Download - Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Transcript
Page 1: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP PENATALAKSANAAN KLIEN PRILAKU BUNUH DIRI

DI RSJ.Prof. Dr. HB. SA’ANIN PADANG TAHUN 2009

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma DIII Keperawatan Stikes Perintis Bukittinggi

OLEH :

ISMAEL2061480

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES PERINTIS BUKITTINGGI

TAHUN 2009

BAB I

1

Page 2: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan

dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi fungsi integrasi( stuard and sundeen,

1998). Pasien atau klien dapat berupaya individu, keluarga kelompok organisasi atau

komonitas.

Salah satu masalah yang dihadapi klien dalam keperawatan adalah prilaku bunuh diri,

dan bentuk penyelesaian dari masalah prilaku bunuh diri adalah memberikan

penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan klien

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakiri

kehiduapan. Di amerika serikat dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan

merupakan penyebat kematian yang kesebelas . Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan

wanita adalah tiga berbanding satu ( Keliat budi Ana 1994 )

Sedangkan Indonesia lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri kehidupannya

dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang

dapat membuat individu resiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahguaan zat,

dan skizofrenia ( Stuard and Sundent, 1998 )

Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres

yang tinggi dan menggunakan koping yang Maladaptif. Selain itu bunuh diri merupakan

tindakan integritas merusak diri atau mengakiri kehidupan. Situasi gawat pada bunuh diri

adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik untuk bunuh

diri.

Dan ciri-ciri klien bunuh diri adalah pasien pernah mencoba bunuh diri, keinginan

bunuh diri dinyatakan keterangan-keteragan, klien cemas, klien baru mengalami kehilangan.

Oleh karena itu, perawat harus memerlukan ciri karakteristis yang baik dan bagus

dalam penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri. Karena Sebagai mana diketahui

2

Page 3: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

karakteristik adalah salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin

manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Purwato heri, 2000 )

Untuk itu upaya yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan adalah perawat

harus ditingkatkan sumber daya manusianya. Dengan melakukakan-melakukan penataran

serta meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi agar sesuai dengan tangung jawab

dan wewenang serta etika profesional yang sesui dengan perkembangan zaman yang selalu

menuntut pelayanan kesehatan yang prima dalam mewujutkan hal tersebut diperlukan teknik,

sikap dalam penatalaksaan terhadap klien dengan prilaku bunuh diri.

Dari pengamatan saat dinas di RSJ HB sa`anin Padang, Pada khususnya perawat

yang dinas dibagian rawat inap cenderung hanya memantau pasien sekilas saja, tanpa

memperhatikan pasien semaksimal mungkin, seperti tidak mengidentifikasi benda-benda

asing yang dapat membahayakan pasien contoh nya sepray, tempat tidur yang dapat

dimanfaatkan untuk objek bunuh diri, begitu juga halnya kepada keluarga pasien, perawat

jarang sekali menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya penatalaksanaan atau

pengobatan yang diberikan kepada klien sehubungan dengan pencegahan bunuh diri.

Sedangkan klien yang berprilaku bunuh diri ada peneliti temui, tetapi sebagian rumah

sakit tidak mencatat angka klien yang berprilaku bunuh diri . peneliti juga melihat buku laporan

diruangan-diruangan yang ada di RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang, tetapi peneli tidak menemui

angka klien yang berprilaku bunuh diri di rumah sakit. peneliti hanya ingin menemukan

apakah ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku tsb. Dari

uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam membantu proses kesembuhan klien atau

mencegah terjadinya resiko prilaku bunuh diri diperlukan sekali penatalaksanaan yang tepat

dari dari perawat.

Mengingat sangat pentingnya peran parawat terhadap penatalaksaaan klien dengan prilaku

bunuh diri, maka penulis tertarik menggali bagaimana hubungan karakteristik perawat dalam

penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.

3

Page 4: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

1.2 Rumusan masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis ingin melihat apakah ada hubangan karakteristik

perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin

Padang Tahun 2009

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan karakteristik perawat meliputi tingkat

pendidikan, usia dan lama kerja terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku

bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengedentifikasi karakteristik parawat meliputi usia, tingkat pendidikan dan lama kerja

Perawat di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009

1.3.2.2 Mengidentifikasi hubungan tingkat usia pearawat terhadap penatalaksaan klien

dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang

Tahun 2009.

1.3.2.3 Mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat terhadap penatalaksaan klien

dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang

Tahun 2009

1.3.2.4 Mengidentifikasi hubungan lama kerja perawat terhadap penatalaksanaan klien

dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang

Tahun 2009.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan karakerisik perawat

terhadap penatalaksanaaan klien dengan prilaku bunuh diri.

