Download - ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

Transcript
Page 1: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

15

DESKRIPSI MODUL

Modul ini merupakan dasar bagi Anda yang ingin belajar menulis dengan cermat.

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan ”Penggunaan Aspek

Kebahasaan dalam Penulisan Karya Ilmiah”. Modul ini sangat penting untuk dikuasai,

sebab jika Anda memahami aspek kebahasaan dengan baik maka Anda akan mampau:

(1) menuangkan gagasan secara efektif dalam bentuk tulisan, (2) mempresentasikan

karya ilmiah atau hasil penelitian dengan baik sesuai dengan kajian ilmiah. Dengan

begitu, penguasaan aspek kebahasaan dalam menulis dapat menunjang prestasi Anda

sebagai mahasiswa dan calon ilmuwan. Untuk mendapatkan hasil maksimal, pelajari

modul ini sebaik-baiknya.

Modul ini terdiri atas 5 kegiatan belajar yaitu, kegiatan belajar 1 membahas

”Pemakaian Ejaan”, kegiatan belajar 2 membahas ”Pemakaian Tanda Baca”, kegiatan

belajar 3 membahas ”Penulisan dan Pemilihan Kata dalam Bahasa Indonesia Ilmiah”,

kegiatan belajar 4 membahas “Kalimat Efektif” dan kegiatan belajar 5 membahas

”Paragraf”. Setiap akhir kegiatan belajar terdapat tes mandiri yang harus Anda kerjakan,

dan Anda dapat mengoreksi sendiri hasil tes anda dengan cara mencocokannya dengan

kunci jawaban yang terdapat pada bagian belakang modul ini.

Modul ini dapat Anda pelajarai selama 2x2 jam termasuk untuk mengerjakan

tes mandiri dan/atau tugas-tugas yang ada, untuk mempermudah belajar sebaiknya Anda

menyediakan waktu luang. Selamat belajar, semoga materi modul ini dapat menambah

wawasan dan memotivasi Anda untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan latihan

menjelaskan tentang penggunaan aspek kebahasaan dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Selamat belajar, semoga modul ini dapat menambah wawasan dan memotivasi Anda

untuk selalu meningkatkan profesionalisme.

Page 2: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

16

PENULISAN HURUF

TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, peserta diharapkan dapat

menjelaskan tentang prinsip umum pemakaian ejaan dan penulisan huruf serta

mampu mengaplikasikannya dalam penulisan karya tulis ilmiah.

MATERI POKOK

• Prinsip Umum Pemakaian Ejaan

• Penulisan Huruf

1. Pembelajaran 1: Penulisan Huruf

1.1 Prinsip Umum Pemakaian Ejaan

Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi

ujar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam

penggabungan ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini hanya berlaku

dalam bahasa tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi yang merupakan kesepakatan

pemakaian bahasa tertentu. Karena bersifat konvensional, maka sistem ejaan bahasa satu

dengan bahasa lainnya akan berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakan lambang,

huruf, dan alfabetik yang sama. Ejaan disepakati untuk komunikasi tulis agar lancar dan

mudah dipahami dan bukan untuk sebaliknya, yaitu menghambat komunikasi.

Kegiatan Belajar

1

S

Page 3: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

17

Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa ejaan biasanya menyangkut tiga

tataran kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Pada tataran fonologi ejaan

berkaitan dengan penentuan fonem, penentuan lambang fonem, dan penyusunan

abjadnya. Pada tataran morfologi ejaan berurusan dengan penulisan suatu bentukan, yaitu

penulisan kata dan unsur serapan. Pada tataran sintaksis ejaan berurusan dengan

pemberian tanda batas ujaran dalam kalimat, termasuk di dalamnya adalah pemakaian

huruf kapital, huruf miring, dan pemakaian tanda baca.

Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan (ejaan) yang telah

dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang biasa dikenal dengan

EYD. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan (Keputusan Mendikbud, Nomor 0543a/U/87, tanggal 9

September 1987). Dalam buku tersebut ejaan bahasa Indonesia pembahasannya

dikelompokkan menjadi 3, yaitu (1) penulisan huruf, (2) penulisan kata, dan (3)

pemakaian tanda baca. Setiap kelompok kaidah tersebut masih terbagi atas sejumlah

kaidah yang lebih kecil.

Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan dapat dikemukakan sebagai berikut:

� Tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua(:), tanda seru (!) ditulis rapat dengan

huruf akhir dari kata yang mendahului.

� Setelah tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua(:), tanda seru (!) harus ada satu

spasi kosong.

� Tanda petik ganda (”...”), petik tunggal (’...’), kurung () diketik rapat dengan kata,

frasa, kalimat yang diapit.

� Tanda hubung (-), tanda pisah (—), garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang

mendahului dan yang akan mengikutinya.

� Tanda perhitungan: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi (:), lebih

kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan huruf yang mendahului

dan yang mengikutinya.

� Penulisan jarak antarkata berspasi tunggal. Tepi kanan teks tidak harus rata oleh karena

itu kata pada akhir baris tidak harus dipotong. Jika terpaksa harus dipotong, tanda

hubungnya ditulis setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan

Page 4: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

18

dibawahnya. Tidak boleh meletakkan spasi antarkata dalam satu baris yang bertujuan

meratakan tepi kanan.

1.2 Penulisan Huruf

a. Huruf Besar atau Huruf kapital

Huruf besar atau huruf kapital dipergunakan untuk hal-hal berikut.

1) Awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.

Contoh: Dia berasal dari daerah Malang selatan.

Ibu bertanya, ”Kapan kamu kembali ke Malang?”

2) Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan,

termasuk kata gantinya.

Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen

3) Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti

nama orang.

Contoh: Amir Hamzah, Sultan Hasanudin, Gubernur Soelarso, Profesor

Samsuri

4) Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa; tahun, bulan, hari, hari raya,

dan peristiwa sejarah.

Contoh: bangsa Indonesia (bukan Bangsa Indonesia), tahun Masehi, tahun

Hijriah, hari Minggu, hari Kebangkitan Nasional

5) Huruf pertama nama khas dalam geografi.

Contoh: Danau Towuti, Afrika Selatan, Jalan Surabaya

6) Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,

serta dokumen resmi.

Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat,

Surat Perintah Sebelas Maret

7) Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul

karangan.

Contoh: Di Bawah Lindungan Ka’bah, Pelajaran Matematika untuk Sekolah

Lanjutan Atas

Page 5: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

19

8) Singkatan nama gelar dan sapaan; huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti.

Contoh: Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silakan diminum, Mbak!

b. Huruf Miring

Huruf miring (jika menggunakan mesin ketik diganti dengan garis bawah)

digunakan untuk hal-hal berikut:

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam

karangan.

Contoh: majalah Tempo, harian Kompas, buku Dasar-dasar Penelitian

2) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Contoh: Bab ini tidak membicarakan ..., Huruf pertama kata abad ialah a

3) Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan

ejaannya.

Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading.

Page 6: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

20

PEMAKAIAN TANDA BACA

TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang prinsip umum pemakaian tanda baca dan mampu mengaplikasikannya dalam penulisan karya tulis ilmiah.

MATERI POKOK

• Pemakaian Tanda Baca

2. Pembelajaran II: Pemakaian tanda baca Tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf yang mengikutinya. . ...) , ... ; ...” : ...’ ? ! Tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf atau tanda lain yang mendahuluinya. (... ”... ... ’...

a. Titik (.) Tanda titik dipakai dalam hal-hal berikut.

1) Mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh: Kami sekeluarga tinggal di Malang.

2) Pada akhir singkatan nama orang.

Contoh: A.A. Fikri

3) Pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Kegiatan Belajar

2

S

Page 7: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

21

Contoh: M.B.A. (Master of Bussiness Administration), M.Sc. (Master of

Science), S.E. (Sarjana Ekonomi), Dr. (Doktor), dr. (Dokter)

4) Pada singkatan kata yang sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga

huruf atau lebih digunakan satu tanda titik.

Contoh: a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), Yth. (Yang terhormat), dsb.

(dan sebagainya), tsb. (tersebut)

5) Dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.

Contoh:

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Masalah

1.3 Tujuan

6) Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau yang

menunjukkan jangka waktu.

Contoh: Pukul 10.20.30 (pukul 10 lewat 20 menit 30 detik)

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai pada hal-hal berikut.

a) Untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak

menunjukkan jumlah.

Contoh: Ia lulus tahun 1989.

Periksa halaman 1341.

b) Dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku

kata, atau gabungan keduanya.

