15
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA
A. Profil Kota Surakarta
1. Sejarah Kota Surakarta
Kerajaan (Keraton) Kartasura telah mengalami kerusakan sangat parah
akibat perang antara Baginda (Sunan Pakubuwono/PB II) dengan Sunan Kuning
(1742). Berkat bantuan oleh VOC PB II dapat merebut kembali keraton Kartasura,
bantuan tersebut tidak gratis akan tetapi dengan mengorbankan beberapa wilayah
warisan Mataram untuk diberikan pada VOC.
Pemberontakan telah mengakibatkan hancurnya bangunan keraton, dimana
hancurnya bangunan keraton dinilai telah menghilangkan kesaktian keraton.
Pemberontak yang telah masuk kedalam keraton dianggap akan mempengaruhi
pamor dan wibawa kerajaan, oleh karena itu sudah tidak tepat mempertahankan
Keraton Kartasuro sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota Kerajaan Mataram.
Maka PB II menunjuk beberapa orang narapraja diantaranya Tumenggung
Honggowongso, Adipati Pringgoloyo, Adipati Sindurejo, Tumenggung
Mangkuyudo, Tumenggung Pusponegoro, Ngabei Yosodipuro, Komandan
pasukan Belanda J.A.B Van Hohenndorff, ditambah dengan Pangeran Wijil,
Tumenggung Tirtiwiguno, Kyai Kalifah Buyut dan Penggulu Fekih Ibrahim,
untuk mencari tempat yang akan dijadikan sebagai pusat pemeritahan kerajaan.
Setelah melakukan pengembaraan ke berbagai tempat, para narapraja menemukan
tiga tempat atau desa yaitu Desa Kadipala, Desa Sala, dan Desa Sana Sewu yang
bisa dijadikan sebagai pusat pemerintahan baru. Setelah melakukan perundingan,
maka terpilih Desa Sala untuk diajukan kepada PB II sebagai pusat Keraton
16
Mataram yang baru. Desa Sala terletak kurang lebih 10 km sebelah timur Keraton
Kartasuro.
Baginda menyetujui usulan tersebut, kemudian oleh Sri Baginda Sunan
Paku Buwono II diberi nama Surakarta Hadiningrat. Pada hari rabu tanggal 17
Syura 1670 atau 17 Februari 1745, Baginda Sunan Paku Buwono II pindah dari
Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat, perpindahan ini dilaksanakan dengan kirab
secara besar-besaran atau dikenal dengan boyong kedhaton. Peristiwa yang
kemudian dijadikan sebagai dasar hari lahir Kota Surakarta. Desa Sala menjadi
pusat dalam menjalankan dan mengendalikan pemerintahan Kerajaan Mataram.
Disebut sebagai desa Sala, karena di desa tersebut hidup seorang tokoh
masyarakat yang bijaksana bernama Kyai Sala yang desa ini juga berawa-rawa
dan penuh dengan pohon Sala. Dengan nama Sala namun dalam
perkembangannya berubah dan lebih akrab disebut Solo (pakai huruf o).
Kesalahan orang Belanda dalam menyebut nama Sala disebabkan karena lidah
Belanda tidak seluwes lidah orang Indonesia
(http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/08/awal-mula-solo-surakarta
463191.html, diakses tanggal 25 April 2015).
2. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kota Surakarta
Kota Surakarta atau Sala juga disebut Solo terletak di dataran rendah
dengan medan datar 105 m di atas permukaan laut (di pusat kota sekitar 95 m di
atas permukaan laut), dengan luas 44,1 km2 (0,14% dari luas wilayah Jawa
Tengah). Kota Solo berada di sekitar 65 km (40 mil) timur laut dari Yogyakarta
dan 100 km (62 mil) tenggara dari Semarang. Bagian timur kota berbatasan
dengan Sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa. Kota Surakarta
17
dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Gunung Merapi (3.151 mdpl) di sebelah
barat dan Gunung Lawu (3265 mdpl) ke timur tersebut.
Secara administratif Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima) wilayah
kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan
Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun
Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT). Dilihat dari batas kewilayahan
Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah timur dan barat, serta Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.
(http://www.surakarta.go.id/, diakes tanggal 25 April 2015).
Secara aspek lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi Kota Surakarta
berada pada jalur yang strategis yaitu terletak diantara pertemuan atau simpul
yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta (JOGLOSEMAR) dan jalur
Surabaya dengan Yogyakarta. Posisi yang strategis ini maka Kota Surakarta
menjadi pusat bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya, hal inilah
yang menjadikan Kota Surakarta dapat menjadi sentra bisnis dalam bidang
tertentu. Berada di tengah Pulau Jawa sangat mendukung untuk berjalannya suatu
bisnis, ini yang menjadikan dalam mendistribusikan barang dari segi waktu dan
harga sangatlah efisien dan efektif. Dilihat dari segi pariwisata terletak di jalur
simpul bisnis membuat Kota Surakarta lebih dikenal, dimana menjadi titik
persilangan atau pertemuan dalam berjalannya perekonomian. Pariwisata Kota
Surakarta berkembang dengan baik, karena adanya pemanfaatan kesempatan yang
kreatif sehingga multiplier effect antara pariwisata dan bisnis terjalin.
