BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di Negara Berkembang. Berdasarkan pengamatan World Helath Organitation
(WHO), Angka kematian Ibu (AKI) sebesar 500.000 jiwa setiap tahunnya. Kematian
ibu sebagian besar terdapat di Negara berkembang yaitu sekitar 98% sampai 99%
sehingga kematian ibu di Negara berkembang lebih tinggi di bandingkan Negara
maju (Saefuddin, 2002). Seperti halnya di Indonesia, kematian ibu mencapai
390/100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 1998). Meskipun angka kematian ibu sudah
mengalami penurunannya yaitu 230/100.000 kelahiran hidup SDKI (2005).
Sedangkan target penurunan kamatian maternal di Indonesia pada tahun 2010 yaitu
125/100.000 kelahiran hidup (Saefuddin, 2002).
Angka kematian Ibu (AKI) di Propinsi Banten sebanyak 115/100.000
kelahiran hidup dan AKI di Kabupaten Lebak 15/100.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan dan Sosial Kabupaten Lebak, 2005).
Penyebab langsung kematian di Indonesia, seperti halnya di Negara lain
adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi, sebenarnya tercakup pula kematian akibat
abortus terinfeksi dan partus lama. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit
yang memburuk akibat kehamilannya, selain itu keadaan ibu sejak hamil dapat
berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya penyebab tidak langsung
1
merupakan factor penunjang terjadinya kematian ibu antara lain anemia, kurang
energi kronis (KEK) dan keadaa empat terlalu yaitu antara lain usia ibu terlalu tua,
terlalu sering dan terlalu banyak melahirkan atau disebut grandemultipara (Saefuddin,
2002).
Di kabupaten Lebak penyebab langsung kematian ibu adalah 54% perdarahan,
31% eklampsi, 9%, 6% penyebab lain-lain. (penyebab yang menyertai kehamilan)
dan dari 54% orang ibu yang meninggal akibat perdarahan diantaranya 22% orang
terjadi pada ibu hamil dan ibu bersalin dengan grandemultipara.
Grandimultipara adalah kehamilan dengan jumlah anak 4 orang atau lebih
(Depkes RI 1999). Banyakanya komplikasi-komplikasi pada ibu dengan
grandemultipara saat kehamilan yaitu : anemia dalam kehamilan, plasenta previa,
solusio plasenta, klainan letak, pada persalinan yaitu : inersia uteri, dan komplikasi
pada nifas yaitu : Antonia uteri, retensio plasenta dan subinovolusi. Maka
pengawasan anenatal harus dilakukan lebih ketat dan persalinan diharapkan
dilaksanakan di rumah sakit.
Bidan sebagai tenaga kesehatan professional yang memberikan pelayanan
langsung terhadap mampu mendeteksi sedini mungkin komplikasi yang terjadi pada
ibu grandemultipara, sehingga factor-faktor yang mempersulit selama proses
kehamilan, persalinan, dan nifas dapat dicegah dan diatasi.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka diambil studi kasus ini
sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir Program Diploma
Kebidanan, yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. R,
Grandemultipara Dari Kehamilan 32 Minggu Sampai Dengan 6 Minggu Post
2
Partum Dan Bayi Baru Lahir Di Bps Teti Suherti Amd Keb, Rangkasbitung
Periode Maret Sampai Dengan Juni 2007”
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. “R” Grandemultipara dari 32 minggu sampai
dengan 6 minggu post partum dan asuhan bayi baru lahir.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil grandemultipara
1.2.2.2 Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin grandemultipara
1.2.2.3 Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas grandemultipara
1.2.2.4 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
1.2.2.5 Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas grandemultipara dan bayi baru lahir normal.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan secara nyata dalam melakukan studi
kasus dan menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah khususnya mengenai
manajemen kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
1.3.2 Bagi Ibu Hamil
Pasien mendapatkan pelayanan yang komprehensif sejak masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
3
1.3.3 Bagi BPS
Sebagai bahan masukan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan dokumentasi dan bahan pertimbangan studi kasus selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi dari lahirnya janin, lamanya kehamilan
normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid
terakhir. (Saefuddin, 2001).
2.1.2 Fisiologi Kehamilan
Setiap bulan wanita melepaskan satu atau dua sel telur (ovum) dari indung
telur (ovulasi) kemudian ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk kedalam
saluran telur. Waktu pertumbuhan cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-
juta sel muani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang
palingmudah di masuki, masuklah satu sperma dan kemudian bersatu dengan sel
telur. Paeristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi).
Ovum yang sudah di buahi segera membelah diri sambil bergerak yang
dibantu oleh bulu getar tuba menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi. Dari
perubahan sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-
zat makanan bagi mudigah dan janin dipersiapkan plasenta. Jadi dapat dikatakan
5
bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum, spermatozoa, nidasi dan plasentasi.
(Mochtar, 1998)
2.1.3 Tanda-tanda Kehamilan
2.1.3.1 Tanda-tanda Dugaan Hamil
1) Amenorhoe (tidak dapat haid)
2) Mual dan muntah
3) Mengidam (ingin makan khusus)
4) Tidak tahan bau-bauan
5) Tidak ada selera makan (anorexia)
6) Payudara membesar
7) Sering kencing
8) Obstipasi/konstipasi
9) Pigmentasi kulit
10) Varises/penampakan pembuluh darah vena
2.1.3.2 Tanda-tanda Tidak Pasti
1) Perut membesar
2) Uterus Membesar
3) Pada pemeriksaan terdapat tanda hegar (seolah-olah corpus uteri tidak
berhubungan dengan servik uteri)
4) Tanda Chadwick (selaput lender vulva vagina kebiruan)
5) Tanda piscaseck (adanya benjolan kesalahan satu uterus)
6) Tanda Braxton Hicks (uterus mudah berkontraksi jika dirangsang)
7) Pemeriksaan air kencing pertama pagi hari kehamilan positif
6
2.1.3.3 Tanda-tanda Pasti
1) Gerakan janin teraba dalam rahim.
2) Denyut jantung janin terdengar dengan menggunakan leenek atau dopler, terlihat
kerangka janin dengan ultrasonografi atau dengan Rontgen (Mochtar, 1998),
2.1.4 Diagnosis Kehamilan
Ibu sehat, tidak ada riwayat obstetric buruk, ukuran uterus sama atau sesuai
usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal (Saifuddin, 2002)
2.1.5 Perubahan Fisiologi Ibu Hamil
2.1.5.1 Trimester I
Tanda-tanda fisik yang dapat dilihat oleh ibu adalah perarahan sedikit/
“spotting” sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat embrio melekat pada lapisan
uterus. Jika seorang ibu mempunyai siklus menstruasi 28 hari, perdarahan ini terjadi
beberapa hari sebelum ia akan mendapat menstruasi. Perdarahan implantasi ini
biasanya kurang dari jumlah menstruasi yang normal. Setelah terlambat satu
menstruasi, perubahan-perubahan fisik berikutnya biasanya adalah nyeri dan
pembesaran payudara diikuti oleh rasa keluhan yang sangat dan sering kencing. Ibu
akan mengalami dua gejala yang terakhir sampai tiga bulan berikutnya. “Morning
sickness” / sakit di pagi hari atau mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu
dan mungkin berakhir sampai 12 minggu. Setelah 12 minggu pertumbuhan janin di
atas simpisis pubis biasanya dirasakan. Ibu biasanya mengalami kenaikan berat badan
sekitar 1-2 Kg selama trimester pertaman. (JHPIEGO, 2003).
7
2.1.5.2 Trimester II
Uterus akan terus tumbuh. Setelah 16 minggu uterus biasanya berada pada
pertengahan antara simpisis pubis dan pusat. Perubahan berat badan bertambah
sekitar 0,4 – 0,5 kg / minggu. Ibu mungkin akan mulai merasa mempunyai banyak
energi. Pada 20 minggu fundus berada dekat dengan pusat. Payudara mulai
mengeluarkan kolostrum. Ibu merasakan gerakan bayinya. Ia juga melihat perubahan
kulit yang normal termasuk cloasma, linea nigra, dan strie gravidarum (JHPIEGO,
2003).
2.1.5.3 Trimester III
2.1.5.3.1 Perubahan Fisik
1) Uterus
Fundus berada di atas pusat, usia kehamilan 40 minggu tinggi fundus
uteri kira-kira pertengahan PX-pusat, janin masuk panggul (lightening).
2) Payudara
Penuh dan nyeri tekan
Hyperpegmentasi areola
Gland montgomeri makin jelas
Dipersipakan untuk laktasi
3) Kenaikan Berat Badan
Penambahan berat badan selama trimester III 5,5 kg. penambahan total
(ideal 12,5 kg), 9-15 kg selama hamil. Kenaikan berat badan rata-rata
6,5-16 kg, kenaikan berat badan yang berlebihan atau turun setelah
kehamilan triwulan harus dipertahankan.
8
4) Sistem Pernafasan
Uterus yang menekan diaframa (sesak, nafas pendek) menajdi
pernafasan perut.
5) Sistem Urinaria
Turunnya kepala memasuki panggul menyebabkan frekuensi kencing
bertambah.
6) Saluran Pencernaan
Produksi asam lambung meningkat sehingga sering menimbulkan
keluhan berupa rasa panas pada lambung.
7) Oedema atau Bengkak pada kaki
Sistem Muskuloskeletal
Lordosis
Untuk kompensasi posisi anterior yang terus membesar, terjadi
mobilitas sendi sakroiliaka, sakrokoksigeal sendi pubis
sehingga sering dirasakan ketidanyamanan pada daerah bawah
pinggang.
Braxton Hick
Meningkatkan aliran balik pada kaki, terhalangnya aliran limpa
dan menurunkan tekanan osmotik plasma. (JHPYGO, 2003)
2.1.6 Kebutuhan Zat Besi dan Kalsium
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besui 60 mg) dan Asam
Folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak minum
9
bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan ( Saefuddin, 2000 ).
Kalsium rata-rata 1,5 gram perhari untuk pertumbuhan tulang dalam trimester
terakhir 30-40 gram (Mochtar, 1998).
2.1.7 Masalah-masalah yang Ditemukan pada Masa Kehamilan
2.1.7.1 Ngidam, disebabkan peningkatan kebutuhan kalori oleh karena perubahan
fisiologis kehamilan, sehingga wanita memilih makanan yang aneh-aneh.
2.1.7.2 Perubahan warna kulit sering terjadi pada :
Dahi, pipi atau hidung, bentuk menyerupai topeng disebut Cloasma
Gravidarum.
Dada (Ariola Mamae) : warna hitam di sekitar putting susu, wrnanya akan
lebih hitam.
Perut antara sympisis dengan garis hitam yang membentang disebut Linea
Alba.
2.1.7.3 Stomatitis disebabkan adanya hypersalivasi sehingga kurangnya makanan
yang masuk kedalam tubuh karena mual dan muntah, dan tidak mampu
membersihkan mulutnya karena kelelahan.
2.1.7.4 Konstipasi disebabkan mengendurnya otot-otot saluran pencernaan memberi
efek melemahnya usus yang disebabkan adanya peningkatan hormone
progesterone, akibatnya makanan terlalu lama di dalam usus, sehingga
terjadinya air yang berlebihan feses menjadi keras. Karena pembesaran
uterus, sehingga memberi tekanan pada kolom dan rectum.
2.1.7.5 Perubahan Libido, disebabkan rasa tidak nyaman gangguan hormonal dan
gangguan emosi. Perubahan libido biasa terjadi pada :
10
1. Trimester I
Adanya penurunan libido yang disebabkan karena kelelahan, mual dan
muntah, perubahan buah dada dan ambivalen terhadap kehamilan.
2. Trimester II
Adanya peningkatan libido, sering terjadi pada trimester II, biasanya
sehubungan dengan perubahan fisik, kelelahan dan anxieties. Adanya problem pada
pasangan suami istri sampai cemas pada saat hubungan sex, takut merusak embrio
atau fetus. Adanya perkembangan psikososial.
3. Trimester III
Adanya problem Body Image sehubungan dengan gangguan relaksasi pelvis
dan ligament, nyeri kontraksi dan orgasme.
1. Mood (Perasaan wanita hamil)
Disebabkan pengaruh hormone progesterone dari susunan syaraf pusat.
Klien ingin selalu merasa sendiri, pada saat ini klien memberi perhatian
untuk merencanakan dan menyesuaikan kelahiran anaknya, perubahan ini
terjadi pada trimester III.
Emosi ibu mulai labil, akan selalu berubah-ubah mulai dari persiapan
senag sampai sedih.
Adanya perasaan emosi labil sehubungan dengan factor stress.
2. Insomnia
Tidak bisa tidur pada kehamilan disebabkan karena :
I. Ketidaknyamanan klien karena pembesaran perut.
II. Kecemasan yang berlebihan karena kehamilan atau sebab-sebab yang lain.
11
III. Sering kencing malam hari, karena pergerakan anak, sering minum
menjelang tidur.
