AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR RATIB AL-
HADDᾹD DI MAJELIS TA’LIM
FADHILATUSSHOLAWAT
(STUDI LIVING QUR’AN)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Ifatuddiyanah
NIM 11150340000073
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/ 2021 M
i
AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR RATIB AL-
HADDᾹD DI MAJELIS TA’LIM
FADHILATUSSHOLAWAT
(STUDI LIVING QUR’AN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Ifatuddiyanah
NIM 11150340000073
Pembimbing
Moh. Anwar Syarifuddin, MA.
NIP. 19720518 199803 1 003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/ 2021 M
ii
Moh. Anwar Syarifuddin, MA.
NIP. 19720518 199803 1 003
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR
RATIB AL-HADDᾹD DI MAJELIS TA’LIM FADHILATUSSHOLAWAT
(STUDI LIVING QUR’AN) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Desember 2020. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
Jakarta, 25 Januari 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Eva Nugraha, M.Ag. dc
Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. M. Suryadinata, M.Ag.
NIP. 19600908 198903 1
005
Pembimbing,
Dr. Abd. Moqsith, M,Ag.
NIP. 19710607 200501 1 002
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ifatuddiyanah
NIM : 11150340000073
Jurusan : Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
Judul Skripsi : Ayat-Ayat Al-Qur‟an Dalam Zikir Ratib al-Haddād di
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat (Studi Living Qur‟an).
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya rujuk dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil plagiasi dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 25 Oktober 2020
Ifatuddiyanah
NIM: 11150340000073
iv
ABSTRAK
IFATUDDIYANAH, NIM: 11150340000073
Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Zikir Ratib Al-Haddād di Majelis
Ta’lim Fadhilatussholawat (Studi Living Qur’an)
Skripsi ini akan membahas tentang praktik zikir Ratib al-Haddād di
masyarakat. Zikir adalah amalan para hamba Allah yang paling utama, dan
ditekankan lebih seratus kali di dalam al-Qur‟an. Tujuan zikir adalah
untuk mendapatkan keridaan Allah. Salah satu zikir yang banyak dibaca
oleh kaum muslimin Indonesia adalah zikir Ratib al-Haddād mereka
berkeyakinan bahwa mengamalkan zikir Ratib al-Haddād amat besar
manfaatnya bagi pemantapan iman maupun kemaslahatan hidup di dunia
dan di akhirat. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana pemahaman dan praktik penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an
dalam zikir Ratib al-Haddad di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat di
Depok? Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi partisipatif, wawancara, dan penelitian dokumen. Mengenai
analisis data yang digunakan pada skripsi ini adalah deskriptif analitik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, praktik pembacaan zikir Ratib al-
Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat menegaskan pembacaan
zikir ini setelah pembacaan surah Yāsīn. Di dalam zikir Ratib al-Haddād
juga terdapat beberapa surah dan potongan-potongan ayat yang menjadi
bagian inti zikir. Surah al-Fātiḥah sebagai tawasul, surah al-Baqarah ayat
255 yang disebut ayat kursi, surah al-Baqarah ayat 284-286, surah al-
Ikhlaṣ yang dibaca sebanyak 3 kali, surah al-Falaq sebanyak 1 kali, dan
surah an-Nās sebanyak 1 kali. Ayat-ayat itu difahami sebagai bagian dari
doa meminta perlindungan diri kepada Allah dari kekuatan buruk yang
ditimbulkan makhluk-Nya. Dampak yang dirasakan jamaah setelah
mengikuti zikir Ratib al-Haddād setiap individu memiliki pengalaman
yang berbeda-beda sebagai pengaruh yang dirasakannya, seperti
mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam menjalani aktifitas
sehari-hari, menambah kesabaran dalam diri, dapat melindungi diri dari
godaan makhluk halus dan dijauhkan dari kejahatan dan mempermudah
semua urusan baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi.
Kata Kunci: Praktik, Zikir, Ratib Al-Haddād
v
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis diberikan
kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
juga salam senantiasa tercurah kepada Junjungan kita semua Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa‟atnya di akhirat nanti.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Agama pada Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Lewat penyusunan skripsi ini tentu penulis
mengalami beberapa hambatan, tantangan serta kesulitan, namun karena
dukungan dari semua pihak, akhirnya semua hambatan dapat teratasi
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi yang
berjudul “AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR RATIB AL-
HADDAD DI MAJELIS TA’LIM FADHILATUSSHOLAWAT
(STUDI LIVING QUR’AN)” ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril dan juga
materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan skripsi terutama kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA. Selaku rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan skripsi.
vi
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA. Selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur‟an
dan Tafsir fakultas Ushuluddin dan bapak Dr. Fahrizal Mahdi, LC.,
MIRK, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama
penyusunan skripsi dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada
setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen dan civitas akademik Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta
pengarahan kepada penulis demi terselesainya penulisan skripsi ini.
6. Bapak KH. Ahmad Baidowi MSD selaku Pembina Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat yang telah memberikan izin penulis untuk
melakukan penelitian di sana begitu pula dengan istri beliau yang
sudah membantu memberikan informasi dalam penelitian skripsi ini.
serta para jamaah yang telah banyak membantu memberikan data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian.
7. Kepada kedua orang tua penulis. Ayahanda tercinta Drs. H. Mahmud
Panen dan Ibunda tersayang Siti Zulaikha, terima kasih telah menjadi
orang tua terhebat sejagat raya yang telah membimbing dari kecil
sampai sekarang tidak pernah bosan memberikan nasehat, motivasi,
cinta, perhatian dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa
penulis balas. Serta kakak-kakakku aa Musfiq Amrullah, aa Imam
Ibnu Mahmud, Teh Syifa Fauziah, Teh Irmawati dan adikku Zaqi
Abdillah, serta ponakanku Syakira Azmi yang bawel dan pintar dan
Raisya Misela Ramadhani yang lucu dan gemesin, terimakasih telah
memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis,
untuk segera lulus kuliah.
vii
8. Sahabatku Naurah Nazhifah, Siti Aan Nurhasanah, Fillahi Nur
Mabruri, Winda Maulida penulis mengucapkan terimakasih telah
memberikan motivasi dan banyak membantu dalam penelitian ini
hingga penyusunan skripsi ini terselesaikan. Penulis berharap kita bisa
berteman sampai kita tua nanti walaupun jarak memisahkan kita.
9. Nidaaul Husna, Iwan Hidayat selaku teman seperjuangan di kala suka
dan duka dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih telah membantu
dan memberikan hiburan di saat penulis sedang merasa kesulitan
dalam menyusun skripsi dan teruntuk Diana Hera, Intan Diniatul
Azizah terimakasih atas masukan dan dorongan agar skripsi ini segera
selesai. Semoga kelak kita bertemu kembali dengan kabar kesuksesan
masing-masing.
10. Dan kepada, Haipat Fitriani Bahar, Afiyanti Harirah, Joharudin
Adnan, Asep Muhammad Nasrudin, Abdullah Savi‟i, dan Lutfi
Sobahi, Tri Yulianto Pamungkas. Terimakasih telah menjadi teman
yang selalu memotivasi untuk penyelesaian skripsi ini dan terimakasih
atas keceriaannya selama ini.
11. Seluruh teman-teman Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2015 dan
IQTAF B serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini semoga menjadikan ilmu yang bermanfaat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca.
viii
Tangerang, 25 Oktober 2020
Ifatuddiyanah
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987
1. Padana Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
ṡ es dengan titik atas ث
J Je ج
ḥ ha dengan titik bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Ż zet dengan titik atas ذ
R Er ر
Z Zet ز
x
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
S Es س
Sy es dan ye ش
ṣ es dengan titik bawah ص
ḍ de dengan titik bawah ض
ṭ te dengan titik bawah ط
ẓ zet dengan titik bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
gh ge dan ha غ
F Ef ؼ
Q Qi ؽ
K Ka ؾ
L El ؿ
M Em ػم
N En ن
xi
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
W We و
H Ha ه
Apostrof ‟ ء
Y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
U Dammah ـــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ـــ ي
Au a dan u ـــ و
xii
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan topi di atas ىا
Ī i dengan topi di atas ىي
Ū u dengan topi di atas ىو
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-
dîwân.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (ـــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu
terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Misalnya, kata ( ورةلضرا ) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah,
demikian seterusnya.
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
xiii
huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika
tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
قةیرط 1 Tarīqah
ةیلإسلامالجامعة ا 2 al-jāmī‟ah al-islāmiyyah
دلوجوة احدو 3 wahdat al-wujūd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),
antara lain untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat,
nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al-
Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama
tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya
ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī;
Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
xiv
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (Fi„il), kata benda (Isim), maupun huruf
(Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
Kata Arab Alih Aksara
ن ان فسكم و جعل لكم م Wallahu jaʻala lakum min والل
anfusikum
ت الي وم احل لكم الطيب Alyawma uḥilla lakumu al-
ṭayyibātu
ت ت للطيبي والطيب ون للطيب Wa al-ṭayyibātu li al-ṭayyibīna والطيب
wa al-ṭayyibūna li al-ṭayyibāti
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-
Rahmān.
9. Singkatan
Huruf Latin Keterangan
Swt Subḥanahu wa ta„ālā
Saw Ṣalla Allāh „alaihi wa sallam
QS. Quran Surat
M Masehi
H Hijriah
W Wafat
xv
DAFTR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xviii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ 5
1. Identifikasi Masalah ................................................................... 5
2. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
3. Perumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka............................................................................ 7
E. Metodologi Penelitian .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 12
BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG ZIKIR .......................... 15
A. Pengertitan Zikir .......................................................................... 15
B. Bentuk dan macam-macam zikir ................................................. 18
1. Bentuk-bentuk zikir ................................................................ 18
2. Macam-macam zikir ............................................................... 19
xvi
C. Keutamaan Zikir .......................................................................... 21
D. Pengertian Ratib dan Sejarah Ratib al-Haddād ........................... 22
1. Pengertian Ratib ........................................................................... 22
2. Sejarah Ratib al-Haddād ............................................................... 23
E. Biografi Penyusun Ratib al-Haddād ................................................. 25
F. Kajian Living Qur‟an ........................................................................ 29
BAB III : PROFIL MAJELIS TA’LIM FADHILATUS SHOLAWAT 37
A. Profil Singkat Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ........................... 37
B. Peta Geografis Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat .......................... 39
C. Sarana dan Prasarana Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ............... 40
D. Struktur Organisasi ........................................................................... 41
E. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ............... 42
F. Biografi Responden .......................................................................... 43
BAB IV : MEMAHAMI PENGGUNAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM
ZIKIR RATIB AL-HADDᾹD DAN PRAKTIK PEMBACANNYA DI
MAJELIS TA’LIM FADHILATUSSHOLAWAT DEPOK ................... 47
A. Motivasi Pembacaan Zikir Ratib al-Haddād .................................... 47
B. Pemahaman terhadap Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an dalam zikir
Ratib al-Haddād ................................................................................ 50
C. Praktik Pembacaan Zikir Ratib al-Haddād ....................................... 59
D. Dampak Pembacaan Zikir Ratib al-Haddad ..................................... 68
BAB V : PENUTUP .................................................................................... 73
A. Kesimpulan ....................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Biografi Responden ..................................................................... 43
Tabel 3.2 Anggota Majelis Ta‟lim ............................................................... 44
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Beji ............................................................ 40
Gambar 3.2 Peta Lokasi Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat .................. 40
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi umat Islam, al-Qur‟an merupakan kitab suci yang menjadi
pedoman kehidupan baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Dalam
menghadapi tantangan hidup, umat Islam mengharapkan petunjuk dari apa
yang diatur dalam al-Qur‟an.1 Selain itu, yang melekat di benak umat
Islam bahwasanya ketika membaca al-Qur‟an akan bernilai sebagai suatu
ibadah, terlebih jika disertai dengan menjaganya (Menghafal),
menjadikannya sebagai zikir untuk selalu mengingat Allah serta
mengamalkan isinya. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa tidak ada
sebuah kitab suci yang mendapat apresiasi dari penganutnya, sebanyak
apresiasi yang diberikan terhadap al-Qur‟an.2
Al-Qur‟an memiliki fungsi yang sangat besar bagi manusia, di antara
fungsi al-Qur‟an tersebut al-Qur‟an memperkenalkan dirinya sebagai
Hudan Linnās yang menjadi petunjuk atau pimpinan bagi manusia, Hudan
li al-mu‟minīn yang menjadi petunjuk bagi orang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT. Memberi petunjuk dan menggembirakan
orang-orang yang beriman. Menjadi obat bagi yang sakit. Pemisah antara
yang hak dengan yang baṭil, dan al-nūr cahaya yang terang benderang. Di
samping fungsi al-Qur‟an di atas, al-Qur‟an telah merubah nasib umat
manusia dari kemusyrikan kepada tauhid.3
1 Imam Muchlas, Al-Qur‟an Berbicara Kajian Kontekstual beragam persoalan
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), 19.
2 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir, Cet. II (Yogyakarta: Idea
Press, 2015), 104.
3 Mawardi Labay El-Sulthani, Zikir dan Doa Dalam Kesibukan (Direktorat Publikasi
Ditjen Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan RI, 1992), 26.
2
Setiap manusia ingin hidup dalam kehidupan yang tenang, tentram,
berkecukupan, mapan, bahagia, dan sejahtera meskipun kemauan dan
keinginan tersebut tidak selamanya tercapai. Al-Qur‟an telah
menunjukkan kepada umat manusia untuk mencapai ketentraman jiwa
dengan memahami serta mau mengamalkan petunjuk dari Allah pasti akan
mendapatkan ketenangan dan ketentraman di dalam hidup dan kehidupan
di dunia ini dan juga akan selamat di akhirat nanti.1
Zikir adalah amalan para hamba Allah yang paling utama, dan
ditekankan lebih seratus kali di dalam al-Qur‟an untuk mendapatkan
keridhaan Allah dan diketahui pula, bahwa zikir termasuk perintah Allah
yang sangat besar. Juga merupakan pendekatan kepada-Nya yang terbaik,
serta termasuk wasilah yang paling cepat sampai kepada Allah.2 Zikir
merupakan senjata paling ampuh untuk mengalahkan musuh dan
perbuatan paling layak untuk memperoleh pahala. Selain itu, zikir sebagai
bendera Islam, pembersih hati, pelindung dari sifat munafik, ibadah paling
mulia, dan kunci semua keberhasilan.3
Allah SWT berfirman:
راياي ها الذين امنوا اذكروا الل سبحوه بكرة واصيلا و ذكرا كثي و
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan
mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbilah kepada-
Nya pada waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Ahzab/16: 41-42).
و تطم ئ ن القلوب و ا ل بذكر الل الذين امن وا وتطم ئ ن ق ل وب هم بذكر الل
1 Mawardi Labay El-Sulthani, Zikir dan Doa Dalam Kesibukan, 81.
2 Habib Alwi bin Ahmad bin Al-Hasan bin „Abdullāh bin „Alwī Al-Haddād, Syarh
Ratib Al-Haddād (Bandung: Pustaka Hidayah, 2016), 33.
3 Muhammad Hisyam Kabbani, Energi Zikir dan Salawat (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2007), 10.
3
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram.” (Q.S. Al-Ra‟d/13: 28).
Ayat di atas menegaskan kepada umat muslim agar menggunakan
waktu luangnya untuk selalu berzikir baik dalam keadaan berdiri, duduk,
bahkan berbaring, kapanpun dan di mana pun.4 Itu merupakan tanda kasih
sayang Allah kepada hamba-Nya. Selain itu zikir tidak berat dilakukan
dan kewajiban melaksanakannya pun ringan dibandingkan dengan ibadah-
ibadah lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, kajian mengenai al-Qur‟an
semakin luas dan berkembang, dari kajian teks kepada kajian sosial
budaya, dan kemudian pada saat ini kerap diucap dengan kajian living
Qur‟an. M. Mansyur mengatakan dalam bukunya yang berjudul metode
penelitian living Qur‟an dan Hadis bahwa al-Qur‟an bermula dari
fenomena Qur‟an in Every day Life, yang merupakan makna dan fungsi
yang riil nyata dipahami dan dialami oleh masyarakat muslim. Fenomena
masyarakat dengan al-Qur‟an misalnya fenomena sosial terkait dengan
pelajaran membaca al-Qur‟an, fenomena penulisan bagian-bagian dari al-
Qur‟an di tempat-tempat tertentu, penggalan ayat-ayat al-Qur‟an yang
dijadikan sebagai pengobatan, doa-doa dan sebagainya yang ada di
masyarakat muslim tertentu saja tidak semua masyarakat muslim lainnya.5
Dari fenomena tersebut di masyarakat saat ini banyak berkembang
bermacam-macam susunan zikir seperti Ratib al-Haddād, Ratib al-Atthas
dan Ratib al-Idrus. Ketiga zikir ini memiliki keutamaan dan pemahaman
masing-masing. Salah satu zikir yang sangat terkenal luas dan banyak
dibaca oleh sebagian kaum muslimin khususnya di Indonesia seperti di
4 Habib Alwi bin Ahmad bin Al-Hasan bin „Abdullāh bin „Alwī Al-Haddād, Syarh
Ratib Al-Haddad, 37.
5 M. Mansyur, Metode Penelitian living Qur‟an dan Hadis, ed. Sahiron Syamsuddin
(Yogyakarya: TH-Press, 2007), 5-7.
4
majelis-majelis zikir adalah Ratib al-Haddād. Sebagian dari mereka
berkeyakinan bahwa mengamalkan zikir Ratib al-Haddād amat besar
manfaatnya bagi pemantapan iman maupun kemaslahatan hidup di dunia
dan di akhirat. Ratib al-Haddād disusun oleh al-Habib „Abdullāh bin
„Alwī bin Muhammad al-Haddād yang susunan isinya diambil dari al-
Qur‟an dan Hadis Rasulullah Saw. yang bacaan pertama sampai akhir
mengandung hikmah. Banyak di kalangan ulama, kiyai, habaib bahkan
masyarakat yang menjadikan Ratib al-Haddād ini sebagai zikir wajib
setiap hari. Tetapi di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat mengamalkan
zikir Ratib Al-Haddād hanya setiap dua pekan sekali pada sore hari yang
dipimpin oleh KH. Ahmad Baidowi yang telah memiliki ijazah dari
gurunya dalam bentuk ucapan dan tulisan.6
Kita ketahui bahwa majelis zikir adalah tempat berkumpulnya orang
banyak yang mempunyai tujuan tertentu hanya untuk menambah wawasan
keislaman serta untuk mengingat Allah, mensucikan hati dan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tujuan zikir itu sebenarnya sama,
untuk menenangkan hati akan tetapi berdasarkan pengamatan penulis,
bahwa di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat mempraktikkan zikir Ratib
al-Haddād bukan hanya sekedar untuk ketenangan hati saja akan tetapi
bertujuan untuk mengabulkan keinginan setiap para jamaah.
Salah satu tradisi yang berjalan di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat
ini, dalam ranah studi living Qur‟an. Seperti yang telah dipaparkan di atas,
posisi al-Qur‟an sebenarnya yang hidup di masyarakat itu sebagai Hudan
Linnās, Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat memposisikan al-Qur‟an
bukan sebagai Hudan Linnās akan tetapi menjadikan al-Qur‟an sebagai
doa untuk mengabulkan sebuah keinginan setiap jamaah. Dari latar
6 Ahmad Baidowi (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah, Depok, 6 oktober 2019, Jawa Barat.
5
belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam. Penulis mencoba mengangkat masalah ini dengan penelitian yang
berjudul “AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR RATIB AL-
HADDᾹD DI MAJELIS TA’LIM FADHILATUSSHOLAWAT (STUDI
LIVING QUR’AN).
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah. Di antaranya:
a. Adanya perbedaan tujuan zikir di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat yaitu: untuk memohon keselamatan dari
marabahaya dan kesusahan serta untuk mengabulkan hajat setiap
jamaah.
b. Bagaimana dampak zikir Ratib al-Haddād dalam kehidupan
setiap jamaah.
c. Bagaimana pemhaman dan praktik zikir Ratib al-Haddād
terhadap ayat-ayat al-Qur‟an.
Dari ketiga poin di atas, penulis hanya memfokuskan pada poin
terakhir yaitu mengenai praktik dan pemahaman teks zikir Ratib al-
Haddād terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang kemudian dijadikan sebagai
doa.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, agar
dalam pembahasan skripsi ini tidak keluar dari pokok pembahasan, maka
penulis membatasi hanya fokus pada pemahaman teks zikir Ratib al-
Haddād terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang kemudian dijadikan sebagai
doa untuk mengabulkan sebuah keinginan dalam setiap melaksanakan
praktiknya.
6
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana pemahaman dan praktik zikir Ratib al-Haddād di
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat dan seperti apa dampak zikir Ratib al-
Haddād di dalam kehidupan mereka?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui praktik pembacaan zikir Ratib al-Haddād di Majelis
Ta‟lim Fadhilatussholawat.
b. Untuk mengetahui bagaimana dampak pembacaan zikir Ratib al-
Haddād pada jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
c. Untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar (SI) pada
jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis: penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya dalam praktik pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
b. Secara Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan
rujukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya
dengan tema yang serupa.
c. Secara Akademik: penelitian ini dilakukan agar dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan referensi serta
informasi yang dibutuhkan bagi dunia akademik.
7
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan untuk
memberikan pemantapan dan penegasan terkait dengan penulisan dan
kekhasan penelitian yang akan dilakukan. Penulis mendapatkan banyak
rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai tambahan informasi yang
berkaitan dengan judul skripsi ini. Penelitian serupa yang pernah
dilakukan sebagai acuan penelitian ini, antara lain:
Sri Utami7 (2010) Ushuluddin Universitas Muhammadiyah Surakarta
dalam skripsi yang berjudul judul “Pengaruh Dzikir Ratib Al-Haddad
Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Korban Gempa (Studi Kasus
Majlis Dzikir Al-Ghifary Bengkulu)” dalam penelitiannya dijelaskan
tentang bagaimana pengaruh dzikir Ratib al-Haddad di Majelis dzikir al-
Ghifariy Bengkulu terhadap kesehatan mental masyarakat, sehingga
mereka bisa tegar dalam menghadapi cobaan berupa gempa bumi. Moch
Hilmi HAS8 (2008) Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam skripsi yang berjudul “Pemikiran Dakwah
Habib Abdullah Al-Haddad” dalam penelitiannya dijelaskan tentang
bagaimana konsep pemikiran dakwah Habib Abdullah al-Haddad yang
banyak memiliki nilai-nilai dakwah untuk menekankan pada pembentukan
manusia yang qur‟ani.
Muhammad Fahrudin Febryansyah9 (2018) Pendidikan Agama Islam
(IAIN) Ponorogo dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan
7 Sri Utami, “Pengaruh Dzikir Ratib Al-Haddad Terhadap Kesehatan Mental
Masyarakat Korban Gempa (Studi Kasus Majlis Dzikir Al-Ghifary Bengkulu)” (Skripsi
S1., Universitas Muhammadiyah Surakarta).
8 Moch Hilmi HAS, “Pemikiran Dakwah Habib Abdullah Al-Haddad” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
9 Muhammad Fahrudin Febryansyah, “Upaya Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri
Melalui Kegiatan Ratib Al-Haddad (Studi Kasus di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1
Jenes Brotonegaran Ponorogo)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo).
8
Kecerdasan Spiritual Santri Melalui Kegiatan Ratib Al-Haddad (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes Brotonegaran
Ponorogo)” dalam penelitannya dijelaskan tentang sejauh mana kontribusi
kegiatan Ratib al-Haddad dalam meningkatkan kecerdasan spiritual santri.
Abdul Hadi10
(2018) Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Raden Fatah
Palembang dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Dzikir Ratib al-Haddad
Terhadap Psychological Well Being Pada Jama‟ah Majelis al-Awwabien
Palembang Darussalam.” Dalam penelitiannya dijelaskan tentang
pengaruh zikir Ratib al-Haddad yang membawa perubahan perilaku pada
jama‟ah Majelis al-Awwabien dalam kehidupan mereka sehari-hari seperti
untuk meraih kesejahteraan psikologi dan kebahagiaan jiwa para
jamaahnya, karena sebagian jamaahnya dahulu ada yang menjadi preman,
minim ilmu pengetahuan agama, mengalami kesulitan ekonomi,
mengalami ganguan kejiwaan, dan kurangnya pengendalian jiwa.
