4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan (Konsep Sejenis)
a. Tulisan Terdahulu
Banyak tema tentang perempuan yang diangkat dengan berbagai
penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain itu,
banyak pula tulisan-tulisan yang menyertai karya seni, baik karya sendiri
maupun untuk mengulas karya orang lain. Beberapa tulisan terdahulu yang
membahas tentang tema perempuan di antaranya adalah (1) tulisan berjudul
“Wanita Jawa” oleh Ambar Adrianto pada Jurnal Jantra Volume 1 Nomor 2,
(2) tulisan berjudul “Citra Wanita Hendra Gunawan” oleh Ariesa
Pandanwangi pada Jurnal Imaji Volume 4 Nomor 3, dan (3) tulisan berjudul
“Ketubuhan Perempuan” oleh Luciana Wiyono pada Jurnal Imaji Volume 4
Nomor 3.
a.1 Wanita Jawa
Tulisan berjudul “Wanita Jawa” yang ditulis oleh Ambar Adrianto
berisi tentang pandangan mengenai Wanita Jawa saat ini yang
menunjukkan adanya kombinasi antara sifat mereka jaman dulu serta
sifat-sifat lainnya yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
pendidikan dan tersediannya berbagai kesempatan dalam masyarakat
saat ini. Muryantoro memandang Wanita Jawa tidak hanya setia, bakti,
5
sabar, tetapi juga cerdas dan kritis, berinisiatif, dan kreatif. (Adrianto,
2006: 114)
Ketika menghadapi permasalahan yang menyangkut
hubungannya dengan orang lain, Wanita Jawa cenderung lebih bersikap
mengalah demi menjaga hubungan harmonis dengan orang yang
bersangkutan. Namun bukan merupakan kelemahan melainkan sifat
kekuatan, karena memiliki kesediaan besar untuk menyesuaikan dan
menerima berbagai kejadian yang kurang menguntungkan
kehidupannya. (Adrianto, 2006: 146)
a.2 Citra Wanita Hendra Gunawan
Tulisan berjudul “Citra Wanita Hendra Gunawan” ditulis oleh
Ariesa Pandanwangi berisi analisis bahasa rupa terhadap karya lukis
Hendra Gunawan. Keistimewaan dibalik lukisan Hendra Gunawan
adalah penggambaran yang menarik dan khas, baik dari segi bentuk
maupun konsepnya. Melalui bentuk tubuh wanita yang terdapat dalam
sebagian besar karya Hendra banyak mengomunikasikan citra wanita
sesuai dengan interpretasi pribadi seniman. (Pandanwangi, 2008: 87)
Cara penggambaran yang khas dari Hendra Gunawan dalam
menggambarkan obyek adalah melalui pembesaran bagian-bagian yang
dianggap penting dan menjadi pusat cerita. Sebagian besar karya Hendra
selalu mencitrakan wanita sebagai sosok yang kuat, hal tersebut dapat
dilihat dari penggambaran sepasang kaki telanjang dan diperbesar yang
secara tidak langsung menggambarkan kekuatan. Sedangkan bagian
tubuh lain yaitu dada diperbesar, pinggang diperkecil, pinggul kembali
6
diperbesar menggambarkan citra wanita yang subur dan bertanggung
jawab merawat dan membesarkan anak. (Pandanwangi, 2008: 96-97)
a.3 Ketubuhan Perempuan
Jurnal berjudul Ketubuhan Perempuan ditulis oleh Luciana
Wiyono, jurnal tersebut berisi tentang pemaknaan tubuh perempuan yang
dijadikan sebagai tema dalam penciptaan karya seni. Luciana
menekankan wanita dengan ciri feminitas, namun karena kemajuan
teknologi telah mengubah perilaku serta fungsi tubuh wanita yaitu wanita
cenderung berperilaku seperti laki-laki ketika melakukan pekerjaannya.
Meskipun sebenarnya wanita berhak secara utuh untuk menentukan
peran tubuh mereka dalam kehidupannya. (Wiyono, 2009: 162)
Pada karya-karya Luciana menampakan makna ketubuhan
perempuan sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya yang
melingkupinya. Perempuan sebagai sosok yang feminis, yaitu lembut,
halus, lemah gemulai, namun dalam situasi tertentu dapat pula bersifat
maskulin. Konsep tersebut dituangkannya menggunakan mix-media,
yaitu dengan penggunaan resin cair serta fiber berupa plastik bening.