IV. Kram di betis / tungkai, disebabkan tekanan dari syaraf pada ekstremitas
bagian bawah oleh uterus yang membesar.
( Manuaba, 1998 ).
Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
Perdarahan vagina
Sakit kepala yang hebat
Pandangan kabur
Nyeri abdomen yang hebat
Bengkak pada muka dan tangan
Bayi tidak bergerak
( JHPIEGO, 2003 ).
2.1.8 Ante Natal Care (ANC)
2.1.8.1 Pengertian
Asuhan antenatal adalah salah satu program yang berencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik. Apabila ibu hamil untuk memperoleh suatu
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ( Manuaba, 1998 ).
2.1.8.2 Tujuan Antenatal Care
Menurut Saefuddin, 2001, tujuan dilakukan antenatal care adalah :
12
Membantu kemajuan persalinan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2.1.8.2.1 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu
dan janin.
2.1.8.2.2 Mengenali secara dalam adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi dalam hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembelajaran.
2.1.8.2.3 Mempersipkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selama ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersipakan ibu
agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
2.1.8.2.4 Mempersipkan peran ibu dan keluarga menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
2.1.8.3 Waktu Kunjungan Antenatal Care
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya oleh karena itu tiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal.
1) Penatalaksanaan kunungan antenatal trimester pertama (0-1 minggu).
1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil
2. Mendeteksi masalah dan menanganinya
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus naeonatrum, anemia,
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan persiapan menghadapi komplikasi.
13
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya (Saefuddin, 2002).
2) Penatalaksanaan kunjungan antenatal trimester kedua (1-28 minggu)
Sama seperti penatalaksanaan kunjungan antenatal trimester pertama, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai preklamasi (Tanya ibu tentang gejala-gejala
preklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi oedema, periksa untuk mengetahui
protein urine (Saefuddin, 2002).
3) Penatalaksanaan kunjungan antenatal trimester ketiga (28-36 minggu)
1. Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdomen untuk mengetahui apakah
ada kehamilan ganda.
2. Penatalaksanaan kunjungan antenatal trimester keempat (36-2 minggu)
3. Sama seperti diatas, ditambah diteksi letak bayi yang tidak normal atau
kondisi lain yang memerlukan di rumah sakit (Saefuddin, 2002).
2.1.9 Pelayanan / asuhan standar (7 T)
2.1.9.1 Timbang berat badan
2.1.9.2 Ukur tekanan darah
2.1.9.3 Ukur fungsi fundus uteri
2.1.9.4 Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
2.1.9.5 Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
2.1.9.6 Test terhadap penyakit menular seksual.
2.1.9.7 Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saefuddin, 2002)
14
2.1.10 Pemeriksaan Kehamilan
2.1.10.1 Anamnesa
1. Anamnesa identitas istridan suami : nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan
sebagainya.
2. Anemnesa umum :
Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
dan sebagainya.
Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid
terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan
memakai rumus : hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1.
TP = hari + 7, bulan – 3, tahun + 1 HT
Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya.
2.1.10.2 Inspeksi dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan lage artis : tekanan darah, nadi,
suhu, pernafasan jantung, paru-paru dan sebagainya.
2.1.10.3 Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi.
2.1.10.4 Palpasi
Palpasi perut untuk menentukan :
- Besar dan konsistensi rahim
- Bagian-bagian janin, letak, presentasi
- Gerakan janin
15
- Kontraksi rahim Braxton – Hicks dan his
Manuver palpasi menurut Leopold
Leopold I :
- Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
- Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
- Konsistensi uterus
Leopold II :
- Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
- Menentukan letak punggung janin
- Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
- Menentukan bagian terbawah janin
- Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang
Leopold IV :
- Pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu hamil
- Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk pintu atas panggul
Cara menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan :
1. Dihitung dari tanggal haid terakhir
2. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “Feeling Life”
(quickening)
3. Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simpisis
maka diperoleh table :
16
22 – 28 mg 24 – 25 cm di atas simfisis
28 mg 26,7 cm di atas simfisis
30 mg 29,5 cm di atas simfisis
32 mg 29,5 – 30 cm di atas simfisis
34 mg 31 cm di atas simfisis
36 mg 32 cm di atas simfisis
38 mg 33 cm di atas simfisis
40 mg 37,7 cm di atas simfisis
4. Menurut Mc Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundus simfisis
dalam cm dibagi 3,5, merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
5. Menurut Ahfield : “Ukuran kepala – bokong” = 0,5 panjang anak sebenarnya.
Bila 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.
6. Rumus Johnson – Tausak : BB = (MD – 12) x 155
BB = berat badan : Md = jarak simfisi – fundus uteri
2.1.10.5 Auskultasi
Digunakan stetoskop monoaural (stetoskop obstetric) untuk mendengarkan
denyut jantung janin (DJJ).
1. Dari janin :
- Djj pada bulan ke 4-5
- Bising tali pusat
- Gerakan dan tendangan janin
2.1.10.6 Pemeriksaan dalam
- Vaginal toucher (VT)
17
- Rectal toucher (RT)
2.1.10.7 Pemeriksaan Laboratorium
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang-kurangnya 2
x selama kehamilan, sekali pasa permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilan.
2.1.10.8 Ultrasonografi (USG)
Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin,
karena memakai perinsip sonar (bunyi). Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan
muda. Pada layer dapat dilihat letak, gerakan dan denyut jantung janin.
( Mochtar, 1998 )
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses pengeluaran janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir (Saefuddin, 2002)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Depkes RI, 1994)
18
2.2.2 Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
Yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan benar yang
ada hanya teori-teori yang komplek antara lain :
1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan
kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
2. Teori Plasenta menjadi tua, akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini
menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utro plasenter.
4. Teori iritasi mekanik dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus
frankerhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala
janin, akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus, partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan amniotomi atau
oksitosin dripss.
6. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseftor oksitosin dalam otot rahim,
sehingga mudah terangsang dan terangsang bawah oksitosin dapat meningkatkan
prostaglandin sehingga terjadi kerjasama.
( Mochtar, 1998)
19
2.2.3 Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki ”bulannya” atau ”minggunya” atau ”harinya” yang disebut
pendahuluan. Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut : (Mochtar, 1998)
a. Lightening atau setting atau dropping kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida, pada multipara tidak begitu ketara.
b. Perut lebih kelihatan melebar, fundus uteri turun
c. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terendah.
d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi dari
uterus, kadang-kadang disebut ”false labor pain”
e. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (blood show)
2.2.4 Tahap-tahap persalinan
2.2.4.1 Kala I
Merupakan waktu untuk pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap (10
cm). Kala I terdiri dari 2 fase yaitu :
1. Fase Laten : dimana pembukaan servik berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm dan berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
a. Fase akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
b. Fase dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi
9 cm
20
c. Fase deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm atau lengkap
Kala I pada primi biasanya berlangsung selama 13-14 jam, sedangkan pada multi
berlangsung selama 6-7 jam.
(Mochtar, 1998)
2.2.4.1.1 Rencana asuhan pada kala I
1) Jika ibu tampak gelisah atau ketakutan dan kesakitan :
1. Berikanlah dukungan dan yakinkanlah dirinya
2. Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan
3. Dengarkanlah keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitive terhadap
perasaan ibu.
Jika ibu tampak kesakitan :
1. Lakukan Perubahan posisi
2. Posisi yang sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu berada ditempat tidur
anjurkan ibu miring ke sebelah kiri
3. Sarankan kepada ibu untuk berjalan
4. Ajaklah orang yang memahami ibu untuk memijat atau menggosok punggung
atau membasuh mukanya diantara kontraksi
5. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kesanggupannya
6. Ajarkan tehnik bernafas
7. Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan
8. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi aerta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
21
9. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan memabasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar / kecil.
10. Jika ibu merasakan panas dan banyak keringat gunakan kipas angin, taua AC
dalam kamar, menggunakan kipas biasa dan menganjurkan ibu untuk mandi.
11. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
makan
12. Sarankan kepada ibu untuk berkemih sesering mungkin
13. Lakukan pemantauan : tekanan darah, suhu badan, denyut jantung janin,
konjungtiva, pembukaan servik, penurunan sesuai dengan frekuensi yang
telah ditetapkan aktif/laten.
14. Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam sekali kala I persalinan
dan setelah ketuban pecah dan dokumentasikan hasil temuan yang ada pada
partograf. (PPKC, 2001)
2) Memimpin persalinan kala I
1. Menilai kondisi ibu
- Nilai keadaan umum ibu
- Nilai tanda-tanda vital ibu : takanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
- Lakukan pemeriksaan tubuh secara sistematis dan per organ
2. Melakukan pemeriksaan luar
- Lakukan pemeriksaan leopol I-IV
- Lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin
22
- Tentukan kondisi janin : janin di dalam atau di luar rahim, jumlah janin,
letak janin, presentasi janin, menilai turunnya kepala janin, menaksir
berat badan janin.
- Tentukan his, lama kontruksi (detik), simetris, dominasi fundus, relaksasi
optimal, interval (menit)
3. Melakukan pemeriksaan dalam
- Lakukan pemeriksaan vagina / vulva
- Lakukan pemeriksaan colok vagina
- Nilai kondisi janin (presentasi, turunnya
presentasi sesuai bidan hodge, posisi, molase, kaput suksedanum, bagian
kecil disamping presentasi, dan anomaly congenital)
- Nilai kondisi panggul dalam (Promontorium,
konjugata diagnolis, konjungata vera, linea inominata, tulang sacrum,
dinding samping, spina iskiadika, arkus pubis, koksigis, panggul patologi,
kesimpulan panggul dalam)
4. Nilai adanya tumor dari jalan lahir
5. Tentukan imbang fetopelvik
6. Tetapkan diagnosis inpartu dan rencana persalinan
7. Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin
sesuai petunjuk partograf. Bila kemajuan persalinan tidak normal, lanjutkan
pemantauan hingga kala II. Bila kemajuan persalinan tidak normal, tentukan
tindakan yang perlu dilakukan atau di rujuk ibu kesarana yang memadai.
8. Kosongkan kandung kemih dan rectum
23
9. Pada kala ini ibu tidak diperbolehkan mengedan
Set partus kecil yang harus disediakan adalah 2 pasang sarung tangan, 1 gunting
episiotomi, 1 gunting tali pusat, 2 klem tali pusat, 1 pemecah ketuban, 1 benang
atau pita tali pusat, 1 kain duk steril, dan kasa steril (Mansjoer, 2001)
Kala II (kala Pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih tahan lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk keruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Karena tekanan pada ractum, ibu merasa seperti ingin buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perinium meregang. Dengan his mengedam yang terpimpin akan
lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung
selama 11/2-2 jam dan pada multi berlangsung selama ½-1 jam. (Mochtar, 1998)
2.2.4.2.1 Rencana asuhan pada kala II
1. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
2. Menjaga kebersihan diri
3. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
4. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan, dapat dipilih posisi :
jongkok, menungging, tidur miring, setengah duduk, posisi tegak, ada kalanya
dengan berkurangnya rasa sakit, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina,
perinium, dan infeksi.
5. Menjaga kandung kemih tetap kosong
6. Memberikan cukup minum untuk memberikan tenaga dan mencegah dehidrasi
24
( PPKC, 2004)
Mempimpin persalinan kala II
1. Ibu di pimpin mengejam saat terus-menerus ingin mengeda, perineum
teregang, anus terbuka, dan tampak mukosa anus, kepala bayi mulai crowning
(kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm)
2. Lakukan episiotomi medialis / mediolateralis bila diperlukan. Episiotomi
dilakukan pada primipara atau multipara bila dinding introitus vagina kaku.
Sebelumnya lakukan anestesia local infiltrasi ditempat episiotomi ditempat
episiotomi dengan menggunakan lidokain 1 % 3-4 ml, saat perinium sudah
sangat tipis atau diameter pembukaan vulva 4-5 cm bertepatan dengan his,
lakukan episiotomi dengan cara jari II dan III tangan kiri dirapatkan,
dimasukan antara kepala janin dan dinding kepala janin dan dinding vagina
menghadap ke penolong. Pegang gunting episiotomi dengan tangan kanan,
masukan secara terbuka dengan perlindungan jari II dan III.
3. Saat his, ibu diminta menarik nafas dalam dan menutup mulut rapat-rapat
kemudian mengejan pada perut dengan kekuatan penuh.
4. Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan perinium menggunakan ibu jari
dan jari II dan III tangan kanan yang ditutup kain duk steril atau DTT dan
menekan ke arah karanial. Tangan kiri menahan defleksi maksiman dagu,
mulut, hidung dahi, dan seluruh kepala bayi. Bersihkan lendir di mulut dan
hidung bayi.
