20
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Biografi dan Latar Belakang Dakwah Hasan Al-Banna
1. Biografi Hasan Al-Banna
Imam Syahid Hasan bin Ahmad Abdurrahman Al-Banna sering disebut
dengan Hasan Al-Banna. Beliau lahir pada tahun 1906 di kota Mahmudiyah,
pada bulan Oktober. Ia tinggal di lingkungan yang sederhana di sebuah kota
kecil yang berdiri di tepi cabang sungai Rasyid, yang berhubungan ke sungai
Nil. Nama kota tersebut adalah „Al-Mahmudiyah Buhayrah‟. Ia tepat berada di
tengah-tengah antara jalan utara menuju Iskandaria, dan jalan selatan menuju
Kairo (Al-Jundi, 2003; 24).
Ayah Hasan Al-Banna bernama Syaikh Abdurrahman Al-Banna yang
dikenal dengan As-Sa‟atii (si tukang jam). Syaikh Abdurrahman bekerja
sebagai pembuat dan tukang memperbaiki jam. Ahmad Abdurrahman adalah
khatib Masjid di Mahmudiyah. Baliau seorang hafizh Al-Qur‟an, ulama hadits,
dan mempunyai banyak karya tulis dalam bidang hadits. Setiap hari ia belajar
hadits dan menelusuri musnad-musnadnya. Sejak saat itu, ia mulai cenderung
mencurahkan pehatiannya kepada Musnad Ahmad Ibn Hanbal, yang
dianggapnya sebagai ensiklopedi Sunnah Rasul tersebut ( Al-Jundi; 24).
Sejak Hasan Al-Banna masih kecil ia dididik ayahnya untuk disiplin
ilmu pengatahuan dan pedidikan Islam. Karena ayahnya mempunyai keinginan
yang kuat kepada putranya untuk menjadi seorang pendakwah. Maka, Ayahnya
menyuruh putranya untuk menghafal Al-Qur‟an seluruhnya, sehingga ia tidak
21
mengizinkan putranya untuk melanjutkan sekolah dasar kecuali setelah berjanji
akan menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an dari rumah (Ustman, 2000; 177).
Perpustakaan dirumah dapat memberikan motivasi yang sangat kuat
kepada Hasan Al-Banna untuk belajar membaca dan menghafal.Sehingga ilmu
yang didapat Hasan Al-Banna melebihi batas-batas kurikulum sekolah.Selain
itu Ahmad Abdurrahman juga menyuruh putranya untuk menghafalkan matan
(teks ringkas) kitab. Maka dari matan ini Al-Banna dapat belajar tentang
berbagai ilmu pengetahuan. Dan selain menghafal matan Al-Banna juga di
ajari keterampilan mereparasi jam. Dari sinilah Al-Banna belajar tentang
ketelitian dan kesabaran (Utsman; 178).
Hasan Al-Banna mulai masuk sekolah di Madrasah Ar-Risyad, di
sekolah ini mendapatkan ilmu dari gurunya yang bernama Muhammad Zuhran.
Beliau seorang guru sekaligus pemilik Madrasah Ar-Risyad. Di sekolah ini Al-
Banna memperoleh ilmu yang sangat bagus dan sesuai dengan apa yang
ayahnya inginkan. Ilmu yang diperoleh Al-Banna yaitu dia disuruh menghafal
dan memahami hadist-hadist Nabi yang telah ia pelajari. Hal itu dilakukan
setiap pekan sekali pada akhir jam pelajaran, yakni pada hari kamis. Namun
sebagian besar hadist-hadist yang dihafalkan itu benar-benar melekat dalam
otak sejak saat itu (Al-Banna, 2013; 4).
Belum selesai Hasan Al-Banna belajar untuk menghafalkan Al-Qur‟an.
Sang Ustadz tidak dapat mengelola madrasah sehingga beliau menyerahkan
kepada ustadz-ustadz yang lain. Dengan adanya pergantian ustadz sehingga.
membuat Hasan Al-Banna tidak sabar.Sehingga membuat ayahnya untuk
memindahkan Hasan Al-Banna ke Madrasah I‟da>diyah.Meskipun hafalan Al-
22
Qur‟annya belum selesai dan belum dapat mewujudkan keinginan ayahnya
itu.Karena keinginan Ayahnya yang begitu kaut.Akhirnya Al-Banna
mengambil jalan keluar, yaitu hafalan Al-Qur‟an diselesaikan
dirumah.Meskipun tetap belum selesai dan Al-Banna sudah harus masuk
sekolah di Madrasah I‟da>diyah. Maka, Al-Banna harus membagi waktu untuk
pelajaran sekolah di siang hari, dan aktivitasnya sepulang sekolah hingga
waktu isya‟.Mengulang pelajaran sekolah hingga menjelang tidur, dan
menghafal Al-Qur‟an setelah sholat subuh hingga berangkat kesekolah.
Kegiatan ini ia lakukan setiap hari demi mewujudkan keinginan Ayahnya.
Ketika baru berusia 13 tahun Hasan Al-Banna masuk ke Madrasah Al-
Mu‟allimin. Sebenarnya usia Al-Banna belum bisa masuk ke Madrasah ini
karena kepandaiannya dalam menghafal maka Ustadz Basyir Ad-Dasuqi Musa,
beliau sebagai kepala di Madrasah Al-Mu‟allimin memberikan dispensasi
kepada Al-Banna dengan tidak mempersoalkan usia. Namun beliau tetap
menyuruh Al-Banna untuk melaksanakan beberapa tes yaitu tes tulis dan lisan.
Akhirnya ia pun berhasil menyelesaikan dan lulus. Sejak itu ia menjadi salah
satu siswa di Madrasah Al-Mu‟allimin Al-Awwaliyah di Damanhur (Al-Banna:
12).
Pada tahun 1923 ia melanjutkan pendidikannya di Darul Ulum Kairo.
Disinilah ia banyak mendapatkan wawasan yang luas dan mendalam.
Pendidikannya di Darul Ulum diselesaikan pada tahun 1927 M, dengan hasil
yang memuaskan, menduduki rangking pertama di Darul Ulum dan rangking
kelima di seluruh Mesir dalam usianya yang baru menginjak 21 tahun.
(harakatuna. 2014: http://harakatuna.wordpress.com).
23
Hasan Al-Banna meninggal pada tanggal 12 Februari 1949, Beliau
tertembak polisi rahasia Mesir karena dituduh terlibat dalam pembunuhan Al-
Nuqrasa Phasa tahun 1948. Namun di lain sisi alasan terbunuhnya Hasan Al-
Banna adalah terkait dengan pernyataannya bahwa teror merupakan cara yang
tidak bisa diterima oleh Islam.
Adapun beberapa karya-karya Hasan Al-Banna, antara lain:
a. Mudzakkirat Ad-Da’wah Wa-Da>i’yah’ buku ini menjelaskan
tentang kehidupan pribadi Hasan Al-Banna dan kegiatan Ikhwanul
Muslimin.
b. Risalah-Risalah Hasan Al-Banna Menuju Sinar Terang
Buku ini merupakan kelanjutan dari buku yang berjudul ba‟iat,
jihad, dan dakwah, termasuk rangkaian dari risalah-risalah Hasan
Al-Banna yang terkumpul dalam kitab Majmuatu Rasa>il Al-Imam
Al-Syahid Hasan Al-Banna. Buku ini mengambil satu judul dalam
kitab tersebut yaitu ar-Rasail ats-Tsalas, yang memuat tiga sub
judul: Da‟watuna (dakwah kita), Ila> Ayyi Syaiin Nad’u An-Na>s
(kemana kita mengajak manusia?), dan Nahwa An-Nu>r (menuju
sinar terang).
Pada bagian pertama, Hasan Al-Banna berbicara tentang dakwah,
Negara, dan sikap terhadap perbedaan pendapat (khilafiyah). Bagian
kedua berisi tujuan hidup yang berpegang pada Al-Qur‟an, yang
mana tujuan ini mendasari seluruh aspek kehidupan, terutama
agama, Negara, dan masyarakat. Bagian ketiga berisi tentang
hubungan islam dengan berbagai aspek kehidupan.
24
c. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1
Buku ini berjudul Majmu‟ah Rasail (kumpulan risalah), karya Imam
Syahid Hasan Al-Banna. Sesuai dengan namanya, buku ini berisi
kumpulan surat, makalah dan transkip pidato yang pernah
disampaikan oleh Hasan Al-Banna sepanjang hayatnya di medan
dakwah dan jihad. Keistimewaan buku ini terletak pada
keistimewaan penulisnya dengan gerakan dakwah yang dirintisnya,
yakni Ikhwanul Muslimin.
Tentang siapa dan bagaimana sosok Hasan Al-Banna sendiri telah
dijelaskan dalam salah satu bagian buku ini.Ia dipandang sebagai
tokoh pembaharu islam yang layak disejajarkan dengan tokoh-tokoh
pembaharu yang muncul pada masa-masa sebelumnya. Dengan
seluruh karakter yang melekat pada dirinya, kiranya dia layak
menjadi representasi dari tokoh kebangkitan islam abad 20.
2. Latar Belakang Sosial Mayarakat Mesir
Awal mula Hasan Al-Banna berdakwah yaitu dengan melihat kondisi
Mesir saat itu jauh dari ajaran-ajaran Islam. Pada waktu itu masyarakat Mesir
masih menikmati duniawi seperti memasuki kedai-kedai kopi. Sehingga Al-
Banna mengadakan dakwah di wilayah Mesir dengan tujuan agar memiliki
perubahan dalam kebaikan menuju cita-cita yang diinginkan Al-Banna.
Tempat-tempat yang dikunjungi Al-banna selain di kedai-kedai kopi, antara
lain:
25
a. Dakwah di Port Said
Di Ismailia terhadap kota kecil yang bernama Port Said. Di kota ini
ada seorang pemuda ang bernama Ahmad Afandi Al-Mashri. Pemuda ini
tnggal di Ismailia kare aia sedang bekerja, selain bekerja ia juga
mengikuti sebuah kajian dan bimbingan, sehingga ia berba‟iat untuk
menjadi anggota ikhwan (Al-Banna, 2013: 150).
Setelah selesai menjalankan tugas dan kewajibannya di Ismailia
pemuda ini kembali ke asalnya yaitu Port Said. Setiba disana Ahmad
Afandi mengemban misi dakwah yang telah ia peroleh di Ismailia.