1.4.2 Bagi institusi Pendidikan

4

Page 5: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Sebagai bahan dan ajuan dalam mengembangkan ilmu pengetauan bagi peserta

didik khususnya pada pendidikan DIII keperawatan dan juga sebagai bahan

penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi lahan

Sebagai masukan bagi RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang mengenai hubungan

karakreristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Tinjauan teoritis

2.1.1 Pengertian karakteristik

Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nalai-nilai yang menjadi filosopi

atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang

konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan mengenerasikan pengalaman tertentu menjadi satu

sistem nilai ( Notoatmodjo, 2003 : 207 )

5

Page 6: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Karakteristik adalah merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan

suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Purwato Heri

2000 )

Manusia diciptakan dengan unik, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang

memiliki ciri-ciri persis sama meskpun mereka persis kembar idetik. Oleh karena itu individu

pasti memiliki karakter yang berbeda dengan individu yang lainnya. Perbedaan individu ini

dinamakan kodrat manusia yang bersifat alami.

2.1.2 Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dalam bidang keperawatan

dan memberikan wewenang untuk melaksanakan pelayanan atau asuhan asuhan

keperawatan di ruang rawat ( Dep Kes 1999 )

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi karakteristik perawat

2.1.3.1. Umur

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas parawat.

Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis dalam melakukan tugas maupun

kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula

kedewasaan seseorang demikian juga psikologisnya akan menunjukan kematangan jiwa.

Meningkatnya umur seseorang, akan meningkat pula kebijaksaan dan kemampuan

seseorang dalam mengambil keputusan berfikir rasional.

Kinerja akan meningkat dan kepuasan kerja tercapai. Karayawan yang masih muda

tuntutan kepuasan kerja dapat tercipta karena adanya persepsi yang positif terhadap suatu

yang berkaitan dengan pekerjaannya( Hasibun 2009 )

Selanjutnya bertolak belakang dengan pendapat Brow dalam amerika serikat ad

( 2000 ) mengatakan bahwa usia 25 hingga 30 tahun dan antar 45 hingga 54 sering timbul

ketidak puasan dalam bekerja .

2.1.3.2 Tingkat Pendidikan

6

Page 7: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Menurut siagian ( 2000 ) Mengatakan bahwa pendidikan merupakan yang berfungsi

mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang dimana semakin tinggi

pendidikan semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan kerampilan.

Pendapat Gipson ( 2000 ) mengatakan bah pendidikan yang tinggi pada umumnya

menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia posisi dan bertanggung jawab.

Selain itu Marquis ( 2000 ) mengatakan bahwa untuk mengembangkan antara lain

program sertifikasi dan pendidikan keperawatan berlanjut. Latar belakang pendidikan

mempengaruhi kinerja.

2.1.3.3 Lama kerja.

Siagian ( 2000 ) menyimpulkan bahwa makin lama kinerja kerja seseorang maka

akan semakin terampil dan pengalaman menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Lama

kerja seseorang perawat pada instalasi yaitu dari mulai perawat resmi sebagai karyawan

rumah sakit tersebut.

Gipson ( 1996 ) mengatakan lama kerja dapat mempengaruhi kinerja dan kepuasan

kerja.

Maryoto ( 1990 ) berpendapat apabila seseorang bekerja belum cukup lama sedikit

banyaknya akan mengakibatkan hal–hal yang kurang baik antara lain belum menghawati

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu lama dalam

suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak sehat. Akibat yang mingkin timbul antara

lain adalah rasa bosan karena pekerjaan sama dalam waktu yang lama, sifat pasif dan

mundurnya motifasi dan inisitif dalam bekerja serta mempengaruhi kreatifitas seseorang

karena tidak ada tantangan yang berarti. Kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu permulaan

bekerja menurun secara berangsur-angsur selama 5-6 tahun dan selanjutnya kepusan

meningkat mencapai puncak setelah 20 tahun.

2.1.3. 4.Lingkungan

7

Page 8: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam kepuasan kerja antara

lain.

a. Penghargaan terhahdap usaha yang telah dilaksanakan

b. Pengetahuan tentang kegiatan dan tindakan

c. Rasa percaya diri.

d. Kesempatan dan dukungan yang terdukung

e. Keamanan pekerjaan

f. Adil dan konsisten terhadap keputusan dalam melaksanakan tindakan

g. Kondisi kerja yang kundusif ( Nursalam 2002 )

2.1.4.Bunuh diri

Bunuh diri merupakan kematian yang di perbuat oleh sangaja pelaku sendiri secara

sengaja ( Harold Kaplan, 1998, jiwa darurat )

Pikiran bunuh diri dan usaha percobaan bunuh diri merupakan kasus yang sering

menampilkan diri di IGD, tema umum yang menyebabkan bunuh diri termasuk kasus yang

membuat penderita yang amat sangat dan rasa putus asa dan tak berdaya, konflik antara

hidup dan stres yang tak tertahankan, penyempitan dari jalan keluar yang dilihat pasien serta

serta keinginan untuk melarikan diri dari hal itu. Pikiran bunuh diri terjadi pada seseorang

yang rentan dalam reaksi terhadap beraneka stres pada tiap umur dan terus merupakan

gagasan untuk jangka waktu lama tanpa suatu usaha percoban bunuh diri.