5. Biarkan bayi melakukan paksi luar. Bila perlu, bantu putaran paksi luar.
6. Bila ada lilitan tali pusat di leher beyi :
25
- Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan
jari penolong
- Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan menggunakan klem di dua
tempat lalu gunting tali pusat tersebut dengan menggunakan tali pusat.
7. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara biparietel
dan menarik cunam kebelakang untuk melahirkan bahu depan dahulu,
kemudian kearah depan untuk melahirkan bahu belakang.
8. Lahirkan badan bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara
biparietal. Melakukan tarikan searah lengkung panggul sampai lahir seluruh
badan bayi. Bila terasa berat dapat diubah dengan dorongan iringan pada
fundus uteri asisten atau dengan cara mengait ketiak bayi dan menariknya
perlahan-lahan.
9. Letakan bayi pada kain duk steril diatas perut ibu
10. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai AFGAR
11. Segera mungkin lakukan pembersihan mulut atau jalan nafas.
12. Jepit tali pusat dengan mengunakan klem kocher 1 berjarak 5 cm dari perut
bayi. Tali pusat dikosongkan dari arah dengan cara diurut ke arah plasenta,
kemudian dijepit dengan klem kocher 2, jarak 1 sampai 2 cm dari klem kocher
1 kearah keatas plasenta. Tali pusat digunting diantara 2 klem kocher. Ikat tali
pusat dengan benang 2 kali berlawanan arah, tali pusat di balut dengan kassa
steril yang di basahi antiseptik ringan. (Mansjoer, 2001)
26
2.2.4.3 Kala III (pelepasan uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri sebagai setinggi pusat, beberapa saat kemudian timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit sleuruh plasenta terlepas,
terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari
atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc. (Mochtar, 1998)
2.2.4.3.1 Rencana asuhan pada kala III
Melaksanakan manajemen aktif kala tiga meliputi : pemberian oksitosin
dengan segera. Pengendalian tarikan tali pusat, peninjauan uterus segera setelah
plasenta lahir.
Mempimpin Persalinan Kala III
Setelah bayi lengkap dan digunting tali pusatnya, pegang kedua kaki bayi dan
bersihkan jalan napas, bila bayi belum menangis, rangsanglah supaya menangis, bila
perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawat tali pusat dan sebagainya. Kemudian
kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15 menit kemudian. Jangan
tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkan bila plasenta belum lepas. Setelah
plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada selaput ketuban yang tertinggal atau
plasenta yang lepas. Periksa ukuran dan berat plasenta.
Periksa lagi kedalam lahir apakah masih ada perdarahan atau jaringan yang
tertinggal. Periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik, akan terlihat fundus
uteri setinggi pusat dan keras seperti batu.
27
2.2.4.4 Kala IV (observasi)
Kala IV dimulai dari lahirnya urin sampai 1-2 jam. Untuk melakukan observasi
karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi
yang dilakukan : tingkat kesadaran penderita, TTV, kontrasi uterus, perdarahan.
Observasi jam pertama 15 menit memantau 4 kali dan jam kedua tiap 30 menit
memantau 2 kali. Perdarahan dianggap masih normal bila tidak lebih dari 400-500 cc.
(Mochtar, 1998)
2.2.4.4.1 Rencana asuhan kala IV
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 – 30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, massage uterus sampai menjadi
keras.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan
dan minuman yang disukainya
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
- Biarkan ibu istirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman.
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
sebagai permulaan dengan menyusui banyinya, menyusui juga membantu uterus
berkontraksi (PPKC, 2004)
Memimpin persalinan kala IV
Sebelum meninggalkan wanita post partum, harus diperhatikan beberapa hal
yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-alat
28
genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung
kemih kosong. (Mansjoer, 2001)
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan
Faktor yang mempengaruhi proses persalinan, menurut Mochtar (1998) ada 5
P, yaitu :
1. Passenger (janin)
Janin mempengaruhi proses persalinan, dimana bagian yang paling besar keras
dari janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan. Kepala ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada
persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dari kehidupan janin kelak tidak
hidup sempurna, cepat dan akhirnya meninggal, biasanya apabila kepala janin
sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
2. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir mempunyai pengaruh dalam proses persalinan, diamna jalan lahir,
dibagi atas :
Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
Bagian lunak, otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligament
3. Power (tenaga atau kekuatan)
Tenaga yang mempengaruhi proses persalinan adalah tenaga ibu mengedan dan
kekuatan yang mendorong janin keluar adalah his atau kontraksi uterus.
4. Psikologis (psikis wanita/ibu)
Psikis ibu mempengaruhi proses persalinan, dimana psikis sangat mempengaruhi
keadan emosional ibu dalam proses kelahiran.
29
5. Penolong
Penolong mempengaruhi proses persalinan, dimana persalinan yang ditolong oleh
dokter, bidan akan berjalan dengan lancar dalam melahirkan.
2.2.6 Asuhan Persalinan Normal (APN)
2.2.6.2 Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat tinggi bagi dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga keamanan dan upaya
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Depkes RI, 2004)
2.2.7 Mekanisme persalinan
Terdapat 8 gerakan posisi dasar yang dilakukan ketika janin berada pada
presentasi verteks sevatik. (Varnet, 2002)
1 Penurunan
Setelah masuk pintu atas panggul maka kepala terkunci di pintu atas panggul
2. Engagermenet
Pada saat ini his kuat kepala masuk pintu atas panggul dengan posisi sutura
sagitalis melintang atau miring.
3. Fleksi
Karena pintu bawah panggul sempit jadi kepala menyesuaikan diri dengan cara
fleksi yang mana ubun-ubun kecil berada di bagian bawah.
4. Rotasi Internal
Terjadi rotasi internal yaitu ubun-ubun kecil berputas di bawah sinifsis.
30
5. Defleksi
Kepala turun atas bantuan his dengan mengeluarkan bagian terendah dari kepala
yaitu ubun-ubun kecil. Posisi kepala menghadap keluar dan lahirlah kepala.
6. Restirusi 450
Kepala melakukan paksi 450 dan kepala menghadap salah satu perut ibu
7. Rotasi eksternal 900
Terjadi rotasi eksternal yaitu kepala melakukan putaran menyesuaikan dengan
letak punggung bayi sehingga posisi bayi menghadap salah satu paha ibu
8. Eksfulsi
Lahirlah bahu depan, bahu belakang dan seluruh badan serta bagian ekstremitas.
2.2.8 Langkah-langkah Pertolongan Persalinan Normal (Manuaba, 1998)
1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowing
sebesar 5-6 cm, peritoneum tipis, pada primigravida atau multigravida dengan
perinium yang kaku dapat dilakukan episionotomi median, mediolateral atau
lateral.
2. Episiotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi
sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga
mudah menjahit dan melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan kiri menahan
kepala untuk mengendalikan eksplusi.
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoglion, muka
dan hidung dibersihkan dari lendir, kepala dibiarkan untuk melakukan putaran
paksi luar, guna menyesuaikan os oksiput kearah punggung.
31
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, ketiak di kait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
6. Setelah bayi lahir seluruhnya, jalan nafas dibersihkan dengan
menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring,
pertanda jalan nafas.
7. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
Setelah bayi menangis dengan nyaring, artinya paru-paru telah
berkembang dengan sempurna.
Pada bayi prematur, pemotong tali pusat dilakukan segera sehingga darah
yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengeurangi
terjadinya ikterus hemolitik dan kem ikterus.
8. Bayi diserahkan pada asisten, untuk dirawat sebagaiaman mestinya.
9. Melakukan asuhan manajemen aktif kala III
10. Melakukan observasi perdarahan dan TTV
2.2.9 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dan penata laksanaan. Partograf
sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah
persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. (Saefuddin, 2002)
Denyut jantung janin. Catat setiap 30 menit.
Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
32
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban jernih
M : Air ketuban bercampur Mekonium
D : Air ketuban bernoda Darah
K : Tidak ada cairan ketuban atau kering
Perubahan bentuk kepala janin ( molding atau molase )
0 : Sutura terpisah
1 : Dutura (pertemuan 2 tulang tengkorak) yang tepat atau bersesuaian
2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak diperbaiki
Pembukaan mulut rahim atau servik. Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang
( X ).
Penurunan : Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang
teraba (pada pemeriksaan abdomen / luar) diatas sinfisis : catat dengan tanda
lingkaran ( O ) pada setiap pemeriksaan dalam.
Pada posisi 0/5, sinsiput ( S) atau paruh atas kepala berada di simpisis pubis.
Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani
sesudah pasien diterima.
Jam : Catat jam sesungguhnya
Kontraksi : Catat setiap ½ jam : lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap
kontraksi dalam hitungan detik :
< dari 20 detik
33
Antara 20 dan 40 detik
> dari 40 detik
Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya
oksitosin pervolume cairan infus dan dalam tetean permenit
Obat yang di berikan. Catat semua obat lain yang
diberikan
Nadi. Catatlah setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan
sebuah titik besar ( . ).
Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan
anak panah.
Suhu badan, catatlah setiap 2 jam
Protein, aseton, dan Volume urine, catatlah setiap kali
ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi dan janin dan segera mencari
rujukan yang tepat.
2.3 Masa Nifas
2.3.1 Pengertian
Masa nifas (perperium) dimulai setelah lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama
kira-kira enam minggu. (Saefuddin, 2002)
2.3.2 Tujuan
Tujuan asuhan masa nifas
34
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan bayi, nutrisi, keluarga berencana menyusui memberikan
imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.3.3 Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :
1. Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedia adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan
(Mochtar, 1998).
2.3.4 Perubahan-perubahan fisiologis pada masa nifas
2.3.4.1 Perubahan sistem refroduksi
1) Uterus
35
Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga ukurannya kembali
seperti sebelum hamil.
Tabel 2 : Perubahan Normal Uterus Selama Nifas
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat-simpisis 500 gram
Dua minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Normal 30 gram
Sumber : Mochtar (1998)
2) Tempat Implantasi Plasenta
Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan
diameter 7,5 cm, pada saat dua minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam
2,4 cm, dan akhirnya pulih (Mochtar 1998)
3) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas, pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi :
36
1. Lochea Rubra (Cruenta) : berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kasiosa, lanugo, mekonium,
selama dua hari pasca persalinan.
2. Lochea Sanguilenta : berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan
3. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan
4. Lochea Alba : cairan putih, setelah dua minggu
5. Lochea Purulenta terjadi inveksi keluar cairan seperti
nanah berbau busuk
6. Lochiostasis : loche tidak lancar keluarnya (Mochtar,
1998)
4). Servik
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengangah seperti corong,
konsistennya lunak, setelah lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah dua
jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari dapat dilalui oleh 1 jari.
(Mochtar, 1998)
5). Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada saat persalinan
setelah bayi lahir secara berangsunr-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
uterus menjadi retrofleksi (Mochtar, 1998).
6) Saluran Kencing
37
Urine biasanya berlebihan antara hari ke 2-5. hal ini disebabkan karena
kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang
dikeluarkan. Kadang terdapat aseton uria terutama setelah partus yang sulit dan lama
disebabkan pemecahan karbohidrat yang hebat sekali karena kegiatan otot-otot rahim
dan karena kelaparan (Sastrawinata, 1983).
Tidak jarang wanita tidak dapat kencing sendiri akibat pada Musculussfigter
vesika et uretrae mengalami tekanan oleh kepala janin sehingga fungsinya terganggu.
Umumya terjadi karena partus lama yang kemudian diakhiri dengan vacum atau
cunam. Dengan diadakannya mobilisasi sedini mungkin tidak jarang hal tersebut
dapat diatasi. (Wiknjasastro, 2005).
Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin cepat melepas
kateter akan lebih baik untuk mencegah kemungkinan infeksi dan membuat ibu lebih
cepat mobilisasi. Jika urine tidak jernih biarkan dipasang sampai urine jernih. Kateter
dipasang 48 jam pada kasus bedah karena ruftur, partus lama, oedema perinium. Jika
terjadi perlukan kandung kemih pasang kateter sampai minimum 7 hari atau sampai
urine jernih (Saefuddin, 2002).
7). Sistem Gastro Intestinal
Kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan pada waktu melahirkan anak, alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan uterus menjadi kosong selain itu mempengaruhi peristaltic usus
(Sristina, 1996).
8). Dinding Abdomen
38
Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahirna dan beberapa
hari sesudanhnya, peritoneum yang membungkus sebagian uterus dibentuk menjadi
berlipat-lipat dan kerutan-kerutan. Lingamentum latum dan rotundum jauh lebih
kendor dari pada kondisi tidak hamil dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk
kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialami selama kehamilan.
Sebagian akibat putusnya serat-serat elastis kulit yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada waktu hamil dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Pemulihan dapat dibantu dengan latiham ( (Cunningham, 1995)
9). Perubahan Tanda-tanda Vital
1Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan menurun setelah
ibu melahirkan karena ada perubahan.