Karena keinginannya yang kuat dalam berjuang dan berkorban di jalan
dakwah akhirnya teman-teman Ahmad Afandi ikut bergabung karena
mereka percaya dengan dakwah ini sehingga terbentuklah sebuah
kelompok ikhwan (Al-Banna, 150).
Di salah satu tempat zawiyah (semacam ruang majelis taklim) yang
terbesar di Port Said, Ahmad Afandi dan teman-temannya berdiskusi
tentang berbagai masalah dakwah. Dalam diskusi itu Ahmad Afandi
meminta agar Hasan Al-Banna dapat mengunjungi pemuda di Port Said
untuk menyampaikan dakwah. Al-Banna merasa senang ketika mendapat
undangan dari pemuda Port Said, karena tujuan Al-Banna ingin
mengajak masyarakat Port Said berjihad di jalan dakwah (Al-Banna,
151).
Perjalanan Hasan Al-Banna untuk menjalankan dakwah di Port Said,
tiba-tiba Al-banna tenggorokannya sakit. Meskipun sedang sakit Al-
banna tidak pantang menyerah ia tetap melanjutkan perjalanannya dri
26
Ismailia ke Port Said. Karena semangatnya al-banna dalam menjalankan
ibadah allah swt telah memberikan keajaiban yaitu al-banna merasa sakit
yang dideritanya sudah sembuh. Akhirnya Al-Banna mulai
menyampaikan dakwah kepada masyarakat Port Said hingga selesai. (Al-
Banna, 2013: 152).
b. Dakwah di Suez
Awal mula dakwah di Suez. Saat itu Hasan Al-Banna berkunjung di
Suez untuk mengunjungi Ustadz As Sayyid Muhammad Al-Hafizh At-
Tijani dan juga melihat sebagian dari teman-teman da para mudarris
(guru) disana. di tempat itu ada seorang tokoh yang bernama Fadhilatul-
Ustadz Syaikh Muhammad Abu As-Su‟ud. Ia seorang hakim pengadilan
agama. Disana beliau memunculkan gerakan ilmiah dan amal yang cukup
bagus (2013: 155).
Hasan Al-Banna di Suez bertemu dengan para ulama yang biasanya
mengadaakan mudarasah dan mudzakirah (kajian dan diskusi) serta
memberikan nasihat dan bimbingan depada umay. Al-Banna
mengunjungi ulama di sebuah masjid yang bernama Al-Gharib, selain itu
Al-Banna juga bertemu dengan Ustadz Muhammad Al-Hadi Athiyh, ia
seorang advokad peradilan agama. Serta teman dekat Al-Banna yang
bernama Muhammad Hasan As-Sayyid rahimahullah (2013: 156).
Kunjungan kedua Hasan al-Banna ke Suez yaitu ingin bertemu
dengan saudara Ustadz Muhammad AT-Thahir Munir Afandi, saudara
Syaikh Abdul Hafizh, serta saudara Syaikh Afifi As-Syafi‟i. Al-Banna
dan para ulama yang lain membicarakan tentang kemusyakilan atau
27
paradox yang dikemukakan oleh Syaikh Abdu; Hafidz tentang Al-
Qur‟an. Dengan adanya ini perbincangan yang membahas kemusykilan
sehingga membuat para ulama yang mendengarkan perdebatan ilmiah
ada yang menangis, atau bertaubat, beristighfar, dan akhirnya mereka
memperbarui tobat, menguatkan bai‟at.
Dengan adanya dakwah ini Suez mempunyai beberapa cabang
dakwah yang berkembang misalnya Bahr Ahmar di Gngga hardalah,
cabang Ra‟rs Gharib, cabang Qhashir, cabang Safajah, dan seterusnya.
Terbentuknya sebuah dakwah yang mulia akhirnya membuat masyarakat
Suez mempunyai jiwa yang bersih dan hati yang mulia (2013: 156).
c. Dakwah di Kairo
Selanjutny hasan al-Banna berkunjung ke Kairo. Di kairo ada sebuah
madrasah yang bernama “At-Tijarah Mutawassithah” (sekolah menengah
perdaganagan) yang terletaj di jl. Al-Falaki, disekolah ini telah terbentuk
sebuah organisasi keagamaan. Organisasi ini dipelopori oleh siswa yang
bernama Abdur Rahman As-Sa‟ati dan Muhammad Sa‟di Al-Hakim,
serta teman-teman yang senantiasa memelihara shalat serta m yang
memahami rintangan yang mereka hadapi. Namun mereka tidak putus
asa dalam menjalankan tugas ini dengan penuh kesabaran (2013: 158).
Begitu bertanggung jwab dan penuh dengan rasa cinta yang
mendalam kedua pemuda yang telah lulus sekolah. Akhirnya kedua
pemuda ini membentuk sebuah organisasi keIslaman yang dinamakan
organisasi Jamiyah Hadharah Al-Islamiyah (organisasi peradaban
Islam).
28
Dari ke enam tempat yang telah dikunjungi Hasan Al-Banna. Tempat-
tempat ini mengalami perubahan. Masyarakat Mesir yang awalnya hanya
menikmati kehidupan duniawinya. Setelah adanya dakwah Al-Banna masyarakat
Mesir mulai tergugah hati dan fikirannya sehingga mereka mulai mejalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya. Yang dulunya mereka hanya memasuki
kedai-kedai kopi mereka mulai bekerja dan menjalankan ibadah seperti yang telah
diperintahkan Allah swt.
B. Prinsip-Prinsip Dakwah Hasan Al-Banna
Dakwah dalam pengertian keagamaan Islam adalah memasukkan aktifitas
tabligh (penyiaran), tatbiq (penerapan pengalaman) dan tandhim (pengelolaan)
(Sulthon, 2003; 15). Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk mazdar
(infitinif) dari kata kerja da‟a (دعا) yad‟u>)يدعو( dimana kata dakwah ini sekarang
sudah umum dipakai oleh pemakai bahasa Indonesia, sehingga menambah
perbendaharaan bahasa Indonesia. (Munsyi, 1981; 11).
Menurut Pimay (2005; 13) dakwah secara harfiyah bisa diterjemahkan
menjadi: “seruan, ajakan, panggilan, undangan, pembelaan, permohonan (do‟a).
sedangkan secara terminologi, dakwah adalah mengajak umat manusia dengan
hikmah kebijakkan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya (Ya‟qub,
1973; 9).
1. Mengajak Masyarakat Mesir Untuk Mempelajari Ajaran Islam
Munculnya dakwah yang dilakukan Hasan Al-Banna yaitu ketika Al-
Banna melihat fenomena yang terjadi di Kairo. Bahwa kehidupan masyarakat
Mesir yang jauh dari ajaran islam dan akhlak islam. Tidak jauh beda dengan
29
berita-berita yang beredar di Mesir. Di Mesir banyak berita yang bertentangan
dengan norma-norma agama, dan adanya kebodohan masyarakat Mesir tentang
hukum-hukum agama. Sehingga dengan adanya berita yang seperti ini Al-
Banna mengadakan dakwah di Mesir agar mereka mengetahui betapa
pentingnya mempelajari Islam, norma-norma agama dan hukum-hukum
agama. Dakwah disampaikan Hasan Al-Banna berupa bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah, Al-Banna mengajak masyarakat Mesir untuk
beribadah kepada Allah dengan cara beramar ma‟ruf nahi munkar. Kedua
bagaimana cara mempelajari norma-norma agama dan hukum-hukum agama.
Menurut Sa‟id Hawwa (1999: 35) dalam buku “Membina Angkatan
Mujadid: studi analisis atas konsep dakwah Hasan Al-Banna. Buku ini
menjelaskan tentang proses menghidupkan Islam, antara lain:
a. Menghidupkan kembali sesuatu yang kini disebut fiqih dusturi(semacam
fiqih Negara, pent) dan memformat kehidupan islam dengannya.
b. Menghidupkan kembali sesuatu yang kini disebut sebagai fiqih an-niqabah
(sistem perserikatan dagang) sehingga berbagai masalah kongsi dagang
harus berangkat dari fiqih islam dalam pelaksanaannya.
c. Menghidupkan kembali sesuatu yang kini disebut sebagai qaqanin (undang-
undang), baik menyangkut undang-undang sipil, kriminal, personal, Negara,
niaga atau lainnya, dan menformat kehidupan kaum muslimin dengannya.
d. Menghidupkan kembali sistem rumah tangga.
e. Mengembalikan dinamika kehidupan umat islam, agar dengan itu mereka
dapat melanjutkan perjuangan internasionalnya untuk menegakkan risalah
islam, agar kalimah Allah menjadi yang tertinggi di bumi ini.
30
2. Menyeru pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah
Imam Hasan Al-Banna rahimahullah mengatakan dalam prinsip ini,
bahwa Al-Qur‟anul Karim dan Sunnah yang suci adalah rujukan setiap muslim
dalam mengenali hukum-hukum Islam. Al-Qur‟an difahami sesuai dengan
kaidah bahasa Arab tanpa berlebihan dan over. Sedangkan pemahaman Sunnah
yang suci dikembalikan kepada para tokoh hadits yang mulia. (Nuh,
Muhammad,2009: http://www.eramuslim.com)
Keberhasilan dakwah Hasan Al-Banna mempunyai karakeristik seperti
yang telah dijelaskan dalam buku Memoar Hasan Al-Banna :Mudzakkiratud
Da’wah Wad Da>’iyah (2013: 345), antara lain :
a. Al-banna‟ (bersifat membangun, kontruktif). Dakwah kita adalah dakwah
yang membangun, tidak menghancurkan, dan senantiasa mengambil sisi-sisi
positif. Kareta itu, terlebih dahulu kita mesti membangun diri kita sebelum
melakukan hal-hal yang lain. Karakteristik dakwah kita yang lain adalah
keserasian antara perbuatan dengan perkataan. Karena itu kita berkewajiban
mempelajari kanun (peraturan) kita –disana terdapat penjelasan yang
memadai- kemudian mengikuti apa yang dikatakan oleh kanun tersebut.
b. Rabbaniyah (bersifat ketuhanan). Karena itu kita berkewajiban senantiasa
menjalin hubungan kita dengan Allah semaksimal kemampuan kita dengan
cara senantiasa berdzikir dan berdoa dengan doa-doa yang ma‟tsur-kalian
dapat menemukan keterangan yang cukup mengenai hal ini dalam risalah
Al-Ma‟tsurat- (sudah banyak beredar dan di antaranya adalah terbitan , Era
Intermedia, edt.).
