Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tiada terkira kami haturkan hanya kepada-Nya,
atas segala nikmat, karunia dan kesempatan kepada kami sehingga kami
dapat memperbaiki dan menyelesaiakan penyusunan kembali Buku
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah ini.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah ini merupakan buku
panduan dalam melakukan analisa tanah terutama untuk analisa sifat
fisika dan kimia bagi praktikan Ilmu Tanah baik selama melakukan
praktikum baik di laboratorium maupun kegiatan lapangan. Buku ini
diharapkan dapat membantu praktikan dalam melaksanakan praktikum,
namun buku ini bukanlah buku pegangan untuk mempelajari Ilmu Tanah,
sehingga untuk melengkapi materi-materi praktikum, praktikan sangat
dianjurkan membaca buku-buku Ilmu Tanah yang lain yang dapat
mendukung proses pembelajaran selama praktikum dan mendalami
pemahaman mengenai Ilmu Tanah.
Terimakasih kami ucapakan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyempurnaan buku ini, yaitu kepada Prof. Dr. Junun
Sartohadi, M.Sc., Prof. Dr. Suratman, M.Sc., Dr. Djati Mardiatno, M.Sc., dan
Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Sc. selaku dosen pengampu praktikum
yang telah memberi masukan untuk perbaikan buku ini, serta semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu namanya.
Terakhir, kami sangat berharap semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi praktikan Ilmu Tanah khususnya dan pihak lain yang
membutuhkan.
Yogyakarta, Agustus 2014
Penyusun
Tim Asisten Ilmu Tanah 2014
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. 1 DAFTAR ISI ............................................................................. 2 Tata Tertib Praktikum ............................................................................. 3 Format Laporan ............................................................................. 6 ACARA I ............................................................................. 9 ACARA II ............................................................................. 27 ACARA III ............................................................................. 28 ACARA IV ............................................................................. 31 ACARA V ............................................................................. 38 ACARA VI ............................................................................. 43 ACARA VII ............................................................................. 45 ACARA VIII ............................................................................. 48 ACARA IX ............................................................................. 51 ACARA X ............................................................................. 56 ACARA XI ............................................................................. 61 Responsi ............................................................................. 62
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
3
Tata Cara dan Tata Tertib Praktikum
1. Praktikum Tanah diselenggarakan pada semester genap dan
gasal.
2. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium ketika
memasuki laboratorium. Praktikan yang tidak mengenakan
jas laboratorium TIDAK DIPERKENANKAN mengikuti
acara praktikum dan harus melakukan inhal pada acara
yang bersesuaian dengan ijin dari koordinator praktikum
3. Praktikan wajib melakukan absen setiap kali mengikuti
acara praktikum
4. Penjelasan umum di kelas setara dengan 2 x 2 jam tatap
muka. Penjelasan di kelas diikuti oleh semua peserta
praktikum. Semua praktikan wajib membawa buku
petunjuk praktikum masing-masing ketika mengikuti
penjelasan di kelas. Pada setiap tatap muka terdapatpretest
dan dilakukan penilaian kegiatan praktikum.
5. Praktikan memilih waktu praktikum yang sesuai. Satu kali
sesi praktikum paling banyak diikuti oleh 12 orang peserta.
6. Praktikum harus dilakukan secara hati-hati dan sungguh-
sungguh. Praktikan yang merusakan alat laboratorium wajib
mengganti alat yang rusak dengan alat yang baru dan
bermerek dagang sama dengan alat yang rusak. Nilai
kegiatan praktikum pada acara tersebut secara otomatis
menjadi 0(nol).
7. Pratikum dilakukan secara berkelompok. Sekali tatap muka
praktikum terdiri dari 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberi 1
contoh tanah. Setiap anggota kelompok harus mencoba
pengukuran secara individual. Aktivitas setiap anggota
kelompok berpengaruh terhadap nilai praktikum. Anggota
yang tidak dapat ikut praktikum pada sesi yang semestinya,
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
4
diperkenankan melakukan inhal dengan ijin khusus dari
asisten dan dosen pengampu praktikum. Peserta praktikum
maksimum hanya diperkenankan melakukan inhal
sebanyak 2 kali. Praktikan yang melakukan inhal lebih dari
2 kali dinyatakan gagal mengikuti praktikum pada semester
yang bersangkutan dan harus mengulang pada semester
berikutnya dengan mengulang semua acara praktikum.
8. Inhal dilaksanakan pada hari yang telah disepakati antara
praktikan dan asisten sebelum waktu responsi
9. Praktikum lapangan harus diikuti oleh semua peserta dan
tidak ada inhal pada semester yang sama. Praktikan yang
tidak dapat mengikuti praktikum lapangan pada semester
yang bersesuaian diperkenankan inhal pada praktikum
lapangan pada semester berikutnya dengan mendapatkan
ijin terlebih dulu dari dosen pengampu. Inhal praktikum
lapangan hanya berlaku pada semester berikutnya dan tidak
berlaku pada semester berselang. Jika pada semester
berikutnya praktikan tidak dapat melakukan inhal maka
yang bersangkutan dinyatakan gagal mengikuti praktikum
tanah dan harus mengulang seluruh acara praktikum.
10. Ketentuan inhal hanya berlaku jika:
a. Praktikan sakit, dibuktikan dengan surat keterangan
sakit dari dokter atau rumah sakit;
b. Praktikan mewakili atau menjadi utusan dari Fakultas
atau Universitas dibuktikan dengan surat keterangan
yang diketahui oleh dosen pengampu praktikum;
c. Praktikan terlambat > 15 menit;
d. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan inhal diatas
diserahkan pada dosen pengampu praktikum.
11. Laporan praktikum wajib ditulis tangan dan dikumpulkan
sebelum acara berikutnya dimulai. Jika praktikan tidak
mengumpulkan laporan maka tidak diperkenankan
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
5
mengikuti acara praktikum berikutnya dan wajib mengikuti
inhal untuk acara praktikum yang bersesuaian. Laporan
praktikum bersifat kelompok.
12. Nilai T akan berubah secara otomatis menjadi E dalam
waktu 2 bulan sejak nilai akhir diumumkan. Mahasiswa
yang bersangkutan harus mengulang seluruh acara
praktikum.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
6
Format Laporan Praktikum
JUDUL (Sesuai Judul Acara Praktikum)
I. TUJUAN
Tujuan memuat hasil yang ingin didapatkan dari praktikum
yang akan dilaksanakan.
II. DASAR TEORI
Dasar teori memuat hasil penelitian/ artikel ilmiah
sebelumnya yang ada hubungannya dengan tema yang diangkat.
Dasar teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis,
atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan bidang
yang diteliti. Jika terdapat gambar ataupun tabel hendaknya diberi
nomor tabel dan nomor gambar secara berurutan. Gambar boleh
dari internet disertakan sumbernya. Dasar teori hanya boleh jurnal,
buku, laporan penelitian, prosiding maupun paper yang
dipresentasikan dalam seminar dan tidak diterbitkan.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan memuat bahan dan alat-alat yang digunakan
dalam praktikum. Alat dan bahan disajikan dalam bentuk tabel,
berisi foto dan kegunaan alat dan bahan.
IV. LANGKAH KERJA
Langkah kerja memuat jalannya penelitian yang dilakukan
dan disajikan dalam bentuk diagram alir.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
7
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menyajikan data dan hasil perhitungan dari praktikum. Hasil
dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, foto/gambar atau bentuk
lain.
Menyajikan hasil kajian, akurasi yang dapat dicapai,
signifikansi langkah maupun pengetahuan, fenomena, maupun
informasi yang dapat diberitahukan kepada khalayak. Analisis yang
rinci dan mengkerucut sangatlah bermanfaat bagi peneliti lain.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang
dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan dapat
pula disajikan secara pointers. Kesimpulan harus mengindikasikan
secara jelas kemajuan-kemajuan, batasan-batasan dan
kemungkinan aplikasi dari penelitian.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Penulisan pustaka harus urut alpabetis dengan sistematika
urutan sebagai berikut :
Buku:
Kuncung, P. 2010. Kawasan Karst Gunungsewu. Yogyakarta: PT
Karsta Jaya Abadi.
Jurnal:
Kuncung, P. 2010. Estimasi Imbuhan Airtanah di Kawasan Karst
Gunungsewu. Jurnal Karst Indonesia, Vol. 3. Hal: 1-23.
Paper yang dipresentasikan dalam seminar dan diterbitkan
dalam bentuk proseeeding:
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
8
Kuncung, P. 2011. Pengaturan Pola Tanam Meteorologis di Kawasan
Karst Gunungsewu. Prosiding Seminar Pertanian
Nasional, 24-25 Agustus 2011. Fakultas Pertanian
Universitas Alam Gunungsewu.
Paper yang dipresentasikan dalam seminar dan tidak
diterbitkan:
Kuncung, P. 2011. Keanekaragaman Hayati Kelelawar di Gua Hira’.
Dipresentasikan dalam Seminar Keanekaragaman Hayati
Kawasan Karst, 3 November 2010. Fakultas Pertanian
Universitas Alam Gunungsewu.
Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis dan Disertasi:
Kuncung, P.; Ardita, H.; dan Rumbaka, C. 2011. Dinamika Penduduk
dan Dampaknya Terhadap Kerusakan Lahan di Kawasan
Karst Gunungsewu. Laporan Penelitian. Fakultas
Kebumian Universitas Alam Gunungsewu.
