self Assesment,
Risk Management, dan post Clearance Audit.
Kemudian Saudara akan lebih mendalam untuk memahami subjek
audit, tujuan, serta jenis audit yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai. Adapun pelaksanaannya dimulai dari penyusunan DROA serta
tim audit. DROA merupakan daftar yang berisi nama-nama obyek yang akan
diaudit berserta alasan dan rencana waktu pelaksanaan audit dalam periode
tertentu. Adapun tim auidit terdiri dari Seorang Pengawas Mutu Audit (PMA),
Seorang Pengendali Teknis Audit (PTA), Seorang Ketua Auditor, Seorang atau
lebih Auditor. Tim tersebut dapat ditambah satu lebih Pejabat Bea dan Cukai
dari Direktorat Penindakan dan Penyidikan (P2) atau Bidang Penindakan dan
Penyidikan.
Uraian lain dari modul ini adalah kewenangan dari tim auditor serta
kewajiban dari auditee dalam rangka memperlancar kegiatan pelaksanaan audit.
Adapun Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan lapangan meliputi :
Penyampaian Surat Tugas/Perintah, Inspeksi dan Observasi serta Pengumpulan
data serta informasi. Sedangkan hasil akhir dari kegiatan tersebut adalah berupa
Laporan Hasil Audit (LHA), yang disusun berdasarkan Berita Acara Hasil Audit
(BAHA) atau Berita Acara Penghentian Audit (BAPA). Untuk Audit Khusus dalam
rangka keberatan atas penetapan Pejabat Bea Cukai dan Audit investigasi, LHA
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 51515151
disusun berdasarkan BAPA atau KKA. Untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh
pejabat yang berwenang.
Modul ini merupakan dasar dari pengetahuan tentang kegiatan audit
kepabeanan dan cukai yang minimal harus Saudara ketahui. Untuk hal yang
lebih “complicated” Saudara harus mencari tambahan pengetahuan sendiri
melalui informasi dalam peraturan atau ketentuan yang dikeluarkan oleh
Direrktorat Jenderal Bea dan Cukai serta sumber informasi lainnya.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 52525252
TES SUMATIF
Pilihan Betul atau Salah
1. B - S Pada prinsipnya proses audit merupakan kebalikan dari proses
penyusunan Laporan Keuangan.
2. B - S PMA, PTA, Ketua Auditor, Auditor, dan/atau pejabat Bea dan
Cukai dapat diganti apabila dialihtugaskan, dianggap tidak
mampu atau atas permintaan yang bersangkutan.
3. B - S Audit “keberatan” perlu dibuat DTS dan dilakukan pembahasan
Akhir.
4. B - S Audit oleh Bea dan Cukai termasuk Finansial Audit karena
mengakibatkan tambah bayar uang.
5. B - S Sebuah Tim Audit terdiri dari seorang PMA, seorang PTA dan
seorang atau lebih Auditor.
6. B - S Pekerjaan Lapangan adalah suatu pekerjaan dalam rangka audit
yang dilakukan di Tempat Auditee yang dapat meliputi kantor,
pabrik, tempat usaha, atau tempat lain yang diketahui ada
kaitannya dengan kegiatan usaha Auditee.
7. B - S Bea dan Cukai berwenang melakukan Audit Cukai terhadap
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Minuman Mengandung
Etil Alkohol
8. B - S Periode Audit dimulai sejak akhir periode audit sebelumnya
sampai dengan saat pelaksanaan stock opname
9. B - S Dalam pelaksanaan audit Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah,
atau Kepala Kantor Pelayanan Utama wajib memanggil Auditee
secara tertulis untuk diberikan penjelasan perihal pelaksanaan
audit yang akan dilaksanakan
10. B - S Pengusaha Tempat Penyimpanan Etil Alkohol merupakan salah
satu Obyek Audit Cukai.
11. B - S Tujuan Audit Di Bidang Kepabeanan dan Cukai adalah untuk
mengamankan penerimaan negara.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 53535353
12. B - S Audit Umum merupakan audit yang memiliki ruang lingkup
pemeriksaan secara lengkap dan menyeluruh terhadap
pemenuhan kewajiban Kepabeanan dan cukai. Dilaksanakan
berdasarkan Surat Tugas.