31
c. Tajammu‟ (bersifat menghimpun). Karena itu kita wajib senantiasa
berhimpun dan memiliki kerinduan untuk saling berjumpa, serta menyadari
hak-hak persaudaraan.
d. Ihtimal wa kifah (bersifat menanggung beban dan berjuang). karena itu kita
harus merelakan diri kita mengemban beban dan berjuang. hendaklah kita
berlapang dada terhadap segala yang menimpa kita. Itulah beberapa
keterangan global, sedangkan perinciannya akan kalian ketahui nanti.
Semua itu tersimpul dalam kata, “membangun dan bekerja”, karena itu
hendaklah kalian bekerja.
Dakwah yang dilakukan Hasan Al-Banna tidak lepas dari Al-Qur‟an dan
sunnah. Karena dakwah yang disampiaka Al-Bannasesuai dengan ajaran Allah
SWT.Sehingga Al-Banna menyuruh masyarakat Mesir untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan mempelajari hadist dan sunnah.
C. Struktur Teologi Dakwah Hasan Al-Banna Terhadap Masyarakat
Mesir
Teologi dakwah hasan al-banna adalah ilmu tentang tuhan dan
hubungannya dengan alam dan manusia. Sehingga Al-Banna menyampaikan
dakwah kepada masyarakat Mesir menggunakan berberapa struktur untuk
mencapai tujuan yang Al-Banna inginkan kepada masyarakat Mesir, antara lain
lain :
1. Tauhid
32
Tauhid dalam bahasa arabadalah mashdar dari kata ي وحد –وحد–
yang berarti mengesakan. Adapun menurut istilah, tauhid adalah ت وحيدا
“meyakini akan ke-esa-an Allah -subhanahu wa ta‟ala- dalam rububiyah
(penciptaan, pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah (ikhlas beribadah
kepadaNya) dan dalam Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-Nya“.
Dan tauhid apabila dimutlakkan, maka maknanya adalah memurnikan seluruh
peribadatan hanya untuk Allah ta‟ala.
(http://whoami61.blogspot.com/p/pengertian-tauhid-di-dalam-bahasa-
arab.html).
Menurut Al-Faruqi, tauhid adalah peniadaan tuhan selain Allah (La ilaha
illa Allah). Kalimat ini sering diucapkan oleh umat islam karena kalimat ini
sangat penting dan mengandung makna yang mendalam bagi umat islam. Al-
Faruqi telah memerankan tauhid dalam pemikiran dan kehidupan manusia
menurut pandangannya. Bukan hanya dalam pemikiran saja, namun Al-Faruqi
mengintegrasikan tauhid dengan ilmu-ilmu duniawi seperti politik, ekonomi,
sosial, kemasyarakatan, sejarah, metafisik, etika, dan estetika. Dan hubungan
dengan agama-agama lain (Osman, 47).
Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa tauhid bukan sesuatu yang
berkembang. Sebaliknya, Allah telah mengutus para rasul sejak adanya umat
manusia, dan bahwa ia merupakan fondasi agama Allah dalam seluruh risalah,
serta fondasi kehidupan manusia dalam bidang ideologi, perasaan, ibadah, dan
dalam aspek aktivitas politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan skill (Ruslan,
2000: 225).
33
Menurut At-Tamimi (2013; vi) Tauhid ialah pemurnian ibadah kepada
Allah, yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan
konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi larangan-Nya
dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepadaNya.
Aqidah islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa
yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya
itu disebut tauhid. Tauhid juga menjadi inti dalam rukun iman (risdie,
Muhammad,2012: http://muhammadrusdie.blogspot.com).
Prinsip aqidah menurut Hasan Al-Banna, yaitu :
a. Ilahiyat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah SWT,
seperti sifat Allah, wujud Allah, dll.
b. Nubuwat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, dalam nubuwat ini membicarakan tentang kitab-kitab Allah.
c. Ruhiyat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
roh, jin, iblis, setan, dll.
d. Sam‟iyat yaitu sesuatu yang dilihat oleh dalil naqli yang berupa al-
qur‟an dan as-sunnah seperti alam barzah, akhirat dan azab kubur,
kiamat, surga dan neraka, dll.
Hasan Al-Banna membagi tauhid menjadi dua yaitu tauhid rububiyah dan
tauhid ilahiyah/uluhiyah.
1.a. Tauhid Rububiyah
34
Tauhid rububiyah yaitu mempercayai bahwa penciptaan yang
menciptakan langit, bumi, dan manusia adalah dzat Maha Tunggal yang tidak
mempunyai sekutu. Dia adalah pencipta, pemberi rezeki, nikmat, dan
pengatur seluruh urusan. (Al-Qardhawi, 2005: 12). Allah SWT berfirman :
يل ك و يء ش ل ى ك ل ع و ه و يء ش ل ك ق ال خ لل ا
Alla>hu kha>liqu kulli sya’i wa huwa ‘ala> kulli sya’i wa ki>l.
Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala
sesuatu. (Az-Zumar, 62).
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang telah menciptakan alam
semesta yang harus dijaga dengan baik.
ف ل ك اه ع د و ت س م ا و ه ر ق ت س م م ل ع ي ا و ه ق ز ر الل ىل ع لرض ال اف ة ب آاد ن ام م و
ي ب م ب ت ك
Wa ma> min da>bbatin fi>l ‘ardhi illa’ala>lla>hi rizquha> wa
ya’lamu mustaqarraha> wa mustauda’aha> kullu fi> kitabi
mubi>n.
Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rizkinya. (Hud 6).
Allah-lah penguasa alam dan pengatur alam dan pengatur semesta,
Allah juga yang akan mengangkat dan menurunkan, dia yang memuliakandan
menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan
malam, yang menghidupkan dan yang mematikan. Beberapa dimensi tauhid
rububiyah dalam keimanan antara lain:
35
Pertama : beriman kepada Allah sesuai dengan perbuatan-perbuatan yang
telah diberikan Allah secara umum, seperti Allah telah menciptakan, memberi
rizki, menghidupkan, dan mematikan,dll.
Kedua : beriman kepada takdir Allah, seperti mensyukuri apa yang telah
Allah berikan kepada umat islam.
Ketiga : beriman kepada zat Allah
Dari ketiga dimensi diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang
muslim harus mempunyai keimanan yang kuat. Selain itu juga mensyukuri
apa yang telah allah berikan kepada umat muslim. Serta menegaskan bahwa
perintah Allah itu jelas dan sebagai umat islam harus menjalankan semua
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
1.b. Tauhid Ilahiyah atau Uluhiyah
Tauhid Ilahiyah atau Uluhiyyah yaitu menjadikan Allah sebagaiTuhan
yang harus disembah dan diminta pertolongan. Tidak ada yang berhak
disembah kecuali Dia, Allah berfirman dalam surat al-Fatihah :
(5: ه ح ت )الف ي ع ست ن اك ي ا و د عب ن اك ي ا
Iya>ka na’budu wa i’ya>ka nasta’i>n
Yang artinya : hanya kepada Engkau-lah kami
menyembahdanhanya kepada Engkau-lah kami memohon
pertolongan.
Yang dimaksud dari ayat diatas adalah bahwa Allah-lah yang pantas
disembah dan hanya kepadaNya-lah kita minta pertolongan. Ayat ini juga
menjelaskan hubungan Allah dengan manusia dan hubungan manusia dengan
Allah yang dikemukakan dalam Al-Qur‟anul Karim.
36
Tujuan dari tauhid uluhiyah adalah bahwa menggariskan batas-batas
hubungan antara manusia dangan Tuhan mereka, sehingga mereka berjalan di
dalam batas-batas ini dan tidak melanggarnya, tidak berlebih-lebihan atau
melalaikannya. Al-Qur‟an tidak menerangkan tentang tema ini dengan jelas
namun di dalam Al-Qur‟an hanya menunjukkan adanya hubungan antara
Allah swt dengan manusia dan hubungan manusia dengan Allah swt.
Sesungguhnya uluhiyah ini terdapat di dalam fitrah manusia. Karena ruh ada
atas perintah Allah, sehingga manusia harus selalu mengingat adanya Allah
dan tidak mengingkarinya meskipun manusia tidak mengetahui bagaimana
sumbernya (Asyur, 2006: 78).
Uluhiyah terdapat dalam rukun iman yang pertama yaitu iman kepada
Allah. Karena itu, iman kepada Allah dan perasaan mengenai adanya Sang
Pencipta merupakan fitrah yang tertanam dan terpatri dalam diri manusia.
Kerena begitulah karakter ruhani.Ruh itu ada dengan perintah Allah. Ketika
tertutup oleh hawa nafsu, ia lupa. Tetapi ketika sudah berputus asa dari
berbagai faktor penyebab yang bersifat lahiriah, ia kembali bersandar kepada
Allah swt (2006:70).
Sejarah berbagai bangsa jaman dahulu mejelaskan bahwa manusia
menjalani kehidupan untuk mewujudkan hakikat. Dalam hakikat ini terbagi
menjadi berbagai macam aliran, seperti halnya mereka ada yang bertuhan satu
(monoteis), ada yang bertuhan banyak (politeisme), dan ada pula kelompok
yang menisbatkan berbagai sifat yang tidak patut bagi Allah swt. Ada juga
diantara mereka yang menyembah berhala (paganis), menyembah dua Tuhan,
dan ada pula yang menyembah tiga Tuhan.Dan ada juga di antara mereka
37
mengatakan bahwa tuhan itu bersedih, letih, dan menyesal.Dan ada juga yang
meyakini bahwa Tuhan itu banyak, yang masing-masing menguasai benda-
benda alam tertentu. Semua ini terjadi karena mereka mempunyai
pemahaman yang berbeda dalam hakikat Allah demi mengikuti tuntutan fitrah
ini, yaitu fitrah bahwa manusia memiliki hubungan dengan Allah swt
(„Asyur, 2006: 79-80).
Tauhid uluhiyah juga menjelaskan tentang kenabian, bahwa kenabian
memiliki fungsi mengembalikan kepada kebenaran. Seperti yang dijelaskan
dalam Al-Qur‟anul Karim tentang hakikat yang nyata dan jelas. Al-Banna
juga mejelaskan bahwa Tuhan itu satu dan tidak ada yang menyerupai-Nya.
Allah juga menegaskan bahwa apa yang Ia berikan itu sempurna dan bersih
dari segala kekurangan.