18
3. Visi dan Misi Kota Surakarta
Pada Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surakarta
tahun 2005-2025.
Visi : Surakarta Kota Budaya, Mandiri, Maju dan Sejahtera.
Berdasarkan visi RPJPD Kota Surakarta tahun 2005-2025, visi pembangunan
daerah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun
2010-2015 sesuai visi dan misi walikota dan wakil walikota adalah Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan Memajukan kota dilandasi spirit Solo sebagai kota
budaya.
Misi :
a. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
b. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan umum.
c. Mewujudkan keamanan dan ketertiban.
d. Mewujudkan perekonomian daerah yang mantap.
e. Mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
f. Mewujudkan perlindungan sosial.
g. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup
dan berkualitas (http://bappeda.surakarta.go.id/content/rpjmd-2010-
2015, diakses tanggal 03 Mei 2015).
Pariwisata merupakan ekspresi yang tidak terbatas, dimana memberikan
kesempatan yang luas dalam membaur ke berbagai ilmu baik dari masa lalu
maupun di masa kini. Pariwisata dapat menembus batas ruang dan waktu karena
bersifat multidimensional. Melalui pariwisata yang telah berjalan mempunyai
19
kelebihan dalam hal mengisi di berbagai aspek kehidupan, seperti suku, ras,
agama dan budaya serta ekonomi. Oleh karena itu, dengan adanya visi dan misi
memberikan gambaran dalam jangka menengah dan panjang sehingga dapat
dilihat secara jelas untuk masa periode hingga tahun 2025 di Kota Surakarta.
Visi dan misi berlandaskan pada akar budaya lokal, yang akan
mempengaruhi setiap jalannya aspek roda pemerintahan maupun kehidupan
masyarakat Kota Surakarta. Pariwisata sangat ampuh dalam menggerakan sektor
kehidupan riil, sektor ekonomi dengan skala mikro hingga yang berskala makro.
Oleh karena itu, dunia pariwisata yang semakin berkembang akan memberikan
manfaat yang besar kepada negara dan masyarakat.
B. Kota Surakarta Sebagai Destinasi Wisata
Kota Surakarta atau lebih dikenal Solo merupakan kota yang penuh
dengan nuansa sejarah dan budaya, dengan ini membuat terasa berbeda daripada
kota wisata lainnya walaupun dengan latar belakang yang sama. Terkenal dengan
atraksi budayanya sebagai tempat yang mempunyai nilai tradisi adiluhung yang
dijaga dan dilestarikan, sehingga sampai dengan sekarang masih banyak
ditemukan masyarakat yang berkiblat pada nilai tradisi. Semakin banyaknya
gempuran budaya dari luar tidak kemudian tradisi menjadi hilang dan tergantikan.
Tidak bisa dimungkiri bahwa memang ada tradisi yang telah tidak dijalankan
bahkan telah punah karena beberapa faktor penyebab, seperti sudah tidak ada
yang menjalankan karena dianggap terlalu rumit dan mengeluarkan dana yang
cukup besar serta semakin pudarnya rasa untuk menjaga tradisi yang telah ada.
Kota Surakarta dikenal sebagai kota modern yang menjadi “kota besar”
diantara kota-kota yang ada di Jawa Tengah. Tidak diragukan lagi bahwa
20
kemajuan pesat kota ini dikarenakan salah satu faktor semakin sadarnya warga
akan peran dunia pariwisata. Pariwisata Kota Surakarta yang semakin maju
tentunya tidak semudah membalikan tangan, berbagai cara dilakukan dan tidak
sedikit hambatan dalam memajukan. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah
kota, pihak swasta dan masyarakat untuk membuat potensi pariwisata lebih
dikenal dan dikunjungi wisatawan dalam kaitannya meningkatkan kunjungan
wisata. Terdapat upaya perubahan yang dilakukan, untuk menjadikan tidak hanya
sekedar mengunjungi tetapi menarik untuk ditelusuri. Hal ini maka wisatawan
tidak akan sekedar berkunjung dalam singkat waktu, melainkan dapat lebih dari
itu. Menjadi problema ketika Kota Surakarta hanya menjadi “kota transit” yang
apabila wisatawan berkunjung ke Jogja atau ke Bali hanya lewat ataupun singgah
sementara tanpa menginap.
