1
FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL
BIJI MELINJO (Gnetun gnemon Linn.)
Shanti Septiani, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, seperti senyawa golongan fenol, vitamin C, dan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sediaan mesker gel dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang tepat sehingga dihasilkan produk masker gel peel off yang efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Formulasi masker gel dibuat dengan basis Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan konsentrasi 10%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan perubahan konsistensi, warna, bau, pH, dan viskositas selama 28 hari pada suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC. Nilai IC50dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah sebesar 459,318 g/mL. Hasil uji sifat fisik sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan masker gel stabil dalam aspek konsistensi, warna, dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel mengalami penurunan, pada suhu 40oC penurunan viskositas cukup besar. Hasil uji antioksidan dan uji efektivitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan masker gel formula 3 paling efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit, serta hasil uji iritasi menunjukkan sediaan masker gel tidak mengiritasi. Kata kunci: antioksidan, Gnetum gnemon Linn., masker gel
FORMULATION OF ANTIOXIDANT GEL MASK FROM ETHANOL EXTRACT OF
Gnetum gnemon SEEDS
ABSTRACT Antioxidant compounds can reduce the adverse effects of free radical on the skin. Gnetum gnemon seeds contain high antioxidant compounds, such as phenol type compounds,vitamin C, and vitamin E. The aim of this study was to determine the formulation of gel mask from ethanol extract of Gnetum gnemon seeds produced gel mask peel-off isan effective, stable, and safe in use. Antioxidant activity assays performed with the Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Gel mask formulations prepared with 10% Polyvinyl Alcohol (PVA). Evaluation of gel mask preparations include effectiveness test, irritant test, and physical properties test of gel mask preparations covering changes in consistency, color, odor, pH, and viscosity during 28 days was determined at different storage temperature of 8oC, 25oC, and 40oC. The IC50 values of Gntum gnemon seeds ethanol extract was 459,318 g/ml. The results showed that all gel mask preparations is stable in terms consistency, color, and odor. pH of gel mask was descreased but remained in the range of Ph requirements for topical preparations. Viscosity
2
of gel mask more stable in the storage temperature of 8oC and 25oC for all formula,in the storage temperature of 40oC occured largest decrease. Antioxidant activity test and effectiveness test of the preparation showed that formula 3 of the gel mask is the most effective in increasing skin moisture and smoothness, as well as irritation test results showed that the mask preparation gel is not irritating. Key word: antioxidant, Gnetum gnemon Linn, gel mask
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang
menutupi seluruh tubuh manusia,dan
mempunyai daya proteksi terhadap
pengaruh luar.Kulit sangat mendukung
penampilan seseorang sehingga perlu
dirawat, dipelihara, dan dijaga
kesehatannya. Dengan perawatan dan
pemeliharaan, maka penampilan kulit akan
terlihat sehat, terawat, serta senantiasa
memancarkan kesegaran (Wirajayakusuma,
1998).
Proses perusakan kulit yang ditandai
oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan
pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh
radikal bebas. Selain tampak kusam dan
berkerut, kulit menjadi lebih cepat tua dan
muncul flek-flek hitam (Maysuhara, 2009).
Salah satu penangkap efek buruk
dari radikal bebas adalah senyawa
antioksidan. Melinjo adalah tumbuhan
berumah dua dan merupakan marga
tunggal (monogenera) dalam suku
Gnetaceae, yang termasuk kelompok
Gymnospermae (Hanan dan Sutrisno,
2000), diketahui memiliki kandungan
antioksidan yang tinggi. Kadar
antioksidan yang tinggi pada biji melinjo
dapat menghambat radikal bebas dan juga
sebagai anti aging. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, pada biji
melinjo terkandung senyawa polifenol
(fenol sederhana, flavonoid, dan tanin),
senyawa gnemonoside yang merupakan
salah satu golongan stilbenoid yang
berperan sebagai senyawa antioksidan
yang dapat menangkal radikal bebas.
Selain itu, terkandung pula senyawa
vitamin C dan tokoferol (Santoso, et al.,
2010).
Kandungan protein yang tinggi dalam
biji melinjo, memberikan juga aktivitas
antioksidan. Protein utama dengan berat
molekul 30 kDa sangat efektif untuk
3
menghilangkan radikal bebas yang menjadi
penyebab berbagai macam penyakit
(Siswoyo, et al., 2011).
Saat ini telah dikembangkan
pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai
sumber antioksidan dalam sediaan
kosmetika (Mario,2001). Kosmetika adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan organ genital bagian luar), atau gigi,
dan membran mukosa mulut, terutama
untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi
atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(BPOM RI, 2011).
Kosmetika wajah tersedia dalam
berbagai bentuk sediaan, salah satunya
dalam bentuk masker. Bentuk sediaan
masker yang banyak terdapat di pasaran
adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan
sediaan masker bentuk gel masih jarang
dijumpai, padahal masker bentuk gel
mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya penggunaan yang mudah, serta
mudah untuk dibilas dan dibersihkan.
Selain itu, dapat juga diangkat atau
dilepaskan seperti membran elastik
(Harry,1973).
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dilakukan penelitian mengenai
pengujian antioksidan ekstrak etanol biji
melinjo dan formulasi sediaan masker gel
berbahan dasar ekstrak etanol biji melinjo
(Gnetum gnemon Linn.) yang baik, efektif,
stabil, dan aman dalam penggunaannya.
BAHAN DAN METODE
Bahan Tumbuhan: Simplisia biji melinjo
(Gnetum gnemon Linn.) diperoleh dari
Perkebunan Manoko, Lembang, dan
dideterminasi di Jurusan Biologi FMIPA-
Universitas Padjadjaran.
Bahan kimia: DPPH, etanol 95%, etanol
70%, amonia 10%, kloroform, HCl 2N,
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff,
pereaksi Lieberman-Burchard, pereaksi
Nessler, aquadestilata, FeCl3 1%, larutan
gelatin 1%, serbuk Mg, eter, larutan vanilin
10%, H2SO4 pekat, KOH 5%, larutan -
naftol 5%, larutan Ninhidrin 1%, vitamin
C, Mueller Hinton Agar (MHA),
4
Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Polivinil
Alkohol (PVA),
Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC),
trietanolamin, gliserin, nipagin, dan
nipasol.
Alat: Magnetic stirrer(ikaeurostar),
mechanical stirrer (Yellow MAG HS 7),
timbangan digital (Mettler Toledo), pH
spear(Oakton), viscotester Brookfield
(Brookfield, DV II+ Pro), otoklaf
Hirayama, inkubator (Sakura, IF-4), oven
(Memmert), Spektrofotometer UV-Visible
(Specord 200 Analytik Jena), skin analyzer
HL 611, dan Dino Lite(AM-21.10X-200X).
