ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULAR: ANGINA PEKTORIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 11
Imelda Siburian
Maria Tamara
Renta Tio
Rut Marlia
Sanriwifa
Saril Simarmata
Stefani Sipayung
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat untuk pria dan
wanita dari semua ras dan etnis kelompok (American Heart Association [AHA], 2007).
Penelitian terkait dengan identifikasi dan pengobatan kardiovaskular. Penyakit mencakup
semua segmen penduduk dipengaruhi oleh kondisi jantung, termasuk wanita, anak-anak,
dan orang-orang dari latar belakang ras dan etnis yang beragam. Penelitian bertujuan
untuk mengidentifikasi pencegahan dan pengobatan khusus. Strategi dalam populasi ini.
(Smeltzer, 2010).
Mengingat banyaknya jumlah penderita APS dan kerugian yang ditimbulkannya
terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Tetapi
APS terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan
kematian sehingga meningkatkan harapan hidup, serta mengurangi symptom dengan
harapan meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat penyakit
dan pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk menderita
suatau PJK perlu dilakukan test secara non invasif maupun invasive untuk memastikan
diagnosa serta menentukan stratifikasi resiko. Penderita APS dengan resiko tinggi atau
resiko sedang yang kurang berhasil dengan terapi standart, perlu dilakukan tindakan
revaskularisasi, terutama bila penderita memang menghendaki (Aspiani, 2014)
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan gangguan
kardiovaskular: Angina pektoris
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medik asuhan keperawatan klien
dengan gangguan kardiovaskular: Angina pektoris
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keperawatan asuhan
keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskular: Angina pektoris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Medis
2.1.1. Defenisi
Angina pektoris adalah nyeri dada aau ketidaknyaman yang disebabkan olehkan arteri
koronari (Patricia, 2013). Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan
episode atau perasaan tertekan didepan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen kejantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan
oksigen jantung meningkat. Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai nyeri
paroksimal atau perasaan berat pada dada anterior. (Smeltzer,2013)
2.1.2. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor penyebab :
1. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor :
a) Faktor pembukuh darah : artorsklerosis, spasmem dan arteritis
b) Faktor sirkulasi : hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi aorta
c) Faktor darah : anemia, hipoksemia dan polisitemia
2. Peningkatan curah jantung dapat disebakan oleh aktivitas emosi, makanan terlalu
banyak, anemia, hipertiroidisme.
3. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh kerusakan miokard,
hipertropimiokard, dan hipertensi diskolid. (Aspiani, 2014)
Faktor Predisposisi
1. Dapat diubah (dimodifikasi)
a. Diet (hiperlipidemia)
b. Merokok
c. Hipertensi
d. Obesitas
e. Kurang aktivitas
f. Diabetes melitus
g. Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Herediter (Aspiani,2014)
Faktor pencetus serangan
1. Emosi
2. Kerja fisik terlalu berat
3. Makan makanan berat
4. Pajanan terhadap dingin (Aspiani,2014)
2.1.3. Klasifikasi
1. Angina pektoris stabil disebabkan karena kebutuhan metabolik otot jantung dan
energi tidak dapat dipenuh karena terdapat stenosis yang menetap pada arteri koronari
yang disebabkan oleh proses ateroskerosis.
2. Angina pektoris tidak stabil adalah kombinasi angina stabil dengan angina
prinzmental, dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroner.
3. Angina prinzmental (angina varian) disebabkan oleh vasospasme merupakan
kekejangan yang disebabkan oleh penyempitan arteri koroner dan berkurangnya aliran
darah kejantung (Aspiani, 2014)
2.1.4. Patofisiologi
Angina pectoris (nyeri dada) adalah gejala iskemia dan merupakan gejala utama dari
penyakit arteri koroner dan serangan jantung. Ketika beban kerja meningkat pada
jantung, seperti dalam latihan atau aktivitas berat, ada peningkatan permintaan oksigen.
Biasanya, ketika jantung membutuhkan lebih banyak oksigen, arteri koroner melebar
untuk membawa lebih banyak darah. Namun, dengan CAD, pembuluh menyempit tidak
dapat membesar dan mensuplai jantung dengan darah ekstra ini dan oksigen.
Ketidakmampuan untuk memasok lebih banyak darah dan oksigen menyebabkan iskemia
miokard dan nyeri dada. Hasil nyeri dada dari iskemia tetapi biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit, terutama jika aktivitas dihentikan. Jika suplai darah yang cukup
ke miokardium dipulihkan dengan istirahat, tidak ada kerusakan miokard biasanya
terjadi. (Williams, 2007).