Kota transit atau transit oriented development (TOD) secara profesional
adalah pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi
sehingga menciptakan suatu kota yang efisien. Kota yang efisien merupakan kota
yang memiliki keterpaduan antara “Land Use Planning” dan “Transportation
Planning” serta “Urban Design”. Dalam pariwisata dapat disimpulkan bahwa
kota transit adalah daerah dimana wisatawan akan melewati daerah tersebut dalam
perjalanan menuju destinasi pariwisata (jejakwisata.com, diakses tanggal 26 April
2015).
Pada dasarnya tidak semua wisatawan akan berhenti didaerah transit
melainkan hanya melewatinya. Upaya Kota Surakarta untuk membuat tidak
sekedar hanya melewatinya, melainkan dapat menarik minat wisatawan dalam
berkunjung dan menginap. Daya tarik wisata yang ada tidak kalah dengan kota
21
lain yang ada di Indonesia, berbagai cara yang dilakukan dalam menggali dan
memuculkan atraksi wisata ataupun obyek wisata baru akan menarik wisatawan
dalam berkunjung ke Kota Surakarta. Cara yang telah lazim digunakan untuk
membuat wisatawan agar dapat tinggal dan tidak hanya melewatinya adalah
pembangunan hotel. Pertumbuhan hotel di suatu kota memberikan gambaran,
bahwa kemajuan pariwisata khususnya akan berbanding lurus dengan tingkat
okupansi kamar. Hotel merupakan salah satu strategi untuk menyiasati
peningkatan kunjungan wisata.
Pihak hotel melakukan berbagai penawaran sesuai program andalan
pemerintah Kota Surakarta, melalui kegiatan MICE. Beberapa tahun belakangan
kota-kota di Indonesia sedang melakukan penawaran pada dalam bentuk MICE.
Kota Surakarta juga tidak jauh beda, dengan apa yang dilakukan oleh kota lain
dalam memproklamirkan sebagai kota tempat penyelenggaraan MICE. Dapat
dibuktikan berbagai acara MICE dalam taraf nasional maupun internasional
berhasil diselenggarakan di Kota Surakarta. Ada cara lain yang dilakukan agar
wisatawan tidak hanya sekedar berkunjung pada siang hari, melainkan juga dapat
menikmati suasana malam serta menginap di Kota Surakarta. Cara yang dilakukan
adalah dengan adanya berbagai event, dimana event yang diselenggarakan dapat
sebanyak mungkin menarik minat kunjungan wisatawan. Kegiatan wisata/event
dalam bentuk atraksi dibuat menjadi agenda Kota Surakarta. Event yang
dirancang setiap bulannya, dikondisikan agar wisatawan dari luar kota maupun
mancanegara dapat menginap. Melalui cara ada beberapa event yang hari
penyelengaraanya dibuat secara bersambung dengan event lainnya. Selain itu,
event diselenggarakan pada waktu malam hari dengan tema dan alur cerita yang
22
berbeda (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).
Perkembangan pariwisata yang semakin baik, dimana dikenal luas di
dalam negeri maupun diluar negeri merupakan keberhasilan dalam memanajemen
kota. Manajemen yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta adalah
membranding dengan slogan dan logo yang dikhususkan untuk menggambarkan
identitas potensi pariwisata, seperti “ Solo, The Spirit of Java” yang mempunyai
makna Solo merupakan Jiwanya Jawa. Slogan ini dapat dikatakan bahwa Kota
Solo adalah representasi dari Jawa, dapat dibuktikan bahwa Jawa diidentikkan
dengan Kota Surakarta dan sekitarnya. Slogan yang dijadikan branding untuk
memberikan gambaran bahwa memang wisatawan dapat berkunjung untuk
menikmati kunjungan wisatanya dengan aman, nyaman dan menarik selama di
Kota Surakarta.
Pariwisata di Kota Surakarta terdiri dari berbagai macam jenis, mulai dari
wisata budaya dan sejarah, wisata kuliner, wisata belanja, wisata kreatif dan
wisata minat khusus serta atraksi wisata yang banyak diadakan dalam agenda
tahunan maupun tidak. Terdapat berbagai aspek yang mendukung
terselenggaranya kepariwisataan Kota Surakarta, seperti tourist informatian center
(TIC), Dinas Pariwisata dan Budaya, satuan polisi pariwisata, bandara
internasional, stasiun, terminal, kantor imigrasi, akomodasi perhotelan, pusat
perbelanjaan modern dan tradisional, bank, transportasi umum, transportasi
wisata, tour and travel, money changer, dan restoran. Kesemuanya merupakan
unsur pokok maupun unsur penunjang dalam berjalannya kepariwisataan, maka
dari itu sangat cocok bahwa Kota Surakarta sebagai destinasi wisata. Unsur
23
kepariwisataan yang tersedia memberikan kemudahan, kenyamanan dan
keamanan dalam dan selama melakukan kunjungan wisata ataupun kegiatan
lainnya.
