Download - Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga

Transcript

1

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C

BLOK 21ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Kelompok: L9Tutor: dr. Jalalin, Sp. RM

Anggota:

Yarah AzzilzahMely OkthoraSiti RohaniExtin FaulinzaDiah WidiastutiRizka Gia Novita

M.J Erwin HalimRetha MetriandaFebrinaSiti Hardianti HarahapDaniel MandatariDandi Aldiazma

040710010260407100103304071001037040710010380407100104204071001047040710010910407100109904071001104040710011130407100111504071001125

PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SRIWIJAYA2010

2

SKENARIO

Kompetensi dokter keluarga

Dokter Momon adalah dokter keluarga, yang berpraktek di pinggiran kota.

Suatu hari kedatangan seorang ibu muda dengan membawa seorang anak

perempuan berumur 2 tahun, BB 7 kg, yang batuk lebih dari 1 minggu dan tidak

nafsu makan, pada kulit di lengan atas dan tungkai terlihat bintik merah dan gatal,

serta pada kedua matanya terlihat bintik putih. Ibu muda tersebut juga mengeluh

batuk dengan dahak berwarna kemerahan lebih dari 1 minggu. Setelah diperiksa,

dr. Momon lalu memberikan obat batuk, untuk anak dan ibunya, antibiotika belum

diberikan.

Selanjutnya dr. Momon melakukan pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu,

Pagi, Sewaktu), pada ibu muda dan foto thorax pada ibu itu dan anaknya. Ibu

muda itu bukan peserta asuransi.

Beberapa hari kemudian ibu tersebut datang lagi dengan membawa

anaknya yang lain yang dipulangkan dari sekolah (SD, kelas 6), karena batuk

bercampur darah.

Hasil SPS ibu: 2 dari pemeriksaan SPS: positif

Foto thorax ibu menunjukkan tanda infeksi, foto thorax anak tampak gambaran

hiller proses

Bagaimana mengaplikasikan prinsip dokter keluarga pada kasus di atas

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Dokter keluarga

2. Pinggiran kota

3. Gatal

4. Batuk

5. Tidak nafsu makan

6. Dahak SPS

3

7. Bintik putih

8. Antibiotika

9. Bintik merah

10. Hiller proses

11. Asuransi

12. Foto thorax

13. Dahak kemerahan

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dr. Momon adalah dokter keluarga yang berpraktek di pinggiran kota.

2. Dr. Momon kedatangan seorang ibu muda yang mengeluh batuk dengan

dahak berwarna kemerahan lebih dari satu minggu dan ia membawa anak

perempuan (2 th, 7kg), yang juga batuk lebih dari 1 minggu, tidak nafsu

makan, bintik merah dan gatal pada kulit lengan atas dan tungkai serta

bintik putih pada kedua mata.

3. Dr. momon hanya memberikan obat batuk untuk anak dan ibunya dan

belum memberikan antibiotika.

4. Dr. Momon melakukan pemeriksaan dahak SPS pada ibu muda yang

bukan peserta asuransi dengan hasil positif (+), dab foto thorax pada anak

tampak gambaran hiller proses dan Foto thorax ibu menunjukkan tanda

infeksi.

5. Beberapa hari kemudian ibu muda tersebut datang lagi dengan membawa

anaknya yang lain (SD, kelas 6) karena batuk bercampur darah.

III. ANALISIS MASALAH

1. Dokter keluarga:

- Definisi

- Peran dan fungsi

- Kompetensi

- Tugas dan wewenang

- Prisnsip Doga

4

- Sistem pembiayaan dan pelayanan

2. Bagaimana gambaran umum daerah pinggiran kota?

3. Bagaimana kompetensi Doga yang berpraktek di pinggiran kota pada

kasus ini?

- Tindakan

- Penatalaksanaan secara komprehensif

4. Apa kemungkinan diagnosis kasus ini, bagaimana cara mendiagnosis dan

prosedur pemeriksaannya?

5. Apakah benar tindakan dr. Momon yang hanya memberikan obat batuk

dan belum memberikan antibiotik pada kasus ini?

6. Bagaimana intepretasi hasil pemeriksaan sputum dan X-ray?

7. Bagaimana sistem pembayaran untuk peserta yang bukan asuransi?

8. Bagaimana mengaplikasikan prinsip Doga pada kasus ini?

IV. HIPOTESIS

Dr. Momon belum melaksanakan prinsip dokter keluarga dan kompetensinya

sebagai dokter keluarga.

V. SINTESIS

A. Dokter Keluarga

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada

keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang

sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti

secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau

keluarganya (IDI 1982).

Sedangkan pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan

kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada

keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap

pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis

5

kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu

saja. (The American Academy of Family Physician, 1969).

Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK)

sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat

pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang

kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan.

Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif,

holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang

peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan

kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis

penyakitnya.

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga

a. Tujuan Umum

- Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

b. Tujuan Khusus

- Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran

yang lebih efektif.

- Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran

yang lebih efisien.

Ruang L ingkup

Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga, secara umum dapat

dibedakan atas dua macam:

a. Kegiatan yang dilaksanakan

Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus

memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh

(comprehensive medical services). Karakteristik comprehensive

medical services:

- Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis

pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat.

6

- Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak

ataupun terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu

(integrated) dan berkesinambungan (continue).

- Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan

kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan

dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja,

melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.

- Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya

dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait

(comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial

(secara holistik).

b. Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit.

Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan

tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus

memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi terhadap

keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap

masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.

Tugas Dokter Keluarga

- Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna

menyeluruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan

spesialistik yang diperlukan

- Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat

dan tepat

- Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien

pada saat sehat dan sakit

- Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan

keluarganya

7

- Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya

peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan

dan rehabilitasi

- Menangani penyakit akut dan kronik

- Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke

RS

- Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter

Spesialis atau dirawat di RS

- Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan

- Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya

- Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan

pasien

- Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar

- Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara

umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang Dokter Keluarga

- Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar

- Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat

- Melaksanakan tindak pencegahan penyakit

- Memgobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer

- Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal

- Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di

unit pelayanan primer

- Melakukan perawatan sementara

- Menerbitkan surat keterangan medis

- Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap

- Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Kewajiban Dokter Keluarga

- Menjunjung tinggi profesionalisme

8

- Menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam

praktiknya

- Menjadi manajer sumber daya kesehatan yang tersedia

- Menyelenggarakan rekam medis baku

- Bekerja dalam tim kesehatan bersama semua pengandil

- Menyelengarakan program jaga mutu dan audit medis

- Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

- Melaksanakan pelayanan yang sadar etika dan biaya

2. Standar dan Prinsip Dokter Keluarga

Prinsip pelayanan dokter keluarga:

- Pelayanan yang holistik dan komprehensif

- Pelayanan yang kontinu

- Pelayanan yang mengutamakan pencegahan

- Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif

- Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral

dari keluarganya

- Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja,

dan lingkungan tempat tinggalnya

- Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum

- Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

- Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

Prinsip dokter keluarga adalah :

a. Dokter sebagai kontak pertama (first contact)

Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang

pertama kali ditemui pasien atau klien dalam masalah kesehatannya.

b. Layanan bersifat pribadi (personal care)

Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan

mempertimbangkan pasien sebagai bagian dari keluarga.

9

c. Pelayanan paripurna (comprehensive)

Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang

memadukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan,

dan rehabilitasi dengan aspek fisik, psikologis, dan sosial budaya

d. Pelayanan berkesinambungan (continuous care)

Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient

centered), bukan pada penyakitnya (disease centered).

e. Mengutamakan pencegahan (prevention first)

Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan

dokter keluarga dilakukan sedini mungkin

f. Koordinasi

Dalam upaya mengatasi masalah pasien, dokter keluarga perlu

berkonsultasi dengan disiplin ilmu lainnya.

g. Kolaborasi

Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar

kompetensinya, dokter keluarga bekerja sama dan mendelegasikan

pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang berkompeten

h. Family oriented

Dalam mengatasi masalah, dokter keluarga mempertimbangkan

konteks keluarga dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan

sebaliknya.

i. Community oriented

Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap

memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan

sebaliknya.

3. Kompetensi Dokter Keluarga

Dokter keluarga diharapkan agar dapat memenuhi 7 kompetensi

sebagai berikut:

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

10

c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik,

ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.

d. Keterampilan mengelola masalah kesehatan pada individu,

keluarga,ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik,

berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks

pelayanan kesehatan primer.

e. Mampu memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola

informasi.

f. Mampu mawas diri dan belajar sepanjang hayat.

g. Sadar etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.

4. Sistem Pembiayaan dan Manajemen SDM

5. Managed Care

Berdasarkan UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yaitu: Setiap

warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya dan perlu diikutsertakan dalam berbagai upaya kesehatan.

Maka dibuatlah keputusan Menkes no.131/MENKES/SK/II/2004 tentang

Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

11

Kepmenkes ini mengenai arah pengembangan dan penyelenggaraan

upaya kesehatan perorangan (UKP) strata pertama yakni sebagai berikut:

- Untuk masa mendatang apabila sistem jaminan kesehatan nasional

telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP

strata pertama di puskesmas.

- Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada

masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga,

kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan

pelayanan puskesmas.

