BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi
2.1.1.Gangguan Ansietas
Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada
anak dan remaja. Ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau khawatir
yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.14
Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang menandakan
adanya dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis yang
memberikan isyarat fisik dan mental bahwa terdapat perubahan internal
dan eksternal.15
Ansietas dapat terjadi pada keadaan normal bila secara tiba-tiba
berhadapan dengan keadaan bahaya, menghadapi ujian / tantangan dan
kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan orang yang kita takuti.16
Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan
(khawatir akan nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik,
gelisah, gemetar, renjatan, rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala,
ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat, tangan terasa dingin, dan
sebagainya. 5,15,16
Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa anak dengan sakit
perut berulang lebih lazim disebabkan oleh karena ansietas pada diri
mereka dan orang tuanya terutama ibu.6 Satu studi menyatakan bahwa
pada stres atau ansietas dapat mengaktifkan reaksi disfungsi otonomik
tractus gastrointestinal yang dapat menyebabkan gejala sakit perut
berulang.7,17
Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa beberapa sakit perut
berulang terbukti secara empiris berhubungan dengan gangguan emosi
pada anak dan orang tua mereka.1 Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa gangguan ansietas lebih tinggi terjadi pada anak dengan sakit
perut berulang dibandingkan anak yang sehat dalam masyarakat.7,14
2.1.2. Gangguan Depresi
Depresi adalah gangguan mood (keadaan emosional internal yang
meresap dari seseorang) dan sering terdapat dalam masyarakat, tidak
memandang suku maupun ras. 18 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa Edisi ke-3 (PPDGJ III) di Indonesia mengklasifikasikan
gangguan depresi atas episode depresif dan gangguan depresif berulang.
Menurut PPDGJ III, depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik :
15,19
a. Gejala utama
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan
mudah
lelah dan berkurangnya aktivitas
b. Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri, dan kepercayaan diri berkurang
- Adanya perasaan bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan suram dan pesimis
- Perbuatan atau gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang.
Biasanya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 2 minggu untuk
menegakkan diagnosis.20
Salah satu mekanisme terjadinya depresi adalah mekanisme
kolinergik. Berdasarkan hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan
asetilkolin otak berhubungan dengan depresi. Pada depresi terjadi
peningkatan asetilkolin yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem
gastrointestinal yang akan menimbulkan peningkatan peristaltik dan
sekresi asam lambung yang dapat menyebabkan hiperasiditas lambung,
kolik, vomitus dan sebagian besar menyebabkan gejala-gejala gastritis
dan ulkus.5
Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan dengan gangguan
depresi dan banyak juga gangguan depresi terjadi bersamaan dengan
gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini hubungan antara gangguan
ansietas dan gangguan depresi masih sering diperdebatkan. Ketakutan
pergi ke sekolah dan sikap overprotektif dari orang tua dapat menjadi
suatu gejala depresi pada anak.19,20
Studi terdahulu menemukan adanya hubungan psikologi pada anak
dengan terjadinya sakit perut berulang. Penelitian yang dilakukan pada
anak dengan masalah kesehatan mendukung adanya hubungan antara
sosial, kemampuan diri dan gangguan depresi maupun gangguan
ansietas pada anak-anak dengan sakit perut berulang.17,20
2.2. Epidemiologi
Sebanyak duapertiga gangguan depresi memiliki gejala ansietas yang
menonjol, dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria gangguan panik.
Dikatakan bahwa gangguan ansietas biasanya lebih banyak dibandingkan
dengan gangguan depresi. 2,3
Gangguan ansietas dan gangguan depresi ditambah gejala
hiperaktif sistem saraf autonomik seperti keluhan sakit perut paling sering
ditemukan.21 Faktor stres psikososial dapat mempengaruhi intensitas dan
kualitas sakit perut. Sakit perut berulang pada anak dilaporkan terjadi
antara 10% sampai 15% dengan usia berkisar 4 sampai 16 tahun.22
2.3. Sakit Perut Berulang
Sakit perut berulang menurut kriteria Apley dan Naish adalah sakit perut
yang terjadi lebih atau paling sedikit tiga kali dengan jarak tiga bulan
berturut-turut dan cukup berat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.23,24
Sakit perut berulang terjadi pada sekitar 10% sampai 15% anak sekolah
menengah pertama dan atas dengan rentang usia dari 5 sampai 15 tahun.