Paper dalam Buku (Kumpulan Paper/ Bunga Rampai):
Kuncung, P.; Ardita, H.; dan Rumbaka, C. 2011. Dinamika Penduduk
dan Dampaknya Terhadap Sumberdaya Air di Kawasan
Karst Gunungsewu. dalam Cahyadi, A. dan Rumbaka, C. (eds)
2010. Dinamika Penduduk dan Lingkungan. Yogyakarta:
PT Karsta Jaya Abadi.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
9
Acara I Deskripsi Tanah di Lapangan
Tujuan
1. Mengkaji morfologi tanah di lapangan 2. Memahami tehnik pengambilan sampel tanah di lapangan
Alat
- Peta topografi / RBI - Sekop - Meteran - Soil Test Kit - Bor Tanah - Bor Permeabilitas - Ring permeabilitas - Buku ‘Munsell Soil Color
Chart’
- Pnetrometer - pH meter - Plastik sampel tanah - Spidol OHP - GPS - Kamera - Daftar isian lapangan - Karet Gelang
Dasar Teori
Untuk mendeskripsi suatu profil tanah diperlukan beberapa data yang dikumpulkan di lapangan:
Informasi sekitar lokasi sampel a. Nomor profil:
Pemberian nomor profil harus jelas dan sudah dibedakan dengan nomor profil lainnya.
b. Tanggal pengamatan c. Pendeskripsi d. Lokasi:
Sebaiknya lokasi profil dikaitkan dengan nama perkampungan terkecil dan atau jalan terkecil. Dapat pula dikaitkan dengan lokasi kota terbesar atau pula bentuk lainnya yang terlihat pada peta skala kecil, agar pembaca yang belum mengetahui daerahnya dapat dengan mudah
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
10
memahami. Bila mungkin posisinya terhadap garis lintang, bujur disertakan juga menggunakan GPS.
e. Ketinggian tempat: Diestimasi dari peta rupa bumi atau menggunakan altimeter
f. Bentuklahan: Fisiografi: plato, lereng cekung, dataran, teras, lereng cembung.
g. Bentuklahan sekitarnya: Datar/hampir datar : lereng kurang dari 3% Landai : 3-8% Bergelombang : 8-16% Bergelombang-berbukit : 16-30% Rendah berbukit : perbedaan ketinggian > 30% Pegunungan : perbedaan ketinggian jelas
(300 meter)
h. Mikro topografi: Bila diperoleh adanya bentuk-bentuk mikro topografi yang natural atau yang buatan juga dideskripsi seperti gilgai, kontur berteras, tanggul.
i. Kemiringan lereng: Kemiringan lereng dapat diukur dengan klinometer, abney level atau, pantometer.
j. Vegetasi dan Penggunaan lahan: Bentuk penggunaan tanah dan vegetasi dapat dibedakan atas:
1. Perkampungan 2. Tegalan 3. Sawah : - sawah pengairan
- sawah tadah hujan - sawah pasang surut
4. Perkebunan rakyat atau tanah pertanian : telah banyak dipengaruhi oleh aktvitas manusia untuk mendapatkan hasilnya
5. Hutan produksi atau perkebunan pohon-pohon (budidaya), dibedakan: - kopi - cengkih
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
11
- karet - teh 6. Rimba belantara : hutan yang tidak terganggu oleh
manusia 7. Sabana : padang rumput dengan pohon-pohon 8. Padang rumput : hamparan rumput-rumputan,
Leguminoseae atau vegetasi pendek 9. Padang semak-belukar : kumpulan semak-belukar
yang liar Informasi vegetasi sifat-sifat yang dicatat ialah: 1. Persentase penutup dari pohon, semak dan tanaman
penutup (rumput-rumputan) 2. Ketinggian pohon, semak, dan rumput-rumputan 3. Species utama (paling sedikit 20% dari vegetasi
keseluruhan, dengan maksimum 5 spesies) 4. Intensitas pengrusakan rumput oleh hewan
k. Iklim Sebagian besar data sekunder atau hasil perhitungan. Data sekunder diperoleh dari stasiun meteorologi yang relevan dengan lokasi profil. Jarak dari stasiun meteorologi dan perbedaan ketinggiannya dari lokasi profil diperhitungkan. Informasi yang dicatat antara lain: curah hujan, temperatur udara, kelembaban, penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin, tipe iklim.
Informasi umum tentang tanah a. Material induk:
Hendaknya dicatat informasi batuan induk: 1. Jenis batuan dan macam batuan: batuan beku, sedimen,
metamorf 2. Formasi batuan 3. Komposisi mineral utama
b. Drainase c. Kelembaban tanah
Keadaan kelembaban dari profil tanah dibedakan: 1. Profil tanah seluruhnya lembab 2. Bagian atas (50 cm) kering, bagian bawah lembab
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
12
3. Tergenang air d. Kedalaman air tanah diukur dengan meteran e. Material permukaan dan singkapan batuan. Diameter dari
rombakan batuan/fragmen batuan Penyebaran material permukaan:
1. <0,01% : tidak berbatu/sedikit 2. 0,01 - 0,1% : agak berbatu 3. 0,1 - 3% : berbatu-batu 4. 3 -15% : berbatu-batu banyak 5. >15% : sangat berbatu-batu
Cara penetapan dengan estimasi mendasarkan kartu proporsi bahan kasar dan digambarkan dalam bagan berikut: Singkapan batuan:
1. < 2% : tidak ada singkapan 2. 2-10% : agak tersingkap 3. 10-25% : tersingkap 4. 25-50% : banyak singkapan 5. 50-90% : berbatu-batu 6. > 90% : daerah berbatu-batu
f. Keadaan erosi: Keadaan erosi dan sebagai akibatnya ialah terjadinya deposisi: 1. erosi oleh air: erosi lembar, erosi alur, erosi parit 2. deposisi oleh air 3. erosi oleh angin 4. deposisi oleh angin
g. Adanya garam alkali: h. Pengaruh manusia
Pengaruh manusia dapat melalui praktek-praktek pengolahan tanah seperti misalnya: irigasi, terasering, drainase, pencangkulan, pemupukan dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perubahan susunan horison/lapisan tanah pada suatu profil tanah.
Deskripsi masing-masing horison tanah a. Identifikasi horison beserta symbol
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
13
Horison Organik: O O : Horison organik ialah lapisan tanah terdiri atas bahan
organik, baik masih segar maupun telah membusuk yang terbentuk dibagian paling atas horison mineral. Kandungan bahan organiknya 30% atau lebih yang terkandung jika tanahnya bertekstur lempung lebih dari 50%, atau 20% atau lebih kandungan bahan organiknya jika tanahnya tidak mengandung lempung sama sekali, warna umumnya kelam sampai hitam.
O1 : Horison organik, bahan-bahan tumbuhan seperti tulang-tulang daun, batang, tulang hewan, masih mempunyai ciri dan bentuk seperti bahan asalnya, terlihat jelas dengan mata biasa.
O2 : Horison organik, sisa tumbuhan dan hewan yang sedang atau telah mengalami pembusukan sehingga tidak menampakkan lagi ciri-ciri dan bentuk seperti asalnya, misalnya sudah berupa humus.
Horison mineral A : Horison mineral mempunyai ciri-ciri: warna cerah muda
(kecuali horison A1) tekstur lebih kasar dan struktur yang lebih terbuka.
A1 : Horison mineral, terbentuk paling atas yang menampakkan ciri-ciri percampuran antar bahan mineral dan bahan organik, yang terlapuk, warnanya agak hitam atau kelam.
A2 : Horison pencucian atau eluviasi, mempunyai ciri-ciri horison A yang paling maksimal, karena adanya lempung, besi, alumunium dan atau bahan organik telah tercuci dan yang tertinggal bahan-bahan resisten seperti kwarsa, pasir, debu. Warnanya cerah, tekstur paling kasar dan struktur paling terbuka.
A3 : Horison peralihan ke horison B atau C dengan ciri warna seperti horison A, tetapi jika peralihannya kurang jelas ciri dan warna campuran, maka horisonnya diberi Simbol AB (jika beralih ke horison B) dan AC (jika beralih ke horison C)
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
14
B : Horison illuvial; lempung besi, aluminium dan bahan organik masing-masing sendiri atau bersama yang tercuci dari horison A, konsentrasi residu sesquioxida atau lempungan alterasi bahan-bahan dari keadaan asalnya dan terbentuknya struktur kersai, gumpal atau tiang. Ciri umum dari horison ini: warna lebih tua, tekstur lebih berat, struktur rapat.
B1 : Merupakan horison peralihan dengan horison A yang warna dan cirinya mendekati horison B.
B2 : Horison paling maksimal menunjukkan horison B, sehingga warnanya paling kelam/tua, tekstur paling berat dan struktur padat.
B3 : Horison peralihan dari horison B ke horison C atau R dengan warna dan ciri yang telah mendekati warna dan ciri horison B, seperti halnya horison AB atau AC yang merupakan percampuran yang sukar dibedakan antara horison ini dengan horison di bawahnya diberi Simbol BC (jika dengan horison C).