(Wiyono, 2009: 167)
Berdasarkan uraian di atas, ketiga konsep mengenai perempuan
dijadikan sebagai sumber rujukan dalam tema ini. Pada dasarnya antara
konsep penulis dan ketiga konsep yang diangkat tersebut sama-sama
memandang wanita saat ini sebagai sosok yang memiliki kekuatan. Namun
7
dalam konsep karya tugas akhir ini tidak sekedar memandang perempuan
sebagai suatu kekuatan, akan tetapi juga menampakkan keindahan perempuan
yang terpancar melalui ekspresinya.
b. Perempuan dan Keindahan
Manusia telah dianugerahi Tuhan dengan nikmat kesenangan akan
suatu keindahan dan kecantikan. Berbicara mengenai keindahan dan
kecantikan manusia, sering kali dikaitkan dengan perempuan. Sebab
perempuan memiliki kecantikan dan naluri yang cenderung senang
menampakkan kecantikan dari diri mereka, sehingga mendapatkan perhatian
yang lebih besar daripada laki-laki. Hal pokok yang menjadi daya tarik pada
perempuan adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya, yaitu bentuk
badan dan wajah. Namun pada dasarnya kecantikan perempuan sangat relatif
serta berbeda baik antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya maupun
antar individu. (Shihab, 2005: 65-67)
Lewat kajian di atas, dapat dipahami bahwa keindahan manusia sering
kali dikaitkan dengan kecantikan perempuan. Setiap detail dari bentuk tubuh
yang dimiliki perempuan selalu menampakkan keindahan sehingga menjadi
suatu daya tarik yang dapat memikat orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi,
setiap budaya maupun individu memiliki acuan tersendiri untuk menilai
kecantikan tersebut. Penilaian ini sangat bergantung pada latar belakang
budaya serta seberapa tinggi penghargaan terhadap perempuan itu sendiri.
8
c. Paham Feminisme
Banyak peristiwa dalam kehidupan keseharian yang menyudutkan
kaum perempuan membentuknya menjadi sosok pasif dan penurut, sehingga
perempuan sering kali dipandang lemah serta bodoh. Posisi perempuan yang
kurang kuat di masyarakat banyak berpengaruh terhadap prilakunya, karena
harus menyesuaikan diri dengan keinginan laki-laki yang berkuasa. Seiring
berkembangnya zaman, lahir psikologi feminis merupakan kritik untuk
memprotes hak istimewa dan kekuasaan yang hanya diberikan pada kaum
laki-laki. (Nurhayati, 2012: 19)
Berdasarkan hasil penelitian Wolley terhadap sejumlah mahasiswa
perempuan dan laki-laki, kemampuan indrawi dan motoris yang dimiliki
perempuan setara dengan laki-laki. Penelitian selanjutnya menemukan bahwa
secara keseluruhan ukuran antara otak perempuan lebih kecil dari laki-laki.
Namun secara spesifik ukuran otak frontal lobes perempuan lebih kecil dari
pria, sedangkan parietal lobes perempuan lebih besar. Hasil penelitian
terhadap struktur otak manusia tersebut, menjelaskan bahwa kemampuan
intelektual manusia berhubungan dengan pariental lobes bukan frontal lobes.
Hasil penelitian ini akhirnya dapat mematahkan anggapan bahwa perempuan
lebih bodoh dibandingkan laki-laki. (Nurhayati, 2012: 21)
Selama ini masih banyak anggapan bahwa perempuan ‘lebih rendah’
atau ‘tidak sederajat’ dengan laki-laki. Hal tersebut sering kali menyudutkan
posisi perempuan dan memaksanya menjadi sosok yang dianggap lemah,
bodoh, dan derajatnya lebih rendah dari pada laki-laki. Padahal sebenarnya
perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki, hanya saja selama
9
ini kaum perempuan belum mendapatkan kesempatan dan kebebasan yang
lebih untuk mengasah kemampuannya.
d. Bahasa Non-Verbal
Bahasa non-verbal adalah istilah umum yang digunakan
mengindikasikan komunikasi melalui isyarat, postur, sinyal, serta tanda
tubuh lainnya baik sadar maupun tidak sadar. Bahasa tubuh
mengomunikasikan informasi yang tidak terucapkan mengenai identitas,
hubungan, pikiran, suasana hati, motivasi dan sikap seseorang. Bahasa ini
memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan antarpribadi. (Danesi,
2004: 61)
Bahasa non-verbal berupa mengedipkan mata, wajah memerah, marah,
terkejut, jijik, senang serta emosi-emosi dasar lainnya sering kali terjadi tanpa
sadar namun sinyal ini dapat dipahami oleh orang-orang di berbagai budaya.
