10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2011). Menurut Sanjaya
(2012) belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman
secara langsung yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang
sebenarnya. Sementara Hilgard & Bower dalam Purwanto (2004),
mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulang – ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecenderungannnya berupa respon bawaan, kematangan atau
keadaan sesaat seseorang. Belajar pada hakikatnya merupakan proses
interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu (Rusman,
2010). Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Berdasarkan definisi – definisi tersebut, secara umum dapat
dikatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
11
laku yang lebih baik secara keseluruhan melalui latihan, penyesuaian diri,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik (Darsono,2000). Menurut Trianto (2011), mengatakan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran merupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata
lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar
seseorang. Proses belajar terjadi dalam diri seseorang sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya. Proses belajar merupakan indikator
berhasil tidaknya suatu pembelajaran (Rusman, 2010).
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya
mempengaruhi siswa agar belajar. Jadi, pembelajaran dikondisikan agar
mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa
aktif, mencapai tujuan secara efektif dan berlangsung dalam kondisi
menyenangkan (Dimyati & Mudjiono, 1994).
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
12
2.1.3 Pengertian Hasil Belajar
Setelah individu mengalami proses belajar maka akan memperoleh
output atau hasil dari proses belajar yang dialaminya. Itulah yang biasa
disebut hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2008).
Proses pembelajaran mengakibatkan adanya suatu pengalaman belajar.
Pengalaman belajar setiap siswa selalu berbeda. Seorang siswa akan
memiliki pengalaman yang menyenangkan pada salah satu mata pelajaran
dan mungkin memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan pada salah
satu mata pelajaran tersebut. Pengalaman tersebut yang akan menjadi dasar
siswa dalam berkembang. Perkembangan siswa terkadang menuju kearah
yang lebih baik, terkadang juga menjadi kurang baik. Hal ini dapat terlihat
dari out put atau hasil yang diperlihatkan oleh setiap siswa. Out put ini
menunjukkan tingkat hasil belajar siswa. Hal tersebut berarti bahwa hasil
belajar adalah tingkat penguasaan materi pelajaran yang dicapai oleh
seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar ini
yang sering kali berupa nilai-nilai dari suatu ujian atau ulangan. Nilai
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penentuan dan pertimbangan
dalam kenaikan kelas ataupun kelulusan siswa.
Menurut Hamalik (2002) menyebutkan bahwa hasil belajar tampak
sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan
dapat diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil
belajar sangat memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku. Siswa
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
13
yang telah mengikuti proses belajar mengajar akan memiliki pengetahuan,
pengalaman dan wawasan baru. Hal ini dapat memungkinkan timbulnya
sikap dan keterampilan yang baru. Sikap dan keterampilan tersebut sedapat
mungkin digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah,
keluarga ataupun masyarakat.
Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah
afektif. Dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan.
Enam tingkatan tersebut ialah, (1) Pengetahuan atau ingatan, (2)
Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Sintesis, (5) Analisis dan (6) Evaluasi.
Adapun ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1) Peniruan
(menirukan gerak), (2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan
gerak), (3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), (4) Perangkaian
(melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), (5) Naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar). Sementara ranah afektif terdiri dari lima
tingkatan yaitu, (1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya
sesuatu), (2) Merespon (aktif berpartisipasi), (3) Penghargaan (menerima
nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), (4) Pengorganisasian
(menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya) dan (5) Pengamalan
(menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup) (Kuswana,2012).
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar. Perubahan
tingkah laku tersebut adalah perubahan yang relatif menetap, dimana
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
14
perubahan itu terjadi pada ranah kognitif (pengetahuan), psikomotor
(keterampilan), dan afektif (sikap).
2.2 Hakikat IPA Biologi
Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas
dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA
dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur
(Trianto, 2011). Sementara menurut Darmodjo (1992) hakekat IPA yaitu: 1)
proses dari upaya manusia untukmemahami berbagai gejala alam. Artinya
bahwa diperlukan suatu caratertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap
serta menghubungkan gejalaalam yang satu dengan gejala alam yang lain
sehingga keseluruhannyamembentuk sudut pandang yang baru tentang obyek
yang diamati, 2) produkdari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala
alam. Artinya produkberupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum,
konsep-konsep maupunfakta-fakta yang kesemuanya itu ditujukkan untuk
menjelaskan tentangberbagai gejala alam, dan 3) faktor yang dapat mengubah
sikap danpandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang
mitologismenjadi sudut pandang ilmiah.
Mata pelajaran IPA terbagi menjadi tiga disiplin ilmu. Ketiga
disiplin ilmu tersebut adalah Biologi, Fisika dan Kimia (Trianto, 2010).