Sementara sebagian besar sakit perut berulang disebabkan oleh
penyebab non organik (fungsional). Penyebab organik ditemukan hanya
sekitar 10% dari penderita.23,25
Dikatakan bahwa anak akan mengurangi aktivitas mereka
sehubungan dengan rasa nyeri yang dirasakannya.26 Dilaporkan bahwa
anak dengan sakit perut tidak dapat menghabiskan waktunya untuk
bermain dengan sesama teman atau melakukan kegiatan olah raga dan
hobi mereka. Lebih lanjut ada penulis yang melaporkan adanya gangguan
tidur, masalah makan atau terjadinya perubahan selera makan, juga
ketidakhadiran mereka selama beberapa hari di sekolah. 26,27
Penyebab sakit perut sangat komplek, tidak hanya disebabkan oleh
satu sebab saja.8 Penyebab organik dari sakit perut pada anak adalah
konstipasi, kolelitiasis, inflammatory bowel disease, defisiensi lactase, dan
infeksi saluran kemih.28 Mekanisme pasti dari sakit perut berulang belum
jelas, kebanyakan pada anak penyebabnya adalah non organik.8 Anak
dengan sakit perut berulang dapat dipengaruhi oleh karena adanya faktor
ansietas, ketakutan dan malu.29
Prevalensi sakit perut berulang pada anak perempuan lebih tinggi
daripada anak laki-laki.8 Namun salah satu studi yang dilakukan di
Amerika menyatakan bahwa tidak ada perbedaan prevalensi antara anak
laki-laki dan perempuan dan berdasarkan dari usia anak terdapat dua
puncak gejala sakit perut berulang yaitu pada usia dibawah 5 tahun dan
usia antara 8 sampai 10 tahun.16
Studi lain mengevaluasi gejala pada kelompok anak dengan usia
yang bervariasi, didapatkan hasil bahwa gejala sakit perut berulang
terbanyak terjadi pada usia 4 sampai 6 tahun.9,30
Satu studi menyatakan bahwa gejala sakit perut berulang
meningkat pada anak-anak usia 12 sampai 15 tahun.5 Jenis kelamin,
tingkat kecerdasan dan sifat individu pada anak dengan sakit perut
fungsional dan sakit yang disebabkan oleh kelainan organik tidak dapat
dibedakan.13
2.4. Gambaran Klinis
Gejala non organik (fungsional) dari sakit perut berulang tidak spesifik.
Evaluasi dan penatalaksanaan sakit perut berulang dapat dilihat dengan
mengidentifikasi predisposisi somatik seperti ketidakstabilan otonomik dan
pergerakan usus.23 Stres lingkungan seperti masalah akademik, sosial,
keluarga dan karakteristik temperamen yang spesifik dikatakan dapat
memperberat keluhan sakit perut. Penurunan berat badan pada sakit
perut berulang organik berpengaruh pada penurunan berat badan akan
tetapi hal ini tidak berkaitan dengan sakit perut fungsional.28 Adapun
gambaran klinis sakit perut berulang dapat dilihat pada table 2.1.31
Tabel 2.1. Gambaran klinis penyebab organik dan non organik sakit perut berulang.31
Gambaran klinis Penyebab organik Penyebab Non-organik
Sifat nyeri Dimana saja tetapi umumnya di punggung dan nyeri suprapubik. Catatan khususnya pada regio kuadran kanan atas dan kanan bawah.
Biasanya di tengah dan sering pada epigastrium.
Riwayat keluarga ( umumnya nyeri perut, sakit kepala dan depresi)
Sedikit, dengan catatan ada riwayat keluarga inflammatory bowel disease.