Konsep Jaminan Pelayanan Kesehatan yang terkandung dalam

SJSN à Konsep Manage care. Ada 3 pelaku utama dalam sistem

pelayanan kesehatan berbasis manage care

a. intermediaris

b. payors

c. providers

Kerangka konsep sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis

managed care

- Intermediaris adalah institusi seperti Bapel/ASKES

12

Fungsinya mengintegrasikan sistem pelayanan kesehatan dan sistem

pembiayaan kesehatan.

- Payors adalah pihak yang membeli dan menggunakan layanan

kesehatan.

- Payors bisa pemerintah yang membeli pelayanan kesehatan untuk

masyarakat miskin, perusahaan yang membeli untuk karyawan,

ataupun masyarakat untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

- Provider adalah pihak yang memberikan layanan kesehatan, baik

institusinya maupun para dokternya.

6. Klinik Dokter Keluarga

Adalah suatu satuan organisasi pelayanan kesehatan primer yang

menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga.

Bentuk Praktek Dokter Keluarga:

Di bedakan 3 macam.

a. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah

sakit.

b. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga

(family clinic)

c. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter

keluarga (family practice).

13

Klinik Dokter Keluarga

Ada 2 macam :

a. Klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic).

- Dapat dilaksanakan secara solo

- Bersama-sama dalam satu kelompok.

b. Klinik keluarga merupakan bagian dari rumah sakit (satelite family

clinic)

Hal-hal essensial yang harus dipenuhi:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer

b. Terletak ditempat strategis (mudah dicapai dengan kendaraan umum)

c. Bangunannya memenuhi syarat untuk pelayanan kesehatan.

d. Dilengkapi dengan sarana administratif yang memenuhi syarat.

e. Dilengkapi dengan sarana komunikasi

f. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK.

g. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedi telah

lulus pelatihan khusus pembantu DK.

Wadah Dokter Keluarga

Harus ada :

a. Sekurang-kurangnya ada sebuah ruang tunggu

b. Ruang konsultasi

c. Ruang periksa

d. Ruang tindakan

e. Ruang laboratorium

f. Ruang rontgen (fakultatif)

g. Ruang administrasi

h. Gudang serta kamar mandi

Luas lantai seluruhnya minimal antara 150 – 200 m persegi

14

B. Daerah Pinggiran Kota

15

Daerah pinggiran kota merupakan wilayah peralihan dengan karakteristik

antara wilayah perkotaan dengan wilayah pedesaan. Apabila dilihat dalam

suatu lingkungan daerah, maka daerah pinggiran kota merupakan daerah yang

berada di antara daerah rural dan urban. Jika dilihat sebagai suatu bentuk

komunitas, daerah pinggiran kota merupakan komunitas yang memilik sifat

urban yang berada di tengah-tengah rural (Kuswitoyo, 2000).

Sebagai daerah transisi, daerah pinggiran kota ini berada dalam tekanan

kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat yang berdampak pada

perubahan fisikal termasuk konversi lahan pertanian dan non pertanian

dengan berbagai dampaknya.

Di bawah ini merupakan gambaran secara umum daerah pinggiran kota,

antara lain:

1. Kemiskinan: masyarakat tidak mampu mengeluarkan biaya untuk

pendidikan, kesehatan diri dan keluarga, serta kebersihan lingkungan

2. Pendidikan rendah: masyarakat tidak mengerti pentingnya memelihara

kesehatan diri dan keluarga serta kebersihan lingkungan dan cara

mendapatkan Askeskin

3. Padatnya penduduk: masyarakat mudah terkena penyakit menular dan

kesulitan memelihara kebersihan lingkungan

4. Derajat kesehatan rendah: masyarakat semakin sulit memelihara

kesehatan diri dan keluarga serta kebersihan lingkungan

5. Kurangnya tenaga dan sarana pelayanan kesehatan: masyarakat mudah

terkena penyakit baik yang menular maupun yang tidak serta kebersihan

lingkungan semakin tidak terpelihara

6. Tingkat kebersihan kurang: masyarakat mudah terkena penyakit menular

karena ventilasi buruk dan kelembapan tinggi

7. Banyaknya tindakan kriminal: masyarakat mudah mengalami stress psikis

C. Penegakkan Diagnosis

16

1. Anamnesis

a. Gejala Klinis pada Anak

- Usia 2 tahun, berat badan 7kg

Berdasarkan kurva CDC, berat badan ideal pada anak usia 2 tahun

adalah 12 kg. Maka status gizi pada anak ini adalah malnutrisi

berat atau gizi buruk.