Menurut Ahmad Isa „Asyur dalam buku“Ceramah-Ceramah Hasan Al-
Banna (2006: 80), telah menjelaskan bahwa aspek positif tentang Allah dan
hakikat ketuhanan, terdapat di dalam Al-Qur‟anul Karim yang terbagi
menjadi dua, antara lain :
Pertama, berkaitan dengan syubhat-syubhat yang m.engotori hakikat
makna ketuhanan, yang dilontarkan oleh masyarakat bangsa-bangsa
terdahulu. Al-Qura‟anul Karim membantah, menolak, dan menafsirkannya
dengan argumen-argumen yang kuat.
Kedua, berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah swt. Yakni
bagaimana manusia dipelihara oleh Allah swt. Dan bahwa Allah bersama
manusia di mana pun mereka berada, yang mengasihi, memberi petunjuk, dan
38
memberi pertolongan kepada mereka, serta bahwa Dia adalah yang
mengambil mereka setelah itu dan kepada-Nya mereka semua akan kembali.
Menurut Sayid Qutub- dalam buku “Tarbiyah Siya>siyah
Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin” karya Ruslan (2000; 225)
menegaskan empat hakikat yang berkaitan dengan hakikat tauhid:
a. Bahwa Allah swt. Satu-satunya penguasa, penentu hukum, yang harus
ditaati dengan penuh ketundukan, dan yang harus diikuti syari‟at-Nya.
b. Seluruh ibadah dan syi‟ar keagamaan hanya untuk Allah, jika tidak
demikian berarti syirik.
c. Membuat syariat adalah hak Allah saja dan bahwa kekuasaan tertinggi
mereka, tatanan masyarakat mereka, dan hukum mereka, adalah Allah
semata tidak ada sekutu bagi-Nya.
d. Bahwa hal-hal diatas secara keseluruhan merupakan makna kesaksian
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah,
dan bahwa ini merupakan prinsip umum yang harus dimengerti, sebagai
bagian dari agama.
Tauhid uluhiyah telah memberikan pengertian tentang ibadah yang
terbagi menjadi 2 yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
1.b.1. Ibadah Mahdhah atau Ibadah Khusus
Ibadah mahdhah merupakan hubungan manusia dengan
Tuhannyahubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dan Allah
SWT yang bersifat ritual (peribadatan), ibadah mahdhah merupakan
manifestasi dari rukun islam yang ke lima. Atau juga sering disebut ibadah
yang langsung. Selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah
39
dan laranganNya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan
atau pengurangan.
Rukun islam yaitu lima pilar yang terdapat di dalam ajaran islam,
yaitu Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat, Haji. Dari kelima pilar diatas apabila
telah dilaksanakan dengan penuh ke ikhlasan maka Allah akan memberikan
pahala bagi umatnya yang benar-benar bersujud dan berserah diri kepadaNya.
1.b.2. Ibadah Ghairu Mahdhah
Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua
perilaku manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam
semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang
dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut
sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan
diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin
yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial,
politik, budaya, seni dan pendidikan. Seperti qurban, pernikahan, jual beli,
aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya.Selain itu ibadah ghairu
mahdhah adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh
manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi,
tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Seperti perintah melaksanakan
perdagangan dengan cara yang halal dan bersih (glowlroja, 2013:
http://glowroja.blogspot.com)
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a. I‟tikaf merupakan dzikir sehabis sholat.
40
b. Wakaf adalah memberikan suatu benda atau harta kepada
masyarakat untuk kepentingan bersama.
c. Qurban adalah disunakan umat muslim untuk menyembelih hewan
qur‟ban untuk dibagikan kepada umat muslim di daerah.
d. Shadaqah adalah memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk
orang yang membutuhkan seperti fakir miskin, kaum dhuafa, anak
yatim piatu.
e. Aqiqah adalah mengucapkan syukur kepada Allah atas kelahiran
putra putrinya.
f. Dzikir dan Do‟a adalah bersyukur serta mendekatkan diri kepada
Allah.
Dari pengertian tauhid diatas dapat disimpulkan bahwa tauhid
rububiyah dan uluhiyah ini mempunyai arti yang sama yaitu sama-sama
mengingatkan kepada umat islam. Agar selalu menjalankan perintahNya dan
menjauhi laranganNya.
Tauhid rububiyah dan ilahiyah (uluhiyah) ini harus dilaksanakan secara
bersama untuk mencapai kesempurnaan dalam mencari ridha Allah SWT.
Apabila dalam melaksanakan tauhid ini kurang maka ibadah yang kita
kerjakan belum sempurna, selain itu sebagai umat islam harus selalu
bersyukur atas apa yang telah Allah ciptakan di dunia ini. Karena apapun
yang Allah SWT berikan kepada kita di dunia ini maka akan kembali juga
kepadaNya.
41
2. Amar Ma‟ru>f Nahi Munkar
Ada tiga puluh delapan kata المعروف (al-Ma’ru>f) dan enam belas kata
-didalam Al-Qur‟an. Al-Maru>f –menurut Mufradat ar (al-Munkar) المنكر
Raghib dan lainnya- adalah nama setiap perbuatan yang dipandang baik
menurut akal atau agama (syara‟). Sedangkan al-Munkar berarti: setiap
perbuatan yang oleh akal sehat dipandang jelek, atau akal tidak memandang
jelek atau baik, tetapi agama (syari‟at) memandangnya jelek (Syekhul Islam
Ibnu Taimiyyah, 3).
Apa yang dimaksud dengan Amar Ma’ru>f Nahi Munkar ? Amar
Ma’ru>f Nahi Munkar yaitu mengajak untuk melaksanakan hal yang baik, dan
meninggalkan yang buruk. Mengajak kebaikan yang bagaimana yang harus
dilakukan dan keburukan yang bagaimana yang harus ditinggalkan.Yang
dinamakan kebaikan yaitu semua perbuatan yang telah di perintahkan oleh
Allah SWT, sedangkan yang dinamakan keburukan yaitu perbuatan yang telah
dilarang oleh Allah.
Buku amar ma’ru>f nahi munkar karya Syekul islam uibnu taimiyah
(1321: 12), mejelaskan bahwa ada beberapa dorongan untuk amar ma‟ruf
munkar antara lain :
a. Mengharap pahala dari Allah.
b. Takut pada siksa (hukuman) jika tidak melakukannya.
c. Takut akan murka Allah kalau larangan-larangan-Nya dilanggar.
Hasan Al-Banna berdakwah tentang amar ma’ru>f nahi munkar ingin
mengajak masyarakat Mesir selalu melaksanakan semua perintah Allah SWT
42
dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, Al-Banna juga ingin memperbaiki jiwa
dan ruhani mereka agar menjadi lebih baik lagi.
Menurut Hasan Al-Banna, dalam buku ceremah-ceramah Hasan Al-
Banna menjelaskan bahwa amar ma’ru>f nahi munkar (2006: 186-187) ada
tiga, anatara lain solidaritas, kemanusian, dan kebenaran.
Pertama solidaritas sosial di antara manusia, yang dimaksud dengan
solidaritas yaitu bahwa masyarakat itu dapat diibaratkan seperti bangunan.
Dapat disamakan dengan bangunan, apabila suatu bangunan itu rapuh maka
bangunan lainnya akan rapuh. Seperti halnya manusia apabila satu manusia
dalam kelompok ada gangguan maka dapat mempengaruhi kelompok lainnya.
Maka dalam kelompok inilah setiap manusia harus saling beramar ma’ru>f
nahi munkar. Jangan sampai merusak suatu satu dengan yang lainnya.
Kedua, kemanusiaan. Seperti yang telah dijelaskan didalam surat Al-
Hujurat: 10, yang bearti “sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah
saudara”. Ayat ini menjelaskan tentang persaudaraan. Persaudaran itu tidak
pernah memandang status dari segi apapun. Saudara yaitu menganggap bahwa
setiap muslim itu sama, saling tolong menolong, dapat merasakan penderitaan
dan kesedihan, saling mengkhawatirkan apa yang mengkhawatirkannya, dan
saling merasakan kegembiraan satu dengan yang lainnya. Maka didalam
persaudaraan harus saling terbuka dalam berbuat baik dan melarang dari
kemungkaran.
Ketiga, kebenaran adalah lejitimasi antara apa yang telah dilakukan
manusia di dunia dan di akhirat itu akan dipertanggung jawabkan. Karena itu,
43
prinsip-prinsip kebenaran harus diperhatikan dalam sebuah kehidupan. Dalam
melakukan kebenaran membutuhkan pengorbanan untuk mewujudkannya.
Hasan Al-Banna telah menjelaskan alangkah indahnya dapat mengajak
massyarakat Mesir untuk beramar ma’ru>f nahi munkar dalam hal hal
solidaritas sosial. Seperti yang dijelaskan dalam al-qur‟anul karim telah
memberikan jaminan kepada umat muslim bahwa barangsiapa melakukan
kebaikan, berarti ia telah melakukan kebaikan kepada seluruh masyarakat, dan
barangsiapa melakukan kejahatan, berarti ia telah melakuan kejahatan kepada
seluruh masyarakat.
Hadist lain juga disebutkan : “barangsiapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang
mengamalkannya sampa hari kiamat; tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia
menanggung dosanya dan dosa orang yang melaksanakannya hingga hari
kiamat; tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
Solidaritas sosial inilah yang mengakibatkan seseorang untuk ikut
campur tangan terhadap urusan orang lain. Hal ini terjadi demi melaksanakan
sebuah kebaikan dan mencegah kejahatan. Karena mengajak seseorang untuk
berbuat baik sudah dijelaskan di dalam al-qur‟anul karim. Begitu juga dengan
kebenaran, karena adanya suatu solidaritas antar sesame muslim timbullah
suatu persodaraan yang saling mempercayai antara yang satu dengan yang lain
dalam kebaikan.
Amar ma’ru>f nahi munkar bermula dari dari perasaan yang bergerak
di dalam diri manusia. Sehingga mendorongnya untuk memerintahkan
44
perbaikan untuk diri sendiri maupun masyarakat. Ia adalah agama individu dan
sosial, maka hendaklah sebagai manusia memperbaiki diri dengan
melaksanakan amal shalih dan mengajak orang lain kepadanya („Asyur, 2006:
189). Amar ma’ru>f dan nahi munkar adalah cabang, Allah telah
mendahulukan yang cabang dari pada yang pokok, karena keimanan kepada
Allah adalah perbuatan pribadi yang dampaknya kembali kepadanya pelakunya
saja, sedangkan amar ma’ru>f nahi munkar adalah perbuatan umum yang
dampaknya mengenai semua manusia dan karena ia merupakan hak seluruh
masyarakat („Asyur, 2006: 193).