Lebih mungkin
Faktor psikologikal (umumnya kecemasan)
Ringan Kemungkinan ada kecemasan
Sakit kepala Ringan Lebih mungkin
Tanda dan gejala alarm
• Umumnya muntah • Diare berat kronik • Demam yang tidak jelas • Kehilangan darah melalui
gastrointestinal
Gejala sedikit
Tanda abnormal Ada Tidak ada
Pertumbuhan abnormal dan penurunan berat badan involunter
Ada Tidak ada
Pemeriksaan abnormal: darah lengkap, laju endap darah, urinalisa
Dijumpai Tidak dijumpai
2.5. Diagnosis
2.5.1. Anamnesis
Untuk membuat diagnosis diperlukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan
fisik lengkap, dan pemeriksaan laboratorium penunjang. Anamnesis
berdasarkan usia, biasanya terjadi pada usia 5 sampai 14 tahun, rasa
sakit, pola defekasi, pola kencing, siklus haid, gejala / gangguan traktus
respiratorius, gangguan muskuloskeletal, aspek psikososial, trauma,
penyakit yang pernah diderita dalam keluarga, adakah faktor stres dalam
keluarga.25,32 Dari anamnesis yang baik sudah dapat mengetahui apakah
penyebab sakit perut berulang itu disebabkan oleh kelainan organik atau
bukan.32
2.5.2. Pemeriksaan fisik
Umumnya tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan fisik. Dari hasil
pemeriksaan fisik dapat diketahui apakah penyebab sakit perut berulang
tersebut kelainan organik atau bukan.25
Tanda peringatan sakit berulang pada pemeriksaan fisik adalah
penurunan berat badan, pembesaran organ, fistula perianal, fistula ani,
ulkus perirektum, pembengkakan sendi. Pemeriksaan laboratorium yaitu
dengan melakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah
(LED), urinalisa, biakan urin pada anak wanita.25,32 Pemeriksaan
penunjang lainnya disesuaikan dengan kelainan yang didapat pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik, seperti uji hidrogen nafas,
ultrasonografi (USG) abdomen, lipase dan amilase darah, serta test fungsi
hati.32
2.6. Pengukuran Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi
2.6.1. Child Behavior Checklist (CBCL)
Child Behavior Checklist dibuat oleh Thomas Achenbach, yang diawali
dengan deskripsi masalah yang dihadapi orang tua dan para profesional
kesehatan mental. Deskripsi ini berdasarkan penelitian terdahulu, literatur
klinis dan konsultasi dengan psikolog klinis serta psikiater anak dan
pekerja sosial kejiwaan. Akhirnya didapati 118 items seperti yang terdapat
pada lampiran.33
Child Behavior Checklist merupakan skala pengukuran yang
digunakan untuk menilai prilaku dan kompetensi sosial anak pada usia 4
sampai 18 tahun. CBCL terdiri dari 7 skala subklinikal yaitu withdrawn
behaviour, somatic complaints dan anxious/depressed, social problems,
thought problems, attention problems, delinquency behavior, aggression
behavior.33,34
Child Behavior Checklist merupakan formulir yang sudah
distandarisasi, diisi oleh orang tua yang digunakan untuk menilai laporan
orang tua dan pribadi anak yang menggambarkan gejala ansietas dan
depresi serta keluhan somatik.34 Selanjutnya diperoleh skor internalisasi
(withdrawn, somatic complaints dan anxious/depressed) dan skor
eksternalisasi (aggression behavior, delinquency behavior). Untuk masing-
masing skor diperoleh skor T berdasarkan daftar. Data berdasarkan T
skor normal untuk usia dan jenis kelamin. Skor T 60 digunakan sebagai
cut off point. 33,34
2.6. 2. Children’s Depression Inventory’s (CDI)
Children’s Depression Inventory’s adalah skala yang digunakan untuk
menilai gejala depresi pada anak dan remaja usia 7 sampai 17 tahun. CDI