Contoh: AKABRI, SMA, Depdagri, Depdikbud

c) Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

uang.

Contoh: TNT (Trinitrotoluen), cm (centimeter), kg (kilogram), Rp

(rupiah), l (liter)

d) Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, tabel, dan

sebagainya.

Contoh: Salah Asuhan, Bentuk Hubungan

Page 8: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

22

e) Di belakang alamat pengirim/penerima surat dan tanggal surat.

Contoh:

1 Mei 1991

Yth. Saudara Badriyah

Jalan danau Towuti 14

Malang

b. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian.

Contoh: Adik membutuhkan gunting, kertas, dan lem.

2) Memisahkan kalimat setara yang didahului kata tetapi, melainkan, dsb.

Contoh: Dia bukan adik saya, tetapi kakak saya.

3) Memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului

induk kalimat.

Contoh: Karena sakit, dia tidak bisa datang.

4) Di belakang kata seru.

Contoh: Wah, bukan main!

Oh, begitu.

5) Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh: ”Jangan sentuh barang itu”, kata Farida.

6) Antara nama dan alamat, bagian, bagian alamat, tempat dan tanggal, serta

nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

Barang ini dikirimkan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,

IKIP Malang, Jalan Surabaya 6, Malang.

7) Antara nama orang dn gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakan

dri singkatan marga atau nama keluarga.

Contoh: Endang Purnomowulan, M.A.

8) Untuk menyatakan angka desimal.

Contoh: 20,60 m

Rp17,50

Page 9: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

23

9) Untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.

Contoh: Tetangga saya, Pak Hamid, baik sekali.

c. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dipakai dalam hal berikut.

1) Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh: Malam makin larut; pengunjung belum juga sepi.

2) Memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata

penghubung.

Contoh:

Ayah memperbaiki kendaraan; ibu mempersiapkan perbekalan; dan adik

membersihkan halaman.

d. Tanda Titik Dua (:)

Tanda titik dua dipakai dalam hal-hal berikut.

1) Pada akhir suatu penyataan lengkap bila diikuti perian.

Contoh:

Yang perlu dilakukan saat ini adalah barang-barang perlengkapan yang

meliputi: meja, kursi, dan alat tulis.

2) Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

Ketua : Imam Rofi’i

Sekretaris : Santoso

Bendahara : Bambang Junaidi

3) Dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku.

Contoh:

Aminah: ”Bawa kopor itu kemari, Ton!”

Toni: ”Baik, Mbak.”

4) Di antara jilid atau nomor buku/majalah dan halaman, antara bab dan ayat

dalam kitab suci, atau antara judul dan anak judul suatu karangan.

Contoh: Tempo, XII, 243: 28

Surah Al Baqoroh: 17

Page 10: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

24

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Pengantar,

sekarang ini sudah terbit.

e. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung dipakai dalam hal-hal berikut.

1) Menyambung suku-suku katayang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh:

... banyak hal-hal yang me-

narik.

... kurangnya kesadar-

an.

2) Menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh: sambung-menyambung, kehitam-hitaman, bermain-main

3) Menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu.

Contoh: p-e-m-b-e-l-a-n-j-a-a-n

17-8-1945

4) Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang diawali dengan huruf kapital,

ke- dengan angka, angka dengan –an, singkatan huruf kapital dengan

imbuhan.

Contoh: Se-Jawa Timur, tahun 70-an, SIM-nya, sinar-X

5) Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Contoh: pen-charter-an, di-tackle

6) Memperjelas bagian-bagian ungkapan.

Contoh: Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah.

f. Tanda Pisah (—)

Tanda pisah (jika menggunakan mesin ketik, gunakan dua tanda hubung [--])

dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Membatasi kata atau kelompok kata yang memberi penjelasan khusus di luar

bangun kalimat.

Contoh:

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh

bangsa itu sendiri.

Page 11: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

25

2) Menegaskan adanya aposisi atau keterangan dalam kalimat.

Contoh:

Rangkaian penemuan itu—evolusi, teori kenisbian, dan kini pembelahan

atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3) Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ’sampai dengan’.

Contoh: 1945—1987

Surabaya—Malang

g. Tanda Elipsi (...)

Tanda elipsi dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

Contoh: Kalau demikian .... ya, marilah kita berangkat sekarang.

2) Menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Contoh: Sebab-sebab terjadinya ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan: Tanda elipsi yang digunakan adalah titik tiga (...) bila di wawl atau

tengah kalimat, dan titik empat (....) bila di akhir kalimat.

h. Tanda Tanya (?)

Tanda tanya dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Mengakhiri kalimat tanya.

Contoh: Darimana Saudara tahu?

2) Menyatakan adanya keraguan (?).

Contoh: Peristiwa itu terjadi pada tahun 1968 (?)

i. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau

perintah, menggambarkan kesungguhan, ketidakpastian, atau rasa emosi yang

kuat.

Contoh: Singkirkan barang itu sekarang juga!

Alangkah kejinya perbuatan itu!

j. Tanda Kurung ((...))

Tanda kurung dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Contoh: DIP (Daftar Isian Proyek) itu sedang dikerjakan.

Page 12: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

26

2) Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral

pokok pembicaraan.

Contoh:

Sajak Tranggono yang berjudul ”Ubud” (nama suatu tempat yang terkenal di

Bali) ditulis pada tahun 1962.

3) Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan.

Contoh:

Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (1) modal, (2) tenaga kerja, dan

(3) manajemen.

k. Tanda Kurung Siku ([...])

Tanda kurung siku dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada

kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain, dalam naskah aslinya.

Contoh: Mereka men[d]engar bunyi ledakan.

2) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Contoh:

(Perbedaan antara dua proses itu [lihat bab III] tidak diungkapkan secara jelas)

l. Tanda Petik (”...”)

Tanda petik dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Mengapit petikan langsung dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis

lainnya.

Contoh: ”Sudah siap?” tanya Amin.

2) Mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat.

Contoh: Sajak ”Bola Lampu” cukup menarik untuk dibaca.

3) Mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai

arti khusus.

Contoh: Pekerjaaan itu dilaksanakan dengan cara ”kaji tindak”.

m. Tanda Petik Tunggal (’...’)

Tanda petik tunggal dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Contoh: ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’ itu?”, tanya Bisri.

Page 13: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

27

2) Mengapit terjemahan, penjelasan kata atau ungkapan asing.

Contoh: mastery learning ’belajar tuntas’

n. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai untuk hal-hal berikut.

1) Dalam penomoran kode surat.

Contoh: No.6/Q/1991

2) Sebagai pengganti kata dan, atau per atau nomor alamat.

Contoh: pemuda/pemudi

Harganya Rp100,00/biji

o. Tanda penyingkat/apostrof (’)

Tanda apostrof digunakan untuk menunjukkan adanya penghilangan bagian kata.

Contoh: Ali ’lah tiba. (’lah = telah)

SOAL-SOAL LATIHAN

Betulkan penggunaan ejaan pada soal-soal di bawah ini!

1. Mantan bos jaringan media terbesar di tanah air, jawa pos group ini tidak bisa

meninggalkan gaya wartawannya. Meskipun Dahlan Iskan sudah menjadi direktur

utama PLN (persero). Cara bicaranya masih ceplas-ceplos, to the point. Gaya

berpakaian juga tetap casual. Sepatu kets.

2. Selalu ada kejutan dalam acara Flexi M-Teens Exhibition. Salah satunya fashion show

gaun koran designed by Ruli Clambique yang mengubah koran malang post bekas

menjadi gaun cantik hingga membuat para model dari the reds model terlihat seksi.

3. Jelaskan fungsi penggunaan tanda garis miring dan berilah contohnya masing-masing

2 buah.

Page 14: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

28

PENULISAN DAN PEMILIHAN KATA TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama dan kedua, peserta diharapkan

dapat mengenal ciri-ciri pembentukan kata serta mampu melakukan penggabungan

morfem yang diimplementasikan dalam Karya Ilmiah.

MATERI POKOK

• Ciri Pembentukan Kata

• Macam-macam Proses Pembentukan Kata

• Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Karya Ilmiah

• Penulisan Kata

Penulisan kata disesuaikan dengan proses morfologisnya. Proses morfologis

merupakan peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem lain menjadi kata. Dari

segi strukturnya, kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem

tunggal (monomorfemis) dan kata yang bermorfem lebih dari satu (polimorfemis).

Contoh : monomorfermis : pergi, makan

Polimorfemis : bekerja

murid-murid proses morfologis

saputangan

Kegiatan Belajar

3

S

Page 15: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

29

3.1 Ciri Pembentukan Kata a. Ada morfem yang berfungsi sebagai tempat penggabungan (bentuk dasar) dan morfem

yang berfungsi sebagai penggabung.

