LABORATORIUM LABTEK 1
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015
MODUL : Distilasi
PEMBIMBING : Iwan Ridwan ST,. MT
Oleh :
Kelompok : 8 (delapan)
Nama : 1. Dita Apriani NIM 141411008
2. Faisal Riadi NIM 141411010
3. Khoirin Najiyyah Sably NIM 141411015
Kelas : 2A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
Praktikum : 3 Desember 2015Penyerahan : 10 Desember 2015 (Laporan)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ......................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI .........................................................2
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ....................................6
3.1 Alat dan Bahan ...........................................................................6
3.2 Diagram Kerja ............................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................9
4.1 Data Pengamatan ........................................................................8
4.2 Pembahasan ................................................................................13
BAB V KESIMPULAN ..................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam industri kimia unit reaksi dan pemisahan merupakan 2 hal yang penting. Kedua
unit tersebut berperan dalam menentukan kapasitas pabrik sebagai penghasil produk yang
memenuhi spesifikasi produk. Persaingan yang ketat menyebabkan industri mulai mencari
cara untuk mendapatkan proses reaksi dan pemisahan yang mampu member perolehan
maksimal dengan kebutuhan energy dan biaya yang sedikit mungkin.
Saat ini banyak sekali bermunculan industri-industri penyulingan minyak atsiri
yang menggunakan teknologi distilasi baik yang untuk skala besar maupun skala kecil di
Indonesia. Industri-industri ini jumlahnya didominasi oleh industri-industri skala rakyat
yang menggunakan teknologi distilasi. Industri skala rakyat ini biasanya memerlukan
waktu distilasi yang cukup lama. Waktu yang lama ini mengakibatkan konsumsi energi
untuk distilasi menjadi sangat besar yang mengakibatkan keuntungan penyuling menjadi
berkurang.
Destilasi reaktif merupakan kombinasi dari reaksi dan destilasi dalam suatu alat. Alat
destilasi reaktif ini memiliki fungsi yang sama dengan reactor yang dirangkai dengan
separator. Dibandingkan system reactorseparator yang terangkai, alat destilasi reaktif
memiliki kelebihan yaitu konversi reaksi yang lebih tinggi, pengurangan biaya konstruksi,
pengurangan beban panas.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan yang berjudul “Destilasi”.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Memahami dan dapat mengoprasikan alat distilasi fraksionasi sistem batch.
2. Memisahkan campuran biner air dan etanol dengan cara distilasi.
3. Dapat menghitung etanol yang terdapat dalam sampel yang diperoleh dengan persamaan
luas Rayleigh.
4. Mengetahui hasil pemisahan (indeks bias) etanol dan air, baik di destilat maupun di
residu.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
Dalam destilasi sederhana, uap campuran diambil dan dikondensasi seluruhnya, tetesan
merupakan cairan dengan komposisi yang lebih banyak mengandung minyak atsiri dari pada
cairan semula (Atkins, 1999). Cara umum untuk melukiskan hasil destilat adalah dengan
menggambarkan kurva distilat, dimana komposisi, titik didih atau sifat-sifat fisika lain dari
distilat digambarkan terhadap persen atau jumlah distilat (Anwar, 1994). Destilasi merupakan
proses gabungan antara pemanasan dan pendinginan uap yang terbentuk sehingga diperoleh
cairan kembali yang murni. Dalam pemanasan cairan biasanya ditambahkan batu didih (boililng
chips), untuk mencegah pendidihan yang mendadak (bumping). Batu didih yang berpori perlu
diganti setiap kali akan melakukan destilasi kembali. Untuk destilasi hampa udara (vacum
destilation), aliran udara melalui kapiler ke dalam bagian bawah labu merupakan pengganti batu
didih (Basset, 1983).