Azima Prisma Vera11
(2018) Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dalam skripsi yang berjudul “Dzikir Ratib Al-
Haddad Dalam, Meningkatkan Ketenangan Jiwa Jama‟ah Warga Emas di
Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia” dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa di Yayasan Al-Jenderami mengadakan sistem Pondok
Pesantren dengan santri khusus lanjut usia (warga emas) yang
mengamalkan zikir Ratib al-Haddad untuk meningkatkan ketenangan jiwa
agar mencapai kekhusyuan dan menjadikan zikir tersebut sebagai sarana
mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian dengan jiwa yang
tenang.
10 Abdul Hadi, “Pengaruh Dzikir Ratib al-Haddad Terhadap Psychological Well Being
Pada Jama‟ah Majelis al-Awwabien Palembang Darussalam” (Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang).
11
Azima Prisma Vera, “Dzikir Ratib Al-Haddad Dalam Meningkatkan Ketenangan
Jiwa Jama‟ah Warga Emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia”
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).
9
Fauzi Ansori Saleh12
(2006) Pendidikan Agama Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dalam skripsi yang berjudul “Pembinaan Akhlak
Santri Melalui Metode Zikir Ratib Al-Haddad di Pesantren Darul Qur‟an
Wal Irsyad Ledoksari Wonosari Gunungkidul Yogyakarta” dalam
penelitian ini dijelaskan mengenai penerapan metode zikir Ratib al-Hadd
dalam upaya pembinaan akhlak para santri di Pesantren Darul Quran wal
Irsyad Wonosari Gunungkidul dan mengetahui tanggapan para santri
terhadap penerapan metode tersebut serta merumuskan hal-hal yang
menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan metode
tersebut.
Muhammad Noupal13
(2018) UIN Raden Fatah Palembang dalam
jurnal yang berjudul “Zikir Ratib Al-Haddad: Studi Penyebaran Tarekat
Haddadiyah di Kota Palembang” dalam penelitian ini dijelaskan bahwa
maraknya pembacaan zikir Ratib Al-Haddad tidak menunjukkan tarekat
haddadiyah dianut oleh masyarakat Palembang karena zikir Ratib al-
Haddad lebih dianggap zikir umum yang pembacaannya boleh dilakukan
oleh siapa saja.
Heri Sunarto14
(2015) Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Ponorogo dalam skripsi yang berjudul “Urgensi
Kegiatan Ratib Al-Haddad Dalam Meningkatkan Keimanan Santri Pondok
Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo” dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa kondisi iman santri di pondok pesantren ini masih sangat
lemah karena masih banyak santri yang sulit di atur. Dengan adanya
12 Fauzi Ansori Saleh, “Pembinaan Akhlak Santri Melalui Metode Zikir Ratib Al-
Haddad di Pesantren Darul Qur‟an Wal Irsyad Ledoksari Wonosari Gunungkidul
Yogyakarta” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).
13
Muhammad Noupal, “Zikir Ratib Al-Haddad: Studi Penyebaran Tarekat
Haddadiyah di Kota Palembang” (Jurnal Intizar, Vol.24, No.1, 2018 Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang).
14
Heri Sunarto, “Urgensi Kegiatan Ratib Al-Haddad Dalam Meningkatkan Keimanan
Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo” (Skripsi S1., Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo).
10
kegiatan dzikir ratib al-haddad yang diwajibkan setiap hari dengan
istiqomah maka dapat membawa pengaruh besar terhadap kepribadian
santri.
Ali Sodirin15
(2018) Tafsir dan Hadis UIN Walisongo Semarang dalam
skripsi yangberjudul “Praktik Pembacaan Ratib al- Haddad di Jam‟iyah
Eling Nurul Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kec.
Brebes (Studi Living Hadis)”. Dalam penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang penulis lakukan. Bedanya dari segi lokasi penelitian dan
dalam skripsi penulis lebih memfokuskan pada penggunaan ayat-ayat al-
Qur‟an yang terdapat dalam Ratib al-Haddād dan dalam praktik
pembacaan zikir Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ini
diawali dengan pembacaan surah Yāsīn yang berbeda dengan majelis
ta‟lim lainnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif dalam penulisannya mengumpulkan data dan fakta yang
dihimpun berbentuk kata atau gambar bukan angka. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud untuk
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan
berbagai metode yang ada.16
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
15 Ali Sodirin, “Praktik Pembacaan Ratib al- Haddad di Jam‟iyah Eling Nurul Huda
Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kec. Brebes (Studi Living Hadis)”
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang).
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), 17.
11
a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai
praktik zikir Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung yang sudah tersusun dalam dokumen-dokumen17
. Di
antara sumbernya yaitu berupa buku-buku, jurnal yang berkaitan
dengan tema skripsi
3. Lokasi Penelitian
Dalam lokasi penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat yang berada di Jl. Palakali Villa Putra Mandiri 2 rt.002
rw.05 Tanah Baru, Beji Depok.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang maksimal maka penelitian ini
menggunakan berbagai metode di antaranya:
a. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan cara bertanya kepada
narasumber dengan maksud tertentu. Dalam hal ini peneliti mewawancarai
10 orang di antaranya adalah 3 orang Ustadz yang memiliki pemahaman
terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang terdapat dalam Ratib al-Haddād dan
jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
b. Observasi
Metode ini di gunakan untuk melihat atau mengamati secara langsung
dan mengetahui sesuatu yang sedang terjadi dan mendengarkan kondisi
lapangan serta bagaimana proses dari pembacaan zikir Ratib al-Haddād.18
c. Dokumentasi
17 Sumardi Surya Brata, Metode Penelitia (Jakarta: Grafindo Persada, 1998), 88.
18
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2015), 21.
12
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa rekaman yaitu
dari hasil wawancara. Rekaman yang dipersiapkan oleh individual dengan
tujuan untuk membuktikan adanya suatu permasalahan. Sedangkan
dokumen dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-
surat, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya.19
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis yang penulis gunakan dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia yaitu dari hasil wawancara.20
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada“Pedoman
Penulisan Skripsi Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh keputusan rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penelitian, maka skripsi ini dibagi menjadi lima
bab, dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub yang disesuaikan dengan luas
pembahasan. Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:
Bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah
untuk menjelaskan mengapa penelitian ini perlu dilakukan, identifikasi
masalah, batasan masalah. rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka untuk mengetahui masalah utama dan temuan
yang telah dihasilkan pada penelitian sebelumnya, metodologi penelitian
19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 161.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D, 244.
13
dan sistematika penulisan. Bab ini untuk menjelaskan secara keseluruhan
berisi pendahuluan yang mendasari pemikiran dalam penelitian.
Bab II merupakan gambaran umum tentang zikir. Penulis menjelaskan
tentang pengertian zikir secara umum, bentuk dan macam-macam zikir,
keutamaan zikir, pengertian ratib dan Ratib al-Haddād, Biografi penyusun
Ratib al-Haddād, apa itu kajian living Qur‟an.
Bab III penulis memaparkan lokasi penelitian yang terdiri dari Profil
singkat Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat, letak geografis Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat, sarana dan prasarana, struktur organisasi, visi, misi
dan tujuan Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat, biografi responden. Bab ini
berhubungan dengan bab sebelumnya, bab ini menjelaskan lokasi
penelitian.
Bab IV merupakan penjelasan dari hasil penelitian tentang memahami
penggunaan ayat al-Qur‟an dalam zikir Ratib al-Haddād, motivasi dan
praktik pembacaan Ratib al- Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat
Depok, serta dampak pembacaan zikir Ratib al-Haddād yang dirasakan
setiap jamaah. Bab ini juga berhubungan dengan bab sebelumnya yang
menjelaskan tentang gambaran umum penelitian ini.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan sebagai
jawaban dari permasalahan penelitian ini. kritik dan saran sebagai
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
14
15
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG ZIKIR
A. Pengertitan Zikir
Zikir dalam kamus al-Munawir adalah والذكر (peringatan), اكرة والذ
(ingatan), ذكر وأذكره (mengingat), واستذكر وتدكر واذكر وادكر (mengingat-ingat).1
Sedangkan menurut istilah adalah proses hubungan seorang hamba kepada
Allah dengan selalu ingat dan tunduk kepada-Nya dengan cara
mengumandangkan takbir, tahmid, tasbih, doa, membaca al-Qur‟an, dan
lain-lain yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, sendiri
maupun berjamaah karena zikir adalah sebaik-baiknya ibadah.2
Al-Qur‟an memberi petunjuk bahwa zikir tidak hanya melalui ekspresi
yang ditampilkan dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk dan
merenung saja tetapi lebih dari itu. Zikir yang sudah tersusun dengan rinci
memiliki berbagai variasi yang aktif dan kreatif.3
a. Al-Qur‟an menjelaskan zikir dapat memberikan ketenangan:
و ئالذين امن وا وتطم و تطم ن ق لوب هم بذكر الل ن القلوب ئ ال بذكر الل
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram.” (Q.S. Al-Ra‟d/13: 28)
b. Zikir yang berarti ingat akan hukum-hukum Allah:
ى عن الفحشاء والمنكر وال ه حسان واي تائ ذى القرب وي ن و يأمر بالعدل وال ان الل ب
رون يعظكم لعلكم تذك 1Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), 448-449.
2 M. Khalilurrahman al Mahfani, Keutamaan Doa dan Dzikir Untuk Hidup Bahagia
dan Sejahtera, (Jakarta: PT Wahyumedia, 2006), 30-33.
3 Samsul Munir dan Haryanto Al-Fandi, Energi Zikir (Jakarta: Amzah, 2014), 11-12.
16
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(Q.S. An-Nahl/16:91)
c. Zikir yang berarti mengambil pelajaran atau peringatan:
ر ال اول را وما يذك را كثي وا اللباب ي ؤتى الكمة من يشاء ومن ي ؤت الكمة ف قد اوت خي
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan
yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Q.S. Al-Baqarah 2/269)
Ayat di atas menjelaskan bahwa agar umat Islam senantiasa mengingat
Allah dengan berzikir kepada-Nya tanpa lengah. Karena dengan berzikir
hati akan selalu mendapatkan ketenangan, jika di dalam diri sudah
terhubung dengan ketuhanan maka akan tertanamlah dalam diri seseorang
berupa kebaikan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1) puji-
pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang, (2) doa atau puji-
pujian berlagu (dilakukan pada perayaan Maulid Nabi), (3) perbuatan
mengucap zikir.4
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy zikir adalah menyebut nama Allah,
seperti dengan membaca tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la
ilahaillallahu), membaca tahmid (alhamdulillah), membaca taqdis
(quddusun), membaca takbir (Allahuakbar), membaca hauqalah (la
haulawalaquwwataillabillahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu),
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), 1280.
17
membaca doa-doa yang diterima dari Nabi Saw mendekatkan diri kepada
Allah dan menghindarkan diri dari kejahatan.5
Menurut Ibn „Aṭa‟illāh zikir merupakan melepaskan diri dari kelalaian
dengan menghadirkan perasaan hati bersama al-ḥaqq (Allah). Adapun
pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan zikir adalah
mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan, yang
dilakukannya dengan mengingat lafẓ al-jalālah (Allah), sifat-Nya, hukum-
Nya, perbuatan-Nya, ataupun melakukan tindakan yang serupa. Zikir juga
bisa berupa dengan doa, mengingat para rasul-Nya, Nabi-Nya, wali-Nya,
dan orang-orang yang memiliki kedekatan dengannya. dan bisa juga
dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan melakukan
perbuatan tertentu seperti mengingat, membaca, ceramah dan bercerita.6
Menurut para ulama tasawuf zikir memiliki dua pengertian yaitu: Zikir
dalam arti sempit adalah zikir yang dilakukannya dengan lisan atau lidah,
zikir lisan adalah dengan menyebut-nyebut Allah atau bisa juga dengan
mengagungkannya. Seperti mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
hauqalah dan lain-lain. Selain itu zikir bisa juga dengan pengucapan lidah
disertai adanya kehadiran hati yaitu membaca kalimat tersebut dan
mengingat kebesaran Allah dengan menggambarkan kandungan makna
kata yang disebut itu.
Sedangkan zikir dalam arti luas adalah menyadari kehadiran Allah di
mana pun dan kapan pun, dan juga menyadari akan kebersamaan-nya,
kebersamaan yang dimaksud disini merupakan dalam arti pengetahuan-
5 Teungku. M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2010), 2.
6 Ibn „Aṭa‟illāh al-Sakandari, Zikir Penenteram Hati (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2000), 29.
18
Nya terhadap apapun yang ada di alam raya ini serta bantuan dan
pembelaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yangtaat.7
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa zikir adalah
kunci dari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. karena ibadah yang
paling mulia adalah senantiasa mengingat-Nya. Maka dengan berzikir
akan mendatangkan ketenangan hati dan akan selalu merasakan kedekatan
dengan-Nya. Selain itu juga dapat menyebabkan wajah bersinar di dunia
dan bercahaya di akhirat sebagaimana telah disebutkan dalam hadits:
“Barang siapa mengucapkan „Lā ilāha illallāh‟ seratus kali dalam satu
hari, maka ia akan datang kepada Allah di hari kiamat sedang
wajahnya lebih putih daripada bulan pada malam purnama”.8
B. Bentuk dan Macam-macam Zikir
1. Bentuk-bentuk Zikir
Dalam skripsi Lisa Deni Ristiningrum menurut Ibnu Aṭa‟ dalam kitab
al-ḥikam, yang dikutip oleh M. Asywadie Syukur, membagi zikir menjadi
tiga bentuk, yaitu:
a. Zikir jallī (zikir jelas, nyata)
Artinya suatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, rasa syukur, dan doa kepada Allah dengan
melantangkan suara dengan jelas untuk menuntun gerak hati. Tujuannya
untuk mendorong kehadiran hatinya yang menyertai ucapan-ucapan lisan.
b. Zikir khāfī (zikir samar-samar)
Jenis zikir khāfī ini yang dilakukan secara khusu dengan ingatan
batinnya baik disertai dengan zikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah
mampu melakukan zikir seperti ini hatinya senantiasa akan merasa
7 Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlepi Dalimunthe, Dahsyatnya Doa dan Dzikir
(Jakarta: QultumMedia, 2008), 8, https://books.google.co.id/books?id=2FoifGUJ
auQC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&
f=false.
8 Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2014), 125.
19
memiliki hubungan dengan Allah. Kapan pun dan di mana pun ia berada
akan selalu merasakan kehadiran Allah SWT.
c. Zikir ḥaqiqi (zikir sebenar-benarnya)
Merupakan zikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, baik
lahiriah maupun baṭiniah, kapan dan di mana saja, dengan tahap ini
seseorang dapat memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga
dari larangan Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.9
2. Macam-macam zikir
Setiap hamba Allah dituntut agar selalu berzikir mengingat Allah
dalam setiap keadaan dan sepanjang waktu. Baik pada saat sedang berdiri,
duduk maupun berbaring tanpa adanya batas dan syarat apapun. Kecuali
ketika sedang berada di dalam kamar mandi tidak diperbolehkan untuk
melakukan zikir. Macam-macam zikir terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Zikir Lisanī (Zikir Lidah)
Yaitu zikir dengan menyebut nama Allah dengan lidah, bunyinya
berupa kalimat Subhānallāh, Alhamdulillāh, Shalawat, Istigfār, dan
Asmāul Husna. Zikir ini nilai pahalanya lebih rendah dibandingkan
dengan zikir lainnya.
b. Zikir Qalbī (Zikir Hati)
Zikir qalbī adalah menyebut nama Allah dengan kalimat tasbih yaitu
(Subhanallah), tahlil (Lailahaillallah), takbir (Allahu Akbar), tahmid
(Alhamdulillah), taqdis, hauqolah, tarji‟, istigfar. Dengan mengucap zikir
qalbī ini pahalanya bisa sampai 70 kali lipat bahkan lebih karena zikir
qalbī ini tidak banyak diketahui orang lain sehingga keikhlasannya pun
terjaga.
9 Lisa Deni Ristiningrum, “Kontribusi Dzikir Dalam pembentukan kepribadian
Muslim (Studi Terhadap Pengikut Dzikir Thariqah Syadziliyah di Pondok Pesantren
Miftahul Huda)” (Skripsi S1., Univesitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), 12-
13.
20
c. Zikir „Aqlī (Zikir Pikir)
Zikir „Aqlī disebut juga dengan tafakur (memikirkan) dan tadabbur
(merenungkan) yaitu merenungkan kekuasaan Allah sebagaimana yang
sudah tertulis dalam kalimat zikir yang diucapkan.
4. Zikir Ruhī (Zikir Roh)
Yaitu kembalinya roh pada fitrah atau kembali ke asalnya pada saat
berada di dalam arwah dan menyaksikan wujudnya Tuhan secara lansung
tanpa adanya perantara. Zikir seperti ini disebut dengan zikir makrifah,
dan ini merupakan tingkatan zikir yang paling tinggi.10
Mawardi Labay membagi zikir menjadi dua macam yang pertama zikir
muqayyad yaitu zikir yang terikat oleh waktu dan tempat seperti
contohnya zikir dalam salat dan sesudahnya, zikir-zikir dalam ibadah haji,
zikir sebelum tidur dan sesudah bangun tidur, zikir sebelum makan, zikir
selama berada di atas hewan tunggangan (seperti unta, kuda, baghal,
keledai, dan yang lain sebagainya). Kedua zikir mutlak yaitu tidak terikat
oleh persyaratan apapun, baik waktu ataupun tempat, dan dapat
dilakukannya dalam keadaan apapun. Di antara macam-macam zikirnya
adalah sebagai berikut:
1. Ingat kepada Allah dengan memperhatikan alam semesta, dengan
demikian kita ingat kepada Allah yang menciptakan alam.
2. Ingat kejadian diri, dengan demikian kita ingat kepada yang Maha
Menciptakan diri yang indah ini.
3. Istigfar. Senantiasa meminta ampun kepada Allah SWT.
4. Tasbih. Ingat kehebatan dan dahsyatnya ciptaan-Nya. Dengan
mengucap (“Subhanallah”)
10 Valeria Pramita, “Zikir Dalam Tasawuf,2014”, Diakses, 17 Maret, 2020,
https://www.academia.edu/11874415/ZIKIR_DALAM_TASAWUF
21
5. Tahmid. Ingat betapa banyaknya nikmat dan kasih sayang Allah
SWT. (“Alhamdulillah”)
6. Takbir. Ingat betapa besar kekuasaan Allah SWT. (“Allahu Akbar”)
7. Tahlil. Ingat, tidak ada tuhan yang pantas disembah kecuali Allah,
pengakuan bertuhan hanya kepada Allah saja.
8. Shalat. Salah satu cara yang paling lengkap dan paling sempurna
untuk ingat kepada Allah atau untuk berhubungan dengan Allah.
9. Basmalah. Ingat asma Allah, sifat-sifat Allah yang 99.
10. Hauqalah. Ingat, semua kekuatan dari Allah. Tiada daya dan
kekuatan kecuali pertolongan Allah.
11. Tilawat. Ingat isi al-Qur‟an adalah peringatan Allah bagi orang
yang lupa, hiburan bagi orang yang beriman dan bertaqwa.
12. Shalawat Nabi. Ingat, perjuangan, penderitaan dan jasa Nabi yang
tiada bandingannya.11
C. Keutamaan Zikir
Di antara amal-amal shaleh yang paling mudah dikerjakan oleh seorang
muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. adalah berzikir. Jika
keimanan orang yang berzikir sempurna, maka ia akan mendapatkan
manisnya. Menurut Muh. Mu‟inudinillah Basri zikir memiliki keutamaan
yang sangat banyak di antaranya yaitu:
1. Zikir adalah amalan yang paling disukai Allah
2. Zikir adalah amalan yang menyelamatkan dari azab Allah.
3. Zikir adalah amalan yang menjaga diri dari gangguan setan.
4. Zikir menjadi penenang dan penentram hati.
5. Zikir menambah rezeki dan menjadikan hidup nyaman.
6. Zikir menyebabkan keselamatan dari kesulitan.
11 Mawardi Labay El Sulthani, Zikir dan Doa Dalam Kesibukan (Departemen
Penerangan RI, 1992), 15-16.
22
7. Seperti kisah Nabi Yunus as. yang selamat dari ikan hiu karena
zikirnya. Allah mengatakan: “kalaulah dia tidak termasuk orang
yang bertasbih, niscaya ia tetap berada di perut ikan hiu sampai hari
kiamat dan demikianlah Allah menyelamatkan orang yang selalu
bertasbih.
8. Zikir menjadi penyebab seseorang dibanggakan Allah di hadapan
para malaikat.12
D. Pengertian Ratib dan Sejarah Ratib al-Haddād
1. Pengertian Ratib
Istilah Ratiban sudah tidak asing lagi bagi umat muslim bahkan sering
didengar dari beberapa kalangan muslim lainnya, asalnya dari kata ratib.
Tentu berbeda artinya antara ratiban dengan ratib. Ratiban lebih mengacu
kepada suatu acara di mana di dalamnya dibacakan ratib. Sedangkan kata
ratib sendiri diambil dari kata Rotaba Yartubu Rotban Rutūban atau
Tarottaba Yatarottabu Tarattuban, yang artinya tetap atau tidak bergerak.
Jadi menurut bahasa ratib artinya kokoh atau yang tetap. Sedangkan
menurut istilah, Ratib diambil dari kata Tartībul-Harsi Lil-Himāyah yang
berarti penjagaan secara rutin untuk melindungi segala sesuatu atau
menjaga seseorang.13
Ada beberapa jenis “Ratib” yang disusun oleh sejumlah ulama as-
shalihin, akan tetapi “Ratib” yang disusun oleh Al-Imam „Abdullāh bin
„Alwī bin Muhammad al-Haddād inilah yang termasyhur yang banyak
diamalkan oleh kaum muslimin di berbagai negeri, misalnya di masjid-
masjid, di surau-surau, di kampung-kampung, dan di tempat permukiman
lainnya.
12 Muh Mu‟inudinillah Basri, 24 Jam Dzikir Dan Doa Radulullah berdasarkan al-
Qur‟an dan Hadits, (Surakarta: Biladi, 2014), 27.
13
Mamay Maesaroh, “Intensitas Dzikir Ratib Al-Haddad dan Kecerdasan Spiritual
Santri”. Bimbingan Konseling Islam, Vol.7, no.1 (2019): 65-66.
23
Menurut „Alwī al-Haddād bahwa yang dimaksud dengan ratib adalah
kumpulan sejumlah ayat-ayat al-Qur‟an dan untaian kalimat-kalimat zikir
yang lazim diwiridkan atau diucapkan berulang-ulang sebagai salah satu
bentuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah Rabbu al-„alamin. Sebagian
kaum muslimin, khususnya di Indonesia berkeyakinan betapa besar
manfaat mengamalkan bacaan “Ratib al-Haddād”, untuk kemantapan iman
dan aqidah tauhid maupun bagi keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat.14
2. Sejarah Ratib al-Haddād
Sebenarnya ada beberapa jenis ratib yang disusun oleh ulama al-
shalihin, karena yang terkenal di Indonesia ada 3 jenis yaitu Ratib al-
Haddād, Ratib al Atthas dan Ratib al-Idrus dan yang paling termasyhur
dan banyak dibaca oleh umat muslim adalah Ratib al-Haddād.