C : Horison mineral, sembarang apakah sama atau tidak sama dengan bahan induknya, relatif kurang dipengaruhi proses-proses perkembangan tanah dan tidak menunjukkan ciri-ciri diagnostik horison A atau B
R : Adalah batuan induk tanah yang terdapat diatasnya dan berupa batuan utuh. Beberapa Simbol tambahan (‘’suffex simbol’’) yang digunakan untuk menunjukkan keistimewaan sebagai berikut: b horison tanah yang tertimbun (burried) misalnya A1b, B2b Ca akumulasi karbonat alkali tanah umumnya calcium, misalnya BC2 Cn akumulasi konkresi sesuioxsida atau nodula keras Cs akumulasi calciumsulfat f tanah yang membeku permanent (frozen) g gleysasi kuat akibat reduksi besi oleh kelembaban atau penggenangan air.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
15
h akumulasi illuvial humus Jr akumulasi illuvial besi m sementasi padat, mampat, pejal, bukan batuan p horison yang telah digarap/diolah. Sa akumulasi garam-garam yang dapat larut selain calcium sulfat (salt) Si sementasi oleh bahan-bahan silika yang larut dalam alkali t akumulasi lempung illuvial x horison bersifat fragipan seperti padas yang rapuh, BV tinggi mengandung lempung Simbolisasi horison tersebut diatas berdasarkan pada uraian yang dijelaskan pada Soil Survey Manual (1951) yang disebut dengan sistem lama. Kemudian pada tahun 1981 dilakukan peubahan simbolisasi horison tanah yang dikenal dengan sistem baru.
b. Batas horison
Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya, diukur dari batas atas horison mineral, dinyatakan dalam cm atau inches. Tebal horison dapat diukur untuk masing-masing horison mulai dari batas atas horison mineral. Batas horison memang tidak selalu lurus, oleh karena itu dari batas itu dapat diamati pula:
1. Jelas tidaknya (distinctness) yang dibedakan atas: Tegas (abrupt), tebal batas : < 1.0 cm Jelas (clear) : 1 – 2.5 inches Lambat laun (gradual) : 2.5 – 5 inches Baur (diffuse) : > 5 inches
2. Topografinya yang dibedakan atas: Datar (smooth) Berombak (wavy) Tak teratur (irregular) Patah (broken)
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
16
c. Kedalaman Tanah (solum) Dapat dinyatakan dalam klas-klas: 1. Sangat dangkal : 0 – 30 cm 2. Dangkal : 30 – 60 cm 3. Sedang : 60 – 90 cm 4. Dalam : 90 –150 cm 5. Sangat dalam : > 150 cm
d. Warna (color) Warna matrix setiap horison harus dideskripsi sesuai dengan standard warna dari “Munsell Color Charts”. Warna tanah ditentukan dalam keadaan lembab, keadaan kering, dan mungkin dalam keadaan basah (misalnya di daerah sawah, pasang surut) sedapat mungkin ditentukan langsung di lapangan.
e. Warna Bercak (Mottling) Adanya warna bercak dalam suatu profil tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan drainase. Suatu deskripsi mengenai bercak-bercak dalam buku “Soil Survey Manual” sbb: 1. Jumlahnya (abundance) dibedakan atas:
a. Sedikit (few) : < 2% luas permukaan horison profil yang diamati
b. Cukup (common) : 2–20% luas permukaan horison profil yang diamati.
c. Banyak (many): > 20% luas permukaan horison profil yang diamati
2. Ukurannya (size) bercak-bercak dibedakan atas: a. Halus (fine) : diameter bercak < 5 mm b. Sedang (medium) : diameter bercak 5 – 15 mm c. Kasar (coarse) : diameter bercak > 15 mm
3. Kejelasan (contrast) bercak-bercak dibedakan atas: a. Kabur (faint) : perbedaan warna dasar (matrik) dan
bercak-bercak tidak jelas b. Jelas (distinct) : tampak jelas perbedaan antara matrik
dan bercak-bercak.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
17
c. Tegas (prominent): bercak merupakan ciri yang tegas 4. Ketajaman batas bercak:
a. Tegas (sharp) : batas antara warna-warna tajam b. Jelas (clear) : perubahan warna kurang 2 mm c. Kabur (diffuse) : perubahan warna lebih 2 mm
f. Tekstur Tekstur tanah pada setiap lapisan dapat dideskripsi sebagai berikut: 1. Tekstur kasar, meliputi pasir, pasir berdebu dan pasir
bergeluh. 2. Tekstur sedang, meliputi geluh, geluh berpasir, geluh
berdebu, dan geluh berlempung. 3. Tekstur halus, meliputi lempung, lempung berpasir,
lempung berdebu.
g. Struktur Tanah Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan pengikatan partikel-partikel tanah satu sama lain. Pengikatan partikel tanah itu berwujud sebagai agregat tanah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa sebab dari luar. Pengamatan struktur tanah di lapangan terdiri atas: Tipe strukturmenggambarkan bentuk dari agregat 1. Tipe struktur, yang dapat dibedakan:
a. Tipe lempeng (platy): ped-nya mempunyai ukuran horisontal lebih dari ukuran vertikalnya
b. Tipe tiang: ukuran vertikal ped lebih dari ukuran horisontalnya,bentuk masih dibedakan lagi atas tipe prismatik yang ujungnya persegi dan tipe kolumner yang ujungnya membulat.
c. Tipe gumpal (blocky): ukuran vertikal dan horisontalnya sama besar, berdasarkan ujungnya dapat dibedakan lagi atas gumpal bersudut dan gumpal membulat.
d. Tipe Remah (crumb): berbentuk butir-butir tanah yang saling mengikat seperti irisan roti tawar.
e. Tipe kersai (granulair): berbentuk butir-butir lepas
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
18
f. Tipe berbutir tunggal yang tidak membentuk agregate tanah.
g. Tipe pejal (massif): yang merupakan kesatuan ikatan partikel tanah yang mampat.
2. Derajat Strukturberkaitan dengan kertahanan tanah
terdispersi Istilah-istilah untuk derajat struktur diberikan dalam buku Soil Survey Manual sbb:
a. Tak beragregate (structureless): agregasi tidak bisa diamati, baik yang strukturnya masif maupun berbutir tunggal.
b. Lemah (weak) ped-ped yang terbentuk sangat lemah, jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil.
c. Cukupan (moderate); sudah terbentuk ped yang jelas dan masih dapat dipecahkan.
d. Kuat (strong): telah terbentuk ped yang tahan lama dan ada adhesi lemah satu sama lain, jika dipecah terasa ada tahanan
e. Sangat kuat, sukar terdispersi.
h. Konsistensi Tanah Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi masa tanah terhadap peubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah). Pengamatan konsistensi di lapangan ialah dengan cara memijit tanah basah, lembab dan kering diantara telunjuk dan ibu jari. 1. Konsistensi jika tanah basah (wet)
0 : tak lekat (non sticky), sedikit adhesi tanah pada jari 1 : agak lekat (slightly sticky), sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah lepas lagi 2 : lekat (sticky) ada adhesi tanahpada jari dan kalau dipijat memapar
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
19
3 : sangat lekat (very sticky) adhesi tanah menempelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar dilepaskan. 4 : tak liat (non plastic): tak dapat membentuk gilingan kecil 5 : agak liat (slightly plastic): dapat dibentuk gilingan kecil yang mudah diubah bentuknya 2 : liat (plastic): dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk-bentuk tertentu yang hanya dapat diubah dengan tekanan 3 : sangat liat (very plastic): dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentuknya dengan pijatan yang kuat.
2. Konsistensi jika tanah lembab 0 : lepas-lepas (loose), tak ada adhesi butir-butir tanah 1 : sangat gembur (very friable) jika dipijit mudah hancur 2 : gembur (friable) jika dipijit kuat baru hancur 3 : teguh (firm) dipijit sukar hancur 4 : sangat teguh (very firm) jika ditekan kuat yang menyakitkan baru bisa hancur 5 : luar biasa teguh (extremely firm) pijitan yang sangat kuat baru menghancurkan
3. Konsistensi jika tanah kering 0 : lepas-lepas (loose), tak ada kohesi 1 : lunak (soft), masa kohesinya lemah dan ditekan sedikit sudah hancur 2 : agak keras (slightly hard), sedikit hancur terhadap pijitan tangan 3 : keras (hard), baru dapat dipecahkan dengan tekanan kuat sekali 4 : sangat keras (very hard), tak dapat dipecahkan dengan jari 5 : luar biasa keras (extremely hard), hanya dapat dipecahkan dengan palu atau benda keras
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
20
i. Cutan Cutan dapat dideteksi pada permukaan-permukaan agregat dan di dalam retakan, pori-pori dan “channel”. Demikian juga seperti coating, slickensides termasuk cutan. Deskripsi mengenai cutan meliputi: 1. Jumlah
Patchy : cutan sedikit tersebar setempat-setempat pada permukaan ped
Broken :cutan berada pada permukaan-permukaan ped yang sedikit tertutup
Continous:cutan-cutan berada pada ped seperti garis dalam saluran atau pori-pori
2. Ketebalan Tipis : butir-butir pasir halus kelihatan jelas di dalam
cutan, ada jembatan antara butir-butir yang lemah Cukup tebal: butir-butir pasir halus terselimuti dalam cutan
dengan garis-garis kurang jelas Tebal : permukaan cutan halus tidak menunjukkan garis-
garis butir pasir halus, ada jembatan yang kuat antara butir-butir yang lebih besar.
Berdasarkan komposisinya cutan dibedakan bersamaan dengan material seperti:
a. mineral lempung b. mineral lempung dengan oksida besi c. mineral lempung dengan bahan organik d. oksida mangan e. larutan garam karbonat, sulfat, clorid f. silika
j. Sementasi Perekatan partikel-partikel tanah membentuk gumpalan terkonsistensi keras yang disebabkan bahan-bahan perekat seperti lempung, kapur (CaCO3), silika, sesquioxida dan humus. Makin basah makin berkurang daya perekatnya. Perekatan atau Sementasi berdasarkan kekuatannya dibedakan atas:
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
21
a. Sementasi lemah yang rapuh b. Sementasi kuat yang sukar dipecahkan c. Sementasi sangat kuat membentuk padas yang jika
dipukul palu berbunyi. l. Kandungan fragmen mineral dan mineral
Terutama di daerah tropik rata-rata pelapukan batuan biasanya cepat, sehingga banyak dijumpai fragmen-fragmen batuan dan mineral dalam tanah.Deskripsinya dalam hal ini meliputi:
1. Jumlah yang dibedakan atas: Sangat sedikit : < 5% dari volume Sedikit : 5 – 15% dari volume Banyak : 15 – 40% dari volume Sangat banyak : 40 – 60% dari volume
2. Ukuran yang dikelompokkan atas Kerikil : 0,2 – 7,5 cm Batu : 7,5 – 25 cm Boulder : > 25 cm
3. Bentuk dari fragmen dideskripsi apakah membulat, atau lempeng, kemudian diterangkan pula jenis mineralnya, seperti kwarsa, feldspar, granit dsb. Tingkat pelapukan sedapat mungkin ikut dicatat seperti misalnya mineral/fragmen dalam keadaan segar (fresh), terlapuk (weathered), terlapuk kuat (strongly weathered).