Salah satu metode pemisahan campuran yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari adalah prinsip destilasi. Destilasi yaitu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan titik didih. Cara ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang mempunyai
titik didih berbeda (Arifiadi dkk, 2013)
Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini
dilakukan untuk mengambil alkohol dari hasil fermentasi. Destilasi dapat dilakukan pada suhu
80 °C, karena titik didih alkohol 78 °C. sedangkan titik didih air 100 °C. destilasi adalah
memisahkan komponen-komponen yang mudah meguap suatu campuran cair dengan cara
menguapkannya (separating agentnya panas), yang diikuti dengan kondensasi uap yang
terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran
disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian campuran yang tidak
menguap disebut residu (Kurniawan dkk, 2014).
1
Pelaksanaan operasi distilasi batch dapat dilakukan dengan perbandingan refluks
konstan atau bervariasi. Gambar -1 berikut ditunjukan proses distilasi batch sederhana.
Gambar 1. Skema dstilasi batch sederhana.
Bila jumlah tahap kesetimbangan adalah tunggal (single stage) dan pada setiap
saat, penambahan jumlah distilat(dD) sama dengan pengurangan jumlah cairan di reboiler
(dW) , maka hubungan tersebut ditulis :
Integrasi Persamaan (3) diperoleh :
(4)
dengan :
xw= komposisi fasa cair di reboiler
2
yD = komposisi fasa uap di distilat
Wo = jumlah cairan pada saat awal (mol)
W = jumlah cairan pada saat akhir operasi (mol)
Persamaan (4) disebut persamaan Rayleigh dapat diselesaikan dengan salah satu
cara, yaitu integrasi secara grafis, numerik ataupun analitik. Selisih antara (yH–xH)
tergantung jumlah tahap, perbandingan refluks (R) dan hubungan kesetimbangan antara
fasa uap-cair.
Penyelesaikan persamaan secara analitik dilakukan dengan menggunakan hubungan
antara kesetimbangan fasa uap-cair yang dinyatakan dengan relative volatility, yang
didifinisikan sebagai berikut :
(5)
Atau
(6)
dengan :
y* = komposisi komponen yang relatif lebih volatil di fasa uap yang berada dalam
kesetimbangan dengan x*
x* = komposisi komponen yang lebih mudah menguap di fasa cair
α = relative volatility
Dengan menggunakan Persamaan (4) danj (6) kemudian diselesaikan secara integrasi
analitis diperoleh persamaan :
(7)
Persamaan (4) atau (7) digunakan untuk menentukan jumlah produk atau distilat
pada berbagai komposisi.
Persamaan (4) diselesaikan dengan integrasi secara grafik dengan cara menghitung
luas di bawah kurva antara 1/( yD - xw) vs. xw, mulai dari xwo sampai xw yang diamati.
3
4
Gambar – 2 berikut ditunjukkan bahwa komposisi distilat rata-rata (average) dihitung
dengan menggunakan persamaan :
(8)
Gambar-2. Kurva penentuan luas di bawah kurva.
Gambar 2. Luas dibawah Kurva
Apabila hold-up tidak diabaikan Colburn dan Stearn dan Asghar Husainmenurunkan
persamaan neraca massa dinyatakan dengan laju pengurangan jumlah komponen dalam reboiler,
-d(Wxw) ditambah dengan laju perubahan jumlah hold-up dalam reboiler, -d(Hxh) sama dengan
laju akumulasi, xD.dW atau secara matematis ditulis sebagai berikut :
dengan :
H = hold-up pada reboiler [mol]
xh = fraksi komposisi hold – up
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan
3.2
Diagram Kerja
1. Buat kurva kalibrasi
a. Buat kurva kalibrasi larutan etanol air dengan perbandingan 10ml (fraksi mol
etanol 1; 0,9; 0,8; 0,7; 0,8; 0,9;1) dan ukur indeks bias tiap larutan lalu plotkan
dalam grafik.
5
Alat
a. Seperangkat alat destilasi dan
unit pengendali
b. Refraktometer
c. Jam pencatat waktu (stop
watch)
d. Gelas ukur 50 ml
e. Botol semprot dan tissue
f. Pipet tetes
g. Gelas kimia
h. Erlenmeyer 250ml
i. Bola isap
j. Pipet ukur 5ml
Bahan
a. Aquadest
b. Etanol
2. Proses Distilasi
Keluarkan seluruh residu yang terdapat pada labu distilasi
fraksionasi dengan cara menghisap keluar residu
tersebut.
