perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang yang berwarna dan
tidak berwarna yang biasanya difungsikan untuk bahan penutup lantai,
pembungkus mebel dan untuk bahan penutup dinding atau hiasan dinding.
Beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan tapestri, antara lain
anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman
tapestri identik dengan anyaman polos atau palin weave. Anyaman polos adalah
anyaman paling sederhana dari semua jenis anyaman dan paling banyak dipakai.
Terbentuk dari jalinan sederhana antara benang pakan dan benang lungsi (Tim
penyusun PPPPTK, 2005: 1). Penerapannya teknik tapestri banyak digunakan
untuk pembuatan kain tenun dan sekarang berkembang digunakan untuk
pembuatan tikar, taplak meja, hiasan dinding hingga pelengkap interior.
Pelengkap interior merupakan salah satu elemen terpenting pada suatu
ruangan, sehingga dapat menghadirkan suasana yang berbeda. Lampu hias adalah
salah satunya, cahaya yang dihasilkan oleh lampu hias di malam hari dapat
memberikan suasana yang berbeda dengan kondisi di siang hari, karena
pencahayaannya tidak terlalu terang seperti lampu penerangan yang biasanya.
Penerangan merupakan salah satu aspek kehidupan, kehadiran sumber
penerangan ini bisa “menghidupkan” suasana, menyerupai atmosfir siang hari.
Selain sebagai penghias ruang, lampu hias juga dapat disesuaikan dengan tujuan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tertentu, misalnya sebagai elemen dekoratif ruangan (Imelda, 2006: 4-10).
Keistimewaan lampu hias sebagian besar terletak pada rangka penutupnya yang
cantik dan pendaran sinar lampu hias yang cukup berpengaruh di malam hari.
Contoh: cahaya yang menembus dari celah-celah kecil desain lampu hias akan
menghasilkan efek berbeda, sehingga ruangan menjadi lebih bernuansa.
Joko Sutrisno (2012), selaku pemilik rumah makan Lombok Abang
menyatakan rumah makan Lombok Abang adalah salah satu restoran baru dengan
konsep Resto and Family Karaoke. Area makan dibagi menjadi dua, yaitu area
lesehan dan area duduk. Area lesehan memanfaatkan bambu-bambu sebagai bahan
pembantu penataan interiornya, sedangkan pada area duduk menggunakan tempat
duduk dan meja kayu, dengan permainan warna coklat dan krem pada dinding
untuk menyelaraskan dengan area lesehan.
Permasalahan yang dihadapi oleh rumah makan Lombok Abang adalah
keinginan untuk menerapkan lampu hias dalam penataan interior pada area
makan, baik area lesehan ataupun area duduk. Hal tersebut menjadi tantangan bagi
penulis untuk melakukan perancangan lampu hias sesuai dengan konsep di rumah
makan tersebut.
B. Studi Pustaka
1. Tapestri
Istilah tapestri berasal dari kata “tapiesserie” (bahasa Perancis) yang
berarti penutup lantai, sedangkan dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
permadani. Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang yang berwarna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan tidak berwarna yang biasanya difungsikan sebagai bahan penutup lantai,
pembungkus mebel dan bahan penutup dinding atau hiasan dinding (Tim
penyusun PPPPTK, 2005: 1).
Tenun dengan teknik tapestri pada proses pengerjaanya sama dengan
tenun biasa, yaitu cara menyusup atau silang menyilang antara benang lungsi
dan pakan. Pada proses pembuatan tenun yang menjadi pokok adalah benang
lungsi dan pakan sama besarnya, sehingga benang lungsinya terlihat seimbang
dengan benang pakan. Sedangkan pada teknik tapestri pada umumnya lebih
condong pada permainan pakan, terutama permainan warna sehingga
komposisi warnanya terlihat menarik.
Jenis tenunan pada tapestri :
a. Tenun rata
Jenis tenunan yang dilakukan dengan cara benang pakan mengisi
benang lungsi dengan hitungan yang sama. Misalnya benang pakan
diatas benang lungsi 1 helai, kemudian 1 helai berikutnya ada
dibawahnya, jadi atas satu bawah satu dan seterusnya.