Kota Surakarta sebagai destinasi wisata di Indonesia tentunya selalu
mengadakan pembaruan yang berkaitan dengan kepuasan wisatawan, dimana
kepuasan akan mendorong untuk melakukan kunjungan kembali. Pembaruan
disini dimaksudkan kepada obyek wisata yang ditata ulang ataupun pembenahan
dengan sedemikian rupa. Akibat adanya pembaruan akan terciptanya daya tarik
baru, apabila terdapat wisatawan yang pernah berkunjung maka tidak akan timbul
rasa bosan dan jenuh. Dalam hal pembaruan yang telah dijadikan agenda atau
event tahunan adalah atraksi wisata. Berbagai macam atraksi wisata dirancang
semenarik mungkin dan hanya ada di satu kota sehingga membuat berbeda dari
yang lain (orisinil). Atraksi wisata yang menjadi icon, yang hanya ada sekali
dalam setahun membuat calon wisatawan yang ingin menikmati liburan dengan
suguhan berbeda harus datang ke Kota Surakarta. Macam-macam inovasi
pariwisata yang dilakukan diharapkan akan mendorong semakin pesat kemajuan
Kota Surakarta sebagai destinasi wisata. Tujuan lain adanya inovasi adalah untuk
dapat bersaing dengan destinasi wisata lainnya dalam skala nasional maupun
internasional, selain itu kota yang memiliki terobosan akan banyak dilirik oleh
industri pariwisata.
24
C. Promosi Pariwisata Kota Surakarta
Promosi adalah variabel kunci dalam strategi pemasaran dan dapat
dipandang sebagai suatu unsur untuk menciptakan kesempatan-kesempatan
menguasai pasar. Kegiatan promosi tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
antara perusahaan dan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk
mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan (Otto R. Payangan 2014:63).
Daerah seperti Kota Surakarta, dimana berbagai aset-aset yang dapat
dimanfaatkan dalam rangka kepariwisataan perlu adanya perencanaan strategi
promosi yang tepat secara terintegrasi dan terpadu. Kota Surakarta yang dikenal
sebagai kota budaya, memiliki sarat akan nilai budaya adiluhung menjadi faktor
utama dalam menarik wisatawan. Seiring dengan berjalannya waktu dan tingkat
kebutuhan dalam berpariwisata, maka muncul berbagai macam faktor untuk
menarik minat wisatawan. Faktor baru yang ada menjadi tambahan dan
pendukung, selain faktor utama yang telah ada. Kota Surakarta mempunyai
berbagai potensi pariwisata yang dapat dikembangkan dan terus digali untuk
upaya pembaruan.
Mata rantai selanjutnya sangatlah penting ketika potensi yang sudah ada
dan mulai berkembang, maka diperlukan usaha dalam kaitanya dengan
memasarkan potensi tersebut melalui strategi promosi. Promosi yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota Surakarta dapat menginformasikan dan meyakinkan kepada
masyarakat luas tentang produk dalam bentuk barang ataupun jasa. Joko Widodo
sewaktu menjadi Walikota Surakarta dalam sambutannya saat melantik pengurus
Badan Promosi Pariwisata Daerah Solo (BPPIS), menjelaskan bahwa anggaran
25
dalam promosi dan promosi itu sendiri tidak bisa dilakukan dengan setangah-
setengah. Akibat dari promosi yang tidak dilakukan secara penuh menimbulkan
dampak tidak jadi terlaksananya kegiatan promosi. Banyak negara yang mencapai
sukses karena berhasil dalam melakukan promosi. Terkait anggaran untuk dana
promosi wisata dapat berasal dari banyak sumber, seperti penyisihan pajak (tax
refund) hotel dan restoran serta sponsorship dari kalangan swasta. Selama ini,
untuk kebutuhan promosi BPPIS bergantung pada dana hibah Rp.50 juta/tahun
dan pihak swasta (m.solopos.com/2012/07/24/promosi-solo-bppis-dilantik-
walikota-minta-fokus-pada-segmen-pasar-204087, diakses 22 April 2015).
1. Manajemen Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta
Kota Surakarta dikenal sebagai salah satu tujuan wisata yang menyuguhkan
berbagai tempat wisata menarik. Berbagai jenis wisata yang telah diklasifikasikan
membuat wisatawan dapat dengan mudah memilih wisata yang cocok selama
kunjungannya. Hal yang dapat membuat calon wisatawan dalam berkunjung
didapatkan dari berbagai macam informasi yang dihimpun dalam rangka kegiatan
pariwisata ke Kota Surakarta.