Dakwah ini dilakukan Hasan Al-Banna untuk mengelompokkan dan
persaudaraan yang tdak akan terwujud kecuali dengan melaksanakan yang
ma’ru>fdan mencegah yang munkar. Sehingga Al-Banna memberikan
penjelasan tentang amar ma’ru>f nahi munkar demi mewujudkan sebuah
kebaikan dalam persaudaran.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj : 41, yaitu orang-orang yang jika
kamu beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, dan menyuruh berbuat yang ma‟ru>f dan mencegah dari yang munkar.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt mendahulukan kepada orang-
orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat, karena keteguhan yang
telah dilakukan di muka bumi itu merupakan seorang yang shalih, yang berbuat
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kebaikan orang lain.
Kesimpulan dari dakwah Hasan Al-Banna tentang amar ma’ru>f nahi
munkar yaitu mengajak umat muslim untuk melaksanakan kebaikan dan
meninggalkan yang buruk. Apabila diantara manusia yang berbuat buruk maka
45
yang mengetahuinya juga akan ikut berdosa. Sehingga sebagai sesama muslim
harus saling mengingatkan.
Amar ma’ru>f nahi munkar dapat mewujudkan sebuah solidaritas
dalam sebuah keluarga yang selalu mengajak berbuat yang ma‟ru>f dan dan
meninggalkan yang munkar. Tanpa adanya sebuah solidaritas ini masyarakat
Mesir masih dalam kebodohan. Maka, Hasan Al-Banna memberikan tema
dakwah tentang tentang amar ma’ru>f nahi munkar agar mereka selalu
berbuat dalam kebaikan dalam sebuah kehidupan.
3. Alam Semesta
Dalam buku Khazanah Pendidikan Agama Islam, karya Khozin, S.Ag.,
M.A (2013:19), menjelaskan bahwa alam semesta merupakan medium (sarana)
untuk mengantarkan manusia pada pemahaman komprehensif guna
menemukan hakikat dari kebenaran absolut-baca Tuhan-Allah swt telah
mengemukakan fenomena-fenomena alam semesta dalam Al-Qur‟anul Karim
untuk menunjukkan bahwa kebesaran Allah itu sangatlah besar dan indah.
Fenomena-fenomena alam semesta itu antara lain matahari, bulan, tumbuh-
tumbuhan dan hujan.
Al-Qur‟anul Karim menjelaskan beberapa ayat yang membahas tentang
alam yang nyata ini. Allah berfirman, “Katakanlah, „Sesungguhnya patutkah
kamu ingkar kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu
adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam.‟ Dia menciptakan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan menemukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban)
46
bagi orang-orang yang bertanya. kemudian Dia menuju langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,
„Datanglah kamu keduanya dengan perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa.‟ Keduanya menjawab. „Kami datang dengan suka hati.‟ Maka Dia
menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang
yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah
ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Fushilat: 9-12).
Dari ayat ke ayat yang selalu dibaca pasti ada yang menyebutkan alam
dalam berbagai kejaiban, keanehan, dan hal-hal yang berkaitan dengan alam,
serta hal-hal telah di ciptakan Allah swt. Betapa besarnya alam yang telah
Allah ciptakan di muka bumi ini. Sehingga sebagai umat muslim harus melihat
kondisi fenomena alam yang diterjadi disekitar.
Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa Al-Qur‟anul Karim memaparkan
ayat-ayat alam semesta ini bukan untuk menjelaskan bagaimana proses
penciptaan bumi, tetapi untuk menarik perhatian bahwa bumi dan alam semesta
yang diciptakan dengan begitu cermat ini adalah ciptaan, buatan, dan karya
Allah swt. Bahwa Allah yang telah menciptakan bumi dengan segela keajaiban
dan keaneh-annya, yang memiliki ilmu, keagungan dan ketuhanan tunggal ini,
agar tidak ada yang diibadahi selain-Nya („Asyur, 2006 : 61)
Seperti yang telah dijelaskan didalam (Q.S. Al-Baqarah: 21-22), ayat ini
menyuruh manusia untuk menyembah Allah yang telah menciptakan kalian
dan orang-orang sebelum kalian. Agar mereka bertaqwa. Dan Allah yang telah
menciptakan bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap, dan Allah juga
47
telah menurunkan air dari langit sehingga turun hujan yang menyirami buah-
buahan sebagai rizeki mereka. Maka janganlah kalian menyekutukan Allah,
bahwa kalian mengetahuikebesaran Allah.
Al-Qur‟anul Karim yang telah memaparkan ayat-ayat dan hakikat ini
dilihat dalam konteks kemahatunggalan dan kemahaesaan dalam keagungan
Allah. Hal ini tidak menjelaskan namun menjelaskan agar mereka mengetahui
sifat-sifat Allah yang biasa dijadikan bukti tentang kekuasaannya.Begitu
pentingnya dalam memahami fenomena-fenomena alam semesta yang telah
Allah ciptakan di bumi ini.Sebagai tanda akan kebesaran Allah tentang alam
semesta („Asyur, 2006: 61).
Buku “Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna” karya Ahmad Isa „Asyur
(2006: 61), menjelaskan bahwa Al-qur‟anul karim telah mengemukakan
fenomena-fonemana alam semesta seperti matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan,
dan hujan, tidaklah bertujuan memberitahu kita akan teori-teori ilmiah tentang
benda-benda ini, melainkan bertujuan menarik perhatian terhadap bukti yang
terlihat nyata yang menunjukkan kebesaran Allah swt. Tetapi, saudara-saudara
yang tercinta, mengapa Al-Qur‟anul karim tidak membahas aspek-aspek ini
secara ilmiah murni?
Alam semesta didalam al-qur‟an telah menjelaskan bahwa Allah-lah
yang telah menciptakan semua yang ada di bumi ini. Sebagai bukti bahwa
kebesaran Allah sangat indah. Sehingga sebagai umat muslim harus
mensyukuri apa yang telah diciptakan allah di bumi ini. Pada hakikatnya
manusia mengetahui hakikat alam semesta ini dengan adanya bukti yang telah
diturunkan Allah serta adanya penjelasan di dalam ayat-ayat al-qur‟an.
48
Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa dalam al-qur‟anul karim
mengemukakan awal penciptaannya, beberapa fenomena alam, dan keadaan
akhirnya. Al-Qur‟anul Karim menyinggung permulaan penciptaan langit dan
bumi, fenomena matahari dan bulan, dan akhir dari alam semesta ini.
Keterangan Al-qur‟anul tentang berbagai masalah ini tidak ada yang
bertentangan dengan hakikat-hakikat ilmiah yang telah banyak diketahui oleh
akal manusia yang telah disingkap oleh para ahli alam melalui berbagai
eksperimen mereka dengan menggunakan sarana-sarana modern yang tidak
berhubungan sama sekali dengan wahyu („Asyur, 2006: 63)
Allah berfirman : “dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kalian mengingat akan kebesaran Allah.” (az-dzakirat :49)
Ahmad Isa „Asyur dalam buku “Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna,
(2006: 66) bahwa Hasan Al-Banna telah menjelaskan alam semesta menjadi
beberapa bagian untuk mempermudah para pendengar dalam memahami
fenomena-fonomena alam semesta.
a. Hasan menjelaskan tentang tanda-tanda kebesaran Allah di dalam alam
semesta yang telah djelaskan dalam kitab Allah swt.
b. Kita tidak berusaha memaksa Al-Qur‟an mengikuti penafsiran ilmiah atau
memaksanya agar tidak bertentangan dengan kesimpulan penelitian ini. Kita
harus mengetahui bahwa Al-Qur‟an tidak akan bertentangan dengan fakta
ilmiah yang sudah pasti.
c. Hasan menjelaskan bahwa banyak para ilmuwan yang mengetahui tentang
alam semesta, tetapi hanya sedikit ilmu yang didapatnya. Karena didalam
ilmu pengetahuan yang lain masih memiliki fase-fase.
49
d. Hasan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an mempunyai perbedaan dibandingkan
kitab-kitab sebelumnya, maka perhatiannya tentang alam semesta sebagai
salah satu dari sumber-sumber keimanan. Al-Qur‟an memberikan kebebasan
yang luas untuk melakukan penelitian, kajian, perhatian, dan observasi.
Uraian diatas tentang alam semesta ini Hasan Al-Banna menjelaskan agar
masyarakat Mesir mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah didalam kitab.
Karena didalam penafsiran al-qur‟anul karim tidak berbeda dengan penafsiran
ilmiah. Bahkan para ilmuwan pun juga memiliki penafsiran yang berbeda
karena para ilmuwan masih menggunakan fase-fase. Sehingga Hasan Al-Banna
menjelaskan agar umat muslim mempunyai perbedaan tentang pemahaman
alam semesta, karena alam semesta juga termasuk salah sumber dari keimanan.
Hubungan teologi dakwah Hasan Al-Banna dengan alam semesta yaitu di
setiap dakwah yang disampaikan Al-Banna tidak lepas dari apa yang
terkandung di dalam al-qur‟an. Maka, disetiap ayat-ayat al-qur‟an telah
menjelaskan hubungan antara fenomena alam semesta dengan Allah.
4. Alam Metafisik Dalam Al-Qur‟an
Hasan Al-Banna telah menjelaskan tentang alam metafisik dalam
pandangan Al-Qur‟anul Karim. Dalam kitab Al-Qur‟anul karim telah
membicarakan berbagai macam alam. Alam-alam yang tidak termasuk dalam
batas-batas dunia materi yang unsur-unsurnya dapat dilihat dengan indra,
seperti menyentuh, melihat, merasakan, mencium, atau mendengar. Al-
Qur‟anul Karim juga menyebutkan bahwa masih ada alam-alam yang lain
selain alam yang bisa di raba, dirasakan, dilihat, dan di dengar dengan indra
fisik. Selain yang disebut diatas Al-Qur‟anul Karim juga menjelaskan bahwa
50
alam yang lain diantara yaitu ruh, malaikat, jin, dan menjelaskan tentang al-
Malaul A‟la (Ahmad Isa Asyur, 2006 :68). Dalam bahasa alam metafisik
adalah alam yang tidak terlihat. Artinya, ia adalah alam yang tidak bisa
dideteksi dengan indra kita (Ahmad Isa Asyur. 2006 : 74).