Masukkan etanol dan aquadest masing - masing 1,5 liter ke dalam labu bulat
Ambil sampel feed dan periksa indeks biasnya
Alirkan air pendingin melalui kolom
Set temperatur pemanas 90oC
Set temperatur destilat 80oC
Menekan tombol nomor 1 sampai terdengar
bunyi alarmMenekan tombol start
Menekan tombol nomor 10 untuk membuka aliran air pendingin
Nyalakan heater dengan menekan tombol no. 7 &
memutar tombol no. 9
6
7
Gambar 3. Langkah kerja
Tekan tombol no. 8 sehingga sistem dalam keadaan intenit
Pada blok 3 tekan tombol normal untuk mengatur laju alir
cairan dan uap dalam kolom
Tekan tombol no. 4 dan no. 5 dan atur refluks ratio 6/3
dengan menekan angka 6 pada blok 5 dan angka 3 pada blok 4
Sampel diambil untuk diperiksa indeks biasnya pada waktu sesudah pencampuran, saat
mendidih, saat terdapat tetesan pertama distilat, dan setiap 15 menit sekali untuk residu dan
distilatnya
Ukur volume distilat yang diambil setiap 15 menit
Pengukuran indeks bias menggunakan refraktometer
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Kondisi operasi
Suhu Pemanas minyak = 900C
Temperatur uap = 800C
Refluks = 6/3
Tabel 2. Data Kondisi 0perasi
Waktu
(menit)
Suhu pemanas minyak
(oC)
Temperatur Uap
(oC)
Suhu Kondensor
(oC)
0 80 76 2
15 80 76 2
30 80 76 1,5
45 80 76 2,6
60 80 77 3,5
75 80 77 6,6
90 80 77 3,6
105 80 76 3,5
120 80 76 7,1
135 80 76 6
150 80 76 8,8
4.1.2 kurva kalibrasi
Densitas Etanol = 0,789 g/cm3
Densitas Air = 0,9797 g/cm3
BM Etanol = 46 gr/mol
BM Air = 18 gr/mol
9
Tabel 3. Data Pembuatan Kurva Kalibrasi
Volume Etanol
(cm3)
Volume Air
(cm3)
Indeks bias Etanol(mol) X etanol
10 0 1,3633 0,171 1
9 1 1,3638 0,154 0,737
8 2 1,3634 0,137 0,552
7 3 1,3622 0,120 0,419
6 4 1,3593 0,102 0,314
5 5 1,3587 0,085 0,235
4 6 1,3554 0,068 0,170
3 7 1,3494 0,051 0,116
2 8 1,3440 0,034 0,071
1 9 1,3366 0,017 0,033
0 10 1,3331 0 0
0.171 0.154 0.137 0.12 0.102 0.085 0.068 0.051 0.034 0.017 01.3100
1.3200
1.3300
1.3400
1.3500
1.3600
1.3700f(x) = − 0.0031590909090909 x + 1.37251818181818R² = 0.87899695442409
Kurva Kalibrasi Etanol dan Air
Series1Linear (Series1)
Fraksi (x)
Inde
ks B
ias
Gambar 4. Kurva Kalibrasi
4.1.3 Data Percobaan
Indeks Bias Sampel tetesan Pertama = 1,3628
Indeks Bias Sampel Awal = 1,3544
Indeks Bias Feed mendidih = 1,3542
Tabel 4. Data Pengamatan
Waktu
(menit)
Indeks bias Volume Etanol Dari kurva kalibrasi 1XD−XWDistilat Residu Distilat
(mL)
Residu
(mL)
XD XW
0 1,3633 1,3554 - 3 2,875 5,344 0,405
15 1,3624 1,3584 16,5 3 3,156 4,4 0,803
30 1,3624 1,3564 17,2 3 3,156 4,4 0,803
45 1,3623 1,3555 16,3 3 3,1875 5,3125 0,47
60 1,3621 1,3532 18,1 3 3,25 6,031 0,36
75 1,3619 1,3529 17,1 3 3,3125 6,125 0,355
90 1,3618 1,3527 15,8 3 3,3437 6,1875 0,3516
105 1,3616 1,3523 16,3 3 3,406 6,3125 0,344
120 1,3615 1,3522 14,9 3 3,4375 6,34375 0,344
135 1,3614 1,3521 7,2 3 3,468 6,375 0,344
150 1,3613 1,3520 10,1 3 3,5 6,41 0,3436
Perhitungan Kandungan Etanol dalam Residu (XW) dengan Menggunakan Persamaan