2.1.5.1 Faktor-faktor resiko bunuh diri

Faktor resiko bunuh diri dibagi 3

2.1.5.1.1Faktor resiko populasi

a. Pria

b. Usia lanjut / usia lebih tua

c. Individu yang mengisolasi

d. Kulit putih

8

Page 9: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

e. Indian amerika

2.1.5.1..2. Faktor resiko individual

a. Rasa putus asa ( terutama pada pasien yang depresi mayor ) keridak berdayaan,

kesepian, letih, nyeri psikologis yang dirasakan tidak tertanggungkan

b. Gangguan psikiatrik

c. Gangguan mood mayor ( baik primer atau pun sekunder, 50 % dari seluruh kasus

bunuh diri ) khususnya dengan tanda–tanda negatif atau proses pikir menyempit ,

15% masa hidup beresiko bunuh diri

d. Alkohollisme ( angka bunuh diri sebesar 50 kali dibanding normal 25% dari seluruh

kasus bunuh diri ), sebagian besar pasien kronis, sebagian besar pria, sering setelah

hubungan pribadi dengan orang lain 13 – 9 % resiko masa hidup, lebih tinggi lagi,

apabila terdapat depresi dan dukungan sosial yang kurang ( umum dialami oleh

banyak pasien ). Kecanduan obat – obatan ( 10 % mati karena bunuh diri )

e. Skizofrenia, khususnya ketika mengalami kesepian, depresi, skizofrenia kronis, atau

diseratai waham kejar atau dengan halusinasi perintah yang merusak diri sendiri 10

% atau lebih resiko untuk hidup.

f. Lain-lain : Psikosis akibat kondisi organik : gangguan kepribadian lambang, anti

sosial ) gangguan panik dengan komorboditas depresi

2.1.5.1.3. Faktor resiko lain

a. Masa liburan, musim semi, masa perayaan – perayaan

b. Pengukuran biokimia yangmemunkinkan potensi bunuh diri penurunan cairan serebro

spinal 5 H/AA ( 5 Hydroxyindolecetic )

2.1.5.2. Tiga kategori prilaku bunuh diri

2.1.5.2. 1. Ancamam bunuhdiri

Peringatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk

bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak

9

Page 10: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

ada akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mungkn juga

mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiat

dan sebagainya, pesan–pesan ini harus dipertimbangkan dalam kontek peristiwa

kehidupan terakhir ancaman menunjukan ambivaensi seseorang tentang kematian,

kurang respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk untuk melakukan

tindakan bunuh diri.

2.1.5.2. 2. Upaya bunuh diri.

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan individu yang dapat

mengarahkan kepada kematian apabila tidak dicegah.

2.1.5.2. 3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang

melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan

mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui cepat pada waktunya ( stuart and

Sundeen, 1998 )

2.1.5.3. Ciri-ciri pasien yang berpotensi bunuh diri

Seperti dari percobaan bunuh diri tidak dapat diantisipasi, sekalipun dengan

kemajuan pengetahuan saat ini predikasi yang akurat masih sulit diperoleh,

kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila.

2.1.5.3.1. Pasien pernah mencoba bunuh diri terlihat diruangan gawat darurat,

bangsal, perawatan dan sebagainya.

2.1.5.3.2. Keinginan bunuh diri dinyatakan terang-terangan maupun tidak,atau berupa

ancaman “ kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi “ ( Sering dikatakan

kepada keluarga )

2.1.5.3.3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas

10

Page 11: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

2.1.5.3.4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna ( misalnya pasangan pekerjaan,

haraga diri )

2.1.5.3.5. Perubahan prilaku yang tidak terduga, menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan

serius dan mendalam dengan kerabat , membagi-bagikan harta/barang – barang

miliknya.

2.1.5.3.6. Perubahan sikap yang mendadak, tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri.

( David A. Tomb, 2004 )

2.1.6. Penatalaksaan pada klien prilaku bunuh diri

2.1.6.1. Kembangkan ikatan terapeutik dengan pasien. Lakuakn dengan penuh perhatian dan

rasa penerimaan. Usahakan mengerti alasan pasien ingin mati. Biarkan pasien

mengekpresikan kemarahannya, pikiran-pikiran “yang tidak dapat diterima” Perasaan

ditolak dan keputus asaan. Pasien-pasien seperti ini sering merasa tidak dimengerti

dan terperangkap dan tetapi tidak mampu meminta pertolongan . kurangi nyeri

psikologis sedapat mungkin.

2.1.6.2. Pasien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempit, hadapkan dengan hal-hal

yang realita. Jangan mengecilkan keseriusan pasien dalam usaha bunuh diri. Jangan

pernah setuju untuk merahasikan rencana bunuh diri.

2.1.6.3. Bantulah pasien dengan melewati. Masa berduka karena kehilangan. Jangan

memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang dialami pasien ( misal.