Metode
Ekstraksi
Simplisia biji melinjo (Gnetum gnemon
Linn.)dirajang lalu diekstraksi dengan cara
maserasi selama 3x24 jam menggunakan
pelarut etanol 70%, kemudian diuapkan
dengan menggunakan rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental.
Identifikasi Kualitatif Ekstrak
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit
sekunder yang berasal dari bahan alam.
Proses skrining dilakukan terhadap ekstrak.
Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Fase diam berupa pelat silika gel GF
254 dan fase gerak berupa kombinasi
pelarut etil asetat : metanol : air (40:5.4:5)
(Masoko and Ellof, 2007). Pelat silika
dimasukkan ke dalam bejana kromatografi
yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan
fase gerak. Pola kromatogram diamati
setelah disemprotdengan penampak bercak
larutan DPPH 40 ppm.
Freeze drying Ekstrak
Ekstrak kental biji melinjo
diserbukkan dengan menggunakan metode
freeze drying. Proses freeze drying ekstrak
kental dilakukan di Laboratorium Biologi
Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Rendemen serbuk ekstrak yang diperoleh
kemudian dihitung.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak
5
Pembuatan Larutan Sampel
Dibuat larutan uji dalam berbagai
konsentrasi yaitu 1200 ppm, 1000 ppm, 800
ppm, 600 ppm, dan 400 ppm. Dibuat pula
larutan uji vitamin C dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 20 ppm, 9 ppm, 8 ppm, 6
ppm, 4 ppm, dan 2 ppm. Larutan uji
vitamin C digunakan sebagai pembanding.
Pembuatan Larutan DPPH
Serbuk DPPH ditimbang sebanyak
0,002 g, dilarutkan dalam etanol 95 %
sampai 50 mL sehingga didapat larutan 40
ppm. Larutan dijaga pada suhu rendah,
terlindung dari cahaya untuk segera
digunakan.
Penetapan Maksimum DPPH
Larutan DPPH ditambahkan etanol
(3:2), dihomogenkan, dan diamati
absorbansinya pada panjang gelombang
400-600 nm. Panjang gelombang
maksimum ditandai dengan serapan yang
paling besar. Untuk blanko digunakan
etanol.
Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol
Larutan DPPH ditambahkan etanol
(3:2), dihomogenkan, lalu diamti
absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum DPPH, dengan interval waktu 5
menit sampai didapat absorbansi yang stabil
yaitu tidak terlihat adanya penurunan
absorbansi sampai waktu 120 menit (2
jam). Blanko yang digunakan etanol.
Penetapan Waktu Inkubasi Sampel
Larutan DPPH ditambahkan ke
dalam larutan ekstrak uji atau larutan
vitamin C (3:2), dihomogenkan, lalu
diamati absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum DPPH, dengan
interval waktu 5 menit sampai didapat
absorbansi yang stabil yaitu tidak terlihat
adanya penurunan absorbansi sampai waktu
120 menit (2 jam). Blanko yang digunakan
yaitu larutan ekstrak uji atau larutan
vitamin C ditambahkan etanol (2:3).
Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel
Larutan DPPH ditambahkan ke
dalam larutan uji ekstrak biji melinjo dan
vitamin C (3:2) dalam berbagai konsentrasi
pada menit ke-45 setelah pembuatan larutan
6
DPPH, dihomogenkan, kemudian untuk
larutan ekstrak uji diinkubasi selama 35
menit, dan untuk larutan vitamin C
diinkubasi selama 30 menit, kemudian
dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang maksimumnya. Sebagai blanko
digunakan larutan uji ekstrak biji melinjo
atau larutan vitamin C dalam berbagai
konsentrasi dan etanol (2:3). % Inhibisi
ekstrak dan vitamin C dihitung dengan
rumus:
% inhibisi = [ 1 (Auji/Akontrol)] x 100 %
Dimana:
Auji = Serapan rata-rata larutan DPPH
dalam sampel
Akontrol = Serapan larutan DPPH dalam
etanol
% inhibisi = Persentase kapasitas
penghambatan radikal
bebas
Pengukuran IC50
Harga IC50 dihitung dari kurva
regresi linier antara % inhibisi serapan
dengan berbagai konsentrasi ekstrak dan
vitamin C (larutan uji).
Pembuatan dan pemilihan basis masker gel
Pemilihan basis masker gel yang
akan digunakan dalam formulasi didasarkan
pada sifat fisik basis masker gel (pH dan
viskositas) selama waktu penyimpanan dan
waktu yang diperlukan oleh masker untuk
mengering.
Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo
3.1 Tabel Formula Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo
Komposisi bahan (% b/b)
Formula masker gel F0 (%) F1 (%) F2
(%) F3 (%)
PVA 10 10 10 10
HPMC 1 1 1 1
Gliserin 12 12 12 12 TEA 2 2 2 2
Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2
Nipasol 0,05 0,05 0,05 0,05 Ekstrak - 0,195 0,584 0,973
Aquadestilata add 100 100 100 100
Keterangan: F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100
Prosedur pembuatan: dikembangkan
PVA dalam aquadestilata panas suhu 80o
hingga mengembang sempurna, kemudian
diaduk. Dikembangkan pula HPMC dalam
aquadest dingin hingga mengembang
sempurna. Kemudian, ditambahkan
gliserin, nipagin dan nipasol yang telah
7
dilarutkan dalam aquadestilata panas,
HPMC, serta TEA secara berturut-turut ke
dalam massa PVA, diaduk hingga
homogen. Setelah itu ditambahkan ekstrak
yag telah sebelumnya dilarutkan dalam
aquadestilata sedikit demi sedikit, lalu
diaduk hingga homogen.
Pengujian aktivitas antioksidan sediaan masker gel dengan metode DPPH
Pengujian aktivitas antiradikal bebas
masker gel ekstrak biji melinjo dilakukan
dengan mengukur inhibisi terhadap DPPH
dengan menggunakan spektrofotometer UV
pada panjang gelombang maksimal larutan
DPPH.
Sediaan masker gel dilarutkan
dalam aquadestilata terlebih dahulu,
selanjutnya untuk pengkondisian sediaan
dilarutkan dalam etanol, kemudian larutan
dibuat dalam berbagai konsentrasi. Masing-
masing larutan sampel dimasukkan ke
dalam vial, ditambahkan larutan DPPH 40
ppm dengan perbandingan 2:3, didiamkan
selama 35 menit. Absorbansi DPPH diukur
pada panjang gelombang maksimumnya.