Raylaigh
Perhitungan Sampel Dengan Menggunakan Persamaan Rayleigh
XD = fraksi etanol dalam distilat
XW = fraksi etanol dalam waste (residu)
10
Persamaan garis dari kurva kalibrasi adalah:
y = -0,0032x + 1,3725
R² = 0,879
dengan y menunjukkan indeks bias dan x menunjukkan fraksi etanol sehingga:
x = y−1,3725−0,0032
5.344 4.4 4.4 5.3125 6.031 6.125 6.1875 6.3125 6.34375 6.375 6.410
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Fraksi etanol dalam residu (xW)
1/(x
D-xW
)
Grafik 5. Kurva Hubungan Antara Xw Terhadap 1
XD−XW
ln ww 0
=∫xD
xw dxw(xD−xw)
Ltrapesium = (a+b )t
2
Lpersegi panjang = P x L
1 2 3 4 5 6 87 9 10
11
luas total=Luas (1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 )=0,012+0,01075+0,01075+0,0434+0,022+0,0336+0,597+0,58+0,733+0,57=2,6125 satuanluas
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan proses pemisahan zat cair-cair dengan metoda
destilasi. Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran cair-cair yang homogen
dimana campuran tersebut terdiri dari dua komponen atau lebih yang mempunyai titik
didih yang berbeda antara cairan yang satu dengan yang lainnya. Pada proses distilasi
melibatkan perpindahan fasa, yang didasarkan pada perbedaan tekannan uap dan titik
didih komponen serta sifat kemudahan menguap (volatile) komponen dalam campuran
tersebut. Proses yang dilakukan secara umum dilakukan dengan cara menguapkannya,
yang dilanjutkan dengan kondensasi uap yang terbenyuk sehigga menghasilkan cairan
destilat (kondensat).
Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila
campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya akan
lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan faksi
cairanya akan mengandung lebih sdikit komponen yang mudah menguap. Apabila uap
tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan yang berbeda
komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang didapatkan dari kondensasi tersebut
mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap (volatile) dibandingkan
dengan cairan yang tidak teruapkan.
Dalam praktikum ini, dilakukan pemisahan campuran biner antara Etanol dengan
Air. Pada tekanan 1 atmosfer titik didih ethanol adalah 78oC sedangkan titik didih air
adalah 100oC. Karena titik didih ethanol lebih kecil daripada titik didih air maka fraksi
ringan yang akan menguap terlebih dahulu adalah ethanol sedangkan fraksi beratnya
adalah air. Campuran ethanol dan air ini merupakan campuran yang tidak ideal sehingga
bersifat azeotrop.Prinsip distilasi adalah pemisahan terjadi bila kondisi operasi
berlangsung dalam keadaan kesetimbangan(equilibrium) antara fasa uap–fasa cair. Bila
salah satu komponen dalam fasa cair bersifat lebih volatil dari pada yang lain, maka
12
komponen tersebut di dalam fasa uap dan fasa cair akan mempunyai komposisi yang
berbeda. Umumnya operasi distilasi dilakukan pada tekanan konstan.
