1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Cincau
Tanaman cincau di Indonesia lebih dikenal sebagai minuman tradisional
yang menyegarkan, terdapat lima jenis tanaman cincau : cincau hijau (Cyclea
barbata), cincau perdu (Premna oblongifolia), cincau hitam (Mesona palustris)
dan cincau minyak (Stephania capitata) dan cincau cina (Cocculus orbiculatus).
(Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). Tanaman cincau terbagi menjadi tiga
family yaitu Menispermaceae, Verbenaceae dan Lamiaceae.
Cincau hijau, cincau minyak dan cincau cina merupakan tanaman dari
famili Menispemaceae. Tanaman dari famili ini sangat mudah ditemukan dan
dalam perwatannya tergolong sangat mudah, dapat tumbuh secara liar di hutan
dan dapat tumbuh di halaman dekat pagar, tergolong tanaman merambat dengan
panjang hingga 2,5 m atau lebih dan menyukai sinar matahari (Setiawan, 2008).
Batang dari cincau hijau kira-kira hanya berdiameter 1-3cm, dengan kulit
batang yang kasap. Daun merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk perisai
dengan ujung yang lancip dan pangkal yang berlekuk (Supriadi, 2001).
Tanaman dari Famili Verbenaceae genus Premna merupakan tanaman
perdu yang memiliki tinggi sampai 8 m. Duduk daun berhadapan, bertangkai, tepi
daun rata, permukaan daun tipis (Steenis, 2005). Contoh tanaman dari family
Verbenaceae adalah cincau perdu. Cincau perdu merupakan salah satu tanaman
cincau yang tidak merambat dan dapat hidup pada daerah yang memiliki
ketinggian 50-1000 mdpl. Cincau perdu dapat digunakan sebagai obat, pencuci
mulut dan minuman ringan yang sehat (Mardiah, 2007).
Tanaman cincau hitam yang termasuk famili Lamiaceae merupakan
tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian 150-1800 m diatas permukaan laut.
Batangnya beruas, berbulu halus. Daun tanaman cincau hitam berwarna hijau,
lonjong, tipis lemas, ujungnya lancip, pangkal hingga tepi daun bergerigi, dan
memiliki bulu halus. Panjang daun sekitar 10 cm dan bertangkai sekitar 2 cm.
Letak daun saling berhadapan dan berselang-seling dengan daun berikutnya
(Pitojo dan Zumiyati, 2005)
2
2.2 Manfaat Tanaman Cincau
Tanaman cincau bermanfaat sebagai bahan makanan maupun obat-obatan
tetapi tidak semua bagian tanaman dapat digunakan, hanya daun yang dapat
digunakan karena pada daun mengandung komponen utama pembentuk gel yaitu
polisakarida pektin (Nurdin dkk., 2008).
Lima jenis tanaman cincau berasal dari tiga famili yang berbeda. Gel yang
dihasilkan dari daunnya digunakan untuk minuman penyegar. Tanaman ini dapat
digunakan sebagai obat radang lambung, menghilangkan rasa mual dan
menurunkan darah tinggi. Suatu bahan makanan dikatakan sehat jika didalamnya
terdapat bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh, seperti halnya cincau perdu
mengandung kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi, vitamin A,
B1, C, selain itu terdapat komponen bahan aktif seperti karotenoid, flavonoid,
klorofil. Cincau juga dapat digunakan sebagai obat panas dalam, disentri,
sariawan, radang usus, keputihan (Mardiah, 2007). Cincau tidak hanya digunakan
sebagai obat, beberapa penelitian membuktikan bahwa ekstrak daun cincau
memiliki kapasitas antioksidan dan aman untuk dikonsumsi (Nurdin dkk., 2008).
2.3 Struktur Anatomi Daun dan Derivatnya
Anatomi tanaman mempelajari tentang bentuk dari jaringan penyusun
tanaman. Anatomi ini dapat berhubungan langsung dengan ilmu lainnya seperti
fisiologi tanaman dan hortikultura. Jaringan pada tanaman terdapat sistem
jaringan dermal dimana akan membentuk pembungkus luar tanaman misalnya
epidermis, selain itu terdapat jaringan vascular yang meliputi jaringan pengangkut
seperti xylem dan floem, selanjutnya adalah sistem jaringan penguat yang
meliputi sklerenkim, parenkim dan kolenkim (Juliarni dkk., 2007).