Ratib al Haddād diambil dari nama penyusunnya yaitu Habib
„Abdullāh bin „Alwī bin Muhammad al-Haddād disusun di kota kelahiran
beliau yaitu di Hadramaut. Ratib ini disusun berdasarkan permintaan salah
satu muridnya yaitu Amir dari keluarga Bani Sa‟ad yang pada saat itu
penduduk di kampungnya sedang mengalami ajaran sesat maka dari itu
Amir datang ke Habib „Abdullāh untuk meminta pertolongan dibacakan
salah satu zikir yang akan diamalkan oleh penduduknya guna untuk
menyelamatkan diri mereka.15
Ratib ini Pertama kali hanya dibaca di kampung Amir sendiri yaitu
Kota Syibam setelah mendapat izin dan ijazah dari al-Habib „Abdullāh bin
„Alwī bin Muhammad al-Haddād sandiri. Setelah itu Ratib ini pun dibaca
di masjid al-Hawi milik beliau yang berada di kota Tarim pada tahun 1072
H/ 1661 M. Pada kebiasaanya ratib ini dibaca secara berjamaah setelah
14 Al-Haddad, Syarh Ratib Al-Haddād, 8.
15
Ahmad Baidowi (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah, Depok, 16 Oktober 2019, Banten.
24
shalat isya. Pada bulan Ramadhan, ratib ini dibaca sebelum shalat isya
untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan shalat Tarawih. Ini adalah
waktu yang telah ditentukan oleh al-Habib „Abdullāh bin „Alwī Al-
Haddād untuk daerah-daerah yang mengamalkan ratib ini selamat dan
tidak terpengaruh dari kesesatan tersebut. Setelah al-Habib „Abdullāh bin
„Alwī bin al-Haddād berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib al- Haddād
mulai dibaca di Makah dan Madinah. Al-Habib Ahmad bin Zain alHabsyi
berkata, “Barang siapa yang membaca Ratib al- Haddād dengan penuh
keyakinan dan iman, ia akan mendapat sesuatu yang di luar dugaannya”.
Setiap ayat, do‟a, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini
diambil dari bacaan al-Qur‟an dan Hadis Rasul SAW. Bilangan bacaan di
setiap doa dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah bilangan ganjil
(witir). Semua ini dilaksanakan berdasarkan arahan dari al-Habib Habib
„Abdullāh bin „Alwī bin al-Haddād sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir
yang pendek dengan dibaca berulang kali, dan dengan itu memudahkan
pembacanya. Zikir yang pendek ini jika diamalkan secara istiqomah, lebih
baik dari pada zikir panjang tetapi jarang diamalkan. Ratib ini berbeda dari
pada ratib-ratib yang lain susunan Imam al- Haddād karena ratib al-
Haddād ini disusun untuk dibaca lazimnya oleh kumpulan atau jamaah.
Dari pengamalan Ratib al-Hadād banyak dirasakan oleh mereka yang
mengamalkannya seperti mendatangkan banyak manfaat untuk diri
mereka yang mengamalkannya agar selamat dari bahaya dan kesusahan.
Dalam Ratib al-Haddād berisikan tentang doa, zikir, puji syukur, dan
mengagungkan kesucian Allah SWT. (tasbihat) dan lain sebagainya.16
16 Al-Haddād, Syarh Ratib Al-Haddād, 252.
25
Karena setiap ayat dan doa yang ada di dalam Ratib al-Haddād ini
bersumber pada al-Qur‟an dan Hadis Rasulullah Saw.17
Adapun pembacaan ratib di Indonesia sudah menjadi tradisi yang
telah dilakukan turun-temurun hingga tidak diketahui lagi kapan tepatnya
tradisi ini dimulai, kemungkinan telah dilakukan sejak zaman
penjajahan. Akan tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tradisi
ini mulai tersebar berkat keturunan para pedagang muslim Arab dari
keluarga besar Bani Alawi yang selain berniaga dengan pulau-pulau
seperti Sumatra dan Sulawesi, mereka juga menikah dengan pribumi dan
mensyiarkan Islam sekitar tahun 650 Masehi. Keturunan keluarga besar ini
pun membentuk klan atau marga, seperti Al-Athas, Assegaf, Al-Habsyi,
Al-Haddad, Yahya, dan lain-lain yang hingga kini masih dikenal
masyarakat.18
E. Biografi Penyusun Ratib al-Haddād
Nama lengkap beliau adalah al-Habib „Abdullāh bin „Alwī bin
Muhammad al-Haddād. Ia lahir pada malam senin, tanggal 5 bulan shafar
tahun 1044 H di Syubir di pinggiran kota Tarim Hadhramaut, Yaman.
Kelahiran beliau disambut dengan gembira oleh sejumlah ulama
terkemuka dengan ucapan “matahari telah terbit”. Ia dibesarkan dan
dididik oleh orang tua nya di kota Tarim. Ayahnya bernama al-Sayyid
„Alawī bin Muhammad al-Haddād. Ia seorang laki-laki saleh dan
bertakwa.19
17 M.Abror Rosyidin, “Sejarah, Khasiat, & Bacaan Ratib al-Haddād, 2017”, Diakses,
13 Maret, 2020, https://tebuireng.online/sejarah-khasiat-bacaan-ratib-al-haddād/
18 Nidhomatum MR, “Riwayat Ratib Al-Hadad”, Diakses, 05 Januari, 2021,
https://uninus.ac.id/riwayat-ratib-al-hadad/
19
Dimas Sigit Cahyo, “Mengenal Al-Imam Al-Habib „Abdullāh bin „Alawī Al-
Haddād, 2019”, diakses pada tanggal 31 Maret 2020,
https://artikula.id/dimassigitcahyo/mengenal-al-imam-al-habib-abdullah-bin-alawi-al-
haddad/
26
Habib „Abdullāh adalah seorang pembaru dalam ṭarīqah para saadah
Bani „Alawī. Nasabnya sampai kepada al-Imam Husain bin „Alī bin Abū
Ṭalib anak Fatimah binti Rasulullah. Silsilah nasab beliau yaitu Al- Imam
Al-Allamah Al-Habib „Abdullāh bin „Alwī Al-Haddād bin Muhammad
bin Ahmad bin „Abdullāh bin Muhammad bin „Alwī bin Ahmad bin Abu
Bakar At-Ṭawil bin Ahmad bin Muhammad bin „Abdullāh bin Ahmad Al-
Faqih bin „Abdurrahman bin „Alwī bin Muhammad Ṣahib Mirbath bin
„Alī Khali‟ Qasam bin „Alwī bin Muhammad Ṣahib Ṣauma‟ah bin „Alwī
bin „Ubaidillāh bin Al-Muhājir ilallāh Ahmad bin Isā bin Muhammad An-
Naqīb bin „Alī Al-Uraidhi bin Imam Ja‟far Ash-Ṣādiq bin Muhammad Al-
Bāqir bin „Alī Zainal „Ᾱbidīn bin al-Imam Al-Husein bin Al-Imam Amirul
Mukminīn „Alī bin Abū Ṭalib suami Az-Zahra Fatimah Al-Batūl binti
Rasulullah Muhammad.20
Sejak kecil, al-Habib „Abdullāh sudah mengalami banyak cobaan,21
salah satunya adalah pada umur 4 Tahun beliau terkena penyakit cacar
sehingga menyebabkan kehilangan penglihatannya. Meskipun penglihatan
lahiriahnya diambil oleh Allah namun Allah gantikan oleh penglihatan
baṭinnya yang jauh lebih kuat dan berharga. Cacar yang beliau derita
banyak membawa hikmah, beliau tidak memutuskan gairahnya untuk
menuntut ilmu-ilmu agama dan mengisi masa kecilnya dengan beribadah,
dan bertaqarrub kepada Allah SWT sehingga mulai dari usia dini,
hidupnya sangat berkah dan berguna.22
Dengan segala jerih payahnya Habib „Abdullāh beribadah siang dan
malam, dan menempuh jalan menuju kebahagiaan yang sejati. Seakan-
20 Al-Imam al-Habib „Abdullāh bin „Alwī al-Haddād, Risalah Adab Suluk al-Murid
Langkah Praktis Mendekat Kepada Allah, terj. Husin Nabil as-Saqqaf (Tangerang: Tim
Penerbit Putera Bumi, 2017), 5-6.
21
H. Yunus Ali Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad,cet II (Surabaya: Cahaya Ilmu Publisher, 2018), 40.
22
H. Yunus Ali al-Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad, 2.
27
akan ia mendengar suara inayah ilahi yang terngiang-ngiang di dalam hati
dan pikirannya, “Masihkah ada tambahan?” sehingga menjadi kebiasaan
dalam hidupnya beribadah siang dan malam tiada putus-putus. Itu semua
dilakukannya sejak ia masih kecil.23
Untuk mengetahui betapa besar
kemauannya dalam beribadah di masa kecilnya, Habib „Abdullāh berkata:
“di masa kecilku, aku sangat gemar dan bersungguh-sungguh dalam
ibadah mujahadah. Sampai nenekku seorang wanita shalihah yang
bernama al-Syarifah Salma binti al-Habib Umar bin Ahmad al-Manfar
Ba‟alawī berkata: „Wahai anak kasihanilah dirimu.‟ Ia mengucapkan
kalimat itu, karena merasa kasihan kepadaku ketika melihat
kesungguhanku dalam ibadah dan bermujahadah.24
Habib „Abdullāh selain gemar dalam beribadah juga sering berziarah
ke makam Nabi Hūd as dan makam-makam para shalihin. Ia sering
berziarah kubur pada Hari Jum‟at sore setelah solat ashar di Masjid al-
Hujairah dan pada Hari Selasa. Setelah usianya semakin lanjut dan
kekuatannya pun semakin menurun, maka Habib „Abdullāh tidak
berziarah pada hari Jum‟at dan Hari Selasa seperti biasanya, namun ia
berziarah pada Hari Sabtu dan hari-hari lainnya sebelum matahari naik.25
Di antara wirid yang beliau ucapkan setiap harinya adalah kalimat Lā
ilāha illallāh sebanyak seribu kali. Tetapi di Bulan Ramadhan dibaca
sebanyak dua ribu kali setiap harinya. Ia menyempurnakannya sebanyak
tujuh puluh ribu kali pada waktu di bulan Syawal. Selain itu Habib
23 Al-Haddād, Syarh Ratib Al-Haddād,15.
24
H. Yunus Ali al-Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad, 18.
25
H. Yunus Ali al-Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad, 12-13.
28
„Abdullāh juga mengucapkan Lā ilāha illallāh al-Malikul ḥaqqul mubīn
sebanyak seratus kali sehabis shalat dzuhur.26
Di masa kecilnya yang sangat gemar dalam menuntut ilmu-ilmu
agama, Habib „Abdullāh belajar dengan sejumlah guru. Di antara guru-
gurunya adalah:
a. Al-Quthb Anfās Al-Habib Umar bin „Abdurrahman Al-„Atthās.
b. Al-Allamah Al-Habib „Aqīl bin „Abdurrahman As-Segāf.
c. Al-Allamah Al-Habib „Abdurrahman bin Syeikh Maulā „Aidīd
Ba‟alawī.
d. Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudailī Ba‟alawī
e. Al-Habib Muhammad bin „alwī As-Segāf.27
Adapun murid-murid Habib „Abdullāh bin „Alwī al-Haddād di
antaranya adalah anak beliau sendiri yaitu
a. Al-Habib Hasan bin „Abdullāh Al-Haddād (puteranya).
b. Al-Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyī.
c. Al-Habib „Abdurrahman bin „Abdullāh Bilfāqīh.
d. Al-Habib Muhammad bin Zein bin Sumaith.
e. Al-Habib Umar bin Zein bin Sumaith.
f. Al-Habib Umar bin Abdullāh Al-Bār.
g. Al-Habib „Alī bin Abdillāh As-Segāf.
h. Al-Habib Muhammad bin Umar Ibnu Ṭoha As-Ṣafi dan masih
banyak lagi murid-murid lainnya.28
Karya-karyanya:
a. An-Nashā‟ihad-Dinniyah Wal-WaṣayaAI-Imaniyah.
26 H. Yunus Ali al-Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad, 21.
27
H. Yunus Ali al-Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad, 65.
28
H. Yunus Ali al-Muhdhor, Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-
Haddad, 66.
29
b. Ad-Dakwah at-Tammah.
c. Risālah al-Mudżakarah Ma‟āl-Ikhwan Wal-Muhibbīn.
d. Al Fushūl Al-„Ilmiyah.
e. Al-Ḥikam.
f. Risālah Adab Suluk al-Murid.
g. Sabīlul Iddikār.
h. RisālahAl-Mu‟āwanah.
i. Ittihāfūs-Sā‟il Bi-Ajwibātīl-Masā‟il.
j. Ad-Durrul Manzhūm Al-Jami‟I Lil-Ḥikam Wal-Ulum.
k. Tatsbīt al-Fuād.
l. Kumpulan wirid dan zikir beliau dalam kitab Sabil al-„Ibad Ila Zad
al-Ma‟ad.29
Habib „Abdullāh sangat suka bepergian ke berbagai wilayah di
Hadramaut untuk berdakwah dan mengunjungi tokoh-tokoh ulama besar,
ia juga pernah pergi ke Kota Mekkah dan Madinah untuk menunaikan
ibadah haji dan umrah serta berziarah ke makam Rasulullah Saw. Setelah
menunaikan ibadah haji beliau menghabiskan umurnya meneruskan untuk
menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan Islam dan dakwahnya sampai
akhirnya pada malam Selasa Dzul Qa‟dah 1132 H beliau wafat, pada
usianya yang mendekati sembilan puluh tahun.30
F. Kajian Living Qur’an
Living Qur‟an merupakan gabungan dari dua kata yang berbeda, secara
bahasa living artinya hidup dan Quran artinya kitab suci umat muslim.
29 al-Haddad, Risalah, 8-9.
30
al-Haddad, Risalah, 9.
30
Jadi secara istilah living Qur‟an dapat diartikan sebagai sebuah (Teks) Al-
Qur‟an yang hidup di masyarakat.31
Living Qur‟an Pada mulanya muncul dari fenomena Qur‟an in Every
day Life, yang merupakan makna dan fungsi yang riil nyata dipahami dan
dialami oleh masyarakat muslim. Contoh, banyaknya fenomena sosial
yang terkait dengan pelajaran membaca Qur‟an di lokasi-lokasi tertentu,
fenomena penulisan bagian-bagian dari al-Qur‟an di tempat-tempat
tertentu, penggalan ayat-ayat al-Qur‟an yang dijadikan sebagai
pengobatan, doa-doa dan sebagainya yang ada di masyarakat Muslim
tertentu saja tidak semua masyarakat muslim lainnya mengamalkan hal
tersebut.
Terkait fenomena sosial, masyarakat muslim merespon al-Qur‟an
sudah tergambar dengan jelas sejak zaman Rasulullah dan para
sahabatnya. Tradisi yang muncul pada saat itu adalah al-Qur‟an dijadikan
sebagai obyek hafalan (tahfiz), listening (sima‟) dan kajian tafsir
disamping sebagai obyek pembelajaran (sosialisasi) ke berbagai daerah
dalam bentuk “majelis al-Qur‟an” sehingga al-Qur‟an tersimpan di dalam
“dada” (sudur) para sahabat. Setelah umat muslim berkembang pesat di
seluruh dunia, respon mereka terhadap al-Qur‟an semakin berkembang
dan bervariasi.32
Menurut Muhammad Yusuf, respon umat Islam sangat besar terhadap
al-Qur‟an, dari generasi ke generasi dan berbagai kalangan kelompok
keagamaan di semua tingkatan usia dan etnis. Fenomena yang terlihat
jelas adalah sebagai berikut:
31 Didi Junaedi, “Living Qur‟an:Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan
Kab. Cirebon)”.Journal of Qur‟an and Hadith Studies, vol.4, no.2, (2015): 172.
32
Muhammad Yusuf, Metodologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, ed. Sahiron
Syamsuddin (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 42-43.
31
1) Al-Qur‟an dibaca secara rutin dan diajarkan di tempat-tempat ibadah
(Masjid dan Surau/Lapangan/Musholla), bahkan di rumah-rumah,
sehingga menjadi acara rutin everyday, apalagi di pesantren-
pesantren menjadi bacaan wajib.
2) Al-Qur‟an senantiasa dihafalkan, baik secara utuh maupun
sebagiannya (1 juz hingga 30 juz), meski ada juga yang hanya
menghafal ayat-ayat dan surat-surat tertentu dalam juz „Amma untuk
kepentingan bacaan dalam shalat dan acara-acara tertentu.
3) Menjadikan potongan-potongan ayat satu ayat ataupun beberapa
ayat tertentu dikutip dan dijadikan hiasan dinding rumah, masjid,
makam bahkan kain kiswah Ka‟bah (biasanya ayat Kursi, al-Ikhlaṣ,
Fātiḥah dan sebagainya) dalam bentuk kaligrafi dan sekarang
tertulis dalam bentuk ukiran-ukiran kayu, kulit binatang, logam
(kuningan, perak dan tembaga) sampai pada mozaik keranik masing-
masing memiliki karakteristik estetika masing-masing.
4) Ayat-ayat al-Qur‟an dibaca oleh para qari‟ (pembaca profesional)
dalam acara-acara khusus yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
ertentu, khususnya dalam acara hajatan (pesta perkawinan, khitan,
aqiqah) atau peringatan-peringatan hari besar Islam (Tahun baru 1
Muharam, Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj).
5) Potongan ayat-ayat al-Qur‟an dikutip dan dicetak sebagai assesoris
dalam bentuk stiker, kartu ucapan, gantungan kunci, undangan
resepsi pernikahan sesuai tema konteks masing-masing.
6) Al-Quran senantiasa juga dibaca dalam acara-acara kematian
seseorang, bahkan pasca kematian dalam tradisi “Yasinan” dan
“Tahlil” selama 7 hari dan peringatan 40 hari, 100 hari dst.
32
7) Al-Qur‟an dilombakan dalam bentuk Tilawah dan Tahfiz al-Qur‟an
dalam even-even incidental maupun rutin berskala local, nasional
bahkan internasional.
8) Sebagian umat Islam menjadikan al-Qur‟an sebagai “jampi-jampi”,
terapi jiwa sebagai pelipur duka dan lara, untuk mendoakan pasien
yang sakit bahkan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu
dengan cara membakar dana bunya diminum.
9) Potongan ayat-ayat tertentu dijadikan “jimat” yang dibawa ke mana
saja pergi oleh pemiliknya sebagai perisai/tameng, „tolak balak‟ atau
menangkis serangan musush dan unsur jahat lainnya.
10) Bagi para mubaligh/da‟i, ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan dalil dan
hujjah (argumentasi) dalam rangka memantapkan isi kuliah tujuh
menit (Kultum) atau dalam khutbah Jum‟at dan pengajiannya di
tengah-tengah masyarakat.
11) Terlihat juga fenomena dalam politik, menjadikan ayat-ayat al-
Qur‟an sebagai „bahasa agama‟ dijadikan media justifikasi, slogam
agar memiliki daya Tarik politis, terutama bagi parpol-parpol yang
berbau dan berasaskan keislaman.
12) Bagi orang yang punya bakat di bidang sastra, al-Qur‟an dibaca
dengan model puisi dan diterjemahkannya sesuai dengan karakter
pembacanya.
13) Sementara bagi seniman dan artis, al-Qur‟an terkadang dijadikan
bagian dari sinetron dan film disamping sebagai bait lagu agar
beraroma relijius dan berdaya estestitis, agar memiliki muatan
spiritualitas yang bersifat dakwah/tabligh (seruan/ajakan/himbauan)
bagi pendengarnya.
14) Fenomena mutakhir adalah munculnya tokoh-tokoh agamawan
(ruhaniawan) dalam cerita-cerita fiksi maupun non fiksi dalam
33
tayangan televise yang menjadikan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai
wirid dan dzikir “pengusir jin” atau fenomena kegaiban.
15) Fenomena lain adalah ayat-ayat tertentu dijadikan wirid dalam
bilangan tertentu untuk memperoleh “kemuliaan” atau
“keberuntungan” dengan jalan “nglakoni” (riyadhah) meskipun
terkadang terkontaminasi dengan unsur-unsur mistis dan magic.
16) Terlihat juga fenomena adanya ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan
bacaan dalam menempuh latihan beladiri yang berbasis perguruan
beladiri Islam-Tauhidik (misalnya: Tapak Suci, Sinar Putih) agar
memperoleh kekuatan setelah mendapat ma‟unah (pertolongan) dari
Allah SWT.
17) Dalam dunia entertainment, al-Qur‟an didokumentasikan dalam
bentuk kaset, CD, LCD, DVD, Hardisk sampai di HP, baik itu
secara visual maupun audio visual yang sarat dengan muatan dan
seni.
18) Belakangan marak ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan bacaan para
praktisi/terapis untuk menghilangkan gangguan psikologis dan
pengaruh bentuk lainnya dalam praktik Ruqiyah dan penyembuhan
praktik lainnya.
19) Bisa kita lihat juga potongan ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan media
pembelajaran al-Qur‟an (TPA, TPQ, dsb), sekalipun belajar Bahasa
Arab. Bahkan madrasah al-Qur‟an yang concern dalam bidang tahfiz
pun banyak berdiri secara formal.33
Fenomena sosial di atas dapat dijadikan para pengkaji al-Qur‟an untuk
menjadikan objek kajian dan penelitian living Qur‟an. Dapat dinyatakan
bahwa sebetulnya yang dimaksud living Qur‟an dalam konteks ini adalah
kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait
33 Muhammad Yusuf, Metodologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, 43-46.
34
dengan kehadiran al-Qur‟an atau keberadaan al-Qur‟an di sebuah
komunitas muslim tertentu.34
Dalam konteks budaya dan pergaulan sosial Living Qur‟an
dimaksudkan untuk menyikapi dan merespon masyarakat muslim dalam
fakta kehidupan sehari-hari. Jadi, apa yang dilakukan oleh masyarakat
muslim untuk memberikan penghargaan, penghormatan, dan cara
memuliakan kitab suci dengan mengharapkan pahala dan keberkahan dari
al-Qur‟an itu merupakan keyakinan umat Islam terhadap fungsi al-Qur‟an
yang dinyatakan secara beragam bentuknya. Oleh karena itu maksud yang
dikandung dalam al-Qur‟an bisa saja sama, akan tetapi ekspresi dan
ekspektasi masyarakat terhadap al-Qur‟an antara kelompok satu dengan
yang lainnya tentu berbeda begitupun dengan antar golongan, antar etnis
dan antar bangsa.35
Di samping itu juga kajian living Qur‟an bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan dakwah dan memberdayakan masyarakat, sehingga mereka
bisa lebih maksimal dalam mengapresiasikan al-Qur‟an. Contohnya, jika
di masyarakat terdapat fenomena menjadikan ayat-ayat al-Qur‟an hanya
sebagai doa untuk dijadikan solusi atas persoalan ekonomi sebagai alat
untuk memudahkan datangnya rizki, sementara mereka belum memahami
apa pesan-pesan yang ada di dalam kandungan al-Qur‟an, maka dari itu
kita dapat mengajak dan mengajarkan mereka bahwa al-Qur‟an diturunkan
fungsi utamanya adalah sebagai hidayah. Maka dengan berfikir secara
ilmiah itu sedikit demi sedikit dapat diubah dengan cara berpikir secara
akademik, berupa kajian tafsir misalnya.36
34 M. Mansyur, Metode Penelitian living Qur‟an dan Hadis, ed. Sahiron Syamsuddin
(Yogyakarya: TH-Press, 2007), 8.
35 Muhammad Yusuf, Metologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, 49-50.
36
Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, ed. Sahiron
Syamsudin (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 69.
35
Dalam penelitian ini yang dicari bukan hanya kebenaran agama lewat
al-Qur‟an saja atau menghakimi (judgment) kelompok keagamaan tertentu
dalam Islam, akan tetapi lebih mengedepankan penelitian tentang tradisi
yang menggejala di masyarakat dilihat dari persepsi kualitatif. Meskipun
terkadang al-Qur‟an dijadikan sebagai symbol keyakinan yang dihayati,
kemudian diekspresikan dalam bentuk perilaku keagamaan. Nah dalam
penelitian Living Qur‟an diharapkan dapat menemukan segala sesuatu dari
hasil pengamatan (observasi) yang cermat dan teliti atas perilaku
komunitas muslim dalam pergaulan social-keagamaan hingga menemukan
segala unsur yang menjadi komponen terjadinya perilaku itu melalui
struktur luar dan struktur dalam agar dapat ditangkap makna dan nilai-nilai
yang melekat dari sebuah fenomena yang diteliti.37
Jadi dalam penelitian living Qur‟an ini adalah memberi paradigma baru
bagi pengembangan kajian Qur‟an kontemporer, sehingga studi qur‟an
tidak hanya berkutat pada wilayah kajian teks saja. pada wilayah living
Qur‟an ini kajian tafsir akan lebih banyak mengapresiasikan respon dan
tindakan masyarakat terhadap kehadiran al-Qur‟an, sehingga tafsir tidak
lagi hanya bersifat elitis, akan tetapi mengajak masyarakat dalam
berpartisipasi.38
Seperti pembacaan Ratib al-Haddad ini merupakan salah satu praktik
dari Living Qur‟an yang mana menerapkan atau mengaplikasikan ayat-
ayat al-Quran yang dijadikan sebagai wasilah untuk mendatangkan sesuatu
yang diharapkan oleh pembaca sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
37 Muhammad Yusuf, Metologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, 50.
38
Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Qur‟an & Hadis,70.
