Download - KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Transcript
Page 1: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………I

KATA PENGANTAR ……..……………………………………………………..II

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

…………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah

…………………………………………………. 4

C. Tujuan Penelitian

………………………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian

……………………………………………….... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kontekstual …..…...………………………………… 6

B. Pembelajaran Kooperatif…………..……...……………………….. 18

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelirian .…………………………………. 23

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ….………………………………….. 23

C. Sumber Data ……………….………………………………………. 23

D. Prodedur Pengumpulan Data …….………………………………… 24

E. Analisa Data ………………….……………………………………. 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian …………………………………………………… 25

B. Pembahasan ………………………………………………………. 41

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 47

B. Saran …………………………………………………………….... 48

DAFTAR PUSTAKA …….…………………………………………………… 49

1

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

LAMPIRAN …………………………………………………………………….50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai tujuan

untuk menanamkan sikap dan perilaku sehari-hari yang didasarkan pada nilai-

nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan di Sekolah Dasar

memberikan bekal kepada siswa agar dapat memiliki nilali luhur yang

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkan agar peserta didik

cinta pada tabah airnya.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar

pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupn pada masa yang akan

datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan

mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal

itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan

sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keungguulan

untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai pancasila

(Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam

GBHN tahun 1999 yang telah menetapkan misi pendidikan sebai berikut :

Terwujudnya sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan

bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan

2

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, memiliki

ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologidalam rangka

mengembangkan mutu manusia Indonesia.

Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini

Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk

memperbaiki dan mengembangkan system pendidikan yang dirasa belum

mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)

dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan

pengembangan sitem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan

suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari

dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan

mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan salah satu tugas

utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan

untuk membelajarkan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran masih

sering ditemui adanya kecenderungan menimalkan keterlibatan siswa.

Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan

siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru

daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan , ketrampilan atau

sikap yang mereka butuhkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan didalam

kelas untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui

pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual menekankan pada

menghubung mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran

3

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan

terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat

mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat

menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) siswa

dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan

konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep

dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat

mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi,

2002)

Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak

terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan guru

sebagi subyek dan pusat sumber balajar sebagaimana pada pembelajaran

konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki,

terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada

batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti

standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam mendatangkan

persoalan (Nur, 2001).

Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan, selama ini proses

pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang

ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah.

Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan

penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar

dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak dapat menumbuh

4

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti diharapkan. Dalam

hal ini guru ingin memperbaiki keadaan terebut dengan mencobakan suatu

strategi pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana

siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh

lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan

penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual model kooperatif sebagai solusinya.

1.2 Identifikasi Masalah

Prestasi Belajar yang baik merupakan suatu dambaan dan harapan

semua pihak baik guru, siswa, orang tua murid maupun penyelenggara

1.3 Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah

dikemukakan didepan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai

berikut :

1. Apakah pendekatan kontekstual model kooperatif dalam

pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran

2005/2006 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri

Dinoyo II Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?

2. Apakah peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PPKn pada pokok bahasan

Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Dinoyo II Kecamatan Jatirejo

Kabupaten Mojokerto?

5

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pendekatatan model kooperatif dalam

pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 kelas V SD Negeri

Dinoyo II Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dengan

menggunakan pendekatan kontekstual model kooperatif dalam

pembelajaran PPKn pada pokok bahasan Kerajinan Semester 2 tahun

pelajaran 2005/2006 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V

SD Negeri Dinoyo II Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan

ketrampilan, dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan

memahami dan menganalisa masalah-masalah pendidikan secara

sistematis dan konstruktif.

2. Memberikan masukan kepada guru sebagai bahan pertimbangan

dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan

inovatif untuk meningkatkan prestasi belajar.

6

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual, contextual Teaching and Learning

(CTL) mempunyai penertian pembelajaran yang membantu guru

menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan

pemebelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan

dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga

dan masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran Kontekstual merupakan

sustu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran

dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga, warga Negara dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjut Nur

menyebutkan CTL merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada

dasarnya yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi

pendidikan selama puluhan tahun. Pendekatan CTL mengakui bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyakfase

7

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus dan

response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada

psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut, belajar hanya terjadi

jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan

masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya.

Dalam praktek, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi

pada psikologi behaviorisme ini melahirkan proses pendidika ”gaya bank”

(Freire, 2001). Anak didik dianggap sebagai ”Bejana kosong” yang diisi

sebagai sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang

hasilnya akan dipetik kelak. Guru adalah subyek aktif, dan anak adalah

obyek pasif yang penurut. Lebih jauh, Freire (2001 : ixi) merinci cirri

pembelajaran konvensional sebagai berikut: (a) Guru mengajar dan murid

belajar; (b) guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa; (c) guru

berpikir, dan murid dipikirkan; (d) guru aktif berbicara dan murid

mendengarkan; (e) guru mengatur, murid diatur; (f) guru memilihkan, (dan

memaksakan pilihannya) murid menuruti; (g) guru bertindak dan murid

membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; (h)

guru memilihkan apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan

pilihan gur; (i) guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang

profesionalismenya dengan kebabasan murid-muridnya; (j) guru menjadi

subyek dan pusat segalanya dan murid menjadi obyek yang ditentukan.

Pola pembelajaran kontekstual sangat berbeda dengan

pembelajaran konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa

perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut ini :

8

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Tabel 2.1Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional dengan Kontekstual

Konvensional Kontekstual

1. Menyandarkan kepada

hafalan

2. Pemilihan informasi

ditentukan oleh guru.