Contoh : menulis; gelap gulita; sayur-mayur

MeN- tulis

(pengg.) (bt.dasar) (bt. Dasar) (pengg.) (bt. Dasar) (pengg.)

3) Bentuk dasar tidak selalu morfem tunggal.

Contoh: dipersatukan dibuat jadi bersatu

di persatukan buat jadi bersatu

(penggabung) (bentuk dasar)

per satukan buat jadi satu

(penggabung) (bentuk dasar)

satu kan

(bentuk dasar) (penggabung)

4) Penggabungan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami penambahan

atau perubahan arti.

5) Sebagai akibat proses morfologis, perubahannya bersistem atau beraturan.

Contoh: membuat, membantu, membimbing

menyapu, menyayat, menyanyi

Akan tetapi, perubahan kata putra, putri, dewa, dewi, tidak dapat dikatakan proses

morfologis karena tidak beraturan dalam arti tidak bisa dibuat bentukan lain.

Page 16: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

30

3.2 Macam-Macam Proses Pembentukan Kata

Peristiwa pembentukan kata dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Pembentukan kata dengan penambahan imbuhan pada bentuk dasar.

Contoh: menulis, pembangunan, makanan

2) Pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasar.

Contoh: murid-murid, mencari-cari, pukul-memukul.

3) Pembentukan kata dengan menggabungkan dua bentuk dasar.

Contoh: matahari, tinggal landas, mata-kaki

3.3 Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Karya Ilmiah

Sesuai dengan fungsinya, bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah

adalah bahasa Indonesia ragam baku. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku adalah sebagai

berikut.

1. Memakai prefiks me- dan ber-

Baku : kuliah sudah berjalan dengan lancar

banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu

Nonbaku : kuliah sudah jalan dengan lancar

banjir serang kampung yang banyak penduduknya itu

2. Memakai pola frasa verbal aspek + agen + verba

Baku : Surat anda sudah saya baca

Kiriman itu telah kami terima

Nonbaku : Surat anda saya sudah baca

Kiriman itu kami telah terima

3. Memakai konjungsi bahwa dan karena

Baku : Ia tahu bahwa anaknya lulus

Ani tidak masuk karena sakit

Nonbaku : Ia tahu anaknya lulus.

Ani tidak masuk, sakit

4. Memakai konstruksi sintetis berikut.

Baku : Ia memberitahuan bahwa adiknya sakit.

Page 17: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

31

Nonbaku : Ia kasih tahu adiknya sakit.

5. Memakai unsur leksikal yang menandai bahasa Indonsia baku.

Baku : mengapa, bagaimana, tidak, dimengerti

Nonbaku : ngapain, gimana, nggak, dingertiin

6. Memakai ejaan resmi yang berlaku (EYD).

Baku : nomor, mesti, teladan, tradisional

Nonbaku : nomer, musti, tauladan, tradisionil

7. Memakai peristilahan resmi.

Baku : perangkat, masukan, keluaran

Nonbaku : set, input, output

3.4 Penulisan Kata

a. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Ibu akan pulang besok pagi

b. Kata Turunan/Jadian

1) Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata

dasarnya.

Contoh: bersambung, menyanyi, kawanan

2) Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mendahului

atau mengkutinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Contoh: bersuka ria, membabi buta, gabungan kata

3) Kalau bentuk dasar berupa kata gabung dan sekaligus mendapat awalan dan

akhiran, maka kata itu ditulis serangkai.

Contoh: menggarisbawahi, mengedepankan, meluluhlantakkan,

mempertanggungjawabkan

4) Kalau salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan

kata itu ditulis serangkai.

Contoh: antarkota, antikomunis, internasional, kontrarevolusi, mahasiswa,

multilateral, prasangka

Page 18: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

32

c. Kata Ulang

Bentuk kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Contoh: sehat-sehat, terus-menerus, membesar-besarkan, berlari-lari, sebaik-

baiknya

d. Gabungan Kata

1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,

bagian-bagiannya ditulis terpisah.

Contoh: sapu tangan, meja tulis, persegi panjang, rumah sakit umum

2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah

baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur

yang bersangkutan.