Kemudian ditentukan % inhibisi dari
masing-masing formula sediaan, dan
dihitung nilai IC50.
Pengujian sifat fisik sediaan masker gel
Pengujian sifat fisik masker gel
yang telah dibuat meliputi pengamatan
perubahan organoleptis, pengukuran
viskositas, dan pengukuran pH selama 28
hari pada kondisi suhu penyimpanan yang
berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan
40oC (Akhtar, et al., 2011).
Pengamatan Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati
perubahan-perubahan bentuk, warna, dan
bau dari sediaan masker gel.
Pengujian Viskositas
Sebanyak 2 g sediaan masker gel
ditempatkan pada Viskotester Brookfield,
kemudian diatur spindle dan kecepatan
yang akan digunakan, dan Viskotester
Brookfield dijalankan, kemudian viskositas
dari masker gel akan terbaca.
Pengujian pH
Dilakukan dengan cara
mencelupkan elektroda pH meter ke dalam
setiap sediaan masker gel yang sebelumnya
telah dilarutkan dengan aquadestilata.
8
Setelah elektroda tercelup, nyalakan pH
meter kemudian didiamkan hingga layar
pada pH meter menunjukkan angka yang
stabil.
Pengujian waktu untuk sediaan mengering
Pengujian waktu kering dilakukan
dengan cara mengoleskan masker gel
antioksidan ekstrak etanol biji melinjo
berbagai konsentrasi ke punggung tangan
dan diamati waktu yang diperlukan sediaan
untuk mengering, yaitu waktu dari saat
mulai dioleskannya masker gel hingga
benar-benar terbentuk lapisan yang kering.
Kemudian waktu tersebut dibandingkan
dengan waktu kering masker produk
inovator yang beredar di pasaran yaitu
sekitar 10 20 menit. Pengujian dilakukan
secara triplo dan dilakukan selama waktu
penyimpanan (Vieira, et al., 2009).
Pengujian secara mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi yang
dilakukan adalah berupa uji cemaran
mikroba dan uji efektivitas pengawet.
Kedua pengujian ini dilakukan dengan
langkah berikut:
1. Media untuk pertumbuhan bakteri yaitu
MHA (Mueller Hinton Agar) dan media
untuk jamur yaitu SDA (Sabouraud
Dextrose Agar).
2. Sediaan masing-masing diencerkan
dengan pengenceran 10%, 1% dan 0,1%.
3. Pada masing-masing sediaan diambil
0,25 ml dengan berbagai pengenceran ke
dalam cawan petri yang berbeda. Hal ini
dilakukan terhadap semua formula.
Kemudian ditambahkan 4,75 ml MHA
atau SDA dan diratakan secara
homogen. Diinkubasikan selama 1 x 24
jam untuk bakteri dan 3 x 24 jam untuk
jamur. Amati pertumbuhan bakteri dan
jamur.
Pengujian efektivitas sediaan masker gel
Pengujian efektivitas sediaan
dilakukan untuk mengetahui adanya
peningkatan kelembaban, kehalusan dan
struktur kulit wajah. Pengujian efektivitas
ini dilakukan terhadap sediaan masker gel
yang memiliki efek penangkal radikal bebas
DPPH yang paling baik, yaitu masker gel
formula 3. Pengujian dilakukan terhadap 11
orang sukarelawan wanita dengan rentang
9
umur 30 40 tahun. Masker gel dioleskan
pada kulit wajah setiap satu minggu 1 2
kali. Efektivitas masker gel dilihat dengan
alat skin analyzer setiap minggu selama
empat minggu pemakaian dengan indikator
pengukuran berupa kandungan air, tingkat
kandungan minyak, dan tingkat kekasaran
kulit. Selain itu, digunakan pula alat Dino
Lite untuk melihat struktur kulit wajah,
sebelum pemakaian dan setelah satu bulan
pemakaian (Akhtar and Yazan, 2008).
Pengujian iritasi sediaan masker gel
Uji iritasi dilakukan terhadap 10
orang relawan dengan teknik patch test
yaitu tempel terbuka yang dilakukan
dengan mengoleskan sediaan (F1, F2, dan
F3) seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan
kanan sukarelawan dan punggung tangan
kiri basis (F0) sebagai pembanding. Uji
keamanan dilakukan selama tiga kali dalam
sehari selama tiga hari berturut turut setelah
pembuatan dan pada hari terakhir
penyimpanan untuk masing-masing
sediaan. Gejala yang timbul diamati,
umumnya iritasi akan segera ditunjukkan
dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan atau penyentuhan pada kulit,
iritasi demikian disebut iritasi primer.
Tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam
setelah penyentuhan atau pelekatan pada
kulit, maka iritasi ini disebut iritasi
sekunder (Depkes, 1985).
Analisis data
Analisis data dilakukan secara
statistik ANAVA dengan desain faktorial,
karena terdapat beberapa faktor (formula
dan suhu), sebagai unit eksperimen adalah
hasil uji sifat fisik (pH dan viskositas).
Sedangkan hasil pengujian waktu untuk
sediaan mengering, dan hasil pengujian
efektivitas sediaan masker gel yang dilihat
dari nilai kandungan air kulit wajah
dianalisis dengan desain blok acak lengkap
(DBAL).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi
Ekstrak yang diperoleh dari proses
ekstraksi 691,67 g simplisia biji melinjo
adalah sebanyak 33,23 g. Nilai rendemen
ekstrak yang diperoleh melalui perhitungan
adalah sebesar 4,8%. Adapun karakteristik
dari ekstrak yang diperoleh yaitu berbentuk
10
kental, berwarna coklat, tidak berasa,dan
berbau khas.
Identifikasi kualitatif ekstrak
Skrining fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk
mengetahui golongan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada ekstrak.
Metabolit sekunder yang terdapat pada
ekstrak etanol biji melinjo diantaranya
adalah flavonoid, polifenol, monoterpenoid,
seskuiterpenoid, dan kuinon.Polifenol dan
flavonoid merupakan golongan senyawa
metabolit sekunder yang memiliki aktivitas
antioksidan, sehingga dalam ekstrak biji
melinjo diduga bahwa senyawa inilah yang
berperan menangkal radikal bebas.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Hasil uji kualitatif ekstrak dengan
menggunakan KLT adalah berupa bercak
berwarna kuning berlatar ungu, setelah
pelat yang dikembangkan dengan
menggunakan fase gerak etilasetat :
metanol : air (40:5.4:5) disemprot dengan
penampak bercak larutan DPPH. Hasil KLT
tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak
terdapat senyawa yang memiliki aktivitas
antioksidan. Hal ini dikarenakan menurut
literatur adanya senyawa antioksidan dalam
uji kualitatif dengan menggunakan KLT
ditandai dengan terbentuknya bercak
berwarna kuning berlatar ungu pada pelat
KLT yang disemprot dengan penampak
bercak larutan DPPH (Masoko and Eloff,
2007).