3. Cenderung terfokus pada

salah satu bidang (disiplin)

tertentu.

4. Memberikan tumpukan

informasi kepada siswa sampai

saatnya diperlukan.

5. Penilaian hasil belajar

hanya melalui kegiatan berupa

ujian/ ulangan.

1. Mendasarkan pada memori

special

2. Pemilihan informasi

berdasarkan kebutuhan individu

siswa.

3. Cenderung mengintregasikan

beberapa bidang (disiplin)

4. Selalu mengaitkan informasi

dengan pengetahuan awal yang

telah dimilik siswa.

5. Menerapkan penilaian autentik

melalui penerapan praktis dalam

pemecahan masalah.

Sumber : Depdikbud; 2002

Orang dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu

yang terkait dengan kebutuhannya. Fakta dan ketrampilan yang dipelajari

secara terpisah sulit diserap, disamping akan cepat menguap bagaikan

asap. Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu

sendiri dalam proses penyelaman ke ”dunia nyata” secara terus menerus,

menggunakan umpan balik, perenungan, evaluasi dan penyelaman kembali

(refleksi).

Secara lebih rinci, Nur (2001) menguraikan tujuh kata kunci dalam

pembelajaran kontekstual :

a. Penemuan (inquiry)

9

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan

pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam

praktek, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati,

bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik secara

individual maupun secara bersama-sama dengan teman lainnya.

Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan

sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis siswa.

b. Pertanyaan (questioning)

Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan

kegiatan yang berbasis penemuan. Pertanyaan dalam proses

pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga : (a) pertanyaan

diskriptif yaitu pertanyaan dengan kata ganti apa; (b) pertanyaan

eksplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan

kepada siswa untuk menjelaskan (misal : jelaskan dan bagaimana

proses terjadinya); (c) pertanyaan kritis dan kreatif, yaitu

pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mengungkapkan

informasi yang tersurat dan tersirat pada fakta dan informasi

(misalnya beberapa pertanyaan yang menggunakan kata ganti tanya

mengapa).

c. Konstruktifisme (Construktivisme)

Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman

baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu

10

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

merupakan merupakan dasar/ tumpuan yang digabung dengan

pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru.

Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman

yang bermakna.

d. Masyarakat belajar (Learning community)

Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa

saling berbicara dan menyimak, berbagai pengalaman diantara

mereka. Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan

pembelajaran siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan

belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional

yang secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi

individu yang egoistic, tidak banyak peduli pada lingkungannya.

Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang

sebagai pesaing. Lebih tragis lagi jika persaingan mereka tidak

sehat.

e. Penilaian autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang

bervariasi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian ini juga

mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan.

Penilaian ini tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga

prosesnya.

f. Refleksi (Reflection)

Salah satu pembeda pendekatan kontekstual dengan pendekatan

tradisional yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu yang

11

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat

merevisi dan merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman mereka.

Prosedur umumnya siswa mencatat butir-butir materi yang

dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang

muncul. Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi,

maupun hasil karya/ seni.

g. Permodelan (Modelling)

Aktivitas guru dikelas efek model bagi siswa jika guru mengajar

dengan berbagai variasi metode dan tehnik pembelahjaran, secara

tidak langsung siswapun akan meniru metode dan tehnik yang

dilakukan guru tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak

memberikan manfaat. Guru dapat malakukan aktivitas

mengucapkan hal-hal yang dipikirkan (Think aloud). Guru juga

dapat memnafaatkan efek model ini dengan mendemontrasikan

cara guru menginginkan siswa belajar. Guru dapat juga melakukan

sesuatu yang dinginkan agar siswa melakukannya.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual

Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep tehnologi

pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan kegiatan

menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan

menggunakan bahan, alat, tehnik dan dalam lingkungan tertentu. Agar

penyampaian tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prissip

desain pesan pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan

12

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, perhatian, partisipasi

aktif siswa, perulangan dan umpan balik.

a. Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika

dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan

mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Sipa disini

bermakna siap pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik.

Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.

Selanjutnya motivasi merupakan dorongan untuk

melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar.

Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.

Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan

hukuman (reward and punishment).

b. Penggunaan alat Pemusat Perhatian

Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat

perhatian, hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental

terhadap suatu obyek memegang peranan penting bagi

keberhasilan proses belajar. Semakin memperhatikan akan semakin

berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun

penting, perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam

waktu lama. Karena itu, perlu digunakan berbagai alat dan tehnik

untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali

perhatian uyang paling utama adalah media seperti gambar,

13

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

ilustrasi, bagan warna warni, audio video, penegas visual atau

penegas verbal. Teknik yang paling dapat digunakan untuk

mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu

yang aneh, mengagetkan, menegangkan, lucu atau humor.

c. Perulangan

Jika penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang,

hasil belajar akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan cara

dan media yang sama maupun dengan cara dan media yang

berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan

tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan

atau kesimpulan pada akhir pelajaran. Perulangan dapat pula

dilakukan dengan jalan menggunakan kata-kata isyarat tertentu

seperti ”sekali lagi saya ulang”, dan ”dengan kata lain”, ”singkat

kata”, dan sebagainya.

d. Umpan Balik

Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik,

hasil belajar akan meningkat. Jika salah satu diberikan pembetulan

(corrective feedback). Siswa akan menjadi mantap jika betul

kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak

kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara

teknis, umapa balik deberikan dalam bentuk kunci jawaban yang

benar.

3. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

14

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Agar pelaksanaan kontekstual dapat lebih efektif, guru

harus berperan lebih baik dalam hal merencanakan,

mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan

pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran yang harus dilakukan

guru dalam pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :

a. Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran

diawali dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan

keluarga siswa, pengalaman sekolah, tempat kerja, dan

masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa. Siswa

didorong untuk berpikir kritis dan sitematis untuk menemukan

masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran untuk

menyelesaikan masalah.

b. Mangakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai

konteks, seperti dirumah, masyarakat, tempat kerja.

Pengetahuan yang diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana

dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan, dan

pengetahuannya semakin bertambah jika mereka mempelajari

dari lingkungan yang bervariasi.

c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang

mandiri (self regulated-learneds) dengan cara

memperkenankan sselalu melakukan uji coba (trial and error),

sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit

15

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan

memanfaatkannya.

d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat

memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus

kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan

aktivitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa

sehingga dapat membangun ketermapilan interpersonal, yanitu

berpikir melalui komunikasi dengan orang lain.

e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih, dan pembimbing

akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerja sama

dala belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk didalam

tempat kerja dan sekolah kaitannya denga suatu usaha untuk

bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan

pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar

dari sesamanya.

f. Menggunakan penilaian autentik (Aunthentic Assessment).

Penilaian autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak

pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga

dapatkan siswa menerapkan pengetahuannya untuk

memecahkan masalah kehidupan nyata meskipun tarafnya

sederhana.

4. Evaluasi Pembelajaran Kontekstual

16

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Untuk menentukan apakah pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkat hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang

beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian

pembelajaran kontekstual yang dapat membangun dan memperluas

pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran

kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan/

memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami

peningkatan dalam menngekspresikan apa yang mereka ketahui

termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam dan

diluar sekolah.

Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada

kesesuaian dengan tujuan dan danpak nyata (aut come) yang

diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan dan out come

materi pelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat

mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses didalam aktivitas

pembelajaran (konteks autentik) salah satu prinsip penilaian pada

pembelajaran kontekstual adalah tidak hanya menilai apa yang

diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh

siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan penilaian

autentik (authentic assessment). Strategi penilaian yang dapat

dikategorikan pada penilaian autentik adalah penilain kinerja

(performance assessment), observasi sistematik dan portofolio

(Depdikbud,2002 : 25). Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui

kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks

17

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

tertentu. Observasi sitematik digunakan untuk mengatahui dampak

aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Kontekstual merupakan

kumpulan dari berbagai ketrampilan ide, minat dan keberhasialn siswa

selama jangka waktu tertentu yang diwujudkan dapat berupa catatan,

gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud fisik. Jika

dibandingkan dengan tehnik evaluasi tradisional, strategi evalusi

autentik yang telah disebutkan diatas merupakan eveluasi dan tehnik

mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak

pengetahuan siswa kearah mengukur bagaimana siswa dapat

menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan persoalan

kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tehniknya pun

berubah dari teknik pencil and paper test kearah tes perbuatan dengan

teknik utama observasi tindakan.

Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian

autentik dilakukan secara terus-menerus oleh Departemen Pendidikan

Nasional, guru akan sulit menyesuaikan dengan paradigma baru ini.

Itulah alasannya mengapa pada buku panduan Pembelajaran

Kontektual (Depdikbut, 2002) masih disebutkan bahwa evaluasi

kinerja dapat dilakukan dalam bentuk pilihan ganda. Masih

diperbolehkannya model pilihan ganda tersebut juga merupakan jalan

tengah untuk menyikapi kondisi-kondisi kelas-kelas disekolah yang

umumnya masih kelas besar, dengan jumlah murid diatas 40 orang

dalam pengawasan satu guru. Menurut peneliti, pengadaptasian model

tes kinerja kedalam bentuk tes obyektif pilihan ganda dapat dilakukan

18

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

dengan syarat (1) Setiap butir tes berisi problem kehidupan yang

direkayasa, dan (2) penilaian dengan tes obyektif bukan satu-satunya

cara mengukur perkembangan siswa, perlu dipadukan denga evaluasi

pengamatan misalnya melalui Lembar Kegiatan Siswa. Jika dua

persyaratan tersebut terpenuhi tes obyektif tersebut dapat digunakan,

meskipun baru bertaraf semi autentik (Quasi Authentic Problem Base

Evaluation) dan belum dapat dikategorikan penilaian autentik yang

sesungguhnya.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk

membantu agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya mejadi

pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, mengajukan

pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto,

1999:19).

Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja

kooperatif adalah : Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan.

Yakinlah bahwa dengan bekeja sama kalian dapat menyelesaikan dengan

baik.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa cirri pembelajaran yang

meggunakan model kooperatif diuraikan sebagai berikut :

19

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama yang

dapat dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel

2:2 berikut ini:

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa

Fase 2Menyajikan informasi

Fase 3Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Fase 5Evaluasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

20

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Fase 6Memberi penghargaan

mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun belajar individu dan kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat

mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih

kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk,

2000 : 35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa

untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting daripada waktu yang telah diperlukan

untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat

merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan

jumalah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan

secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan

memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model

pembelajaran kooperatif. Beberapa variasi pembelajaran kooperatif yang paling

ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student – Team Achienement

Divinisions) Jigsaw, TAI (Team – Assited Individualization), CIRC (Cooperative

Intregrated Rading and Composition), Penelitian Kelompok (Group

Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD.