Angina biasanya disebabkan oleh penyakit aterosklerosis. Hampir selalu, angina
berhubungan dengan obstruksi signifikan setidaknya satu arteri koroner utama. Biasanya,
miokardium ekstrak sejumlah besar oksigen dari sirkulasi koroner untuk memenuhi
tuntutan terus-menerus. Ketika ada peningkatan permintaan, mengalir melalui koroner
arteri perlu ditingkatkan. Ketika ada penyumbatan di arteri koroner, aliran tidak dapat
ditingkatkan, dan berkujung pada iskemia. (Smeltzer, 2010)
2.1.5. Pathway
Penurunan kekuatan kontraksi miokard
Faktor pencetus:
Suplai O2 ke miokard berkurang, curah jantung, kebutuhan O2
Penurunansuplai oksigen ke miokard
peningkatan curah jantung
peningkatan kebutuhan oksigen
miokard
iskemia miokard
mengubah metabilisme aerob menjadi anaerob
penimbunan asam laktat
merangsang nosiseptor
menurunkan ambang nyeri
ANGINA nyeri
2.1.6. Manisfestasi Klinis
Penurunan curah jantung
Diagnosa keperawatan :
Penurunan curah jantung Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut
Nyeri angina memanifestasikan dirinya dalam beberapa cara. pasien sering
menggambarkan rasa sakit sebagai berat, sesak, meremas, viselike, atau menghancurkan
nyeri di tengah dada. Rasa sakit dapat memancarkan bawah satu atau kedua lengan,
dengan rasa sakit di lengan kiri menjadi lebih umum, ke bahu, leher, rahang, atau
punggung. Pasien mungkin juga menggambarkan berat di lengan mereka atau perasaan
dari azab yang akan datang. Selama episode nyeri, pasien mungkin pucat, yg
mengeluarkan keringat, atau dyspneic. Rasa sakit biasanya dibawa oleh tenaga dan reda
dengan istirahat. Hal ini dapat lega dengan obat vasodilator seperti nitrogliserin (NTG).
Episode nyeri dada dapat meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan dari waktu ke
waktu. Jika pasien tidak mengindahkanperingatan ini untuk menghentikan aktivitas
mereka dan istirahat, mereka mungkin berada di risiko infark miokard atau kematian
mendadak. Setiap tindakan yang meningkatkan kebutuhan oksigen dapat menyebabkan
serangan angina. Paling sering faktor pencetus mencakup makanan berat, olahraga,
dingin, obat stimulan seperti kokain atau amfetamin, dan ketegangan emosional. Sering
angina dapat terjadi di pagi hari jam antara 06:00 dan siang ketika meningkat beban kerja
(Williams, 2007)
2.1.7. Komplikasi
- Sindrom koroner akut
- Disritmia dan serangan jantung
- Gagal jantung
- Syok kardiogenik (Smeltzer, 2010)
2.1.8. Prognosis
Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi arteri koroner dan kehadiran dan tingkat
kerusakan miokard. Pemeriksaan fisik selalu dilakukan, namun pemeriksaan sendiri tidak
mengkonfirmasi diagnosis (Smeltzer, 2010)
2.1.9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH
2. Elektrokardiogram gambaran EKG terkadang menunjukkan bahwa klien pernah
mendapat infark miokard pada masa lampau menunjukkan pembesaran ventrikel
kiri pada klien hipertensi dan angina dan menunjukkan perubahan segmen ST dan
gelombang T yang tidak khas
3. Foto rontgen dada sering kali menunjukkan bentuk jantung yang tidak normal
4. Arteriografi koroner merupakan satu satunya teknik yang memungkinkan untk
melihat penyempitan pada koroner
5. Uji latihan ( Treadmill) karena pada angina pektoris gambaran EKG sering kali
normal, maka sering perlu dibuat suatu uji jasmani
6. Thallium Exercise Myocardial Imaging pemeriksaa ini dilakukan bersama uji
latihan jasmani lalu Thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak
latihan, kemudan dilakukan pemeriksaan scaning jantung segera setelah lathan
dihentikan (Aspiani, 2014)
2.1.10. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi
a. Nitrat dan nitrit merupakan fasodilator endotolium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi gejala angino pectory dan juga memiliki efek anti trombotik dan anti
platelet.
b. Nitrogliserin adalah bahan faso aktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah
sehingga memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan komsumsi oksigen
jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina .
c. Penyekat beta – adrenergik seperti metoprolol dan atenolol. Untuk menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan frekuensi denyut jantung ,
kontrakdilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri.
d. Penyekat saluran kalsium / antagonis ion kalsium, memiliki sifat yang sangat
berpengaruh pada kebutuhan dan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan
dinding otot polos arterior koroner.
e. Aspirin,
f. Antitrombin , heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari berbagai
polisakarida yang berbeda pajangannya dengan aktivitas anti kolagulan yang
berbeda beda
2. Tindakan invasif
a. Percutannens transluminal coronary angioplasty (PTCA)
b. Coronary arteri bypas graft.(CABG)
(Smeltzer, 2013)
2.2. Konsep Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Riwayat Keperawatan (Udjianti, 2011):
1) Keluhan nyeri dada di anterior, precordial, substernal yang manjalar kelengan kiri,
leher, rahang, punggung, dan epigastrium. Nyeri dada seperti tertekan beban berat,
terasa berat dan seperti diremas yang timbul mendadak. Nyeri dada yang timbul
berhubungan dengan aktivitas fisk berat atau emosi yang hebat. Nyeri dapat disertai
dengan gejala muntah, mual, diaphoresis dan sesak napas.