Isyarat tertawa, menangis dan mengangkat bahu adalah contoh sinyal
campuran yang mungkin berasal dari tindakan lahiriah namun aturan budaya
membentuk pemilihan waktu dan penggunaannya. Sedangkan isyarat
acungan jempol atau kedipan mata merupakan sinyal yang dipelajari. (Marcel
Danesi, 2004: 62)
Berdasarkan uraian tersebut, bahasa non-verbal merupakan suatu
bentuk komunikasi berupa isyarat ekspresi wajah maupun gerak tubuh yang
dapat dimengerti orang lain tanpa adanya kata-kata.
10
2. Referensi (Kajian Teoritis Seni Rupa)
a. Seni Grafis
Seni grafis berasal dari kata graphein (bahasa Yunani) yang berarti
‘menulis’ atau ‘menggambar’. Seni grafis merupakan pengolahan gambar
yang melalui proses cetak manual dengan menggunakan material tertentu.
(Susanto, 2012: 165)
Cetak dalam adalah suatu teknik cetak dengan posisi garis atau bidang
yang menerima tinta berada lebih rendah dari permukaan cetak. proses
pencetakan harus melalui tekanan yang kuat, sehingga tinta dapat
dipindahkan ke permukaan kertas. Torehan yang dibuat pada plat cetak dapat
dibentuk dengan digores secara langsung (drypoint atau mezzotint), bisa juga
dengan bantuan bahan kimiawi berupa larutan asam (etching dan aquatint).
(Rusmadi, 2007: 19).
Repro Gambar 2.3 Proses Cetak Dalam
Sumber: Buku Seni Cetak Cukil Kayu
Dwi Marianto, 1988: 16
Cetak dalam adalah salah satu teknik seni grafis dengan media acuan
plat yang kemudian ditorehkan langsung dengan jarum atau melalui proses
pengasaman, sehingga terbentuk cekungan pada plat yang merupakan tempat
tinta cetak. (Mikke Susanto, 2012: 194)
Plat Tinta
11
Monoprint merupakan salah satu dari sekian jenis seni cetak yang
dibuatsecara unik dengan aplikasi warna, alternatif, atau pencampuran teknik
dalamsatu cetakan saja. (Susanto, 2012:264)
Berdasarkan pemahaman, seni grafis dapat diartikan sebagai bagian
dari seni rupa yang mana dalam proses penciptaannya menggunakan teknik
cetak. Salah satu teknik dalam seni grafis yaitu drypoint, merupakan bagian
dari cetak dalam dengan menggunakan plat sebagai acuan cetak, sedangkan
proses penggarapannya dengan digores secara langsung.
b. Komponen Karya Seni
Karya seni yang bernilai harus memiliki komponen-komponen yang
baik pula, komponen tersebut bisa ditampakkan karya namun bisa juga
terkandung di dalam karya. Beberapa komponen yang terdapat dalam karya
seni adalah subject metter atau tema, bentuk, dan isi.
1. Subject Matter atau Tema
Tema merupakan gagasan berdasarkan pada wacana kebudayaan
serta menjadi ciri utama keragaman dalam sebuah kurun waktu. Tema
dalam karya seni berarti gagasan yang menjadi dasar penciptaan sebuah
karya seni. (Sachari, 2002: 129)
2. Bentuk
Bentuk merupakan totalitas atau keseluruhan dari unsur seni yang
diwujudkan penciptaan suatu karya seni. Bentuk bisa juga diartikan
sebagai organisasi dari segenaap unsur yang mewujudkan suatu karya
12
seni. Adapun unsur-unsur yang dimaksud meliputi: garis, shape, gelap
terang, dan warna. (Mulyadi, 1998: 26)
3. Isi
Isi merupakan arti yang bernilai daripada bentuk dan seringkali
dinyatakan sebagai bentuk emosi. Apabila ada suatu usaha untuk
menghayati atau menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya seni
menimbulkan emosi, maka sebenarnya kita sedang berhadapan dengan
isi atau arti. (Mulyadi, 1998: 16)
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa komponen tema
bentuk dan isi memiliki pengertian yang berbeda. Namun, sebagai suatu
komponen penciptaan karya seni ketiganya merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
c. Unsur-Unsur Rupa
Karya seni rupa mengacu pada suatu bentuk visual yang merupakan
susunan atau komposisi dari unsur-unsur rupa. Unsur-unsur rupa yang
membentuk suatu karya seni adalah unsur garis, unsur shape (bangun),
unsur tekstur, dan unsur warna.