21

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor

individu dan skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim

dibandingkan dengan skor yang lalu mereka. Kelebihan dari penskoran ganda ini

adalah dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas

sekaligus siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka

lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam

proses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa

yang mempunyai kemapuan lebih untuk membantu siswa dengan kemampuan

kurang agar meningkatkan prestasinya, karena perindividu sangat menentukan

skor tim.

Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran

digambarkan dalam tabel dihalaman berikut :

Tabel 2.3 Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif

Langkah Perilaku Siswa

Langkah 1Menetapkan skor langkah

Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini

Langkah 3Menghitung skor perkembangan

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu.

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.

Tabel 2.4 Skala Pemberian Poin Pembelajaran Kooperatif

Uraian Poin

22

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasarSkor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar Lebih dari 10 poin diatas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

0 poin10 poin20 poin30 poin30 poin

Skor tim diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang

mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini

membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapatkan pengakuan

menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk

melakukan yang terbaik. Skor tim di hitung dengan menjumlahkan poin

peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan

jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, huru

perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.

23

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus

tindakan terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1

dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2006, siklus 2 dilaksanakan pada

tanggal 10 Februari 2006, siklus 3 dilaksanakan pada tangal 24 Februari 2006.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sekolah Dasar Dinoyo II Kecamatan

Jatirejo Kabupaten Mojokerto Kelas V semester 2 tahun pelajaran 2005/2006.

subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V sebanyak 25 siswa.

24

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

C. Sumber Data

Sumber Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PPKn melalui

pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kerajinan Kelas V semester 2

tahun pelajaran 2005/2006.SDN Dinoyo II Kecamatan Jatirejo

Kabupaten Mojokerto.

2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran PPKn

melalui Pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kerajinan Kelas V

semester 2 tahun pelajaran 2005/2006.SDN Dinoyo II Kecamatan Jatirejo

Kabupaten Mojokerto.

3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

instrument penelitian, pengamtan (observasi), catatan lapangan, dan

dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran PPKn

melalui Pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kerajinan. Catatan

lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam

kegiatan belajar mengajar baik secara diskriktif maupun reflektif.

Dokumentasi berupa kegiatan mendokumenkan data verbal tertulis dan foto.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data

kualitatif yang bersifat linear (mengalir) yang didalamnya melibatkan kegiatan

penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi data (didalmnya

terdapat kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian) dan verivikasi, serta

25

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

pentyimpulan data. Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua

tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan kebaerhasilan

tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar.

Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada diskriptor kualifikasi terhadap

aktivitas siswa, sedangkan penentuan keberhasilan hasil belajar ditentukan

melalui ulangan harian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan hasil

sebagai berikut :

Siklus 1

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana

pembelajaran (RP) atau scenario pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual model kooperatif. Sebagai pendamping guru menggunakan

lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati,

menganalisis, menyimpulakan dan mengkomunikasikannya kepada teman

sebaya. Membuat lembar observasi untukmemantau kegiatan

pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan

belajar siswa.

2. Pelaksanaan

26

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Pada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan

pemebaljaran PPKn pokok bahasan Kerajinan melalui pendekatan

kontekstual model kooperatif sebagimana tergambarkan pada rencana

pembelajaran (RP). Saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, guru

membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok

beranggotakan 5 siswa secara heterogen, guru menyajikan/ menyampaikan

materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk

dikerjakan, anggota kelompok yang sudah menguasai diminta

menjelasakan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam

kelompok itu mengerti atau memahami, guru berkeliling membimbing,

mengawasi dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa,

setelah usai, lewat juru bicara mempresentasikan hasil pembahasan

dikelompoknya, kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap

hasil pembahasannya, guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila

terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir

pertemuan diadakan evalusi.

3. Observasi

Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi

dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru kelas dan

Kepala sekolah dengan menggunakan instrument yang meliputi : aktivitas

siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual

kooperatif.

a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam

kegiatan pembelajaran :

27

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

1) Aktivitas Guru

Pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama yang

merupakan pembelajaran siklus pertama dilakukan selam 2 x 40

menit. Dalam praktek pembelajaran waktu yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran berlangsung 65 menit, sisa waktu digunakan

untuk kuis 1.

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

pertama ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Guru Kemunculan

1. Menyampaikan pendahuluan 20,05 %

2. Menjelaskan materi/ mendemonstrasikan ketrampilan 25,72 %

3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 4,50 %

4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif

7,35 %

5. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yangbertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas.

22,98 %

6. Resitasi/ Tanya jawab 7,45 %

7. Membantu siswa melakukan refleksi 11,90 %

Aktivitas guru yang dominan adalah menjelasakan materi

(25,72 %), dan aktivitas guru dalam memeriksa pemahaman siswa,

memberi umpan balik dan mengklarifikasikan materi yang kurang

jelas (22,98%). Aktivitas pendahuluan yang muncul sebanyak

20,05 %. Pada tahap pendahuluan guru malakukan identifikasi

pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahsan Kerajinan. Guru

28

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

juga memberi apersepsi berbentuk pertanyaan-pertanyaan tentang

kerajinan. Tujuan pembelajaran juga disampaikan pada tahap ini.