merupakan kuesioner yang terdiri dari 27 item, dimana untuk setiap
pertanyaan tersebut mendapat skor minimal nol dan maksimal dua, skor
nol menunjukkan tidak ada gejala, skor satu untuk gejala ringan, dan skor
dua untuk gejala berat. Dikatakan gangguan depresi bila diperoleh nilai
total ≥ 13.12,35
Beberapa studi mengatakan bahwa anak dengan gangguan
depresi mempunyai nilai lebih tinggi dengan menggunakan CDI daripada
anak yang tidak mengalami depresi dengan gangguan lainnya.36
Children’s Depression Inventory’s digunakan sebagai alat skrining yang
berguna untuk memberikan informasi berdasarkan umur, jenis kelamin
dan gambaran tentang gejala-gejala anak yang mengalami depresi.35,36
Berdasarkan studi epidemiologi, skala ini sudah banyak dipergunakan
sebagai skrining pada anak-anak yang mengalami depresi.36
2.7. Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi
Terhadap Sakit Perut Berulang Pada Remaja
Anak dan remaja yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan
depresi dinilai lebih sering menderita sakit perut berulang dalam
masyarakat.27 Satu studi sebelumnya menunjukkan bahwa anak yang
stres setiap harinya dilaporkan lebih sering mengalami sakit perut.12
Dikatakan juga bahwa gangguan ansietas, gangguan depresi,
serta stres emosional biasanya dialami pada anak-anak yang menderita
sakit perut berulang.10 Penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan
bahwa prevalensi gangguan ansietas pada anak-anak dengan sakit perut
berulang terjadi antara 42% sampai 85%.14
Hubungan antara sakit perut dengan gangguan ansietas dan
gangguan depresi pada anak penting untuk beberapa alasan. Pertama
dikatakan bahwa adanya bukti hubungan antara fisik dan masalah
psikologis pada anak dan remaja.10,14 Penelitian yang dilakukan di
Nashville Tennessee, menemukan bahwa sakit perut, sakit kepala dan
nyeri otot, kuat hubungannya dengan gangguan ansietas, gangguan
depresi dan gangguan tingkah laku pada anak-anak usia 9 sampai 16
tahun. Kedua dikatakan bahwa gejala fisik sering merupakan bagian dari
kriteria gangguan psikologis. Ketiga dikatakan bahwa gejala nyeri dapat
memperburuk atau menambah gejala psikososial seperti contoh seorang
anak dengan muntah berulang kali yang diinduksi oleh sakit kepala, dapat
menjadi ansietas, ini menyebabkan si anak akan tinggal di rumah dan
tidak mau pergi ke sekolah atau melakukan aktivitas lain. Penghindaran
kegiatan sosialisasi ini akan meningkatkan ansietas si anak yang pada
akhirnya akan memperburuk gejala gastrointestinalnya.13
Hubungan antara sakit perut dan gangguan ansietas serta
gangguan depresi ini memerlukan penelitian lebih lanjut sebagai kontrol
untuk gejala somatik dan gangguan ansietas. Jika sakit perut berulang ini
merupakan satu kriteria dari gangguan ansietas, maka jelas ada
hubungan antara sakit perut berulang dengan gangguan ansietas.14
2.8. Kerangka Konseptual
= yang diamati dalam penelitian
= yang berhubungan langsung
Faktor emosional dan psikologikal
Sakit Perut Berulang (Kriteria Apley dan Naish 1958)
Gangguan ansietas dan gangguan depresi
Tingkat Sosioekonomi
Neurotransmiter (asetilkolin, gamma amino butirat acid, serotonin,norepinefrin
Status Nutrisi • Berat Badan • Tinggi Badan
Fungsi Kognitif • Kemampuan Verbal • Kemampuan Motorik • Kemampuan Aritmatik • Kehadiran di Sekolah
Mempengaruhi aktivitas anak sehari-hari
---------- = yang tidak secara langsung berhubungan
Gambar. 2. 1. Kerangka konseptual
Top Related