36
37
BAB III
PROFIL MAJELIS TA’LIM FADHILATUSSHOLAWAT
A. Profil Singkat Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat telah berdiri sejak 15 tahun yang
lalu yaitu pada tahun 2005 yang didirikan oleh KH. Ahmad Baidowi dan
dibantu oleh guru-guru beliau serta banyak dukungan dari masyarakat
sekitar. Majelis Ta‟lim ini berdiri atas inisiatif dan dorongan hati KH.
Ahmad Baidowi sendiri yang ingin membawa jamaahnya yang hadir
dalam keadaan yang lebih baik dengan mempelajari ilmu-ilmu agama.
Majelis ta‟lim adalah salah satu tempat belajar mengajar yang sangat
efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang ajaran Islam. Istilah
majelis ta‟lim berasal dari bahasa arab yaitu kata majelis merupakan isim
makan yang asal katanya berasal dari جلوسا-يلس -جلس artinya tempat duduk1
dan ta‟lim berasal dari kata ت علم artinya belajar, mengaji.2
Awal berdirinya Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ini sebagai tempat
untuk mempererat tali silaturrahmi yang diisi dengan zikir bersama dan
mempelajari seputar masalah keagamaan. Dahulu kegiatan pengajian
hanya diikuti beberapa orang saja, seiring berjalannya waktu Majelis
Ta‟lim Fadhilatussholawat mulai berkembang sehingga kegiatannya rutin
dilakukan. Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat terletak di Jl. Palakali Villa
Putra Mandiri 2 Tanah Baru, Beji Depok dan tempat majelis tersebut
adalah rumah KH. Ahmad Baidowi sendiri yang masih memiliki anggota
kurang lebih 50 orang karena keadaan bangunan Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat ini yang masih sangat sederhana. Semua anggotanya
1 Mahmud Yunus, Kamus Arab–Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzurriyyah, 1989), 90.
2 Mahmud Yunus, Kamus Arab–Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzurriyyah, 1989), 277.
38
adalah Ibu-Ibu, Bapak-Bapak, anak remaja dari mulai pelajar SMP, SMA,
mahasiswa Perguruan Tinggi dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai wiraswastawan, ibu rumah
tangga, dan juga guru, namun mereka memiliki semangat yang tinggi
dalam mengikuti kegiatan pengajian yang ada di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat.
Kegiatan pengajian yang ada di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat
rutin dilakukan setiap hari Ahad setelah Shalat Ashar sampai sebelum
Magrib yang dilaksanakan setiap dua pekan sekali. Adapun kegiatan
pengajian di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ini seperti pengajian biasa
yang dilakukan di majelis ta‟lim lainnya, yaitu tidak hanya melaksanakan
zikir saja tetapi ada juga disertai dengan pembacaan surah Yāsīn, tahlil,
pembacaan zikir Ratib al-Haddād secara bersama-sama. Sedangkan di sesi
akhir diadakan tausiah yang materinya pun tiap minggu berbeda-beda. Isi
tausiyah tidak lain seputar pengetahuan agama Islam. Dalam kegiatannya,
Majlis Ta‟lim Fadhilatussalawat banyak dihadiri oleh para ulama diantara
yang pernah hadir adalah KH. Ridwan Syahdu, Ustadz Ahmad Shobur,
dan Ustadz Soleh Faqih dari Pondok Pesantren Daarul Rahman, dan
jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat pun tidak hanya berdomisili di
Depok saja, tetapi banyak dari berbagai daerah yang hadir untuk mengikut
kegiatan zikir bersama.
Selain adanya kegiatan mingguan, ada juga kegiatan bulanan yaitu
mengundang anak yatim untuk diberikan santunan dan hidangan makan
bersama, yang merupakan sumbangan dana dari para donatur. Selain itu
ada kegiatan rutin lainnya seperti memperingati Maulid Nabi Muhammad
Saw, dan mengadakan ziarah ke makam para ulama terdahulu.
Kegiatan yang dilakukan di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ini
tidak hanya kegiatan pengajian rutin seperti biasa tetapi pengurus dan tim
39
solawat Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat sering kali diundang untuk
mengisi pengajian ke majelis ta‟lim lainnya. Salah satunya adalah dalam
rangka acara Maulid Nabi Saw. seperti yang dilaksanakan di Majelis
Ta‟lim al-Kauni yang berada di Cipayung Jaya dan juga ke berbagai
majelis ta‟lim lainnya baik yang berbasis di masjid, mushola dan rumah-
rumah masyrakat, yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan zikir
Ratib al-Haddād maupun Ratib al-Atthas secara bersamaan. Pembacaan
zikir Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat sudah
diterapkan sejak berdirinya majelis ini karena didasarkan pada keingininan
para jamaah yang kesemua jamaah tersebut memiliki hajat-hajat khusus
sehingga dengan membaca zikir tersebut banyak memberikan perubahan
bagi jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
B. Peta Geografis Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Berikut ini saya tampilkan gambar-gambar peta wilayah letak Majelis
Ta‟lim Fadhilatussholawat yang berada di daerah kelurahan Tanah Baru
kecamatan Beji kota Depok. Kota Depok memiliki 11 kecamatan yang
terdiri dari Beji, Bojongsari, Cilodong, Cimanggis, Cinere, Cipayung,
Limo, Pancoranmas, Sawangan, Sukmajaya, Tapos. Kecamatan Beji
memiliki 6 kelurahan yang terdiri dari Beji, Beji Timur, Kemiri Muka,
Kukusan, Pondok Cina, Tanah Baru. Berikut adalah gambar petanya:
40
Gambar 3.1
Peta Kecamatan Beji
Gambar 3.2
Peta Lokasi Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
C. Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat.
Sarana dan prasarana dalam kegiatan pengajian sangatlah penting
untuk membantu kelancaran proses pelaksanaan kegiatan pengajian di
41
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat, meskipun kegiatan pengajian sudah
berjalan dengan baik, tetapi tidak dibantu dengan alat-alat maka kegiatan
pengajian tidak sesuai dengan diharapkan. Adapun sarana dan prasarana
yang dimiliki di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat adalah sebagai
berikut:
a. Rumah sebagai tempat kegiatan pengajian
b. Sound system
c. Karpet
d. Alat-alat Hadroh
e. Modul Ratib al-Haddād, dan Buku Yāsīn.
Semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Majlis Ta‟lim
Fadhilatussholawat merupakan kelengkapan kegiatan tersebut menjadi
unsur penunjang suksesnya kegiatan dan program yang dilakukan.3
D. Struktur Organisasi
Memiliki struktur organisasi adalah hal yang sangat penting dalam
berjalannya suatu organisasi. Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat memiliki
struktur organisasi yang baru dibentuk pada bulan November 2019.
Pembentukan struktur organisasi ini bertujuan agar kegiatan pengajian ini
bisa berjalan dengan baik dan lebih terarah. Masing-masing bidang
bertanggung jawab terhadap tugas pokok dan fungsinya, sehingga
kemudian ditunjuk beberapa personel yang memiliki kedudukan dan
kewenangan sebagai ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan humas.
Adapun susunannya sebagi berikut:
Dewan Pembina: KH. Ahmad Baidowi MSD
Ketua : Ahmad Wildan Sururi
Wakil Ketua : Muhammad Rayhan
Sekretaris : Lintar Septian
3 Catatan Observasi Lapangan Langsung pada 9 Agustus 2020.
42
Bendahara : Muhammad Rifki
Humas : 1. Ali Ridho
2. Idham Husein
Anggota : Seluruh Jamaah Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat
E. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Setiap lembaga yang didirikan bisa menjadi besar karena adanya visi
dan misi, seperti di Masjelis Ta‟lim Fadhilatussholawat memiliki visi
sebagai berikut:
Visi: “Menciptakan ukhuwah Islamiah dalam mendapatkan Ridho
Allah”.
Dengan mendasarkn pada visi Majelis Ta‟lim, maka pengurus Majlis
Ta‟lim Fadhilatussholawat menetapkan misi organisasi Majelis Ta‟lim
sebagai berikut:
Misi:
Menciptakan ketenangan, ketentraman, kedamaian khususnya bagi
jamaah yang hadir dan umumnya untuk masyarakat sekitar Majelis
tersebut.
Memberikan bimbingan nasehat kepada para jamaah dan amat
sangat berguna bagi hidup dan kehidupan mereka baik yang hadir
maupun yang mempelajari Ratib al-Haddād secara umum atau
khusus
Adapun tujuan Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawatuntuk mendoakan
masyarakat umum khususnya umat Islam yang memiliki hajat-hajat dan
kebutuhan tersendiri dalam urusan hidup dan kehidupan termasuk segala
urusan baik zhohir maupun batin.4
4 Ahmad Baidowi (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Sabtu, 21 Maret 2020, Jawa Barat.
43
F. Biografi Responden
Untuk melihat latar belakang jamaah Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat, penulis akan menampilkan data responden yang dapat
dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan
dan alamat. Dalam penelitian ini penulis mengambil dari anggota Majelis
Ta‟lim Fadhilatussholawat sebanyak 10 orang. Berikut ini adalah data
responden yang penulis paparkan :
Tabel 3.1
Biografi Responden
No Nama L/K Umur Pekerjaan Tingkat
Pendidikan Alamat
1 KH. Ahmad
Baidowi MSD L 49 Guru S1
Jl. Villa Putra
Mandiri 2
2 Ahmad Wildan
Sururi L
21
Tahun Mahasiswa S1
Jl. Villa Putra
Mandiri 2
3 Saifudin Zuhri L 57
Tahun Guru S1
Jl.H. Baan,
Poris Plawad
Indah
4 Fatullah Harun L 54
Tahun Guru S1
Jl. H. Baan,
Poris Plawad
Indah
5 H. Wahid Hasyim L 47
Tahun Wiraswasta S1
Jl. H. Baan,
Poris Plawad
Indah
6 Roby Cahyadi L 41
Tahun Wiraswasta SMA
Jl. raya Kelapa
Dua, Cimanggis
Depok
7 Haeruddin L 47
Tahun Wiraswasta SMA
Pancoran Mas
Depok
8 Nurseha L 43
Tahun IRT SMA
Jl. Villa Putra
Mandiri 2
9 Hj. Suhaemi P 45
Tahun IRT S1
Jl. Raya
Sawangan
10 Tia Agustina P 23
Tahun Mahasiswi S1
Cinangka
Sawangan
Depok
44
Tabel 3.2
Anggota Majelis Ta’lim
No Nama Jabatan
1 Ahmad Wildan Sururi Ketua
2 Raihan Fajari M Wakil Ketua
3 M. Lintar Septian Sekretaris
4 Muhammad Rifki Bendahara
5 Ali Ridho Humas
6 Idham Husein Humas
7 Mesdi Anwar Anggota
8 Rizky Anggota
9 Rayhan Fadil Anggota
10 Aldi Junior Anggota
11 Syadwiki Anggota
12 Fajar Ramadhan Anggota
13 Fadhli Adhan Anggota
14 Nurhuda Anggota
15 Fadhli Zamzami Anggota
16 Alwi Al-Maliki Anggota
17 Saifudin Zuhri Anggota
18 H. Wahid Hasyim Anggota
19 Fatullah Harun Anggota
20 Ubaidillah Anggota
21 Buyung Azwar Lubis Anggota
22 Warto Anggota
23 Junaedi Anggota
24 Cecep Anggota
25 Saiful Anwar Anggota
26 Heman S.Pdi Anggota
27 Abdul Gofur Anggota
45
No Nama Jabatan
28 Muhammad Anggota
29 H. Noto Anggota
30 Nurseha Anggota
31 Tia Agustina Anggota
32 H. Suhaemi Anggota
33 Musyarofah Anggota
34 Nina Anggraini Anggota
35 Linda Anggota
36 Riska Aulia Anggota
37 Amianah Anggota
38 Yeyen Anggota
39 Hj. Juriah Anggota
40 Sopiah Anggota
41 Helen Anggota
42 Nafsiah Anggota
43 Hj. Maimunah Anggota
44 Cucum Anggota
45 Dedeh Anggota
46 Marenih Anggota
47 Tika Anggota
48 Enung Anggota
49 Sariah Anggota
50 Odah Anggota
Sumber: Hasil Wawancara dengan Ahmad Wildan Sururi selaku ketua Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat, Rabu, 22 Juli 2020.
46
47
BAB IV
MEMAHAMI PENGGUNAAN AYAT AL-QUR’AN
DALAM ZIKIR RATIB AL-HADDᾹD DAN PRAKTIK
PEMBACAANNYA DI MAJELIS TA’LIM
FADHILATUSSHOLAWAT DEPOK
A. Motivasi Pembacaan Zikir Ratib al-Haddād
Praktik zikir Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat ini
tidak hanya keinginan dari pembina majelis, namun adanya kegiatan zikir
Ratib al-Haddād ini dirasa sangat perlu untuk para jamaah dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun alasan yang mendukung majelis ta‟lim ini
membaca Ratib al-Haddād adalah bahwa zikir Ratib al-Haddād ini banyak
mendatangkan manfaat untuk orang yang selalu istiqomah dalam
membacanya karena dalam Ratib al-Haddād ini terdapat ayat-ayat al-
Qur‟an yang akan melindungi diri setiap orang yang membacanya dari
sihir dan gangguan jin.
Pada hakikatnya praktik pembacaan zikir memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk mendapatkan keberkahan serta mendekatkan diri kepada Allah
karena zikir merupakan amalan yang paling mudah dikerjakan. Adapun
tujuan zikir Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat yang
dikatakan oleh KH. Ahmad Baidowi,
“Tujuannya untuk mengharapkan keberkahan hidup di dunia maupun
di akhirat dan mendekatkat diri kepada Allah dan Rasul. Adapun
makna Ratib al-Haddād adalah kata Ratib itu yang berarti susunan
zikir atau doa-doa yang disusun oleh Al-Ḥabib „Abdullāh bin „Alwī
bin Muhammad al-Haddād, siapapun yang membacanya secara
istqomah akan menimbulkan rasa aman, nyaman, tentram dalam hati
orang yang selalu berzikir. Dalam pembacaan zikir Ratib al-Haddād di
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat yang dilakukan secara istiqomah
48
tidak memandang sedikit banyaknya jamaah yang hadir zikir Ratib al-
Haddād ini tetap dibaca.”1
Ratib al-Haddād ini adalah zikiran khusus yang memang banyak dibaca
di kalangan ulama dan para habaib. Ustadz Haeruddin menambahkan
bahwa,
“Semua amalan memang harus dilakukan secara istiqomah dan adanya
pembacaan zikir Ratib al-Haddād itu untuk menambah keyakinan kita
kepada Allah karena fungsi dari zikir Ratib al-Haddād tersebut adalah
sebagai zikir penjaga hati, penjaga diri. Apabila yang benar-benar
khusu membaca zikir Ratib al-Haddād akan bergetar hati kita dan
orang tersebut akan dilindungi oleh Allah SWT.”2
Menurut pengamatan penulis, orang yang membaca zikir Ratib al-
Haddād dan yang tidak membaca zikir Ratib al-Haddād dalam
pembentukan karakternya pun berbeda. Orang yang sudah membaca Ratib
al-Haddād akan merasakan dirinya lebih baik dan lebih tenang dan merasa
akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. dan yang tidak
membaca Ratib al-Haddād akan merasakan kehampaan dalam dirinya.
Tujuan dalam membaca zikir Ratib al-Haddād selain untuk mendekatkan
diri kepada Allah juga untuk mendapatkan keberkahan hidup di dunia
maupun di akhirat karena zikir merupakan ibadah yang paling mudah
dikerjakan dan hanya orang-orang yang sering berzikirlah yang dapat
merasakan kenikmatan zikir tersebut.
Salah satu jamaah mengatakan bahwa,
“Motivasi saya mengikuti zikir Ratib al-Haddād ini untuk
menenangkan hati dan pikiran, setelah mengamalkan zikir ini saya
merasakan ada ketenangan dan lebih nyaman dalam diri walaupun
tidak langsung saya rasakan tetapi setelah rutin membaca Ratib al-
Haddād setiap setelah shalat Magrib sendiri maupun bersama keluarga
sedangkan membaca al-Qur‟an saya lakukan setelah waktu shalat
1 Ahmad Baidowi (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Sabtu, 21 Maret 2020, Jawa Barat.
2 Haerudin (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Minggu, 9 Agustus 2020, Jawa Barat.
49
wajib lainnya, dengan saya merutinkan membaca Ratib al-Haddād dan
membaca al-Qur‟an saya merasa menghadapi permasalahan menjadi
lebih mudah dan tentu akan menambah keimanan serta keyakinan
manusia kepada Allah.3
Sejalan dengan beberapa responden di atas, motivasi pak Robi juga
tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Pak Robi mengatakan,
“Motivasi dalam mengikuti zikir Ratib al-Haddād ini untuk
mendapatkan keberkahan karena zikir Ratib al-Haddād ini suatu
amalan yang sangat luar biasa. Orang yang membacanya secara
istiqomah keluarganya akan dilindungi oleh Allah SWT. dari segala
bencana. Karena susunan yang ada di dalam Ratib al-Haddād ini
adalah kumpulan-kumpulan doa sehingga ia merasakan pikirannya
menjadi lebih tenang, ingin selalu berbuat baik kepada siapapun, dan
yang paling penting untuk selalu ingat dengan Allah SWT. Hal ini
sama saja ketika saya membaca al-Qur‟an, saya tidak merasakan ada
perbedaan, ketika saya membaca Ratib al-Haddād perasaannya sama
seperti ketika saya membaca al-Qur‟an.4
Setiap individu memiliki pemahaman zikir Ratib al-Haddād yang
berbeda-beda, namun pada intinya sama. Semua responden mengatakan
bahwa dengan mendawami zikir Ratib al-Haddād mereka mengakui
mendapat ketenangan dan ketentraman dalam menjalani aktifitas sehari-
hari.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, para jamaah Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat tentu memiliki motivasi tersendiri, berikut ini adalah
hasil wawancara yang penulis dapatkan :
1. Mendekatkan diri kepada Allah
Mendekatkan diri kepada Allah salah satu responden juga mengatakan,
“Motivasinya dalam mengikuti zikir Ratib al-Haddād adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan syafaat dari
3 Fatullah Harun (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Tangerang, Senin, 10 Agustus 2020, Banten.
4 Robi Cahyadi (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Kamis, 13 Agustus 2020, Jawa Barat.
50
Rasulullah Saw. karena zikir mampu membantu kita untuk selalu
mengingat Allah dan merasakan kedekatan dengan-Nya.”5
2. Mendapatkan keberkahan
Salah satu responden juga mengatakan bahwa,
“Ketika mengikuti pembacaan zikir Ratib al-Haddād ini saya
mengharapkan keberkahan seperti diberi kesehatan, panjang umur dan
hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Keberkahan hanya bisa
saya dapatkan dengan berserah diri kepada Allah sebab hanya Allah
yang dapat memberikannya.”6
3. Menenangkan hati dan pikiran
Kemudian salah satu responden juga mengatakan,
“Berzikir dapat menenangkan hati dan pikiran dengan hanya
memfokuskan ingatan kita kepada Allah tentu akan melegakan pikiran
walaupun hanya sebentar.”7
B. Pemahaman terhadap Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam
zikir Ratib al-Haddād
Dalam praktik zikir Ratib al-Haddād, terdapat beberapa surah dan
potongan-potongan ayat yang digunakan. Adapun ayat-ayat yang
terkandung di dalamnya terdapat bacaan surah al-Fātiḥah sebagai tawasul,
surah al-Baqarah ayat 255 yang disebut ayat kursi, surah al-Baqarah ayat
284-286, surah al-Ikhlaṣ yang dibaca sebanyak 3 kali, surah al-Falaq
sebanyak 1 kali, dan surah an-Nās sebanyak 1 kali. Adapun pemilihan
narasumber dalam poin ini adalah 3 orang Ustad yang memiliki
pemahaman
Manusia tergolong makhluk yang tingkatan ketergantungan dengan
sang pencipta sangatlah besar. Dengan seluruh kelemahannya ia memohon
5 Ahmad Wildan Sururi (Ketua Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai
oleh Ifatuddiyanah. Depok, Sabtu, 21 Maret 2020, Jawa Barat.
6 Wahid Hasyim (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Tangerang, Senin, 10 Agustus 2020, Banten.
7 Nurseha (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Sabtu, 21 Maret 2020, Jawa Barat.
51
serta berdoa, agar seluruh kebutuhannya tercukupi dengan baik, bukan
hanya dalam kehidupan dunia saja tetapi sampai pada kehidupannya di
akhirat nanti. Umat Islam berdoa adakalanya dengan cara langsung yaitu
berhubungan langsung dengan sang pencipta atau dengan cara perantara
yang dikenal dengan tawasul.
Menurut KH. Ahmad Baidowi,
“Tawasul merupakan permohonan doa kepada Allah dengan
menyertai nama-nama orang saleh dalam doanya dengan harapan doa
itu dapat diterima oleh Allah SWT. Adapun manfaat bertawasul
sendiri dapat menimbulkan rasa kekaguman kita kepada baginda Nabi
Muhammad Saw dan para ulama sehingga kita dapat meniru
ketakwaan mereka.”8
Ustadz Haeruddin mengatakan,
“Banyak sekali cara berdoa yang kita lakukan agar doa tersebut dapat
dikabulkan oleh Allah SWT. salah satunya adalah berdoa di sepertiga
malam terakhir. Begitupun dengan tawasul, tawasul menurutnya
sebagai doa yang dipanjatkan kepada Allah melalui perantara, baik
perantara tersebut berbentuk amal baik kita maupun melalui orang
sholeh yang kita anggap lebih dekat dengan Allah. Sehingga manfaat
nya sangat besar sekali bagi kita yang meyakini dengan tawasul kita
merasa lebih dekat dengan Nabi Muhammad Saw.”9
Menurut Pak Zuhri,
“Tawasul itu dari kata wasala yang artinya sampai atau nyambung.
Hal ini kaitannya dengan arwah yang sudah almarhum jadi tawasul
adalah menyambungkan kiriman doa kepada almarhum baik orang tua
kita, saudara kita, keluarga melalui perantara dengan mengirimkan
doa kepada orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi di sisi
Allah agar doa yang kita inginkan segera diijabah oleh Allah SWT.”10
8 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat
9 Haerudin, (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Senin, 21 September 2020, Jawa Barat.
10
Saifudin Zuhri (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Tangerang, Senin, 21 September 2020, Banten.
52
Dari pemaparan pemahaman para responden sudah jelas bahwa tawasul
merupakan suatu perantara doa untuk menuju kepada Allah SWT.