2. Suhu Tubuh
Satu hari setelah nifas suhu tubuh akan naik sedikit 37,5 0C, sebagian
akibat kerja waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Biasanya pada
hari ke 3 suhu tubuh akan naik lagi karena ada pembentukan air susu ibu. Buah
dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI, bila suhu tubuh
tidak menurun kemungkinan adanya pada endometrium, mastitis, dan lain-lain.
3. Nadi
Biasanya denyut nadi akan lebih cepat sehabis melahirkan.
4. Pernapasan
39
Keadaan pernapasan akan berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu tidka normal maka pernapasan juga akan mengikutinya kecuali
ada gangguan khusus pada saluran pernapasan (Varney, 1997).
5. Perubahan pada pembuluh darah rahim
Sebuah kehamilan yang berhasil memerlukan penambahan besar sekali
aliran darah uterus untuk menyediaka ini arteri dan vena yang menghantarkan
darah ke uterus dan yang membawa darah didalam uterus khususnya ketempat
plasenta sangat besar. Seperti juga pembuluh darah menambah aliran darah
setelah kelahiran, kaliber pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama
atau sekurang-kurangnya mendeteksi keadaan sebelum kehamilan
(Cunningham, 1995)
2.3.5 Waktu kunjungan masa nifas
Paling sedikit tiga kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan
ibu dan menangani masalah yang terjadi.
2.3.5.1 Penatalaksanaan kunjungan 6 jam masa nifas
1 Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri
2 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut
3 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri
4 Pemberian ASI awal
5 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotemi
40
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk jam 2 pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil. (Saefuddin, 2002)
2.2.5.2 Penatalaksanaan Kunjungan 6 hari masa nifas
1 Memaksa involusi uterus berjalan normal, uterus berinteraksi, fundus dibawah
umbilicius, tidak ada perdarahan, tidak ada bau.
2 Menilai adanya tanda-tanda demam, inveksi atau perdarahan abnormal
3 Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat
4 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada kelainan.
5 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. (Saefuddin, 2002)
2.2.5.3 Penatalaksanaan kunjungan 6 minggu masa nifas
1 Menanyakan kepada ibu tentang penyakit-penyakit yang ibu atau bayi alami.
2 Memberikan konseling keluarga berencana secara dini (Saifuddin, 2002)
2.6.6 Tahap-tahap adaptasi psiko-sosial pada masa nifas
2.2.6.1 Masa taking-in
Yaitu pada saat 2-3 hari bersalin, ibu bersikap pasif dan sangat terganggu
energi difokuskan kepada kekhawatiran tentang badannya.
2.2.6.2 Masa taking-hold
Yaitu terjadi pada hari ke 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi khwatir akan
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawab sebagai ibu yang
semakin besar
2.2.6.3 Masa latting-go
41
Masa ini terjdai pada sat ibu sudah berada dirumahnya dan melibatkan
keluarga, ibu mengambil tanggung jawab merawat bayinya, menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungannya khususnya interaksi sosial. Depresi post partum
sering terjadi pada masa ini, penyebabnya antara lain :
1 Kekecewaan emosional dan takut yang dialami selama kehamilan dan
persalinan.
2 Rasa sakit pada nifas awal
3 Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan masa nifas
4 Kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya di rumah
5 Rasa takut menjadi tidak menarik bagi suaminya.
2.4 Bayi baru Lahir
2.4.1 Pengertian
Neonatus atau BBL (Bayi Baru Lahir) normal adalah bayi dengan berat badan
pada saat lahir 2500 – 4000 gram dengan masa kehamilan 37-42 minggu. Adapun
bayi baru lahir dengan umur 0-7 hari disebut nenatal dini, sedangkan 8-28 hari
disebut nenatal lanjut. (FKPP, 1997)
2.4.2 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
2.4.2.1 Antropometri
Bayi yang lahir normal memiliki besar kepala yang sesuai dengan proporsi
tubuh, normalnya sekitar 25% dari total ukuran tubuh, molase tidak ada, ubun-ubun
anterior berbentuk berlian yang akan menutup pada usia bayi 18 bulan. Ubun-ubun
posterior berbentuk segitiga dan lebih kecil dari pada ubun-ubun anterior, yang akan
menutup pada usia bayi 8-12 minggu.
42
Lingkar Kepala : Normal lingkar bayi baru lahir adalah 33-35 cm.
Lingkar Dada : Diukur dari dada kedaerah punggung kembali kedada melalui
puting susu (normal 32 sampai 34 cm). (Jumiarni, 1995)
Tali Pusat : Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak
ada kemerahan disekitarnya.
Alat Kelamin : Besar dan bentuk klitoris dan labia mayora sudah menutupi
labia minora.
(Jumiarni, 1995)
2.4.2.2 Pernapasan dan Peredaran Darah
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir lahir normal terjadi pada waktu 30
detik setelah lahir. Pada menit pertama ± 80 x/menit disertai pernapasan cuping
hidung dan rintihan berlangsung 10-15 menit, dengan berkembangnya paru-paru,
tekanan o2 dalam alveoli meningkat dan CO2 menurun dan, hal ini menyebabkan
aliran darah ketuban meningkat dan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang
kembali menjadi sirkulasi bayi yang. Makin lama makin menurun dan pada menit ke
30 menjadi 120 – 140/menit. (FKPP, 1997)
2.4.2.3 Suhu
Suhu Normal
Ketiak (axilla) 36,5 – 37,5 0C (Depkes, 2004)
2.4.2.4 Kulit
43
Terdapat verniks caseosa yaitu lemak putih yang melekat pada tubuh bayi baru
lahir. Mungkin bercampur cairan amino, darah, faeces, meconium, dibersihkan
dengan kapas steril dan kering. (FKPP, 1997)
2.4.2.5 Faeces
Faeces berbentuk meconium yaitu seperti terhitam pekat yang telah berada
dalam saluran pernapasan sejak janin 16 minggu. Mulai keluar dalam 24 jam pertama
lalu sampai 2-3 hari, selanjutnya hari ke-4 sampai ke-5 coklat kehijauan, kemudian
kuning, lembek setelah minum ASI. (FKPP, 1997)
2.4.2.6 Tali Pusat
Pemotongan tali pusat merupakan pemisahan antara kehidupan bayi dan ibu.
Tali pusat biasanya lepas dalam 10-14 hari setelah lahir. (FKPP, 1997)
2.4.2.7 Reflek
Bayi yang dilahirkan mempunyai sejumlah reflek hal ini merupakan dasar bagi
bayi untuk mengedakan reaksi dan tindakan aktif. (FKPP, 1997)
Ada 2 macam reflek yaitu :
A. Reflek permanen (tidak akan hilang)
1. Reflek urat achilas (kontraksi urat daging kumpul bila urat achilas dipukul)
2. Refleks urat patelair (kontraksi urat daging kaki atas bila ada pukulan urat
bawah lutut)
3. Refleks pupil (mengecilnya pupil bila ada sinar)
B. Refleks sementara ( menghilang setelah umur 4-6 bulan)
44
1. Refleks moro : reflek pilak, refleks terkejut, anak mengembangkan tangan
kesamping lebar, melebar ke jari-jari mengembalikan dengan tarikan cepat
seakan memeluk seseorang.
2. Refleks toniknek : anak akan mengangkat leher dan menoleh kekanan,
kekiri, jika ditemukan posisi tengkurap.
3. Reflek rooting : timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut,
anak bereaksi memutar kepala seakan-akan mencari putting susu.
4. Refleks sucking : menghisap dan menelan / refleks oral. Timbul bersama-
sama dengan merangsang pipi untuk menghisap rooting susu dan menelan
ASI.
5. Refleks grasfing : bila ada rangsangan ditelapak tangan anak akan
menutup telapak tangan tadi.
6. Refleks babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari membuka.
7. Refleks stapping / refleks melangkah : jika bayi dibuat posisi berdiri akan
ada gerakan melangkah kedepan walau belum bisa berjalan.
2.4.2.8 Berat Badan
Menimbang berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari dalam 3 hari pertama
berat badan akan turun oleh karena bayi mengeluarkan air kencing dan meconium.
Sedangkan cairan yang masuk belum cukup, dan pada hari ke 4 berat badan akan naik
lagi. Kehilangan berat badan ± 7% dari berat badan awal dan tidak melebihi 10% dari
berat badan lahir. Hal ini dinamakan penurunan berat badan fisiologis. (FKPP, 1997)
2.4.2.9 Mulai Menghisap
45
Refleks sucking (menghisap dan menelan) sudah ada sejak bayi baru lahir.
(FKPP, 1997)
2.4.3 Asuhan Bayi baru Lahir
1. Asuhan Bayi Baru Lahir 1 jam Pertama
Periksa kesehatan bayi (pernapasan, denyut jantung, tonus otot, refleks dan
warna) berikan perawatan lanjutan jika timbul masalah.
Pertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering
Jaga selalu kebersihan setiap waktu, potong tali pusat dan ikat.
Lakukan pengamatan, penjumlahan dan pencatatan nilai apgar, untuk 1
menit dan 5 menit (berikan rawatan lanjutan bila terjadi masalah).
Berikan bantuan penyusunan bayi segera.
Berikan obat pada mata bayi guna mencegah kebutuhan.
2. Asuhan Bayi Baru Lahir 1-24 jam
Lanjutkan pengamatan terhadap pernapasan, warna, tingkat aktivitas dan
periksa suhu tubuh dan perawatan untuk setiap penyakit yang muncul.
Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap begitu ibu sudah terurus
dengan baik, dan bayi telah menyusui. Rujuk pada seorang dokter bila
tampak tanda-tanda bahaya atau penyakit.
Berikan injeksi Vit K
Setelah 6 jam jika bayi cukup hangat (36,5 0c) mandikan bayi dan lakukan
perawatan tali pusat.
Pasang identitas dan siapkan pendaftara catatan bayi.
46
Anjarkan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir kepada orang tua dan
agar segera membawa bayinya ke tenaga medis jika timbul tanda-tanda
tersebut.
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka.
(JHPIEGO, 2003).
2.4.4 Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir
2.4.4.1 Tujuan Bayi Baru Lahir 1 jam Pertama
Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir adalah :
1) Pertahankan kebersihan jalan nafas
Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan kepala dipindahkan ke
sisi drainase.
Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari hidung dan mulut
Hisap hidung dan mulut menggunakan squit seperti bola lampu yang
lunak.
2) Jaga bayi tetap hangat
Bersihkan dan keringkan bayi
Tempatkan bayi di atas perut ibu
Letakan topi stockinet pada kepala bayi
Gunakan penghangat
Bungkus bayi dengan selimut hangat.
3) Lihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada perut ibu.
4) Klem dan potong tali pusat
5) Catat nilaiApgar pada 1 dan 5 menit pertama
47
6) Lakukan dengan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi
Varney, 2002)
2.4.3.2 Tujuan Bayi Baru Lahir 1-24 Jam Pertama
Tujuan untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarha dan pertolongan persalinan serta
tindak lanjut petugas kesehatan.
1. Pertahankan suhu tubuh bayi
2. Melakukan pemeriksaan fisik
3. Berikan Vitamin K
4. Lakukan perawatan tali pusat
5. Dalam waktu 24 jam dan sebelum bayi dan ibu dipulangkan berikan imunisasi
BCG, Polio dan Hepatitis I.
6. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi dan informasikan tanda bahaya pada
bayi.
(Saefuddin, 2002)
2.4.4.2 Asuhan Tali Pusat
1. Mengikat tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan
klem plastik tali pusat pada punctum tali pusat.
2. Menangani tali pusat
Jangan membungkus pusar dan mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
puting tali pusat.
48
3. Mengusapkan alkohol ataupun providon iodine masih diperkenankan sepanjang
tidak menyebabkan tali pusat lembab.
2.5 Grandemultipara
2.5.1 Pengertian
Kehamilan dengan jumlah anak 4 orang atai lebih dengan bayi yang hidup
lebih dari 1000 gram (Depkes RI 1998).
2.5.2 Komplikasi pada kehamilan
1. Kelainan letak karena dinding uterus atau perut yang telah longgar
2. Anemia dalam kehamilan
3. Kelainan endokrin misalnya diabetes militus, hipertiroid
4. Gangguan kardio vaskuler, misalnya jantung atau hipertensi
5. Plasenta previa, karena dinding uterus di daerah fundus dan korfus telah
pernah dilakukan plasenta, sehingga sekarang plasenta melekat dibagian
bawah.