Freezee drying ekstrak
Serbuk ekstrak biji melinjo yang
diperoleh dari proses freeze drying 25,555 g
ekstrak kental biji melinjo adalah sebanyak
22,232 g. Nilai rendemen ekstrak yang
diperoleh melalui perhitungan adalah
sebesar 87,01 %.Adapun karakteristikdari
ekstrak biji melinjo yang telah di freeze
drying yaitu berupa serbuk berwarna
kuning, tidak berasa, dan berbau khas.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dengan metode DPPH
Penetapan DPPH
Larutan DPPH menunjukkan
absorbansi maksimum pada
panjanggelombang 512 520 nm
(Molyneux, 2004). Panjang gelombang
11
maksimum yang diperoleh dari penelitian
ini adalah 517 nm.
Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol
Penetapan operating time DPPH
dalam etanol bertujuan untuk mengetahui
waktu kerja paling baik atau paling stabil
senyawa DPPH dalam etanol.Berdasarkan
hasil yang diperoleh operating time dari
larutan DPPH berada pada menit ke-45
hingga menit ke-120 setelah penambahan
etanol.
Penetapan waktu inkubasi sampel
Pengujian ini bertujuan untuk
melihat rentang waktu dimana larutan
DPPH memberikan absorbansi yang stabil
dan telah bereaksi secara sempurna dengan
sampel membentuk senyawa DPPH-H
(Diphenylpicrylhydrazine). Berdasarkan
hasil pengujian, waktu inkubasi untuk
larutan ekstrak berada pada rentang waktu
30 45 menit, sedangkan waktu inkubasi
untuk larutan vitamin C berada pada
rentang waktu 30 40 menit.
Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel
Penetapan % inhibisi larutan ekstrak
dilakukan secara duplo. Data absorbansi
dan % inhibisi dari beberapa konsentrasi
ekstrak biji melinjo dapat dilihat pada Tabel
4.2. Sedangkan kurva regresi linier antara
konsentrasi ekstrak dan %inhibisi ekstrak
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Tabel 4.2 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Ekstrak
Konsentrasi (g/ml)
Absorbansi (A)
Rata-rata
% Inhibisi
1200 0,128 0,103 0,116 74,783 1000 0,136 0,164 0,150 67,391 800 0,153 0,188 0,171 62,826 600 0,206 0,205 0,206 55,217 400 0,270 0,215 0,243 47,174
DPPH 0,460
Gambar 4.1 Kurva Regresi Linier antaraKonsentrasi Ekstrak dan % Inhibisi
Dari data yang diperoleh pada Tabel
4.1 menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak maka semakin kecil
absorbansi DPPH sehingga peningkatan
y = 0,0336x + 34,602R = 0,9914
01020304050607080
0 300 600 900 1200 1500
%in
hibi
si ek
stra
k (%
)
Konsentrasi ekstrak (g/ml)
12
konsentrasi hambat radikal bebas DPPH
semakin besar.
Sedangkan data absorbansi dan %
inhibisi dari beberapa konsentrasi vitamin C
dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan kurva
regresi linier antara konsentrasi vitamin C
dan % inhibisi vitamin C dapat dilihat
Gambar 4.2.
Tabel 4.3 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Vitamin C
Konsentrasi (g/ml)
Absorbansi (A)
Rata-rata
% Inhibisi
9 0,263 0,188 0,226 56,202 8 0,334 0,212 0,273 47,093 6 0,345 0,332 0,338 35,076 4 0,429 0,362 0,396 23,256
DPPH 0,516
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 sama
halnya dengan ekstrak, bahwa semakin
besar konsentrasi vitamin C maka semakin
kecil absorbansi DPPH sehingga
peningkatan konsentrasi hambat radikal
bebas DPPH semakin besar.
Gambar 4.2 Kurva Regresi Linier antara Konsentrasi Vitamin C dan % Inhibisi
Pengukuran IC50 sampel
Setelah dilakukan perhitungan dengan
memasukkan konsentrasi sebagai x dan %
inhibisi sebagai y maka diperoleh
persamaan regresinyay = 0,0337x +
34,521dan nilai dari IC50 ekstrak etanol biji
melinjo didapat sebesar 459,318 g/mL.
Sedangkan untuk vitamin C dengan
memasukkan konsentrasi sebagai x dan %
inhibisi sebagai y maka diperoleh
persamaan regresinyay = 6,4447x -
3,0952dan nilai dari IC50 vitamin C didapat
sebesar 8,239 g/mL.
Dengan membandingkan IC50 ekstrak
etanol biji melinjo terhadap vitamin C
diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak
etanol biji melinjo 1,794% dari vitamin C.
Aktivitas antioksidan ekstrak lebih rendah
dari vitamin C dapat disebabkan vitamin C
yang lebih murni dibanding ekstrak etanol
biji melinjo yang mengandung berbagai
macam metabolit sekunder.
Pembuatan dan pemilihan basis masker gel
y = 6,583x - 4,256R = 0,992
0
10
20
30
40
50
60
0 2 4 6 8 10
% In
hibi
si
Konsentrasi vitamin C (g/ml)
13
Basis masker gel yang telah dibuat
sebanyak empat macam formula dengan
menggunakan basis PVA dengan
konsentrasi 10%, dan eksipien lain berupa
HPMC, gliserin, dan TEA dengan variasi
konsentrasi. PVA digunakan sebagai
gelling agent memiliki sifat adhesive atau
dapat membentuk lapisan film yang dapat
dikelupas setelah mengering. Penambahan
HPMC dalam formula berfungsi sebagai
peningkat viskositas dari basis masker gel.
Kemudian gliserin berfungsi sebagai
humektan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat air (hidrasi), sehingga sediaan
menjadi tetap lembab dan tidak kering.
TEA digunakan untuk mengatur pH dari
sediaan, sedangkan nipagin dan nipasol
berfungsi sebagai pengawet.
Empat macam formula basis masker
gel kemudian diuji sifat fisik (pH dan
viskositas) dan waktu yang diperlukan
sediaan untuk mengering selama 2 minggu
penyimpanan, hasil pengujian sifat fisik
basis masker gel dapat dilihat pada Tabel
4.4 berikut.