Bentukan-bentukan istimewa dalam profil tanah
Ciri-ciri berupa bahan kasar dan bentukan istimewa sering menunjukkan kualitas tanah yang tak langsung, dapat diamati di lapangan antara lain:
1. Padas Padas merupakan lapisan tanah yang padat dan keras, yang dapat terjadi karena gaya berat masa tanah yang terletak di atasnya akibat pembajakan, pemadatan akibat cuaca yang
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
22
membekukan, agregasi tanah disertai perubahan temperatur, karena sementasi oleh besi, bahan organik, silika, lempung. Beberapa bentuk padas yang perlu dikenal ialah: a. laterite : padas lempung yang kaya akan sesquioxida
terutama besi b. orstein : padas besi dan bahan organik c. croute calcaire : padas gamping misal pada tanah
“chernoren” d. claypan : padas berkadar lempung tinggi e. permafrost: semacam padas thermal yang tetap membeku di
bawah tanah di daerah arctic dan sub arctic 2. Konkresi
Konkresi merupakan kumpulan senyawa-senyawa kimia tertentu yag menjadi keras, bentuk besar dan warnanya berbeda-beda tergantung susunan kimianya.
3. Garam-garam kapur, gips dan garam lainnya Apabila garam-garam itu terdapat dalam bentuk kristal disebut efflorescences
4. Lembaran sesquioxida 5. Plintit : adalah lempung yang kaya akan sesquioxida dan miskin
akan humus 6. Krotovinas : adalah lubang-lubang dalam suatu horison tanah
yang diisi oleh bahan-bahan diatasnya atau dibawahnya. 7. Crust (kerak) : lapisan permukaan mendatar, tipis dan mampat
berbentuk lempeng-lempeng kerak. 8. Gilgai : mikrorelief lempung yang membentuk bukit-bukit kecil
di permukaan tanah. 9. Slickensides : permukaan gumpalan tanah yang licin mengkilap
menandakan tanah lempung. 10. Tongues (lidah-lidah) : sisipan bahan-bahan berwarna pucat ke
horison yang lebih kelam berwujud seperti lidah. 11. Bentukan-bentukan lain seperti artefacts (misalnya charcoal).
Perakaran Pengamatan akar didasarkan pada banyaknya akar dan bukurannya. Ukuran besarnya akar dibedakan:
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
23
a. akar-akar sangat halus : diameter < 1 mm b. akar-akar halus : diameter 1 – 2 mm c. akar-akar sedang : diameter 2 – 5 mm d. akar-akar besar : diameter > 5 mm
Untuk menyatakan jumlah perakaran dapat diberikan suatu deskripsi sbb:
a. banyak sekali: jika hampir seluruh horison dipenuhi akar b. banyak : jika banyaknya akar lebih dari ½ luas
horison c. sedang : jika akar menjalar disana-sini dan masih
nampak nyata d. sedikit : jika akarnya hanya ada sedikit e. tak ada : tidak dijumpai akar
pH pH dideterminasi untuk setiap horison. Penentuan pH secara cepat di lapangan dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. pH dalam air (H2O) pH aktual 2. pH dalam KCl 1N pH potensial Dengan menggunakan tabung reaksi masukkanlah masa tanah sampai batas tertentu (tanda) kemudian dituangkan air atau KCl 1N juga sampai tanda yang telah ada pada tabung reaksi, kemudian dikocok sampai homogen. Dibiarkan sampai mengendap dan diuji dengan kertas pH (dalam hal ini memakai indikator universal). Determinasi pH dilakukan untuk setiap horison dengan cara seperti tersebut diatas.
Bahan Organik Uji secara kualitatif adanya bahan organik di lapangan, dapat dilakukan dengan meneteskan larutan H2O2 10% yang bila menunjukkan buih atau tanda gemercik berarti tanah mengandung bahan organik. Determinasi adanya bahan organik juga dilakukan pada masing-masing horison.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
24
Kapur Bebas Kandungan kapur (CO3) juga dideterminasi dengan cara meneteskan HCl 10% pada masa tanah, jika ada tanda buih atau memercik berarti menunjukkan ada kapur (secara kualitatif). Determinasi kadar kapur ini dilakukan pula untuk setiap horison tanah.
Cara Kerja
Praktikan diminta mempersiapkan checklist deskripsi profil tanah di lapangan
Praktikan diberi arahan tentang teknik mengidentifikasi profil tanah di lapangan bersama dosen pengampu dan dibantu beberapa asisten
Output
1. Laporan lapangan. 2. Data deskripsi tanah di lapangan.
Acara II
Persiapan Contoh Tanah dan Penetapan Kadar Air
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mempersiapkan contoh tanah untuk keperluan
pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia di laboratorium.
2. Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar air.
Alat dan bahan
- Contoh tanah yang diambil dari lapangan sebanyak 2 kg yang
telah dikering anginkan
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
25
- Lumpang dan penumbuk dari porselin
- Timbangan analitik
- Ayakan ukuran diameter 2 mm dan 0,5 mm
- Oven pengering
- Eksikator
- Botol timbang
- Plastik/toples sebagai wadah sampel yang telah ditumbuk
Dasar Teori
Tanah di lapangan tersusun atas berbagai ukuran butir.
Komposisi ukuran butir tanah berkaitan dengan berbagai sifat fisik,
kimia, biologi dan morfologi tanah. Tanah yang didominasi oleh
partikel berukuran pasir akan terasa ringan dalam proses
pengolahan tanah, namun mempunyai kemampuan menjerap unsur
hara yang terbatas. Kondisi sebaliknya terjadi pada tanah yang
didominasi oleh partikel berukuran lempung (clay) akan
mempunya kapasitas penjerapan unsur hara tinggi namun berat
dalam pengolahan tanah.
Lengas tanah tersusun atas lengas hidroskopis, lengas
mineralogis, dan lengas lapangan. Data mengenai persentase lengas
tanah dibutuhkan untuk koreksi hasil pengukuran sifat fisik dan
kimia atas contoh tanah yang diukur di laboratorium. Pengukuran
sifat-sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium dilakukan atas
contoh tanah asli (agregat), contoh tanah lolos saring 2 mm dan 0.5
mm.
Cara Kerja
1. Ambil contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ± 2 minggu,
lakukan penimbangan untuk mendapatkan contoh tanah yang
anda punyai.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
26
2. Ambil agregat tanah asli dengan ukuran diameter ± 2 cm2
sebanyak 3-4 buah, tempatkan pada kantong plastik yang telah
disiapkan, jangan lupa catat nomor tanah.
3. Haluskan sisa contoh tanah yang anda punya menggunakan
lumpang porselin dengan cara digerus. Perhatikan, penghalusan
contoh tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga fraksi pasir
dan atau fraksi kasar tanah tidak pecah/hancur. Kesalahan
dalam prosedur penghalusan contoh tanah akan membawa
anda pada hasil pengukuran seluruh sifat fisik dan kimia tanah
menjadi tidak akurat. Lakukan penghalusan untuk seluruh
contoh tanah yang anda punya
4. Lakukan pengayakan dengan ayakan berdiameter 2 mm
sebanyak 150 gram, ambil 250 gram contoh tanah diameter < 2
mm untuk dihaluskan kembali, lakukan penyaringan dengan
ayakan diameter 0,5 mm. Tempatkan contoh tanah yang lolos
saring pada kantong plastik yang telah disiapkan, jangan lupa
catat nomor contoh tanah dan diameter sampel tanah.
5. Timbang 3 botol kosong + tutup dengan timbangan analitik dan
catat beratnya (a gr).
6. Masukkan 1 buah agregrat tanah, contoh tanah lolos saring 2
mmsebanyak ± 2 gr dan contoh tanah lolos saring 0.5 mm
sebanyak ±2 gr ke dalam botol yang sudah ditimbang satu
persatu, timbang kembali dengan timbangan analitik dan catat
beratnya (b gr).
7. Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu
standart (105oC) selama ≥4 jam.
8. Ambil contoh tanah kering dari oven, masukkan ke dalam
eksikator untuk proses pendinginan hingga suhu kamar.
Lakukan penimbangan ulang setelah proses pengeringan oven
dan catat beratnya (c gr).
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
27
Perhitungan
Output
1. Contoh agregat tanah sebanyak 3-4 buah.
2. Contoh tanah halus ukuran < 2 mm sebanyak 150 gram.
3. Contoh tanah halus ukuran < 0,5 mm sebanyak 250 gram.
4. Data pengukuran kadar air terhadap: agregat tanah, contoh
tanah lolos saring 2 mm dan contoh tanah lolos saring 0.5
mm.
Acara III
Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pemipetan untuk
mengambil fraksi lempung dan fraksi debu
2. Mahasiswa dapat melakukan praktek perhitungan analisa besar
butir
3. Mahasiswa dapat melakukan praktek perhitungan NPD (Nilai
Perbandingan Disperse) yang berguna untuk mengetahui
tingkat kepekaan erosi tanah.