- Batuk lebih dari satu minggu

Batuk lebih dari 1 minggu menunjukkan bahwa si anak menderita

batuk kronis. Tanda TB, dilihat dari gejala-gejala lain dengan

hasil foto thorax Hiller proses

- Tidak nafsu makan

Pada kasus si anak mungkin menderita TB yang gejala

sistemiknya adalah anoreksia atau hilangnya nafsu makan, berat

badan tidak naik dan malaise. Hal ini juga akan berpengaruh

terhadap status gizi anak perempuan ini

b. Gejala Klinis pada Ibu

- Batuk berdahak berwarna kemerahan lebih dari satu minggu

Curiga Gejala Tb ( batuk lebih dari 2-3 minggu)

Gejala klinik Tuberkulosis:

Batuk lebih dari 2 atau 3 minggu

Produksi sputum

Kehilangan berat badan

Gejala pernapasan: nyeri dada, batuk darah, susah bernapas

Gejala umum: demam, berkeringat pada malam hari, hilang

nafsu makan.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada anak:

a. Kulit di lengan atas dan tungkai terlihat bintik merah dan gatal

b. Kedua mata terlihat bintik putih

17

Adanya bintik putih pada kedua mata mengindikasikan kemungkinan

bahwa si anak mengalami defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A

dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel termasuk sel-sel

epitel pada selaput lendir mata. Kelainan tersebut karena terjadinya

proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelenjar tidak memproduksi

cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata

yang disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan

terjadi yang disebut bercak bitot (Bitot Spot) yaitu suatu bercak

putih, berbentuk segi tiga di bagian temporal dan diliputi bahan

seperti busa.

Pemeriksaan Fisik pada Tuberkulosis

Tidak ada yang spesifik untuk membedakan pasien tuberkulosis atau

dengan penyakit paru lainnya. Tanda-tanda umum yang mungkin

ditemukan seperti demam, takikardia, dan clubbing finger. Pada

auskultasi mungkin ditemukan bunyi ‘crackles’ , ‘wheezing’, pernapasan

bronkial dan pernapasan ‘amphoric’.

3. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis Tuberkulosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal

yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

- Anamnesa, baik terhadap pasien maupun keluarganya.

- Pemeriksaan fisik.

- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

- Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

- Rontgen dada (thorax photo).

- Uji tuberkulin.

Pada kasus dr. Momon melakukan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan sputum dan rontgen dada.

a. Pemeriksaan Sputum

18

Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus

dan trakea. Pemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan untuk

diagnostik pasti berdasarkan penemuan basil tahan asam (BTA) pada

pemeriksaan mikroskopik sputum. Metode pewarnaan yang paling

efektif untuk digunakan yaitu pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) dan

pewarnaan auramine. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen

dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan

berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

- S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung

pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot

dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

- P (Pagi):

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas di UPK.

- S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan

dahak pagi.

Pembacaan BTA berdasarkan skala IUALTD :

Hasil Jumlah BTA per lap.pandang

Negatif

Ragu-ragu

+

++

+++

BTA (-) per 100 lapangan pandang

BTA 1-9 per 100 lapangan pandang

BTA 10-99 per 100 lapangan pandang

BTA 1-10 per 1 lapangan pandang

BTA > 10 per 1 lapangan pandang

Tuberkulosis paru BTA positif:

19

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

TB positif.

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

Langkah-langkah pemeriksaan sputum:

- Pengumpulan sputum

- Persiapan smear (fiksasi dan pewarnaan)

- Smears air-drying

- Pemeriksaan mikroskopik

- Gambar dari basil tahan asam (BTA)

Cara pengambilan sputum:

- Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana

kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar.

Atau juga bisa diambil àsputum sewaktu. Pengambilan sputum

juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi.

- Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi

air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.

- Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar

yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air

liur/saliva ataupun campuran antara sputum dan saliva.

Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.

- Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-

kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).

- Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).

20

- Cara membatukkan sputum:

Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada)àbatukkan

kuat sputum dari bronkus à trakea à mulut à wadah

penampung.

Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan

berpenutup (Screw Cap Medium).

- Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan

adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi

membatukkan sputum.

- Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,

seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.

- Bila sputum susah keluar à lakukan perawatan mulut

Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat

(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis

saat malam sebelum pengambilan sputum.

- Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil

secara:

Aspirasi transtrachea

Bronchial lavage

Lung biopsy

Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan

dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,

penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB

hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak

selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru

21

tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya

lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

Alur Diagnosis Tuberkulosis paru pada orang dewasa

Interpretasi Hasil Pemeriksaan SPS Ibu:

Hasil SPS ibu: dua dari pemeriksaan SPS: positif → BTA positif→

TBC paru.

BTA dinyatakan positif bila:

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

TB positif.

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

22

b. Foto Thorax

Indikasi pemeriksaan foto toraks

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto

toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu

dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

- Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada

kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk

mendukung diagnosis ‘TB paru BTA positif. (lihat bagan alur)

- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

(lihat bagan alur)

- Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat

yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak,

pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan

pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan

bronkiektasis atau aspergiloma).