6. Solusio plasenta
2.5.3 Komplikasi pada persalinan
1. Inersia uteri
2.5.4 Komplikasi pasa masa nifas
1 Atonia uteri
2 Retensio plasenta
3 Subinvulisio uteri
4 Pengawasan
49
Karena banyaknya komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan,
persalinan dan nifas dengan Grandemultipara, maka diperlukan :
a. Pengawasan saat antenatal
b. Persalinan sebaikna di Rumah Sakit
c. Harus tersedia darah dan uterotonika
d. Motivasi untuk Keluarga Berencana.
(Junaedi, 1982)
2.6 Manajemen Kebidanan
2.6.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemesahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang
ilmiah, perempuan-perempuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk
mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang di
gunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langakh-langkah
dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan klinis. Asuhan yang dilakukan harus di catat secara
benar, sederhana, jelas dan logis sehingga perlu sesuatu metode pendokumentasian
(Varney, 1997)
2.6.2 Langkah-langkah manajemen kebidanan terdiri dari
2.6.2.1 Langkah I : Pengumpulan data dasar
Yaitu dengan mengumpulkan informasi/semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bila klien mengalami komplikasi
50
yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi.
2.6.2.2 Langkah II : Interprensi data dasar
Mengidentifikasi dengan benar terhadap masalah atau diagnosa dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar-dasar yang telah
dikumpulkan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang sfesifik. Masalah dan
diagnosa keduanya dugunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
seperti diagnosa tetapi sesungguhnya membutuhkan penanganan yang dituangkan ke
dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Wanita pada trimester ketiga merasa
takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk kedalam kategori ” neomenklatur standar diagnosa”
tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih
lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
2.6.2.3 Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin pencegahan, sambil mengamati pencegahan sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersipa-siap bila diagnosa/masalah potensial
ini benar-benar terjadi.
2.6.2.4 Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
51
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / alat
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
2.6.2.5 Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh lanhgkah – langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap maslah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisifasi. Pada langkah ini informasi / data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Kerangka pedoan antisifasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang dipikirkan akan terjadi berikutnya. Apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling. Merujuk klien bila ada maslah – masalah yang
berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau maslah psikologi.
2.6.2.6 Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti apa yang telah diuraikan pada langkah 5
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau dilakukan sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien,
atau anggota tim kesehatanlainnya.
2.6.1.7 Langkah VII : Evaluasi
Dilakukan evaluasi asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah diiagnosa.
2.7 Dokumentasi Kebidanan (SOAP)
52
Dokumentasi auhan kebidanan adalah catatan tentang interaksi antara tenaga
kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan klinik kesehatan yng mencatat tentang hasil
pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan respon pasien terhadap semua
kegiatan yang telah dilakukan (Ellen Thomas, 1994).
Metode pendokumentasiannya yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah
SOAP, yang merupakan metode pendokumentasiqan yang ada, SOAP merupakan
singkatan dari:
S = Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assesment
A = Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi dan subjektif
dan objektif dalam suati identifikasi diagnosa / maslah dan antisifasi diagnosa lain /
maslah potensial.
P = Pelaksanaan
53
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasar
assesment.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Ny. “R” umur 25 tahun, agama islam, suku sunda, pendidikan SD, bekerja
seorang ibu rumah tangga, telah menikah selama 8 tahun dengan Tn “S”, umur 35
tahun, agama islam, suku sunda, pendidikan SD, bekerja buruh, mereka bertempat
tinggal di kampung Sengkol RT/W. 04/11 No. Rumah 16, Cibadak Rangkasbitung.
3.1 Masa Kehamilan (Antenatal)
54
3.1.1 Trimester Pertama (0-14 Minggu)
Pada trimester ini ibu memeriksa kehamilan pertama kali di posyandu pada
tanggal 04-10-2006, oleh bidan dinyatakan hamil 8 minggu dengan dasar HPHT 04-
08-2008.
3.1.2 Trimester Kedua (14 Minggu 28 Minggu)
Pada trimester ini ibu melakukan pemeriksaan kehamilan pada usia 26
minggu di posyandu pada bulan April 2007, ibu mengatakan tidak ada keluhan,
pergerakan janin dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16 minggu, perkembangan
janin sesuai dengan usia kehamilannya.
3.1.3 Trimester Ketiga (28-40 minggu)
Dilakukan antenatacare yang pertama pada Ny. R di BPS Teti S,
Rangkasbitung pada usia kehamilan 33 minggu pada tanggal 20 Maret 2007.
3.1.3.1 Kunjungan ANC Pertama tanggal 20-03-2007
Ny. ”R” datang ke BPS Teti S, untuk memeriksakan kehamilannya. Pada
kunjungan ini ibu mengeluh nafsu makan kurang, belum di imunisasi TT, tidak
pernah menggunakan alat kontrasepsi dan persalinan sebelumnya selalu di tolong
dukun.
Riwayat menstruasi : haid pertama pada usia 13 tahun, siklus 28 hari teratur,
lamanya 7 hari, banyaknya 2x ganti pembalut, sifat darah encer, dismenorhoe
kadang-kadang.
55
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu anak pertama umur 8
tahun, usia kehamilan 9 bulan, tempat persalinan di rumah, komplikasi pada ibu dan
bayi tidak ada, penolong persalinan dukun, jenis kelamin laki-laki, keadaan bayi
normal, BB 2000 gram, PB 49 cm, keadaan nifas dan laktasi normal. Anak ke-2
berusia 6 tahun, usia kehamilan 9 bulan, tempat persalinan rumah, komplikasi pada
ibu dan bayi tidak ada, penolong persalinan dukun, BB bayi 2500, PB 48 cm, jenis
kelamin perempuan, keadaan bayi normal, keadaan nifas dan laktasi normal. Anak
ke-3 berusia 4 tahun, usia kehamilan 9 bulan, tempat persalinan dukun, BB 2000, PB
48 cm, jenis kelamin laki-laki. Anak ke-4 berusia 2 tahun, usia kehamilan 9 bulan,
tempat persalinan rumah, komplikasi pada bayi tidak ada, penolong persalinan dukun,
BB bayi 2500, PB 48 cm, jenis kelamin laki-laki.
Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, dan tidak pernah menderita
penyakit sistemik seperti : jantung, ginjal, paru-paru, asma, hepatitis, DM, dan
hipertensi.
Riwayat penyakit keluarga : dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
seperti jantung, hipertensi, DM, dan keturunan kembar.
Riwayat psikososial : hubungan dengan suami dan keluarga baik, kehamilan
ini direncanakan, ibu menerima dan merasa senang dengan kehamilan ini. Ini adalah
perkawinan pertama, umur ibu saat menikah 17 tahun, umur suami 27 tahun, lama
perkawinan 8 tahun.
Riwayat kehamilan ini : keluhan pada trimester I mual, Trimester II tidak ada,
trimester III pegal-pegal di daerah pinggang. Pergerakan anak pertama kali dirasakan
pada usia kehamilan 4 bulan, pergerakan anak dalam 24 jam terakhir lebih dari 10
56
kali, diet/makan : makan sehari 3 kali nasi, sayur, lauk tidak ada makan yang
dipantang, pole eliminasi BAB I x/hari, BAK lebih dari 10 kali, pola aktivitas : ibu
dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, pola istirahat dan tidur : tidur
malam 8 jam, tidur siang 1 jam, sekaligus 1 kali 1 minggu tidak ada keluhan,
pekerjaan : mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci piring
dan lain-lain yang tidak menganggu terhadap kehamilannya, personal hygiene mandi
2x sehari ganti celanan dalam 2x sehari, imunisasi TT 1 tanggal 20-03-2007, TT 2
tanggal 17-04-2007.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh hasil keadaan umum baik, keadaan
emosional stabil, pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan Darah 100/60 mmHg, Nadi
80 x/menit, Suhu 360 C, Respirasi 20 x/ menit, Berat Badan sebelumnya 37 Kg dan
berat Badan sekarang 41 Kg, Tinggi Badan 150 cm, pada muka : oedema tidak ada,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, telinga bersih tidak ada kelainan, hidung
bersih, lidah bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
getah bening, pada dada bentuk mamae simetris, benjolan tidak ada, striae tidak ada,
areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol bersih, pengeluaran kolostrum ada,
pada pinggang tidak ada nyeri ketuk, tangan kaki tidak oedema, reflex patella kanan
dan kiri positif, pembesaran abdomen sesuai dengan umur kehamilan, tidak ada bekas
operasi, linea nigra dan strie albikan, pemeriksaan kebidanan Leopold I di fundus
teraba bulat, keras tidak melinting, Leopold II sebelah kanan teraba tahanan
memanjang, sebelah kanan, Leopold III presentasi kepala, Leopold IV penurunan
konvergen, TFU 27 cm, TBBJ 2170 gram, denyut jantung janin positif, frekuensi 147
x/menit teratur, punctum maksimum sebelah kanan bawah pusat, anogenital vulva
57
vagina tidak ada oedema dan varices, tidak ada pembengkakan kelenjar skene dan
kelenjar bartholini. Uji diagnostik Hb 11 gr/%, protein urine (-), reduksi urine (-).
Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa Ny. ”R” G5
P4A0 hamil 32 minggu
Dasar ibu mengatakan hamil yang ke-5 tidak pernah keguguran, HPHT :04-
08-2006, TP : 11-05-2007, di fundus teraba bulat lunak dan tidak melenting, puka,
presentasi kepala, konvergen, TBBJ 2170 gram, denyut jantung janin positif,
prekuensi 147 x/menit teratur, punctum maksimum sebelah kanan bawah pusat, Hb
11 gr/%, protein urine (-), reduksi urine (-).
Rencana tindakan yang diberikan kepada Ny. ”R” adalah berikan informasi
pada ibu tentang hasil pemeriksaan, memberikan TT pertama, menganjurkan untuk
besalin di tenaga kesehatan dan informasikan untuk menggunakan alat kontrasepsi,
berikan informasi tentang menu seimbang, 6 bulan bahaya pada kehamilan, berikan
tablet Fe (etabion) 1 x 250 mg dan kalsium (likokalk) 3 x 500 mg dan jelaskan cara
meminumnya, infomasikan kunjungan berikutnya.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. ”R” adalah menginformasikan hasil
pemeriksaan bahwa kehamilannya sudah berusia 32 minggu, keadaan ibu dan
janinnya baik, menjelaskan bahwa pentingnya di imunisasi TT, bersalin di tenaga
kesehatan dan memotipasi ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi yang akan datang,
memberikan informasi tentang gizi seimbang pada ibu hamil, 6 tanda bahaya ibu
hamil, memberikan tablet Fe dengan dosis 1 x 250 mg / hari dan kalk 3x500 mg/hari
dan jelaskan cara meminumnya, menganjurkan ibu untuk kunjungan berikutnya yaitu
tanggal 03-04-2007.
58
Keadaan umum ibu dan janin baik, ibu mengerti tentang penjelasan yang
diberikan dan akan melaksanakan yang diberikan. Ibu akan kembali tanggal 03-04-
2007.
3.1.3.2 Kunjungan ANC Kedua Tanggal 03-04-2007
Ny. ”R” datang sesuai dengan kesepakatan bersama, saat ini ibu mengatakan
untuk kunjungan ulang dan sudah melaksanakan apa yang dianjurkan oleh bidan,
yaitu meminum tablet Fe dan Kalk, ibu mengatakan sakit pinggang.
Pada saat pemeriksaan dihadapan hasil keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis, keadaan emosional stabil, tanda-tanda vital : Tekanan Darah 100/70
mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 360 C, Respirasi 18 x/menit, conjungtiva tidak anemis,
payudara kolostrum (+), ekstremitas tidak ada oedema pada jari tangan dan kaki, tibia
tidak oedema, reflek patella kanan/kiri +/+, maka kak itidak tenggelam, tidak ada
varices, pada pemeriksaan kebidanan didapatkan di fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting, sebelah kanan teraba tahanan memanjang, sebelah kiri bagian kecil,
presentasi kepala, penurunan konvergen, TFU 29 cm, TBBJ 2480 gram, denyut
jantung janin positif, frekuensi 135 x/menit teratur, puctum maksimum sebelah kanan
bawah pusat.
Dari hasil pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa Ny. ”R” G5P4A0
hamil 34 minggu.
Penatalaksanaan yang diberikan apda Ny. ”R” adalah menginformasikan
hasil pemeriksaan pada ibu bahwa usia kehamilannya berusia 34 minggu dan dari
hasil pemeriksaan keadaan umum ibu dan janin baik, menginformasikan kembali 6
tanda bahaya kehamilan yaitu perdarahan jalan lahir, sakit kepala yang hebat,
59
bengkak pada muka dan tangan, bayi tidak bergerak, nyeri perut yang hebat, dan
pandangan menjadi kabur, memberikan tablet Fe 1x250 mg/hari, Kalk 3x500 mg/hari
dan menjelaskan cara meminumnya, menjelaskan bahwa ketidaknyamanan fisiologis
trimestrer III merupakan hal yang normal pada kehamilan trimester III, membuat
kesepakatan kunjungan ulang ketiga pada tanggal 17-04-2007 atau lebih bila ada
keluhan.
Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang disampaikan oleh bidan,
dan ibu bersedia datang untuk kunjungan ulang apda tanggal 17-04-2007.
3.1.3.3 Kunjungan ANC Ketiga Tanggal 17-04-2007
Kunjungan dengan kesepakatan bersama untuk kunjungan ulang, ibu
mengatakan sering kencing dan sakit pinggang, pada pemeriksaan didapatkan
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,
konjungtiva tidak pucat, oedema (-), sklera tidak ikterik, tekanan darah 100/60
mmHg, NADI 83 X/MENIT, SUHU 36,10 C, respirasi 20 x/menit, pada pemeriksaan
kebidanan didapatkan di fundus teraba bulat lunak tidak melenting, pukam presentasi
kepala, konvergen, tfu 30 cm, TBBJ 2635 gram, denyut jantung janin positif,
frekuensi 140 x/menit teratur, punctum maksimum sebelah kanan bawah pusat, Hb 12
gr/%, protein (-), reduksi (-).
Dari hasil pemeriksaan di atas, dapat dianalisa bahwa Ny. ”R” G5P4A0
hamil 36 minggu.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny.”R” adalah menginformasikan hasil
pemeriksaan pada ibu bahwa usia kehamilannya berusia 36 minggu dan dari hasil
pemeriksaan keadaan umum ibu dan janin baik, menginformasikan bahwa sering
60
kencing dan sakit pinggang yang dialami oleh ibu adalah hal yang normal pada usia
kehamilan trimester III, memberikan tentang : tanda-tanda persalinan seperti adanya
mules sering dan teratur, nyeri pinggang menjalar ke perut bagian depan, keluar
cairan lendir bercampur darah, persiapan persalinan, memberikan tablet Fe (etabion)
I x250 mg/hari, dan likokalk 3x500 mg/hari serta memberitahukan cara meminumnya
yaitu dengan air putih, menganjurkan ibu untuk segera ke BPS apabila sudah ada
tanda-tanda persalinan.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan bersedia melakukan
anjuran yang diberikan oleh bidan.
3.2 Masa Persalinan (Intranatal)
3.2.1 Kala I Tanggal 10-05-2007 Pukul 21.00 WIB
Ibu datang ke BPS Teti S, pukul 21.00 WIB dengan keluhan perut terasa
mules-mules, sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak pukul 08.00 WIB,
ke luar lendir dan darah (blood slym) dari vagina sejak pukul 20.00 WIB.
Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, status emosional stabil, tanda-tanda
vital : tekanan darah 120/80 MMhG, Nadi 80 x/menit, Suhu 360 C, Respirasi 20
x/menit, muka tidak ada oedema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning. Pada
pemeriksaan kebidanan didapatkan hasil palpasi di fundus teraba bulat, keras, tidak
melenting, sebelah kanan teraba tahanan memanjang, sebelah kiti bagian kecil,
61
presentasi kepada, penurunan konvergen, TFU 33 cm, TBBJ 3410 gram, denyut
jantung janin positif, frekuensi 135 x/menit teratur, puctum maksimum sebelah kanan
bawah pusat, hias 3 x dalam 10 menit lamanya 40 detik, kemudian dilakukan
pemeriksaan dalam vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 7
cm, ketutupan negatif, posisi uuk kanan depan, penurunan kepala Hodge III.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa Ny. ”R” G5 P4
A0 hamil 40 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memberikan informed consent,
menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik,
dan ibu memasuki proses persalinan, memberikan support mental bahwa persalinan,
sudah dekat, menganjurkan ibu untuk memilih pendamping dalam persalinan,
menganjurkan teknik relaksi, membantu mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginan ibu, menyiapkan alat partus, mengobservasi tanda-tanda vital, His dan DJJ
setiap ½ jam, memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf,
memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi yaitu dengan memberikan
cukup minum.
3.2.2 Laporan Persalinan
Jam 23.10 WIB ibu mengatakan mules semakin sering dan kuat, kemudian
dilakukan pemeriksaan dalam atas indikasi dorongan ingin meneran, vulva/vagina
membuka, dan perineum menonjol, vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, ketuban (-), penurunan kepala Hodge III, teraba uuk kanan
depan, his 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik, DJJ (+), Frekuensi 135 x/menit,
teratur dan kuat, bila ada his ibu dipimpin mengedan. Jam 23.30 WIB bayi lahir
62
spontan dengan presentasi belakang kepala, langsung menangis, pergerakan aktif,
warna kulit kemerahan, kemudian dilakukan perawatan bayi baru lahir, jenis kelamin
perempuan dengan berat badan 33000 gram, panjang badan 48 cm, anus (+) cacat (-).
Jam 23.32 WIB dilakukan manajemen aktif kala III, meliputi pemberian
ositosin 10 unit, diberikan dengan cara IM, pegangan tali pusat terkendali sambil
mengamati tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu : adanya semburan darah, tali pusat
memanjang, uterus globular dan dilakukan teknik Brand-Andrew untuk melahirkan
plasenta.
Jam 23.40 WIB plasenta lahir spontal, selaput ketuban utuh, koteledon
lengkap, berat 500 gram, panjang tali pusat 50 cm, insersi lateralis, tabel 3 cm,
diameter 20 cm, dilakukan masase uterus selama 15 detik, TFU 2 jari bawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan 200 cc, tidak terdapat
laserasi janin lahir.
3.2.3 Kala IV Tanggal 10-05-2007, Pukul 23.45 WIB
Diperoleh data subyektif ibu mengatakan merasa sedikit mules namun terlihat
sangat bahagia karena bayi dan plasenta sudah lahir dengan selamat. Keadaan umum
ibu baik, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 78 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu
360 C, Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, kandung kencing kosong,
perdarahan 100 cc, tidak terdapat laserasi pada perineum.
Dari hasil pemeriksaan di atas, dapat dianalisa bahwa Ny.”R” P5 A0
Partus Kala IV.
Pelaksanaan yang diberikan pada Ny ”R” adalah mengobservasi keadaan
umum, TTV, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan pada setiap 15 menit pada I
63
jam pertama dan setiap 30 menit pada I jam kedua, melakukan kontak dini dengan
bayi, memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, membersihkan dan merapihkan ibu juga
menganjurkan ibu untuk istirahat dengan tenang.
Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari
bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan 100 cc, tidak
terdapat laserasi pada perineum.
3.3 Masa Nifas (Postnatal)
3.3.1 Kunjungan Nifas 6 jam Tanggal 11-05-2007 Pukul 05.30 WIB
Pada kunjungan 6 jam dihadapan ibu mengatakan senang dengan kelahiran
bayinya dengan selamat dan merasa sedikit leleh. Pada hasil pemeriksaan didapat
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, emosi stabil, tanda-tanda vital :
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 360 C,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pembengkakan payudara (-),
pengeluaran colostrum (+), kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, kandung
kemih kosong, lochea rubra ± 80cc, perineum utuh. Pada saat ini tidak ditemukan
masalah potensial dan tidak dilakukan tindakan segera/kolaborasi.
Dari hasil penelitian di atas dapat dianalisa Ny. ”R” P5 A0 post partum 6
jam.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. ”R” adalah memberikan informasi
tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum Ny. ”R” baik, tanda-tanda vital
dalam keadaan normal, mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan,
menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini, membantu ibu dalam
memberikan ASI pada bayinya, menginformasikan tentang tanda bahaya pada ibu
64
nifas, perawatan tali pusat, gizi pada ibu nifas, memberitahukan ibu cara merawat tali
pusat yaitu menutup dengan kasa steril, menganjurkan ibu untuk istirahat dan makan
yang cukup, memberikan terapi oral Amoxcilin 3 x 500 mg/hari, lanamol 3 x 500
mg/hari, etabion 1 x 250 mg/hari.
Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi
uterus baik, perdarahan tidak ada, lochea rubra ± 80 cc, ibu mengerti tentang semua
penjelasan yang diberikan dan mau melaksanakan anjuran bidan dan kembali untuk
kunjungan ulang pada tanggal 16-05-2007.
3.3.2 Kunjungan Nifas Hari Keenam Tanggal 16-05-2007 Pukul 11.00 WIB
Pada kunjungan nifas hari keenam, ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, emosi stabil,
tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20
x/menit, suhu 370 C, kelopak mata tidak oedema, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, payudara simetris, puting susu menonjol, bersih, pengeluaran ASI cukup
banyak, tinggi fundus uteri pertengahan simfisis pusat, kontraksi uterus baik, lochea
sanguilenta, ekstremitas bawah tidak oedema, tidak ada kemerahan dan nyeri tekanan
pada betis.
Dari hasil pemeriksaan dapat dianalisa bahwa Ny. ”R” P5 A0 post
partum 6 hari.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan bahwa masa nifas ibu dalam keadaan baik, memberikan penyuluhan
tentang prakarsa KB, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi
sampai umur 6 bulan, memberikan penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar
65
dan tanda bahaya masa nifas dan gizi untuk ibu menyusui, membuat kesepakatan
dengan ibu untuk kunjungan ulang minggu keenam pada tanggal 22-06-2007.
Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu mengerti
tentang semua penjelasan yang diberikan dan mau melaksanakan anjuran bidan serta
membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang pada tanggal 22-06-2007.
3.3.3 Kunjungan Nifas Minggu Keenam tanggal 22-06-2007 Pukul 15.00 WIB
Pada kunjungan nifas 6 minggu, ibu mengatakan tidak ada ada keluhan dan
merencanakan akan menggunakan kontrasepsi suntik. Pada hasil pemeriksaan
didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, emosi stabil, tanda-
tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu
360 C, kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,
payudara simetris, puting susu menonjol, bersih, pengeluaran ASI cukup banyak,
TFU sudah tidak teraba, lochea tidak ada, ektremitas bawah tidak oedema, tidak ada
kemerahan dan nyeri tekan.
Pada hasil pemeriksaan di atas dapat di analisa bahwa Ny. ”R” P5 A0
post partum 6 minggu.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. ”R” yaitu memberikan informasi
tentang hasil pemeriksaan bahwa masa nifas ibu dalam keadaan baik, memberikan
suntikan depo progetin untuk jangka waktu 3 bulan, menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan, menganjurkan ibu untuk
membawa bayinya ke posyandu, bidan, klinik untuk mendapatkan imunisasi
selanjutnya.
66
Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu sudah
disuntik KB, ibu mengerti tentang semua penjelasan yang diberikan dan mau
membawa bayinya ke posyandu, bidan, klinik untuk mendapatkan imunisasi
selanjutnya.
3.4 Neonatus Pada Tanggal 10-05-2007 Puku 00030 WIB
Riwayat kehamilan : ibu tidak mempunyai riwayat kehamilan seperti
perdarahan, preeklamsi, eklamsi.
Kebiasaan waktu hamil : makan 3 kali sehari, bervariasi (nasi, lauk, sayur).
Riwayat persalinan pada Ny. ”R” lahir spontan dengan presentasi belakang kepala,
lama persalinan kalaI : 8 jam, kala II : 30 menit, kala III : 10 menit, kala IV : 2 jam,
ketuban 500 cc, tidak ada komplikasi pada ibu dan bayi saat proses persalinan,
keadaan BBL : menangis kuat, pergerakan aktif, warna kulit kemerahan. Pada
pemeriksaan umum didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, jenis kelamin
perempuan, respirasi 40 x/menit, nadi 120 x/menit, suhu 360 C, berat badan 3300
gram, panjang badan 48 cm, cacat (-), kepala tidak caput, maka tidak ikterik, telinga
tidak ada kelainan, hidung dan mulut tidak ada kelainan, leher tidak ada
pembengkakan, dada simetris, tali pusat basah tidak ada perdarahan, punggung tidak
ada spina bifida, ekstremitas tidak ada kelainan, genetalia labia mayora belum
menutupi labia minora, anus (+), refleksi tonic neek, pada pemeriksaan antropometri
hasilnya lingkar dada 32 cm, lingkar kepala 33 cm.
Dari hasil pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa neonatus cukup
bulan sesuai dengan masa kehamilan umur 1 jam.
67
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu membersihkan tubuh bayi dari cairan
ketuban, lendir dan darah, mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat dan kering,
dekapkan bayi pada ibunya, melakukan perawatan tali pusat yaitu dengan cra
membungkus tali pusat dengan kasa steril, memberikan identitas/tanda pengenal pada
bayi, memberikan salep mata pada kedua mata bayi, mengobservasi keadaan umum
bayi, melakukan kontak dini antara ibu dan bayi (bounding attachment) dan
menyusukan bayi sedini mungkin, melakukan rawat gabung (rooming in),
memberikan motivasi pada ibu untuk menyusui bayinya, mengobservasi tanda-tanda
bahaya pada bayi.