Begitupun dengan pembacaan surah al-Fātiḥah sebagai tawasul ini terkait
dengan penerimaan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan oleh jumhur ulama, surah al-Fātiḥah adalah
sebagai Ummul Kitab. Abu Hurairah RA, meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW, bersabda:
بع المثان والقرآن العظيم المد ل لو رب العالمي أم القرآن وأم الكتاب والس
“Nama lain, al-hamdulillahi rabbil a‟lamin (surah al-Fatihah) adalah
Ummul Qur‟an (pokok/ibu/induk al-Qur‟an). Ummul Kitab
(pokok/ibu/induk, kitab suci), Assab‟ul Matsani (tujuh ayat lain yang
dibaca berulang-ulang) dan al-Qur‟anul „Azim (al-Qur‟an yang
agung)”. (HR. At-Tirmizi)
Semua surah yang ada di dalam al-Qur‟an sudah terangkum dalam
surah al-Fātiḥah. Surah al-Fātiḥah juga menjadi pembuka dalam setiap
kegiatan keagamaan apalagi mengirim hadiah kepada Rasulullah Saw,
sahabat, ulama, kiayi serta saudara-saudara kita yang telah meninggal
dunia atau dalam keadaan terkena musibah. Oleh karena itu surah al-
Fātiḥah merupakan surah yang paling cocok untuk menjadi surah yang
dipergunakan untuk memenuhi perintah al-Qur‟an untuk berzikir kepada
Allah SWT. Dengan membaca surah al-Fātiḥah akan mendapat pahala
melimpah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Membaca surah al-
Fātiḥah pahalanya seperti sepertiga al-Quran”. Para responden meyakini
bahwa surah al-Fātiḥah merupakan suatu perantara turunnya nikmat Allah.
Jika membaca surah al-Fātiḥah dengan niat dan tujuan sesuai dengan apa
yang diinginkan maka Allah akan memudahkan hajatnya.
Pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an yang terdapat di dalam Ratib al-
Haddād merupakan suatu ketentuan dari karangan Habib „Abdullāh bin
53
„Alwī Bin Muhammad al-Haddād. Tentunya beliau tidak mungkin asal-
asalan dalam menyusun isi Ratib dan sudah mengetahui makna dan fungsi
dari ayat tersebut. Begitupun KH. Ahmad Baidowi mengatakan,
“Saya tidak hanya sekedar memberikan bimbingan pembacaan zikir
Ratib al-Haddād saja tetapi juga memahami isi kandungan ayat demi
ayat yang terdapat di dalam ratib tersebut.”11
Mengenai pemahaman fungsi masing-masing ayat sebagai berikut:
Pertama, Ayat Kursi, di kalangan masyarakat khususnya umat Islam
ayat kursi bukanlah sesuatu hal yang asing lagi. Ayat ini sudah sangat
populer di kalangan umat Islam karena keutamaannya yang luar biasa
Ayat ke 255 dari surah al-Baqarah ini merupakan salah satu ayat yang
paling mulia di dalam al-Qur‟an. Bagi umat muslim yang membaca dan
mengamalkannya akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Dalam Ayat
Kursi terdapat nama-nama Allah yang Agung sehingga dapat
menanamkan ke dalam hati pembacanya kebesaran dan kekuasaan Allah
serta pertolongan dan perlindungan-Nya, sehingga sangat wajar dan logis
penjelasan yang menyatakan, bahwa siapa yang membaca ayat kursi maka
ia memperoleh perlindungan Allah SWT. dan tidak akan diganggu oleh
setan.12
Di sini terdapat perkataan Nabi yang eksplisit menyampaikan
bahwa seagung-agungnya nama (asma) Allah terdapat pada salah satu
Surah Al-Baqarah. Hadis ini merupakan riwayat Abu Hurairah, yang mana
para ulama banyak mengutip hadis sebagai berikut:
11 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
vol. 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 511-513.
54
سلم: لكل ش ء سنام, وإن عن أب ىري رة رض اللو عنو قال : قال رسول اللو عليو و
ى آية الكرس )رواه قرة, وفيها آية ى سيدة آي القرآن, سنام القرآن سورة الب
الترمذي(
”Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: segala
sesuatu itu memilki pundak/puncak, dan pundak/puncaknya Al-
Qur‟an itu adalah Surah Al-Baqarah. Dalam Surah itu terdapat satu
ayat, ayat tersebut merupakan ayat yang paling utama, yang paling
agung dalam Al-Qur‟an, itulah Ayat Kursi." (HR. Tirmizi)13
Menurut KH. Ahmad Baidowi,
“Ayat kursi merupakan ayat yang paling agung dalam al-Qur‟an,
memiliki keutamaan yang luar biasa, dilihat dari kandungan
maknanya yang berisikan tentang kalimat tauhid, ayat kursi ini bisa
dijadikan untuk membentengi diri jika membacanya dengan penuh
keyakinan”.14
Kemudian menurut Ustadz Haeruddin,
“Ayat kursi dikenal sebagai ayat Singgasana yang bacaannya berisi
tentang keesaan Allah. Apabila doa yang kita panjatkan dengan hati
yang tulus dan ikhlas maka Allah akan mendengar doa kita dan
memberikan pertolongan. Adapun fungsi ayat ini dibaca untuk
mendapatkan rahmat dan petunjuk serta perlindungan Allah dari
gangguan jin dan setan.”15
Hal ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman yang lain, Pak Zuhri
juga mengatakan bahwa,
“Fungsi ayat kursi sebagai tameng untuk menjaga diri dari berbagai
macam kejahatan terutama kejahatan jin dan setan yang berusaha
mengganggu diri kita.”16
13 Abu Abdilah Muhammad bin Abdullah an-Nisaburi, Mustadrak 'ala Sahihain, Jilid
1, (Beirut: Dar Kitab al- Ilmiyah, 1990), 684.
14
Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
15
Haerudin, (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Senin, 21 September 2020, Jawa Barat.
16
Saifudin Zuhri, (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Tangerang, Senin, 21 September 2020, Banten.
55
Kedua, surah al-Baqarah ayat 284-286 memiliki arti sapi betina. Ini
adalah surat ke-2 dalam al-Quran. Surat ini terdiri dari 286 ayat. Penutup
dari surah al-Baqarah yang dilukiskan oleh Nabi Muhammad SAW.
dengan sabdanya, “Siapa yang membaca dua ayat terakhir di malam hari
maka kedua ayat itu dapat mencukupi atau melindunginya.” (HR.
Bukhari, Muslim). Diriwayatkan oleh At Tirmidzi, “siapa yang
membacanya di rumah selama tiga malam, maka setan tidak akan
mendekatinya.”17
Menurut KH. Ahmad Baidowi,
“Fungsi dari tiga ayat terakhir surah al-Baqarah ini siapa yang
membaca tiga ayat terakhir dari surah al-Baqarah orang itu akan
mendapatkan ampunan oleh Allah serta terhindar dari sihir.”18
Ustadz Haeruddin juga mengatakan bahwa,
“Jika membaca ayat tersebut akan bertambah keimanan dalam diri
karena ayat tersebut menunjukkan untuk berserah diri kepada Allah
SWT.”19
Kemudian Pak Zuhri mengatakan bahwa,
“Nabi menganjurkan kepada kita umat Islam untuk membaca surah al-
Baqarah karena surah ini memiliki banyak keutamaan terutama di dua
ayat terakhir surah al-Baqarah dengan membaca ayat tersebut kita
akan mendapatkan pahala juga akan dijaga oleh Allah SWT dari sihir
serta gangguan jin dan setan.”20
Ketiga, Surah al-Ikhlaṣ adalah salah satu surah pendek yang sangat
populer dan sering dibaca oleh umat Islam, surah ini memiliki keutamaan
yang luar biasa karena di dalamnya menegaskan keesaan Allah SWT. dan
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, vol.
1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 577.
18
Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
19
Haeruddin, (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Senin, 21 September 2020, Jawa Barat.
20
Saifudin Zuhri, (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Tangerang, Senin, 21 September 2020, Banten
56
menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Meskipun hanya 4
ayat, surah ini sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya. Tentang fadhilah
surah al-Ikhlaṣ ini, terdapat beberapa riwayat hadis yang menjelaskannya,
di antaranya:
Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Buhkori dari Abu Sa‟id Al-Khudri ra,
bahwa seorang sahabat mendengar seseorang membaca surah al-Ikhlaṣ
dan terus mengulanginya. Ketika tiba waktu Shubuh, dia mendatangi
Rasulullah SAW. dan menceritakan tentang seorang sahabat yang terus
membaca surah itu maka beliau bersabda,
ده! إن ها لت عدل ث لث القرآن.ولذي ن فس بي
“Demi Dzat yang diriku berada dalam tangan-Nya. Sesungguhnya
surah al-Ikhlaṣ sebanding dengan sepertiga al-Qur‟an.”
Al-Bukhori juga meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. pernah
berkata kepada para sahabatnya,
لة؟ فشق ذلك عليهم، وقالوا: أي نا يطيق ذلك يا أي عجز أحدكم أن ي قرأ ث لث القرآن ف لي
رسول اللو؟ ف قال: اللو االواحد الصمد ث لث القرآن.
“Apakah kalian merasa berat untuk membaca sepertiga Al-Qur‟an di
waktu malam?” ternyata mereka merasa berat untuk melakukannya.
Mereka berkata, “Bagaimana kami bisa kuat melakukannya, wahai
Rasulullah?” beliau menjawab, “Surah Al-Ikhlaash sebanding dengan
sepertiga Al-Qur‟an.”21
Menurut pemahaman KH. Ahmad Baidowi mengenai surah al-Ikhlaṣ
beliau mengatakan ,
“Surah al-Ikhlaṣ menerangkan tentang keesaan Allah. Apabila kita
membacanya dengan menikmati isi kandungan dari surah ini maka
21 Al-Qurtubi Al Andalusy, Kedahsyatan Fadhilah Al-Qur‟an, terj. Saefulloh MS
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2014), 593.
57
kita sudah mengagungkan Allah dan akan diberikan kemudahan-
kemudahan termasuk jawaban doa yang dipanjatkan.”22
Sedangkan Menurut ustadz Haeruddin,
“Dengan membaca surah al-Ikhlaṣ ini dapat meyakinkan akidah kita
bahwa Allah adalah Esa yang terdapat diayat pertama surah al-Ikhlaṣ.
Hal yang sama juga dikatakan oleh pak Zuhri ia mengatakan surah ini
berisikan tentang keesaan Allah, ayat ini juga dapat melindungi diri
kita dari gangguan-gangguan jin dan juga orang yang membaca surah
al-Ikhlaṣ akan dicintai oleh Allah SWT”.
Dari pemahaman narasumber di atas, surah al-Iklaṣ tidak jauh dari
keistimewaan surah tersebut dengan membacanya kita sudah
mengagungkan Allah SWT. Mereka juga mengatakan hal yang sama
bahwa dengan membaca surah al-Ikhlaṣ seperti membaca sepertiga al-
Qur‟an karena terdapat Ama Allah, yaitu Ash-Shamad, dan jika
membacanya sebanyak 3 kali seperti sudah menghatamkan al-Qur‟an.
Sebab, di dalamnya mengandung banyak kekuasaan dan keesaan Allah.
Keempat, surah al-Falaq dan surah An-Nās termasuk dalam
muawidzatain yang berarti dua surah berisi meminta perlindungan, Surah
Al-Falaq dan surah An-Nās adalah dua surah yang terbaik yang diturunkan
pada Rasulullah SAW. maknanya menjelaskan tentang permintaan
perlindungan kepada Allah raja segala raja manusia dari segala kejahatan
makhluknya baik dari golongan jin maupun manusia.
Muslim meriwayatkan dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah SAW.
bersabda,
لة ل ي ر مث لهن قط قل أعوذ برب الفلق وقل أعوذ ب أل ت ر آيات أنزل رب الناس.ت اللي
“Tidaklah kamu melihat ayat-ayat yang diturunkan di waktu malam
dan tidak ada ayat-ayat lain yang sebanding dengannya dialah surah
Al-Falaq dan An-Naas”
22 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
58
An-Nasa‟i meriwayatkan dengan sanad yang sama, dia berkata: Aku
mendatangi Rasulullah SAW. dan beliau sedang berada di atas
tunggangannya, lalu aku letakkan kedua tanganku di atas kakinya, dan
berkata, “Apakah aku harus membaca surah Yusuf?” beliau menjawab,
“Kamu tidak akan membaca surah yang lebih indah daripada surah Al-
Falaq dan An-Naas.”23
Menurut pemahaman KH. Ahmad Baidowi mengenai surah al-Falaq
dan an-Nās,
“Dalam surah al-Falaq dan an-Nās berisi tentang memohon
perlindungan kepada Allah dari bahaya gangguan-gangguan setan,
sihir dengan kita mengamalkan surah tersebut maka setan dan jin akan
menjauhi diri kita.”24
Kemudian Ustadz Haeruddin dan pak Zuhri juga mengatakan hal yang
mirip bahwa,
“Fungsi dari kedua ayat tersebut agar dihindarkan dari kejahatan-
kejahatan sihir dan hasutnya manusia, dan jika mencintai surah al-
Nās. Kecintaan seperti ini akan memudahkan seseorang masuk
surga.25
Dari semua pemahaman narasumber yang telah penulis wawancarai
semua mengatakan bahwa penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam zikir
Ratib al-Haddād tidak terlepas dari memohon perlindungan dari gangguan
jin dan setan serta perbuatan sihir dan mereka meyakini ayat-ayat yang
terdapat di dalam Ratib al-Haddād ini sangat berperan sekali dengan doa
yang mereka panjatkan. Setiap bacaan yang diamalkan tentu akan
mendapatkan keistimewaan masing-masing apabila kita mengamalkannya
dengan ikhlas, karena dengan hati yang ikhlas dalam mengamalkannya
23 Al-Qurtubi Al Andalusy, Kedahsyatan Fadhilah Al-Qur‟an, terj. Saefulloh MS,
603-604.
24 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
25
Haeruddin dan Saifudin Zuhri, wawancara
59
maka hajat yang kita inginkan pun dipermudah oleh Allah SWT. dan tentu
kita juga akan mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT.
C. Praktik Pembacaan Zikir Ratib al-Haddād
Pelaksanaan zikir Ratib al-Haddād di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat dilakukan setiap dua minggu sekali pada hari Ahad
yang dilaksanakan setelah sholat Ashar sampai sebelum magrib, yang
dipimpin oleh Pembina majelis ta‟lim yaitu KH. Ahmad Baidowi.
Pembacaan zikir Ratib al-Haddād yang dipraktikkan di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat ini diawali dengan pembacaan sholawat yang diiringi
oleh tim hadroh, untuk menunggu kehadiran jamaah adakalanya
bersholawat untuk menghiasi majelis. Setelah pembacaan sholawat selesai
menunjukkan bahwa jamaah sudah tidak ada lagi yang datang sehingga
pengajiannya pun dimulai dengan pembukaan dari pembina majelis.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan surah Yāsīn secara bersama-
sama, adanya pembacaan surah Yāsīn memang sudah menjadi suatu
kebiasaan di lingkungan masyarakat Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat
ini.
KH. Ahmad Baidowi mengatakan,
“Dalam pembacaan zikir Ratib al-Haddād memang tidak ada anjuran
untuk membaca surah Yāsīn, namun masyarakat sini sudah menjadi
tradisi saat mengawali pengajian dengan membaca surah Yāsīn.
Adapun tujuan dari pembacaan surah Yāsīn untuk memohon
perlindungan dari marabahaya. Pada dasarnya setiap surah yang ada di
al-Quran itu baik, jika membacanya secara rutin. Termasuk surah
Yāsīn karena surah Yāsīn merupakan Qolbu Qur‟an atau jantungnya
al-Qur‟an maka dengan kita membaca surah Yāsīn barokah dari surah-
60
surah lain pun terbawa sehingga kita akan dimuliakan oleh Allah
SWT.”26
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Ratib al-Haddād yang
diawali dengan pembacaan tawasul yang dihadiahkan dengan membaca
surah al-Fātiḥah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga Nabi, sahabat
Nabi, para wali, dan para ulama-ulama terdahulu dan kepada pengarang
Ratib al-Haddād (Habib „Abdullah bin „Alawī al-Haddād), kemudian
almarhum dan almarhumah keluarga Pembina Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat dan seluruh kaum muslimin dan muslimat. Dilanjutkan
dengan pembacaan ayat kursi dan dua ayat terakhir surah al-Baqarah.
Kemudian membaca kalimat-kalimat zikir, Lā ilāha illallāh wahdahu
lā syarika lahu, lahul-mulku wa lahul hamdu wa huwa „alā kulli syai‟in
qadīr, Subhānallāhu walhamdu lillāh wa lā ilāha illallāhu Allāhu Akbar,
ketiga, Subhānallāhu wa bihamdihi, Subhānallāhu al-„adzīm, keempat,
Rabbighfir lanā wa tubb „alaynā, innaka antat-Tawwābur-Rahīm, kelima,
Allahumma shalli „ala Muhammad Allahumma shalli „alaihi wasallim.
Lima kalimat zikir ini disebut dengan tahlil yang masing-masing dibaca
tiga kali. Selama meyakini bacaan tahlil ini maka orang yang membacanya
akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah dan akan diberikan petunjuk
begitu juga dengan beristigfar memohon ampunan kepada Allah dan
berlindung kepada-Nya dari azab neraka, dan disempurnakan dengan
sholawat Nabi. Jika setiap muslim rutin mewiridkannya setiap hari insya
Allah ia akan mendapatkan kemudahan dan keberkahan, dijauhkan dari
kekesalan dan kesusahan, serta perbuatan-perbuatan buruknya pun akan
terhapus. Masing-masing dibaca sebanyak 3 kali.
Di lanjutkan dengan doa memohon perlindungan kepada Allah dengan
kalimat yang sempurna agar dilindungi dari segala marabahaya. Kemudian
26 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
61
menyebut nama Allah dengan menunjukkan rasa keridhaan Allah sebagai
Tuhan kami dan menjadilkan Islam sebagai agama kami dan Nabi
Muhammad sebagai Nabi kami. Lalu berdoa dengan memuji Allah dan
bersyukur atas nikmat yang diberikan maupun atas segala kebaikan dan
kejahatan yang Allah kehendaki. Dilanjutkan lagi dengan doa bahwa
dengan beriman kepada Allah dan hari akhir maka sebagai umat muslim
akan bertaubat kepada Allah baik ẓahir maupun batin. Lalu memohon
kepada Allah untuk dihapuskan segala dosa-dosanya. Masing-masing
dibaca sebanyak 3 kali.
Kemudian memuji keagungan Allah untuk dimatikan dalam keadaan
Islam dibaca 7 kali, dilanjutkan dengan menyebut Asma Allah dengan
memohon perlindungan agar dihindarkan dari kejahatan orang-orang
zalim, dan memohon kepada Allah dengan mengharapkan kebaikan
urusan umat Islam serta melapangkan dada dari rasa sempit dibaca
sebanyak 3 kali dan yang terakhir memohon ampunan Allah dari
kesalahan dibaca sebanyak 4 kali.
Setelah itu membaca kalimat tahlil “Lā ilāha illallāh” yang ditentukan
pengucapannya seperti yang dikatakan K.H Ahmad Baidowi bahwa,
“Boleh dibaca 25 kali, 50 kali dan 100 kali karena kalimat tersebut
untuk pemantapan di hati. Sementara di Majelis Ta‟lim ini dibacakan
sebanyak 50 kali. Jumlah pengucapan zikir itu semuanya ditentukan
oleh penyusun Ratib al-Haddād yang didasarkan pada kedalaman
pengetahuan beliau sesuai dengan hadisnya. Dengan membiasakan
membaca zikir “Lā ilāha illallāh” dengan hati yang tulus maka akan
dimudahkan segala urusan dunia dan akhiratnya serta akan masuk
kedalam surga. Adapun hadisnya sebagai berikut: 27
من كان آخر كلامو ل إلو إل الله دخل الجنة ”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia
adalah „lā ilāha illallāh‟, maka dia akan masuk surga”
27 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Sabtu, 21 Maret 2020, Jawa Barat.
62
Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan surat al-Ikhlaṣ sebanyak
tiga kali, al-Falaq dan an-Nās satu kali, kemudian membaca tawasul yang
dihadiahkan dengan surah al-Fātiḥah sebanyak 4 kali Fātiḥah. Surah al-
Fātiḥah yang pertama dihadiahkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan
kepada Sayyid Al-Faqih Al-Muqaddam serta semua keluarga Sayyid Aal
Abi ‟Alawī. Surah al-Fātiḥah kedua dihadiahkan kepada semua ulama Sufi
di seluruh dunia dan ulama-ulama terdahulu. Surah al-Fātiḥah yang ketiga
dihadiahkan kepada penyusun Ratib ini yaitu Habib „Abdullāh bin „Alwī
bin Muhammad al-Haddād semoga Allah meninggikan derajatnya di
surga. dan surah al-Fātiḥah yang terakhir untuk kita semua yang memiliki
hajat.
Dalam praktiknya pembacaan tawasul di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat dilakukan di bagian awal dan di bagian akhir sebelum
doa. Adanya pembacaan tawasul di dua tempat tersebut penulis temukan
dengan hasil wawancara dengan KH. Ahmad Baidowi, beliau mengatakan,
“Adanya tawasul di awal dan di akhir ini untuk mengafdholkan
kepada para pembaca Ratib al-Haddād agar mendapatkan kemuliaan
Allah SWT. Begitupun pentingnya pembacaan surah al-Fātiḥah yang
dibaca tidak kurang dari 4 kali agar doa yang telah kita panjatkan
diijabah oleh Allah SWT. dengan barokah surah al-Fātiḥah yang
disebut dengan ummul Qur‟an.”28
Adapun bacaan tawasulnya sebagai
berikut :
Bacaan Tawasul Bagian Awal
د صلى الله عليو وسلم الفاتحة ية وإل حضرة النب المصطفى مم على ىذه الن
ث إل أرواح الأنبياء والمرسلي والأولياء وذرياتو وأىل ب يتو وأنصاره، وأصهاره،وأزواجو
ة المجتهدين والعلماء العاملي ث إل روح سيدنا ا هداء والصلحي والأئم لمهاجر إل والش
28 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
63
د بن عل باعلوي.ث إل روح الش م مم يخ الكبي الله أحد بن عيسى وسيدنا الفقيو المقد
ك يخ عل بن أب بكر الس اف،والش ق د الس ران. ث إل روح سيدنا البيب عبد الرحن مم
يخ عل بن عبد اللو باراس قطب الأن فس البيب عمر بن عبد الرحن العطاس والش
ب عبد اللو بن علوي وخصوصا إل روح سيدنا قطب الإرشاد وغوث العباد والبلاد البي
فر لم و اد، وأصولم وف روعهم وذوى القوق عليهم أجعي أن الله ت عال ي ي رحهم الد
فعنا بأسرارىم وأن وارىم ين وي على درجاتم ف الجنة وي ن وعلومهم ون فخاتم وب ركاتم ف الد
نا ومعل اتنا ومشاي هاتنا وأجدادنا وجد ن يا والآخرة،ث إل أرواح آبائنا وأم ين والد نا ف الد مي
يع المسلمي والمسلمات وا فر لم وي رحهم ويعل المؤمني والمؤمنات أن وج لله ت عال ي
لمد للو رب العالمي الرحن الرحيم مالك ا الرحيم الرحن الله م بس الفاتحة : الجنة مث واىم
ين راط المستقيم صراط الذين أن عمت عليهم ي وم الد إياك ن عبد وإياك نستعي اىدنا الص
الي آمي ضوب عليهم ول الض ..غي الم
Bacaan Tawasul Bagian Akhir
د الله رسول وشفيعنا وحبيبنا سيدنا روح إل لفاتة ا والو عليو لله ا صلى الله عبد بن مم
الفقيو وسيدنا عيس بن احد الله ال المهاجر سيدنا روح ال ث وذرياتو وأزواجو وأصحابو
م د المقد .أن عليهم القوق وذوي وف روعهم وأصولم باعلوي عل بن مم الله أجعي
فرلم ت عال نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي على وي رحهم ي وأن وارىم وأسرارىم ب ركاتم ن م علي
ين ف وب ركاتم ون فخاتم وعلومهم نيا وا الد ..الفاتة. والآخرة. لد
64
قي والعلماء العاملي أي نما ا كان وا من مشارق لفاتة إل أرواح ساداتنا الصوفية المحق
فر لم وي رحهم ،الأرض ال ماربا نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي علىأن الله ت عال ي علي
ين ف م وب ركات ون فخاتم وعلومهم وأن وارىم وأسرارىم ب ركاتم من نيا الد والآخرة. والد
الفاتة..