Saya juga pernah merasakan hal yang sama ). Dan juga juga potensi untuk bunuh

diri juga dapat berubah dengan cepat. Nilailah kembali kondisi pikiran pasien

dengan sering.

2.1.6.4. menggunakan sumber daya dari komunitas. Lihatlah keluarga dan prang-orang yang

bermakna dalampengobatan pasien. Gunakan terapi keluarga bila sesuai dengan

kebutuhan. Kurangi solusi sosial dan penarikan diri secara aktif. Membantu

membuat perubahan-perubahan dalam lingkungan yang patologis dari pasien.

11

Page 12: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Jangan kehilangan kontak dengan pasien. Pantau dengan teliti selama musim

liburan. Bersikap aktif tetapi tetap menuntut pasien untuk berrtangung jawab

terhadap hidupnya.

2.1.6.5. Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus ditanggapi secara

serius. Laporkan segera mungkindan lakukan tindak pengaman. Dan jauhkan semua

benda yang berbahaya dari lingkungan dekt pasien. Dan jika pasien beresiko tinggi

untuk bunuh diri, obserfasi secara ketat, bahkan ketika dia berada ditempat tidur atau

menggunakan kamarmandi

2.1.6.6. Observasi dengan cermat ketika pasien minum obat.periksa mulut pasien

memastikan bahwa obat telah ditelan.berikan obat dalam bentuk cair apabila

memungkinkan

2.1.7. Penelitian terkait

Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang terkait dengan peneliti lakukan

yaitu hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku

bunuh diri.

2.1.8. Kerangka penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kerangka dengan konsep sendiri agar

mempermudah menentukan variabel yang akan diteliti.

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut

Variabel independen Variabel dependen

Karakteristik Perawat Penatalaksanaan Klien Bunuh diri

a. Usia a. Dilakukan

b. Pendidikan b. Tidak dilakukan

c. Lama kerja

12

Page 13: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Keterangan : DitelitiDari keterangan diatas dapat dijelaskan karakeristik perawat dalam penatalaksanaan

klien dengan prilaku bunuh diri meliputi umur, tingkat pendidikan dan lama kerja dalam

penelitian ini penulis ingin melihat penataksanaan oleh perawat apakah sudah dilakukan atau

tidak dilakukan menurut standar.

2.1.9. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi

Operasional

Alat

ukur

Cara

ukur

Skala

ukur

Hasil ukur

Variabel

Independen

Umur Lama hidup yang

dihitung sejak mulai

lahir sampai usia

saat penelitian.

Kuesion

er

Lang

sung

dijawab

Ordinal

1. Dewasa awal

21- 39 th

2. Tengah baya

40 – 50

3. Tua 50 th

Tingkat

Pendidikan

Latar belakang

pendidikan

kesehatan formal

terakhir saat

diakukan penelitian

Wawan

cara

Lang

sung

dijawab

Ordinal 1. Rendah SPK

2. Tinggi DIII dan

S1.

Lama kerja Masa yang telah

dilewati oleh

perawat dalam

bekerja

Wawan

cara

Lang

sung

dijawab

Ordinal 1. Baru bekerja 0

- 10 tahun

2. Sudah lama

bekerja 10 th

13

Page 14: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Variabel

Dependen

Penerapan

penatalaksan

aan

Suatu tindakan yang

diberikan perawat

kepada klien

berdasarkan

ketentuan yang

telah ditentukan

Kuesion

er dan

Observ

asi

Lang

sung

dijawab

dan

menga

mati

Ordinal

1. Dilakukan

sesuai

standar 80

%

2. Tidak

dilakukan

sesuai standar

80 %

2.1.10. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaa klien dengan bunuh prilaku

bunuh diri

Ha : Ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri.

BAB III

METODE PENELITIAN

14

Page 15: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

3.1. Disain Penelitian

Penelitian ini mengunakan deskriptif kolerasi yang memilih hubungan antara dua

variabel yaitu karakteristik dan penatalaksaan perawat pada klien bunuh diri di RSJ

Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dimana peneliti memilih pendekatan inferensial dengan tujuan

untuk menganalisa data dengan istilah yang bermakna,

Ang memungkinkan peneliti memutuskan, apakah hasil studi merupakan hasil dari faktor yang

direncanakan dalam desain studi teori yang ditentukan secara kebetulan dengan

menggunakan skor – skor P ( 0,05 ) yang didapatkan melalui uji statistik perbedaan dua

proposi = Chi – Square test ( Notoadmodjo.s 2002 : 145 )

3.2. Kerangka kerja

Karakteristik Variabel Desain yang digunakanperawat terhadap independen desain korelatifpenanatalaksanaaan Karakteristik klien dengan prilaku Perawatbunuh diri Variabel

dependenPenatalaksanaanKlien dengan prilaku bunuh diri

Teknik pengambilan Sampel penelitian Populasi adalah 59 orang Sampel adalah total adalah 59 orang yang bertugasSampling di ruangan rawat inap RSJ

Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang

Hasil :

1. Ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang 2009

2. Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang 2009

3.3. Populasi sampel

3.3.1. Populasi

15

Page 16: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

( Notoatmodjo.s.2002 ) yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang dinas

di bagian rawat inap di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yang berjumlah 69 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi ( Notoadmodjo 2003 : 79 ). Sampel dalam penelitian ini

adalah semua perawat yang dinas dibagian rawat inap RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang

dengan jumlah 30 orang dengan menggunakan teknik total sampling.