Interpretasi Hasil Foto Rontgen Thorax

- Foto Thorax Ibu

Menunjukkan tanda infeksi.

- Foto Thorax Anak

Tampak gambaran hiller proses. Mungkin gambaran hilus

membesar menandakan limfadenitis kelenjar paratracheal dan

adanya infiltrate pada lapangan paru.

D. Diagnosis Kasus

Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan penunjang, maka ditegakkan

diagnosis sebagai berikut :

23

1. Ibu

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman

Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik, yang dapat

bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi

terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

Gejala dan Tanda Riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis

- Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang

jelas, dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak

tinggi.

- Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah

disingkirkan.

- Nafsu makan berkurang

- Berat badan turun atau sulit naik setelah penanganan gizi adekuat

- Malaise

Jenis kasus Tb menurut program pemberantasan Tb paru

Terminologi yang dipakai pada penulisan TBC paru mengacu pada

terminologi standar yang dikeluarkan WHO dan Depkes RI. Secara

garis besar dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu

terminologi yang berkaitan dengan tipe penderita, terminologi

berkaitan dengan diagnosis dan terminologi yang berkaitan dengan

hasil pengobatan.

1) Terminologi yang berkaitan dengan tipe penderita

- Kasus baru

Penderita TB paru yang sebelumnya tidak pernah mendapat

OAT atau yang pernah mendapat OAT kurang dari 1 bulan.

- Kasus kambuh

24

Penderita TB paru BTA positif yang sebelumnya sudah

dinyatakan sembuh, tetapi kini datang lagi dan pada

pemeriksaan BTA memberikan hasil positif.

- Kasus gagal

Penderita TB paru BTA positif yang sudah mendapat OAT

tetapi sputum BTA tetap positif pada akhir pengobatan fase

awal setelah mendapat terapi sisipan, 1 bulan sebelum akhir

pengobatan dan pada akhir pengobatan. Batasan ini juga

berlaku untuk penderita TB paru BTA negatif yang sudah

mendapat OAT tetapi sputum BTA justu menjadi positif pada

akhir pengobatan fase awal.

- Kasus pindahan

Penderita TB paru di kabupaten/kotamadya lain yang sekarang

menetap di kabupaten/kotamadya ini.

- Kasus berobat setelah lalai

Penderita TB paru yang menghentikan pengobatan (2 bulan

atau lebih) dalam keadaan belum dinyatakan sembuh dan kini

datang lagi untuk berobat dengan BTA positif.

- Kasus kronik

Penderita TB paru dengan BTA yang tetap positif, walaupun

sudah mendapatkan pengobatan ulang yang adekuat dengan

pengawasan yang baik.

2) Terminologi yang berkaitan dengan diagnosis

- TB paru BTA positif

Penderita TB paru dengan salah satu kriteria sebagai berikut :

Sputum BTA positif paling sedikit 2 kali berturut-turut

Sputum BTA positif paling sedikit 1 kali berturut-turut,

dengan kultur M.tuberculosis positif

Sputum BTA positif paling sedikit 1 kali, klinis/radiologis

sesuai dengan TB paru.

25

Pada program penanggulangan tuberkulosis nasional, kriteria

yang dipakai hanya kriteria pertama. Dalam beberapa

kepustakaan dipakai istilah TB aktif.

- TB paru BTA negatif

Penderita TB paru dengan kriteria sebagai berikut:

Klinis dan radiologis sesuai dengan TB paru

Sputum BTA negatif

Kultur negatif atau positif

Istilah lain yang sering dipakai adalah TB paru tersangka atau

TB tak aktif.

- Bekas TB paru

Penderita TB paru dengan kriteria sebagai berikut:

Bakteriologis (sputum BTA dan kultur) negative.

Gejala klinis tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan

paru yang ditinggalkan.

Radiologis menunjukkan gambaran lesi TB yang aktif

terlebih bila gambaran serial foto thorax tidak mengalami

perubahan.

3) Terminologi yang berkaitan dengan hasil pengobatan

- Sembuh

Penderita TB paru BTA positif yang telah mendapatkan

pengobatan lengkap dan pada pemeriksaan dahak ulang (1

bulan sebelum AP dan pada AP) BTA menjadi negatif.

- Pengobatan lengkap

Penderita TB paru yang telah selesai pengobatannya, tetapi

status kesembuhan (perubahan BTA positif menjadi negatif)

tidak dapat ditemukan. Penderita BTA positif akibat tidak

dilakukan pemeriksaan dahak ulang atau dilakukan 1 kali

26

dengan BTA negatif, sedangkan pada penderita BTA negatif

akibat konversinya tak dapat ditentukan.

- Gagal

Penderita TB paru yang BTA-nya tetap positif/menjadi positif

pada akhir fase awal pengobatan dengan sisipan, 1 bulan

sebelum AP atau pada AP.