البلاد الفاتة إل روح سيدنا وحبيبنا وعمدتنا صاحب الراتب قطب الإرشاد وغوث العباد و
اد، وأصولم البيب عبد الله بن . أن علوي الد وف روعهم وذوى القوق عليهم أجعي
فر لم وي رحهم نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي عل اللو ت عال ي وأسرارىم ب ركاتم من علي
ين ف ب ركاتم و ون فخاتم وعلومهم وأن وارىم نيا الد ... الفاتة والآخرة. والد
اج والزوار والمسافرين من المسلمي ف الب ر والبحر والجو الفاتة ان الله يفظ الج
لامة . أن اللو يصحب هم الس وي ردىم إل أوطانم سالمي غاني مفوظي مرزوقي أجعي
ف خي ولطف وعافية. وان الله يطيل أعمارنا ف طاعة االله ويشف مرضانا ومرضى
ن نا الفت . وان الله ين ها وما بطن. ث المسلمي إل أرواح امواتنا والمحن ما ظهر من
ية خاصة وأموات المسلمي أ ة وبن حسن الاتة عند الموت ف عافية وال جعي عام
د صلى الله عليو والو وسلم. الفاتة... حضرة النب مم
Kemudian ditutup dengan pembacaan doa. KH. Ahmad Baidowi
menjelaskan bahwa bacaan doa yang dipakai dalam praktik zikir Ratib al-
Haddād ini sama seperti doa yang dibaca setelah membaca surah Yasīn
pada umumnya karena doa itu tujuannya sama untuk meminta
65
perlindungan kepada Allah SWT. Beliau mendapatkan doa ini berdasarkan
ijazah Ratib al-Haddād yang diberikan oleh Prof. Dr. KH. Syukron
Ma‟mun, kemudian KH. Abdul Qadirrahman memperoleh ijazah dari
gurunya yaitu Prof. Dr. KH. Syukron Ma‟mun, KH. Masyhuri Baidowi,
MA, dan Habib Toha al-Haddad, yang memberi ijazah kepada beliau
adalah kakaknya sendiri hingga sampailah kepada sanad al-Habib
Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad.
Adapun doa yang dibaca adalah sebagai berikut:
، حدا ي واف نعمو ويكافئ مزيده، يارب نا بسم الله الرحن الرحيم لك ال حمدللو رب العالمي
ى لجلال وجهك الكري ولعظم سلطانك سبحانك لنصى ث ناء عليك المد كما ي نب
انت كما اث ن يت على ن فسك ف لك المد حت ت رضى ولك المد اذا رضيت، ولك المد
د ب عد الر ،وصل وسلم على سيدنا مم لي د ف الو ضى اللهم صل وسلم على سيدنا مم
، وصل وسلم على سيدنا د ف كل وقت وحي ف الآخرين،وصل وسلم على سيدنا مم
د ، وصل وسلم على سيدنا مم د ف المرسلي ي، وصل وسلم على سيدنا مم ف النبي
د حت ترث الر ين،وصل وسلم على سيدنا مم د ف الملاء الأعلى ال ي وم الد ض مم
هاومن ر علي . وأنت خي اللهم انا نستحفظك ونستودعك اديان نا وابدان نا وان فسنا الوارثي
امانك و واموالنا وأىلنا وكل شيئ اعطيت نا،اللهم اجعلنا وإياىم ف كنفك و ياذك و ع
ومن شر كل ذي شر انك جوارك من كل شيطان مريد وجبار عنيد وذي عي وذى ب
ستقامة وأعذنا من موجبات الندامة قوى وال ف على كل شيئ قدي ر. اللهم حطنا بالت
د وعل عاء. وصل اللهم بمالك وجلالك على سيدنا مم يع الد ى الو الال والمال انك س
66
، وارزق نا كمال الم وصحبو اجع ي ) تاب عة لو ظاىرا وباطنا ياي بفضل (ارحم الرح
فون وسلام على المرسلي والمد للو رب العالمي ا يصي .سبحان ربك رب العزة عم
“Dengan nama Allah yang maha pengasih, lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam sebagai pujian orang
yang bersyukur, pujian yang sesuai dengan nikmat-nikmat yang
diberikan-Nya serta dengan tambahan nikmat-Nya.Ya Allah, milik-Mu,
keagungan kerajaan-Mu. Mahasuci Engkau, yang pujikan diri-Mu
sendiri. Bagi-Mu pujian hingga Engkau ridha dan bagi-Mu pujian jika
Engkau meridhainya dan bagi-Mu pujian setelah ridha. Ya Allah
limpahkanlah rahmat kepada penghulu kami Muhammad, di kalangan
orang-orang permulaan dan limpahkanlah rahmat kepada penghulu
kamiMuhammad di kalangan orang-orang kemudian dan limpahkan
rahmat kepada penghulu kami Muhammad di setiap waktu dan saat dan
limpahkan rahmat kepada penghulu kami Nabi Muhammad SAW dan
limpahkanlah rahmat kepada penghulu kami Nabi Muhammad di antara
para utusan dan limpahkanlah rahmat kepada penghulu kami
Muhammad di kalangan malaikat hingga hari kiamat dan limpahkanlah
rahmat kepada penghulu kami Muhammad hingga Engkau warisi bumi
siapa-siapa yang ada di atasnya, sedangkan Engkau adalah sebaik-baik
pemberi warisan. Sesungguhnya kami mohon pemelihraan-Mu dan
kami menyerahkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami,
anak-anak kami, harta-harta kami dan segala yang telah Engkau
berikan kepada kami. Ya Allah, jadikanlah kami dan juga mereka
berada di dalam pemeliharaan-Mu, keamanan-Mu dan perlindungan-
Mu dari setiap gangguan setan pendurhaka, orang-orang takabur yang
keras kepala, orang yang mempunyai pandangan jahat, kezaliman dan
dari kejahatan setiap orang yang mempunyai kejahatan. Sesungguhnya
Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, perindahkanlah
kami dengan keselamatan dan kesejahteraan. Karuniakanlah kepada
kami ketaqwaan dan istiqamah. Lindungilah kami dari perkara-perkara
yang menyebabkan kami mendapat penyesalan. Sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar doa.Ya Allah, curahkanlah rahmat dan keselamatan
kepada hamba-Mu dan utusan-Mu, junjungan kami dan tuan kami Nabi
Muhammad Saw, keluarganya dan para sahabatnya. Karuniakanlah
kepada kami kesempurnaan mengikuti ajarannya, secara lahir dan
batin, di dalam kesejahteraan dan keselamatan dengan kasih sayang-
Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih sebaik-baik yang mengasihi.”
67
Pembacaan doa Ratib al-Haddād selesai disambungkan lagi dengan doa
di bawah ini, doa ini dilakukan secara bersama-sama antara guru dan
jamaah, dan tidak diiringi dengan hadroh. Sedangkan kandungan surah
Yāsīn, dan ayat-ayat yang ada di dalam Ratib al-Haddād serta doa yang
dibacakan ini merupakan suatu kombinasi yang sempurna. Sehingga
amalan ini berdampak luas di kalangan umat Islam.29
() والن ار س خطك من بك ون عوذ والجن ة رض اك نس ألك إنا اللهم
ر ياعال ر لت هتك منا الس ت () كنا حيث لنا وكن عنا واعف وعافنا عنا الس
() الاتة سن ب ياالله با ياالله با ياالله
فا () والمسلمي بنا الطف ت زل، ل لطيف انك ن زل، فيما بنا الطف ي زل، ل يالطي
تخاف، ياأمان الائفي ننا يا أمان الائفي أمنا ما تخاف، ياأمان الائفي سلمنا ما
ما تخاف.
1. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami mohon keridhaan dan
syurga-Mu dan kami berlindung dari api neraka. (3x)
2. Ya Tuhan Yang Maha Mengetahui segala rahasia kami, janganlah
kiranya Engkau singkap tirai rahasia kami (aib), berilah kami „afiat
(kesejahteraan) dan maafkanlah kami dan lindungilah kami,
tolonglah kami di mana pun kami berada. (3x)
3. Ya Allah dengan kalimat-Mu Ya Allah dengan kalimat-Mu, Ya
Allah karuniailah kami husnul-khatimah (akhir hayat yang baik).
(3x)
29 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Selasa, 22 September 2020, Jawa Barat.
68
4. Wahai Yang Mahalembut, janganlah Engkau menurunkan
(bencana) kepada kami berlemah-lembutlah kepada kami dengan
apa yang Engkau turunkan itu (bencana), karena sesungguhnya
Engkau senantiasa Mahalembut (untuk tidak menurunkan bencana
itu), berlemah-lembutlah kepada kami dan juga kaum muslimin. (3x)
5. Yang mengamankan orang yang takut, karunialah kami rasa aman
dari rasa takut. Yang mengamankan orang yang takut, selamatkanlah
kami dari segala yang kami takuti. Yang mengamankan orang yang
takut, hindarkanlah kami dari segala yang kami takuti. (3x)
Kemudian setelah selesai berdoa beliau menyampaikan kepada jamaah
bahwa dengan membaca zikir Ratib al-Haddād mengharap keberkahan
kepada Allah SWT. Hidup di dunia ini tidak ada yang lebih berharga bagi
seorang hamba selain ingin mendapatkan cinta dan kasih sayang kepada
Allah. Meskipun cinta dan kasih sayang Allah hanya akan diberikan
kepada hambanya yang ingin melakukan perbuatan yang disukai Allah
yakni perbanyak zikir kepadanya. Tidak hanya cinta dan kasih sayang
Allah yang akan kita dapatkan, tetapi Allah juga akan memberikan kepada
kita jiwa yang tenang dan tentram sehingga kita akan terbebas dari
perasaan cemas dan gelisah.
Itu merupakan salah satu keinginan manusia hidup di dunia dan di
akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari berzikir sangat penting untuk
diterapkan khususnya untuk umat muslim, sebab zikir merupakan
hubungan antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Amalan ini banyak
dipraktikkan oleh jamaah secara pribadi karena mereka termotivasi dari
K.H. Ahmad Baidowi yaitu ingin menjadi orang yang bermanfaat
sehingga akan menjadi sesuatu yang janggal ketika tidak diamalkan. Dari
situlah para jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholwat merasakan dampak
dari pengalaman zikir Ratib al-Haddād karena mereka sendiri meyakini
69
bahwa dengan mempraktikkan zikir Ratib al-Haddād setiap harinya akan
mendapatkan perlindungan dari Allah.
C. Dampak Pembacaan Zikir Ratib al-Haddad
Yang akan penulis bahas pada poin ini yaitu pengaruh zikir Ratib al-
Haddād di dalam kehidupan para jamaah Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat. Pada hakikatnya zikir memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan umat muslim yang istiqomah dalam melakukannya, adapun
menurut KH. Ahmad Baidowi terhadap pengaruh dalam membaca zikir
Ratib al-Haddād secara rutin beliau tidak menceritakan dampak terhadap
dirinya tetapi ia hanya menceritakan dampak sosialnya saja yaitu:
1. Dapat menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul.
2. Akan menimbulkan rasa aman, nyaman dan tentram.
3. Terkabulnya doa atas segala hajat dunia maupun di akhirat.
4. Untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Beliau juga menambahkan bahwa,
“Dengan seringnya rutin membaca al-Qur‟an dan juga membaca Ratib
al-Haddād saya merasa
tidak ada bedanya, dengan membaca Ratib al-
Haddād sama
dengan saya sudah membaca al-Qur‟an karena di dalam
Ratib al-Haddād itu terdapat beberapa ayat-ayat al-Qur‟an.” 30
Semua responden yang penulis wawancarai mengakui adanya manfaat
pembacaan zikir Ratib al-Haddād bagi diri mereka. Bahwa Ratib al-
Haddād memberikan ketenangan bagi diri mereka. Namun, beberapa
responden ada juga yang memberikan dampak tentang pengalaman
mengamalkan Ratib al-Haddād dan mendapatkan manfaat dari bacaannya
sebagaimana pengalaman yang mereka rasakan sebagai berikut:
Adapun hasil wawancara dengan Pak Zuhri mengatakan bahwa,
“Membaca zikir Ratib al-Haddād pembawaan pada diri saya terasa
sejuk karena di dalam zikir Ratib al-Haddād berisikan tentang doa
30 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Minggu, 20 Desember 2020, Jawa Barat.
70
sehingga jika kita membiasakan membaca zikir tersebut akan
menambah kesabaran dalam diri. Semenjak ia mengamalkan zikir
Ratib al-Haddād ia merasakan lebih dekat dengan Allah begitupun
sama halnya dengan membaca al-Qur‟an, ia mengungkapkan hal yang
senada dengan Ustadz Baidowi bahwa tidak ada bedanya dengan
membaca ratib al-Haddād dan membaca al-Qur‟an sama-sama dirinya
merasa lebih baik dibandingkan tidak baca keduanya sehingga ia
merasa dirinya dijaga oleh Allah dari cobaan yang datang pada
dirinya.”
Ia merasakan pengalaman pada dirinya
“Ketika saya baru membangun rumah belum banyak rumah yang ada
pada saat itu dan jendelanya pun belum dipasangkan teralis sehingga
sudah dua kali rumah saya didobrak oleh maling dan yang terakhir
kalinya maling itu sudah masuk ke dalam rumah dan membawa tas
kerja saya kemudian istri saya bangun dan tas saya diletakkan di luar
oleh maling tersebut ketika saya kejar malingnya sudah tidak ada.
Dari kejadian tersebut saya sangat bersyukur keluarga saya masih
dilindungi dari pencurian dan saya percaya bahwa Allah akan
melindungi siapapun orang yang banyak berzikir kepada Allah.”31
Sementara menurut pemahaman Ibu Suhaemi zikir Ratib al-Haddād ini
sangat besar manfaatnya apabila dibaca rutin seperti dengan membaca al-
Qur‟an karena dalam ratib ini terdapat ayat-ayat al-Qur‟an yang tidak
sembarangan diambil oleh habib yang mana kandungan maknanya seperti
ketika kita membaca surah al-Ikhlaṣ seperti sudah membaca sepertiga al-
Qur‟an, adapun salah satu manfaat membaca zikir Ratib al-Haddād yaitu
dapat melindungi diri dari godaan makhluk halus dan dijauhkan dari
kejahatan. Ibu Suhaemi juga menceritakan suatu kejadian yang di mana
pada waktu malam hari ia tertidur dan bermimpi ada yang
mengingatkannya untuk melaksanakan shalat tahajud dilanjutkan dengan
shalat tolak bala dan membaca Ratib al-Haddād ini, dan ia pun tersadar
dari tidur dan melaksanakan perintah itu. Keesokan harinya setelah
Magrib rumahnya mengalami mati lampu cukup lama. Ketika itu di
31 Saifudin Zuhri, (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Tangerang, Senin, 10 Agustus 2020, Banten.
71
rumahnya ada menantu dan cucunya sedang tidur dengan menyalakan lilin
yang disimpan di dekat dispenser. Tiba-tiba menantunya merasakan
kakinya panas dan ternyata dispenser sudah terbakar dan Bu Suhaimi yang
melihat langsung mematikan kebakaran itu dengan kain lap saja.
Alhamdulillah apinya cepat padam. Dengan kejadian ini Ibu Suhaemi
meyakini akan keampuhan manfaat zikir Ratib al-Haddād bagi
kehidupannya.32
Menurut responden yang lain, Tia, amalan zikir Ratib al-Haddād ini
dapat mempermudah urusan di dunia maupun di akhirat. Ia merasakan
kenyamanan dalam hidupnya dibandingkan dahulu sebelum
mengamalkannya. Ia mempercayai bahwa dengan mengamalkan zikir
Ratib al-Haddad ini dapat mendatangkan banyak kebaikan yang luar biasa.
Tia juga menceritakan pengalamannya bahwa ia tidak merasakan kesulitan
baik itu dalam pendidikan atau lainnya. Semua keinginan selalu tercapai
dengan doa dan usaha, seperti contoh dahulu ia bukanlah anak yang pintar
di sekolah, namun ketika ia ingin masuk SMP, SMA maupun perguruan
tinggi yang diinginkan, ia selalu mendapatkannya dengan mudah. Apa
yang ia pikir tidak akan diterima. Hal ini ia rasakan tidak terlepas dari
amalan zikir Ratib al-Haddād yang ia praktikkan di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat.33
Selain dampak di atas, dampak lain yang para jamaah rasakan adalah
kecenderungan mereka terhadap rajinnya membaca al-Qur‟an. Seperti
yang dikatakan oleh pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat bahwa
pembacaan Ratib al-Haddād ini sedikit-banyaknya mempengaruhi akhlak
para jamaah, seperti pengakuan responden lainnya juga mengatakan hal
32 Suhaemi (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Minggu, 9 Agustus 2020, Jawa Barat.
33
Tia Agustina (Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Minggu, 9 Agustus 2020, Jawa Barat.
72
sama mereka lebih rajin membaca al-Qur‟an karena tujuan membaca Ratib
al-Haddād dan membaca al-Qur‟an itu sama yaitu meminta agar
dikabulkannya hajat-hajat mereka juga mendekatkan diri kepada Allah.
Sehingga pembacaan zikir Ratib al-Haddād memiliki dampak luas bagi
jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. 34
34 Ahmad Baidowi, (Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat), diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, Minggu, 20 Desember 2020, Jawa Barat.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan kajian living Qur‟an di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat berkaitan dengan Praktik Zikir Ratib al-Haddād, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pertama berkenaan dengan pemahaman dan praktik zikir Ratib al-
Haddād di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat, diketahui dalam praktik
zikir Ratib al-Haddād, terdapat beberapa surah dan potongan-potongan
ayat yang digunakan. Adapun ayat-ayat yang terkandung di dalamnya
terdapat bacaan surah al-Fātiḥah sebagai tawasul, surah al-Baqarah ayat
255 yang disebut ayat kursi, surah al-Baqarah ayat 284-286, surah al-
Ikhlaṣ yang dibaca sebanyak 3 kali, surah al-Falaq sebanyak 1 kali, dan
surah an-Nās sebanyak 1 kali. Pelaksanaan zikir Ratib al-Haddād di
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat dilakukan setiap dua minggu sekali
pada hari Ahad yang dilaksanakan setelah sholat Ashar sampai sebelum
magrib, yang dipimpin oleh pembina majelis ta‟lim yaitu KH. Ahmad
Baidowi.
Kedua berkenaan dengan dampak zikir Ratib al-Haddād di dalam
kehidupan para jamaah diketahui bahwa dampak yang dirasakan jamaah
berbeda-beda. Adapun dampak zikir Ratib al-Haddād bagi jamaah di
antaranya: mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam menjalani
aktifitas sehari-hari, menambah kesabaran dalam diri, dapat melindungi
diri dari godaan makhluk halus dan dijauhkan dari kejahatan dan
mempermudah semua urusan baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi
74
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan kajian living Qur‟an di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat berkaitan dengan Praktik Zikir Ratib al-Haddād,
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Diharapkan para jamaah dan pengurus majlis ta‟lim untuk tetap
istiqomah dalam melaksanakan kegiatan Ratib al-Haddād di Majelis
Ta‟lim Fadhilatussholawat. Melalui kegiatan ini upaya untuk
meningkatkan kecerdasan spiritual jamaah untuk mengatasi
kebobrokan akhlaq dan moral masyarakat di zaman yang semakin
berkembang pada saat ini dan juga untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. dapat teratasi.
2. Mengingat sumbangsih dan manfaat kegiatan Ratib al-Haddād yang
sangat besar bagi para jamaah, diharapkan pengurus Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat tetap mempertahankan dan sekaligus
meningkatkan pelaksanaan kegiatan tersebut.
3. Dengan adanya dampak yang positif dari kegiatan Ratib al-Haddād,
diharapkan para para jamaah di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat
lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu,
diharapkan para jamaah senantiasa meningkatkan kualitas ibadah
mereka agar selalu dekat dengan Allah SWT sehingga dengan
perasaan dekatnya mereka dengan Allah SWT dapat menjadikan
sebab mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai salah satu referensi dan penelitian selanjutnya.
75
DAFTAR PUSTAKA
Artikel, Buku dan Jurnal
Abu, Abdilah Muhammad bin Abdullah an-Nisaburi, Mustadrak 'ala
Sahihain, Jilid 1, (Beirut: Dar Kitab al- Ilmiyah), 1990.
Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Al Andalusy, Al Qurthubi. Kedahsyatan Fadhilah Al-Qur‟an, terj.
Saefulloh MS, Jakarta: Pustaka Azzam, 2014.
Basri, Muh Mu‟inudinillah. 24 Jam Dzikir Dan Doa Radulullah
berdasarkan al-Qur‟an dan Hadits. Surakarta: Biladi, 2014.
Brata, Sumardi surya. Metode Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada, 1998.
Cahyo, Dimas Sigit. “Mengenal Al-Imam Al-Habib „Abdullāh bin „Alawī
Al-Haddād, 2019”, diakses pada tanggal 31 Maret 2020,
https://artikula.id/dimassigitcahyo/mengenal-al-imam-al-habib-
abdullah-bin-alawi-al-haddad/
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Habib Alwi bin Ahmad bin Al-Hasan bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad,
Syarh Ratib Al-Haddad. Bandung: Pustaka Hidayah, 2016.
al-Haddād, „Abdullāh bin „Alwī. Risalah Adab Suluk al-Murid Langkah
Praktis Mendekat Kepada Allah, terj. Husin Nabil as-Saqqaf.
Tangerang: Tim Penerbit Putera Bumi, 2017.
Harahap, Khoirul Amru dan Dalimunthe, Reza Pahlepi. Dahsyatnya Doa
dan Dzikir. Jakarta: QultumMedia, 2008.
https://books.google.co.id/books?id=2FoifGUJauQC&printsec=front
cover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f
=false.
Junaedi, Didi. “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-
Qur‟an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa
76
Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon).” Journal of Qur‟an and
Hadith Studies. vol. 4, no. 2 (2015): 172.
Kabbani, Muhammad Hisyam. Energi Zikir dan Salawat. Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2007.
al Mahfani, M. Khalilurrahman. Keutamaan Doa dan Dzikir Untuk Hidup
Bahagia dan Sejahtera. Jakarta: PT Wahyumedia, 2006.
Maesaroh, Mamay. “Intensitas Dzikir Ratib Al-Haddad dan Kecerdasan
Spiritual Santri”. Bimbingan Konseling Islam. vol. 7, no. 1 (2019):
65-66.
Mansyur, M. Metode Penelitian living Qur‟an dan Hadis, ed. Sahiron
Syamsuddin. Yogyakarya: TH-Press, 2007.
MR, Nidhomatum. “Riwayat Ratib Al-Hadad”, Diakses, 05 Januari,
2021, https://uninus.ac.id/riwayat-ratib-al-hadad/
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
Muhdhor, Yunus Ali. Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi
al-Haddad. cet. II. Surabaya: Cahaya Ilmu Publisher, 2018.
Muchlas, Imam. Al-Qur‟an BerbicaraKajian Kontekstual beragam
persoalan. Surabaya: Pustaka Progresif, 1996.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Munir, Samsul dan Al-Fandi, Haryanto. Energi Zikir. Jakarta: Amzah,
2014.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Alquran dan Tafsir, cet. II.
Yogyakarta: Idea Press, 2015.
Noupal, Muhammad. “Zikir Ratib Al-Haddad: Studi Penyebaran Tarekat
Haddadiyah di Kota Palembang.” Jurnal Intizar. vol. 24, no. 1,
(2018).
Pramita, Valeria. “Zikir Dalam Tasawuf, 2014.”, Diakses, 17 Maret, 2020,
https://www.academia.edu/11874415/ZIKIR_DALAM_TASAWUF
77
Rosyidin, M. Abror. “Sejarah, Khasiat, & Bacaan Ratib al-Haddād, 2017”,
Diakses, 13 Maret, 2020, https://tebuireng.online/sejarah-khasiat-
bacaan-ratib-al-haddād/
al-Sakandari, Ibn „Aṭa‟illāh. Zikir Penenteram Hati. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2000.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur‟an, volume 1.
ash-Shiddieqy, Tengku M Hasbi. Pedoman Dzikir dan Doa. Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2010.