13. B - S Audit Khusus merupakan audit yang memiliki ruang lingkup
pemeriksaan terhadap kewajiban kepabeanan tertentu/cukai
tertentu. Dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah.
14. B - S Dalam hal Audit Investigasi, keanggotaan tim Audit harus
melibatkan satu atau lebih pejabat bea dan cukai dari Direktorat
Penindakan dan Penyidikan (P2) atau Bidang Penindakan dan
Penyidikan.
15. B - S Daftar Rencana Obyek Audit (DROA) merupakan daftar yang
berisi nama-nama obyek yang akan diaudit beserta alasan dan
rencana waktu pelaksanaan audit dalam periode tertentu.
16. B - S Pelaksanaan audit sampai dengan pelaporannya wajib
diselesaikan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tugas atau Surat Perintah diterbitkan.
17. B - S Laporan hasil Audit disusun berdasarkan DTS.
18. B - S Laporan Hasil Audit ditanda tangani oleh seluruh anggota tim.
19. B - S Dalam hal Audit Cukai mengakibatkan temuan kekurangan
Pembayaran pungutan negara, LHA ditindak lanjuti dengan
menerbitkan Surat Penetapan yang ditujukan kepada Auditee.
20. B - S Dalam hal audit tidak mengakibatkan temuan kekurangan
pembayaran pungutan negara, LHA ditindak lanjuti dengan
menerbitkan surat rekomendasi yang ditujukan kepada pihak
terkait.
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 54545454
KUNCI JAWABAN
1. Kunci Jawaban Test Formatif
1.1. Test Formatif 1
1. S 6. S 11. B
2. B 7. B 12. B
3. S 8. S 13. S
4. S 9. B 14. S
5. B 10. S 15. S
1.2. Test Formatif 2
1. S 6. B 11. S
2. B 7. S 12. S
3. B 8. B 13. S
4. B 9. S 14. B
5. S 10. S 15. B
1.3. Test Formatif 3
1. B 6. S 11. S
2. S 7. B 12. B
3. B 8. S 13. S
4. B 9. B 14. B
5. S 10. B 15. S
1.4. Test Formatif 4
1. B 6. B 11. B
2. S 7. S 12. B
3. B 8. S 13. B
4. B 9. B 14. B
5. S 10. S 15. B
2. TEST SUMATIF
1. B 11. S
2. B 12. B
3. S 13. S
4. S 14. B
5. S 15. B
6. B 16. S
7. S 17. S
8. S 18. S
9. S 19. S
10. B 20. B
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 55555555
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan
Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 11 Tahun 1995 Tentang Cukai
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 125/PMK.04/2007 tanggal 5 Oktober
2007 tentang Audit Kepabeanan
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 91/PMK.04/2008 tanggal 15 Agustus
2008 tentang Audit Cukai.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 138/PMK.04/2007 tanggal 12 November
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembukuan di Bidang
Kepabeanan
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 110/PMK.04/2008 tanggal 15 Agustus
2008 tentang Kewajiban Pencatatan bagi pengusaha pabrik Skala Kecil,
Penyalur Skala Kecil yang wajib memiliki izin, dan pengusaha tempaty
Penjualan eceran yang wajib memiliki izin
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 109/PMK.04/2008 tanggal 15 Agustus
2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembukuan di Bidang Cukai.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-28/BC/2007 tentang
Standar Audit di Bidang Kepabeanan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-13/BC/2008 tentang Tata
Laksana Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : S-18/BC/2007 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Program Audit dan Evaluasi Laporan hasil Audit
Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : S-17/BC/2008 tanggal 25
Maret 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan penentuan obyek Audit
Industry Panel Report on Audit Customs Reforms, Australian Customs Service,
1995
General Accepted Accounting Principle (GAAP),United State of America
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Ikatan Akuntan Indonesia.
Audit Sektor Publik, Rahmadi Murwanto, AdiBudiarso, Fajar Hasri 2006.
Top Related