Kota Surakarta dengan potensi wisata yang dimiliki dapat bersaing dengan
kota wisata lainnya yang ada di Indonesia, hal ini diakibatkan karena munculnya
jenis-jenis wisata baru yang menarik dan belum ada di tempat lain.
Memperkenalkan berbagai wisata yang ada di Kota Surakarta, membutuhkan cara
yang yang kreatif sehingga menjadi pendorong untuk menarik minat kunjungan
wisata. Dalam hal ini yang dilakukan adalah melalui kegiatan promosi, dimana
promosi dengan cara berbeda memberikan gambaran yang berbeda mengenai
berwisata di Kota Surakarta.
26
Promosi yang dilakukan berhubungan erat dengan pengembangan
Pariwisata Kota Surakarta, karena secara langsung ataupun tidak langsung
keberhasilan dalam mempromosikan potensi wisata akan berdampak dalam
pengembangan selanjutnya untuk lebih mengoptimalkan apa yang telah
dipromosikan. Langkah-langkah pengembangan pariwisata semakin nyata pada
era kepemimpinan Joko Widodo, yang berlatar belakangkan di dunia bisnis
sebagai pengusaha mebel maka memahami prinsip-prinsip memasarkan produk ke
konsumen. Kota Surakarta diperlakukan seperti halnya produk yang perlu
dipasarkan sehingga menjadi kota yang memiliki daya tarik yang kompetitif di
masyarakat.
Promosi yang telah dilakukan yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Surakarta dengan dinas lainnya di luar kota maupun di luar negeri. Kerjasama
antar berbagai bidang dan khususnya bidang pariwisata di lakukan dalam macan
sektor, kaitannya untuk dapat memberikan informasi dan menarik wisatwan dalam
kunjungan di Kota Surakarta. Macam kerjasama yang telah dilakukan dengan
dinas lain di luar Kota Surakarta, seperti dengan dinas di Bandjarmasin, Jakarta,
Surabaya, Malang, dan Denpasar serta Batam dengan dinas ketenagakerjaan dan
badan penanaman modal (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).
Pemerintah Kota Surakarta telah menerapkan makro desain dalam
pengembangan pariwisata. Makro desain ini adalah sinergisitas antara tiga unsur
penting yang meliputi manajemen produk, manajemen branding dan manajemen
konsumen. Ketiga unsur tersebut harus saling bersinergi dan melengkapai satu
sama lain, karena menjadi hambatan apabila salah satu unsur tidak dapat berjalan
27
secara beriringan. (www.yusufabdurrohman.com/2014/12/strategi-
pengembangan-pariwisata-solo.html, diakses 22 April 2015)
a. Manajemen Produk
Manajemen produk merupakan cara dalam mengelola dan menyiapkan
berbagai potensi wisata yang ada, seperti objek wisata, event/kegiatan wisata dan
sarana prasarana yang menjadi pendukung berjalannya kepariwisataan. Selain
potensi wisata yang telah ada, manajemen produk juga menggali dan
mengembangkan daya tarik wisata dengan inovasi dan terobosan yang membuat
produk wisata memiliki perbedaan dengan produk lainnya.
Produk yang telah di manajemen yang baik akan memberikan kesan yang
baik dan teringat di masyrakat dan wisatawan. Banyak macam produk wisata yang
di tata dan dikelola dengan sangat baik di Kota Surakarta. Seperti contoh
“produk” atraksi wisata dalam bentuk event/ kegiatan wisata yang telah berjalan
dengan sukses dan meriah antara lain Solo International Perfoming Art (SIPA),
Solo International Ethnic Music (SIEM), Mangkunegaran Perfoming Art (MPA),
Solo Batik Carnival (SBC), dll. Semuanya merupakan produk atraksi wisata yang
memiliki latar belakang masing-masing dalam penyelenggaraannya.
b. Manajemen Branding
Manajemen branding dalam sebuah produk bertujuan untuk
memperkenalkan dan menginformasikan produk yang dimiliki agar diingat
masyarakat. Images mengenai daerah tujuan wisata akan memiliki kekhasan yang
menjadi identitas. Branding yang dilakukan di Kota Surakarta sejalan dengan
upaya promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah kota. Beberapa
branding berupa tagline “Solo The Spirit of Java” dan “Lets Go to Solo”
28
memberikan gambaran identitas dan sebagai ajang promosi untuk kunjungan
wisata dan lainnya dalam berbagai produk. Selain dalam bentuk tagline, branding
yang dilakukan adalah melalui berbagai event/kegiatan wisata. Kota Surakarta
sempat dihebohkan oleh berbagai tindakan teror dan dengan adanya
event/kegiatan wisata memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan agenda
tahunan berjalan dengan lancar dan aman. Membranding sebuah kota berkaitan
dengan produk yang ada dan yang dihasilkan ataupun membuat produk baru yang
mencirikhaskan wisata di kota tersebut. Kota Surakarta membuat produk baru
yang ditawarakan kepada masyarakat dan hanya ada di satu kota di Indonesia
adalah produk Kereta Uap (Sepur Kluthuk) Jaladara, Railbus Bathara Kresna dan
Bus Tingkat Werkudara.