El-Sulthani, Mawardi Labay. Zikir dan Doa Dalam Kesibukan. Direktorat
Publikasi Ditjen Pembinaan Pers dan Grafika Departemen
Penerangan RI, 1992.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D. Bandung:
Alfabeta, 2017.
Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2015.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzurriyyah, 1989.
Yusuf, Muhammad. Metodologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, ed.
Sahiron Syamsuddin. Yogyakarta: TH-Press, 2007.
Skripsi
Febryansyah, Muhammad Fahrudin. “Upaya Peningkatan Kecerdasan
Spiritual Santri Melalui Kegiatan Ratib Al-Haddad (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes Brotonegaran Ponorogo).”
Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, 2018.
Hadi, Abdul, “Pengaruh Dzikir Ratib al-Haddad Terhadap Psychological
Well Being Pada Jama‟ah Majelis al-Awwabien Palembang
Darussalam.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang, 2018.
78
HAS, Moch Hilmi, “Pemikiran Dakwah Habib Abdullah Al-Haddad.”
Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Ristiningrum, Lisa Deni, “Kontribusi Dzikir Dalam pembentukan
kepribadian Muslim (Studi Terhadap Pengikut Dzikir Thariqah
Syadziliyah di Pondok Pesantren Miftahul Huda).” Skripsi S1.,
Univesitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Saleh, Fauzi Ansori, “Pembinaan Akhlak Santri Melalui Metode Zikir
Ratib Al-Haddad di Pesantren Darul Qur‟an Wal Irsyad Ledoksari
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta.” Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
Sodirin, Ali, “Praktik Pembacaan Ratib al- Haddad di Jam‟iyah Eling
Nurul Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kec.
Brebes (Studi Living Hadis).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang, 2018.
Sunarto, Heri, “Urgensi Kegiatan Ratib Al-Haddad Dalam Meningkatkan
Keimanan Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo
Ponorogo.” Skripsi S1., Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Ponorogo, 2015.
Utami, Sri, “Pengaruh Dzikir Ratib Al-Haddad Terhadap Kesehatan
Mental Masyarakat Korban Gempa (Studi Kasus Majlis Dzikir Al-
Ghifary Bengkulu).” Skripsi S1., Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2010.
Vera, Azima Prisma, “Dzikir Ratib Al-Haddad Dalam Meningkatkan
Ketenangan Jiwa Jama‟ah Warga Emas di Yayasan Al-Jenderami
Dengkil Selangor Malaysia.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018.
Wawancara
Baidowi, Ahmad Pembina Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
Diwawancarai oleh Ifatuddiyanah. Depok, 6 oktober 2019, Jawa
Barat.
Catatan Observasi Lapangan Langsung pada 9 Agustus 2020.
Haerudin Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, 9 Agustus 2020, Jawa Barat.
79
Harun, Fatullah Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai
oleh Ifatuddiyanah. Tangerang, 10 Agustus 2020, Banten.
Cahyadi, Robi Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai
oleh Ifatuddiyanah. Depok, 13 Agustus 2020, Jawa Barat.
Sururi, Ahmad Wildan Ketua Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
Diwawancarai oleh Ifatuddiyanah. Depok, 21 Maret 2020, Jawa
Barat.
Hasyim, Wahid Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai
oleh Ifatuddiyanah. Tangerang, 10 Agustus 2020, Banten.
Nurseha Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, 21 Maret 2020, Jawa Barat.
Zuhri, Saifudin Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai
oleh Ifatuddiyanah. Depok 10 Agustus 2020, Banten.
Suhaemi Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai oleh
Ifatuddiyanah. Depok, 9 Agustus 2020, Jawa Barat.
Agustina, Tia Jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Diwawancarai
oleh Ifatuddiyanah. Depok, 9 Agustus 2020, Jawa Bara.
80
81
LAMPIRAN 1
Rangkaian Zikir Ratib al-Haddād
ية وإل علىالفاتحة د صلى الله عليو وسلم وأزواجو ىذه الن حضرة النب المصطفى ممهداء وذرياتو وأىل ب يتو وأنصاره، وأصهاره، ث إل أرواح الأنبياء والمرسلي والأولياء والش
ة المجتهدين والعلماء العاملي ث إل روح سيدنا المهاجر إل الله أحد والصلحي والأ ئميخ الكبي د بن عل باعلوي.ث إل روح الش م مم ب البي بن عيسى وسيدنا الفقيو المقد
اف، ق د الس كران. ث إل روح سيدنا قطب عبد الرحن مم يخ عل بن أب بكر الس والشيخ عل بن عبد اللو باراس وخصوص ا الأن فس البيب عمر بن عبد الرحن العطاس والش
اد، إل روح سيدنا قطب الإرشاد وغوث العباد والبلاد البيب عبد اللو بن علوي الد فر لم وي رحه م وي على وأصولم وف روعهم وذوى القوق عليهم أجعي أن الله ت عال ي
فعنا بأسرارىم وأن وارىم وعلومهم ون فخاتم وب ركاتم ف ن يا درجاتم ف الجنة وي ن ين والد الداتنا ومش هاتنا وأجدادنا وجد يع والآخرة،ث إل أرواح آبائنا وأم ين وج نا ف الد نا ومعلمي اي
فر لم وي رحهم وي عل الجنة المسلمي والمسلمات والمؤمني والمؤمنات أن لله ت عال ي المد للو رب العالمي الرحن الرحيم مالك ي وم الرحيم الرحن الله بسم الفاتحة : مث واىم
راط المستقيم صراط الذين أن عمت عليه ين إياك ن عبد وإياك نستعي اىدنا الص م غي الدالي ضوب عليهم ول الض ..آمي الم
وم ل تأخذه سنة وإلكم إلو واحدل إلو إلىو الرحن الرحيم. الله ل إلو إل ىو ال القي موات وما ف الأرض من ذاالذي يشفع عنده إل ب إذنو ي علم ما ب ي ول ن وم لو ما ف الس
موات والأ يطون بشئ من علمو إل با شاء وسع كرسيو الس رض أيديهم وما خلفهم ول ي ول ي ؤده حفظهما وىو العل العظيم.
هموات وماف الأ رض وإن ت بدواما ف أن فسكم أو تخفوه يا سبكم بو الله للو ماف السب من يشاء والله على كل شيئ قدي ر ء فر لمن يشاء وي عذ إليو أنزل با الرسول امن ف ي
82
وقالوا رسلو من أحد ب ي ن فرق ل ورسلو وكتبو وملائكتو بالله من ءا كل والمؤمن ون ربو من عنا ر وإليك رب نا غفرانك وأطعنا س كسبت ما لا وسعها إل ن فسا الله يكلف ل المصي
ها نا إن ت ؤاخذنا ل رب نا ت ماكتسب وعلي نا تمل ول رب نا أخطأنا أو نسي حلتو كما إصرا علي لنا ول رب نا ق بلنا من الذين على أنت وارحنا لنا واغفر عنا واعف بو لنا طاقة مال تم
الكافرين. القوم على فانصرنا مولنا
قدير شئ كل على وىو وييت يي المد ولو الملك لو لو، شريك ل وحده الله إل إلو ل سبحان وبمده الله سبحان )ثلاثا(. أكب ر والله الله ال ولالو اللهوالمدلله سبحان )ثلاثا(.
نا وتب لنا اغفر رب نا )ثلاثا(. العظيم الله واب أنت إنك علي صل اللهم )ثلاثا(. الرحيم الت د على ات الله بكلمات أعوذ )ثلاثا(. وسلم عليو ل ص اللهم مم خلق شرما من التام
م اء ف ول الأرض ف ش ء اس مو مع يض ر ل الذي الله )ثلاثا(.بس م مي ع وىو الس السن ا العلي م د دين ا وبالإس لام ربا بالله )ثلاثا(.رضي للو والمد الله بسم )ثلاثا(. نبيا وبحمر يا )ثلاثا(. وظاىرا باطنا الله إل ت بنا الآخر والي وم بالله آمنا الله)ثلاثا(. بشيئ ة والش ر والي
الإسلام دين على أمتنا والإكرام الجلال ذا )ثلاثا(.يا امن كان الذي وامح عنا واعف رب نا الله صرف المسلمي أمور الله أصلح )ثلاثا(. الظالمي ن شر اكف متي ن يا قوي )سبعا(.يا
ر ي ا عل )ثلاثا(.يا المؤذين شر يع ي ا قدي ر ي ا عليم ي ا كبي ر ي ا س ر ي ا لطيف ي ا بصي خبي م كاشف يا الم فارج يا )ثلاثا(. فر لعبده من يا ال فر )ثلاثا(. وي رحم ي رب الله أست
فر الب رايا ربعا(.)أ الطايا من الله أست
(.) الله إل إلو ل
د رسول الله صلى الله عليو وسلم وشرف وكرم ومد وعظم ورض الله لالو ال الله مم. حابة أجعي تعال عن كل الص
الرحيم الرحن الله بسم
)ثلاثا(. أح د. كف وا لو يك ن ول ي ول د. ول يل د ل الصم د. الله أح د. الله ىو قل
83
الرحيم الرحن الله بسم
اثات شر ومن وقب. إذا غاسق شر ومن خلق. ما شر من الفلق. برب أعوذ قل ف ف الن حسد.)مرة(. إذا حاسد شر ومن العقد.
الرحيم الرحن الله بسم
ف ي وسوس الذي الناس. الوسواس شر من الناس. إلو اس.الن ملك الناس. برب أعوذ قل )مرة( والناس. الجنة من الناس. صدور
د الله رسول وشفيعنا وحبيبنا سيدنا روح إل الفاتة والو عليو لله صلى الله عبد بن مم الفقيو وسيدنا عيس بن احد الله ال المهاجر سيدنا روح ال ث وذرياتو وأزواجو وأصحابو
م د المقد .أن عليهم القوق وذوي وف روعهم وأصولم باعلوي عل بن مم الله أجعيفرلم ت عال نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي رحهموي على ي وأن وارىم وأسرارىم ب ركاتم من علي
ين ف وب ركاتم ون فخاتم وعلومهم ني الد الفاتة.... والآخرة. ا والد
قي والعلماء العاملي أي نما كان وا من م ا شارق لفاتة إل أرواح ساداتنا الصوفية المحقفر لم وي رحهم ،الأرض ال ماربا نا ويعيد الجنة ف جاتم در وي علىأن الله ت عال ي علي
ين ف وب ركاتم ون فخاتم وعلومهم وأن وارىم وأسرارىم ب ركاتم من نيا الد والآخرة. والد الفاتة..
نا صاحب الراتب قطب الإرشاد وغوث العباد الفاتة إل روح سيدنا وحبيبنا وعمدت اد، وأصولم وف روعهم وذوى القوق عليهم والبلاد البيب عبد الله بن علوي الد
فر لم وي رحهم . أن اللو ت عال ي نا ويعيد الجنة ف درجاتم عل وي أجعي ب ركاتم من علي ين ف وب ركاتم ون فخاتم وعلومهم وأن وارىم وأسرارىم نيا الد الفاتة والآخرة. والد
..........
84
اج والزوار والمسافرين من المسلمي ف الب ر والبحر والجو الفاتة ان الله يفظ الجلامة وي ردىم إل أوطانم سالمي غاني مفوظ . أن اللو يصحب هم الس ي مرزوقي أجعي
ف خي ولطف وعافية. وان الله يطيل أعمارنا ف طاعة االله ويشف مرضانا ومرضى ها وما بطن. ث ن نا الفت والمحن ما ظهر من . وان الله ين ح امواتنا إل أروا المسلمي
ية حسن الاتة عند الموت ف عافية و ة وبن ال خاصة وأموات المسلمي أجعي عامد صلى الله عليو والو وسلم. الفاتة............ حضرة النب مم
د الله رسول وشفيعنا وحبيبنا سيدنا روح إل لفاتة ا والو عليو لله صلى الله عبد بن مم فقيو ال وسيدنا عيس بن احد الله ال المهاجر سيدنا روح ال ث وذرياتو وأزواجو وأصحابو
م د المقد .أن عليهم القوق وذوي وف روعهم وأصولم باعلوي عل بن مم الله أجعيفرلم ت عال نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي رحهموي على ي وأن وارىم أسرارىم و ب ركاتم من علي
ين ف وب ركاتم ون فخاتم وعلومهم نيا الد الفاتة.... والآخرة. والد
قي والعلماء العاملي أي نما كان وا من ا مشارق لفاتة إل أرواح ساداتنا الصوفية المحقفر لم وي رحهم ،الأرض ال ماربا نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي علىأن الله ت عال ي علي
ين ف وب ركاتم ون فخاتم وعلومهم وأن وارىم وأسرارىم ب ركاتم من نيا الد والآخرة. والد .. الفاتة
الفاتة إل روح سيدنا وحبيبنا وعمدتنا صاحب الراتب قطب الإرشاد وغوث العباد اد، وأصولم وف ر والبلاد البيب عبد الله بن وعهم وذوى القوق عليهم علوي الد
فر لم وي رحهم . أن اللو ت عال ي نا ويعيد الجنة ف درجاتم وي عل أجعي ب ركاتم من علي ين ف تم وب ركا ون فخاتم وعلومهم وأن وارىم وأسرارىم نيا الد الفاتة والآخرة. والد
..........
اج والزوار والمسافرين من المسلمي ف الب ر والبحر والجو الفاتة ان الله يفظ الجلامة . أن اللو يصحب هم الس وي ردىم إل أوطانم سالمي غاني مفوظي مرزوقي أجعي
85
ف خي ولطف وعافية. وان الله يطيل أعمارنا ف طاعة االله ويشف مرضانا ومرضى ن نا الفت . وان الله ين ها وما بطن. ث المسلمي إل أرواح امواتنا والمحن ما ظهر من
ية حسن الاتة عند الموت ف عافية و ة وبن ال خاصة وأموات المسلمي أجعي عامد صلى الله عليو والو وسلم. الفاتة............ حضرة النب مم
، حدا ي واف نعمو ويكافئ مزيده، ي ارب نا لك بسم الله الرحن الرحيمال حمدللو رب العالميى لجلال وجهك الكري ولعظ م سلطانكسبحانك لنصى ث ناء عليك انت المد كما ي نب
كما اث ن يت على ن فسك ف لك المد حت ت رضى ولك المد اذا رضيت، ولك المد ب عد د ف الو د ف الرضى اللهم صل وسلم على سيدنا مم ،وصل وسلم على سيدنا مم لي
، وصل وسلم على سيدنا مم د ف كل وقت وحي د الآخرين،وصل وسلم على سيدنا ممد ف ال ي، وصل وسلم على سيدنا مم د ف ف النبي ، وصل وسلم على سيدنا مم مرسلي
د حت ترث الرض ومن ين،وصل وسلم على سيدنا مم الملاء الأعلى ال ي وم الد.اللهم انا نستحفظك رالوارثي هاوأنت خي ونستودعك اديان نا وابدان نا وان فسنا واموالنا علي
من كل وأىلنا وكل شيئ اعطيت نا،اللهم اجعلنا وإياىم ف كنفك وامانك وعياذك وجوارك ومن شر كل ذي شر انك على كل شيئ شيطان مريد وجبار عنيد وذي عي وذى ب
ستقامة وأعذنا من موجبات الندامة ف الال والما قوى وال ل انك قدي ر. اللهم حطنا بالت عاء. وصل اللهم ب يع الد ، س د وعلى الو وصحبو اجعي مالك وجلالك على سيدنا مم
ي وارزق نا كمال المتاب عة لو ظاىرا وباطن ا ا ياارحم الرح بفضل سبحان ربك رب العزة عمفون وسلام على المرسلي والمد للو رب العالمي يصي
() والن ار منس خطك بك ون عوذ والجن ة رض اك نس ألك إنا اللهم
ر ياعال ر لت هتك منا الس ت () كنا حيث لنا وكن عنا واعف وعافنا عنا الس
() الاتة بسن ياالله با ياالله با ياالله
86
فا () والمسلمي بنا الطف ت زل، ل لطيف انك ن زل، فيما بنا الطف ي زل، ل يالطي
تخاف، ياأمان الائفي سلمنا ما تخاف، ياأمان الائفي ننا يا أمان الائفي أمنا ما ما تخاف.
87
LAMPIRAN 2
A. Pedoman wawancara bagi Pengasuh Majelis Ta’lim
Fadhilatussholawat
1. Kapan Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat didirikan?
2. Apa visi, misi dan tujuan Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat?
3. Bagaimana struktur pengurusan Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat?
4. Berapa jumlah jamaah Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat?
5. Kapan Ratib al-Haddaād diterapkan di Majelis ini?
6. Apa makna zikir Ratib al-Haddād bagi kita yang membacanya
secara rutin menurut Ustadz?
7. Bagaimana Ustadz memahami keberadaan ayat-ayat al-Qur‟an
dalam zikir khususnya Ratib al-Haddād?
8. Apasih kira-kira motif dan tujuan kita membaca zikir Ratib al-
Haddād?
9. Apa pengaruh yang bisa muncul bagi mereka yang membaca zikir
Ratib al-Haddād secara rutin? Jika Ustadz punya informasi bisa
diceritakan Fadilah atau manfaat zikir ini bagi pembacanya atau
pengalaman Ustadz sendiri.
10. Kapan Ratib al-Haddād diterapkan di Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat?
11. Apakah Ustadz sudah memiliki ijazah? Dari siapakah ijazah itu?
12. Bagaimana keadaan lingkungan saat itu sehingga Ustadz
menganjurkan zikir Ratib al-Haddād?
13. Apa manfaat langsung yang dirasakan oleh Ustadz dan masyarakat
serta lingkungan di sekitar Majelis Ta‟lim dari pembacaan Ratib al-
Haddād?
14. Apa yang ustadz ketahui tentang tawassul dengan Bacaan Fātiḥah di
awal pembacaan zikir Ratib al-Haddād? Dan apa tujuan membaca
surah al-Fātiḥah sesudah tawasul?
15. Kepada siapa saja tawassul dibacakan?
16. Apa tujuan tawassul ini, dan apa yang manfaat yang dirasakan?
17. Apakah tawassul ini membantu terkabulnya doa dan pengharapan
seperti doa-doa yang ada dalam ratib?
88
18. Menurut ustadz, apa peran ayat Kursi dan 3 ayat terakhir surah al-
Baqarah bagi doa-doa yang dipanjatkan? Atau bahkan ayat-ayat itu
juga doa, bukan?
19. Apa fungsi dari 3 surah yang dibaca sebelum tahlil QS al-Ikhlaṣ, al-
Falaq, dan An-Nās? Apakah surah-surah ini juga berperan dalam
memohon perlindungan kepada Allah dalam doa-doa yang
dipanjatkan?
20. Juga pentingnya tawassul dan pembacaan beberapa kali surah al-
Fātiḥah yang dibacakan untuk orang tertentu sebelum doa. Apakah
lagi fungsi surah al-Fātiḥah di sini? Mengapa harus ada tawassul di
awal dan juga di akhir?
21. Jika praktik di Majlis Ta‟lim Fadhiatussholawat menyertakan
pembacaan surah Yāsīn sebelum pembacaan Ratib al-Haddād,
apakah maksud dan tujuannya?
22. Apakah Fadhilah surah Yāsīn dan ayat-ayat yang ada dalam Ratib
al-Haddād dan juga doa-doa dan shalawat di dalamnya merupakan
kombinasi yang sempurna sehingga zikir ini menjadi pilihan favorit
kaum muslimin untuk dibaca di mana saja?
A. Pedoman wawancara bagi jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
1. Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
2. Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat?
3. Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
4. Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
89
LAMPIRAN 3
SURAT PENELITIAN SKRIPSI
90
LAMPIRAN 4
PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR
GURU DAN JAMAAH MAJELIS TA’LIM
FADHILATUSSHOLAWAT
PENELITIAN
“Ayat-Ayat al-Qur’an Dalam Zikir Ratib al-Haddad di Majelis
Ta’lim Fadhilatussholawat (Studi Living Qur’an)”
Penelitian ini di ajukan atas nama Ifatuddiyanah pada Majelis
Ta‟lim Fadhilatussholawat, Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu
dua hal. Pertama, tentang praktik pembacaan zikir Ratib al-Haddād di
Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat. Kedua, pengaruh zikir Ratib al-
Haddād bagi kehidupan jamaah di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat.
Keterlibatan Bapak/Ibu/Saudara/I sebagai informan/ responden
menjadi penting untuk membantu peneliti dalam memahami point pertama
dan kedua diatas. Bapak/Ibu/Saudara/I akan diminta untuk memberikan
jawaban dan tanggapan mengenai identitas informan/ responden mengenai
identitas informan/responden. Kerahasiaan jawaban dan tanggapan dari
Bapak/Ibu/Saudara/I akan dijaga sesuai kode etik penelitian.
B. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin
3. Umur :
4. Pekerjaan :
5. Tingkat Pendidikan :
6. Alamat :
Hari, Tanggal :
Nama Jelas dan Tanda Tangan Informan Nama Jelas dan Tanda Tangan Peneliti
91
LAMPIRAN 5
DATA DIRI INFORMAN
Nama :KH. Ahmad Baidowi
Alamat :Jl. Palakali Villa Putra
Mandiri 2
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 49 Tahun
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 1
Nama Informan : KH. Ahmad Baidowi
Status Informan : Pembina Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2020
Pedoman Wawancara
Keterangan
P : Pewancara
N : Narasumber
P: Kapan Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat didirikan?
N: Sudah berdiri kurang lebih sejak 15 tahun yang lalu
P: Apa visi, misi dan tujuan Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Tujuan dibentuknya majelis tersebut untuk mendoakan masyarakat
umum khususnya umat Islam yang memiliki hajat-hajat dan kebutuhan
tersendiri dalam urusan hidup baik zhahir maupun bathin.
Misinya pertama menciptakan ketenangan, ketentraman dan kedamaian
khususnya bagi jamaah yang hadir dan umumnya bagi masyarakat sekitar
majelis. Karena ketika kita baca zikir orang-orang yang disekitar pun
92
mendapatkan fadhilah zikir tersebut. Kedua, memberikan bimbingan
nasehat kepada para jamaah yang amat sangat berguna bagi hidup dan
kehidupan mereka baik yang hadir dan yang mempelajari Ratib al-Haddād
secara umum atau khusus. Jadi kalau yang secara umum yang datang
hanya sekedar ngaji saja tapi kalau yang secara khusus banyak yang nanya
tentang faidah ratib untuk apa. Jadi di majelis ini bukan hanya sekedar
memberikan bimbingan dan nasehat tetapi juga memberikan ketenangan
sehingga banyak jamaah yang termotivasi untuk mengikuti pengajian
disini. Untuk visinya menciptakan ukhuwah islamiah dalam ridho Allah
SWT.
P: Berapa Jumlah jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Kurang lebih ada 50 orang, karena keadaan bangunan Majelis ini masih
sangat sederhana ya.
P: Kapan Ratib al-Haddād diterapkan di Majelis Ta’lim
Fadhilatussholawat?
N: Sejak saya membuka majelis ta‟lim ini sudah saya terapkan dan sampai
saat ini pun masih dibaca secara bersama-sama, dan permintaan para
jamaah pun mintanya membaca Ratib al-Haddād.
P: Bagaimana struktur pengurusan Majelis Ta’lim
Fadhilatussholawat?
N: Stukturnya saya KH. Ahmad Baidowi MSD selaku dewan pembina
majelis, ketua Ahmad Wildan Sururi, wakil ketua Muhammad Rayhan,
sekretaris Lintar Septian, Bendahara Muhammad Rifqi, Humas Ali Ridho
dan Idham Husein, anggota seluruh jamaah Majelis Ta‟lim
Fadhilatussholawat.
P: Apakah jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat hanya
disekitar majelis saja?
93
N: Tidak, untuk kapasitas jamaah yang hadir tidak hanya dari sekitar
majelis saja tetapi dari berbagai daerah pun ikut hadir.
P: Apa makna zikir Ratib al-Haddād bagi kita yang membacanya
secara rutin menurut Ustadz?