1. Garis
Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama
besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang,
pendek, halus, tebal, berombak melengkung, maupun lurus. Garis
memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek,
tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga:
13
horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi
maupun acak (Susanto, 2012: 148).
Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan jejak yang ditimbulkan
oleh titik-titik yang digerakkan atau merapatkan titik-titik yang
berhimpit. Garis juga merupakan goresan atau sapuan yang sempit dan
panjang sehingga membentuk seperti benang. (Hakim, 1978: 42)
Garis merupakan titik-titik yang saling berhubungan. Keberadaan
garis dalam karya seni dapat memunculkan makna atau karakter
tersendiri. Garis juga dapat dijadikan sebagai kekuatan karakter dalam
karya dan menjadi ciri khas antara seniman satu dengan seniman lain.
2. Bidang
Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi
panjang dan lebar serta menutup permukaan. Bidang dapat diartikan
sebagai bentuk yang menempati ruang, dan bentuk bidang sebagai
ruangnya sendiri disebut dwimatra (Sanyoto, 2010: 103)
Bidang adalah suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis.
Secara umum bidang dikenal dalam dua jenis, bidang yaitu bidang
geometris dan organis. Bidang geometris seperti lingkaran atau bulatan,
segi empat, segitiga dan segi-segi lainnya, sedangkan bidang organis
dengan bentuk bebas yang terdiri dari berbagai macam bentuk yang tidak
terbatas (Bahari, 2008:100).
Bidang merupakan daerah yang terbentuk akibat adanya batasan
garis, tekstur, warna, atau gelap terang. Bidang dalam seni dua dimensi
dibagi menjadi dua yaitu bidang geometris dan bidang organis. Bidang
14
geometri merupakan bidang yang terukur misalnya bulat, segi tiga,
ataupun tabung. Kemudian bidang organis merupakan bidang yang
terbentuk secara bebas dan tidak terpaku ukuran.
3. Tekstur
Tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu permukaan yang dapat
terasa kasar, halus, licin, keras, ataupun lunak. Terdapat dua jenis
tekstur yaitu tekstur raba dan tekstur lihat. Tekstur raba adalah tekstur
yang bersifat nyata, yaitu dapat ditangkap melalui indera penglihat
maupun peraba. Sedangkan tekstur lihat adalah tekstur yang bersifat
semu, karena tekstur akan nampak saat dilihat namun tidak terasa ketika
diraba. (Sanyoto, 2009: 120)
Tekstur merupakan kesan halus dan kasarnya, atau perbedaan
tinggi rendahnya suatu permukaan suatu lukisan atau gambar.
Pengertian tekstur juga dapat diartikan sebagai rona visual yang
menegaskan karakter suatu benda yang dilukis atau digambar. Ada dua
macam jenis tekstur yaitu tekstur nyata, yaitu nilai permukaanya nyata
atau cocok antara tampak dengan nilai rabanya, dan tekstur semu yang
muncul karena penguasaan teknik gelap terang namun tidak terasa
ketika diraba. (Bahari, 2008:101-102).
Tekstur dalam seni rupa merupakan nilai raba dari suatu
permukaan karya seni. Unsur tekstur terbagi menjadi dua macam yaitu
tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah tekstur yang dapat
ditangkap oleh indera penglihat maupun indra peraba. Sedangkan
15
tekstur semu terbentuk karena penguasaan teknik, sehingga hanya dapat
ditangkap oleh indera penglihat.
4. Warna
Warna merupakan pantulan cahaya yang menimpa pada suatu
benda, tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna. Sama
halnya pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak
akan menampakan warna. (Sanyoto. 2009:12).
Setiap warna memiliki dampak visual serta makna yang berbeda
terhadap manusia. Secara umum, makna positif dan makna negatif pada
warna yaitu:
Warna Makna Positif Makna Negatif
Merah Kekuatan, cinta, energi, darah,
kehangatan, persahabatan, api,
kegairahan, kecepatan,peringatan.