- Meninggal

Penderita TB paru yang meninggal karena sebab apapun

selama pengobatan

- Lalai

Penderita TB paru yang pindah ke kabupaten/kotamadya lain

dengan hasil pengobatan yang tidak diketahui.

2. Anak usia 2 tahun

a. Xeropthalmia (defisiensi vitamin A)

Xeroftalmia berarti mata kering. Xeroftalmia timbul akibat

kekeringan yang terjadi pada selaput lendir (konjungtiva) dan kornea

(selaput bening) mata. Xeroftalmia yang tidak segera diobati dapat

menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia terjadi akibat kurangnya

konsumsi vitamin A pada bayi, anak-anak, ibu hamil, dan menyusui.

Penyebab:

- Diet yang tidak adekuat

- Gangguan absorbsi dan konversi

- Gangguan hati, pankreas dan thyroid.

Sumber vitamin A:

- Hewan: lemak, susu, hati, kuning telur, mentega

- Nabati: pro vitamin A (karoten), bayam, wortel, pepaya.

Kebutuhan normal untuk anak yang berumur 2 tahun: 2000 iu

27

b. Gizi buruk

Untuk umur 2 tahun, anak ini memiliki berat badan 7 kg.

Berdasarkan kurva pertumbuhan NCHS, berat ideal untuk anak usia

2 tahun berkisar antara 10-15 kg dengan 12 kg di persentil 50. Ini

menandakan bahwa anak perempuan tersebut memiliki gizi buruk

(malnutrisi berat).

c. Tuberkulosis

3. Anak SD Kelas 6

a. Kemungkinan TBC paru

E. Penatalaksanaan

Penanganan awal: pemberian obat simptomatik

Penanganan lanjutan setelah diketahui apa diagnosisnya:

1. Untuk ibu (kompetensi 4)

b. Pengobatan kausatif dengan OAT

2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan

etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya

minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap

lanjutan). Adapun dosis untuk OAT tersebut adalah:

Obat Dosis harian 

(mg/kgbb/hari)

Tahap intensif

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Tahap lanjutan

INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinami

d

15-40 (maks. 2 g) Tidak lagi diberikan

pada tahap lanjutan

Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g)

28

c. Edukasi dengan benar untuk memastikan bahwa si ibu mau patuh

berobat. Dalam hal ini, harus ditekankan bahwa pengobatan TB paru

akan memakan waktu minimal 6 bulan, dan selama minum OAT

tersebut mungkin akan muncul efek samping seperti mual, muntah,

sakit persendian, dan air seni berubah seperti air cucian daging.

Pantau fungsi hati, fungsi ginjal.

d. Mengajak anggota keluarga lain yang tinggal bersama si ibu untuk

turut memeriksakan diri, karena kemungkinan si ibu juga

menularkan kuman TB kepada anggota keluarga yang lain.

2. Untuk kedua anaknya (kompetensi 2)

a. Pemberian OAT

b. Pemberian vitamin A rutin di klinik DOGA dr. Momon atau dapat

juga diberikan pada hari 1, hari 2, hari ke 14 suplemen vitamin A

dengan dosis 200.000 iu

c. Melakukan tindakan promotif berupa penyuluhan gizi untuk

meningkatkan kesehatan anak, mengajarkan pola hidup bersih dan

sehat. Mengkonsumsi makanan kaya vitamin A

d. Memfollow-up secara ketat status gizi si anak.

Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan

diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari,

baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus

disesuaikan dengan berat badan anak.

29

Dosis OAT Kombipak pada anak

Adapun alur deteksi dan rujukan TBC anak adalah sebagai berikut:

Gejala TB + konfirmasi pemeriksaan penunjang à dianggap TBC à

pemberian OAT dengan observasi 2 bulan à bila membaik maka

diagnosis TBC adalah benar dan pemberian OAT diteruskan, namun bila

tidak ada perbaikan atau gejala semakin memburuk, maka kasus ini

kemungkinan bukan kasus TBC atau kemungkinan kasus TBC kebal obat

à Rujuk ke RS

(sumber : Konsensus Nasional TBC-Anak – ID)

Follow Up, Pengawasan, Edukasi, Efek Samping

Evaluasi pengobatan tuberkulosis mutlak dilaksanakan, meliputi evaluasi

klinik, bakteriologik, radiologik, efek samping obat, dan keteraturan berobat.

1. Evaluasi klinik

Evaluasi mencakup keluhan penderita, berat badan dan pemeriksaan fisik

paru. Evaluasi setidak-tidaknya dilakukan setiap 2 minggu pada fase

awal dan setiap 1 bulan pada fase lanjutan.