N: Ratib al-Haddād itu memang sesuai dikarang oleh seorang hamba Allah
bernama al-Habib „Abdullāh bin „Alwī bin Muhammad al-Haddād. Di
Hadramaut, Yaman tempat Habib „Abdullāh dibesarkan. Berbicara tentang
makna, makna Ratib yang artinya zikiran yang memang dibaca untuk
meminta suatu kebutuhan khusus. Ratib al-Haddād ini isinya berbagai
macam doa yang diambil dari al-Qur‟an dan Hadis Nabi yang bacaan
pertama sampai doa itu mengandung unsur hikmah dan mukjizat dan
apabila kita membacanya secara rutin akan diangkat derajatnya oleh Allah
SWT.
P: Bagaimana Ustadz memahami keberadaan ayat-ayat al-Qur’an
dalam zikir khususnya Ratib al-Haddād?
N: Dengan cara mempelajari ayat demi ayat, poin demi poin. Jadi bukan
hanya sekedar memberikan bimbingan ratib tersebut saja tetapi dengan
memahami isi dari Ratib al-Haddād.
P: Apasih kira-kira motif dan tujuan kita membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan keberkahan
dalam hidup.
P: Apa pengaruh yang bisa muncul bagi mereka yang membaca zikir
Ratib al-Haddād secara rutin? Jika Ustadz punya informasi bisa
diceritakan Fadilah atau manfaat zikir ini bagi pembacanya atau
pengalaman Ustadz sendiri.
N: Pengaruhnya membaca zikir Ratib al-Haddād secara rutin maupun
berjamaah, pertama, dapat menanamkan kecintaan kepada Allah dan
94
Rasulnya, kedua, timbulnya rasa aman, nyaman, dan tentram sebab zikir
tersebut. Ketiga, terkabulnya doa atas segala hajat dunia ataupun akhirat.
Empat, untuk mendekatkan diri kita kepada Allah dan Rasulnya
P: Apakah Ustadz sudah memiliki ijazah? Dari siapakah ijazah itu?
N: Alhamdulillah sudah memiliki ijazah khusus dari beberapa ulama yang
berupa ucapan dan tulisan di antaranya dari Prof. Dr. KH. Syukron
Ma‟mun, KH. Abdul Qadirrahman, KH. Masyhuri Baidowi, MA, dan
Habib Thoha al-Haddad.
P: Bagaimana keadaan lingkungan saat itu sehingga Ustadz
menganjurkan dzikir Ratib al-Haddād?
N: Pada saat itu keadaan lingkungan memang sudah baik tetapi dengan
adanya anjuran membaca Ratib di majelis ini mereka lebih merasakan
aman dan nyaman.
P: Apa manfaat langsung yang dirasakan oleh Ustadz dan
masyarakat serta lingkungan di sekitar Majelis Ta’lim dari
pembacaan Ratib al-Haddād?
N: Manfaatnya yang saya rasakan dapat menciptakan ketenangan,
ketentraman, kebahagiaan lahir dan batin. Begitupun masyarakat yang
berada di sekitar majelis ini pun merasakan manfaat yang sama.
P: Apa yang ustadz ketahui tentang tawassul dengan Bacaan Fātiḥah
di awal pembacaan zikir Ratib al-Haddād? Dan apa tujuan membaca
surah al-Fātiḥah sesudah tawasul?
N: Tawasul itu suatu permohonan doa kepada Allah dengan menyertai
nama-nama orang saleh dalam doanya, nah jika pembacaan tawasul
dibarengi dengan surah al-Fātiḥah maka doa yang kita panjatkan cepat
sampai kepada Allah karena surah al-Fātiḥah itu sebagai ummul Qur‟an
surah yang paling cocok digunakan untuk mengirim arwah kepada orang
yang sudah meninggal.
95
P: Kepada siapa saja tawassul dibacakan?
N: Kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga Nabi, sahabat Nabi, para wali,
dan para ulama-ulama terdahulu dan kepada pengarang Ratib al-Haddād,
keluarga-keluarga saya yang telah wafat dan seluruh kaum muslimin dan
muslimat
P: Apa tujuan tawassul ini, dan apa manfaat yang dirasakan?
N: Tujuan dari pembacaan tawasul tersebut agar doa itu dapat diterima
oleh Allah SWT. dan manfaatnya dapat menimbulkan rasa kekaguman
kita kepada baginda Nabi Muhammad Saw. dan para ulama sehingga kita
dapat meniru ketakwaannya.
P: apakah tawassul ini membantu terkabulnya doa dan pengharapan
seperti doa-doa yang ada dalam ratib?
N: Ya sangat membantu sekali, karena itu tadi yang sudah saya jelaskan
dengan menyertai nama orang-orang shaleh dalam doa yang kita panjatkan
maka segala hajat yang kita inginkan akan terkabul.
P: Menurut ustadz, apa peran ayat Kursi dan 2 ayat terakhir surah
al-Baqarah bagi doa-doa yang dipanjatkan? Atau bahkan ayat-ayat
itu juga doa, bukan?
N: Ya, ayat ini juga termasuk doa agar diri kita selamat dari godaan-
godaan sihir dan jin, karena ayat kursi merupakan ayat yang paling agung
dalam al-Qur‟an, ayat ini keutamaannya yang sangat luar biasa ya, dilihat
dari kandungan maknanya yang berisikan kalimat tauhid, ayat kursi juga
bisa dijadikan untuk membentengi diri dari gangguan jin. Jika kita
membacanya dengan penuh keyakinan insyaallah diri kita akan dilindungi.
Kemudian peran dua ayat terakhir surah al-Baqarah sendiri fungsinya
siapa orang yang membaca dua ayat ini, orang itu akan mendapatkan
ampunan oleh Allah serta terhindar dari sihir.
96
P: Apa fungsi dari 3 surah yang dibaca sebelum tahlil QS al-Ikhlaṣ,
al-Falaq, dan An-Nās? Apakah surah-surah ini juga berperan dalam
memohon perlindungan kepada Allah dalam doa-doa yang
dipanjatkan?
N: Fungsinya bahwa Surah al-Ikhlaṣ menerangkan tentang keesaan Allah.
Apabila kita membacanya dengan menikmati isi kandungan dari surah ini
maka kita sudah mengagungkan Allah dan akan diberikan kemudahan-
kemudahan termasuk jawaban doa yang kita panjatkan tadi ketika
membaca Ratib al-Haddād. Dan adapun surah al-Falaq dan An-Nās ini
berisi tentang memohon perlindungan kepada Allah dari bahaya
gangguan-gangguan setan, sihir dengan kita mengamalkan surah tersebut
maka setan dan jin akan menjauhi diri kita dan juga ketika sudah membaca
tiga surah ini seperti sudah menghatamkan al-Qur‟an.
P: Juga pentingnya tawassul dan pembacaan beberapa kali surah al-
Fātiḥah yang dibacakan untuk orang tertentu sebelum doa. Apakah
lagi fungsi surah al-Fātiḥah di sini? Mengapa harus ada tawassul di
awal dan juga di akhir?
N: Fungsi pembacaan surah al-Fātiḥah yang dilakukan 4 kali sebagai
tawasul ini terkait dengan penerimaan doa yang kita dipanjatkan kepada
Allah SWT. karena surah al-Fātiḥah ini adalah sebagai ummul Qur‟an,
semua surah yang ada di dalam al-Qur‟an sudah terangkum dalam surah
al-Fātiḥah. Adanya tawasul di awal dan di akhir ini untuk mengafdholkan
kepada para pembaca Ratib al-Haddād agar mendapatkan kemuliaan Allah
SWT.
P: Jika praktik di Majlis Ta’lim Fadhiatussholawat menyertakan
pembacaan surah Yāsīn sebelum pembacaan Ratib al-Haddād,
apakah maksud dan tujuannya?
97
N: Kalau dalam anjuran ratib itu memang tidak ada anjuran membaca
surah Yāsīn dulu, namun karena masyarakat sini sudah menjadi kebiasaan
saat mengawali pengajian dengan membaca surah Yāsīn. Tujuannya dari
membaca surah Yāsīn itu untuk memohon perlindungan dari marabaya.
Pada dasarnya setiap surah yang ada di al-Quran itu semuanya baik, jika
membacanya secara rutin. Termasuk surah Yāsīn karena surah Yāsīn
merupakan Qolbu Qur‟an atau jantungnya al-Qur‟an maka dengan kita
membaca surah Yāsīn barokah dari surah-surah lain pun terbawa sehingga
kita juga akan dimuliakan oleh Allah SWT.
P: Apakah Fadhilah surah Yāsīn dan ayat-ayat yang ada dalam Ratib
al-Haddād dan juga doa-doa dan shalawat di dalamnya merupakan
kombinasi yang sempurna sehingga zikir ini menjadi pilihan favorit
kaum muslimin untuk dibaca di mana saja?
N: Ya, fadhilah surah Yāsīn, dan ayat-ayat yang ada di dalam Ratib al-
Haddād serta doa yang dibacakan ini merupakan suatu kombinasi yang
sanagt bagus dan sempurna. Sehingga amalan ini menjadi pilihan favorit
dan berdampak luas di kalangan umat Islam.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Ahmad Wildan Sururi
Alamat : Jl. Villa Putra Mandiri 2
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 21 Tahun
Profesi : Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 2
98
Nama Informan : Ahmad Wildan Sururi
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2020
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N : Motivasinya mendekatkan diri sama Allah, tujuan ikut membaca zikir
Ratib al-Haddād agar diampuni dosa-dosa dan minta dilancarin semua
urusan.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Saya lupa sudah berapa tahun, tapi saya sudah mengikutinya sejak SD.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Yang dirasa itu hati saya tenang.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Biasanya ketika saya punya masalah saya sering emosi dan emosinya
akan bertahan lama, namun dihari setelah saya baca ratib al-Haddād emosi
saya sudah mereda saya jadi berpikir positif terhadap semua masalah.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Saifuddin Zuhri
Alamat :Jl. H. Baan, Poris Plawad
Indah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 57 Tahun
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
99
Transkip Wawancara 3
Nama Informan : Saifuddin Zuhri
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2020
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Motivasinya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kalau kita
sudah dekat kepada Allah, kita berdoa kepada Allah apapun yang kita
minta akan diijabah.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: 3 tahun.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Pembawaan dalam diri saya terasa sejuk dan lebih dekat dengan Allah
sehingga saya merasa lebih dijaga oleh Allah dari cobaan yang datang.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Pengalaman pada diri saya ketika saya baru membangun rumah belum
banyak rumah yang ada pada saat itu dan jendelanya pun belum
dipasangkan teralis sudah dua kali rumah saya didobrak oleh maling dan
yang terakhir kalinya maling itu sudah masuk kedalam rumah dan
membawa tas kerja saya kemudian istri saya bangun dan tas saya
diletakkan di luar oleh maling tersebut ketika saya kejar malingnya sudah
tidak ada. Dari kejadian tersebut saya sangat bersyukur keluarga saya
masih dilindungi dari pencurian dan saya percaya bahwa Allah akan
melindungi siapapun orang yang banyak berzikir kepada Allah.
P: Apa yang ustadz ketahui tentang tawassul dengan Bacaan Fātiḥah
di awal pembacaan zikir Ratib al-Haddād? Dan apa tujuan membaca
surah al-Fātiḥah sesudah tawasul?
N: Tawasul itu dari kata wasala yang artinya sampai atau nyambung. Hal
ini kaitannya dengan arwah yang sudah almarhum jadi tawasul adalah
menyambungkan kiriman doa kepada almarhum baik orang tua kita,
saudara kita, keluarga melalui perantara dengan mengirimkan doa kepada
100
orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah agar doa
yang kita panjatkan segera diijabah oleh Allah SWT. Adapun tujuan
membaca surah al-Fātiḥah sesudah tawasul, surah al-Fātiḥah termasuk
dalam ummul Qur‟an hanya dengan 7 ayat jadi ringan sekali mengambil
barokah dari 30 juz al-Qir‟an dengan 1 surah yaitu surah al-Fātiḥah.
P: Apa tujuan tawassul ini, dan apa yang manfaat yang dirasakan?
N: Agar tujuan doa yang kita inginkan lebih cepat diijabah oleh Allah
SWT.
P: Apakah tawassul ini membantu terkabulnya doa dan pengharapan
seperti doa-doa yang ada dalam ratib?
N: Ya, sangat membantu sekali. Ratib al-Haddād dari awal sampai akhir
itu berisi dengan doa dan kemudian kita bantu dengan al-Fātiḥah yang
memang barokahnya ada di surah al-Fātiḥah itu akan nambah kenceng doa
kita.
P: Menurut ustadz, apa peran ayat Kursi dan 2 ayat terakhir surah
al-Baqarah bagi doa-doa yang dipanjatkan? Atau bahkan ayat-ayat
itu juga doa, bukan?
N: Ayat kursi sebagai tameng untuk menjaga diri dari berbagai macam
kejahatan terutama kejahatan jin dan setan yang berusaha mengganggu
diri kita. Dan peran dua ayat terakhir surah al-Baqarah bahwa Nabi
menganjurkan kepada kita umat Islam untuk membaca surah al-Baqarah
karena surah ini memiliki banyak keutamaan terutama di dua ayat terakhir
surah al-Baqarah dengan membaca ayat tersebut kita akan mendapatkan
pahala juga akan dijaga oleh Allah SWT. dari gangguan jin dan setan.
P: Apa fungsi dari 3 surah yang dibaca sebelum tahlil QS al-Ikhlaṣ,
al-Falaq, dan An-Nās? Apakah surah-surah ini juga berperan dalam
memohon perlindungan kepada Allah dalam doa-doa yang
dipanjatkan?
N: Ya, tiga surah ini sangat membantu sekali dengan doa yang kita minta
kepada Allah. Dalam surah al-Ikhlaṣ ini berisi tentang keesaan Allah, ayat
ini juga dapat melindungi diri kita dari gangguan-gangguan jin, begitupun
surah al-Falaq dan An-Nās ini agar kita dijauhkan dari kejahatan manusia.
101
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Fatullah Harun
Alamat : Jl.H. Baan, Poris Plawad
Indah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 54 Tahun
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 4
Nama Informan : Fatullah Harun
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2020
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Ada dua motivasi, pertama, untuk menenangkan diri, hati dan bathin
kita agar istiqomah dalam menghadapi apapun yang kita hadapi. Yang
kedua, untuk mendekatkan diri pada sang khalik atau sang pencipta agar
kita nanti mendapat syafaat dari Rasulullah. Dan tujuannya agar
menambah keyakinan dan keimanan kita.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Sudah hampir 3 tahun lebih dan saya juga rutin tiap malam jum‟at
membaca zikir tersebut sehabis sholat isya.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Selama membaca Ratib al-Haddād alhamdulillah ketenangan hati lebih
sejuk dan lebih nyaman lagi terasa adem ketika membaca zikir tersebut.
102
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Ketenangan itu tidak bisa kita ungkapkan secara umum mungkin kita
rasakan secara pripadi saja, yang namanya manusia hidup pasti akan
menghadapi permasalahan tetapi permasalahan itu akan lebih kita hadapi
dengan tenang mungkin terbantu dengan membaca zikir Ratib al-Haddād
tersebut hati kita bisa sejuk dan tenang dan permasalahan pun kita hadapi
terasa mudah.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : H. Wahid Hasyim
Alamat : Jl. H. Baan, Poris Plawad
Indah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 47 Tahun
Profesi : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 5
Nama Informan : H. Wahid Hasyim
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2020
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Untuk motivasi dan tujuan membaca Ratib al-Haddād untuk
penyemangat karena dalam Ratib al-Haddād ada suatu daya tarik untuk
berzikir dan tujuannya untuk mencari keberkahan dan keridhoan Allah
karena Ratib al-Haddād itu merupakan suatu potongan-potongan doa dan
amalan para habaib dan para ulama terdahulu makanya saya mendawami
Ratib al-Haddād itu banyak sekali yang terasa dalam diri saya.
103
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: 3 tahun, tetapi kalau saya sendiri mengamalkannya sudah sejak tahun
1991 sampai sekarang.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Yang saya rasakan setelah membaca zikir Ratib al-Haddād itu ada
ketenangan di diri saya sehingga saya merasakan getaran dalam diri yang
tidak sengaja.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Salah satu dari pengalaman saya membaca Ratib al-Haddād dapat
menenangkan hati dan pikiran saya
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Robi Cahyadi
Alamat : Jl. Raya Kelapa Dua,
Cimanggis Depok
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 41 Tahun
Profesi : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 6
Nama Informan : Robi Cahyadi
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2020
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
104
N: Motivasinya untuk mendapatkan keberkahan karena zikir ini suatu
amalan yang sangat luar biasa.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Sekitar kurang lebih 3 tahun.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Karena susunan yang ada di dalam Ratib al-Haddād ini adalah
kumpulan-kumpulan doa, saya merasakan pikiran saya menjadi lebih
tenang sehabis baca ratib ini.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Kalau untuk pengalaman pribadi saya tidak bisa menceritakan namun
yang saya rasa ingin selalu berbuat baik kepada siapa pun.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Haeruddin
Alamat : Pancoran Mas Depok
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 47 Tahun
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 7
Nama Informan : Haeruddin
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Minggu, 9 Agustus 2020
105
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Ya untuk motivasi saya dari mengikuti pembacaan Ratib al-Haddād ini
untuk menambah keyakinan kepada Allah.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Saya lupa kurang lebih 3 tahunan.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Merasa tenang seperti di diri saya itu ada yang jagain jadi tidak
gampang marah.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Kalau pengalaman banyak sekali ya yang terasa mungkin salah satunya
yang tadi saya katakan bahwa zikir Ratib al-Haddād tersebut adalah
sebagai zikir penjaga hati, penjaga diri.
P: Apa yang ustadz ketahui tentang tawassul dengan Bacaan Fātiḥah
di awal pembacaan zikir Ratib al-Haddād? Dan apa tujuan membaca
surah al-Fātiḥah sesudah tawasul?
N: Tawasul adalah doa yang kita panjatkan kepada Allah melalui
perantara, baik perantara tersebut berbentuk amal baik kita maupun
melalui orang sholeh yang kita anggap lebih dekat dengan Allah. Tujuan
membaca surah al-Fātiḥah di sini agar Allah memudahkan semua
keinginan kita.
P: Apa tujuan tawassul ini, dan apa manfaat yang dirasakan?
N: Manfaatnya sangat besar sekali bagi kita yang meyakini dengan
tawasul kita merasa lebih dekat dengan Nabi Muhammad Saw.
P: Apakah tawassul ini membantu terkabulnya doa dan pengharapan
seperti doa-doa yang ada dalam ratib?
N : Ya, sangat membantu.
P: Menurut ustadz, apa peran ayat Kursi dan 2 ayat terakhir surah
al-Baqarah bagi doa-doa yang dipanjatkan? Atau bahkan ayat-ayat
itu juga doa, bukan?
106
N: Ya, ayat-ayat ini juga berperan dengan doa yang kita panjatkan, ayat
kursi sendiri dikenal sebagai ayat Singgasana yang bacaannya berisi
tentang keesaan Allah. Fungsi ayat ini dibaca untuk mendapatkan rahmat
dan petunjuk serta perlindungan Allah dari gangguan jin dan setan. Kalau
2 ayat terakhir surah al-Baqarah akan bertambah iman kita karena ayat
tersebut menunjukkan untuk berserah diri kepada Allah SWT.
P: Apa fungsi dari 3 surah yang dibaca sebelum tahlil QS al-Ikhlaṣ,
al-Falaq, dan An-Nās? Apakah surah-surah ini juga berperan dalam
memohon perlindungan kepada Allah dalam doa-doa yang
dipanjatkan?
N: Ya, ayat tersebut sangat berperan, siapa orang yang membaca surah al-
Ikhlaṣ akan bertambah meyakinkan akidah kita bahwa Allah adalah Esa
yang terdapat diayat pertama surah al-Ikhlaṣ, dengan membaca surah al-
Ikhlaṣ seperti sudah membaca sepertiga al-Qur‟an. Kalo fungus surah al-
Falaq dan An-Nās, kedua ayat ini dapat menghindari dari kejahatan-
kejahatan sihir dan hasutnya manusia.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Nurseha
Alamat : Jl. Villa Putra Mandiri 2
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 43 Tahun
Profesi : IRT
Pendidikan Terakhir : SMA
Transkip Wawancara 8
Nama Informan : Nurseha
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2020
107
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Dengan berzikir dapat menenangkan hati dan pikiran dengan hanya
memfokuskan ingatan kita kepada Allah tentu akan melegakan pikiran
walaupun hanya sebentar.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Sejak berdirinya majelis ini.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Seperti yang sudah saya bilang tadi bahwa zikir ini dapat menenangkan
hati dan pikiran.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Saya selalu banyak pikiran, tapi setelah baca ratib ini ga tau kenapa hati
menjadi tenang pikiran saya juga jadi tidak terlalu pusing.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Hj. Suhaemi
Alamat : Jl. Raya Sawangan
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 Tahun
Profesi : IRT
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 9
Nama Informan : Hj. Suhaemi
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Minggu, 9 Agustus 2020
108
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Motivasinya untuk mendapatkan keberkahan, tujuan atau manfaat dari
Ratib al-Haddād agar diberi keselamatan dari godaan makhluk halus dan
dijauhkan dari kejahatan.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: 2 Tahun.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Merasa deket sama Allah ngerasa doa kita keterima dan perasaan aman,
pikiran menjadi lebih tenang.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Dari pengalaman saya sendiri pada waktu malam hari saya tertidur dan
mimpi ada yang mengingatkan saya untuk melaksanakan shalat tahajud
dilanjutkan dengan shalat tolak bala dan membaca Ratib al-Haddād,
kemudian saya terbangun dan melaksanakannya. Keesokan harinya setelah
Magrib rumah saya mengalami mati lampu cukup lama. Di rumah saya
ada menantu dan cucu saya yang sedang tidur menyalakan lilin yang
disimpan di dekat dispenser. Tiba-tiba menantu saya merasakan kakinya
panas dan ternyata dispenser sudah terbakar dan saya yang melihat
langsung mematikan kebakaran itu dengan kain lap saja. Alhamdulillah
apinya cepat padam. Dengan kejadian ini Ibu Suhaemi meyakini akan
keampuhan manfaat zikir Ratib al-Haddād bagi kehidupannya.
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Tia Agustina
Alamat : Cinangka, Sawangan Depok
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 Tahun
109
Profesi : Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : S1
Transkip Wawancara 10
Nama Informan : Tia Agustina
Status Informan : Jamaah Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat
Hari/Tanggal : Minggu, 9 Agustus 2020
Pedoman Wawancara
P: Apa motivasi/tujuan Bapak/ibu ikut membaca zikir Ratib al-
Haddād?
N: Awalnya saya diajak lama-kelamaan jadi kebutuhan ya jadi ikut terus
jadi ada kenyamanan.
P: Sudah berapa lama ikut kegiatan membaca Ratib al-Haddād di
Majelis Ta’lim Fadhilatussholawat?
N: Sudah dari SMP.
P: Apa yang Bapak/ibu rasakan setelah mengikuti pembacaan zikir
Ratib al-Haddād di sini?
N: Saya merasa lebih tenang, nyaman kaya yaudah jalanin aja gitu.
P: Apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan sebagai manfaat
membaca zikir ini? Jika ya apakah itu, bisakah Bapak/ibu ceritakan
kepada saya?
N: Segala sesuatu lebih dipermudah urusan di dunia insyaallah di akhirat
juga akan dipermudah, pernah saya merasa kaya saya jujur bukan orang
yang pinter-pinter banget di sekolah tapi waktu saya SMP mau masuk ke
SMA saya pengen sekolah yang saya ingin langsung dapet ga perlu repot
lagi, dari SMA ke keliah pun saya pikirr saya tidak akan keterima di
universitas yang saya inginkan ya tapi alhamdulillah saya
mendapatkannya semua itu lebih gampang.
110
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI INFORMAN
Kegiatan Pengajian di Majelis Ta‟lim Fadhilatussholawat
111
Pembacaan Sholawat bersama Tim
Hadroh
Pembacaan Zikir Ratib al-Haddād
Wawancara dengan KH.
Ahmad Baidowi MSD
Wawancara dengan salah
satu jamaah Majelis
Ta‟limFadhilatussholawat
112
Santunan dengan anak-
anak yatim
Foto Bersama KH.
Ahmad Baidowi
Top Related