2) Gambaran nyeri dapat merupakan gejala yang baru timbul atau sering hilang timbul.
Penyebab yang mempercepat timbulnya nyeri dan hal-hal yang mengurangi nyeri
perlu dikaji guna membedakan dengan penyakit lain yang mempunyai gejala nyeri
dada.
3) Pekerjaan: perlu dicatat tentang jenis pekerjaan klien serta adanya stress fisik dan
psikis yang dapat meningkatkan beban kerja jantung
4) Hobi: menunjukkan gaya hidup klien, cara ,mengatasi ketegangan dan pengurangan
aktivitas yang mendadak
5) Kaji faktor resiko penyakit jantung seperti berikut ini
a. Riwayat penyakit klien seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit vascular,
anemia dan lain-lain
b. Riwayat kesehatan lain: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, hipertiroid,
kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, asupan makanan tinggi gula,
lemak garam, kafein, asupan cairan, dan berat badan.
6) Obat-obatan: toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat saat timnul
serangan
7) Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia, astritis, peptic ulcer dan
penyakit lain yang menimbulkan keluhan nyeri epigastrium
8) Riwayat kesehatan keluarga: riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah dalam
keluarga merupakan faktor resiko bagi klien
Pemeriksaan Fisik
1) Mengkaji gejala lain guna mengesampingkan keluhan angina non kardiak seperti
esophagitis, peptic ulcer, ketegangan otot, dan penyakit kantong empedu
2) Kaji semua status yang berhubungan dengan jantung: berat badan dan tinggi badan,
kelelahan, warna kulit, suhu kulit, pola respirasi, tolerani aktivitas, denyut nadi
perifer, tekan darah, suhu,edema, bunyi jantung, serta irama dan frekuensi denyut
jantung
3) Kaji pola tidur dan istirahat, tipe kepribadian, serta kecemasan atau kegelisahan.
(Udjianti, 2011)
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko syok berhubungan dengan sindrom respons inflamasi sistemik.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
2.2.3. Intervensi Keperawatan
No Data NOC NIC
1 DS:
Perawat
mengumpulkan data-
data subjektif melalui
proses pengambilan
riwayat sakit atau
wawancara.
DO:
- Hipotensi
- Hipovolemia
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Infeksi
- Sepsis
- Sindrom respons
inflamasi sistemik
Shock Severity:
Cardiogenic (0418)
Shock severity:
anaphylactic (0417)
Shock severity:
Hypovolemic (0419)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam,
risiko syok dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
- Nyeri dada
berkurang
- Tekanan darah
sistolik menurun
- Tekanan darah
diastolik menurun
Shock Prevention (4260)
Pengkajian:
1. Catat adanya memar,
ptekie dan membrane
mukosa
2. Kaji tanda-tanda vital
Mandiri:
3. Timbang berat badan,
intake dan output
4. Lakukan pemeriksaan
EKG
5. Posisikan pasien
terlentang, elevasi kaki
atau terlentang, kepala
dan bahu elevasi
6. Pertahankan kepatenan
jalan napas
Pendidikan Kesehatan:
7. Instruksikan pasien
dan keluarga tentang
factor pemicu syok
8. Instruksikan langkah-
langkah yang harus
- diambil ketika terjadi
gejala syok
Kolaborasi:
9. Kolaborasi pemberian
cairan IV
10. Kolaborasi obat
antiinflamasi
2 DO:
Perawat
mengumpulkan data-
data subjektif melalui
proses pengambilan
riwayat sakit atau
wawancara.
DS:
- Penyakit kronis
(DM, obesitas)
- Pengetahuan yang
tidak cukup untuk
menghindari
pemajanan
pathogen
- Pertahanan tubuh
primer yang tidak
adekuat (gangguan
peristalsis,
merokok, trauma
jaringan)
- Ketidakadekuatan
pertahanan
Infection Severity
(0703)
Risk Control: infectious
process (1924)
Risk Detection (1908)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam,
risiko infeksi dapat tertasi
dengan kriteria hasil:
- Nyeri berkurang
- Temperatur stabil
- Tidak ada ruam
Infection Protection (6550)
Pengkajian:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Inspeksi adanya tanda-
tanda kemerahan
Mandiri:
3. Batasi pengunjung
4. Anjurkan klien untuk
latihan dan mobilisasi
5. Anjurkan klien untuk
bernafas dalam
6. Berikan istirahat yang
cukup
Pendidikan kesehatan:
7. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi
8. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk
mencegah infeksi
Kolaborasi:
9. Kolaborasi
pemeriksaan darah
10. Kolaborasi pemberian
antibiotik
skunder
(penurunan hb,
imunosupresi,
supresi respons
inflamasi)
- Vaksinasi tidak
adekuat
- Malnutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
EGC
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Elsevier
Herdman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.
Jakarta: EGC
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Elsevier
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Smeltzer, Suzanne C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Udjianti, Wadjan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarat: Salemba Medika.
Williams, Linda S. 2007. Understanding Medical-surgical Nursing. United States of
America: F.A.Davis Company