3.4. Cara pengumpulaan data

3.4.1 Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah koesionner

dengan cara di cheklis dan mengisi data demografi : nama/initial, lama kerja dan usia,

sedangkan untuk mengetahui variabel independen tentang penatalaksaan yang dilakukan

perawat terhadap klien, peneliti menggunakan lembaran observasi yang berisi 34 item dalam

bentuk lembaran cheklis lika dilakukan diberi nilai 2 dan jika tidak dilakukan diberi nilai 1 dan

yang akan di observasi oleh responden menyangkut pada penggunaan penatalaksaan klien

dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan perawat, fase yang dilakukan perawat dan sikap

penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan perawat

3.4.2 Prosedur pengumpulan data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba kuesioner terhadap 3

orang responden yang memenuhi kriteria untuk diteliti nanti. Tujuan uji coba kuesioner untuk

melihat apakah kuesiner dapat dipahami oleh responden.

Setelah uji coba dilaukan peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria

sampel kemudian dilakukan pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner kepada

responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner selama 10 – 15 menit dan responden

didampingi selama pengisian. Setelah diiisi dikumpulkan kelengkapan dan kelengkapannya

16

Page 17: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

diperiksa oleh peneliti. Setelah itu peneliti langsung melakukan observasi kepada perawat

tersebut sesuai dengan item yang telah diterapkan.

3.5 Cara pengolahan data dan analisa data.

3.5.1 Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

3.5.1.1 Coding

Peneliti dengan melakukan kegiatan mengklasifikasikan data dan pemberian kode

untuk masing – masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkan data

3.5.1.2 Editing

Penyuntungan data dilakukan sebelum proses pemasukan dan sebaiknya dilakukan

agar data yang salah satu meragukan masih dapat ditelusuri kembali pada responden

3.5.1.3. Scoring

Untuk lembaran observasi ditetapkan nilai skor 2 jika dilakukan dan nilai skor : 1 jika

tidak dilakukan. Sedangkan untuk kuesioner yang ada karakteristik perawat dikatagorikan

untuk umur dewasa awal = ( 21-39 Th ) Tengah baya = ( 40-50 Th )dan Tua = > 50 Th dan

untuk tingkat pendidikan SPK = ( Rendah ) D III dan S 1 =( Tinggi ) dan untuk lama kerja 0-10

Th =( Baru ) dan untuk >10= ( Lama )

3.5.1.4. Membuat stuktur data

Struktur data dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan.

3.5.1.5. Memasukkan data

Dalam kegiatan ini diperhatikan atau analisis yang akan dilakukan.

3.5.1.6. Cleaning

Pembersihan data perlu dilakukan dan ternyata terdapat kesalahan dalam melakukan

data, lakukan pembentukan dan pengecekan ulang kuesioner.

3.5.2 Analisa data

3.5.2.1 Analisa Univariat

17

Page 18: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Setelah data dikumpulkan dan data diolah dengan menggunakan analisa distribusi frekwensi

dan statistik deskriptif untuk melihat katagori variabel independen dan depeden untuk katagori

dependen yaitu persiapan dan pelaksaan penerapan penatalaksaan klien dengan prilaku

bunuh diri ditetapkan :

1. Dilakukan sesuai standar 80 %

2. Tidak dilakukan sesuai standar 80 %

Data diolah dengan menggunakan rumus :

FP = 100 %

N

Ket : P = persentase

F = Fekwensi

N = Jumlah e Responden

( Arikunto. 1993 )

3.5.2.2 Analisa bivariat

Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat terhadap

penatalaksaan dengan klien prilaku bunuh diri. Penguji hipotesis untuk mengambil keputusan

tentang apakah hipotesis yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima

dengan menggunakan uji statistik chi square, untuk melihat kemaknaan perhitunngan statistik

digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga P ≤ 0,05 maka secara statistik disebut “

bermakna “ dan jika P 0,05 maka hasil hubungan tersebut ‘tidak bermakna”

Analisa data dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan rumus chi square

∑ ( 0 – E )2

. X2 = E

Ketarangan : X2 = Chi square

18

Page 19: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

∑ = Jumlah baris dan kolom

E = Nilai yang diharapkan

3.6. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dengan

perbandingan bahwa dirumah sakit ini merupakan salah satu instalasi pendidikan sehingga

memudahkan untuk mencari responden yang sesuai.

