DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………I
KATA PENGANTAR ……..……………………………………………………..II
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah
…………………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian
………………………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian
……………………………………………….... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kontekstual …..…...………………………………… 6
B. Pembelajaran Kooperatif…………..……...……………………….. 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelirian .…………………………………. 23
B. Lokasi dan Subyek Penelitian ….………………………………….. 23
C. Sumber Data ……………….………………………………………. 23
D. Prodedur Pengumpulan Data …….………………………………… 24
E. Analisa Data ………………….……………………………………. 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian …………………………………………………… 25
B. Pembahasan ………………………………………………………. 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 47
B. Saran …………………………………………………………….... 48
DAFTAR PUSTAKA …….…………………………………………………… 49
1
LAMPIRAN …………………………………………………………………….50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai tujuan
untuk menanamkan sikap dan perilaku sehari-hari yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan di Sekolah Dasar
memberikan bekal kepada siswa agar dapat memiliki nilali luhur yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkan agar peserta didik
cinta pada tabah airnya.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar
pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupn pada masa yang akan
datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan
mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal
itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan
sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keungguulan
untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai pancasila
(Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam
GBHN tahun 1999 yang telah menetapkan misi pendidikan sebai berikut :
Terwujudnya sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan
bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
2
kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, memiliki
ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologidalam rangka
mengembangkan mutu manusia Indonesia.
Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk
memperbaiki dan mengembangkan system pendidikan yang dirasa belum
mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)
dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan
pengembangan sitem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan
suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari
dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan
mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan salah satu tugas
utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran masih
sering ditemui adanya kecenderungan menimalkan keterlibatan siswa.
Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan
siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru
daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan , ketrampilan atau
sikap yang mereka butuhkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan didalam
kelas untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui
pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual menekankan pada
menghubung mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran
3
yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat
mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat
menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) siswa
dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan
konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep
dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat
mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi,
2002)
Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak
terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan guru
sebagi subyek dan pusat sumber balajar sebagaimana pada pembelajaran
konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki,
terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada
batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti
standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam mendatangkan
persoalan (Nur, 2001).
Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan, selama ini proses
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang
ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah.
Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan
penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar
dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak dapat menumbuh
4
kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti diharapkan. Dalam
hal ini guru ingin memperbaiki keadaan terebut dengan mencobakan suatu
strategi pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana
siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh
lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan
penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual model kooperatif sebagai solusinya.
1.2 Identifikasi Masalah
Prestasi Belajar yang baik merupakan suatu dambaan dan harapan
semua pihak baik guru, siswa, orang tua murid maupun penyelenggara
1.3 Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah
dikemukakan didepan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai
berikut :
1. Apakah pendekatan kontekstual model kooperatif dalam
pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran
2005/2006 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri
Dinoyo II Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?
2. Apakah peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PPKn pada pokok bahasan
Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Dinoyo II Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto?
5
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pendekatatan model kooperatif dalam
pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 kelas V SD Negeri
Dinoyo II Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dengan
menggunakan pendekatan kontekstual model kooperatif dalam
pembelajaran PPKn pada pokok bahasan Kerajinan Semester 2 tahun
pelajaran 2005/2006 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V
SD Negeri Dinoyo II Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?
1.5 Manfaat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan
ketrampilan, dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan
memahami dan menganalisa masalah-masalah pendidikan secara
sistematis dan konstruktif.
2. Memberikan masukan kepada guru sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar.
3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan
inovatif untuk meningkatkan prestasi belajar.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual, contextual Teaching and Learning
(CTL) mempunyai penertian pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan
pemebelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan
dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran Kontekstual merupakan
sustu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran
dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga Negara dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjut Nur
menyebutkan CTL merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada
dasarnya yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi
pendidikan selama puluhan tahun. Pendekatan CTL mengakui bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyakfase
7
berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus dan
response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada
psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut, belajar hanya terjadi
jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan
masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya.
Dalam praktek, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi
pada psikologi behaviorisme ini melahirkan proses pendidika ”gaya bank”
(Freire, 2001). Anak didik dianggap sebagai ”Bejana kosong” yang diisi
sebagai sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang
hasilnya akan dipetik kelak. Guru adalah subyek aktif, dan anak adalah
obyek pasif yang penurut. Lebih jauh, Freire (2001 : ixi) merinci cirri
pembelajaran konvensional sebagai berikut: (a) Guru mengajar dan murid
belajar; (b) guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa; (c) guru
berpikir, dan murid dipikirkan; (d) guru aktif berbicara dan murid
mendengarkan; (e) guru mengatur, murid diatur; (f) guru memilihkan, (dan
memaksakan pilihannya) murid menuruti; (g) guru bertindak dan murid
membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; (h)
guru memilihkan apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan
pilihan gur; (i) guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang
profesionalismenya dengan kebabasan murid-muridnya; (j) guru menjadi
subyek dan pusat segalanya dan murid menjadi obyek yang ditentukan.
Pola pembelajaran kontekstual sangat berbeda dengan
pembelajaran konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa
perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut ini :
8
Tabel 2.1Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional dengan Kontekstual
Konvensional Kontekstual
1. Menyandarkan kepada
hafalan
2. Pemilihan informasi
ditentukan oleh guru.
3. Cenderung terfokus pada
salah satu bidang (disiplin)
tertentu.