Tidak terjadi tanda-tanda bahaya nenatus, keadaan umum bayi baik,
pernafasan 40 x/menit, refleksi menghisap baik, suhu 360 C.
3.4.1 Kunjungan Neonatus 6 jam tanggal 11-05-2007 Pukul 05.30 WIB
Pemeriksaan neonatus 6 jam, didapatkan data keadaan bayi baik, suhu 360 C,
nadi 120 x/menit, respirasi 40 x/menit, berat badan 3300 gram, panjang badan 48 cm,
tidak cyanosis, mata tidak iketrik, refleks hisap positif, warna kulit kemerahan,
pergerakan aktif, tali pusat masih basah, tidak ada perarahan, meoconim (+),
miksi (+).
Dari hasil pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa bayi baru lahir
cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 jam
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberitahukan ibu tantang hasil
pemeriksaan bahwa bayi Ny. ”R” dalam keadaan baik dan tanda-tanda vital dalam
batas normal, memandikan bayi, mengajarkan ibu cara merawat tali pusat, menjaga
bayi agar tetap hangat untuk mencegah hipotermi, memberikan informasi tentang
68
tanda bahaya pada bayi, melakukan rawat gabung, menjaga personal hygine bayi
dengan cara mengganti pakaian bayi jika terjadi miksi/ keluar mekonium. Membuat
kesepakatan untuk kunjungan ulang pada tanggal 16 mei 2007.
Ibu mengerti apa yang dijelaskan oleh bidan serta akan melaksanakannya dan
akan kembali untuk kunjungan ulang pada tanggal 16 Mei 2007.
3.4.2 Kunjungan Neonatus 6 Hari Tanggal 16-05-2007 Pukul 11.00 WIB
Pemeriksaan bayi baru lahir keenam, didapatkan data keadaan umum baik,
tanda-tanda vital : respirasi 40 x/menit, suhu 360 C, berat badan 3600 gram, panjang
badan 50 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar kepala 34 cm, konjungtiva tidak kuning,
cyanosis (-), pergerakan aktif, warna kulit kemerahan, refleks menghisap baik, tali
pusat sudah puput tadi malam pada pukul 19.00 WIB, BAB dan BAK normal.
Dari hasil pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa nenatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberitahukan ibu bahwa bayinya
dalam keadaan baik, menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI ekslusif
sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan immunisasi HB I, dan Polio I, memberikan
informasi pada ibu tentang perawatan bayi sehari-hari, membuat kesepakatan dengan
keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, bayi menyusu pada
ibunya, ibu sepakat untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 22 Juni 2007.
3.4.3 Kunjungan Bayi 6 Minggu Tanggal 22-06-2007. Pukul 16.00 WIB
Pada kunjungan bayi minggu keenam, didapatkan data subyektif ibu
mengatakan bayinya menyusu dengan kuat, bayi masih minum ASI, dan bayi telah
mendapatkan imunisasi BCG di posyandu pada tanggal 7 Juni 2007. Hasil
69
pemeriksaan didapatkan keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital : respirasi 40
x/menit, suhu 36,50 C, nadi 100 x/menit, berat badan 5300 gram, panjang badan 52
cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada 35 cm, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, tidak ada cyanosis, pergerakan aktif, refleksi hisap baik, BAB dan BAK
normal, ekstremitas tidak ada kemarahan.
Dari hasil pemeriksaan di atas dapat dianalisa bahwa bayi umur 6
minggu.
Penatalaksanaan yang diberitahukan yaitu memberitahukan ibu bahwa
bayinya dalam keadaan baik, menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan immunisasi HB II dan Polio II,
menganjurkan ibu agar membawa bayinya ke posyandu, atau bidan untuk
mendapatkan imunisasi selanjutnya imunisasi yang akan datang.
Keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak
ditemukan tanda-tanda bahaya pada bayi, dan ibu mau melaksanakan anjuran yang
diberikan oleh bidan.
70
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil studi kasus pada Ny. “R” umur 25 tahun G5P4A0 yang di ikuti mulai
tanggal 20 Maret 2007 sampai tanggal 22 Juni 2007, Dari kehamilan 32 minggu
sampai 6 minggu masa nifas, maka dibuat pembahasan yang menghubungkan teori
dengan kasus yang dialami Ny. “R”.
4.1 Antenatal
Pada kasus Ny. “R” waktu kunjungan Antenatal (ANC) pertama pada tanggal
20 Maret 2007 dapat diagnosa G5P4A0 hamil 32 minggu. Dibuat dengan dasar : Ibu
71
mengatakan hamil anak kelima hal ini sesuai dengan teori Depkes (1999) yang
menyatakan bahwa, grandemultipara adalah kehamilan dengan jumlah anak 4 orang
atau lebih.
Tuanya usia kehamilan Ny. ”R” dapat dihitung dari HPHT yaitu tanggal 04
Agustus 2006, berdsarkan rumus Naegle didapatkan taksiran persalinan 11 Mei 2007
yang berarti kehamilan pada tanggal tersebut adalah 40 minggu sehingga dapat
dihitung bahwa pada kunjungan pertama usia kehamilan Ny. ”R” adalah 32 minggu.
Didapatkan hasil anamnesa ibu mengeluh kurang nafsu makan, dan ibu di
berikan konseling mengenai gizi atau menu seimbang yaitu peningkatan konsumsi
makanan hingga 300 kalori/hari, mengkonsumsi yang banyak mengandung protein,
zat besi, kalsium, vitamin dan air. Memberikan penyuluhan 6 tanda pada ibu hamil,
memberikan zat sesuai kebutuhan ibu sampai kunjungan berikutnya.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. ”R” adalah ibu mendapatkan
imunisasi TT I, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2001),
bahwa imunisasi TT I diberikan pada kunjungan petama dan TT II diberikan setelah 1
bulan pemberian TT pertama. Menganjurkan ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan,
menginformasikan untuk menggunakan alat kontrasepsi, memotivasi ibu untuk
menggunakan alat kontrasepsi.
Ibu memeriksakan kehamilannya di posyandu, hal ini sesuai dengan kebijakan
program menurut Saefuddin (2002), yaitu kunjungan dilakukan paling sedkit empat
kali selama kehamilan, yang dimaksudkan untuk dapat mengenali dan mengantisipasi
kelainan-kelainan yang mungkin timbul dan membahayakan keadaan ibu dan
janinnya, hal ini menandakan bahwa ibu sudah mengalami pentingnya untuk
72
memeriksakan kehamilan agar kehamilannya berjalan normal, sesuai dengan harapan
ibu dan keluarganya. Asuhan kebidanan ini dilakukan mulai dari kehamilan, bersalin,
nifas sampai dengan bayi baru lahir.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HB 11 gram/%, hal ini
menunjukan bahwa kadar Hb ibu dalam batas normal dan sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Wiknjosastro (2002), bahwa normal Hb pada ibu hamil trimester III
kadar Hb gram?%.
Penyluhan tentang tanda bahaya juga diberikan karena menurut teori yang
terdapat dalam buku Pusdiknakes 2003 bahwa bidan harus waspada terhadap tanda-
tanda dalam kehamilan karena jika tanda-tanda bahaya ini tidak dolaporkan atau
terdeteksi dapat menyebabkan kematian ibu sehingga pada kunjungan antenatal bidan
harus mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya tersebut.
Kunjungan ANC II dan III, ibu mengatakan sakit pinggang dan sering kencing
yang merupakan ketidaknyamanan fisiologis pada trimester ketiga, dimana pegal-
pegal pada pinggang diakibatkan semakin meningkatnya posisi bentuk tulang
belakang yang lordosis ditambah penekanan uterus yang makin membesar sehingga
mempertegang otot pinggul dan menimbulkan rasa nyeri hal ini sesuai dengan teori
JHPIEGO (2003) bahwa pegal pada pinggang karena kurvatur dari vetebrae lumbo
sacral yang meningkat saat uterus membesar menyebabkan otot sekitas pinggul
menegang, karena penekanan-penekanan uterus tersebut menyebabkan rasa sakit atau
nyeri. Dan sering kencing terjadi pada ibu hamil karena turunnya kepala memasuki
panggul menyebabkan frekuensi kencing bertambah. Menginformasikan tanda-tanda
persalinan hal ini sesuai dengan teiori dari (Mochtar, 1998) bahwa sebelum terjadi
73
persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki ”bulannya”
atau ”harinya” yang disebut kala pendahuluan tanda-tandanya yaitu : Lightening yaitu
kepala turun memasuki pintu atas panggul, perut kelihatan melebar, fundus uteri
turun, perasaan sering sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah di uterus, keluar lender dan bercampur darah (bloody show)
4.2 Intranatal
Tanggal 10 Mei 2007 didapatkan diagnosa ibu G5P4A0 hamil 40 minggu kala
I fase aktif. Diagnosa inpartu kala I fase aktif ditegakan atas dasar ibu datang dengan
keluhan mules semakin sering menjalar dari pinggang ke perut, his 3 x dalam 10
menit lamanya 30 detik pada pemeriksaan dalam terdapat pembukaan servicks 7 cm
hal ini sesuai dengan teori (Mochtar, 1998) bahwa pembukaan 7 cm sudah termasuk
dalam infartukala I fase aktif yaitu dimulai dari pembukaan 4-10 cm.
Asuhan yang diberikan pada ibu adalah mengobservasi keadaan umum, tanda-
tanda vital, his dan DJJ setiap 30 menit, pemeriksaan dalam setiap 4 jam,
dokumentasikan hasil pemeriksaan dengan patograf, hal ini sesuai dengan teori yang
ada pada buku Depkes (2004) bahwa tujuan utama partograf adalah mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan servick melalui
pemeriksaan dalam sehingga dapat mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal. Selain itu juga ibu diberikan asuhan berupa menganjurkan ibu teknik
relaksi mengurangi rasa sakit, memberikan dukungan pada ibu dan keluarga, berikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan, memberikan makan dan minum,
menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman, hal ini dilakukan
berdasarkan teori dalam buku Depkes (2004) yang mengatakan bahwa asuhan sayang
74
ibu selama persalinan adalah memberikan dukungan mental, membantu pengaturan
posisi, memberikan cairan dan nutrisi.
Pukul 23.10 WIB didapatkan diagnosa ibu G5P4A0 hamil 40 minggu infartu
kala II. Diagnosa infartu kala II oleh ibu yang mengeluh mules makin sering dan
ingin meneranhis 5 x dalam 10 menit lamanya 40 detik, DJJ (+) 135 x/menit teratur,
tampak vulfa vagina membuka, perineum menonjol, anus membuka, pada
pemeriksaan dalam : tidak ada kelainan, partio tidak teraba, pembukaan lengkap,
selaput ketuban (-), presentasi kepala, posisi ubun-ubun kanan depan, penurunan
hodge III. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku Depkes (2002)
dimana tanda dan gejala inpartu kala II adalah ibu merasakan ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan
pada rektum dan / vaginanya, perinium terlihat menonjol, vulva vagina dan sfingter
ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah, pada pemeriksaan
dalam pembukaan servick telah lengkap (10 cm).
Kala II berlangsung selama 30 menit, proses kala II berjalan dengan lancar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar (1998) bahwa pada primigradiva kala II
berlangsung selama 1, 5-2 jam dan pada multi berlangsung 0, 5-1 jam.
Kala III berlangsung 8 menit dengan perdarahan ± 200 cc, keadaan tersebut
sesuai dengan teori menurut (Mochtar, 1998) bahwa proses kala III biasanya
berlangsung 5-30 menit dan disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Pelaksanaan yang diberikan adalah manajemen aktif kala III yaitu memastikan janin
tunggal, memberikan oksitosin 10 UI secara IM, melakukan pergerakan tali pusat
terkendali dan melakukan massage uterus placenta lahir pelaksanaan tersebut sesuai
75
dengan (Depkes 2004) bahawa manajemen aktif kala III adalah pemberian oksitosin
segera, Pergerakan tali pusat terkendali dan pemijatan uterus setelah placenta lahir.
Kala IV berlangsung aman lamanya 2 jam, perdarahan 100 cc, kontraksi
uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
(Mochtar, 1998) bahwa tinggi fundus uteri ibu satu atau dua jari bawah pusat setelah
plasenta lahir.
4.3 Postnatal
Ny, ”R” G5P4A0 6 jam Post Partum didapatkan data : ibu bersalin pada
tanggal 10 Mei 2007, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, konsistensi
uterus bulat dan keras, lochea rubra dan tidak ada kelainan, pernyataan ini seuai
dengan teori Mochtar (1998) yang menyatakan bahwa tinggi fundus uteri pada 6 jam
setelah persalinan yaitu 2 jari di bawah pusat serta terdapat lochea rubra berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban.