Alat dan bahan
- timbangan analitis
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
28
- gelas arloji
- cawan penguap
- gelas piala berukuran 1000 ml, cawan penimbang, penangas air,
tabung sedimentasi berukuran 1 Liter, reagen (H2O230%, HCl 1N,
Na4P2O7, pH stick, pengaduk, oven, saringan 50 mikron
- Seperangkat alat pipetisasi
- Sampel tanah
- Contoh tanah lolos saring 2 mm
Dasar Teori
Tanah merupakan bahan gembur yang menyelimuti
permukaan bumi dan tersusun atas partikel-partikel dengan
berbagai ukuran ukuran. Partikel tanah yang berukuran ≥ 2 mm
merupakan penyusun bahan kasar tanah, sementara partikel tanah
yang berukuran < 2 mm pada umumnya disebut bahan tanah. Bahan
tanah tersusun atas berbagai ukuran mulai dari lempung (clay),
debu hingga pasir. Komposisi relatif fraksi/partikel lempung, debu,
dan pasir di dalam bahan tanah disebut tekstur tanah.
Cara Kerja
1. Praktikan ditunjukkan seperangkat alat yang digunakan untuk
analisis besar butir dan dijelaskan satu per satu spesifikasi dan
cara kerja
2. Praktikan ditunjukkan seperangkat reagen yang digunakan
untuk analisis besar butir dan dijelaskan satu per satu
spesifikasi dan fungsinya di dalam analisis besar butir
3. Praktikan ditunjukkan langkah demi langkah dan dijelaskan
secara mendetil teknik analisis besar butir
4. Mahasiswa dipersilahkan praktek menggojog larutan tanah di
dalam tabung sedimentasi. Semua praktikan wajib mencoba
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
29
5. Mahasiswa dipersilahkan praktek pemipetan untuk lempung,
debu, pasir sangat halus, dan penyaringan basah jika
memungkinkan
6. Praktikan dipersilahkan praktek melakukan penimbangan atas
cawan berisi lempung, debu, dan pasir sangat halus
7. Praktikan dipersilahan menyiapkan pengukuran kadar lempung
dan debu aktual dengan cara membuat larutan tanah di dalam
tabung sedimentasi dengan tanpa perlakukan menggunakan
reagen. Perhitungan NPD dapat dilakukan dengan rumus:
Berat (debu+lempung) aktuil (gr) =
Berat (debu+lempung) total (gr) hasil analisis tekstur
Output
1. Data berat cawan, berat lempung, berat debu, berat pasir
2. Tekstur tanah yang ditentukan dengan cara memasukkan
data ke dalam segitiga tekstur menurut USDA
3. Perhitungan Nilai Perbandingan Dispers (NPD)
Lampiran
NPD =
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
30
Gambar : Segitiga tekstur USDA
Besar NPD Daya Tahan Terhadap Erosi < 15 Tahan
15 – 19 Agak peka > 19 Peka
Acara IV Pengukuran Nilai-Nilai Konsistensi (Atterberg)
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran nilai-
nilai atterberg berupa Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL),
Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah warna (BBw)
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
31
2. Mahasiswa melakukan penghitungan Penyediaan Air
Maksimum (PAM), Jangka olah (JO), dan Indeks
Plastisitas (IP).
3. Mahasiswa melakukan penghitungan Indeks Cole (IC)
Alat dan Bahan
- casagrande
- spatel dan colet
- botol penguap
- cawan porselin
- botol semprot yang
berisi aquades
- suntikan
- papan kayu pengering
pasta tanah
- lempeng kaca
- timbangan analitik
- oven
- eksikator
- contoh tanah lolos
saring 0,5 mm
- kertas semilog
Dasar Teori
Pengukuran nilai-nilai atterberg pada prinsipnya ada
pengukuran kadar air pada berbagai kondisi lapangan. Kadar air
berpengaruh terhadap warna tanah di lapangan. Tanah yang dalam
kondisi basah akan cenderung berwarna gelap sementara tanah
yang dalam kondisi kering akan cenderung berwarna cerah. Batas
berubah warna menggambarkan kadar air tanah pada saat tanah
mulai berubah warna. Nilai BBW mengambarkan batas bawah
kandungan air di dalam tanah yang tersedia untuk tanaman.
Alat-alat pertanian yang digunakan untuk pengolahan tanah
seringkali terlekati oleh tanah sehingga menjadi berat. Batas lekat
menggambarkan batas kadar air minimum tanah yang ideal untuk
dilakukan pengolahan tanah. Jika tanah mempunyai kadar air yang
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
32
lebih rendah daripada nilai BL maka akan sulit dilakukan
pengolahan.
Tanah tersusun atas partikel-partikel tanah berukuran pasir,
debu, dan lempung. Kondisi partikel-partikel tanah di bawah
kondisi alami tidak dalam kondisi tercerai berai namun lebih
bersifat terkoagulasi membentuk agregat tanah dengan bentuk,
ukuran dan derajad kemantapan tertentu yang disebut sebagai
struktur tanah. Agregat tanah menentukan jumlah pori makro yang
ada di dalam tanah yang bernilai penting dalam menentukan
kondisi drainase tanah. Agregat tanah terbentuk karena ada bahan
pengikat seperti bahan organik, partikel berukuran lempung dan
unsur kimia tertentu seperti Ca, serta kadar air. Kadar air pada
kondisi batas gulung menggambarkan kondisi kadar air maksimum
tanah untuk dilakukan pengolahan. Jika pengolahan tanah
dilakukan pada kondisi kadar air lebih tinggi daripada BL maka
struktur tanah akan rusak karena pengolahan.
Pemberian air yang terus menerus pada tanah akan
menyebabkan tanah kehilangan gaya kohesi dan adhesi antar
partikel yang membentuk struktur tanah. Tanah akan cenderung
bergerak menuruni lereng jika berada pada kondisi lereng yang
tidak datar. Air irigasi tidak akan disimpan di dalam tanah, namun
cenderung akan dilepaskan secara gravitasional keluar dari
struktur tanah. Batas cair menggambarkan kadar air maksimum
yang dapat disimpan di dalam tanah. Kadar air yang melebihi nilai
BC tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan akan menyebabkan
tanah bergerak menuruni lereng.
Cara Kerja
1. Ambil sejumlah contoh lolos saring ukuran 0,5 m sebanyak 100
gram dan tempatkan pada cawan porselin.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
33
2. Tambahkan air ke dalam cawan yang berisi contoh tanah dan uli
tanah hingga membentuk pasta yang homogen. Pemberian air
dilakukan sedikit demi sedikit hingga tanah menjadi pasta yang
kental dan homogen.
3. Ambil pasta tanah dan tempatkan pada cawan casagrande yang
terbuat dari tembaga hingga mencapai 1/3 volume cawan.
Tempatkan cawan casagrande pada alat pengetuk. Haluskan
permukaaan pasta tanahdengan spatel di dalam cawan
casagrande. Gores bagian tengah pasta dengan colet hingga
pasta terbag dua. Jika pasta tanah menyatu kembali setelah
dilakukan pengetukan ≤ 10 kali , maka tambahkan contoh tanah
lolos saring pada pasta. Jika pasta tanah menyatu setelah
ketukan ≥40 kali maka lakukan penambahan air. Lakukan
pengetukan sebanyak 4x, sehingga diperoleh 4 data, masing-
masing terdiri dari : 2 data dengan jumlah ketukan ≥ 25 kali dan
2 data dengan jumlah ketukan ≤ 25 kali. Setiap hasil pengetukan
tadi (4 data) ambil sebagian pasta tanah di belahan yang
menyatu pada cawan casagrande, letakkan pada cawan penguap
dan lakukan penimbangan (sama seperti prosedur perhitungan
kadar air) untuk dilakukan pengukuran kadar air BC.
4. Ambil sejumlah pasta dan bentuklah bola-bola tanah berukuran
diameter ±5 cm. Jika pasta tanah banyak yang melekat pada
telapak tangan maka kembalikan pasta tanah ke dalam cawan
dan lakukan penambahan air sedikit. Jika pasta tanah tidak apat
dibentuk maka kembalikan pasta tanah ke dalam cawan dan
lakukan penambahan contoh tanah lolos saring. Ulangi kegiatan
penambahan air dan atau penambahan contoh tanah hingga
dapat dibentuk bola tanah yang ideal. Tusuk bola tanah sedalam
2,5 cm dengan spatel kemudian tarik dengan cepat spatel
tersebut. Amati ujung spatel apakah ada tanah yang melekat
pada sepertiga ujung spatel tersebut (0,8 cm). Jika tidak ada
tanah yang melekat pada ujung spatel berarti pasta tanah
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
34
terlalu basah. Jika tanah yang melekat lebih dari setengah spatel
maka pasta tanah terlalu kering. Lakukan penambahan contoh
tanah atau penambahan air sehingga diperoleh ujung spatel
yang terlekati tanah sebanyak 1/3 bagian. Lakukan pengukuran
kadar air untuk memperoleh nilai Ka BL, ambil pasta tanah di
daerah tusukan letakkan pada cawan penguap dan lakukan
prosedur yang sama untuk pengukuran kadar air.
5. Ambil pasta tanah secukupnya untuk dibuat tali ddengan
diameter 0,3 cm dengan cara menggulung-gulungkan pasta di
lempeng kaca dengan menggunakan tangan dalam keadaan jari
meregang tanpa disertai tekanan. Perhatikan tali yang dibuat
dengan ketebalan yang merata. Apabila tali retak-retak sebelum
mencapai diameter 0,3 cm lakukan penambahan air pada pasta
tanah, jika dimater tali mencapai 0,3 cm namun belum mulai
retak maka lakukan penambahan contoh tanah lolos saring pada
pasta tanah. Lakukan berulang-ulang hingga didapatkan tali
yang ideal. Ambil sebagian tali pasta tanah didaerah yang retak
untuk dilakukan pengukuran kadar air BG.