Setiap disiplin ilmu mempunyai cakupan materi yang berbeda-beda,
walaupun sebenarnya merupakan satu-kesatuan.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
15
Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam
memfokuskan pembahasan pada masalah – masalah biologi di alam sekitar
melalui proses dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut mencakup ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA
biologi lebih menekankan pada sikap ilmiah yang mencakup kompetensi
kognitif, psikomotorik, dan afektif sehingga siswa menemukan fakta – fakta,
membangun konsep – konsep, teori. Pembelajaran biologi selama ini lebih
banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi
hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran biologi yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
menemukan dan menerapkan ide – ide mereka.
Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka
nilai – nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain
sebagai berikut :
1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah – langkah metode ilmiah.
2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat – alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
3. Mempunyai sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah
baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan
(Trianto, 2011).
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
16
2.3 Model Pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat)
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk
merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran
juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat
dipergunakan untuk merancang bahan – bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang
melaksanakan aktivitas – aktivitas pembelajaran.
Joyce & Weil dalam Rusman (2010), berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan – bahan pembelajaran , dan membimbing pembelajaran di kelas atau
yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para
guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Agus (2009) model pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas. Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai teknik untuk
merancang, mempersiapkan, dan melaksanakan pembelajaran.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
17
2.3.2 Pengertian Pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat)
Model pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat)
merupakan model yang menekankan pada pemanfaatan isu – isu sains yang
ada di lingkungan sekitar siswa untuk kemudian dibahas dalam
pembelajaran melalui proses maupun produk sains (Poedjiadi, 2005). John
Lochhead & Robert E. Yager (1996) dalam Gusfarenie (2013)
mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model STM di dalamnya
mengandung unsur pembelajaran konstruktivisme, dimana siswa dituntut
untuk membangun suatu konsep atau pengertian berdasarkan perspektif
mereka yang diperoleh dari pengalaman orang lain yang dihubungkan
dengan pengalaman pribadi siswa itu sendiri sehingga konsep tersebut dapat
lebih mudah dimengerti oleh siswa. Lebih lanjut Clement, et al. (1987)
dalam Yager (1996) mengungkapkan bahwa ide utama konstruktivisme
adalah bahwasiswa tidak bisa belajar secara pasif menyerap atau
menyalinpemahaman orang lain. Sebaliknya semua siswa harus
membangunpemahaman mereka sendiri, pemahaman tersebut
diorganisasi olehdan terkait dengan pengetahuan yang telah ada yang
dibentuksecara individual oleh setiap orang berdasarkan pengalaman
masalalunya. Konsep lama hanya dapat dipindahkan ketika pelajar
terlibatdalam situasi masalah dimana makna yang dibangun oleh
sendirimereka tidak memadai. Interaksi sosial dalam bentuk
diskusi,perdebatan, dan argumen memainkan peran penting
dalammenantang kecukupan konsep lama.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
18
Model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang
bertujuan menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan dan
pendalaman sains (Gusfarenie, 2013). Sehingga menyebabkan model
pembelajaran STM erat kaitannya dalam meningkatkan enam domain sains
yang beberapa diantaranya domain proses (process domain) yang dapat
menumbuhkan keterampilan proses sains, domain aplikasi dan keterkaitan
(application and connection domain) yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta domain cara pandang terhadap
dunia dan lingkungan (wolrd view domain) yang dapat menumbuhkan sikap
sains (kompetensi kognitif, psikomotor, dan afektif) yang positif pada siswa
(Nurchayati, 2013).
2.3.3.Ciri – ciri Pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat)
Menurut Fajar (2003), pada umumnya STM memiliki
karakteristik/ciri – ciri sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah – masalah setempat yang terdapat ketertarikan dan
dampak.
2. Menggunakan sumber daya setempat (seperti manusia, benda,
lingkungan) untuk mengumpulkan informasi yang digunakan dalam
memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah – masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Merupakan kelanjutan dari pembelajaran di kelas dan di sekolah.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
19
5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. Suatu pandangan bahwa isi sains tersebut lebih dari pada konsep-
konsep yang harus dikuasai siswa dalam tes.
7. Penekanan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat
menggunakannya dalam memecahkan masalah mereka.
8. Penekanan pada kesadaran berkarir, yang berkaitan dengan sains dan
teknologi.
9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara, sehingga
ia dapat mencoba untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi.
10. Mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak di masa
depan.
11. Kebebasan dalam proses pembelajaran (sebagaimana masalah-masalah
individu yang telah diidentifikasi).