Aktifitas guru-guru dalam memberi motivasi siswa dalam

kelompok kooperatif sebanyak 4,28%. Dalam hal ini guru memberi

dorongan tentang pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan

system penilaian dalam pembelajaran kooperati. Selama siswa

bekerja kooperatif guru selalu memberi bimbingan dalam

kelompok-kelompok tersebut. Aktivitas bimbingan guru yang

mencul sebanyak 7,35%. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan

meminta siswa yang lain untuk menjawabnya. Guru

mengklarifikasikan pemahaman siswa yang kurang jelas. Aktivitas

Tanya jawab yang muncul sebanyak 7,45%. Di akhir pembelajaran

guru membantu siswa melakukan refleksi (11,90%). Guru meminta

siswa dari beberapa kelompok menyampaikan catatan kecil tentang

materi yang telah diperoleh selama kegiatan pembelajaran.

Refleksi yang dibuat siswa bisa berbeda, dan bagi siswa yang

refleksinya kurang lengkap bisa menambah dari siswa yang lain

yanglebih lengkap.

2) Aktivitas siswa

Indikator aktivitas siswa dirumuskan ada tujuh subaktivitas

yang diyakini jika ketujuh aktivitas itu muncul secara maksimal,

suasana pembelajaran ideal akan terwujud.

Aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

29

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Tabel 4.2Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan

1. Memperhatikan penjelasan guru 21,54 %

2. Membaca/ mengerjakan LKS (buku siswa, LKS, Soal)

7,14%

3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 7,5 %

4. Mendemontrasikan kegiatan yangada dalam LKS 20,10%

5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif

11,41%

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa 14,74%

7. Merefleksikan materi pelajaran 12,74%

Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominant siswa

adalah mendengarkan penjelasan guru (21,54%) dan

mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (20,01%).

Penjelasan guru menyangkut devinisi dan konsep kerajinan dengan

berbagai ilustrasi, guru berusaha memancing siswa agar mengingat

pengertian Kerajinan. Kemudian mengaitkan pengertian kerajinan

yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada saat ini, guru aktif jjuga menguatkan apa yang dilihat

siswa. Dalam proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan

contoh-contoh Kerajinan. Guru dianggap banyak menjelaskan

karena setelah demontrasi dan diluar tugas LKS, guru mengaitkan

Kerajinan ini dengan dunia nyata kehidupan siswa.

Pada tahap ini, pengamat menilai kegiatan pembelajaran

adalah guru aktif menjelaskan pada siswa aktif mendengarkan

30

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

penjelasan guru. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa

sebenarnya penjelasan guru yangbanyak didengarkan siswa

bukanlah penjelasan dari metode ceramah (langsung), melainkan

perpaduan penjelasan dari metode dempntrasi dan metode Tanya

jawab.

b. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Pertama

Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat

1 25 Hebat 2 -3 20 Baik 4 20 Baik 5 -

Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal,

karena dari 25 siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 15

siswa (60%). Ini berarti dari pembelajaran siklus pertama 12 siswa

yang tuntas belajarnya. Dan dalam 4 kelompok yangada, hanya 3

kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok 1 dengan

predikat hebat, kelompok 3 dan kelompok 4 dengan predikat baik

sedangkan kelompok 2 dan kelompok 5 tidak mendapatkan predikat.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan

sebagai berikut :

31

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

a. Terdapat keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS

c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan

balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang

kurang jelas.

d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif

sehingga masih bersikap menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya

aktivitas guru dalam mengelola pembelejaran untuk memotivasi dalam

kelompok kooperatif dan memberikan latihan bimbingan dalam

kelompok kooperatif.

Siklus 2

1. Perencanaan

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan

permasalahan pada siklus pertama adalah (a) guru berusaha

menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) guru

berusaha membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan

memotivasi siswa untuk bekerja kooperatif, (c) guru berusaha memberi

latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk

berinisiatif dan menemukan konsep, (d) guru akan lebih banyak

memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar

terbiasa bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan tingkat

kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.

2. Pelaksanaan

32

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi

apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki

kesadaran Kerajinan dalam berbicara dan bekerja. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta

siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan

meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan

kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang

digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian

guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di

papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. Setelah

selesai guru membantu siswa melakukan refleksi. Di akhir

pembelajaran guru memberikan kuis.

3. Observasi

Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran :

b. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa

dalam kelompok pembelajaran.

1) Aktivitas guru

Data hasi pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

kedua ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.4Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran kontekstual

Model Kooperatif Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

1. Menyampaikan pendahuluan 17

2. Menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan

22,10

3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 12,42

33

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif

12,5

5. Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas

15,75

6. Resitasi/ Tanya jawab 14,25

7. Membantu siswa melakukan refleksi 10

Pada siklus kedua guru pada pendahuluan sebanyak

17%. Pada tahap ini guru memberi beberapa pertanyaan

apersepsi tentang perubahan materi yangtelah dipelajari

sebelumnya. Guru juga memberi informasi dan instruksi

tentang eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut, serta

mengingatkan kelompok untuk bekerja lebih maksimal agar

dapat mendapat penghargaan aktivitas yang dominant tetap

guru menjelaskan materil mendemontrasikan ketrampilan

(22,10%) dan memeriksa pemahaman siswa dan memberikan

umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas (15,75%). Meski sudah dengan sadar

bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena

pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap

menjelaskan, mnedemontrasikan, dan memberikan umpan balik

pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak

banyak berubah. Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi

siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (12,42%),

lebih meningkat dari siklus sebelumnya hanya 7,5%. Ini

dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih

mempertanyakan aspek-aspek yang mempengaruhi kesadaran

34

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Kerajinan Bangsa Indonesia. Guru banyak memotivasi agar

mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya

kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga

suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup.