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengujian Sifat Fisik Basis Masker Gel
For
mula
Pengam
atan
Perubahan setelah hari ke-
1 3 7 14
1 Bentuk K+ K+ K+ K+
Warna AK AK AK AK
Bau - - - -
pH 7,59 7,27 6,82 6,8
Viskosita
s
354,1 336,9
3
308,9
3
306,47
Waktu
Kering
10
menit
15
menit
14
menit
13
menit
2 Bentuk K+++ K+++ K+++ K+++
Warna AK AK AK AK
Bau - - - -
pH 7,49 7,19 7,14 7,12
Viskosita
s
2548 1980 1884,
67
1883
Waktu
Kering
9
menit
16
menit
16
menit
15
menit
3 Bentuk K++ K++ K++ K++
Warna AK AK AK AK
Bau - - - -
pH 7,80 7,23 6,85 6,68
Viskosita
s
1263,
33
1154,
33
1025,
33
1021,3
3
Waktu
Kering
10
menit
17
menit
10
menit
12
menit
4 Bentuk K++ K++ K++ K++
Warna AK AK AK AK
Bau - - - -
pH 7,72 7,33 7,02 7,00
Viskosita
s
1422,
33
1307 1236 1221,6
7
Waktu
Kering
10
menit
17
menit
17
menit
17
menit
14
Keterangan: F1: Formula basis dengan gliserin 6 % dan TEA 1 %, F2: Formula basis dengan gliserin 12 % dan TEA 2 %, F3: Formula basis dengan HPMC 1 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, F4: Formula basis dengan HPMC 2 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, K+: Kental rendah, K++: Kental sedang, K+++: Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau
Berdasarkan hasil pengamatan hasil
pengamatan sifat fisik dan waktu sediaan
untuk mengering selama 2 minggu
penyimpanan, dari keempat formula yang
telah dibuat, maka formula 3 yang akan
digunakan sebagai basis dalam formulasi
sediaan masker gel antioksidan.
Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo
Formula masker gel dibuat dalam
berbagai konsentrasi ekstrak etanol biji
melinjo berdasarkan pada nilai IC100 yang
diperoleh dari pengujian aktivitas
antioksidan dengan menggunakan DPPH.
Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam
formulasi berdasar pada nilai IC100 karena
diharapkan ekstrak etanol biji melinjo yang
ditambahkan dalam formulasi dapat
menghambat 100% radikal bebas. Hasil
formulasi sediaan masker antioksidan dari
ekstrak etanol biji melinjo dapat dilihat
pada Gambar 4.3, dan hasil pengamatan
organoleptis sediaan dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Gambar 4.3 Gambar Hasil Formulasi Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo
Formula Bentuk Warna Bau
F0 K+++ AK -
F1 K+++ K Khas
F2 K++ KC+ Khas
F3 K+ KC++ Khas
Keterangan: K+++ = Kental tinggi, K++ = Kental sedang, K+ = Kental rendah, - = Tidak berbau, AK = Agak keruh, KC+ = Kuning kecoklatan lebih muda, KC++= Kuning kecoklatan lebih tua
Pengujian aktivitas antioksidan sediaan
Sediaan masker gel antioksidan dari
ekstrak etanol biji melinjo diuji aktivitas
antioksidannya pada hari pertama
pembuatan dan pada hari terakhir
penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya aktivitas
15
antioksidan pada sediaan, baik pada saat
Hari pertama pembuatan maupun setelah
waktu penyimpanan selama 28 hari. Berikut
diagram nilai IC50 untuk sediaan dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram Nilai IC50 Ekstrak dan Sediaan Masker Gel
Keterangan:F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100
Dapat terlihat dari Gambar 4.4
bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak
yang ditambahkan, maka semakin baik
aktivitas antioksidan sediaannya. Hal ini
didasarkan pada nilai IC50 yang lebih
rendah. Selain itu, dari diagram di atas
dapat diketahui bahwa waktu penyimpanan
berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan
sediaan. Aktivitas antioksidan sediaan
menurun selama penyimpanan, terlihat dari
nilai IC50 yang lebih besar dari sebelum
penyimpanan.Menurunnya aktivitas
antioksidan setelah penyimpanan dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
misalnya cahaya yang dapat menyebabkan
proses oksidasiyang dapat menurunkan
aktivitas antioksidan sediaan. Kemudian
cara pengemasan dapat pula berpengaruh
terhadap penurunan aktivitas antioksidan.
Cara pengemasan yang kurang baik
membuat sediaan lebih banyak kontak
dengan lingkungan, sehingga dapat
menurunkan aktivitas antioksidan sediaan.
Pengujian sifat fisik masker gel
Pengamatan Organoleptis
Seluruh formula sediaan masker gel
antioksidan ekstrak etanol biji melinjo
selama 28 hari penyimpanan tidak
mengalami perubahan konsistensi, warna,
dan bau.
Pengukuran Viskositas
Hasil pengukuran viskositas pada
suhu 8oC, 25oC, dan 40oC selama masa
penyimpanan tertera pada grafik di bawah
ini.
0500
100015002000250030003500
IC50
Sediaan
hari ke-1
hari ke-28
16
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 8oC selama Masa Penyimpanan
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan
Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan
Berdasarkan grafik pada Gambar
4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat
dilihat bahwa viskositas mengalami
penurunan pada tiap suhu pengujian dan
selama waktu penyimpanan. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu dan waktu
penyimpanan berpengaruh terhadap
viskositas. Pada semua formula penurunan
viskositas paling besar tiap waktu
penyimpanannya terjadi pada suhu
pengujian 40oC, sedangkan pada suhu 8oC
dan 25oCpenurunan viskositas tidak terlalu
besar.Hal tersebut menunjukkan bahwa
suhu berpengaruh terhadap viskositas,hal
ini sesuai dengan persamaan kinetika
Arrhenius = AeEvRT,dari persamaan
tersebut diketahui bahwa viskositas
berbanding terbalik dengan suhu, semakin
tinggi suhu maka semakin kecil viskositas.
Selain itu waktu penyimpanan pun
berpengaruh terhadap viskositas, semakin
lama waktu penyimpanan, maka semakin
menurun pula viskositas sediaan.
Penurunan ini terjadi karena semakin lama
waktu penyimpanan, maka semakin lama
juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan,
misalnya udara. Kemasan yang kurang
kedap dapat menyebabkan sediaan
menyerap uap air dari luar, sehingga
menambah volume air dalam sediaan.