Lokasi penelitian ini adalah di ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yaitu

di seluruh ruang rawat inap yang terdiri dari Ruang Geges, Flamboyan, Cendrawasih, Melati,

Merpati,Villa Anggrek ( VIP ) dan IGD. Penelitian ini Akan dilakukan pada bulan Agustus

2009.

3.7. Etika penelitian

Setelah mendapat surat dari pendidikan, peneliti melapor kepada direktur RSJ

Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tentang tujuan penelitian dilakukan. Setelah mendapat izin dari

Direktur, peneliti melaporkan ke DIKLAT dan meminta surat pengantar penelitian untuk

kesemua ruangan rawat inap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang, peneliti memberikan surat

tentang rencana dan tujuan peneliti kepada responden, setiap responden berhak untuk

menolak atau menyetujui menjadi responden, bagi mereka yang setuju diminta untuk

menandatangani lembaran persetujuan yang telah disediakan.

19

Page 20: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Penelitian hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan

prilaku bunuh diri yang dilakukan di ruangan inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang mulai

tanggal 30 juli 2009 – 10 Agustus 2009 dengan jumlah responden 30 orang yang sesuai

dengan kriteria sample yang telah ditentukan. Penelitian ini berisikan tentang karakteristik

perawat dan penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri. Setelah data dikumpul dan

kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk diagram dan tabel dibawah ini.

4.1.1. Karakteristik Perawat

4.1.1.1. Menurut Usia

20

Page 21: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Diagram 4.1Distribusi Frekuensi Usia Responden Perawat di ruangan

rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009

Diagram diatas dapat dilihat bahwa usia perawat yang paling banyak saat jadi responden

adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90 %

4.1.1.2. Tingkat pendidikan

Diagram 4.2Distribusi frekuensi Responden menurut Tingkat pendidikan di Ruang

Rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009

Diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikan nya

adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70%.

4.1.1.3. Menurut Lama Kerja

Diagram 4.3Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Kerja di Ruang

rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin

21

Page 22: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Padang Juli - Agustus 2009

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar Lama kerja Responden adalah >

10 tahun yaitu 18 orang atau 60 %

4.1.2. Penatalaksanaan prilaku bunuh diri.

Diagram 4.3Distribusi frekuensi Penatalaksanaan Perawat terhadap prilaku bunuh diri di

Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Penatalaksanaan Perawat terhadap

Penatalaksaan klien bunuh diri terbanyak adalah 83% atau 25 orang melakukan dan 16%

atau 5 orang tidak melakukan penatalaksanaan.

22

Page 23: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

4.1.2.1. Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap Penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri

menurut usia Perawat.

Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan

klien prilaku bunuh diri menurut usia, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi

Square dengan derajat kemaknaan α= 0.05

4.1.2.1.1. Menurut usia

Tabel. 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Karakteristik perawat terhadap

penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut Usiadi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin

Padang Juli - Agustus 2009

Karakteristik

Penatalaksanaan

Total %Dilakukan

(f)%

Tidak

Dilakukan

(f)

%

Dewasa awal 22 73,33 5 16,66 27 90

Tengah baya 3 10 0 0 3 10

Total 25 83,33 5 16,66 30 100

Batas kemaknaan α = 0,05

Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )

= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )

23

Page 24: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

= 1

1 X2 = 3,841

X2 =

∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total

E sel A = = 22,5

E sel B = = 4,5

E sel C = = 2,5

E sel D = = 0,5

SEL 0 E 0 - E (0 - E)2

A 22 22,5 -0,5 0,25 0,01

B 5 4,5 0,5 0,25 0,05

C 3 2,5 0,5 0,25 0,1

D 0 0,5 -0,5 0,25 0,25

X2 h 0,41

Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2 h = 0,41. setelah itu untuk

menentukan hubungan antara karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :

24

Page 25: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

X2 > nilai kritis = Ho ditolak

X2 < nilai kritis = Ho diterima.

Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h < X2 t yaitu 0,41 < 3,841 Ho diterima

dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya tidak ada hubungan antara karakteristik tingkat usia

terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.

4.1.2.1.2. Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel. 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Karakteristik perawat terhadap

penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut tingkat Pendidikandi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin

Padang Juli - Agustus 2009

Karakteristik

PenatalaksanaanTo

tal%

Dilakukan (f) %Tidak

Dilakukan (f)%

Tinggil 16 53,33 5 16,66 21 70

Rendah 9 30 0 0 9 30

Total 25 83,33 5 0,66 30 100

Batas kemaknaan α = 0,05

Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )

= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )

= 1

1 X2 = 3,841

X2 =

∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total

25

Page 26: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

E sel A = = 17,5

E sel B = = 3,5

E sel C = = 7,5

E sel D = = 1,5

SEL 0 E 0 - E (0 - E)2

A 16 17,50 -1,5 2,25 0,12

B 5 3,50 1,5 2,25 0,64

C 9 7,50 1,5 2,25 0,3

D 0 1,50 1,5 2,25 1,5

X2 h 2,56

Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2 h = 2,56. setelah itu untuk

menentukan hubungan antara karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :

X2 > nilai kritis = Ho ditolak

X2 < nilai kritis = Ho diterima.

Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h < X2 t yaitu 2,56 < 3,841 Ho

diterima dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya tidak ada hubungan antara karakteristik Perawat

menurut tingkat tingkat pendidikan terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.

26

Page 27: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

4.1.2.1.3. Menurut Lama kerja

Tabel. 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Karakteristik perawat terhadap

penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut Pengalaman Lama kerjadi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin

Padang Juli - Agustus 2009

Karakteristik

Penatalaksanaan

Total %Dilakukan

(f) %

Tidak

Dilakukan

(f)

%

Baru 9 30 3 10 12 40

Sudah Lama 16 53,33 2 6,66 18 60

Total 25 30,53 5 16,66 30 100

Batas kemaknaan α = 0,05

Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )

= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )

= 1

1 X2 = 3,841

X2 =

∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total

E sel A = = 10

E sel B = = 2

27

Page 28: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

E sel C = = 6,66

E sel D = = 3

SEL 0 E 0 - E (0 - E)2

A 9 10 -1 1 0,1

B 3 2 1 1 0,5

C 16 6,66 9,34 87,23 13,09

D 3 3 0 o 0

X2 h 13,69

Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2 h = 13,69 setelah itu untuk

menentukan hubungan antara karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :

X2 > nilai kritis = Ho ditolak

X2 < nilai kritis = Ho diterima.

Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h > X2 t yaitu 13,69 > 3,841 Ho ditolak

dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah ada hubungan antara Karakteristik pengalaman

kerja terhadap penatalaksanaan klien bunuh diri.

4.2. Pembahasan.

4.2.1.Karakteristik4.2.1.1 Diagram diatas dapat dilihat bahwa usia perawat yang paling

banyak saat jadi responden adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90 % dan

selebihnya tengah baya sebanyak 10 % yang berusia ( 40 – 50 Th ).

28

Page 29: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

4.2.1.2. Diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikan nya

adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70%.

4.2.1.1.3. Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar Lama kerja Responden adalah

> 10 tahun yaitu 18 orang atau 60 %

4.2.3. Hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh

diri.

4.2.3.1.Dari penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang di ruang rawat inap RSJ Prof.Dr.HB.

Sa’anin didapat pada diagram 4.1 dan tabel 4.1. bahwa sebagian responden adalah

dewasa awal sebanyak 90 % yang berusia ( 21 – 39 Th ) dan selebihnya tengah

baya sebanyak 10 % yang berusia ( 40 – 50 Th ). Dan pada tabel 4.1 dilihat bahwa

tidak ada hubungan keraktristik usia terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku

bunuh diri.. Menurut ( Hasibun 2000 ) Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasa

atau maturitas perawat, meningkatnya umur seseorang akan meningkat pula

kebijaksanaan dan kemampuan berfikir rasional. Disini peneliti berasumsi bahwa

seseorang yang tingkat usianya lebih tinggi atau tua dia lebih mewakilkan melakukan

tindakan ke yang lebih muda dan dari segi pemikiran usia tua lebih memikirkan

waktunya untuk menghadapi pensium dan sebaliknya usia muda adalah usia yang

sangat produktif dalam melakukan tndakan atau kegiatan jadi kesimpulannya adalah

usia muda yang berumur 21 -39 tahun lebih baik untuk melakukan tindakan

penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri tetapi peneliti memukan tidak ada

hubungan karakteristik menurut usia terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku

bunuh diri.

4.2.3.2. Pada diagram 4.2 terlihat bahwa sebagian besar latar pendidikan perawat inap adalah

tinggi yaitu tamatan DIII dan S1 yaitu sebanyak 21 orang atau 70%, disini terlihat

bahwa perawat yang dinas diruang rawat inap adalah berkategori tinggi. Dan dilihat

pada tabel 4.2 tidak ada hubungan karakteristik perawat menurut tingkat pendidikan

29

Page 30: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di ruang rawat inap.

Menurut Siagian 2000 mengatakan bahwa pendidikan merupakan yang berfungsi

mengembangkan kemampuan dan yang kualitas kepribadian seseorang seorang

dimana semakin tinggii tingkat pendidikan seseorang semakin besar keinginan untuk

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Peneliti menemukan dari hasil yang

didapat tidak ada hubungan karakteristik tingkat pendidikan dengan penatalaksanaan

klien dengan prilaku bunuh diri. Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan pada

DIII atau S1 adalah sangat baik atau dikatagorikan tinggi, Karena pada tingkat

pendidikan tersebut meraka sudah mengenal atau sudah diajarkan terhadap teori –

teori dan konsep yang baik untuk melakukan tindakan kepasien terhadap

penatalaksanaan bunuh diri di Rumah Sakit dan sebaliknya pada pada pendidikan

tingkat SPK adalah pendidikan yang dikategorikan rendah, disini dilihat bahwa

Perawat yang tamatan SPK umumnya tidak diajarkan teori dan konsep terhadap

penatalaksaaan klien dengan prilaku bunuh diri dan disi perawat menemukan tidak

ada hubungan tingkat pendidikan terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku

bunuh diri.