Alat yang digunakan yaitu Distilasi fraksionasi atmoferik. Dalam praktikum
dilakukan pengukuran indeks bias etanol dengan fraksi yang berbeda-beda, hal ini
bertujuan untuk membuat kurva kalibrasi. Selain itu mengukur indeks bias dari residu
dan distilat untuk diplotkan kedalam satu kurva, sehingga akan diperoleh fraksi etanol
dalam destilat dn residu dari kurva.
Pada saat suhu reaktor mencapai set point maka campuran ethanol dan air akan
menguap dan terkondensasi oleh kondenser sehingga akan berubah fasa menjadi cair
kembali sehingga diperoleh destilat sedangkan residunya berupa campuran ethanol-air
pada labu destilasi. Kemudian setiap 15 menit kemurnian destilat dan residu dicek
dengan mengukur indeks biasnya menggunakan alat refraktometer. Semakin lama
waktu maka kemurnian ethanol dalam destilat akan semakin tinggi.
Berdasarkan pengamatan didapat indeks bias air 1,3345, indeks bias umpan
1,3544, dan indeks bias ethanol 1,3633. Dari kurva kalibrasi didapat persamaan y = -
0,0032x + 1,3725. R² = 0879 dengan y menunjukan indeks bias dan x menunjukan fraksi
mol ethanol.. Untuk mencari neraca massa total digunakan persamaan Reyligh dengan
menghitung luas dibawah kurva perolehan destilat, luas yang didapat adalah 2,6125. Dari
percobaan, dapat diambil kesimpulan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi distilasi
adalah Sifat dari campuran, Karakteristik kolom, Jenis kolom (plate, packed, vigreuz) dan
panjang kolom, Besaran-besaran lainnya (laju uap naik, laju cairan turun/ reflux, luas
permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan effisiensi perpindahan massa). Selain itu
semakin murni etanol maka indeks biasnya semakin besar. Data yang didapat, destilat
yang dihasilkan meningkat. Hal ini memunjukkan atanol yang didapat semakin murni,
karena indeks yang diperoleh semakin meningkat. Ini ditunjukkan dengan nilai indeks
bias pada tetesan pertama mencapai 1,3628, hal ini dibandingkan dengan indeks bias
kalibrasi mendekati konsentrasi 1,3633 jumlah air dalam umpan sangat mempengaruhi
hasil destilat. Tetapi umpan tersebut telah digunakan terlebih dahulu oleh praktikan
sebelumnya sehingga komposisinya berbeda. Sehingga kemungkinan besar air yang
terbawa ke dalam fraksi destilat telah menurun dan menyebabkan destilat menjadi murni.
13
BAB V
KESIMPULAN
1. Tetes pertama terbentuknya cairan etanol pada distilat adalah pada suhu 800C. Dapat
dikatakan bahwa titik didih etanol adalah pada suhu ± 800 C
2. Persamaan kurva kalibrasi indeks bias campuran terhadap etanol, y = -0,0032x +
1,3725
3. Etanol yang tersisa didalam reactor adalah
4. Semakin lama waktu maka kemurnian ethanol dalam destilat akan semakin tinggi.
14
Daftar Pustaka
Krishnadwi. 2013. “Pemisahan Campuran:Distilasi”.
http://bisakimia.com/2013/02/04/pemisahan-campuran-distilasi/ [09 Desember
2015].
R, Uly. 2014. LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN PERCOBAAN I
DESTILASI SEDERHANA.
https://www.academia.edu/9007712/LAPORAN_PRAKTIKUM_METODE_PEMIS
AHAN_PERCOBAAN_I_DESTILASI_SEDERHANA [09 Desember 2015].
Yuliana. 2014. LAPORAN PRAKTIKUM DESTILASI.
http://yulianalecturechemistry.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum-
destilasi.html [09 Desember 2015].
http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/azeotropic+distillation [09 Desember
2015].