0500
100015002000250030003500
1 3 7 14 21 28
Visk
osit
as
(cP)
Hari ke-
Formula 0Formula 1Formula 2Formula 3
0500
100015002000250030003500
1 3 7 14 21 28
Visk
osit
as
(cP)
Hari ke-
Formula 0Formula 1Formula 2Formula 3
0500
100015002000250030003500
1 3 7 14 21 28
Visk
osit
as
(cP)
Hari ke-
Formula 0Formula 1Formula2Formula3
17
Hasil pengukuran viskositas selama
penyimpanan kemudian diolah secara
statistik. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa nilai viskositas yang
diperoleh berbeda signifikan antar formula,
suhu, dan waktu. Hal ini karena nilai
signifikan untuk masing-masing pengaruh
formula dan waktu penyimpananadalah
0,00, sedangkan 0,01 untuk pengaruh suhu,
berarti Hipotesis 0 (H0) ditolak karena nilai
signifikan lebih kecil dari taraf signifikan
= 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji lanjut LSD dan
Tukey. Hasil uji lanjut untuk pengaruh
formula menunjukkan bahwa F3 berbeda
signifikan dengan F2, F1, dan F0.Adanya
perbedaan yang signifikan antara F3 dengan
F0 dapat disebabkan karena adanya
penambahan ekstrak pada F3, sedangkan
pada F0 tidak ada penambahan ekstrak.
Ekstrak yang ditambahkan menyebabkan
viskositas lebih rendah. Sedangkan F3
berbeda signifikan dengan F1 dan F2 dapat
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
ekstrak yang ditambahkan, sehingga
memberikan hasil yang berbeda secara
signifikan.Hasil uji lanjut untuk suhu
menunjukkan bahwa hasil pengukuran
viskositas pada suhu 40oC berbeda dengan
suhu 8oC dan 25oC.Selain itu, waktu
penyimpanan pun berpengaruh terhadap
hasil pengukuran viskositas, yaitu
memberikan hasil viskositas yang berbeda
signifikan dalam tiap waktu
penyimpanan.Hasil uji lanjut dari pengaruh
waktu penyimpanan terhadap viskositas
menunjukkan bahwa hasil pengukuran pada
hari ke-28 dan 21 berbeda signifikan
dengan hasil pengukuran pada hari ke-1, 3,
7, dan 14.Hari ke-14 berbeda dengan hari
ke-1 dan ke-3, serta hari ke-7 berbeda
dengan hari ke-1. Semakin lama waktu
penyimpanan, semakin lama pula sediaan
terpengaruh oleh lingkungan, sehingga
berpengaruh pada viskositas.
Pengukuran pH
Hasil pengukuran pH pada suhu 8oC,
25oC, dan 40oC selama masa penyimpanan
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
18
Gambar 4.8 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 8oCselama Masa Penyimpanan
Gambar 4.9 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan
Gambar 4.10 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan
Berdasarkan grafik pada gambar
4.8, gambar 4.9, dan gambar 4.10 di atas
dapat dilihat bahwa nilai pH mengalami
penurunan selama waktu penyimpanan.
Namun terlihat bahwa pH sediaan masih
memenuhi persyaratan pH untuk sediaan
topikal yaitu antara 4 sampai 8 (Aulton,
1988). Pada semua formula memiliki nilai
lebih dari 7 karena disebabkan oleh
komponen-komponen pada sediaan
didominasi oleh bahan yang bersifat basa.
Selain itu terjadi penurunan nilai pH selama
penyimpanan dapat terjadi karena pengaruh
CO2, karena CO2 bereaksi denganfasa air
sehingga menjadi asam. Selanjutnya data-
data hasil pengukuran pH selama waktu
penyimpanan dianalisis secara
statistik.Hasil analisis statistik data pH
tersebut menunjukkan bahwa pH antar
formula tidak berbeda secara signifikan,
karena nilai signifikan yang diperoleh
sebesar 0,186 lebih besar dari taraf
signifikan =5%, artinya tidak ada perbedaan
pH yang signifikan antar formula. Untuk
pengaruh suhu nilai signifikan yang
diperoleh sebesar 0,00 lebih kecil dari taraf
signifikan = 5%, sehingga Hipotesis 0
(H0) ditolak, artinya ada perbedaan yang
signifikan antar suhu yang diberikan
terhadap pH. Maka dilakukan uji lanjut
0123456789
1 3 7 14 21 28pH
Hari ke-
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
0123456789
1 3 7 14 21 28
pH
Hari ke-
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
0123456789
1 3 7 14 21 28
pH
Hari ke-
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
19
untuk mengetahui perbedaannya, uji lanjut
yang digunakan adalah LSD dan Tukey.
Hasil kedua uji lanjut tersebut menunjukkan
bahwa ketiga suhu (8oC, 25oC, dan 40oC)
memberikan hasil pH yang berbeda
signifikan satu sama lain. Dan waktu
penyimpanan pun berpengaruh terhadap
hasil pengukuran pH, yaitu memberikan
hasil pH yang berbeda signifikan dalam tiap
waktu penyimpanan, dapat dilihat pula dari
nilai signifikan yang diperoleh yaitu sebesar
0,00 yang lebih kecil dari taraf signifikan
= 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut.
Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut
LSD dan Tukey. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa pH pada hari ke-14
berbeda dengan pH pada hari ke-1, 3, 21,
dan 28, serta hari ke-7 berbeda dengan hari
ke-1. Adanya perbedaan pH pada hari-hari
tersebut menunjukkan bahwa waktu
penyimpanan berpengaruh terhadap pH.
Seperti halnya dengan viskositas, pada pH
pun semakin lama waktu penyimpanan,
maka semakin lama pula sediaan
terpengaruh oleh lingkungan yang dapat
mempengaruhi pH sediaan.
Pengujian waktu untuk sediaan mengering
Sediaan masker gel antioksidan dari
ekstrak etanol biji melinjo memiliki waktu
untuk mengering antara 8 16 menit. Hasil
pengujian tersebut menunjukkan bahwa
waktu kering dari semua formula dan pada
setiap waktu penyimpanan masih berada
pada rentang waktu kering dari produk
masker yang ada di pasaran, yaitu antara 10
20 menit.