6. Ambil sisa pasta tanah dan letakkan pada papan kayu
pengeringan. Bentukah seperti kerucut dengan ketinggian
maksimum kerucut 0,3 cm semakin ke tepi semakin tipis
(menyerupai kue serabi). Letakkan pasta tanah pada papan
kayu pengering di ruang dengan sirkulasi udara bebas. Amati
perubahan warna seiring waktu ka rena pasta tanah mengering
mulai dari bagian tepi yang tipis ke arah pusat kerucut yang
tebal. Jika lebar bagian pasta tanah yang mengalami perubahan
warna mencapai ±1 cm lakukan pengambilan pasta tanah pada
bagian yang berubah warna untuk dilakukan pengukuran kadar
air BBW.
7. Perhitungan indeks cole, ambil contoh tanah lolos saring
diameter 0,5cm secukupnya. Buat pasta tanah dengan
menambahkan aquades sampai diperoleh konsistensi batas
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
35
gulung (kondisi pasta tanah seperti pada pasta tanah BG).
Masukkan pasta tanah dalam suntikan hingga penuh kemudian
dorong sampai pasta tanah keluar dan rapikan kedua ujungnya.
Letakkan pada papan kayu dan ukur panjang pasta tanah (Ld)
diamkan hingga 2 malam dan ukur kembali panjangnya (Lm)
8. Perhitungan :
Catatan :
a = berat botol kosong (gr) b = berat a + pasta tanah c = berat b setelah dikeringkan n = jumlah pengulangan Jangka Olah = Batas Lekat – Batas Gulung Indeks Plastisitas = Batas Cair – Batas Gulung Persediaan Air Maksimum = Batas Cair – Batas Berubah Warna
Lm = panjang pasta tanah awal
Ld = panjang pasta tanah akhir
Output
1. Hasil pengukuran BC, BL, BG, BBW
2. Hasil pengukuran JO, IP, PAM
3. Hasil pengukuran Indeks Cole
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
36
Lampiran
Tabel harkat angka-angka atterberg (Wiryohardjo, 1953)
BATAS CAIR (BC) BATAS LEKAT (BL)
Nilai Harkat Nilai Harkat
< 20 Amat rendah 1 – 3 Amat rendah
20 – 30 Rendah 4 – 10 Rendah
31 – 45 Sedang 11 – 18 Sedang
46 – 70 Tinggi 19 – 31 Tinggi
71 – 100 Amat tinggi 31 – 45 Amat tinggi
>100 Terlampau tinggi >45 Terlampau tinggi
BATAS GULUNG (BG) BATAS BERUBAH WARNA (BBW)
Nilai Harkat Nilai Harkat
>50 Tinggi 1 – 3 Amat rendah
10 – 50 Sedang 4 – 10 Rendah
<10 Rendah 9 – 18 Sedang
19 – 30 Tinggi
31 – 40 Terlalu tinggi
JANGKA OLAH (JO) INDEKS PLASTISITAS
Nilai Harkat Nilai Harkat
1 – 3 Amat rendah 0 – 5 Amat rendah
4 – 8 Rendah 6 – 10 Rendah
8 – 15 Sedang 11 – 17 Sedang
16 – 25 Tinggi 18 – 30 Tinggi
26 – 40 Amat tinggi 31 – 43 Amat tinggi
>40 Terlampau tinggi >43 Terlampau tinggi
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
37
PERSEDIAAN AIR MAKSIMUM
Nilai Harkat
<20 Amat buruk
21 – 30 Buruk
30 – 45 Sedang
46 – 60 Tinggi
61 – 100 Amat tinggi
>100 Terlampau amat
tinggi
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
38
Acara V
Pengukuran BV dan BJ serta Porositas Tanah
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran berat volume
(Bulk Density)
2. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran berat jenis
tanah (Specific Density)
3. Mahasiswa dapat menghitung porositas tanah
Alat dan bahan
- Picnometer + kawat pengaduk
- Termometer
- Lilin+cawan pemanas lilin
- Gelas ukur
- Kompor listrik
- Timbangan analitik
- Benang
- Botol pemancar berisi aquades
- Alkohol
- Kertas tissue
- Corong gelas
- Contoh tanah lolos saring 2 mm dan agregat tanah
Dasar Teori
Tanah tersusun atas partikel berukuran pasir, debu, dan
lempung. Ketiganya tidak dalam kondisi tercerai berai namun lebih
cenderung dalam kondisi terkoagulasi membentuk agregat tanah.
Agregat tanah mengandung rongga atau pori yang terdiri dari pori
makro dan pori mikro. Keberadaan pori baik makro dan mikro
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
39
menentukan aerasi tanah. Berat tanah dibedakan menjadi dua, yaitu
berat masa tanah (berat jenis) dan berat volume (bulk density).
Berat tanah dinyatakan dengan satuan berat / satuan volume.
Volume tanah pada berat masa tidak mencakup volume pori tanah,
sementara volume tanah pada berat jenis mencakup volume pori
tanah.
Cara Kerja
Berat volume
1. Panaskan lilin hingga cair merata. Perhatikan suhu lilin tidak
boleh lebih dari 50-60oC. Suhu pemanasan yang terlalu panas
akan menyebabkan lilin terlalu cair sehingga dapat meresap ke
dalam pori makro tanah.
2. Sementara menunggu proses pemanasan, ambil agregat tanah
asli yang sudah kering angin kira-kira berdiameter 1 cm. Ikat
dengan benang sepanjang 20-30 cm. Lakukan penimbangan
dengan timbangan analitis (a).
3. Celupkan agregat tanah di dalam lilin cair hingga seluruh
permukaan agregat tanah terselimuti, lalu angkat dan
dinginkan. Timbang agregat tanah yang telah terselimuti lilin
(b), dan isilah gelas ukur dengan volume tertentu (p ml).
Tenggelamkan agregat tanah berselimut lilin ke dalam air dalam
gelas ukur. Catat volume air dalam gelas ukur (q ml).
4. Berat volume setara dengan berat tanah gumpal kering mutlak
dibagi dengan volume agregat tanah. Rumus perhitungannya
adalah sebagai berikut:
b) Berat gumpal tanah kering mutlak (gr) = Ka
a100
100
Ka = kadar air contoh tanah gumpal
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
40
c) Volume gumpal tanah (ml) =
lilinjenisberat
abpq
)(
Berat jenis lilin = 0,87 gram/cm³
d) BV = (gr/cm3)
Berat jenis
1. Siapkan satu set picnometer kosong yang sudah ditimbang
beratnya (a). Isi picnometer dengan aquades hingga mengisi
saluran kapiler pada tutup picnometer. Timbang picnometer
yang berisi air (b), kemudian ukur suhu dalam picnometer (t1)
dan lihat pada lampiran tabel berat jenis air berdasarkan suhu
untuk memperoleh nilai BJ1.
2. Buang air dalam picnometer dan keringkan menggunakan
cairan alkohol. Siapkan dan masukkan tanah lolos saring 2 mm
ke dalam picnometer. Upayakan agar tanah menutup dasar
picnometer setebal ± 0.75 cm untuk picnometer ukuran 50 cc.
Pasang picnometer dan timbang (c). Isi picnometer dengan
aquades hingga setengahnya. Aduk campuran tanah dan
aquades, kemudian hilangkan gelembung yang muncul di dalam
picnometer menggunakan kawat pengaduk. Tunggu suspensi
hingga mengendap. Keesokan harinya penghilangan gelembung
diulangi lagi. Tambahkan aquades higga picnometer penuh.
Perhatikan proses penambahan aquades sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan suspensi teraduk kembali.
Timbang picnometer tersebut (d) dan baca berat jenis air
berdasar suhu airnya (BJ2).
3. Berat jenis tanah setara dengan nilai berat tanah lolos saring 2
mm kering mutlak dibagi dengan volume total butir tanah.
Secara prinsip, volume butir tanah dihitung berdasarkan selisih
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
41
volume air dalam picnometer yang berisi air murni dengan
picnometer berisi tanah dan air. Rumus perhitungannya adalah
sebagai berikut:
a) Berat tanah kering mutlak (gr) = Ka
ac
100
100
Ka = Kadar air contoh tanah lolos saring 0,5 mm
b) Volume total butir tanah (cm³) =
21 BJ
cd
BJ
ab
Porositas tanah
Porositas tanah (N) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
N = %1001
BJ
BV
Output
1. Hasil pengukuran BV dan BJ
2. Hasil perhitungan nilai porositas
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
42
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
43
Acara VI
Pengukuran Permeabilitas Tanah
Tujuan 1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran permeabilitas
tanah di laboratorium
Alat dan bahan
- Seperangkat alat permeameter
- Contoh tanah tak terusik di dalam ring permeabilitas tanah
yang sudah di rendam selama 1 malam dan siap untuk
dipasang di dalam alat permeameter
- Stopwatch/jam
Dasar Teori
Permeabilitas tanah menggambarkan kemampuan tanah
meloloskan air dalam kondisi jenuh. Permeabilitas tanah diukur
dengan prinsip gravitasi, yaitu air teratuskan ke bawah melalui
penampang tanah secara vertical. Aplikasi nilai permeabilitas
penting untuk menggambarkan potensi kehilangan air pada lahan
pertanian secara gravitasional disamping juga menggambarkan
drainase tanah dakhil (internal soil drainage). Tanah yang hanya
mampu menyerap air namun terbatas kemampuannya dalam
melepaskan air akan mempunyai potensi tinggi untuk menjadi
penghambat pertumbuhan akar tanaman. Tanah yang mempunyai
kemampuan menyerap dan meloloskan air yang tinggi
menggambarkan potensi tanaman mengalami stress akibat
kekeringan. Aplikasi nilai permeabilitas untuk kepentingan
pengelolaan lingkungan biasanya terkait dengan analisis potensi
banjir, genangan, dan permasalahan pengatusan (drainase).
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
44
Cara Kerja
1. Praktikan ditunjukkan dan dijelaskan alat-alat dan bahan yang
digunakan di dalam pengukuran permeabilitas. Praktikan
diminta memasang contoh tanah ke dalam alat permeameter.