4. Memberikan tumpukan
informasi kepada siswa sampai
saatnya diperlukan.
5. Penilaian hasil belajar
hanya melalui kegiatan berupa
ujian/ ulangan.
1. Mendasarkan pada memori
special
2. Pemilihan informasi
berdasarkan kebutuhan individu
siswa.
3. Cenderung mengintregasikan
beberapa bidang (disiplin)
4. Selalu mengaitkan informasi
dengan pengetahuan awal yang
telah dimilik siswa.
5. Menerapkan penilaian autentik
melalui penerapan praktis dalam
pemecahan masalah.
Sumber : Depdikbud; 2002
Orang dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu
yang terkait dengan kebutuhannya. Fakta dan ketrampilan yang dipelajari
secara terpisah sulit diserap, disamping akan cepat menguap bagaikan
asap. Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu
sendiri dalam proses penyelaman ke ”dunia nyata” secara terus menerus,
menggunakan umpan balik, perenungan, evaluasi dan penyelaman kembali
(refleksi).
Secara lebih rinci, Nur (2001) menguraikan tujuh kata kunci dalam
pembelajaran kontekstual :
a. Penemuan (inquiry)
9
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan
pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam
praktek, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati,
bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik secara
individual maupun secara bersama-sama dengan teman lainnya.
Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan
sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis siswa.
b. Pertanyaan (questioning)
Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan
kegiatan yang berbasis penemuan. Pertanyaan dalam proses
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga : (a) pertanyaan
diskriptif yaitu pertanyaan dengan kata ganti apa; (b) pertanyaan
eksplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan
kepada siswa untuk menjelaskan (misal : jelaskan dan bagaimana
proses terjadinya); (c) pertanyaan kritis dan kreatif, yaitu
pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mengungkapkan
informasi yang tersurat dan tersirat pada fakta dan informasi
(misalnya beberapa pertanyaan yang menggunakan kata ganti tanya
mengapa).
c. Konstruktifisme (Construktivisme)
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman
baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu
10
merupakan merupakan dasar/ tumpuan yang digabung dengan
pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru.
Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman
yang bermakna.
d. Masyarakat belajar (Learning community)
Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa
saling berbicara dan menyimak, berbagai pengalaman diantara
mereka. Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan
pembelajaran siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan
belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional
yang secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi
individu yang egoistic, tidak banyak peduli pada lingkungannya.
Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang
sebagai pesaing. Lebih tragis lagi jika persaingan mereka tidak
sehat.
e. Penilaian autentik (authentic assessment)
Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang
bervariasi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian ini juga
mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan.
Penilaian ini tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga
prosesnya.
f. Refleksi (Reflection)
Salah satu pembeda pendekatan kontekstual dengan pendekatan
tradisional yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu yang
11
telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat
merevisi dan merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman mereka.
Prosedur umumnya siswa mencatat butir-butir materi yang
dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang
muncul. Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi,
maupun hasil karya/ seni.
g. Permodelan (Modelling)
Aktivitas guru dikelas efek model bagi siswa jika guru mengajar
dengan berbagai variasi metode dan tehnik pembelahjaran, secara
tidak langsung siswapun akan meniru metode dan tehnik yang
dilakukan guru tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak
memberikan manfaat. Guru dapat malakukan aktivitas
mengucapkan hal-hal yang dipikirkan (Think aloud). Guru juga
dapat memnafaatkan efek model ini dengan mendemontrasikan
cara guru menginginkan siswa belajar. Guru dapat juga melakukan
sesuatu yang dinginkan agar siswa melakukannya.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual
Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep tehnologi
pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan kegiatan
menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan
menggunakan bahan, alat, tehnik dan dalam lingkungan tertentu. Agar
penyampaian tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prissip
desain pesan pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan
12
motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, perhatian, partisipasi
aktif siswa, perulangan dan umpan balik.
a. Kesiapan dan Motivasi
Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika
dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan
mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Sipa disini
bermakna siap pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik.
Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.
Selanjutnya motivasi merupakan dorongan untuk
melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar.
Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.
Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan
hukuman (reward and punishment).
b. Penggunaan alat Pemusat Perhatian
Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat
perhatian, hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental
terhadap suatu obyek memegang peranan penting bagi
keberhasilan proses belajar. Semakin memperhatikan akan semakin
berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun
penting, perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam
waktu lama. Karena itu, perlu digunakan berbagai alat dan tehnik
untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali
perhatian uyang paling utama adalah media seperti gambar,
13
ilustrasi, bagan warna warni, audio video, penegas visual atau
penegas verbal. Teknik yang paling dapat digunakan untuk
mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu
yang aneh, mengagetkan, menegangkan, lucu atau humor.
c. Perulangan
Jika penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang,
hasil belajar akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan cara
dan media yang sama maupun dengan cara dan media yang
berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan
tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan
atau kesimpulan pada akhir pelajaran. Perulangan dapat pula
dilakukan dengan jalan menggunakan kata-kata isyarat tertentu
seperti ”sekali lagi saya ulang”, dan ”dengan kata lain”, ”singkat
kata”, dan sebagainya.
d. Umpan Balik
Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik,
hasil belajar akan meningkat. Jika salah satu diberikan pembetulan
(corrective feedback). Siswa akan menjadi mantap jika betul
kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak
kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara
teknis, umapa balik deberikan dalam bentuk kunci jawaban yang
benar.
3. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
14
Agar pelaksanaan kontekstual dapat lebih efektif, guru
harus berperan lebih baik dalam hal merencanakan,
mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan
pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran yang harus dilakukan
guru dalam pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
a. Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran
diawali dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan
keluarga siswa, pengalaman sekolah, tempat kerja, dan
masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa. Siswa
didorong untuk berpikir kritis dan sitematis untuk menemukan
masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran untuk
menyelesaikan masalah.
b. Mangakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai
konteks, seperti dirumah, masyarakat, tempat kerja.
Pengetahuan yang diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana
dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan, dan
pengetahuannya semakin bertambah jika mereka mempelajari
dari lingkungan yang bervariasi.
c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang
mandiri (self regulated-learneds) dengan cara
memperkenankan sselalu melakukan uji coba (trial and error),
sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit
15
dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan
memanfaatkannya.
d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat
memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus
kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan
aktivitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa
sehingga dapat membangun ketermapilan interpersonal, yanitu
berpikir melalui komunikasi dengan orang lain.
e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih, dan pembimbing
akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerja sama
dala belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk didalam
tempat kerja dan sekolah kaitannya denga suatu usaha untuk
bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan
pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar
dari sesamanya.
f. Menggunakan penilaian autentik (Aunthentic Assessment).
Penilaian autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak
pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga
dapatkan siswa menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah kehidupan nyata meskipun tarafnya
sederhana.
4. Evaluasi Pembelajaran Kontekstual
16
Untuk menentukan apakah pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkat hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang
beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian
pembelajaran kontekstual yang dapat membangun dan memperluas
pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran
kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan/
memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami
peningkatan dalam menngekspresikan apa yang mereka ketahui
termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam dan
diluar sekolah.
Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada
kesesuaian dengan tujuan dan danpak nyata (aut come) yang
diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan dan out come
materi pelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat
mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses didalam aktivitas
pembelajaran (konteks autentik) salah satu prinsip penilaian pada
pembelajaran kontekstual adalah tidak hanya menilai apa yang
diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh
siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan penilaian
autentik (authentic assessment). Strategi penilaian yang dapat
dikategorikan pada penilaian autentik adalah penilain kinerja
(performance assessment), observasi sistematik dan portofolio
(Depdikbud,2002 : 25). Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui
kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks
17
tertentu. Observasi sitematik digunakan untuk mengatahui dampak
aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Kontekstual merupakan
kumpulan dari berbagai ketrampilan ide, minat dan keberhasialn siswa
selama jangka waktu tertentu yang diwujudkan dapat berupa catatan,
gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud fisik. Jika
dibandingkan dengan tehnik evaluasi tradisional, strategi evalusi
autentik yang telah disebutkan diatas merupakan eveluasi dan tehnik
mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak
pengetahuan siswa kearah mengukur bagaimana siswa dapat
menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan persoalan
kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tehniknya pun
berubah dari teknik pencil and paper test kearah tes perbuatan dengan
teknik utama observasi tindakan.
Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian
autentik dilakukan secara terus-menerus oleh Departemen Pendidikan
Nasional, guru akan sulit menyesuaikan dengan paradigma baru ini.
Itulah alasannya mengapa pada buku panduan Pembelajaran
Kontektual (Depdikbut, 2002) masih disebutkan bahwa evaluasi
kinerja dapat dilakukan dalam bentuk pilihan ganda. Masih
diperbolehkannya model pilihan ganda tersebut juga merupakan jalan
tengah untuk menyikapi kondisi-kondisi kelas-kelas disekolah yang
umumnya masih kelas besar, dengan jumlah murid diatas 40 orang
dalam pengawasan satu guru. Menurut peneliti, pengadaptasian model
tes kinerja kedalam bentuk tes obyektif pilihan ganda dapat dilakukan
18
dengan syarat (1) Setiap butir tes berisi problem kehidupan yang
direkayasa, dan (2) penilaian dengan tes obyektif bukan satu-satunya
cara mengukur perkembangan siswa, perlu dipadukan denga evaluasi
pengamatan misalnya melalui Lembar Kegiatan Siswa. Jika dua
persyaratan tersebut terpenuhi tes obyektif tersebut dapat digunakan,
meskipun baru bertaraf semi autentik (Quasi Authentic Problem Base
Evaluation) dan belum dapat dikategorikan penilaian autentik yang
sesungguhnya.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.
Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk
membantu agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya mejadi
pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, mengajukan
pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto,
1999:19).
Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja
kooperatif adalah : Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan.
Yakinlah bahwa dengan bekeja sama kalian dapat menyelesaikan dengan
baik.
Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa cirri pembelajaran yang
meggunakan model kooperatif diuraikan sebagai berikut :
19
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama yang
dapat dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel
2:2 berikut ini:
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa
Fase 2Menyajikan informasi
Fase 3Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase 5Evaluasi
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
20
Fase 6Memberi penghargaan
mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun belajar individu dan kelompok.
Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat
mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih
kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk,
2000 : 35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa
untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting daripada waktu yang telah diperlukan
untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat
merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan
jumalah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan
secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan
memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model
pembelajaran kooperatif. Beberapa variasi pembelajaran kooperatif yang paling
ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student – Team Achienement
Divinisions) Jigsaw, TAI (Team – Assited Individualization), CIRC (Cooperative
Intregrated Rading and Composition), Penelitian Kelompok (Group
Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD.