Adapun tujuan dari model pembelajaran STM itu sendiri, antara
lain yang disebutkan oleh Yager dalam Putra (2013) :
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan serta
mengkontraskan sains, dan teknologi, sekaligus menghargai cara sains
dan teknologi dalam memberikan kontribusi kepada pengetahuan dan
pengaruh baru.
b. Memberikan contoh – contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai
perubahan – perubahan yang sangat besar dalam bidang sains dan
teknologi yang di bawa oleh masyarakat, pertambahan ekonomi, dan
proses – proses politik.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
20
c. Memberikan/menawarkan pandangan global terkait hubungan sains dan
teknologi kepada masyarakat, serta menunjukkan dampaknya terhadap
pengembangan bangsa dan ekologi bumi.
Menurut Putra (2013), pengajaran IPA khusunya Biologi, dengan
model pembelajaran STM hendaknya mengandung komponen – komponen
berikut :
a. Strategi – strategi yang ada digunakan untuk memberikan pemahaman
yang nyata mengenai pola – pola penalaran dan berpikir dari teman
sebaya siswa, orang dewasa, dan para ahli.
b. Keterampilan – keterampilan dalam menguji validitas argumen dan
contoh – contoh yang tampaknya terdengar seperti penalaran ilmiah
yang membawa kepada kesimpulan yang keliru.
c. Memotivasi siswa untuk mengeksplorasi emosi dan nilai – nilai dalam
hubungan data dengan bukti – bukti khusus.
d. Penggunaan studi lapangan, pembicara tamu, media informasi, film,
dan kegiatan – kegiatan siswa, debat, bermain peran, dan simulasi.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
21
2.3.4 Sintak – sintak pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat)
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran STM
Yager dalam Lufri (2007)
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran STM (Sains, Teknologi,
dan Masyarakat)
Sebagai sebuah model pembelajaran, model pembelajaran STM
memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model – model
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
22
pembelajaran yang lain. Adapun beberapa kelebihan pembelajaran STM
menurut Putra (2013) ialah sebagai berikut :
1) Ditinjau dari Segi Tujuan
a) Meningkatkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah, selain
keterampilan proses.
b) Menekankan cara belajar yang baik, yang mencakup ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c) Menekankan sains dalam keterpaduan antar bidang studi.
2) Ditinjau dari Segi Pembelajaran
a) Menekankan keberhasilan siswa
b) Menggunakan berbagai strategi
c) Menyadarkan guru bahwa kadang dirinya tidak selalu berfungsi
sebagai sumber informasi.
d) Menggunakan berbagai informasi, kerja lapangan studi mandiri
serta interaksi antara informasi secara formal.
3) Ditinjau dari Segi Evaluasi
a) Diketahui adanya hubungan antara tujuan, proses, dan hasil belajar.
b) Perbedaan antara kecakapan, kematangan, serta latar belakang
siswa harus diperhatikan.
c) Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga
dievaluasi.
d) Guru juga yang termasuk dievaluasi usahanya yang terus menerus
membangtu siswa.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
23
4) Ditinjau dari Segi Guru
a) Mempunyai pandangan yang luas mengenai sains
b) Mengajar dengan berbagai strategi baru di dalam kelas, sehingga
memahami tentang kecakapan, kematangan, serta latar belakang
siswa.
c) Menyadarkan guru bahwa terkadang dirinya tidak selalu berfungsi
sebagai sumber informasi.
Menurut Gusfarenie (2013), kelebihan penggunaan model STM
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya
dalam berpikir logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi
serta besarnya peranan sains dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
3. Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains.
4. Siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran
berlangsung.
Adapun kelemahan dari model STM, antara lain :
1) Kurangnya bahan pengajaran yang dimiliki guru, sehingga proses
pembelajaran tidak berjalan dengan lancar, disarankan kepada para guru
yang ingin merancang suatu KBM dengan model STM untuk
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
24
memperluas wawasannya dengan banyak membaca buku atau bertanya
kepada narasumber.
2) Pembelajaran dengan model STM memerlukan sedikit tambahan waktu
jika dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Oleh karena itu guru harus
merinci secara cermat pembagian waktu pembelajaran agar tidak menyita
waktu untuk pokok pembahasan yang lain.
2.4 Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif
2.4.1 Pengertian Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif
Menurut Kuswana (2012) kompetensi kognitif adalah kemampuan
seseorang tentang sasaran hasil yang berhubungan dengan daya ingat
tentang pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan intelektual.
Kompetensi kognitif yang terpusat dalam pengkajian tes dan pengembangan
kurikulum, melalui pendefinisian sasaran hasil sebagai uraian perilaku
siswa. Berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Kompetensi psikomotor merupakan
kemampuan seseorang yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Sementara kompetensi afektif adalah kemampuan seseorang
tentang sasaran hasil yang menguraikan perubahan – perubahan di dalam
sikap (minat, sikap dan nilai – nilai, penyesuaian diri serta pengembangan
penghargaan).