2. Evaluasi bakteriologik

Evaluasi bakteriologik mutlak dilaksanakan, terutama pada kasus TB

paru dengan BTA positif, dengan evaluasi sputum kita dapat menentukan

konversi BTA serta status hasil pengobatan penderita.

30

Konversi BTA adalah perubahan BTA positif menjadi BTA negatif pada

akhir fase awal. Pengobatan fase lanjutan dimulai bila konversi positif,

sebaliknya pada konversi negatif maka pengobatan fase intensif

diperpanjang 1 bulan lagi (terapi sisipan dengan RHZE), bila konversi

tetap negatif maka penderita dikategorikan gagal pengobatan.

Evaluasi BTA berikutnya dilakukan pada 1 bulan sebelum akhir

pengobatan, pengobatan akan diteruskan bila BTA negatif, sebaliknya

bila BTA menjadi positif maka penderita dimasukkan dalam kategori

gagal pengobatan. Evaluasi final dilakukan pada akhir pengobatan,

dikatakan sembuh bila BTA tetap negatif dan dikatakan gagal bila BTA

menjadi positif.

Pembacaan hasil BTA berdasarkan skala IUALTD

Kategori 1 2 3

Waktu

evaluasi

Akhir bulan ke-2

Akhir bulan ke-3

(sisipan)

Sebulan sebelum

AP

Akhir pengobatan

Akhir bulan ke-3

Akhir bulan ke-4

(sisipan)

Sebulan sebelum

AP

Akhir

pengobatan

Akhir bulan ke-

2

3. Evaluasi radiologik

Evaluasi dilakukan pada akhir fase awal dan pada akhir pengobatan.

Adanya perubahan gambaran lesi baik ke arah membaik atau memburuk

akan membantu dalam menentukan status pengobatan penderita.

4. Efek samping obat

a. Efek samping OAT biasanya ringan, keluhan dapat diatasi dengan

terapi simptomatik saja.

31

b. Keluhan sakit perut dan mual biasanya diakibatkan rifampisin,

pengatasannya cukup dengan pemberian antasid.

c. Keluhan nyeri sendi biasanya diakibatkan pemberian pirazinamid

yang akan meningkatkan asam urat, pengatasannya dengan

memberikan alopurinol atau aspilet.

d. Hepatitis merupakan efek samping yang paling penting, umumnya

disebabkan oleh INH, rifampisin, dan pirazinamid dan biasanya

terjadi pada fase awal pengobatan. OAT distop bila timbul ikterik

dan gejala mual/muntah atau didasarkan adanya gejala dan

peningkatan SGOT diatas 3 kali nilai normal. Setelah hepatits

membaik, OAT dapat diteruskan kembali dengan cara desensitasasi,

bila tak memungkinkan sebaiknya pirazinamid dan rifampisin tidak

diberikan lagi. Paduan yang dianjurkan sebagai pengganti paduan

yang mengandung rifampisin dan pirazinamid adalah 2SHE/10HE.

e. INH juga menyebabkan gangguan saraf tepi, dapat dicegah dengan

pemberian vit.B6 . penderita yang mempunyai resiko terjadinya

gangguan saraf tepi seperti diabetes mellitus, usia tua, dan malnutrisi

sebaiknya diberikan vit.B6 bersama OAT lainnya.

5. Keteraturan berobat

Depkes RI memberikan paduan sebagai berikut:

a. Penderita yang tak makan obat < 2minggu , OAT diteruskan sesuai

dengan jadwal

b. Penderita yang tak makan obat 2-8 minggu, dengan:

- BTA negatif : OAT sesuai jadwal

- BTA positif, telah makan OAT < 1 bulan : OAT diulang dari

awal

- BTA positif, telah makan OAT 1-2 bulan : tambahkan sisipan 1

bulan

- BTA positif, telah makan OAT > 2 bulan : mulai atau ulangi

pemberian OAT kat-2

32

c. Penderita yang tak makan obat > 8 minggu, dengan:

- BTA negatif : OAT diteruskan

sesuai jadwal

- BTA positif, telah makan OAT < 1 bulan : OAT diulang dari

awal

- BTA positif, telah makan OAT 1-2 bulan : mulai/ulangi

pemberian OAT kat-2

- BTA positif, telah makan OAT > 2 bulan : mulai pemberian

OAT kat-2

F. Apakah benar tindakan dr. Momon yang hanya memberikan obat batuk

dan belum memberikan antibiotik pada kasus ini?

Tindakan yang dilakukan adalah benar. Dalam memberikan terapi yang tepat,

diagnosis yang ditegakkan harus tepat pula. Diagnosis yang dicurigai oleh dr.