Selanjutnya data-data hasil
pengujian waktu kering masing-masing
formula dianalisis secara
statistik.Berdasarkan hasil analisis data
statistik untuk pengaruh formula
menunjukkan bahwa H0 ditolak, karena
nilai signifikan yang diperoleh sebesar
0,001 lebih kecil dari taraf signifikan=
5%, artinya terdapat perbedaan waktu
kering yang signifikan antar formula
masker gel. Oleh karena antar formula
memberikan hasil yang berbeda secara
signifikan, maka dilakukan uji lanjut berupa
uji lanjut LSD dan Tukey, dan hasil uji
lanjut tersebut menunjukkan bahwa waktu
20
kering F1 berbeda signifikan dengan F0 dan
F2, dan waktu kering F3 berbeda signifikan
dengan F2.Adanya perbedaan waktu kering
antar formula dapat disebabkan oleh adanya
pengaruh penambahan ekstrak, ekstrak
yang ditambahkan menyebabkan semakin
lamanya proses evaporasi masker gel. Hal
ini dikarenakan ekstrak biji melinjo yang
ditambahkan memiliki kadar air yang cukup
banyak, sehingga kandungan air dalam
masker gel bertambah dan waktu kering
sediaan pun menjadi lebih lama. Hasil
analisis statistik untuk pengaruh waktu
penyimpanan terhadap pH adalah H0
diterima, karena nilai signifikan yang
didapat sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf
signifikan = 5%. Hasil tersebut
menunjukkan adanya perbedaan waktu
kering yang signifikan pada masing-masing
waktu penyimpanan.Hasil uji lanjut untuk
waktu penyimpanan menunjukkan bahwa
waktu kering pada hari ke-1 berbeda
dengan hari ke-3, hari ke-7, hari ke-14, hari
ke-21, dan hari ke-28.Serta hari ke-3
berbeda dengan hari ke-7, 14, 21, dan 28.
Pengujian secara mikrobiologi
Pengujian secara mikrobologi yang
dilakukan berupa cemaran mikroba dan
pengujian efektivitas pengawet. Kedua
pengujian ini dilakukan terhadap bakteri
dan jamur. Berdasarkan hasil uji cemaran
mikroba dan efektivitas pengawet
menunjukkan tidak terjadinya pertumbuhan
bakteri maupun jamur. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa proses pembuatan dan
penyimpanan sediaan sudah cukup baik,
tidak terjadi kontaminasi dengan
lingkungan, sehingga sediaan yang dibuat
tidak tercemar oleh bakteri dan jamur, baik
pada saat pertama pembuatan maupun
setelah waktu penyimpanan.
Pengujian efektivitas sediaan
Sediaan masker gel yang diuji
efektivitasnya adalah sediaan masker gel
formula 3, karena berdasarkan hasil
pengujian aktivitas antioksidan sediaan
diketahui bahwa sediaan formula 3
memiliki nilai IC50 terendah yang artinya
memiliki aktivitas antioksidan yang paling
baik di antara formula lainnya. Selain
sediaan formula 3, pada pengujian
21
efektivitas ini digunakan pula formula 0
sebagai blanko dan produk inovator sebagai
pembanding. Pengujian efektivitas sediaan
ini dilihat dari kemampuan sediaan uji
dalam meningkatkan kelembaban dan
kehalusan kulit wajah. Dalam pengujian ini
digunakan alat skin analyzer untuk
mengukur kandungan air, tingkat
kandungan minyak, dan tingkat kekasaran
kulit wajah. Selain itu digunakan pula alat
Dino Lite untuk melihat struktur kulit wajah
sebelum dan sesudah pemakaian sediaan uji
selama empat minggu. Diagram hasil
pengukuran kandungan air kulit wajah pada
tiga sediaan uji selama empat minggu
pemakaian dapat dilihat Gambar 4.11 di
bawah ini.
Gambar 4.11 Diagram Hasil Pengukuran Kandungan Air (%) Kulit Wajah pada Tiga Sediaan Uji selama Empat Minggu Pemakaian
Berdasarkan Gambar 4.11 dapat
dilihat bahwa peningkatan kelembaban dan
kehalusan kulit wajah cukup signifikan tiap
minggunya setelah pemakaian sediaan F3
dan produk inovator, karena kandungan air
pada kulit wajah mampu mencapai 37% -
41% pada minggu terakhir pemakaian, hasil
ini menunjukkan bahwa nilai kandungan air
tersebut termasuk pada rentang kandungan
air wajah yang normal, yaitu sebesar 38% -
42%. Sediaan F3 mampu membuat kulit
yang awalnya cenderung kering dan kasar,
menjadi lebih lembab dan halus. Hal ini
disebabkan oleh adanya kandungan ekstrak
biji melinjo dalam F3, yang berdasarkan
pengujian aktivitas antioksidan sediaan F3
memiliki aktivitas yang paling baik. Begitu
pula dengan produk inovator, hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa produk
inovator memberikan peningkatan
kelembaban dan kehalusan kulit. Hal ini
dikarenakan pada produk inovator ini
mengandung ekstrak buah stroberi yang
diketahui memiliki aktivitas antioksidan.
Sedangkan untuk sediaan F0 atau blanko,
peningkatan kelembaban dan
05
1015202530354045
0 1 2 3 4
Ka
ndu
nga
n a
ir (%
)
Minggu ke-
Blanko
Formula 3
Produk Inovator
22
kehalusannyasangat kecil selama
pemakaian empat minggu. Hal ini
dikarenakan pada sediaan tidak terdapat
ekstrak apapun, tetapi hanya basis masker
gel saja.
Dari hasil pengujian efektivitas
sediaan dengan melihat parameter-
parameter yang diukur dengan alat skin
analyzer telah diketahui bahwa sediaan
masker gel antioksidan dari ekstrak etanol
biji melinjo F3 mampu untuk meningkatkan
kelembaban dan kehalusan kulit. Namun,
bila dilihat dari stabilitas fisik atau sifat
fisik yang berupa pengamatan organoleptis,
pengukuran viskositas, dan pengukuran pH
selama 28 hari penyimpanan, menurut hasil
pengamatan organoleptis yang diperoleh
bahwa sediaan masker gel F3 tidak
mengalami perubahan selama 28 hari
penyimpanan. Namun, apabila melihat hasil
pengujian sifat fisik sediaan, viskositas dan
pH sediaan masker gelF3 cenderung
mengalami penurunan selama 28 hari
penyimpanan tetapi masih memenuhi
rentang viskositas dan pH yang
dipersyaratkan. Hal ini disebabkan oleh
adanya pengaruh perlakuan suhu yang
diberikan, adanya pengaruh lingkungan,
dan lamanya waktu penyimpanan.
Selanjutnya hasil pengukuran
kandungan air kulit selama empat minggu
diolah secara statistik. Berdasarkan hasil
analisis statistik yang diperoleh dapat
diketahui bahwa Hipotesis Nol (H0) ditolak,
karena nilai signifikan untuk sediaan uji
sebagai perlakuan adalah sebesar 0,00 atau
lebih kecil dari taraf signifikan = 5%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga
sediaan uji memberikan hasil yang berbeda
secara signifikan dalam meningkatkan
kandungan air kulit wajah. Oleh karena
berbeda signifikan, maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD
dan Tukey. Hasil yang diperoleh dari kedua
uji lanjut tersebut adalah bahwa F0 berbeda
secara signifikan dengan F3 dan produk
inovator, sedangkan F3 dan produk
inovator tidak berbeda secara signifikan.