2. Praktikan diminta mengukur permeabilitas dengan cara
mengukur volume air yang keluar dari permeameter hingga
mendapatkan hasil pengukuran selama 60 menit.
3. Praktikan diminta menghitung permeabilitas tanah atas
contoh tanah yang diukur.
K= permeabilitas (cm/jam) Q= jumlah air yang keluar selama pengukuran (ml) L = tebal contoh tanah (cm) h = tinggi muka air di permukaan tanah (cm) t = waktu pengukuran (jam) A = luas pengukuran contoh tanah (cm2) Output
Hasil pengukuran permeabilitas.
Lampiran
Nilai Harkat <0,125 Sangat lambat
0,125 – 0,5 Lambat 0,5 – 2,0 Agak lambat
2,0 – 6,25 Sedang 6,25 – 12,5 Agak cepat 12,5 – 25,0 Cepat
>25,0 Sangat cepat
K =
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
45
Acara VII
Pengukuran PH dan Salinitas Tanah
I. Tujuan
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pH dengan larutan
KCl dan H2O
4. Mahasiswa dapat mengukur Daya Hantar Listrik Tanah
5. Mahasiswa dapat melakukan penghitungan salinitas tanah
II. Alat dan bahan
- Botol penggojog
- Corong
- Erlenmeyer 250 ml
- Kertas saring
- Mesin penggojog
- pH meter elektrolis
- Contoh tanah lolos saring 2 mm sebanyak 5 gram
- Aquades
- Konduktometer
III. Dasar Teori
Konsentrasi ion positif dan negatif tanah sangat menentukan
pH tanah dan daya hantar listrik tanah. Ion positif dan negatif di
dalam tanah ada yang terdapat secara bebas maupun terjerap di
dalam mineral tanah yang tidak dapat lepas dalam perendaman air
murni (H2O). Ion-ion yang ada di dalam kompleks jerapan mineral
penyusun partikel tanah tidak dapat lepas dalam perendaman air
murni. pH yang terukur dengan menggunakan pelarut air murni
adalah pH aktual sementara pH yang terukur dengan menggunakan
pelarut KCl adalah pH potensial. Pengukuran salinitas
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
46
menggambarkan tingginya dominasi ion Na di dalam kompleks ion-
ion di dalam tanah.
IV. Cara Kerja
1. Ambil contoh tanah halus Ф 2 mm sebanyak masng-masing 5 gr
pada 3 botol gojok, 2 botol gojok untuk pH dan 1 untuk DHL.
2. Masukkan tanah ke dalam botol gojok.
3. Tambahkan 25 ml aquades ke dalam botol gojok, kemudian
gojok dengan menggunakan mesin selama 1/2 jam.
4. Saring sampel tanah dengan kertas saring pada botol
Erlenmeyer.
5. Ukur pH sampel tanah KCl dan H2O dengan alat pH meter
6. Pengukuran OH dalam aquades digunakan untuk pengukuran
DHL, dengan cara langsung diukur dengan alat konduktometer,
larutan tanah yang telah digojok tidak perlu disaring. Kemudian
setel alat, baca sampai ketelitian tiga desimal dalam satuan
mmhos atau µmhos.
7. Hasil pengukuran DHL, dapat digunakan untuk menentukan
persentase garam total dalam tanah (salinitas) dengan
menggunakan rumus :
t = tterukur - 25C
EC25 = ECt (t.)0,02.ECt)
Salinitas (%) = (0,109 x EC25)+ 0,01
Output
Hasil pengukuran pH aktual, pH potensial, DHL dan salinitas
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
47
Lampiran
TINGKAT KEASAMAN
pH Harkat
4 Sangat masam
4 – 5 Masam
5 – 6 Kemasaman sedang
6 – 7 Sedikit masam
7 Netral
7 – 8 Sedikit basa
9 – 10 Basa
>10 Sangat basa
Sumber : Thompson dan Troch, 1975
ELECTRIC CONDUCTIVITY (EC)
Nilai Harkat
0 – 0.15% garam laut : 0 – 4 (ECx103) mmhos/cm
pada suhu 25oC
Bebas
0.15 – 0.35% garam laut : 4 – 8 (ECx103) mmhos/cm
pada suhu 25oC
Sedikit
0.35 – 0.65% garam laut : 8 - 15 (ECx103) mmhos/cm
pada suhu 25oC
Sedang
0.65 garam laut : 15 (ECx103) mmhos/cm pada suhu
25oC
Banyak
Sumber Arsyad, 1939
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
48
Acara VIII
Pengukuran C-organik
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan analisa C-organik.
Alat dan bahan
- Erlenmeyer
- Labu takar
- Timbangan analitik
- Gelas arloji
- Seperangkat alat pipet
- Seperangkat alat titrasi
- Khemikalia : K2Cr2O7 1 N, FeSO4 1 N, H2SO4 pekat, H3PO4 85%,
Indikator diphenil amine.
Dasar Teori
Bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang
dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan. Bahan organik tanah
dapat pula tersusun atas makhluk hidup di dalam tanah yang
berukuran mikroskopis. Bahan organik tanah yang berasal dari sisa
makhluk hidup yang berukuran makro mengalami
degradasi/terurai secara fisik-mekanik dan kimia sehingga menjadi
senyawa organik yang sederhana yang kemudian berperan sebagai
koloid tanah. Bahan organik tanah yang berukuran koloid inilah
yang akan diukur dengan menggunakan metode Walkey and Black.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
49
Cara Kerja
1. Ambil contoh tanah kering udara Ф 0,5 mm sebanyak 1 gr. Masukkan ke dalam labu takar dan tambahkan 10 ml reagen K2Cr2O7 1N dan 10 ml H2SO4 pekat. Goyangkan labu takar dengan arah mendatar dan memutar agar larutan homogen dan reaksi berjalan sempurna.
2. Usahakan warna tetap merah jingga, apabila warna menjadi hijau tua atau biru maka tambahkan lagi K2Cr2O7 1N dan H2SO4 pekat masing-masing sebanyak 10 ml. Kemudian diamkan larutan hingga dingin.
3. Tambahkan 5 ml H3PO4 dan aquades hingga volume larutan menjadi 50 ml. Kemudian tutup dengan penutup labu takar.Kocok dengan cara membolik-balikkan sampai homogen, diamkan hingga larutan mengendap.
4. Ambil larutan yang jernih sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 15 ml aquades dan 2 tetes dipenil amin.
5. Titrasi dengan 1N FeSO4 hingga warna menjadi kehijau-hijauan. Catat volume titran.
6. Ulangi langkah tersebut tanpa menggunakan reagen untuk mendapatkan larutan blanko.
Perhitungan: [C] =
% BO =
Keterangan :
A = volume titran contoh tanah (ml)
B = volume titran larutan blanko (ml)
n = normalitas (1N)
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
50
Output
1. Data primer volume titrasi.
2. Hasil penghitungan C-organik.
Lampiran
BAHAN ORGANIK (%) Nilai Harkat
<2 Sangat rendah 2 – 3,5 Rendah
>3,5 – 5 Sedang >5 – 8,5 Tinggi
>8,5 Sangat tinggi Sumber : Puslitanak, 1993
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
51
Acara IX
Pengukuran Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Kapasitas Tukar
Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa
Alat dan bahan
Pengukuran KTK
- Erlenmeyer
- Seperangkat alat titrasi
- Seperangkat alat destilasi
- Corong gelas
- Gelas piala
- Kertas saring
- Reagen : NH4-acetat, Alkohol (C2H5OH) 98%, H2SO4 0,1 N
- Campuran HBO3 2% dan indikator Methyl Red+Brown
Cresol hijau
Pengukuran Kejenuhan Basa
Ca2+
- Erlenmeyer 50 ml
- Alat titrasi
- Pipet
- KCN 2,5% - NaOH 8%
- Na-EDTA - NH2OH .HCl 3%
- Indikator murexide
Mg2+
- Erlenmeyer 50 ml
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
52
- Alat titrasi
- Pipet
- KCN 2,5 % - NH4OH 25 %
- Na –EDTA - NH2OH.HCl 3%
- Indikator Eriocrom Black T
Na+ dan K+
- Flame fotometer - standar Na dan K 10 ppm
- Gelas piala 25 ml - aliquot
Dasar Teori
Ada dua macam koloid di dalam tanah, yaitu koloid lempung dan
koloid organik. Koloid adalah partikel tanah yang berukuran
sedemikian kecilnya hingga permukaannya mempunyai muatan
listrik. Pada umumnya muatan listrik koloid tanah bermuatan
negatif sehingga tanah mempunyai kemampuan untuk mengikat
ion-ion positif (kation) secara elektrolis. Tanah yang mempunyai
kandungan lempung dan atau organik tinggi mempunyai
kecenderungan untuk mempunyai kapasitas tukar kation yang
tinggi.
Kation-kation di dalam tanah ada yang terdapat dalam kondisi
tersedia dan dapat tukar, kation yang demikian adalah yang
tersedia dapat dimanfaatkan oleh pada umumnya tanaman berakar.
Kation-kation di dalam tanah pada umumnya tersusun atas unsur
yang tergolong di dalam kelompok metal. Kation-kation di dalam
tanah yang utama mencakup K, Na, Ca, dan Mg. Kation jenis lain
pada umumnya tersedia dalam jumlah yang lebih sedikit.
Perbandingan atau rasio antara jumlah kation utama dengan jumlah
total kation di dalam tanah disebut dengan kejenuhan basa.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
53
Cara Kerja
1. Ambil contoh tanah kering angin Ф 2mm dan timbang sebanyak
5 gr. Tempatkan sampel tanah pada gelas piala dan tambahkan
NH4acetat sebanyak 20 ml atau sampai terendam. Biarkan
semalam.