Produk yang dikeluarkan sejalan dengan konsep yang dikembangkan oleh
Pemerintah Kota Surakarta yaitu “Solo masa lalu adalah Solo masa depan” yang
mempunyai maksud berbagai potensi wisata lama dikemas dengan inovasi baru
agar menjadi daya tarik wisata.
c. Manajemen Konsumen
Manajemen konsumen adalah untuk mengetahui dan memahami yang
diinginkan oleh pasar atau konsumen, sehingga pangsa pasar yang dituju
diketahui dan pengelolaan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan serta adanya
hubungan dalam jangka panjang. Konsumen merupakan tolak ukur yang dapat
dijadikan indeks dalam berbagai pertimbangan seperti tingkat kepuasan
konsumen.
Konsumen merupakan target dalam pemasaran selain profit yang
didapatkan. Berkaitan dengan manajemen konsumen, dalam rangka memenuhi
29
kebutuhan pasar sesuai tingkat kebutuhan masyarakat modern di Indonesia
khususnya Kota Surakarta adalah melalui aplikasi city guide. Aplikasi City Guide
Solo Destination merupakan salah satu contoh dalam mewujudkan kebutuhan
wisatawan dan masyarakat yang berlandaskan efektif dan efisien di era serba
modern.
Manajemen yang biasanya hanya dikenal di kalangan perekonomian, telah
merambah ke dunia pariwisata. Manajemen pariwisata khususnya dalam cakupan
tiga unsur tersebut dapat menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tentunya
dapat megembangkan dan memajukan Kota Surakarta.
Peningkatan ini dibuktikan dengan berhasilnya Kota Surakarta menyabet
dua penghargaan sekaligus dalam penganugerahan Indonesia Tourism Award
(ITA) 2010 yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
(Kemenbudpar) dengan dinobatkan sebagai “Kota Terfavorit” yang dikunjungi
wisatawan dan juga menyandang “Kota dengan Pelayanan Terbaik”
(m.kompasiana.com, diakses tanggal 22 April 2015).
2. Media Promosi Pariwisata Kota Surakarta
Media yang digunakan dalam memasarakan produk dari suatu “brand”
memerlukan strategi promosi yang tepat pada sasaran karena tidak ada produk
yang sukses tanpa melakukan promosi (theforwarnews.blogspot.com, diakses
tanggal 22 April 2015).
Kota Surakarta sekarang ini gencar-gencarnya melakukan promosi
pariwisata dan jauh dari itu pada tahun 2010 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) membentuk Badan Promosi Pariwisata guna merelisasikan program
pariwisata “Solo Tourism Board” sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang yang
30
mengamanatkan tiap kota dan kabupaten di Indonesia untuk mempromosikan
potensi pariwisata.
Pangsa pasar yang luas merupakan tujuan dari promosi dalam kaitannya
menginformasikan dan memperkenalkan potensi wisata. Promosi dapat terhambat
karena berbagai macam faktor, salah satunya faktor klasik yaitu pendanaan dan
luas area promosi. Tidak menjadi hambatan kembali apabila pihak-pihak yang
bersangkutan dalam mempromosikan daya tarik wisata serius menanganinya.
Menjadi perlu diperhatikan, promosi yang dilakukan perlu menggunakan strategi
berupa media alternatif dalam mempromosikan. Media promosi yang digunakan
haruslah terpadu, konsisten dan teritegrasi sehingga promosi yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik dan tidak sia-sia dalam proses serta hasilnya. Media promosi
yang beragam telah banyak ditemukan dan mengalami perkembangan yang
signifikan, sehingga faktor klasik dapat diminimalisir.
Kota Surakarta melakukan berbagai cara promosi dengan macam-macam
media yang digunakan. Media promosi yang digunakan pihak-pihak terkait telah
diperhitungkan agar dapat menarik sebanyak mungkin wisatawan. Ragam media
yang digunakan dalam melakukan promosi dapat dibagi menjadi empat kategori
agar dapat menjangkau ke seluruh lapisan, antara lain promosi media cetak,
promosi media elektronik, promosi media internet dan promosi media produk dan
road show (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).
a. Promosi Media Cetak
Promosi media cetak merupakan cara yang paling banyak digunakan, karena
promosi dengan jenis ini mempunyai kelebihan dalam penjangkauan oleh semua
31
kalangan selain itu dengan media cetak konsumen sudah terbiasa mendapatkan
informasi pariwisata melalui ini. Media cetak yang digunakan seperti spanduk dan
banner yang terdapat di jalan protokol di Kota Surakarta seperti Jalan Slamet
Riyadi, iklan di koran seperti Koran Solopos, pamflet dan leaflet yang dirancang
oleh Disbudpar Kota Surakarta serta sticker yang disebar sewaktu event/kegiatan
wisata.