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
25
Menurut Bloom dalam Kuswana (2012), terdapat enam tingkatan
kompetensi kognitif dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam
tingkatan tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa
untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi
problem solving dan lain sebagianya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau
menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan
untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari
kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang
timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen
atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat
ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik
diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
26
cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau
prosedur yang telah dipelajari.
5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
Menurut Bloom (1979) berpendapat bahwa kompetensi
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Dave
(1970) dalam penjelasannya mengatakan bahwa kompetensi psikomotor
dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:
1) Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
2) Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang
belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk
saja.
3) Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang
tepat.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
27
4) Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan
sesuatu yang utuh.
5) Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja
sehingga efektivitas kerja tinggi.
Menurut Krathwohl (1974) dalam Sudijono (2009), kompetensi
afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi,
motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori utama afektif dari yang paling
sederhana sampai kompleks yaitu:
1) Receivingatau attending (menerima atau memperhatikan) adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang
pada dirinya dalam bentuk masalah, situasi gejala dan lain – lain.
2) Responding (tanggapan) adalah memberikan reaksi terhadap fenomena
yang ada di lingkungannya. Mengandung arti adanya partisipasi aktif.
3) Valuing (penghargaan) berkaitan dengan harga atau nilai yang
diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku.
4) Organization (pengorganisasian) berkaitan dengan memadukan nilai-
nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu
sistem nilai yang konsisten.
5) Characterizationby a Value or Value Complex(karakterisasi
berdasarkan nilai-nilai) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
28
telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
2.4.2 Aktivitas Kompetensi Psikomotor dan Afektif
Jenis aktivitas kompetensi psikomotor, antara lain :
1. Aktivitas menyebutkan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
dasar tentang konsep materi yang sedang dikaji dalam pembelajaran.
Menurut KBB1 (2008), kemampuan menyebutkan adalah
kesanggupan siswa dalam melafalkan.
2. Aktivitas memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai segi (Sudijono, 2009).
3. Aktivitas menghubungkan adalah kesanggupan seseorang untuk
menggunakan ide – ide umum, tata cara ataupun metode – metode,
prinsip – prinsip, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi baru dan
kongkret (Sudijono, 2009).
4. Aktivitas menganalisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian – bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian –
bagian atau faktor – faktor yang satu dengan faktor – faktor yang lain
(Sudijono, 2009).
5. Aktivitas menafsirkan adalah kemampuan memperkirakan atau
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
29
diamati berdasarkan penggunaan pola keteraturan atau kecenderugan
– kecenderungan gejala tertentu yang telah diketahui sebelumnya
(Rustaman, 2005).
6. Aktivitas menyimpulkan adalah suatu proses yang memadukan
bagian- bagian atau unsur – unsur secara logis, sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru
(Sudijono, 2009).
Jenis aktivitas kompetensi afektif, antara lain :
1. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu berarti sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajari, dilihat dan didengar (Puskur, 2010). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) rasa ingin tahu berarti perasaan atau sikap
yang kuat untuk mengetahui sesuatu, dorongan kuat untuk mengetahui
lebih banyak tentang sesuatu.
2. Berkomunikasi
Berkomunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu. PBM (Proses belajar mengajar) merupakan suatu bentuk
komunikasi : komunikasi antara subyek didik dengan pendidik. Di
dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan
pengalihan (transfer) pengetahuan (Prihatono, 2011).
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
30
3. Kerjasama
Menurut Soedjono (1987) menerangkan bahwa kerjasama
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama – sama oleh
lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam – macam bentuknya,
namun suatu kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan
tujuan bersama. Sesuai kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud di
tentukan oleh suatu pola yang disepakati secara bersama – sama.
4. Teliti
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teliti diartikan
dengan cermat, seksama, dan hati – hati, sedangkan cermat diartikan
dengan seksama, teliti, berhati – hati dalam mengerjakan sesuatu.
2.5 Hasil Penelitian Terkait
a. Penelitian yang dilakukan oleh Agustini,et al.(2013) ,dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Terhadap Penguasaan Materi Dan Keterampilan Pemecahan Masalah
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di MTs Negeri Patas”. Penelitian ini
menunjukkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat
meningkatkan penguasaan materi dan keterampilan pemecahan masalah.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati (2013), dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Sains Siswa Smp”.
Penelitian ini menunjukkan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis dan sikap sains siswa.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
31
c. Penelitian yang dilakukan oleh Sabar (2013), dengan judul “Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai
Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berpengaruh
terhadap peningkatan life skill peserta didik.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Smarabawa, et al. (2013)., dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap
Pemahaman Konsep Biologi Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
SMA”.Penelitian ini menunjukkan model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat meningkatkan pemahaman konsep biologi dibandingkan
dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat.
Pengaruh Model STM..., Noviyatun Nurhikmah, FKIP UMP, 2015
Top Related