21
Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor
individu dan skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim
dibandingkan dengan skor yang lalu mereka. Kelebihan dari penskoran ganda ini
adalah dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas
sekaligus siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka
lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam
proses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa
yang mempunyai kemapuan lebih untuk membantu siswa dengan kemampuan
kurang agar meningkatkan prestasinya, karena perindividu sangat menentukan
skor tim.
Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran
digambarkan dalam tabel dihalaman berikut :
Tabel 2.3 Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif
Langkah Perilaku Siswa
Langkah 1Menetapkan skor langkah
Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini
Langkah 3Menghitung skor perkembangan
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu.
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.
Tabel 2.4 Skala Pemberian Poin Pembelajaran Kooperatif
Uraian Poin
22
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasarSkor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar Lebih dari 10 poin diatas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
0 poin10 poin20 poin30 poin30 poin
Skor tim diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang
mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini
membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapatkan pengakuan
menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk
melakukan yang terbaik. Skor tim di hitung dengan menjumlahkan poin
peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan
jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, huru
perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus
tindakan terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2006, siklus 2 dilaksanakan pada
tanggal 10 Februari 2006, siklus 3 dilaksanakan pada tangal 24 Februari 2006.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekolah Dasar Dinoyo II Kecamatan
Jatirejo Kabupaten Mojokerto Kelas V semester 2 tahun pelajaran 2005/2006.
subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V sebanyak 25 siswa.
24
C. Sumber Data
Sumber Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PPKn melalui
pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kerajinan Kelas V semester 2
tahun pelajaran 2005/2006.SDN Dinoyo II Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto.
2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran PPKn
melalui Pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kerajinan Kelas V
semester 2 tahun pelajaran 2005/2006.SDN Dinoyo II Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto.
3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrument penelitian, pengamtan (observasi), catatan lapangan, dan
dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran PPKn
melalui Pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Kerajinan. Catatan
lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam
kegiatan belajar mengajar baik secara diskriktif maupun reflektif.
Dokumentasi berupa kegiatan mendokumenkan data verbal tertulis dan foto.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif yang bersifat linear (mengalir) yang didalamnya melibatkan kegiatan
penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi data (didalmnya
terdapat kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian) dan verivikasi, serta
25
pentyimpulan data. Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua
tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan kebaerhasilan
tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar.
Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada diskriptor kualifikasi terhadap
aktivitas siswa, sedangkan penentuan keberhasilan hasil belajar ditentukan
melalui ulangan harian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan hasil
sebagai berikut :
Siklus 1
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana
pembelajaran (RP) atau scenario pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual model kooperatif. Sebagai pendamping guru menggunakan
lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati,
menganalisis, menyimpulakan dan mengkomunikasikannya kepada teman
sebaya. Membuat lembar observasi untukmemantau kegiatan
pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan
belajar siswa.
2. Pelaksanaan
26
Pada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan
pemebaljaran PPKn pokok bahasan Kerajinan melalui pendekatan
kontekstual model kooperatif sebagimana tergambarkan pada rencana
pembelajaran (RP). Saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok
beranggotakan 5 siswa secara heterogen, guru menyajikan/ menyampaikan
materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan, anggota kelompok yang sudah menguasai diminta
menjelasakan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam
kelompok itu mengerti atau memahami, guru berkeliling membimbing,
mengawasi dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa,
setelah usai, lewat juru bicara mempresentasikan hasil pembahasan
dikelompoknya, kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap
hasil pembahasannya, guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila
terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir
pertemuan diadakan evalusi.
3. Observasi
Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi
dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru kelas dan
Kepala sekolah dengan menggunakan instrument yang meliputi : aktivitas
siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual
kooperatif.
a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran :
27
1) Aktivitas Guru
Pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama yang
merupakan pembelajaran siklus pertama dilakukan selam 2 x 40
menit. Dalam praktek pembelajaran waktu yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran berlangsung 65 menit, sisa waktu digunakan
untuk kuis 1.
Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus
pertama ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama
No Kategori Aktivitas Guru Kemunculan
1. Menyampaikan pendahuluan 20,05 %
2. Menjelaskan materi/ mendemonstrasikan ketrampilan 25,72 %
3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 4,50 %
4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif
7,35 %
5. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yangbertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas.
22,98 %
6. Resitasi/ Tanya jawab 7,45 %
7. Membantu siswa melakukan refleksi 11,90 %
Aktivitas guru yang dominan adalah menjelasakan materi
(25,72 %), dan aktivitas guru dalam memeriksa pemahaman siswa,
memberi umpan balik dan mengklarifikasikan materi yang kurang
jelas (22,98%). Aktivitas pendahuluan yang muncul sebanyak
20,05 %. Pada tahap pendahuluan guru malakukan identifikasi
pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahsan Kerajinan. Guru
28
juga memberi apersepsi berbentuk pertanyaan-pertanyaan tentang
kerajinan. Tujuan pembelajaran juga disampaikan pada tahap ini.
Aktifitas guru-guru dalam memberi motivasi siswa dalam
kelompok kooperatif sebanyak 4,28%. Dalam hal ini guru memberi
dorongan tentang pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan
system penilaian dalam pembelajaran kooperati. Selama siswa
bekerja kooperatif guru selalu memberi bimbingan dalam
kelompok-kelompok tersebut. Aktivitas bimbingan guru yang
mencul sebanyak 7,35%. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan
meminta siswa yang lain untuk menjawabnya. Guru
mengklarifikasikan pemahaman siswa yang kurang jelas. Aktivitas
Tanya jawab yang muncul sebanyak 7,45%. Di akhir pembelajaran
guru membantu siswa melakukan refleksi (11,90%). Guru meminta
siswa dari beberapa kelompok menyampaikan catatan kecil tentang
materi yang telah diperoleh selama kegiatan pembelajaran.