Semua jenis promosi media cetak memiliki kelebihan dan kekurangan, yang
tentuya kekurangan ini harus dapat diminimalisir sedini mungkin sehingga
promosi yang dilakukan dapat diterima dan menimbulkan efek balik sesuai
dengan awal tujuan promosi yang dilakukan. Kota Surakarta melakukan promosi
melalui media cetak berupa leaflet yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, dimana leaflet ini tersedia dalam berbagai bahasa dan ragam obyek
wisata serta potensinya. Leaflet dibuat semenarik mungkin dan sesuai dengan
aslinya, walaupun dengan semakin majunya teknologi yang dapat membuat
gambaran obyek wisata menjadi lebih baik namun dalam hal ini tidak
menghilangkan kondisi sebenarnya.
32
Iklan di koran, dengan ini jangkauan untuk mempromosikan lebih luas pada
semua kalangan. Promosi melalui iklan di koran yang sudah mempunyai banyak
pembaca tentunya lebih memiliki prospek yang bagus. Iklan di koran tidak hanya
dilakukan di dalam kota saja, melainkan juga di luar kota dalam rangka
memperluas sebaran informasi. Koran juga menjadi partner pemerintah Kota
Surakarta dalam mempromosikan agenda wisata yang akan terselenggara. Media
cetak lainnya yang menjadi alat promosi berupa katalog, katalog ini dikeluarkan
oleh Disbudpar Kota Surakarta yang berisi tentang agenda pariwisata tahunan.
Diharapkan dari adanya katalog, calon wisatawan dapat mengetahui agenda
event/kegiatan pariwisata dalam satu tahun dan menjadi souvenir.
b. Promosi Media Elektronik
Promosi dengan media ini menjadi salah satu cara ampuh untuk
melancarkan pemasaran produk. Promosi melalui media elektronik adalah
Gambar 1. Promosi Media Cetak via Baliho
Sumber : Brosur Disbudpar Kota Surakarta
33
menggunakan televisi ataupun radio. Promosi menggunakan media elektronik ini
membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, seperti halnya menggunakan televisi.
Perkembangan pariwisata nasional, mendorong stasiun televisi dalam
membuat program acara yang berlatar belakangkan pariwisata maupun film yang
berlatar bekangkan sosial budaya ataupun daerah wisata. Dikemas secara atraktif
dan dengan berbagai jenis alur cerita membuat program acara pariwisata ataupun
film diminati penonton. Program acara yang mengeksplore potensi wisata di
Indonesia yang belum banyak diketahui secara nasional, akan berdampak pada
daerah dimana potensi wisata itu berasal menjadi lebih dikenal. Tanpa disadari,
hal ini memberikan dampak secara tidak langsung dalam mempromosikan
pariwisata di daerah. Kota Surakarta telah banyak diliput oleh televisi nasional
maupun internasional karena banyaknya agenda kegiatan/event pariwisata yang
terselenggara. Melalui cara inilah secara tidak langsung mengenalkan pariwisata
lebih luas. Dilain pihak, televisi lokal juga turut andil dalam memasarkan dan
mempromosikan potensi wisata di Solo Raya khusunya Kota Surakarta, seperti
Sumber : Citizen 6
Gambar 2. Promosi Media Elektronik via Televisi Naional
34
pada acara bertemakan wisata dan liburan yang disiarkan oleh TATV (Terang
Abadi Televisi).
c. Promosi Media Internet
Promosi media internet adalah kemajuan dari cara berpromosi melalui
media elektronik. Promosi menggunakan internet dilatar belakangi oleh semakin
meningkatnya pengguna internet dan kebutuhan akan informasi yang cepat dan
mudah diakses. Perkembangan teknologi telah merubah segalanya yang dulu
hanya digunakan untuk berbisnis sekarang dapat digunakan dalm bidang
pariwisata. Pengguna internet akan mendapatkan berbagai macam informasi dari
seluruh penjuru dunia tanpa danya batasan jarak.