Nafsu, agresi,
kesombongan, ambisi,
peperangan,
kemrahan.
Kuning Kehangatan, keceriaan, semangat,
keseimbangan, kecerahan,
keinginan.
Homoseksualitas,
naif, kelemahan,
kekurangan
Biru Kepercayaan, air, setia, damai,
kesejukan, loyalitas, percaya diri,
keamanan, kehebatan, harmoni,
kelembutan, kasih, kebijaksanaan,
kebenaran, perdamaian.
Sedih, dingin, depresi.
Hitam Kokoh, anggun, kuat, misteri,
mewah, modern, keseriusan,
Penyesalan, kematian,
ketakutan, kesedihan,
pemberontakan.
Putih Disiplin, suci, bersih, kebaikan,
kemurnian, kerendahan hati,
kepolosan, kesederhanaan.
Hampa, kematian,
menyerah, penakut.
Gambar 2.5 Tabel Makna Positif dan Makna Negatif Warna
Sumber: Buku Pengenalan Teori Warna
Eko Nugroho. 2008:18
Warna merupakan pantulan cahaya dari suatu benda yang terarah
menuju ke arah indera penglihat atau mata. Warna dalam seni rupa
16
merupakan salah satu unsur yang penting, karena pengolahan warna
yang tepat dapat menjadi daya tarik serta memunculkan karakter khas
pada suatu karya seni.
d. Prinsip-Prinsip Rupa
Penyusunan atau komposisi dari unsut-unsur estetik merupakan prinsip
pengorganisasian unsur dalam karya. Kehadiran prinsip rupa dalam
penyusunan suatu karya akan memberikan hasil yang memuaskan dan dapat
dinikmati. Terdapat beberapa prinsip-prinsip daalam penyusunan unsur
dalam karya yaitu keselarasan, kesatuan, aksentuasi, keseimbangan dan
proporsi.
1. Keselarasan dan Irama
Harmoni tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan
memiliki keserasian merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan
potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada
aturan-aturan yang ideal (Susanto. 2012:175).
Irama atau ritme adalah gerak pengulangan atau gerak mengalir
yang ajeg, teratur, dan terus-menerus. Ajeg yang dimaksud dalam hal ini
bisa keajegan dalam kesamaan-kesaamaan, keajegan dalam perubahan-
perubahan, atau bisa keajegan dalam kontras/pertentangan yang
dilakukan secara teratur dan terus-menerus seperti sebuah aliran.
(sSanyoto, 2010: 157)
Harmoni merupakan kesesuaian penyusunan unsur-unsur dalam
penciptaan karya seni. Sedangkan irama merupakan pengulangan-
17
pengulangan yang dilakukan secara teratur sehingga memunculkan kesan
seperti sebuah aliran. Apabila prinsip harmoni sudah terpenuhi dalam
suatu karya, maka akan nampak kesan yang hidup pada karya tersebut
ketika dinikmati.
2. Kesatuan
Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni
rupa. Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau
semua unsur menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah
karya seni tidak sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan
sesungguhnya "adanya saling hubungan" antar unsur yang disusun di
dalam karya seni. (Sanyoto, 2009: 213).
Mengacu pada teori di atas, dapat dipahami bahwa kesatuan adalah
hubungan serta kesesuaian antara unsur karya satu dengan yang lainnya,
sehingga terwujud suatu karya seni yang memiliki nilai keutuhan. Jika
satu atau beberapa unsur dalam susunan sudah saling berhubungan,
maka kesatuan telah dapat tercapai.
3. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa yang
berarti setara. Karya seni harus memiliki keseimbangan agar tidak
terkesan tidak berat sebelah. (Sanyoto, 2009: 237)
Keseimbangan dalam seni rupa adalah suatu keadaan dimana karya
seni nampak setara, tidak belah sebelah, sehingga enak ketika dipandang.
Terdapat dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan simetris dan
keseimbangan asimetris.
18
4. Aksentuasi dan Dominasi
Dominasi berasal dari kata Inggris domination yang artinya
penjajah. Pengertian dominasi dalam seni rupa merupakan keunggulan,
keistimewaan, keunikan, dan penyimpangan agar menarik perhatian.
(Sanyoto, 2010: 225).