Dalam buku Saifuddin (2002) disebutkan bahwa pada kunjungan 6-8 jam
postpartum adalah mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dan
mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan sehingga tetap dilakukan
observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, kontraksi dan perdarahan, pemberian
ASI awal dan sebagai upaya melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Ibu
dianjurkan untuk mobilisasi dini, istirahat dan makan yang cukup karena berdasarkan
teori Manuaba (1998) mobilisasi dini mempunyai keuntungan : melancarkan
pengeluaran lochea, pada Ny, ”R” dilakukan bounding attachment segera setelah bayi
lahir dan bayi mulai dicoba disusui (melakukan rawat gabung), hal ini sesuai dengan
teori yang di ungkapkan Saifuddin (2001) bahwa bounding attchment harus dilakukan
76
sedini mungkin setelah bayi lahir, selain itu menurut Mochtar (1998) bila bayi
disusui, isapan pada puting susu ibu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofase ASI akan lebih banyak
sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.
Pada nifas hari ke 6 dimana diperoleh data ibu mengatakan tidak ada keluhan,
nafsu makan bertambah, BAB dan BAK lancar, produksi ASI lancar, hal ini
menunjukan ibu menyusui dengan baik dan tidak adanya tanda-tanda pnyulit yang
terdapat pada ibu karena tujuan pada kunjungan 6 hari post partum menurut
Saefuddin (2002) adalah memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan
yang aman, memastika involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit, dari pemeriksaan fisik tinggi fundus uteri
pertengahan antara sympisis dengan pusat hal ini sesuai dengan teori dalam buku
Mochtar (1998) tinggi fundus uteri pada 1 minggu postpartum adalah pertengahan
pusat sympisis. Berdasarkan teori Mochtar (1998) bahwa lochea sanguinolenta :
berwarna merah kakuningan berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan dan
hasil pemeriksaan menunjukan lochea berwarna merah kekuningan, tidak berbau.
Nifas 6 minggu post partum menurut teori pada buku Saefuddin (2002) yaitu
menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami tetapi pada
Ny. ”R” tidak ada keluhan, dan ibu telah menentukan KB apa yang akan digunakan
yaitu KB suntik dan ibu sudah mendapatkan suntik Depo Progestin.
4.4 Neonatal
77
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 jam dan tidak ditemukan
adanya masalah, menangis kuat, pergerakan aktif, warna kulit kemerahan, ini sesuai
dengan Depkes RI (2004) bahwa bayi normal yaitu jika gerakan aktif, warna kulit
kemerahan bernafas spontan atau langsung menangis. BB 3000 gram, panjang badan
48 cm, lingkar kepala 33 cm, tidak ada kelainan conginital, anus (+), refleks moro,
rooting, sucking, grasphing, babynsky, walking dan tonick neck baik (+). Pernyataan
ini sesuai usia kehamilan 37 – 42 minggu, berat badan lahir 2500 – 4000 gram sesuai
masa kehamilan, panjang badan 44 – 53, lingkar kepala 31 – 36 cm, tanpa kelainan
congenital atau trauma persalinan.
Hasil pemeriksaan kepala didapatkan besar kepala yang sesuai, ubun – ubun
besar dan kecil belum menutup hal ini normal sesuai dengan teori jumiarni (1995)
bahwa bayi baru lahir normal memiliki besar kepala yang sesuai dengan proporsi
tubuh, normalnya sekitar 25 % dari total ukuran tubuh, molase mungkin ada, ubun-
ubun anterior bentuknya seperti berlian, akan menutup pada usia 18 bulan. Ubun-
ubun posterior berbentuk segi tiga dan lebih kecil dari ubun-ubun anterior, akan
menutup pada usia 8-12 minggu. Tetapi pada kasus ini kepala bayi tidak terdapat
molase. Sedangkan untuk mulut menurut Abdoerrachman (2003) mengatakan bahwa
pada mulut bayi baru lahir normal tidak ada tanda labiopalatoskiziz atau labioskiziz.
Pada pemeriksaan dada ditemukan bentuk dada bulat dan simetris, pernapasan
dangkal tetapi sesuai dengan gerakan abdomen dan hal ini masih sesuai dengan teori
Jumiarni (1995) yang mengatakan bahwa bentuk dada bulat dan simetris, pernafasan
dangkal dan sesuai dengan gerakan abdomen. Pemeriksaan perut didapatkan bentuk
abdomen yang bulat dan menonjol, tidak menunjukan adanya perdarahan dan warna
78
kemerahan disekitar tali pusat, walaupun tali pusat masih basah karena menurut teori
Jumiarni (1995) abdomen bayi baru lahir berbentuk bulat dan menonjol, tali pusat
tampak putih dan seperti gelatin pada beberapa jam pertama, dengan satu arteri dan
satu vena, mulai kering dalam beberapa jam dan tidak menunjukan adanya
perdarahan dan warna kemerahan disekitar tali pusat. Pada bayi Ny. “R” berjenis
kelamin perempuan tidak ada kelainan sesuai pernyataan Wiknjosastro (2007) bahwa
alat kelamin tidak adanya perdarahan / lendir dari vagina besar dan bentuk klitoris,
labia mayora sudah menutupi labia minora. Pada punggung tidak ditemukan adanya
spina bifida (cekungan pada punggung) hal ini sesuai dengan pernyataan Jumiarni
(1995), bahwa pada punggung bayi baru lahir normal bentuk spina rata dan bulat.
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil bahwa tidak ada kelainan, gerakan
bahu, lengan, tangan, tungkai dan kaki aktif jumlah jari lengkap, bentuk normal. Hal
ini sesuai dengan FKPP (1997) yang menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan
mempunyai sejumlah refleksi untuk mengadakan reaksi dan tindakak aktif.
Penatalaksanaan pada waktu lahir dilakukan perawatan bayi baru lahir secara
umum yaitu membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat, mempertahankan suhu
tubuh dan pemeriksaan secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan pernyataan FKPP
(1997) bahwa bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
Pada kunjungan 6 jam neonatus didapatkan data : keadaan umum baik, reflek
hisap baik, kencing (+), meconium (+), tali pusat masih basah, hal ini sesuai dengan
pernyataan FKPP (1997), yang mengatakan bahwa keluarnya Meconium yaitu pada
24 jam pertama.
79
Pada kunjungan 6 hari keadaan umum bayi baik, terdapat kenaikan berat
badan sebanyak 300 gram dari berat bdan lahir. Menurut FKPP (1997), bahwa dalam
3 hari pertama berat badan bayi turun karena bayi mengeluarkan air kencing dan
meconium, kehilangan berat badan tidak boleh lebih dari 10 %. Tetapi pernyataan ini
tidak selalu terjadi pada semua bayi, hal ini terjadi karena daya hisap kuat sehingga
bayi dapat menyusu dengan kuat. Tali pusat bayi sudah lepas pada umur bayi 6 hari,
hal ini sesuai dengan pernyataan FKPP (1997), yang menyatakan bahwa tali pusat
lepas dalam waktu 10=14 hari setelah lahir, hal ini terjadi karena ibu dapat merawat
tali pusat dengan baik, yaitu membungkus tali pusat dengan kasa steril yang kering 1
x sehari. Bayi mendapatkan imunisasi HB I Polio I, Hal ini sesuai dengan kebijakan
pemerintah yan gdikeluarkan oleh Depkes (2002), bahwa pemberian imunisasi HB I
pada bayi usia 0-7 hari dan melengkapi menjadi 3 dosis sebelum bayi berusia 1 tahun.
Pada kunjungan 6 minggu terjadi peningkatan berat bdan 2000 gram dari berat
badan lahir, ini terjadi karena byi mendapatkan nutrisi yang cukup melalui ASI. Hal
ini sesuai dengan Soetjiningsih (1997) yang menyatakan bahwa pada bayi yang lahir
cukup bulan, berat badan pada umur 1-3 bulan bertambah 150-200 gram perminggu.
Selain itu pada kunjungan kali ini bayi mendapatkan imunisasi BCG, HB II dan
PolioII hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes (2007), bahwa imunisasi BCG dapat
diberikan pada usia 0-2 bulan.
80
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dilakukan pengkajian asuhan kebidanan pada kasus Ny. ”R” sesuai dengan
kebutuhan klien secara komprehensif pada masa hamil, bersalin, nifas melalui upaya
pendekatan manajemen kebidanan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Teti Suherti, A.Md
Keb Rangkasbitung.
5.1.1 Antenatal Care (ANC)
81
Hasil analisa yang dilakukan pada Ny. ”R” diperoleh data ibu mengeluh
kurang nafsu makan, belum di TT, persalinan sebelumnya di tolong paraji, belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi penatalaksanaan yang diberikan yaitu
memberikan imunisasi TT, memotivasi untuk bersalin di tenaga kesehatan,
informasikan alat kontrasepsi, dan anjurkan ibu untuk makan yang bergizi/menu
seimbang (nasi, lauk, sayur). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11 gram
% dar isemua data yang diperoleh bahwa Ny. ”R”, grandemultipara hamil 32 minggu.
Dan pada kunjungan kedua dan ketiga ibu mengatakan adanya pegal-pegal pada
pinggang dan sering kencing yang merupakan perubahan fisiologis pada trimester III,
dan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 12 gram %.
5.1.2 Intranatal
Pada proses persalinan Ny. ”R” berjalan lancar. Dimana ibu datang dengan
pembukaan 7 cm, lamanya kala II 30 menit dan kala III berlangsung selama 10 menit,
plasenta lahir spontan, lengkap dengan teknik brand andrew, TFU dua jari dibawah
pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan kurang lebih 200 cc, tidak ada laserasi jalan
lahir. Kala IV berlangsung selama 2 jam dengan hasil observasi tanda-tanda vital
dalam batas normal, TFU dua jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung kencing
kosong, perdarahan kurang lebih 100 cc.
5.1.3 Postanatal
Masa nifas Ny. ”R” berjalan normal mulai dari 6 jam, 6 hari, dan 6 minggu.
Pada masa nifas 6 jam keadaan umum ibu baik, TFU dua jari bawah pusat, kontraksi
baik, lochea rubra kurang lebih 80 cc. Pada kunjungan 6 hari postpartum keadaan
umum ibu baik TFU pertengahan pusat simpisis, lochea sanguilenta dan tidak ada
82
tanda-tanda infeksi. Kunjungan 6 minggu masa nifas Ny. ”R” telah menjadi akseptor
KB suntik 3 bulan Depo Progestin.
5.1.4 Neonatal
Bayi lahir spontan, masa gestasi 40 minggu, segera menangis kuat, pergerakan
aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada cacat bawaan, bayi dalam keadaan sehat
dengan berat badan 3300 gram dan panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 32 cm, reflek-reflek positif. Pada kunjungan 6 hari didapatkan berat
badan 3600 gram dan panjang badan 50 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34
cm, tali pusat telah puput, reflek hisap baik, dan bayi telah diberikan imunisasi HB 1
dan Polio 1. pada kunjungan 6 minggu keadaan bayi baik, berat badan 5300 gram,
panjang badan 52 cm, lingkar kepala 36 cm telah diberikan imunisasi BCG di
posyandu, HB II dan Polio II.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Bidan
Sebagai bidan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
sehingga dapat mencegah komplikasi baik dalam masa kehamilan, persalinan,
maupun masa nifas secara berkesinambungan.
5.2.2 Untuk BPS
Dalam memberikan asuhan secara komprhensif dan berkesinambungan dan
dapat menerapkan KIP/K yang membuat klien merasa nyaman.
5.2.3 Untuk Institusi pendidikan
83
Diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan ditingkatkan dengan
perubahan-perubahan baru sesuai dengan ilmu berkembang dalam upaya peningkatan
/ pemahaman asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, dkk., 1995. Obstetri William. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI, 1997. Perawatan III Perawatan Kebidanan yang Berorientasi pada Keluarga. FKPP SPK Se-Jawa Barat, Bandung.
......................., 2002, Pedoman Penggunaan Unijeck Hepatitis B Direktorat JenderalPemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
......................, 2003, Asuhan Antenatal, Pusdiknakes – WHO JHPIEGO. Jakarta
......................, 2004, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta.
Varney Hellen, 1997. Varney Midwifey, Third Edition, Boston
84
……………, 2002. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kontrasepsi. EGC
Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi Fisiologi. EGC Jakarta.
Prawiroharjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. YBPSP. Jakarta.
Purnawan Junaedi, 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Kedua.
PPKC, 2004. Pelatihan Manajemen Kebidanan, Jakarta.
Saifuddin, AB, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. JNPKKR – POGI Jakarta.
........................, 2002. Buku Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
Neonatal, YBP-SP, Jakarta.
Sastrawinatan, 1983. Sinopsis obstetri fisiologis. FKU Padjajaran.
85
Top Related