Sumber : youtube.com
Gambar 3. Promosi Media Elektronik via Youtube
35
Promosi melalui media internet biasanya dalam bentuk website, aplikasi
ataupun media sosial yang pada dasarnya memasarkan produk pariwisata secara
luas. Kota Surakarta sebagai kota modern yang maju dalam penggunaan promosi
melalui media internet. Tuntutan akan semakin majunya teknologi promosi dan
ketatnya persaingan dalam industri pariwisata. Media internet dalam bentuk
website dan media sosial penggunaanya digemari oleh calon wisatawan dalam
mencari informasi mengenai tempat wisata. Dalam bentuk website dengan situs
www.surakarta.go.id masyarakat dan calon wisatawan dapat menemukan berbagai
macam informasi mengenai wisata di Kota Surakarta. Melalui media sosial,
promosi yang dilakukan dapat secara interaktif dengan konsumen dan lebih
personal. Kota Surakarta juga menggunakan media sosial facebook, twitter serta
aplikasi dalam menyebar luaskan informasi mengenai macam potensi dan agenda
kegiatan/event pariwisata. Sistem kepengelolaan melalui soial media, beberapa
akun facebook dan twitter di kelola oleh swasta dalam hal ini masyarakat dan
komunitas di Kota Surakarta. Akun facebook juga ada yg dikelola oleh tempat
wisata langsung seperti Wayang Orang Sriwedari yang membagikan jadwal
pentas wayang orang dengan judul ceritanya. Disisi lain, akun twitter kebanyakan
malah dikelola oleh pihak luar seperti akun @soloupdate dan @solothok.
36
d. Promosi Media Produk
Adalah promosi yang dilakukan melalui sebuah produk yang dihasilkan.
Produk dalam hal ini berkaitan dengan pariwisata yang tentunya dapat dirasakan
dan menjadi pengalaman atau kenangan. Promosi dengan media produk seperti
sarana prasarana, paket wisata, oleh-oleh dan atau souvenir. Kota Surakarta yang
jika diibaratkan sebagai sebuah produk, maka sudah berbagai macam jenis produk
yang dihasilkan dari segi produk barang maupun jasa. Produk yang fresh atau
baru menjadi inovasi dan terobosan yang menjadi andalan dalam menarik minat
wisatawan ke Kota Surakarta. Sarana dan prasarana yang menjadi media produk
andalan Kota Surakarta, seperti Bus Tingkat Werkudara, Sepur Kluthuk Jaladara,
Railbus, becak, city work, taman balekambang dan lain sebagainya. Paket wisata
dapat diambil contoh banyak diprodukasi oleh tour lokal yang membuat paket
wisata menyusuri dan merasakan langsung kehidupan masyarakat sehari-hari
Gambar 4. Promosi Media Produk berupa oleh-oleh khas Kota Surakarta
Sumber : Serabi Notosuman
37
ataupun wisata sejarah. Oleh-oleh atau souvenir yang menjadi ciri khas dan
hanya dapat ditemukan di satu tempat ada di Kota Surakarta adalah serabi
notosuman, ampyang, ledre, gangsingan dan lain sebagainya.
e. Road Show
Merupakan salah satu strategi promosi dengan menggunakan media
komunikasi yang berbeda yaitu melalui pendekatan. Road show yang dilakukan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta adalah dengan mendatangi
dinas pariwisata di luar kota ataupun diluar negeri untuk mempromosikan
pariwisata Indonesia kususnya Kota Surkarta. Selain itu, dengan mengajak atau
mengundang pelaku pariwisata (stakeholder) untuk datang dan mencoba berbagai
macam wisata yang ada (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).
Berbeda lagi dengan salah satu cara yang telah menjadi event tahunan dalam
mempromosikan, menawarkan, dan menjual pariwisata Kota Surakarta yaitu
Bengawan Travel Mart (BTM). Pada acara BTM diundang buyer and saler atau
pembeli dan penjual produk wisata dari berbagai kota di Indonesia.
Gambar 5. Road Show Acara Bengawan Travel Mart (BTM) 2012
Sumber : Solopos.com
38
Promosi yang dilakukan merupakan pengelolaan atau manajemen, yang
kemudian di implementasikan dengan adanya kegiatan atau event kreatif yang
penyelenggaraannya sesuai dengan slogan pariwisata “Solo,The Spirit of Java”
maupun slogan lainnya yang berkaitan dengan visi misi Pemerintah Kota
Surakarta. Sesuatu yang berbeda akan ditemukan dan dirasakan ketika wisatawan
berkunjung ke Kota Surakarta, sehingga akan menimbulkan second visit atau
kunjungan selanjutnya dan ini merupakan tujuan dalam hal loyalitas.
Promosi yang dilakukan tidaklah berjalan dengan sendirinya melainkan saling
kerjasama di antara daerah sekitar kota yang terdiri dari Surakarta, Boyolali,
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten
(SUBOSUKAWONOSRATEN) atau dikenal dengan Solo Raya. Kerjasama
dalam rangka mempromosikan potensi wisata di Solo Raya, dibahas dalam Forum
Pariwisata Solo Raya yang diadakan setiap bulannya dan ada MOU Solo
Surrounding (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas Pariwisata
Kota Surakarta 21 Mei 2015).
Top Related