4.2.3.3. Pada diagram.4.3 terlihat bahwa sebagian besar karakteristik perawat menurut lama

kerja sebanyak 60% atau 18 orang. Dan pada tabel 4.3 terlihat bahwa ada hubungan

karakteristik perawat menurut lama kerja, jadi disini dapat dihubungkan bahwa lama

kerja seseorang perawat mempengaruhi terhadap penatalaksanaan klien dengan

prilaku bunuh diri, Disini peneliti berasumsi bahwa lama kerja berkaitan dengan

keahlian, karena semakin tinggi frekuensi tingkat lama kerja seseorang maka

tindakan yang akan dilakukan semakin mudah untuk dilakukan seperti

penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri. Sesuai menurut teory Siagin

( 2000 ) menyimpulkan bahwa semakin lama kinerja seseorang maka akan semakin

terampil dan pengalaman menghadapi masalah dalam pekerjaannya.

30

Page 31: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

4.3. Keterbatasan Peneliti

4.3.1. Dari segi alat kuesioner

Kuesioner peneliti ini baru pertama kali di rancang sendiri oleh peneliti, oleh karena

itu mungkin jauh dari kesempurnaan. Kuesioner yang peneliti gunakan perlu di uji validitas

dan reabilitasnya.

4.3.2. Dari segi waktu

Peneliti mempunyai dalam membagi waktu antara wak PMPKL dan Praktek Klinik di

RS dengan waktu penelitian karena tempat penelitian jauh dari tempat perkuliahan atau

kampus

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tanggal 30 juli 2009 – 10 Agustus 2009 bahwa hubungan

karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di ruang rawat

31

Page 32: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang dengan 30 responden, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

5.1.1. Sebagian besar responden adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90

%, sebagian besar tingkat pendidikan adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70% dan

sebagian besar pengalaman kerja adalah ( > 10) tahun yaitu 18 orang atau 60 %..

5.1.2. Penatalaksanaan perawat pada klien prilaku bunuh diri dilakukan adalah 83%

5.1.3.Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien prilaku

bunuh terhadap tingkat usia perawat dengan hasil

nilai chi squarenya adalah X2 = X2 h < X2 t yaitu 0,41 < 3,841

5.1.4.Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien prilaku

bunuh dengan Tingkat Pendidikan dengan hasil

nilai chi squarenya adalah. X2 h < X2 t yaitu 2,56 < 3,841

5.1.5. Ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanan klien prilaku bunuh

dengan dengan hasil

nilai chi squarenya adalah. X2 h > X2 t yaitu 13,69 > 3,841

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas ada beberapa

saran yang ingin peneliti sampaikan antara lain :

5.2.1. Kepada institusi pelayanan kesehatan khususnya RS

Diharapkan agar terus meningkatkan upaya promotif khususnya terhadap keluarga dan

klen dengan cara melibatkan keluarga dan klien dalam acara seminar atau diskusi yang

yang menyangkut dengan penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri.

5.2.2. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk dapat melanjutkan penelitian ini dengan

meneliti penatalaksanaan pada klien prilak bunuh diri

5.2.3. Dan diharapkan juga kepada kampus supaya untuk kedepannya jadwal penelitian tidak

bersamaan dengan jadwal kegiatan dikampus.

32

Page 33: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.

David. Tomb,2000. Buku saku Psikistri, Jakarta : EGC

Depkes RI, 1990. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010, Jakarta : EGC

Gipson, James, 2000. Organisasi Prilaku Struktur, Proses, Edisi 5, Jakarta : Erlangga

Harold, Kaplan, 1998. jiwa darurat, jakarta : Media Medika

Hasibun, Malayu SP, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara

Keliat budi ana, 1994. Asuhan Keperawatan Pada klien Bunuh diri, Jakarta

33

Page 34: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

Marquis, 2000. Pendidikan Keperawatan, Jakarta

Maryanto, 1990. Pengumpulan Sumber Daya Manusia, Surabaya

Notoadmojo, Soekitjo, 2000. Metode Penelian dan Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta

Nursalam, 2002. Metodelogi Riset Keperawatan, Jakarta.:Cv Informatika

Purwarto, Heri, 1999. Penelitian Keperawatan, Jakarta, Rhineka Cipta.

Siagian, Sondang, 2000. Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi, Cetakan kedua, Jakarta : PT agung.

Stikes Perintis, 2008, Pedoman Penulisan KTI, Bukittinggi

Stuart dan sudeen, 1998 Keperawatan Jiwa : EGC

34

Page 35: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

35

Page 36: Karya Tulis Ilmiah Ismael, Amd. Kep

36