Hasan Al-Banna menjelaskan alam metafisik dalam Al-Qur‟an terbagi
menjadi 3 antara lain :
a. Al-qur‟an membicarakan tentang ruh.
Al-Qur‟an mengatakan, “Aku lah meniupkan ke dalamnya tentang
ruhku.” (Al-Hijr: 29) “ Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh.
Katakanlah, „ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra‟: 85). Jadi, ada sesuatu yang
dinamakan ruh. Ia adalah utusan Allah swt.
Dakwah ini Hasan Al-Banna menjelaskan tentang kehidupan alam
metafisik yang bermanfaat bagi kita dan mendiamkan kita kepada hal-hal
yang tidak bermanfaat bagi kita. Maka kita harus memberikan kelapangan
agar kita tidak mempunyai fikiran yang membuat diri kita tersesat.
b. Al-qur‟anul karim membicarakan tentang malaikat
Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa didalam Al-Qur‟anul Karim
para malaikat mempunyai tugas-tugas tertentu.Mereka bertasbih dan
beristighfar.Mereka juga melaksanakan sebagian tugas yang berkaitan
dengan balasan amal.Mereka juga menyampaikan ucapan selamat kepada
para penduduk surga. (Ahmad Isa Asyur, 2006: 70).
Malaikat juga melaksanakan beberapa tugas berkenaan dengan ruh,
misalnya mereka menerima ruh-ruh itu. “alangkah dahsyatnya sekiranya
51
kamu melihat di waktu orang-orang zhalim (berada) dalam tekanan-
tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata), „katakanlah nyawa kalian! Dia hari ini kalian
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kalian selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kalian menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An‟am: 93).
Hasan al-Banna dalam dakwah ini menjelaskan bahwa Al-Qur‟anul
Karim membicarakan tentang malaikat dan beberapa bentuk interaksi
mereka dengan manusia, “ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang-
orang mukmin, „apakah tidak cukup bagi kalian bahwa allah telah
membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
(ali-imran: 124).
c. Al-qur‟an membicarakan tentang jin
Hasan al-Banna menjelaskan bahwa jin mempunyai sifat seperti
manusia. Mereka juga pernah mencuri-curi berita, tetapi kemudian mereka
dihalangi dari perbuatan itu; dan diantara mereka ada yang shalih dan ada
pula yang jahat. Mereka juga mempunyai kemampuan yang lebih besar
untuk melakukan suatu perbuatan daripada kemampuan manusia. “ifrit
yang cerdik dari golongan jin berkata, „Aku akan dating kepadamu dengan
membawa singgasana itu, sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.
Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya.” (An-Naml: 39).
Hasan Al-Banna juga menjelaskan bahwa dikalangan jin terdapat satu
golongan setan, yang melakukan godaan terhadap manusia serta menghiasi
perbuatan-perbuatan jahat dan maksiat yang membinasakan supaya
52
tampak indah dalam pandangan manusia, sehingga mereka terjerumus ke
dalamnya. Adapun hubungan mereka dengan iblis adalah: iblis merupakan
pembesar mereka. Al-Qur‟an juga menceritakan bahwa bangsa jin
mengenal tentang kitab-kitab lama yang diturunkan oleh Allah dan mereka
membanding-bandingkan antara kitab-kitab samawi tersebut dengan teliti.
(„Asyur, 2006: 72).
Al-Qur‟anul Karim telah membahas alam metafisika ini, ia
membicarakannya dengan ungkapan yang sangat singkat. Ia tidak
memaparkan hakikat-hakikat dari keadaan alam ini, tetapi hanya
mengemukakan beberapa kekhususannya. Contohnya, ia tidak
menyebutkan bagaimana Allah menciptakan para malaikat dan tidak
menyebutkan diri apakah asal usul ruh, tidak pula tentang struktur al-
mala‟u A‟la ini.
Pesan dakwah Hasan Al-Banna dalam alam metafisika ini dapat
diambil menjadi dua pelajaran. Yang pertama, kita berkewajiban untuk
menggunakan adab-adab yang diajarkan oleh Al-Qur‟an dan berhenti
sebatas keterangan yang diberikannya, jika kita hendak melakukan
pembahasan mengenai masalah-masalah ini. maka kita tidak boleh
membiarkan akal berkelana bebas mengenainya. “Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan
dimintai pertanggungjawabannya.” (Al-Isra‟: 36).
Pelajaran kedua, Hasan menjelaskan bahwa banyak pertanyaan yang
mengatakan, mengapa al-qur‟anul karim tidak membicarakan alam
53
metafisika ini secara luas dan terperinci? Jawaban dari pertanyan ini
adalah al-qur‟an datang untuk memberikan manfaat, sedangkan kita tidak
memperoleh manfaat dari keterangan semacam ini. Kita, manusia ini,
diajak berbicara sesuai dengan bahasa kita dan sesuai dengan kadar
pengetahuan dan pemahaman kita. Sedangkan bahasa kita hanya meliputi
apa yang ada, baik secara empiris maupun secara nonempiris,
dilingkungan orang-orang yang berbicara dengannya. Jadi maksud dari
pelajaran kedua ini yaitu bahwa Al-Qur‟an memberikan penjelasan tentang
alam metafisika ini tidak mendalam namun sesuai dengan apa yang kita
ketahui. Orang-orang yang mendapatkan sedikit pengetahuan tentang alam
metafisika ini, mereka mengetahui sebagian dari aspek-aspeknya dan hal-
hal yang berhubungan dengannya. Para malaikat pernah berkunjung
kepada sayidina imran bin hushain ketika beliau sakit. Beliau pernah
mengatakan, “Para malaikat mengunjungiku dan menjabat tanganku.”
(„Asyur, 2006: 74).
D. Metode Dakwah Hasan Al-Banna
Arti metode dakwah berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui)
dan“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode
dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber yang lain meyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman
methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani metode berasal
dari kata metodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode
berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai
54
suatu maksud (M. Munir, 2009; 7). Hasan Al-Banna dalam menyampaikan
dakwah menggunakan metode, metode yang digunakan antara lain :
1. Ta‟rif (pengenalan)
Metode ta‟rif adalah mengenalkan islam kepada orang dan membekali
mereka dengan tsaqofah islamiyah yang memadai, juga mengenalkan
jamaah dan fikrahnya agar orang memberikan loyalitasnya dengan iman,
serta orang yang kita ajak tadi mengamalkan ajaran islam dengan baik.
Dalam tahapan ini diharapkan tumbuhnya komitmen dari mereka untuk
memperjuangkan kemenangan Islam.
(https://akhirgaberakhir.wordpress.com/2012/08/15/mengenal-tarif-takwin-
dan-tanfidz-2/).
Sistem dakwah ini adalah sistem kelembagaan. Urgensinya adalah
kerja sosial bagi kepentingan umum, sedangkan medianya adalah nasehat
dan bimbingan sekali waktu, serta membangun berbagai tempat yang
berguna di waktu yang lain, juga berbagai media aktifitas lainnya. Metode
ini bersifat umum (Hawwa, 1999 : 111).
2. Takwin (pembentukan)
Menurut Hasan Al-Banna metode takwin adalah menyeleksi
pendukung, mempersiapkan pasukan, dan memobilisasi shaf. Metode ini
dilakukan untuk menegakkan dalam melakukan seleksi terhadap anasir
positif untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun berbagai yang
ada. Sistem dakwah ini bersifat tasawuf murni dalam tataran ruhani dan
bersifat militer dalam tataran operasional.Slogan untuk dua aspek ini adalah
perintah dan taat dengan tanpa keraguan. Semua kitabah (nama satuan
55
kelompok para militer ikhwan) yang ada kini adalah representasi dari
metode ini dalam kehidupan dakwahnya. Dakwah dalam tahapan ini bersifat
khusus.Tidak dapat dikerjakan oleh seseorang kecuali yang memiliki
kesiapan yang benar untuk memikul beban jihad yang panjang masanya dan
berat tantangannya. Slogan utama dalam persiapan ini adalah totalitas
ketaatan tsaqofah islamiyah yang memadai, juga mengenalkan jamaah dan
fikrahnya agar orang memberikan loyalitasnya dengan iman, serta orang
yang kita ajak tadi mengamalkan ajaran islam dengan baik. Dalam tahapan
ini diharapkan tumbuhnya komitmen dari mereka untuk memperjuangkan
kemenangan islam. (Hawwa, 1999: 112)
3. Tanfidz (aplikasi)
Dakwah yang dimaksud dangan metode tanfidz adalah jihad, tanpa
kenal sikap plin plan, kerja terus menerus untuk menggapai tujuan akhir,
dan kesepian menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar
atasnya kecuali orang-orang yang tulus.Tidaklah dakwah ini meraih
keberhasilan kecuali dengan „ketaatan yang total‟ juga. Untuk inilah shaf
pertama Ikhwanul Muslimin berba‟iat pada bulan Rabi‟ul Awwal 1359 H
(1999: 112).
Metode yang digunakan Hasan Al-Banna dalam berdakwah ada tiga
macam yaitu metode ta‟rif, takwin dan tanfidz, ketiga metode ini digunakan
Al-Banna berdakwah untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk
menarik masyarakat Mesir agar mengikuti dakwah Al-Banna dengan tujuan
untuk merubah masyarakat Mesir agar selalu menegakkan Islam. Sehingga
56
dengan dakwah inilah yang dilaksanakan al-banna dalam menyusun sebuah
organisasi untuk menjaga kehidupan masyarakat Mesir dalam beragama.
E. Perubahan Masyarakat di Mesir Pasca Dakwah Hasan Al-Banna
Dakwah yang disampaikan Hasan Al-Banna memberikan pengaruh bagi
kehidupan masyarakat Mesir. Kehidupan masyarakat Mesir yang jauh dari
Islam dengan adanya dakwah ini masyarakat Mesir akhrinya mulai
menjalankan perintah Allah sesuai dengan ajaran Allah. Perubahan ini muncul
terbagi menjadi empat macam antara lain.