Contoh: alat pandang-dengan, buku fisika-baru, bapak-ibu

3) Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai.

Contoh: apabila, barangkali, bilamana, tatabahasa, matahari, peribahasa

e. Kata Ganti

Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahului

atau yang mengikutinya.

Contoh: Apa yang kubawa boleh kaupinjam.

Temanku, temanmu, dan temannya berkumpul di sini.

f. Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di

dalam kata yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan, seperti kepala dan

daripada.

Contoh: Kakaknya pergi ke luar kota.

Buku itu di atas almari.

Dia berasal dari Blitar.

g. Kata Sandang

Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: Si pemilik kebun cengkeh itu sedang sakit.

Sang Kancil banyak akalnya.

Page 19: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

33

h. Partikel

1) Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Apakah yang terdapat dalam tas itu?

Bacalah cerpen itu dengan cermat!

Siapatah gerangan orang itu?

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: kecuali pada

kelompok kata yang sudah dianggap padu (seperti adapun, bagaimanapun,

maupun, biarpun, kalaupun, kendatipun, meskipun, sekalipun, walaupun, dan

sungguhpun).

Contoh: Jangankan dibentak, dipukul pun ia tak akan jera.

Sepucuk surat pun tidak pernah sampai ke alamat ini.

3) Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-

bagian kalimat yang mendampinginya.

Contoh: Harga telur ini Rp200,00 per butir.

Satu per satu mereka tinggalkan pertemuan itu.

i. Angka dan Lambang Bilangan

2) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam

tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur

lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut ini.

Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.

Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX.

L (50), C (100), D (500), M(1.000)

3) Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, dan isi, (2)

satuan waktu, dan (3) nilai uang.

Contoh: 10 kilogram beras 5 liter air

3 meter kain 1 jam 15 menit

pukul 12.30 tahun 1962

Rp10.000,00

4) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

Contoh: 11 (sebelas) 112 (seratus dua belas)

2/3 (dua pertiga) 1/10 (sepersepuluh)

Page 20: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

34

5) Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Contoh: bab III atau bab ke-3 atau bab ketiga

Abad XX atau abad ke-20 atau abad kedua puluh

6) Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an dilakukan dengan cara

berikut.

Contoh: tahun 60-an atau tahun enam puluhan

7) Di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan perlu ditulis

dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Contoh: Telah terima uang sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah)

Page 21: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

35

KALIMAT EFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, kedua dan ketiga peserta

diharapkan dapat mengenal ciri-ciri pembentukan kata serta mampu menyusun

kalimat-kalimat efektif guna penulisan karya ilmiah bertema agribisnis.

MATERI POKOK

• Ciri-ciri kalimat efektif

4. Pembelajaran IV: Kalimat Efektif

Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau

penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud

penulis/pembicara. Kalimat efektif sangat penting dalam menulis karena dengan kalimat

efektif, gagasan akan dapat disampaikan secara tepat dan jelas. Berikut merupakan ciri-

ciri kalimat efektif.

4.1.Kesatuan Gagasan

Sebuah paragraf yang baik hanya mengandung sebuah gagasan yang utuh. Secara

praktis kesatuan gagasan di dalam kalimat terwakili oleh kehadiran subjek dan predikat

sedangkan unsur-unsur yang lain seperti objek dan aneka keterangan bersifat opsional

(tidak wajib hadir). Kesatuan gagasan mungkin akan terganggu apabila kedudukan subjek

atau predikat tidak jelas; kalimat menggantung (tidak selesai); kalimat majemuk yang

Kegiatan Belajar

4

S

Page 22: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

36

terlalu kompleks; atau kalimat yang dipenuhi oleh sisipan-sisipan keterangan yang terlalu

panjang.

Contoh:

Bagi mahasiswa yang kehilangan jam tangan harap mengambil di ruang

administrasi.

Kalimat di atas tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subjek. Unsur ”bagi

mahasiswa yang kehilangan jam tangan” bukanlah subjek, melainkan keterangan. Ciri

bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan “bagi” (ini

harus dihilangkan).

4.2. Kesejajaran

Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja

berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Contoh:

Satu pihak berusaha untuk membuat dominasi dan dipertahankan sedangkan pihak

lain berusaha untuk melakukan perlawanan.

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu

menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan

predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-kan. Kalimat itu harus diubah menjadi

”Satu pihak berusaha untuk membuat dan mempertahankan dominasi sedangkan pihak

lain berusaha untuk melakukan perlawanan”.