2. Keesokan harinya tempatkan sampel pada corong gelas yang
sudah beralaskan kertas saring Whatman yang sudah
dipasangkan di atas erlenmeyer. Tuangkan NH4-acetat sebanyak
15 ml ke atas contoh tanah sedemikian rupa sehingga tidak ada
partikel tanah yang terbawa ke dalam erlenmeyer, lakukan
sebanyak 10 kali atau hingga didapatkan volume larutan yang
tersaring kira-kira 150 ml.Larutan hasil pencucian tersebut
disebut dengan “aliquot”yang berguna untuk analisa KTK parsiil
(K+, Na+, Ca2+, Mg2+). Ambil larutan aliquot tersebut dan sisihkan
untuk analisis berikutnya.
3. Ambil erlenmeyer yang masih bersih. Letakkan corong beserta
kertas saring yang telah dilakukan pencucian sebelumnya,
diatas Erlenmeyer tersebut. Tuangkan 15 ml alkohol 98%
melalui corong tersebut. Kemudian, tuangkan lagi sebanyak 15
ml. Ambil larutan hasil saringan dan buang.
4. Masukkan tanah dan kertas saring yang telah dicuci dengan
alkohol ke dalam labu destilasi, tambahkan aquades sebanyak
250 ml dan NaOH pekat sebanyak 25 ml dengan gelas ukur,
usahakan mengalir lewat dinding labu.Lakukan destilasi selama
30 menit (dihitung saat mulai mendidih). Tampunglah hasil
destilasi dengan campuran larutan HBO3 2% dengan campuran
indikator Methyl merah dan Brown Cresol hijau. Selama proses
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
54
destilasi larutan ini akan berubah warna menjadi biru
kehijauan.
5. Ambil hasil destilasi kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,1N
hingga warna berubah menjadi merah muda. Catat volume
titran yang diperlukan. Kemudian lakukan perhitungan KTK
dengan rumus berikut:
KTK(meq/100gr tanah) =
normalitas H2SO4 = 0,1
6. Untuk analisis kejenuhan basa, gunakan larutan aliquot yang
telah anda dapatkan pada analisis KTK sebelumnya:
Ca2+
Pipet 5 ml aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 1 ml Na2OH .HCl 3% dan 2 ml KCN. Kemudian
tambahkan 5 ml NaOH 8% sehingga pH menjadi
10.Tambahkan indikator murexide 3 – 5 tetes. Titrasi
larutan dengan Na-EDTA hingga warna berubah dari
merah/kuning menjadi ungu/purple. Catat volume titran
dan lakukan perhitungan dengen rumus berikut:
BTKM = berat tanah kering mutlak
fl = faktor larutan Na-EDTA terhadap Ca2+ = 0,2326 mg/ml
Mg2+
Pipet 5 ml aliquot dan masukkan kedalam erlenmeyer.
Tambahkan 1 ml NH2OH.HCl 3% dan 2 ml KCN. Kemudian
tambahkan 5 ml NH4OH 25%.Tambahkan indikator
Ca2+ = x
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
55
Eriocrom Black T 10 tetes. Titrasi larutan dengan Na-EDTA
hingga warna berubah dari coklat/merah menjadi biru.
Catat volume titran dan lakukan perhitungan dengan rumus
berikut:
ppm CaCO3 = x
fl = faktor larutan Na – EDTA terhadap CaCO3 = 0.5518
Na+ dan K+ Sisa aliquot digojok kemudian ukur dengan menggunakan
alat flame fotometer dan baca angka Na+ dan K+ pada
alat(me/100gr)
Output
1. Hasil volume titrasi KTK, Ca dan Mg
2. Hasil penghitungan KTK dan kejenuhan basa
Dasar Teori (Tambahan)
pH
KB
5,5
50%
KB = x 100% Σ (Ca2+,Mg2+,Na+,K+)
KTK Total
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
56
Lampiran
KTK (me/100g)
Nilai Harkat 5 Sangat rendah
5 – 16 Rendah 17 – 24 Sedang 25 – 40 Tinggi
40 Sangat tinggi
KAPASITAS TUKAR KATION
Nilai (me/100g) Kriteria 100 – 300 Humus
80 – 150 Lempung montmorilonit
3 – 15 Lempung kaolinit
0 – 3 Seskioksida
Sumber : Puslitanak, 1993
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
57
Acara X
Pengukuran P(PO4)
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan kandungan Pospat
dengan menggunakan metode Bray
Alat dan bahan
- Colorimeter dengan saringan merah melalukan cahaya dengan
panjang gelombang 700 mu
- Mesin gojok
- Botol gojok
- Kertas saring
- Kertas semilog
- Reagen: larutan pengekstraksi 25 ml NH4F 0,1N, Larutan SnCl2
encer, Larutan standard P (P2O5), Aluminium Molybdat
Dasar Teori
Kandungan fosfat didalam tanah menjadi penting karena fosfat
tidak hanya sebagai nutrisi penting tetapi juga dapat menyerap
logam-logam berat, membuat kandungan logam menjadi lebih
sedikit didalam tanaman dan mikroba. Fosfat merupakan pupuk
yang baik bagi tanaman karena mampu menghambat hasil
perpindahan dari penyerapan logam berat sampai keakar, sehingga
dapat mengurangi penyerapan logam berat oleh tanaman.
Cara Kerja
1. Ambil sampel tanah Ф 2 mm sebanyak 5 gr. Masukkan ke dalam
botol gojok.Tambahkan 35 ml larutan pengekstraksi dan gojok
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
58
selama ½ jam. Tambahkan bubuk karbon dan saring larutan
tanah dengan kertas saring, ulangi lagi sampai mendapatkan
filtrat yang jernih.
2. Pipet 5 ml filtrat, masukkan ke dalam tabung reaksi 25 ml,
kemudian tambahkan 5 ml aquades.Tambahkan 1 ml larutan
amonium Molybdat dan campurkan dengan baik.Tambahkan ½
ml larutan SnCl2 encer dan baru, kemudian gojok dengan baik
dan tambahkan lagi aquades sampai tanda.Setelah 5 – 6 menit
(sebelum 20 menit) ukur dengan colorimeter 700 mu.
3. Siapkan kurva standard yang mengandung ½ ml larutan SnCl2
encer, dalam barisan 0,1 – 1,0 mg P/ml. Buat grafik transmisi
pada kertas semilogaritmik. Hasil analisa dikoreksi dengan
berat tanah kering mutlak.
Perhitungan
1. Metode grafik regresi
Hasil pengamatan larutan standar dibuat suatu grafik dengan
log hasil pembacaan absorbansi sebagai absis dan kandungan
larutan SnCl2larutan standar sebagai ordinat. Untuk
menggambarkan grafik ini dengan menggunakan kertas
semilog. Apabila pengamatan yang dilakukan betul maka akan
merupakan grafik linier.
Vo
l. la
ruta
n s
tan
dar
(P
2O5)
Log absorbansi larutan standar
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
59
ppmP2O5 =
ppm P(PO4) = ppm P2O5 x fl
fl = 1,3381
2. Metode Rumus Regresi
Persamaan regresi adalah Y = a + bX, dimana a dan b diperoleh
dari perhitungan sebagai berikut :
Absorbansi Log
absorbansi
(x)
Vol larutan
standar (ml)
(y)
Xy x2
A x1 y1 x1y1 x12
B x2 y2 x2y2 x22
C x3 y3 x3y3 x32
D x4 y4 x4y4 X42
Σx Σy Σxy Σx2
= a = - b
= b =
N = jumlah larutan standar
X = nilai log absorbansi sampel
ppmP2O5 =
ppm P(PO4) = ppm P2O5 x fl
fl = 1,3381
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
60
Output
1. Hasil penghitungan Pospat dengan menggunakan metode
grafik dan rumus
Membuat tabel untuk Perhitungan Pospat
Lampiran
P2O5 (ppm) Nilai Harkat <10 Sangat rendah
10 – 15 Rendah 16 – 25 Sedang 26 – 35 Tinggi
>35 Sangat tinggi Sumber : Puslitanak, 1993
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
61
Acara XI Analisis Data Hasil Pengukuran Laboratorium
Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan analisa data tanah
Alat dan bahan
Seseri data hasil analisis laboratorium dan deskripsi tanah di lapangan
Dasar Teori
Perwatakan tanah ditentukan oleh serangkaian sifat-sifat tanah yang yang terdiri dari sifat fisik, kimia, dan biologi. Sifat-sifat tanah saling berkait satu sama lain secara relatif di dalam menentukan perwatakan tanah. Satu sifat tanah tidak berdiri sendiri secara independen tetapi secara relatif terkait dengan sifat lain. Kekurang akuratan dalam pengukuran sifat tanah akan mudah terlihat jika dilakukan analisis korelasi dengan sifat tanah yang lain.
Cara Kerja
1. Masing-masing kelompok melakukan rekapitulasi data hasil pengukuran baik itu sifat fisik maupun sifat kimia tanah berdasarkan contoh tanah yang tersedia.
2. Masing-masing anggota kelompok diminta membuat sebuah laporan rangkuman atas hasil pengukuran laboratorium yang berisi perhitungan dan analisis hasil.
Output
1. Hasil persentasi tiap kelompok dalam bentuk soft file (CD) 2. Hasil perhitungan untuk pengisian data kosong.
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah
62
Responsi
Tujuan
Evaluasi penguasaan materi praktikum
Output
Mahasiswa diharapkan dapat menguasai dengan baik dan benar
analisis-analisis tanah yang dilakukan baik itu di laboratorium
maupun di lapangan. Tingkat penguasaan mahasiswa terhadap
materi praktikum ilmu tanah ini nantinya akan diujikan secara lisan
dan atau tulisan. Materi responsi berupa cara kerja pengukuran
sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium, analisa data tanah di
lapangan. Penilaian akan dilakukan secara langsung pada saat
responsi oleh para asisten.
Top Related