1. Aspek Moral dan Aqidah dalam Agama
Kehidupan sosial masyarakat mesir sebelum adanya dakwah hasan
Al-Banna masyarakat Mesir masih banyak yang menyembah dewa dan
belum menemukan paham Ketuhanan Yang Maha Esa.Sehingga dengan
adanya kehidupan keagamaan yang masih kurang al-banna memberikan
ceramah untuk mengajak masyarakat Mesir beramar ma‟ruf nahi
munkar. Sehingga al-bana menjelaskan tentang keagamaan dalam tiga
macam, antara lain:
a. Fiqih; menurut Hasan al-Banna, perbedaan pendapat dalam masalah
fiqih hendaknya tidak menjadi sebab terjadinya perpecahan dalam
agama, juga tidak membawa pada permusuhan dan saling membenci.
Setiap mujtahid akan mendapatkan pahalanya. Selanjutnya al-Banna
menjelaskan bahwa para sahabat Nabi berbeda pendapat dalam
masalah furu‟ fiqhiyyah, tetapi mereka tidak terpecah jamaahnya dan
tidak terjadi kemarahan di antara mereka.
57
b. Aqidah; dasar aqidah Islam dan seluruh hukum Islam menurut Hasan
al-Banna ialah al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah. Selain aqidah
Islam didasari oleh dua sumber itu, aqidah juga dikuatkan oleh akal
dan ditetapkan oleh pandangan yang benar. Oleh sebab itu, Islam
melarang bertaqlid dalam bertauhid dan umat Islam harus berpikir
dalam memahami aqidah dan mengharapkan pertolongan Allah
dalam memahami dasar-dasar agama sehingga dapat mencapai
tingkat kesempurnaan. Dalam bidang ini, al-Banna berusaha keras
untuk memurnikannya dari aspek syirik dan ia bermaksud untuk
memberantas kemungkaran.
c. Tasawuf; ada dua macam tasawuf menurut al-Banna, tasawuf yang
dilaksanakan dengan baik dan yang dilaksanakan secara tidak baik.
Hasan Al-Banna menjelaskan tentang agama dalam tiga bagian
yaitu fiqih, aqidah dan tasawuf. Ketiga bagian ini menjelaskan agar
masyarakat Mesir selalu berpegang teguh kepada islam dan tidak
terpecah. Serta menjelaskan tentang dasar-dasar agama sehingga
mereka dapat membedakan tasawuf yang baik dan yang tidak
baik.(syams.2014:http://fatmawatisyams.blogspot.co.id).
Ketiga macam pengertian agama yang telah disampaikan Hasan
Al-Banna dapat menuai hasilnya.Sehingga masyarakat mesir mulai
tergugah jiwa dan fikirannya untuk mejalankan perintahnya dan
menjahui larangannya.
58
2. Aspek Sosial
Menurut Abdul Mu‟iz dalam buku Tarbiyah Siyasiyah Pendidikan
Politik Ikhwanul Muslimin (2000: 246), Perubahan sosial setelah adanya
dakwah Hasan Al-Banna yaitu adanya kemunduran atau kebangkitan
suatu masyarakat memiliki sebab-sebab yang berpulang kepada jiwa
individu-individunya. Setiap bangsa atau masyarakat berada di antara dua
kondisi: kondisi lemah dan kondisi kuat. Suatu bangsa dalam keadaan
kuat dan bangkit, apabila memenuhi syarat-syarat kejiwaan pada
individu-individunya, yaitu keyakinan bersama kepada tujuan dan
idealism, kehendak bersama untuk bangkit, konsep tertentu untuk
mencapai tujuan, serta perencanaan dalam rangka merealisasikan konsep
tersebut, meski memerlukan pengorbanan-pengorbanan. Sebaliknya suatu
bangsa akan berada dalam kondisi lemah sosial apabila melupakan tujuan
dan idealismenya, lemah kemauannya, lebih mengutamakan kesenangan
dari pada perjuangan dan pengorbanan, rusak akhlaknya, tenggelam
dalam kemewahan, dan tersesat dari cara pandangnya yang benar.
Peruabahan sosial ini muncul dari individu yang telah menguji
keimanan yang tidak memegang kendali. Sehingga timbul kemunduran
secara bertahap untuk menuju sebuah kebangkitan dan kekuatan. Akibat
munculnya sebuah kemunduran, antara lain: tenggelam dalam
kemewahan dan memperturutkan hawa nafsu, kejumudan berpikir dan
fanatisme pendapat, serta pengabaian terhadap Al-Qur‟an dan As-Sunah,
sikap mengabaikan pengetahuan praktis dan alam, kesombongan dan
kesewenang-wenangan para penguasa, serta keengganan mereka
59
memperhatikan perkembangan sosial yang terjadi pada berbagai bangsa,
perebutan kepemimpinan dan friksi-friksi politik, dorongan dalam diri
mereka untuk mengikuti tradisi musuh dalam hal-hal yang menimbulkan
madharat dan tidak bermanfaat (Mu‟iz, 248)
Setelah adanya kemunduran ini masyarakat Mesir menyadari
bahwa sesungguhnya kebangkitan itu ada dalam diri setiap umat seperti
yang telah dijelaskan hasan al-banna.Perubahan itu dapat berupa
kepemimpinan, pendidikan, dan politik yang berlandaskan dengan Islam.
3. Aspek Ekonomi
Perubahan aspek ekonomi dalam dakwah Hasan Al-Banna
merupakan pilar penting yang menjadi pijakan bagi perbaikan dalam
berbagai sektor. Keyakinan ini bersifat hakiki dan mereka yang rasional
tidak akan membantahnya. Hakikat ini memandang harta sebagai pilar
kehidupan. Jadi kebangkitan apapun yang tidak memiliki sumber dana,
pasti akan mengalami kematian. Perbaikan apapun yang tidak berpijak
pada sumber daya alam pasti akan terkubur dalam buaiannya. Oleh
karena itu, Al-Qur‟an menyerukan pencurahan harta, mewajibkan zakat,
menghalalkan ghanimah, membolehkan perdagangan, menyerukan
pertanian dan industri, serta mengarahkan kaum muslimin untuk
memiliki pekerjaan yang baik (Al-Wakil, 2001: 89).
Hasan al-Banna menjelaskan bahwa Mesir tengah berada di tengah
pengeluaran antar berbagai sistem ekonomi; kapitalisme, sosialisme, dan
komunisme. Oleh karena itu, sebaiknya Mesir segera melepaskan
ekonominya kepada tatanan Islam dan arahan-arahan yang baik, serta
60
menjadikannya sebagai acuan. Dengan demikian, Mesir akan selamat dari
semua akibat negatif yang ada pada sistem-sistem tersebut dan mampu
menyelesaikan problem ekonominya dalam jangka waktu yang singkat
(Al-Banna, 1997: 391).
“Risalah pergerakan Ikhwanul muslimin” karya Hasan AL-Banna
(1997, 391-392), menjelaskan tentang sistem ekonomi Islam dalam pilar
kehidupan, sebagai barikut:
1. Islam memegang harta yang baik sebagai pilar kehidupan yang
harus dipelihara, diatur, dan dimanfaatkan.
2. Kewajiban bekerja dan berprofesi bagi setiap orangyang mampu.
3. Islam mewajibkan menguak semua sumber daya alam dan
memanfaatkan semua potensi yang tersedia di alam semesta.
4. Islam mengharamkan semua profesi yang tidak terpuji.
5. Mendekatkan jarak antar tingkatan sosial yang pada akhirnya
menutup jurang antara si kaya dan si miskin.
6. Jaminan sosial bagi setiap warga Negara, asuransi bagi kehidupan,
dan upaya untuk menesejahterakan mereka.
7. Islam menganjurkan infaq pada semua lahan kebaikan, terciptanya
keperdulian sesama warga Negara, serta saling menolong dalam
kebaikan dan taqwa.
8. Menjunjung nilai harta dan menghormati hak milik pribadi selama
tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
61
9. Mengatur transaksi permodalan dengan undang-undang yang adil
dan santun, serta melakukan pengawasan yang ketat terhadap
modal.
10. Penegasan terhadap tanggung jawab Negara untuk melindungi
sistem ini.
Penjelasan dari sistem ekonomi diatas bahwa prinsip-prinsip diatas
termasuk dalam ajaran-ajaran Islam.Bawah sistem ekonomi tersebut telah
dijelaskan didalam Al-Qur‟anul karim. Untuk menjelaskan kepada
masyarakat muslim agar menggunakan harta yang dimiliki itu dengan
baik.
4. Aspek Politik
Di Mesir, menurut Yusuf al-Qaradhawi, sebelum adanya dakwah
Hasan al-Banna dan lembaga pendidikan yang beliau dirikan, aspek politik
tidak mendapatkan perhatian sama sekali oleh masyarakat Islam. Dari sini
kemudian terjadi dikotomi antara seorang agamis dan seorang
politisi.“Seorang agamis,” tulis ulama yang kini bermukin di Qatar itu,
“dilarang berkecimpung dalam masalah politik,” sebaliknya juga, “seorang
politisi dilarang berkecimpung dalam masalah agama.” (rahmadani, 2012.
http//:eviriskirahmadani.wordpress.com)
Menurut Hasan al-Banna dalam buku “Risalah Pergerakan Ikhwanul
Muslimin Jilid 1” (1997 M: 199), sebagai salah satu tokoh pergerakan
Islam yang memiliki pengaruh di Mesir, bahkan dunia Islam memiliki
pemikiran dan praksis dalam kancah politik. Pemikiran politik Hasan al-
Banna, setidaknya ada empat hal, yaitu: nasionalisme Mesir, „Urubah
62
(Arabisme), Paham Ketimuran (Asy-Syarqiyah), dan Internasionalisme dan
humanisme.
a. Nasionalisme Mesir
Mesir sendiri adalah negeri muslim yang menerima Islam
dengan talaqi, turut memperjuangkannya, menentang setiap upaya
yang memusuhinya sepanjang perjalanan sejarah, ikhlas dalam
memeluknya, dan cenderung kepada Islam dengan perasaan yang
sangat halus dari lubuk hati yang paling dalam. Mesir tidak akan baik
kecuali dengan Islam, dan tidak mungkin bisa sembuh dari penyakit
kecuali dengan pengobatannya. Mesir telah condong kepada Islam
dalam mengendalikan berbagai situasi sebagai wujud pemihakan
penduduknya kepada fikrah islamiyah dan senantiasa berupanya
menegakkannya (Al-Banna, 1997: 200).