Aksentuasi dan dominasi dalam seni rupa merupakan sesuatu yang
mencolok dalam suatu karya, sehingga dapat menarik perhatian. Prinsip
ini dapat dilakukan melalui repetisi, kontras, atau susunan.
5. Proporsi
Proporsi berasal dari kata Inggris proportion yang artinya
perbandingan. Proporsi ideal adalah suatu ukuran perbandingan dari
penciptaan karya seni yang dibuat atas dasar kaidah-kaidah perbandingan
yang paling dianggap sesuai sehingga menghasilkan karya seni yang
menarik. (Sanyoto, 2009: 251)
Proporsi merupakan suatu perbandingan antar satu bagian dengan
keseluruhan bagian. Proporsi ideal berarti kesesuaian perbandingan suatu
bagian dengan keseluruhan bagian sehingga karya nampak pas.
B. Sumber Ide
Banyak seniman yang telah melahirkan karya-karya luar biasa, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Keberhasilan seniman dalam menciptakan karya
seni, secara tidak langsung telah memberi motivasi dan inspirasi saat berkarya.
Berikut beberapa sumber referensi dalam penciptaan karya tugas akhir ini adalah:
19
1. Lukisan berjudul “Mona Lisa”, 2. Karya berjudul “Donkey, dan 3. Karya grafis
berjudul “The Four Horsemen of the Apocalypse”
1. Lukisan “Mona Lisa” Karya Leonardo da Vinci
Lukisan “Mona Lisa”adalah lukisan cat minyak di atas kayu poplar yang
dibuat oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Lukisan ini merupakan salah
satu lukisan paling terkenal di dunia yang menjadi pusat perhatian, studi, parodi
dan mitologi.
Gambar 2.5 Lukisan “Mona Lisa” Leonardo da Vinci
Sumber: www.google.image.co.id
20/09/2015, 01.00 PM
Lukisan ini menggambarkan seorang perempuan yang menatap
pengunjung dengan ekspresi senyuman yang misterius. Keistimewaan yang
menjadi daya tarik pada lukisan berjudul “Mona Lisa” adalah penggambaran
ekspresi yang khas dari seniman. Ekspresi senyuman figur perempuan
digambarkan dengan begitu misterius, menimbulkan rasa penasaran serta
20
menimbulkan banyak presepsi mengenai ekspresi figur lukisan tersebut
sehingga tertarik untuk mengamatinya lebih jauh lagi.
2. Karya Gabriel Moreno Berjudul “Donkey”
Karya berjudul “Donkey” dibuat oleh seniman asal Andalusian
bernama Gabriel Moreno pada tahun 2014. Karya ini dibuat dengan teknik
drawing dari pensil dikombinasikan dengan brush. Karya berjudul “Donkey”
menggambarkan figur perempuan yang memegang putung rokok bertopeng
keledai.
Gambar 2.6 Karya “Donkey” Gabriel Moreno
Sumber: www.google.image.co.id
29/11/2015, 11.28 AM
Keistimewaan yang terdapat pada karya berjudul “Donkey” adalah
penggambaran figur perempuan yang berkarakter kuat dan garang, berbeda
dengan pandangan perempuan selama ini. Karya ini didominasi dengan unsur
garis-garis tegas yang sangat kuat serta menampilkan penekanan garis hitam
21
dipadu dengan efek warna yang terkesan mentah dan kontras namun tetap
seimbang.
3. “The Four Horsemen of the Apocalypse” Albrecht Durer
Karya Albrecht Durer berjudul “The Four Horsemen of the Apocalypse”
menggambarkan empat penunggang kuda yang gagah berani sedang
mengangkat senjata untuk berperang. Pada latar belakang terlihat sesosok
malaikat bersayap yang sedang terbang menyaksikan kejadian ini.
Gambar 2.7 Karya “The Four Horsemen of the Apocalypse” Albrecht Durer
Sumber: www.google.image.co.id
01/12/2015, 10.00 AM
Keistimewaan dari karya berjudul The Four Horsemen of the Apocalypse
adalah penguasaan teknik dengan baik dari seniman dalam menggambarkan
berbagai ekspresi wajah serta penampakkan gelap terang sehingga
memunculkan volume. Selain itu ketelitian seniman dalam pengolahan unsur
garis sangat detail, memunculkan kesan yang relistik pada karya tersebut.
Top Related