Yang masih dianggap sebagai permasalahan pada akhir

siklus kedua ini adalah organisasi pelaporan dan keberanian

siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok

kooperatif didepan kelas. Dari 5 kelompok yang tampil rata-

rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara

melaporkan hasil kerja kelompoknya pun masih kurang jelas,

melompat-lompat. Meski demikian, tanggapan dari kelompok

luar kelompok penyaji sangat baik. Mereka secara antusias

berebut kesempatan untuk memberikan komentar. Bahkan

jawaban yang samapun juga dikomunikasikan. Bagi peneliti

sampai pada siklus kedua ini suasana belajar mengajar induktif

dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan

dimaksimalkan pada siklus ketiga adalah suasana belajar dalam

kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini

merupakan kunci belajar secara induktif.

2) Aktivitas siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan

untuk mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias

siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan

gur, juga ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan

35

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

pratikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk

melakukan pratikum, serta siswa segera duduk dalam

kelompok kooperatifnya ketika guru minta.

Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.5Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

1. Memperhatikan penjelasan guru 6

2. Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)

14

3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 12,5

4. Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS

12,5

5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif

22,5

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

20,5

7. Merefleksikan materi pelajaran 12

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan

aktivitas guru. Aktivitas dominant siswa yang mencul adalah

menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif

(22,5%), berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

(20,5%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (22,5%).

Aktivitas donminan ini menunjukkan bahwa suasana belajar

dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Demikian pula

prestasi didepan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok

36

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

kooperatif didepan kelas terhadap diskkusi pada kelompok

kooperatif juga sudah berjalan.

c. Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus kedua

Tabel 4.6Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Kedua

Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat

1 30 Super 2 20 Baik 3 25 Hebat 4 20 Baik 5 20 Baik

Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada peningkatan.

Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, 20 siswa yang mendapatkan

nilai diatas 65. Ini berarti pembelajaran siklus kedua 20 siswa (80

%) yangbelajar tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh jumlah

kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi lima kelompok

(pada kuis pertama hanya 3 kelompok). Kelompok yang meraih

predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan predikat super,

kelompok 2 dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat

hebat, kelompok 4 dan kelompok 5 dengan predikat baik.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus dua menunjukkan

kemajuan dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru dalam

37

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

membimbing kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka

dapat bekerja secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini

berarti suasana disskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan

arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan

diri. Namun pada siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu

keberaniaan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Siklus 3

1. Perencanaan

Permasalahan yang terjadi pada siklus 2 akan diatasi pada

sikllus 3. beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelaesaikan

permasalahan pada siklus 2 adalah : (a) guru berusaha memberi

kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyelesaikan tingkat

kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru

lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya didepan kelas, dan (d) guru berusaa lebih

memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan

mengembangkannya.

2. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi

apersepsi kepada siswa dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu

dan sekarang. Kemudian memancing siswa dengan bertanya apakah

pentingnya kerajinan dalam kehidupan sehari-hari. Guru

38

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

menginformasikan bahwa pada hari itu siswa akan belajar tentang

membiasakan berkata dan bekerja dengan jujur. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajatan. Pada waktu itu siswa sudah

duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta

siswa dengan kelompok sekelompoknya untuk pengerjaan LKS

tersebut.

3. Observasi

a. Aktivitas guru

Berikut disajikan data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.

1) Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus 3

ditunjukkan pada rabel dihalaman berikut :

Tabel 4.7Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual

Model Kooperatif Siklus Ketiga

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

1. Menyampaikan pendahuluan 18,75

2. Menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan

25,05

3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 6,20

4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif

25,02

5. Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas

9,35

6. Resitasi/ Tanya jawab 6,28

7. Membantu siswa melakukan refleksi 9,35

Dari tabel diatas dapat dikeahui bahwa pada siklus ketiga

terdapat perbedaan penggunaan waktu yang mencolok. Dominasi

39

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

waktu digunakan oleh guru untuk menjelaskan ketrampilan dan

memberikan latihan terbimbing pada kelompok kooperatif yang

masing-masing mengambil waktu 25,05%. Aktivitas lain,

memotivasi siswa (6,20%), memerikasa pemahaman siswa dan

memberikan umpan balik (9,35%), resitasi/ Tanya jawab (6,28%)

dan membantu siswa melakukan refleksi (9,35%).

Sebagaimana pada silus pertama dan kedua, aktivitas

pendahuluan secara kuantitatif tampak mengambil waktu banyak

(18,75%). Hal ini disebkan karena didalam aktivitas pendahuluan

terdapat 4 sub aktivitas sehingga presentasi yang terbaca pada tabel

tinggi. Analisis ini juga didukung oleh presentasi penggunaan

waktu secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus 1 pendahuluan

mengambil waktu 25,75 %, siklus kedua 17% dan siklus ketiga

18,7%. Tampak bahwa setiap siklus waktu yang dibutuhkan kurang

dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu.

b. Aktivitas siswa

Pada siklus ketiga tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti

kegiatan pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap duduk

dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab

pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusia dan berebut

mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi didepan kelas.