Refleksi yang dibuat siswa bisa berbeda, dan bagi siswa yang
refleksinya kurang lengkap bisa menambah dari siswa yang lain
yanglebih lengkap.
2) Aktivitas siswa
Indikator aktivitas siswa dirumuskan ada tujuh subaktivitas
yang diyakini jika ketujuh aktivitas itu muncul secara maksimal,
suasana pembelajaran ideal akan terwujud.
Aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
29
Tabel 4.2Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama
No Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan
1. Memperhatikan penjelasan guru 21,54 %
2. Membaca/ mengerjakan LKS (buku siswa, LKS, Soal)
7,14%
3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 7,5 %
4. Mendemontrasikan kegiatan yangada dalam LKS 20,10%
5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif
11,41%
6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa 14,74%
7. Merefleksikan materi pelajaran 12,74%
Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominant siswa
adalah mendengarkan penjelasan guru (21,54%) dan
mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (20,01%).
Penjelasan guru menyangkut devinisi dan konsep kerajinan dengan
berbagai ilustrasi, guru berusaha memancing siswa agar mengingat
pengertian Kerajinan. Kemudian mengaitkan pengertian kerajinan
yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada saat ini, guru aktif jjuga menguatkan apa yang dilihat
siswa. Dalam proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan
contoh-contoh Kerajinan. Guru dianggap banyak menjelaskan
karena setelah demontrasi dan diluar tugas LKS, guru mengaitkan
Kerajinan ini dengan dunia nyata kehidupan siswa.
Pada tahap ini, pengamat menilai kegiatan pembelajaran
adalah guru aktif menjelaskan pada siswa aktif mendengarkan
30
penjelasan guru. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya penjelasan guru yangbanyak didengarkan siswa
bukanlah penjelasan dari metode ceramah (langsung), melainkan
perpaduan penjelasan dari metode dempntrasi dan metode Tanya
jawab.
b. Data prestasi belajar siswa
Data prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Pertama
Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat
1 25 Hebat 2 -3 20 Baik 4 20 Baik 5 -
Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal,
karena dari 25 siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 15
siswa (60%). Ini berarti dari pembelajaran siklus pertama 12 siswa
yang tuntas belajarnya. Dan dalam 4 kelompok yangada, hanya 3
kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok 1 dengan
predikat hebat, kelompok 3 dan kelompok 4 dengan predikat baik
sedangkan kelompok 2 dan kelompok 5 tidak mendapatkan predikat.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan
sebagai berikut :
31
a. Terdapat keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS
c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan
balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang
kurang jelas.
d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif
sehingga masih bersikap menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya
aktivitas guru dalam mengelola pembelejaran untuk memotivasi dalam
kelompok kooperatif dan memberikan latihan bimbingan dalam
kelompok kooperatif.
Siklus 2
1. Perencanaan
Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan
permasalahan pada siklus pertama adalah (a) guru berusaha
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) guru
berusaha membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan
memotivasi siswa untuk bekerja kooperatif, (c) guru berusaha memberi
latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk
berinisiatif dan menemukan konsep, (d) guru akan lebih banyak
memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar
terbiasa bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan tingkat
kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.
2. Pelaksanaan
32
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi
apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki
kesadaran Kerajinan dalam berbicara dan bekerja. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta
siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan
meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan
kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang
digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian
guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di
papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. Setelah
selesai guru membantu siswa melakukan refleksi. Di akhir
pembelajaran guru memberikan kuis.
3. Observasi
Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran :
b. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa
dalam kelompok pembelajaran.
1) Aktivitas guru
Data hasi pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus
kedua ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.4Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran kontekstual
Model Kooperatif Siklus Pertama
No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan
1. Menyampaikan pendahuluan 17
2. Menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan
22,10
3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 12,42
33
4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif
12,5
5. Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas
15,75
6. Resitasi/ Tanya jawab 14,25
7. Membantu siswa melakukan refleksi 10
Pada siklus kedua guru pada pendahuluan sebanyak
17%. Pada tahap ini guru memberi beberapa pertanyaan
apersepsi tentang perubahan materi yangtelah dipelajari
sebelumnya. Guru juga memberi informasi dan instruksi
tentang eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut, serta
mengingatkan kelompok untuk bekerja lebih maksimal agar
dapat mendapat penghargaan aktivitas yang dominant tetap
guru menjelaskan materil mendemontrasikan ketrampilan
(22,10%) dan memeriksa pemahaman siswa dan memberikan
umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasikan
materi yang kurang jelas (15,75%). Meski sudah dengan sadar
bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena
pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap
menjelaskan, mnedemontrasikan, dan memberikan umpan balik
pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak
banyak berubah. Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi
siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (12,42%),
lebih meningkat dari siklus sebelumnya hanya 7,5%. Ini
dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih
mempertanyakan aspek-aspek yang mempengaruhi kesadaran
34
Kerajinan Bangsa Indonesia. Guru banyak memotivasi agar
mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya
kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga
suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup.