Dari hasil uji lanjut tersebut dapat pula
diketahui bahwa F3 dan produk inovator
memliliki kemampuan yang hampir sama
dalam meningkatkan kandungan air kulit.
23
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan
F3 efektif dalam meningkatkan kelembaban
dan kehalusan kulit.
Selain sediaan uji, ingin diketahui
pula pengaruh waktu pemakaian terhadap
respon yang diamati, dan berdasarkan hasil
yang diperoleh bahwa Hipotesis Nol (H0)
ditolak, karena nilai signifikan yang
diperoleh sebesar 0,00 atau lebih kecil dari
taraf signifikan = 5%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antar waktu pemakaian
dengan hasil peningkatan kandungan air
kulit wajah. Oleh karena adanya perbedaan
yang signifikan, maka dilakukan pula uji
lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD
dan Tukey. Berdasarkan hasil kedua uji
lanjut tersebut dapat diketahui bahwa pada
minggu ke-0 hasil yang diberikan berbeda
secara signifikan dengan hasil pada minggu
ke-1, 2, 3, dan 4. Pada minggu ke-1
memberikan hasil yang berbeda secara
signifikan dengan hasil pada minggu ke-3
dan ke-4. Serta hasil pada minggu ke-2
berbeda signifikan dengan minggu ke-4.
Pada minggu ke-0 memberikan hasil yang
berbeda dengan hasil pengukuran pada
minggu ke-1, 2, 3, dan 4 karena pada
minggu ke-0 belum digunakannya sediaan
uji, sedangkan hasil pengukuran pada
minggu ke-4 berbeda dengan pada minggu
ke-1, 2, 3, dan 4 karena minggu ke-4
merupakan waktu pemakaian terakhir atau
pemakaian terlama sediaan uji sehingga
hasil yang diperoleh akan berbeda dengan
hasil pada minggu ke-0, 1, 2, dan 3.
Pengujian iritasi
Uji iritasi sediaan masker gel antioksidan
dari ekstrak etanol biji melinjo yang
dilakukan terhadap 10 orang relawan
memberikan hasil bahwa sediaan masker
gel yang dibuat tidak menimbulkan reaksi
apapun baik panas, gatal, eritema, ataupun
perih. Sehingga sediaan masker gel
antioksidan dari ekstrak biji melinjo aman
untuk digunakan sebagai sediaan topikal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji
melinjo (Gnetum gnemon Linn.)1,794%
dari aktivitas antioksidan vitamin
C.Ekstrak etanol biji melinjo memiliki
24
nilai IC50 sebesar 459,318 g/ml,
sedangkan vitamin C memiliki nilai IC50
sebesar 8,239 g/ml.
2. Penelitian ini menghasilkan formula
sediaan masker gel antioksidan
berbentuk peel-off dengan berbagai
konsentrasi ekstrak etanol biji melinjo
(F1 = 0,194%, F2= 0,582%, dan F3 =
0,970%).
3. Sediaan masker gel secara umum stabil
dalam aspek konsistensi, warna dan bau.
pH masker gel mengalami penurunan,
tetapi masih berada pada rentang
persyaratan pH untuk sediaan topikal.
Viskositas masker gel pun mengalami
penurunan, penurunan terbesar terjadi
pada suhu penyimpanan 40oC. Serta
semua sediaan masker gel tidak
mengiritasi kulit.
4. Formula 3 merupakan sediaan yang
memiliki aktivitas antioksidan dan
efektivitas yang paling baik, suhu
penyimpanan yang disaranakan untuk
formula 3 adalah pada suhu 25oC pada
wadah tertutup dan terhindar dari sinar
matahari.
Saran
Penelitian dapat dikembangkan
dalam bentuk sediaan dan formula yang
lain. Serta dapat dilakukan pula penelitian
mengenai aktivitas lain dari biji melinjo
(Gnetum gnemon Linn.).
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, Naveed., Arshad Mehmood.,
Barkat Ali Khan., Tariq Mahmood.,
Haji Muhammad Shoaib Khan and
Tariq Saeed. 2011. Exploring
cucumber extract for skin
rejuvenation. African Journal of
Biotechnology Vol. 10 (7), pp.
1206-1216.
Akhtar, Naveed and Yasemin Yazan. 2008.
Formulation and in-vivo evaluation
of a cosmetic multiple emulsion
containing vitamin C and wheat
protein. Pak. J. Pharm. Sci. Vo.21
No. pp.45-50.
Aulton, M. 1988. Pharmaceutics: The
Science of Dosage Form Design.
Curcill Livingstone. Edirberd.
London.p.244.
25
Hanan, Abdul dan Sutrisno. 2000. Gnemon:
Tumbuhan Lahan Kering Multi
Guna dan Konservasinya di Kebun
Raya Bogor.Seminar Nasional
Konservasi dan Pendayagunaan
Keanekaragaman Tumbuhan Lahan
Kering. Bogor: Kebun Raya Bogor-
LIPI. Tersedia di
http://eprints.uns.ac.id/204/1/170492
2411201011351.pdf [Diakses pada
tanggal 17 Januari 2012].
Harry, Ralph G. 1973. Harrys
Cosmeticology. Edisi Keenam. New
York. Chemical Publishing Co., Inc.
Hal: 103 109.
Molyneux, Philip. 2004. The use of the
stable free radical
diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant activity.
Songklanakarin J. Sci. Technol.,
26(2) : 211-219.
Mario, M. 2001. Inovasi Masker. Tersedia
di http://www. Kosmetika-
online.net. [diakses pada tanggal 19
September 2011].
Masoko, P and J.N. Eloff. 2007. Screening
of twenty-four South African
Combretum and six Terminalia
species (Combretaceae) for
antioxidant activities. Research
Paper. Afr. J. Trad. CAM (2007) 4
(2): 231 239.
Maysuhara, S. 2009. Rahasia Cantik, Sehat
dan Awet Muda. Edisi I.
Yogyakarta: Pustaka Panasea.
Santoso, Martha., Yuko Nata, Clement
Angkawidjaja, Tomoko Yamaguchi,
Teruyoshi Matoba, and Hithosi
Takamura. 2010. Antioxidant and
DNA Damage Prevention Activities
of the Edible Parts of Gnetum
gnemon and Their Changes upon
Heat Treatment. Food Sci. Technol.
Res., 16(6), 549-556.
Wirajayakusuma, Hembing. 1998. Hidup
Sehat Cara Hembing. Cetakan ke-1.
Edisi ke-15. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Gramedia.
26
27
Top Related