Momon yaitu TB paru, dimana untuk menegakkan diagnosis TB paru tidak

hanya berdasarkan pada manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik saja tetapi

membutuhkan pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan basil tahan asam, foto

toraks, dan pemeriksaan laboratorium penunjang. Kemungkinan karena dr.

Momon masih menunggu hasil pemeriksaan penunjang, dr. Momon hanya

memberikan obat batuk saja. Hal ini karena jika dr. Momon memberikan

antibiotik tanpa indikasi, berisiko menyebabkan kuman TB yang ada di paru-

paru penderita menjadi resisten terhadap antibiotik yang diberikan.

G. Sistem Pembayaran untuk Peserta yang Bukan Asuransi

Pada peserta non asuransi, dokter keluarga tidak mempunyai wewenang atau

kewajiban untuk melakukan tindakan preventif.

Sistem pembiayaan pada peserta non asuransi: out of pocket. Akan tetapi,

pada kasus ini dokter Momon tetap harus melakukan kendali mutu dan

kendali biaya.

33

H. Aplikasi Prinsip Dokter Keluarga pada Kasus ini

Pada kasus ini seharusnya dr. Momon memenuhi Standar dan Prinsip

Dokter Keluarga, yaitu sebagai berikut:

Prinsip pelayanan dokter keluarga

1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif àDr. Momon tidak hanya

mengatasi masalah ibu dan anak ini dari pengobatan kuratif saja, tetapi

juga preventif dan promotif.

2. Pelayanan yang kontinu

3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan à Hal yang dapat dilakukan

oleh dr. Momon diantaranya memberikan pengarahan atau edukasi

kepada pasien terkait masalah TB dan gizi buruk pada kasus ini.

4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif àdr. Momon dapat bekerja

sama dengan dokter-dokter lain yang lebih kompeten mengenai

penanganan masalah ibu dan anak tersebut, seperti merujuk anak tersebut

ke ahli kesehatan anak untuk terapi tuberkulosis yang dialaminya.

5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari

keluarganyaàdr. Momon tidak boleh beranggapan bahwa pasien yang

sakit, yang datang kepadanya saja yang harus diobati tanpa

mempertimbangkan keluarganya, karena penanganan personal adalah

bagian integral dari keluarganya. Agar kemungkinan penyakit yang

menular dapat dicegah.

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan

lingkungan tempat tinggalnya

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum

8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

34

Prinsip -prinsip dokter keluarga:

1. Dokter sebagai kontak pertama (primary care)

Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang

pertama kali ditemui pasien atau klien dalam masalah kesehatannya.

2. Layanan bersifat pribadi (personal care)

Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan

mempertimbangkan pasien sebagai bagian dari keluarga.

3. Pelayanan paripurna (comprehensive)

Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi

dengan aspek fisik, psikologis, dan sosial budaya

Pada kasus dr.Momon seharusnya memberikan promosi dan pencegahan

terhadap penularan kasus TB, ia juga seharusnya

mengobati/memperbaiki keadaan klinis anak (2 th) yang mengalami gizi

buruk, gatal-gatal, dan bintik bitot (xeroftalmia). Dr.Momon juga harus

mempertimbangkan kepatuhan pasien minum obat (OAT) karena

pengobatan OAT membutuhkan waktu yang lama (6 bulan).

4. Pelayanan berkesinambungan (continuous care)

Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient centered),

bukan pada penyakitnya (disease centered)

5. Mengutamakan pencegahan (prevention first)

Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan dokter

keluarga dilakukan sedini mungkin.

Pada kasus, dr.Momon seharusnya melakukan pencegahan penularan

penyakit TB, pencegahan terjadinya gizi buruk dan defisiensi vitamin A.

6. Koordinasi

Dalam upaya mengatasi masalah pasien, dokter keluarga perlu

berkonsultasi dengan disiplin ilmu lainnya.

35

7. Kolaborasi

Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya,

dokter keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya

pada pihak lain yang berkompeten

8. Family oriented

Dalam mengatasi masalah, dokter keluarga mempertimbangkan konteks

keluarga dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya.

Pada kasus, dr.Momon seharusnya menggali lebih dalam tentang

keluarga pasien, karena TB dapat menular dengan mudah. Dengan

demikian, anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari TB. Selain itu,

dr. Momon seharusnya juga menggali lebih dalam mengenai masalah

kesehatan lainnya seperti status gizi atau penyakit lainnya.

9. Community oriented

Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap

memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan

sebaliknya.

Pada kasus, dr.Momon seharusnya memperhatikan dampak penyakit

pasien (TB), karena TB dapat menular dengan mudah, dengan demikian

anggota masyarakat yang lain dapat terhindar dari TB. Hal ini dapat

dilakukan melalui usaha promotif dan preventif, serta diagnosis dini jika

ada warga yang terkena tanda-tanda TB (batuk > 3 minggu dll).