Yang masih dianggap sebagai permasalahan pada akhir
siklus kedua ini adalah organisasi pelaporan dan keberanian
siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kooperatif didepan kelas. Dari 5 kelompok yang tampil rata-
rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara
melaporkan hasil kerja kelompoknya pun masih kurang jelas,
melompat-lompat. Meski demikian, tanggapan dari kelompok
luar kelompok penyaji sangat baik. Mereka secara antusias
berebut kesempatan untuk memberikan komentar. Bahkan
jawaban yang samapun juga dikomunikasikan. Bagi peneliti
sampai pada siklus kedua ini suasana belajar mengajar induktif
dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan
dimaksimalkan pada siklus ketiga adalah suasana belajar dalam
kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini
merupakan kunci belajar secara induktif.
2) Aktivitas siswa
Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan
untuk mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias
siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan
gur, juga ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan
35
pratikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk
melakukan pratikum, serta siswa segera duduk dalam
kelompok kooperatifnya ketika guru minta.
Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.5Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua
No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan
1. Memperhatikan penjelasan guru 6
2. Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)
14
3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 12,5
4. Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS
12,5
5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif
22,5
6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa
20,5
7. Merefleksikan materi pelajaran 12
Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan
aktivitas guru. Aktivitas dominant siswa yang mencul adalah
menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif
(22,5%), berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa
(20,5%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (22,5%).
Aktivitas donminan ini menunjukkan bahwa suasana belajar
dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Demikian pula
prestasi didepan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok
36
kooperatif didepan kelas terhadap diskkusi pada kelompok
kooperatif juga sudah berjalan.
c. Data prestasi belajar siswa
Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus kedua
Tabel 4.6Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Kedua
Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat
1 30 Super 2 20 Baik 3 25 Hebat 4 20 Baik 5 20 Baik
Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada peningkatan.
Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, 20 siswa yang mendapatkan
nilai diatas 65. Ini berarti pembelajaran siklus kedua 20 siswa (80
%) yangbelajar tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh jumlah
kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi lima kelompok
(pada kuis pertama hanya 3 kelompok). Kelompok yang meraih
predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan predikat super,
kelompok 2 dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat
hebat, kelompok 4 dan kelompok 5 dengan predikat baik.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus dua menunjukkan
kemajuan dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru dalam
37
membimbing kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka
dapat bekerja secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini
berarti suasana disskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan
arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan
diri. Namun pada siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu
keberaniaan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi.
Siklus 3
1. Perencanaan
Permasalahan yang terjadi pada siklus 2 akan diatasi pada
sikllus 3. beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelaesaikan
permasalahan pada siklus 2 adalah : (a) guru berusaha memberi
kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyelesaikan tingkat
kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru
lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya didepan kelas, dan (d) guru berusaa lebih
memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan
mengembangkannya.
2. Pelaksanaan
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi
apersepsi kepada siswa dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu
dan sekarang. Kemudian memancing siswa dengan bertanya apakah
pentingnya kerajinan dalam kehidupan sehari-hari. Guru
38
menginformasikan bahwa pada hari itu siswa akan belajar tentang
membiasakan berkata dan bekerja dengan jujur. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajatan. Pada waktu itu siswa sudah
duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta
siswa dengan kelompok sekelompoknya untuk pengerjaan LKS
tersebut.
3. Observasi
a. Aktivitas guru
Berikut disajikan data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.
1) Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus 3
ditunjukkan pada rabel dihalaman berikut :
Tabel 4.7Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual
Model Kooperatif Siklus Ketiga
No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan
1. Menyampaikan pendahuluan 18,75
2. Menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan
25,05
3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 6,20
4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif
25,02
5. Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas
9,35
6. Resitasi/ Tanya jawab 6,28
7. Membantu siswa melakukan refleksi 9,35
Dari tabel diatas dapat dikeahui bahwa pada siklus ketiga
terdapat perbedaan penggunaan waktu yang mencolok. Dominasi
39
waktu digunakan oleh guru untuk menjelaskan ketrampilan dan
memberikan latihan terbimbing pada kelompok kooperatif yang
masing-masing mengambil waktu 25,05%. Aktivitas lain,
memotivasi siswa (6,20%), memerikasa pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik (9,35%), resitasi/ Tanya jawab (6,28%)
dan membantu siswa melakukan refleksi (9,35%).
Sebagaimana pada silus pertama dan kedua, aktivitas
pendahuluan secara kuantitatif tampak mengambil waktu banyak
(18,75%). Hal ini disebkan karena didalam aktivitas pendahuluan
terdapat 4 sub aktivitas sehingga presentasi yang terbaca pada tabel
tinggi. Analisis ini juga didukung oleh presentasi penggunaan
waktu secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus 1 pendahuluan
mengambil waktu 25,75 %, siklus kedua 17% dan siklus ketiga
18,7%. Tampak bahwa setiap siklus waktu yang dibutuhkan kurang
dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu.
b. Aktivitas siswa
Pada siklus ketiga tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti
kegiatan pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap duduk
dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab
pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusia dan berebut
mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi didepan kelas.
Tabel 4.5Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua
No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan
40
1. Memperhatikan penjelasan guru 12
2. Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)
15,60
3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 9,40
4. Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS
15,67
5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif
25
6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa
12,5
7. Merefleksikan materi pelajaran 9,38
Pada siklus ketiga aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif
lebih dipertajam lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi
kelompok kooperatif (25%), membaca/ mengerjakan LKS
(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS
(15,67%).
b. Data prestasi belajar siswa
Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus ketiga
Tabel 4.9Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Ketiga
Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat
1 30 Super 2 25 Baik 3 25 Hebat 4 30 Baik 5 30 Baik
Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa .
Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, yang mendapatkan nilai diatas
65 sebanyak 23 siswa Ini berarti pembelajaran siklus ketiga ada 23
41
siswa (92 %) yang belajar tuntas. Kelompok satu, kelompok empat
dan kelompok lima dengan predikat super, kelompok ketiga
dengan predikat hebat, kelompok kedua dengan predikat baik. Hal
ini berate ada peningkatan predikat kelompok.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3, diperoleh hasil
temuan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam menyajikan hasil
pengamatan dalam kelompok kooperatif, peningkatan aktivitas guru
dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas.
Namun hal ini masih terdapat kelemahan pada aktivitas siswa pada
saat diskusi kelas, siswa belum terampil menyeleksi pendapat. Masih
banyak pendapat yang mengulang pendapat kawan meskipun
reaksinya berbeda.
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 sampai dengan siklus
tiga menunjukkan adanya kearah peningkatan peningkatan aktivitas belajar
siswa untuk mencapai tujuan penelitian.
Pada siklus satu, aktivitas guru menonjolkan dalam kegiatan
pembelajaran dalam menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan
ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena didalamnya terdapat
beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal
siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajran dan (d)
menjelaskan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.
42
Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran siswa sudah
sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi
menyampaikan tujuan pembelajran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk, 2000
: 35 ). Berdasarkan prinsip pembelajaran kontekstual siswa dapat belajar
secara paling baik dalam kontek, dalam susatu yang terkait dengan kebutuhan
yang diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001). Untuk itu guru dalam
mengaitkan pelajaran sekarang dengan sebelumnya berusaha dibuat nyata,
dengan tidak mengabaikan pengetahuan awal siswa sebelumnya.
Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan
memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasikan
materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan
materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan
materi yang kurang jelas guru tampak memaksakan pemahaman kepada siswa
sejalan dengan kegiatan guru dalam pembelajaran, siswa aktif dalam
mendengarkan penjelasan guru (21,42%). Penelasan guru yang banyak
didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah langsung
melainkan perpaduan penjelasan diskusi, demontrasi dan Tanya jawb. Siswa
aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa
(LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan oleh siswa
termasuk dari pembelajaran kontekstual, yang mengontrol dan mengarahkan
siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learners) dengan cara
memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba(trial and error), sehingga
pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses
informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya(Depdikbud, 2002).
43
Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara
berkelompok lima siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi
kendala dalam pembentukan kelompok adalah pada saat siswa di minta duduk
dalam kelompok kooperatif siswa masih kebingungan duduk di bangkunya
dan beberapa siswa lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga
bertanya kepada guru. Kelemahan pada siklus satu ini dicoba diatasi pada
siklus berikutnya. Sesuai dengan indicator pembelajarn kontekstual dengan
pembentukan kelompok siswa diharapkan berpartisipasi secara taratur dalam
diskusi dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi dan menanggapi konsep
dan keputusan penting.
Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa
kelompok. Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil
pengamatannya, dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini
berlangsung keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif
dalam kegiatan Tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan
pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok
sebelumnya. Hanya kelemahannya keaktifan siswa tersebut masih tampak
menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi
oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa dalam bekerja kooperatif dan
kurangnya guru dalam memberikan latihan terbimbing dalam kelompok
kooperatif.
Di akhir pembelajaran guru memberi kuis untuk mengukur prestasi
belajar siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal karena dari
25 siswa yang dapat menuntaskan belajarnya masih 15 siswa.
44
Pada siklus 2 aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan
pembelajaran adalah menyampaikan pendahuluan (17,50%). Tahap
pendahuluan masih memerlukan waktu yang banyak karena didalamnya
terdapat sub aktivitas operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus
pertama. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum
menunjukkan peningkatan dari siklus pertama. Langkah guru memberi
persepsi sesuai dengan cirri pembelajaran kontekstual yaitu selalu mengaitkan
informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa (Depdikbud,
2002).
Aktivitas dominant guru yang lain adlah memeriksa pemahaman siswa
dan memberi umpan balik bagi siswa yangbertanya, dan mengklarivikasikan
materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan termasuk
dalam konteks yang digunakan siswa dan dapat menngembangkan sikap
positif siswa. Terdapat peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dlam
kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus pertama) dan
memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif (menjadi 12,5 % dari
7,15% pada sikluls pertama).
Berdasarkan indicator pembelajaran kooperatif, langkah guru
membentuk kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru
memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelumnya
bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana
diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup latihan terbimbing yang
muncul 12,5 % dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru meminta
45
beberapa siswa untuk membantu pelaksanaan eksperimen, serta memancing
siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut.
Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran
adalah siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok koopearatif
(12,5%).dalam hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa
dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif didepan kelas.
Hanya 4 kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu,
khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya masih kurang jelas.
Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi
belajar siswa. Hasil kuis pada siklus dua terdapat peningkatan dari 15 siswa
yang tuntas belajar pada siklus satu menjadi 20 siswa yang tuntas.
Pada siklus tiga kegiatan guru yang menonjol pada pembelajaran
siklus ini adalah memberi latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25,05%).
Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan
dalam diskusi kelompok kooperatif (25%) membaca/ mengerjakan LKS
(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,67%).
Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus dua. Siswa sudah
tampak percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa
lain untuk menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada
yang menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa
kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun
pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana
pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan suasana pembelajaran
46
diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerja sama
diantara siswa (Hernowo, 2001).
Dengan demikian salah satu cirri pembelajaran kontekstual dimana
contoh-contoh yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri
siswa sudah tampak dibandingkan dengan siklus pertama dan siklus dua. Hal
ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontektual yang diterapkan guru sudah
berhasil mengembangkan sikap positif siswa. Sikap positif yang dimaksud
adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi. Pada siklus yang
pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja
kooperatif dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus kedua
sikap menonjolkan diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif.
Pada siklus ketiga sikap yang negative tersebut sudah tidak tampak. Di akhir
pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Pada siklus ini tampak bahwa prestasi belajar siswa meningkat cukup tajam,
dari siklus pertama yang tuntas 15 siswa (60%) siklus kedua (80%) meningkat
menjadi 23 siswa (92%) pada siklus ketiaga.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
2. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan konteksrual
model kooperatif dalam pembelajaran PPKn kelas V pada pokok bahasan
Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Dinoyo II
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan adanya
kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada
siklus 1 : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan
tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok,
hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok; sedangkan pada
siklus 3 : super sebanyak 3 kelompok, hebat sebanyak 1 kelompok 1
kelompok dan baik sebanyak 1 kelompok.
48
3. Peningkatan aktivitas belajar melalui pendekatan konstektual model
kooperatif dalam pembelajaran PPKn kelas V pada pokok bahasan
Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Dinoyo II
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan dari siklus 1 sebesar 60 %,
siklus 2 sebesar 80% dan siklus 3 sebesar 92%.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas dan sesuai dengan pentingnya
penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain :
1. Agar hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif
tindakan dalam mengatasi pembelajaran PPKn khususnya peningkatan
aktivitas belajar siswa.
2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh,
sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasy authentic)
melainkan beberapa tehnik penilaian autentik seperti penilaian kinerja,
observasi intensif, dan kontekstual model kooperatif diterapkan secara
bervariasi.
3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini
sehingga dapat digeneralisasikan secar proporsional.
49
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual.
Jakarta : Depdiknas.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya
Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata
Pelajaran SLTP dan MA dari Enam Propinsi. Di Surabaya tangga;
20 Juni s/d 6 Juli 2001.
Nurhadi, 2002. pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah
pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam
Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Jumi 2001.
50
Amati gambar pada bagian saya melihat. Pernahkan kamu melihat peristiwa seperti pada gambit tersebut?
Tuliskan apa yang kamu rasakan dibagian saya merasa katika melihat peristiwa seperti itu!
LAMPIRAN SOAL-SOAL
Bagaimana Menurutmu! Diskusikan dengan teman kelompokmu!
51
I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, dan atau d yang
merupakan jawaban paling tepat!
1. Kamu akan mengerjakan PR. Kamu lupa mencatat soal. Tindakanmu sebaiknya?a. tidak mengerjakan PRb. meminjam soal teman c. mengerjakan PRd. menjiplak pekerjaan teman besuk pagi
2. Tugas utama seorang pelajar adalah ….a. mengerjakan PR c. rajin belajarb. mengerjakan ulanagn d. rajin bekerja
3. Agar kamu dapat membali pakaian baru, maka usahamu yang baik adalah..a. rajin menabung c. minta kepada Ayahb. rajin belajar d. pinjam kepada teman
4. Agar usaha kita berhasil dengan memuaskan, maka kita memerlukan sikapa. tabah dan tawakal c. hati-hati dan taatb. sabar dan berdoa d. ulet dasn rajin
5. dibawah ini contoh perbuatan rajin adalah ………a. tiap pagi bangun pukul 05.00b. buku catatannya sering tertinggal c. meminjam PR teman d. bermain-main dengan baik
6. Rani selalu mengerjakan tugasnya, baik dirumah maupun di sekolah. Rani adalah anak yang …..a. rajin c. pintarb. tabah d. penurut
52
7. Rini sedang membaca segala jenis bacaan. Rini membacanya pada waktu senggang. Karena rajin membaca Rini ….a. Mempunyai perpustakaan b. Mempunyai pengetahuan yang luas c. Memiliki teman banyak d. Memiliki buku banyak
8. Kakak rajin membantu Ibu di dapur. Dengan demikian Ibu merasa ……..a. Pekerjaan menjadi lamab. Pekerjaan menjadi ringan c. Pekerjaan sangat banyakd. Pekerjaan tidak selesai
9. Ayah terpilih menjadi Karyawa teladan di kantornya. Hal itu disebabkan Ayah ………a. Selalu datang tepat waktub. Sering pulang cepatc. Pulang waktu istirahat makand. Teman dekat direktur
10. Rudi dapat melaksanakan tugas sebagai Komandan upcara dengan baik. Hal itu karena ………….a. Rudi anak yang pandaib. Rudi murid teladan c. Rudi rajin berlatihd. Rudi disenangi gurunya.
II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat
!
1. Mengapa kita perlu mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru ?
2. Apakah urusanmu agar nilai ulanganmu bagus ?
3. Apakah yang kamu lakukan agar urusanmu berhasil ?
4. Berikan contoh perbuatan yang mencerminkan kauletan ?
5. Apa manfaat rajin membaca buku ?
53
54
Top Related