Sesungguhnya kami bangga bahwa kami mempunyai loyalitas
terhadap negeri tercinta ini, beramal demi kepentingannya, dan
berjuang dari kebaikannya. Kami akan terus-menerus bersikap
demikian dengan keyakinan bahwa ini merupakan tahap awal dari
rangkaian panjang jalan menuju kebangkitan Islam secara global
seperti yang didambakan. Mesir adalah bagian dari negeri arab secara
umum. Ketika kami berjuang untuk Mesir, sama saja kami telah
berjuang untuk Arab, untuk bangsa Timur, dan untuk Islam (1997:
201).
Sejarah Mesir sama sekali tidak mempengaruhi kami dalam
masalah ini, termasuk para pemimpinnya terdahulu dengan segala
63
macam keyakinan, agama, dan kepihakan ideologis mereka. Di satu
sisi kami tidak bisa menutup mata dari sejarah Mesir yang di
dalamnya terdapat kejayaan peradaban dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Di sisi lain, kami mempunyai komitmen untuk
meluruskan penyimpangan. Bahkan, kalau perlu kami akan
memerangi segala warisan ideology fir‟aun (Fir‟aunime) dengan
seluruh kekuatan kami jika masih ada pihak-pihak yang meyakininya
sebagai ideologi bangsa Mesir dan mengajak menerapkannya.
Padahal, Allah telah memberikan hidayah kepada bangsa ini dengan
ajaran Islam, melapangkan dadanya, menerangi bashirah-nya,
manambah kamuliaan dan kejayaannya melebihi apa yang pernah
diraihnya sebelum ini, serta membebaskannya dari apa saja yang
mewarnai sejarahnya dari daki-daki paganisme, noda-noda syirik, dan
berbagai tradisi jahiliyah (Al-Banna,1997: 201).
b. Arabisme (Al-„Urubah)
Menurut Hasan Al-Banna dalam buku “Risalah Pergerakan
Ikhwanul Muslimin”(1997: 202), menjelaskan bahwa Al-„Urubah atau
arabisme atau liga arab juga memiliki tempat tersendiri dan peran
yang berarti dakwah kami. Bangsa Arab adalah umat dan penduduk
yang pertama kali menerima kedatangan Islam. Dia juga merupakan
bangsa yang terpilih. Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan
Rasulullah SAW.,
سلم إذا ذل العرب ذل ال
Idza> dzalla al-„arabu dzalla al-isla>mu “jika bangsa Arab hina, maka hina pulalah Islam”
64
Islam tidak mungkin akan bangkit tanpa adanya kebulatan
pandangan tentang kebangkitan dari bangsa-bangsa Arab. Perlu
diketahui, bahwa setiap jengkal tanah di jazirah Arab adalah bagian
dari induk tanah air kami dan inti dari Negara kami (1997: 202 ).
Batas-batas geografis dan politis sama sekali tidak dapat
menghilangkan makna kesatuan Arab yang islami dari dalam jiwa
kami. Makna itulah yang telah mempersatukan hati kami untuk sebuah
cita-cita dan tujuan yang satu serta menjadikan semua wilayah ini
sebagai tanah air yang satu, betapa pun berat tantangan yang harus
dihadapi. Di antara ungkapan yang paling menakjubkan dalam
masalah ini adalah apa yang telah di kemukakan oleh Rasulullah
tentang makna “Arab”, dimana beliau memaknainya sebagai “bahasa”
dan “Islam” (Al-Banna, 1997: 202).
Diriwayatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Asakir dengan sanad dari
Malik, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda,
ين واح العربيةبأ د, وليست يا أي ها الناس, إن الرب واحد, والب واحد, وإن الد
ا هي اللسان, فمن تكلم بالعربيةف هوعرب حدكم من أب ول .أم, وإن
Ya> ayyuha>nna>su, innarrabba wa>chidun, wa>l-abu wa>chidi, wainnaddi>na wa>chidun, wa laisati al-„arabi>yatu biachadikum min abin wa la> um>i, wa innama> hiya al-lisa>nu, faman takallama bi>l‟arabiyyati fahuwa „arabiyyun.
“wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan itu satu, bapak itu
satu, dan agama itu satu. Bukanlah Arab di kalangan kamu itu
sebagai bapak atau ibu.Sesungguhnya, Arab itu adalah lisan
(bahasa), maka barang siapa yang berbicara dengan bahasa Arab,
dia adalah orang Arab.”
65
Dari hadits diatas menjelaskan bahwa bangsa-bangsa Arab yang
membentang dari teluk Persia sampai Maroko dan Mauritania di
Lautan Atlantik, semuanya adalah bangsa Arab.Mereka dihimpun oleh
akidah serta dipersatukan oleh bahasa dan territorial yang satu.Tidak
ada yang memisahkan dan membatasinya.Kami yakin ketika kami
beramal untuk Arab, berarti kami juga beramal untuk Islam dan untuk
kebaikan dunia seisinya,( 1997: 203).
c. Paham Ketimuran (Asy-Syarqiyah)
Dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin karya
Hasan Al-Banna Jilid 1 (1997: 203), menjelaskan bahwa Paham
ketimuran juga mempunyai tempat tersendiri dalam dakwah kami,
kendati makna yang menyatukan antar perasaan manusia yang ada di
dalamnya adalah makna yang bersifat temporer dan incidental. Makna
yang tersirat dari istilah tersebut, kelahirannya dipicu oleh
kepongahan barat dengan peradaban materialisnya, serta sikap
keterlaluan mereka dalam mempromosikan kemajuan dan kemodernan
masyarakatnya. Barat berusaha mengambil jarak dari bangsa-bangsa
kita, dan mereka menuluki kita dengan sebutan bangsa Timur. Pada
saat yang sama, mereka membagi belahan dunia ini menjadi dua :
barat dan timur. Mereka terus menerus mempropagandakan pemilihan
ini, sampai-sampai salah seorang penyair mereka dengan arogan
berucap, “timut adalah timur, barat adalah barat. tidak mungkin
keduanya akan bersatu”.
Latar belakang inilah yang memaksa bangsa-bangsa timur
menyatukan diri mereka menjadi sebuah kubu, dalam upaya
menghadapi bangsa barat. Namun, jika barat (pada saatnya nanti) mau
bersikap pertentangan dan kolonialnya, niscaya akan hilang pula
66
fanatisme yang temporer tersebut dan diganti dengan sebuah fikrah
ta‟awan” (kerjasama) antar bangsa, demi kebaikan dan peningkatan ke
makmuran bersama (1997: 203).
d. Internasionalisme dan Humanisme
Internasionalisme („alamiyah) dan Humanisme (insaniyah)
adalah sasaran tertinggi dan tujuan akhir dakwah kami. Dia
merupakan hasil akhir yang bisa diraih oleh dakwah ini dalam upaya
islahul umah (perbaikan masyarakat). Tidak bisa dipungkiri lagi
bahwa masyarakat dunia -cepat atau lambar- akan cenderung
mengarah kesana. Persatuan antar bangsa, perhimpunan antar ras dan
suku, saling membaurnya pihak yang lemah untuk memperoleh
sebuah kekuatan dan bergabungnya mereka yang terpisah untuk
mendapatkan nimatnya persatuan, semua itu merupakan jalan menuju
terwujudnya sebuah kepemimpinan dunia yang bersifat global dan
universal (Al-Banna, 1997: 204).
Menurut Hasan Al-Banna dalam Buku “Risalah Pergerakan
Ikhwanul Muslimiin Jilid 1 (1997: 204), menjelaskan bahwa untuk
mewujudkan konsep ini Islam telah menyodorkan sebuah
penyelesaian yang jelas bagi masyarakat untuk keluar dari lingkaran
masalah seperti ini. Langkah pertama kali yang dilakukan adalah
dengan mengajak kepada kesatuan akidah, kemudian mewujudkan
kesatuan amal. Hal ini sejalan dengan ayat dalam al-Qur‟an suratAsy-
Asyu>ra> 13:
ين ما ن به ن وحا والذي وصى شرع لكم من الد نابه اوحي ى وموس هيم اب ر ا اليك وما وصي
67
نماتدعوهم وعيس ين ولت ت فرق وا فيه كب ر على المشركي اليه الل يتب اليه ى ان اقيموا الد (31اليه من ي نيب ) وي هدي ء من يشا
Syara’a lakum minaddi>ni ma> washa> bihi> nu>cha>u wa>l ladzi> auchaina> ilaika wama> washshaina> bihi> ibra>hi>ma wamu>sa> wa’i>sa> an aqi>mu> al-dzi>na wa la>tatafarraqu> fi>hi. Kabura ‘ala> al-musyriki>na ma> tad’u>hum ilaihi. Allahu
yajtabi> ilaihi mayyasya>u wayahdi> ilaihi mayyuni>bu.
“Dia telah mensyari‟atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwariskan-Nya kepada Nabi Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Nabi Ibrahim, Musa dan Isa yaitu „Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.”
Al-Qur‟an diturunkan dengan bahasa Arab, dan ia merupakan
asas agama ini. Shalat merupakan bentuk taqarub (pendekatan diri),
kepada Allah yang paling utama, serta menjadikan sarana
praktismenuju kesatuan bahasa setelah adanya kesatuan iman.
Shalat, zakat, puasa, dan haji, merupakan bentuk pelembagaan
aktivitas ibadah yang berdimensi social dan bermuara pada
persatuan, persamaan, serta menghindarkan manusia dari perpecahan
(Al-Banna, 1997: 205).
Dari sinilah, dakwah Hasan Al-Banna mempunyai tahapan-
tahapan yang dapat direalisasikan, dilalui semuanya, dan akhirnya
bisa mengantarkan pada tujuan. Al-banna berharap Mesir bisa
menjadi Negara muslim yang medukung setiap upaya dakwah
islamiyah, menyatukan seluruh potensi bahasa Arab, berjuang untuk
kebaikan mereka, melindungi kaum muslimin di seluruh penjuru
bumi dari segala bentuk permusuhan, dan menebarkan kalimat Allah
68
serta menyampaikan risalah-Nya, sehingga tidak ada lagi fitnah dan
agama semuanya hanya bagi Allah.
Dari keempat aspek ini Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa
kehidupan masyarakat muslim harus berpegang teguh dengan Islam.
Sehingga dalam dakwah ini Al-Banna mengajak masyarakat Mesir
untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.Dalam mewujudkan
kebaikan dalam menegakan Islam Al-Banna membentuk sebuah
organisasi yang bernama Ikhwanul Muslimin.
Top Related