Gambar 1. Tenun rata
(sumber dokumen PPPPTK Seni dan Budaya, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Tenun soumak
Cara menenun dengan melilitkan benang pakan pada benang lungsi
menyebabkan permukaan tenunan ketika diulang menjadi pola-pola
tertentu atau membentuk struktur yang baru, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan atau ornament tertentu.
c. Tenun giordes
Jenis tenunan ini biasanya disebut simpul permadani, dimana benang
pakan menyimpul pada benang lungsi yang pada dasarnya terdiri dari
simpul-simpul yang membentuk rumbai-rumbai, dengan bermacam-
macam ukuran berdasarkan kebutuhan.
Gambar 2. Tenun soumak
(sumber dokumen PPPPTK Seni dan Budaya, 2005)
Gambar 3. Tenun giordes
(sumber dokumen PPPPTK Seni dan Budaya, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Jenis Sambungan Tapestri :
Sedangkan pada dasarnya ada dua cara menyambung benang, yaitu :
a. Sambungan Kait
Adalah sambungan yang dilakukan dengan cara mengaitkan dua
benang yang berbeda jenis atau warna. Sambungan kait sebaiknya
diletakkan di antara dua benang lungsi.
b. Sambungan Kilim
Sambungan kilim adalah cara sambungan yang tidak saling berkait.
Sebaliknya cara kilim digunakan untuk benang pakan yang besar, agar
tidak terjadi kekakuan pada sambunganya. Cara membuat dimulai
dari kiri atau kanan dengan arah yang sama agar menghindari
terjadinya kekeliruan pada waktu melakukan sambungan.
Gambar 4. Sambung kait
(sumber dokumen PPPPTK Seni dan Budaya, 2005)
Gambar 5. Sambung kilim
(sumber dokumen PPPPTK Seni dan Budaya, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Tekstil Interior
Tekstil adalah segala sesuatu yang terbuat dari serat baik serat alami
maupun serat buatan. Interior adalah suatu rancangan pada bagian dalam
bangunan yang dilahirkan dari suatu konsep pemikiran seseorang atau lebih
dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki yang
dituangkan dalam suatu bentuk. Tekstil interior adalah komponen pelengkap
interior yang menempel pada lantai, dinding, maupun langit-langit dari sebuah
ruangan yang komponen penyusun bahannya adalah berupa serat, baik serat
alam maupun buatan.
Suatu desain interior tersebut pada akhirnya akan diwujudkan dalam
satu pola yang melahirkan produk materiil dan dapat diterapkan dalam
aktifitas industri seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk
kesenian visual yang tidak hanya bisa diserap oleh indra penglihatan, tetapi
juga bisa diserap oleh indra peraba, seperti kasar, halus, lunak, keras, lembut
dan sebagainya. (Andyono, 2005: 13)
3. Lampu Hias
Lampu hias merupakan jenis lampu yang tidak hanya berfungsi
sebagai penerang saja, lampu hias merupakan perwujudan estetika pada suatu
konsep ruangan. Lampu yang hanya berfungsi sebagai aksen ruang tertentu
dapat dikategorikan sebagai lampu hias atau decorative lighting. Jenis lampu
ini justru menjadi aksen ruang yang cukup dominan, maka dari itu banyak
orang yang senang dan menjadikannya sebagai penghias rumah. (Akmal,
2009: 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Penggunaan lampu hias sebagai aksesoris interior maupun eksterior
rumah sudah menjadi sesuatu yang lazim. Selain disesuaikan dengan karakter
pemilik rumah, pemilihan desain lampu hias yang akan digunakan juga
biasanya disesuaikan dengan kondisi ruangan. Banyak jenis aliran gaya
ruangan antara gaya minimalis, etnik, modern dan lain sebagainya. Sebuah
desain yang indah adalah desain yang selaras, maka dari itu untuk ruangan
minimalis di pilih juga lampu hias yang bergaya senada.