15
Lampiran
Perhitungan mol etanol kalibrasi :
m=ρ × v
n= mMr
1. Etanol 10 ml
m=0,789 grml
×10 ml=7,89 gr
n= 7,89 gr46 gr /mol
=0,171 mol
2. Etanol 9 ml
m=0,789 grml
×9ml=7,101gr
n= 7,101 gr46 gr /mol
=0,154 mol
3. Etanol 8 ml
m=0,789 grml
×8ml=6,312 gr
n= 6,312 gr46 gr /mol
¿0,137 mol
4. Etanol 7 ml
m=0,789 grml
×7ml=5,523gr
n= 5,523 gr46 gr /mol
¿0,120 mol
5. Etanol 6 ml
m=0,789 grml
×6ml=4,734 gr
n= 4,734 gr46 gr /mol
¿0,102 mol
6. Etanol 5 ml
m=0,789 grml
×5ml=3,945gr
n= 3,945 gr46 gr /mol
¿0,085 mol
7. Etanol 4 ml
m=0,789 grml
×4 ml=3,156 gr
n= 3,156 gr46 gr /mol
¿0,068 mol
8. Etanol 3 ml
m=0,789 grml
×3 ml=2,367 gr
n= 2,367 gr46 gr /mol
=0,051 mol
9. Etanol 2 ml
m=0,789 grml
×2ml=1,578gr
n= 1,578 gr46 gr /mol
¿0,034 mol
10. Etanol 1 ml
m=0,789 grml
×1 ml=0,789 gr
n= 0,789 gr46 gr /mol
=0,017 mol
Persamaan garis dari kurva kalibrasi adalah:
y = -0,0032x + 1,3725
dengan y menunjukkan indeks bias dan x menunjukkan fraksi etanol sehingga:
x=y−1,3725−0,0032
Untuk y destilat ( 0 menit) = 1,3633
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3633−1,3725
−0,0032
x = 2,875
Untuk y residu ( 0 menit) =
1,3554
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3554−1,3725
−0,0032
x = 5,344
Untuk y destilat (15 menit) =
1,3624
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3624−1,3725
−0,0032
x = 3,156
Untuk y residu (15 menit) =
1,3584
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3584−1,3725
−0,0032
x = 4,4
Untuk y destilat (30 menit) =
1,3624
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3624−1,3725
−0,0032
x = 3,156
Untuk y residu (30 menit) =
1,3564
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3584−1,3725
−0,0032
x = 4,4
Untuk y destilat (45 menit) =
1,3623
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3623−1,3725
−0,0032
x = 3,1875
Untuk y residu (45 menit) = 1,3555
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3555−1,3725
−0,0032
x = 5,3125
Untuk y destilat (60 menit) =
1,3621
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3621−1,3725
−0,0032
x = 3,25
Untuk y residu (60 menit)=
1,3532
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3532−1,3725
−0,0032
x = 6,031
Untuk y destilat (75 menit) =
1,3619
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3619−1,3725
−0,0032
x = 3,3125
Untuk y residu (75 menit) =
1,3529
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3529−1,3725
−0,0032
x = 6,125
Untuk y destilat (90 menit) =
1,3618
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3618−1,3725
−0,0032
x =3,3437
Untuk y residu (90 menit) =
1,3527
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3527−1,3725
−0,0032
x =6,1875
Untuk y destilat (105 menit)=
1,3616
Untuk y residu (105 menit)=
1,3523
22
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3616−1,3725
−0,0032
x = 3,406
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3523−1,3725
−0,0032
x = 6,3125
Untuk y destilat (120 menit) =
1,3615
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3615−1,3725
−0,0032
x = 3,4375
Untuk y residu (120 menit) =
1,3522
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3522−1,3725
−0,0032
x = 6,34375
Untuk y destilat (135 menit) =
1,3614
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3614−1,3725
−0,0032
x = 3,468
Untuk y residu (135 menit) =
1,3521
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3521−1,3725
−0,0032
x = 6,375
Untuk y destilat (150 menit) =
1,3613
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3613−1,3725
−0,0032
x = 3,5
Untuk y residu (150 menit) = 1,352 0
x = y−1,3725−0,0032
x = 1,3520−1,3725
−0,0032
x = 6,41
23
Top Related