Struktur anatomi juga dapat membantu peneliti untuk melakukan
identifikasi, karena setiap tanaman memiliki sturuktur anatomi yang berbeda.
Contohnya saja tanaman cincau yang memiliki banyak jenis dari berbagai famili.
Karakter anatomi yang khusus dari tanaman cincau tersebut selain digunakan
sebagai identifikasi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk analisis
kekerabatan dari tanaman cincau yang ada di Bali.
3
Beberapa jenis tanaman cincau dibagi menjadi 3 famili yaitu
Menispermaceae, Verbenaceae dan Lamiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman
dikotil dimana menurut Mulyani (2006) karakteristik anatomi tanaman dikotil
yaitu terdapatnya bagian epidermis atas (a), palisade atau jaringan tiang (b),
berkas pengangkut (c), jaringan spons (d), epidermis bawah (e).
Gambar 1. Struktur Anatomi Daun (Dikotil) (Juliarni dkk.,2007).
Epidermis merupakan jaringan yang fungsinya sebagai pelindung bagian
luar dari tanaman. Sel-sel epidermis mengalami modifikasi yang biasanya disebut
dengan derivate epidermis. Derivat epidermis ini misalnya stomata dan trikomata
(rambut) (Arisanti, 2010).
Stomata merupakan celah pada epidermis yang yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran udara. Stomata juga disebut dengan celah yang terdapat pada
dua sel penutup (sel penutup ), sedangkan sel penutup dikelilingi oleh sel-sel
yang termodifikasi yang disebut dengan sel tetangga. Secara umum sel penutup
pada tanaman dikotil berbentuk seperti ginjal. Pada tanaman yang hidup di
daratan stomata secara umum terletak pada bagian bawah daun, tetapi terdapat
pengecualian pada beberapa spesies karena ada juga tanaman yang memiliki
a
d
\
c
b
e
4
stomata yang terdapat pada bagian epidermis bawah maupun atas daun. Untuk
tanaman yang hidup di perairan biasanya memiliki stomata pada bagian atas daun,
contohnya pada bunga Lili air (Lakitan, 2011).
Gambar 2. Stomata
Keterangan : Sel penutup (a), sel tetangga (b), porus (c), epidermis (d) (Rashid
dan Parnell, 2013).
Mauseth (2008) menyatakan bahwa tipe stomata secara umum dibagi
menjadi 5 tipe yaitu: Tipe anomositik, tipe ini memiliki sel tetangga yang
mengelilingi sel penutup yang bentuknya tidak berbeda dengan bentuk sel
epidermis lainnya. Tipe anisostik, tipe stomata yang memiliki sel tetangga
sebanyak tiga buah yang ukurannya tidak sama. Tipe parasitik, setiap sel penutup
diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan panjang sumbu yang sama dengan
sel penutup. Tipe diasitik, tipe ini memiliki dua sel tetangga yang tegak lurus
terhadap poros panjang sel penutup. Tipe aktinositik, tipe ini memiliki tipe
stomata yang dikelilingi oleh sel tetangga berjumlah empat atau lebih dan tersusun
secara radial disekelilingnya.
a
b
b
c
d
5
a
b
c
d
e
Gambar 3. Tipe Stomata
Keterangan : Stomata tipe : anomositik (a), anisositik (b), parasitik (c), diasitik
(d), aktinositik (e).
Apendik yang berasal dari epidermis adalah trikoma. Trikoma ini memiliki
fungsi yaitu sebagai proteksi, sekresi, penyerapan, mengurangi penguapan.
6
Trikoma dibagi menjadi 2 berdasarkan ada tidaknya glanduler, yaitu trikoma
berglanduler dan non glanduler.
Gambar 4. Macam-Macam Trikoma Glanduler
Keterangan gambar : Trikoma glanduler pada daun : tembakau (A) (B), Humulus
sp. (C) (G) (H), panjang yang melipat (D), trikoma yang mengandung
sistolit (E) (F) (Sumardi, 1993).
Gambar 5. Macam-Macam Trikoma Non-Glanduler (Adedeji et al.,2007).