Fungsi utama lampu hias untuk menerangi ruang, selain itu juga
memberikan nuansa dekoratif. Untuk dekoratif, perlu memilih lampu yang
selaras dengan desain interior. Berikut beberapa model lampu hias, antara lain:
a. Lampu hias berdiri
Lampu hias berdiri merupakan model lampu hias yang diletakkan di atas
lantai. Bercirikan memiliki kaki yang cukup panjang, yaitu sekitar 120-
150cm.
Gambar 6. Lampu Hias berdiri
(sumber dokumen Aryanto, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Lampu hias gantung
Lampu hias gantung merupakan alat penerangan yang sudah lama
digunakan manusia sejak abad pertengahan. Pada era klasik, baroque,
Victorian, hingga art nouveau, lampu hias gantung tampil dengan desain
yang penuh detil ornamen, kristal dan memiliki banyak tempat bola
lampu.
c. Lampu hias meja
Lampu hias meja dalam penataan interior, diletakkan di atas meja atau
perabot pendek lainnya. Oleh karena itu, lampu hias ini disebut lampu
hias meja. Ukuran lampu hias model ini tidak setinggi lampu hias berdiri,
adapun tinggi kaki lampu hias meja sekitar 30-40cm.
Gambar 7. Lampu hias gantung
(sumber dokumen Aryanto, 2009)
Gambar 8. Lampu hias meja
(sumber dokumen Aryanto, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
d. Lampu hias dinding
Lampu hias dinding memiliki ciri khas, yaitu kakinya cenderung
horizontal dan menyiku, bahkan ada pula yang tanpa menggunakan kaki
(Aryanto, 2009: 16). Sistem peletakan lampu hias ini adalah dengan cara
ditempelkan di dinding.
4. Lighting
Lighting atau tata cahaya adalah salah satu unsur penting dalam
pementasan teater. tata cahaya adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam
hal ini adalah menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan.
Tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum
itulah fungsi dari tata cahaya. Pada teater, tata cahaya terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Tata cahaya sebagai penerangan. Yaitu fungsi tata cahaya yang hanya
sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya agar pementasan
dapat terlihat.
Gambar 9. Lampu hias dinding
(sumber dokumen Aryanto, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Tata cahaya sebagai pencahayaan. Yaitu fungsi tata cahaya sebagai unsur
artistik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan
mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah (Evilandi, 2010: 13).
Penataan cahaya untuk bagian dalam ruang sangat penting. Tata
cahaya yang ditata apik akan mencipta suasana tertentu dalam ruangan dan
membangun estetika pada ruangan. Dengan permainan tata cahaya yang
memanfaatkan perbedeaan efek cahaya, kita dapat mempengaruhi atmosfer
dalam sebuah ruangan.
Imelda dalam majalah “Asri” yang membahas tentang tata cahaya
memaparkan bahwa untuk dalam ruang (rumah, kamar, dan ruangan lain), alat
utama yang digunakan dalam pengaturan tata cahaya ruang (interior lighting)
adalah cahaya buatan. Secara umum, pencahayaan buatan dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu :
a. General Lighting
General lighting atau pencahayaan umum adalah sistem pencahayaan
yang menjadi sumber penerangan utama. Umumnya penerangan
dilakukan dengan cara menempatkan titik lampu pada titik tengah
ruangan atau pada beberapa titik yang dipasang secara simetris dan
merata.
Tujuan menggunakan pencahayaan umum adalah menghasilkan
sumber cahaya secara terang dan menyeluruh. Lampu yang digunakan
adalah lampu Task Lighting atau downlight. Selain itu, dapat pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
digunakan pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) dengan lampu
tersembunyi yang memanfaatkan bias cahayanya saja.
Keunggulan lampu indirect adalah dapat menghasilkan cahaya yang
merata tanpa membuat mata silau dan suasana “hangat” pun lebih terasa
dengan tampilan lampu warna kekuningan.
b. Task Lighting
Task lighting merupakan sistem pencahayaan yang difokuskan pada suatu
area dengan tujuan membantu aktivitas tertentu. Task lighting juga dapat
menjadi satu cara untuk menghindari ketegangan mata ketika beraktivitas.