4.3. Kehematan Kehematan merupakan prinsip ekonomi bahasa. Dalam membuat kalimat diharapkan agar

tidak terdapat pemakaian kata yang dianggap tidak diperlukan (mubazir). Kalimat efektif

tidak boleh menggunakan kata-kata yang berlebih karena penggunaan kata yang berlebih

hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

Contoh:

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

(1) untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kecukupan ketersediaan

pangan serta kualitas dan keamanan pangan,

(2) mendapatkan deskripsi objektif tentang aksesibilitas pangan,

Page 23: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

37

(3) mendapatkan deskripsi objektif tentang stabilitas ketersediaan pangan.

Pemakaian frasa ”mendapatkan deskripsi objektif tentang” dalam kalimat di atas tidak

perlu diulang. Frasa “mendapatkan deskripsi objektif tentang” ditulis setelah kata adalah,

sehingga menjadi kalimat berikut.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang:

(1) kecukupan ketersediaan pangan serta kualitas dan keamanan pangan,

(2) aksesibilitas pangan,

(3) stabilitas ketersediaan pangan.

4.4. Penekanan

Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Penekanan bisa dilakukan dengan

cara berikut.

(1) Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting

di depan kalimat.

Contoh:

1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan

lain.

2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

(2) Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah,

-pun, dan –kah.

Contoh :

1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.

2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.

3. Bisakah dia menyelesaikannya?

(3) Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.

Contoh :

Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang

tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan

sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

Page 24: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

38

(4) Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau

berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

Contoh :

1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan

menyeluruh.

4.5. Kelogisan

Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam

kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh :

Waktu dan tempat saya persilakan.

Kalimat di atas tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat

dipersilakan. Kalimat tersebut bisa diubah menjadi “Ibu Ani, saya silakan untuk naik ke

podium”.

SOAL-SOAL LATIHAN:

Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!

1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.

2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.

3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.

4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap.

5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.

Page 25: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

39

PARAGRAF TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, peserta diharapkan dapat

mengenal ciri-ciri pembentukan kata serta mampu melakukan penggabungan

morfem yang diimplementasikan dalam Karya Ilmiah.

MATERI POKOK

• Bagian paragraf

• Ciri-ciri paragraf yang baik

• Syarat-syarat paragraf yang baik

• Pengembangan paragraf

• Jenis-jenis paragraf

5. Pembelajaran V: Paragraf

Paragraf merupakan unit dasar terbesar dalam menulis yang terdiri atas beberapa

kalimat yang terjalin secara kohesif dan koheren sehingga terjalin kesatuan gagasan.

Sebagai bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah, cara penulisan paragraf

harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain yakni alinea.

Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser

Kegiatan Belajar

5

S

Page 26: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

40

ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf

berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

5.1 Bagian Paragraf

Paragraf yang baik memuat dua bagian penting berikut.

1. Kalimat Utama

Kalimat utama merupakan kalimat inti sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan

yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat

penjelas. Kalimat utama seringkali diletakkan pada awal paragraf, meskipun bisa juga

diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf.

2. Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas merupakan kalimat yang memberikan penjelasan tambahan, detail, atau

rincian dari kalimat utama suatu paragraf.

5.2 Ciri-Ciri Paragraf yang Baik

1. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan

tulisan.

2. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.

3. Mengadung satu gagasan utama dan beberapa pikiran penjelas.

5.3 Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf yang baik mempunyai beberapa ketentuan berikut.

1. Kesatuan Paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Kalimat-kalimat yang

membentuk suatu paragraf harus ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat

yang menyimpang atau tidak sesuai dari gagasan pokok paragraf, jika ada kalimat yang

menyimpang maka paragraf tersebut akan menjadi tidak bertautan atau tidak koheren.

Agar paragraf menjadi padu maka kalimat yang menyimpang harus dikeluarkan.

2. Kepaduan Paragraf

Kepaduan paragraf dapat diamati dari penyusunan kalimat secara logis dan

ungkapan-ungkapan pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan

kalimat-kalimat dalam paragraf.

Page 27: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

41

5.4 Pengembangan Paragraf

Mengarang merupakan suatu usaha untuk mengembangkan beberapa kalimat

topik. Kalimat topik tersebut dikembangkan dalam bentuk paragraf-paragraf. Oleh sebab

itu, kita harus lebih teliti dalam menempatkan kalimat topik pada karangan.