Tabel 4.5Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

40

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

1. Memperhatikan penjelasan guru 12

2. Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)

15,60

3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 9,40

4. Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS

15,67

5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif

25

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

12,5

7. Merefleksikan materi pelajaran 9,38

Pada siklus ketiga aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif

lebih dipertajam lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif (25%), membaca/ mengerjakan LKS

(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS

(15,67%).

b. Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus ketiga

Tabel 4.9Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Ketiga

Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat

1 30 Super 2 25 Baik 3 25 Hebat 4 30 Baik 5 30 Baik

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa .

Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, yang mendapatkan nilai diatas

65 sebanyak 23 siswa Ini berarti pembelajaran siklus ketiga ada 23

41

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

siswa (92 %) yang belajar tuntas. Kelompok satu, kelompok empat

dan kelompok lima dengan predikat super, kelompok ketiga

dengan predikat hebat, kelompok kedua dengan predikat baik. Hal

ini berate ada peningkatan predikat kelompok.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3, diperoleh hasil

temuan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam menyajikan hasil

pengamatan dalam kelompok kooperatif, peningkatan aktivitas guru

dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas.

Namun hal ini masih terdapat kelemahan pada aktivitas siswa pada

saat diskusi kelas, siswa belum terampil menyeleksi pendapat. Masih

banyak pendapat yang mengulang pendapat kawan meskipun

reaksinya berbeda.

B. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 sampai dengan siklus

tiga menunjukkan adanya kearah peningkatan peningkatan aktivitas belajar

siswa untuk mencapai tujuan penelitian.

Pada siklus satu, aktivitas guru menonjolkan dalam kegiatan

pembelajaran dalam menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan

ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena didalamnya terdapat

beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal

siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajran dan (d)

menjelaskan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

42

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran siswa sudah

sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi

menyampaikan tujuan pembelajran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk, 2000

: 35 ). Berdasarkan prinsip pembelajaran kontekstual siswa dapat belajar

secara paling baik dalam kontek, dalam susatu yang terkait dengan kebutuhan

yang diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001). Untuk itu guru dalam

mengaitkan pelajaran sekarang dengan sebelumnya berusaha dibuat nyata,

dengan tidak mengabaikan pengetahuan awal siswa sebelumnya.

Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan

memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas guru tampak memaksakan pemahaman kepada siswa

sejalan dengan kegiatan guru dalam pembelajaran, siswa aktif dalam

mendengarkan penjelasan guru (21,42%). Penelasan guru yang banyak

didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah langsung

melainkan perpaduan penjelasan diskusi, demontrasi dan Tanya jawb. Siswa

aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa

(LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan oleh siswa

termasuk dari pembelajaran kontekstual, yang mengontrol dan mengarahkan

siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learners) dengan cara

memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba(trial and error), sehingga

pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses

informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya(Depdikbud, 2002).

43

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara

berkelompok lima siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi

kendala dalam pembentukan kelompok adalah pada saat siswa di minta duduk

dalam kelompok kooperatif siswa masih kebingungan duduk di bangkunya

dan beberapa siswa lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga

bertanya kepada guru. Kelemahan pada siklus satu ini dicoba diatasi pada

siklus berikutnya. Sesuai dengan indicator pembelajarn kontekstual dengan

pembentukan kelompok siswa diharapkan berpartisipasi secara taratur dalam

diskusi dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi dan menanggapi konsep

dan keputusan penting.

Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa

kelompok. Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil

pengamatannya, dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini

berlangsung keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif

dalam kegiatan Tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan

pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok

sebelumnya. Hanya kelemahannya keaktifan siswa tersebut masih tampak

menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi

oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa dalam bekerja kooperatif dan

kurangnya guru dalam memberikan latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif.

Di akhir pembelajaran guru memberi kuis untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal karena dari

25 siswa yang dapat menuntaskan belajarnya masih 15 siswa.

44

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Pada siklus 2 aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan

pembelajaran adalah menyampaikan pendahuluan (17,50%). Tahap

pendahuluan masih memerlukan waktu yang banyak karena didalamnya

terdapat sub aktivitas operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus

pertama. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum

menunjukkan peningkatan dari siklus pertama. Langkah guru memberi

persepsi sesuai dengan cirri pembelajaran kontekstual yaitu selalu mengaitkan

informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa (Depdikbud,

2002).

Aktivitas dominant guru yang lain adlah memeriksa pemahaman siswa

dan memberi umpan balik bagi siswa yangbertanya, dan mengklarivikasikan

materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan termasuk

dalam konteks yang digunakan siswa dan dapat menngembangkan sikap

positif siswa. Terdapat peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dlam

kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus pertama) dan

memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif (menjadi 12,5 % dari

7,15% pada sikluls pertama).

Berdasarkan indicator pembelajaran kooperatif, langkah guru

membentuk kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru

memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelumnya

bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana

diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup latihan terbimbing yang

muncul 12,5 % dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru meminta

45

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

beberapa siswa untuk membantu pelaksanaan eksperimen, serta memancing

siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut.

Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran

adalah siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok koopearatif

(12,5%).dalam hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa

dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif didepan kelas.

Hanya 4 kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu,

khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya masih kurang jelas.

Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Hasil kuis pada siklus dua terdapat peningkatan dari 15 siswa

yang tuntas belajar pada siklus satu menjadi 20 siswa yang tuntas.

Pada siklus tiga kegiatan guru yang menonjol pada pembelajaran

siklus ini adalah memberi latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25,05%).

Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan

dalam diskusi kelompok kooperatif (25%) membaca/ mengerjakan LKS

(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,67%).

Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus dua. Siswa sudah

tampak percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa

lain untuk menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada

yang menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa

kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun

pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana

pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan suasana pembelajaran

46

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerja sama

diantara siswa (Hernowo, 2001).

Dengan demikian salah satu cirri pembelajaran kontekstual dimana

contoh-contoh yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri

siswa sudah tampak dibandingkan dengan siklus pertama dan siklus dua. Hal

ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontektual yang diterapkan guru sudah

berhasil mengembangkan sikap positif siswa. Sikap positif yang dimaksud

adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi. Pada siklus yang

pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja

kooperatif dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus kedua

sikap menonjolkan diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif.

Pada siklus ketiga sikap yang negative tersebut sudah tidak tampak. Di akhir

pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Pada siklus ini tampak bahwa prestasi belajar siswa meningkat cukup tajam,

dari siklus pertama yang tuntas 15 siswa (60%) siklus kedua (80%) meningkat

menjadi 23 siswa (92%) pada siklus ketiaga.

47

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

2. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan konteksrual

model kooperatif dalam pembelajaran PPKn kelas V pada pokok bahasan

Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Dinoyo II

Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan adanya

kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada

siklus 1 : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan

tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok,

hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok; sedangkan pada

siklus 3 : super sebanyak 3 kelompok, hebat sebanyak 1 kelompok 1

kelompok dan baik sebanyak 1 kelompok.

48

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

3. Peningkatan aktivitas belajar melalui pendekatan konstektual model

kooperatif dalam pembelajaran PPKn kelas V pada pokok bahasan

Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Dinoyo II

Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan dari siklus 1 sebesar 60 %,

siklus 2 sebesar 80% dan siklus 3 sebesar 92%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas dan sesuai dengan pentingnya

penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain :

1. Agar hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif

tindakan dalam mengatasi pembelajaran PPKn khususnya peningkatan

aktivitas belajar siswa.

2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh,

sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasy authentic)

melainkan beberapa tehnik penilaian autentik seperti penilaian kinerja,

observasi intensif, dan kontekstual model kooperatif diterapkan secara

bervariasi.

3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini

sehingga dapat digeneralisasikan secar proporsional.

49

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual.

Jakarta : Depdiknas.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas

Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran

Bahasa Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata

Pelajaran SLTP dan MA dari Enam Propinsi. Di Surabaya tangga;

20 Juni s/d 6 Juli 2001.

Nurhadi, 2002. pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan

Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

Pendidikan Nasional.

Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah

pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam

Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Jumi 2001.

50

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

Amati gambar pada bagian saya melihat. Pernahkan kamu melihat peristiwa seperti pada gambit tersebut?

Tuliskan apa yang kamu rasakan dibagian saya merasa katika melihat peristiwa seperti itu!

LAMPIRAN SOAL-SOAL

Bagaimana Menurutmu! Diskusikan dengan teman kelompokmu!

51

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, dan atau d yang

merupakan jawaban paling tepat!

1. Kamu akan mengerjakan PR. Kamu lupa mencatat soal. Tindakanmu sebaiknya?a. tidak mengerjakan PRb. meminjam soal teman c. mengerjakan PRd. menjiplak pekerjaan teman besuk pagi

2. Tugas utama seorang pelajar adalah ….a. mengerjakan PR c. rajin belajarb. mengerjakan ulanagn d. rajin bekerja

3. Agar kamu dapat membali pakaian baru, maka usahamu yang baik adalah..a. rajin menabung c. minta kepada Ayahb. rajin belajar d. pinjam kepada teman

4. Agar usaha kita berhasil dengan memuaskan, maka kita memerlukan sikapa. tabah dan tawakal c. hati-hati dan taatb. sabar dan berdoa d. ulet dasn rajin

5. dibawah ini contoh perbuatan rajin adalah ………a. tiap pagi bangun pukul 05.00b. buku catatannya sering tertinggal c. meminjam PR teman d. bermain-main dengan baik

6. Rani selalu mengerjakan tugasnya, baik dirumah maupun di sekolah. Rani adalah anak yang …..a. rajin c. pintarb. tabah d. penurut

52

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

7. Rini sedang membaca segala jenis bacaan. Rini membacanya pada waktu senggang. Karena rajin membaca Rini ….a. Mempunyai perpustakaan b. Mempunyai pengetahuan yang luas c. Memiliki teman banyak d. Memiliki buku banyak

8. Kakak rajin membantu Ibu di dapur. Dengan demikian Ibu merasa ……..a. Pekerjaan menjadi lamab. Pekerjaan menjadi ringan c. Pekerjaan sangat banyakd. Pekerjaan tidak selesai

9. Ayah terpilih menjadi Karyawa teladan di kantornya. Hal itu disebabkan Ayah ………a. Selalu datang tepat waktub. Sering pulang cepatc. Pulang waktu istirahat makand. Teman dekat direktur

10. Rudi dapat melaksanakan tugas sebagai Komandan upcara dengan baik. Hal itu karena ………….a. Rudi anak yang pandaib. Rudi murid teladan c. Rudi rajin berlatihd. Rudi disenangi gurunya.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat

!

1. Mengapa kita perlu mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru ?

2. Apakah urusanmu agar nilai ulanganmu bagus ?

3. Apakah yang kamu lakukan agar urusanmu berhasil ?

4. Berikan contoh perbuatan yang mencerminkan kauletan ?

5. Apa manfaat rajin membaca buku ?

53

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH (KERAJINAN).doc

54