Contoh task lighting adalah ruang kerja yang dilengkapi dengan lampu
meja untuk membaca sehinga mata tidak cepat lelah. Contoh lain adalah
lampu di atas counter table yang memungkinkan orang untuk membaca
resep masakan ketika akan memasak. Atau, lampu gantung yang
diletakkan di atas ruang makan yang mengarah pada meja makan.
Selain diperuntukkan sebagai lampu penegas fungsi, task lighting juga
dapat berfungsi sebagai pembentuk suasana.
c. Accent Lighting
Accent lighting digunakan untuk menyorot atau memfokuskan pada suatu
benda agar dapat lebih terlihat. Pemasangan accent lighting pada ruang
dalam umumnya digunakan untuk menyorot benda seni (artwork) atau
menyorot lukisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Accent lighting biasanya menggunakan spotlight karena dapat
menhasilkan bias cahaya yang kuat dan menghasilkan fokus pada objek
yang dituju. Aplikasi lampu dinding juga dapat digunakan pada dinding
tertentu sehingga menghasilkan tampilan ruang yang dinamis (2006,
Edisi04: 78-82).
Penggunaan lampu yang tepat akan dapat menonjolkan kelebihan
ruang atau sebaliknya menyembunyikan kekurangan ruang. Tata lampu yang
benar juga dapat membuat ruang menjadi lebih seimbang, proposional, dan
indah.
Lampu dapat menciptakan kesan tertentu dalam ruang. Lampu juga
dapat menyiasati ruang yang kurang ideal menjadi ruang yang sempurna
sesuai dengan fungsi dan keindahan yang diinginkan. Lampu dan penerangan
yang tepat dapat memperbaiki dimensi ruang dan menciptakan suasana
tertentu, bahkan dapat mengubah karakter ruang. Berikut adalah beberapa hal
yang dapat dicermati dalam membentuk kesan sebuah ruang melalui
penerangan.
a. Membuat plafon terlihat lebih tinggi
Menggunakan lampu berdiri atau lampu dinding jenis uplight agar cahaya
lampu dapat menyebar ke atas menerangi plafon. Plafon yang lebih terang
dari dinding dan lantai akan terkesan lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Membuat plafon lebih rendah
Menggunakan lampu dengan kap tertutup sehingga cahaya tidak
menyebar ke bagian bawah. Cahaya lampu yang tidak diarahkan ke atas
membuat plafon lebih gelap sehingga berkesan lebih rendah.
c. Membuat lorong yang panjang dan sempit menjadi lebih lebar
Membuat sebuah bukaan berupa jendela atau lukisan pada dinding di
ujung lorong sebagai focus perhatian. Mengarahkan lampu spotlight pada
dinding agar cukup terang.
Gambar 10. Membuat plafon terlihat lebih tinggi
(sumber dokumen Imelda, 2006)
Gambar 11. Membuat plafon lebih rendah
(sumber dokumen Imelda, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Membuat ruang terlihat lebih luas
Menyinari kedua dinding bersebrangan dengan cahaya yang cukup
terang, kedua dinding akan terkesan jauh terpisah.
e. Membuat ruang terasa intim
Kesan yang hangat, akrab, dan intim sangat dibutuhkan di dalam ruang
khususnya ruang-ruang hunian seperti rumah tinggal. Rasa hangat dan
intim membuat penghuni menjadi rileks dan bersahabat. (Imelda, 2006:
85-90)
Gambar 12. Membuat lorong yang panjang dan sempit menjadi lebih lebar
(sumber dokumen Imelda, 2006)
Gambar 13. Membuat ruang terlihat lebih luas
(sumber dokumen Imelda, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
C. Fokus Permasalahan
Permasalahan terfokus pada bagaimana memanfaatkan teknik tapestri
dalam perancangan lampu hias untuk rumah makan Lombok Abang pada area
duduk dan lesehan?
Gambar 14. Membuat ruang terasa intim
(sumber dokumen Imelda, 2006)
Top Related