7
2.4 Hubungan Kekerabatan Tanaman
Identifikasi dan klasifikasi tanaman dapat menggunakan parameter-
parameter bagian morfologi maupun anatomi untuk memasukkan setiap tanaman
ke kelompok tertentu, sehingga hal tersebut menghasilkan cabang ilmu baru yang
disebut dengan taksonomi. Selain melakukan klasifikasi dan pemberian nama
ilmu taksonomi juga mengarah pada pengelompokan tanaman untuk menyatakan
hubungan kekerabatan. Identifikasi dan klasifikasi merupakan penyederhana
objek studi untuk semua makhluk yang ada di alam ini karena jumlah makhluk
hidup khususnya tanaman yang sangat banyak dan memiliki keanekragaman yang
sangat tinggi. Untuk menentukan hubungan kekerabatan pada tanaman dapat
menggunakan beberapa metode yaitu metode fenetik maupun filogenetik. Metode
fenetik analisis dengan mengunakan karakter morfologi, anatomi dan fitokimia.
Metode fenetik ini berdasarkan seberapa besar kesamaan dan perbedaan dari
individu yang diteliti, dimana hasilnya sebuah dendogram. Metode fenetik juga
bisa disebut dengan taksonomi numeris karna untuk menganalisis karakter
menggunakan prosedur numeris. Metode filogenetik merupakan analisis yang
menggunakan nilai evolusi dari masing-masing karakter dimana dalam penelitian
kekerabatannya lebih mempertimbangkan evolusinya, hasil klasifikasi berupa
kladogram (Rustiami, 2012).
Salah satu contoh penelitian analisis kekerabatan adalah pada tanaman
Pisang oleh Sukartini (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
kekerabatan antar aksesi pisang dengan menggunakan metode multivariate
berdasarkan karakter morfologi yang diamati. Bahan dari penelitian ini adalah 26
aksesi pisang. Karakter yang diamati terdiri dari 28 parameter kualitatif dan 7
parameter kuatitatif, kemudian hasil dianalisis dengan menggunakan program
Biodiversity Provisional Version 2.0 dan dihasilkan dendogram yang menyatakan
hubungan antara 26 aksesi tanaman pisang. Hasil pada dendogram menunjukkan
bahwa nilai jarak genetik menunjukkan keeratan antar aksesi pisang tersebut.
Antara pisang kapok putih dan kapok kuning memiliki indeks kesamaan sebesar
94,1176% sedangakan jenis pisang monyet memiliki indeks kesamaan yang
8
paling rendah dengan aksesi pisang yang lain yaitu sekitar 83,1169%. Untuk jenis
pisang lain seperti pisang monyet, sasi, mas, lampung, cici kuning, klutuk, klutuk
wulung, byar, candi, nangka, ampyang, raja sere, raja pulut, seribu, raja lumut,
sililit, awak, kapok gabu, kepok putih, kepok kuning, ebung, ambon kuning,
ambon hong, barangan, ambon hijau dan badak memiliki indeks kesamaan yang
sangat dekat. Hal tersebut ditunjukkan dengan mengumpulnya aksesi pisang
tersebut dalam satu kelompok.
Penelitian dengan meode berbeda dilakukan oleh Julisaniah dkk. (2008)
tentang analisis kekerabatan tanaman timun dengan menggunkan metode RAPD-
PCR dan isozim. Timun yang digunakan berasal dari provinsi Jawa Timur dengan
Sembilan varietas timun (varietas 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09) setelah
dilakukan analisis dengan menggunakan metode RAPD-PCR dan isozim
menunjukkan bahwa varietas 01 an 02 memiliki kemiripan sebesar 91.67%.
Varietas 03 dan 08 86.11%. Varietas 05 memiliki kemiripan dengan varietas 01
dan 02 pada nilai 84.72%. Kelompok tersebut memiliki kermiripan sebesar 82.4%
dengan varietas 04. Kelompok varietas 01,02,04 dan 05 memiliki kemiripan
sebesar 78.24% dengan varietas 03 dan 08.Varietas 06 memiliki kemiripan
sebesar 70.91% dengan kelompok diatas. Sedangkan varietas 09 memiliki
kemiripan dengan kelompok diatas sebesar 52.72%. varietas terjauh merupakan
07 dengan nilai kemiripan 48.66%. Adanya variasi genetic ini memiliki dugaan
bahwa varietas-varietas tersebut berasal dari tetua yang berbeda sehingga dapat
mempengaruhi hasil analisis. Beberapa varietas yang memiliki nilai kemiripan
yang cukup tinggi diduga berasal dari tetua yang dianggap berkerabat dekat
sedangkan yang memiliki nilai kemiripan lebih rendah diduga tetua yang memiliki
hubungan kekerabatan yang relative jauh.
Top Related