Pengembangan paragraf, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Memberikan contoh/fakta

Agar jelas dan menarik, gagasan yang disampaikan dalam kalimat topik

dilukiskan dan digambarkan dengan contoh-contoh. Dengan pemberian contoh tersebut

diharapkan agar dapat tergambar dengan nyata gagasan yang disampaikan oleh penulis

atau pengarang tersebut. Biasanya para pembaca senang membaca sebuah karangan

dengan adanya fakta yang diceritakan oleh penulis.

Contoh:

Bantuan-bantuan bencana yang di kirim oleh para penyumbang seringkali tidak

sampai ke tangan yang membutuhkan.

2. Memberikan Alasan

Agar bisa meyakinkan pembaca, gagasan yang disampaikan dalam kalimat topik

dapat dijelaskan dengan menggunakan alasan yang logis. Dengan begitu, gagasan yang

disampaikan menjadi suatu yang dapat menyakinkan pembaca.

Contoh:

Apabila kita terlalu lama berada di depan komputer sangatlah tidak bagus, karena

kebiasaan itu akan menyebabkan penglihatan kita terganggu.

5.5 Jenis-jenis Paragraf

Berdasarkan pesannya, paragraf dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Paragraf Deskriptif

Paragraf deskriptif merupakan paragraf yang menggambarkan tentang sesuatu

yang terjadi saat ini. Jadi paragraf ini memaparkan tentang tata ruang atau tata letak.

Contoh :

Rumah yang ditempatinya sekarang sangatlah luas, terdapat empat ruang tidur,

satu dapur, kamar mandi di setiap ruang tidur dan satu di ruang tamu. Rumah tersebut

Page 28: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

42

juga sangat strategis karena dekat dengan pusat kota, tempat pendidikan, tempat hiburan,

dan taman kota.

2. Ekspositoris

Paragraf ekspositoris merupakan paragraf yang objek peninjauannya tertuju pada

satu unsur saja.

Contoh :

Setiap ruangan acara yang ada di hotel itu mampu menampung sekitar 150 orang.

3. Argumentatif

Paragraf argumentatif merupakan paragraf yang dikembangkan dengan memberi

argumen-argumen terhadap kalimat topik. Paragraf ini digunakan untuk meyakinkan

pembaca akan kebenaran suatu hal.

Contoh :

Banjir-banjir yang melanda negeri ini sudahlah melampui batas. Banjir tersebut

menenggelamkan semua yang dilaluinya. Sebenarnya semua itu merupakan hasil dari

ulah manusia yang suka menebang pohon sembarangan, membuang sampah

sembarangan, dan membangun tanpa adanya pertimbangan untuk drainase.

SOAL-SOAL LATIHAN

Waktu bagi orang Jawa bukan sekedar rentang antara awal dan akhir. Waktu

merupakan bagian dari kehidupan mereka yang mempengaruhi perilaku serta sikap

hidupnya sehari-hari. Selain itu, waktu juga merupakan representasi dari privat space dan

public space. Dengan demikian, bertolak dari persepsi terhadap waktu dapat diketahui

bagaimana orang Jawa mengkonstruksi dan menegosiasikan identitas dirinya kepada

orang lain.

1. Tentukan jenis paragraf di atas berdasarkan pola pengembangan yang digunakan!

2. Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf di atas termasuk jenis paragraf apa?

Dua atlet tim bola voli putra Jatim terpaksa mengangkut sendiri tempat tidur di

perumahan atlet di kawasan Jakabaring Palembang. Di rumah yang ditempati atlet voli

putra, tempat tidurnya belum tersedia karena panitia meletakkan tempat tidur tersebut

dirumah atlet putri. Belum tersedianya tempat tidur hanya salah satu kekacauan yang

Page 29: ASPEK KEBAHASAAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

43

terjadi saat kontingen Jatim mulai menempati perumahan atlet. (Kompas, 30 Agustus

2004).

1. Dapatkah paragraf di atas dikatakan sebagai paragraf yang baik?

2. Anda identifikasi kalimat penjelas dan kalimat utama paragraf di atas?

3. Buatlah satu contoh paragraf argumentatif yang mengandung kalimat utama dan

penjelas!