PENGENALAN BEBERAPA TINGKAT HIDUP POHON
DAN
PENGENALAN BEBERAPA STRUKTUR TAJUK TEGAKAN HUTAN
ALAM
Di susun oleh :
Fajar Ramadhan (201410320311009)
Freda Bayu Kusnanto (201410320311025)
Moh. Ali Mudhofir (201410320311026)
Racha Pratama Supriadi (201410320311031)
Riza Rahman Prihandoko (201410320311037)
Chyntia Eka Pratiwi (201410320311048)
Bias Riantaka Charisma P B (201410320311049)
Rinda Laca Lora (201410320311050)
Ade Irma Yunita Prasojo (201410320311051)
Dwi Anggraeni Irawan (201410320311052)
Ayu Purnamaningtyas (201410320311053)
LABORATORIUM KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdullilahirobbilalamin kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah, Laporan Fieldtrip pengenalan beberapa tingkat
hidup pohon dan pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Fieldtrip pengenalan beberapa tingkat
hidup pohon dan pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan kami susun
sebagai prasyarat dalam menyelesaikan praktikum klimatologi dasar pada
semester ganjil ini.
Tentunya dalam penyusunan laporan Fieldtrip ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Wiwin W selaku Instruktur praktikum silvika.
2. Yoga eko P selaku Assisten praktikum silvika.
3. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan fieldtrip penganalan
beberapa tingkat hidup pohon dan pengenalan beberapa struktur tajuk
tegakan hutan di taman hutan rakyat R.soerjo.
Kami mengharapkan semoga laporan yang kami susun dapat bermanfaat
bagi pihak yang mau memanfaatkannya. Dan kami menyadari dalam penyusunan
laporan laporan fieldtrip penganalan beberapa tingkat hidup pohon dan
pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan ini, kami banyak melakukan
kesalahan. Untuik itu kami penyusun mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Malang, 12 Desember 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................1
DAFTAR ISI ......................................................................................................2
Pengenalan Beberapa Tingkat Hidup Pohon ......................................................4
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................5
1.2 Tujuan.............................................................................................6
B. BAB II TINJUAN PUSKA ..................................................................7
C. BAB III METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan ......................................................9
3.2 Alat dan bahan ...............................................................................9
3.3 Cara kerja .......................................................................................10
D. BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN ............................................11
4.2 Hasil pengamatan ...........................................................................11
4.3 Pembahasan ....................................................................................15
E BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................19
5.2 Saran ..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................21
2
Pengenalan Struktur Tajuk Tegakan Hutan Alam .............................................22
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................22
1.2 Tujuan.............................................................................................23
B. BAB II TINJUAN PUSKA ..................................................................24
C. BAB III METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan ......................................................26
3.2 Alat dan bahan ...............................................................................26
3.3 Cara kerja .......................................................................................27
D. BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil pengamatan ..........................................................................28
4.2 Pembahasan ....................................................................................29
E BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................32
5.2 Saran ..............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................33
3
PENGENALAN BEBERAPA TINGKAT HIDUP POHON
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman yang tumbuh pada hutan alam menghasilkan tanaman dengan
tinggi dan diameter yang berbeda – beda karena tidak ada perlakuan khusus pada
tumbuhan di hutan alam seperti penjarangan. Selama masa hidupnnya sampai
dengan mencapai umur fisik pohon akan melalui berbagai tingkat hidup yag
berkaitan dengan tinggi dan diameter pohon tersebut. Perbedaan tinggi dan
diameter pohon di hutan alam ini, akan membentuk tingkat hidup pohon yang
beranekaragam. Istilah yang biasa digunakan untuk macam – macam tingkat
kehidupan pohon adalah semai (seedling), sapihan (sapling), tiang (poles) dan
pohon (trees).
Masing – masing tingkat kehidupan pohon telah ditetapkan ukuran tinggi
dan diameternya yang dapat digunakan oleh semua orang.Ketentuan yang biasa
dipakai antara lain semai (seedling) merupakan anakan pohon sejak berkecambah
hingga tinggi mencapai 15 m, sapling dengan tinggi 1,5 – 3 m dengan diameter
tidak lebih dari 15 cm, poles dengan diameter 15 – 30 cm, dan pohon (tress)
berdiameter lebih dari 30 cm. Tingkatan – tingkatan hidup pohon tersebut dapat
diukur dengan cara Nosted Sampling dengan membuat petak – petak ukuran
dengan ukuran 2 x 2 m untuk seedling, 5 x 5 m untuk sapling, 10 x 10 m untuk
poles dan 20 x 20 m untuk trees.
Tingkat hidup pohon dihitung atau diukur untuk mengetahui potensi
tegakan yang ada saat ini. Potensi tegakan yang ada saat ini juga dapat
mencerminkan tegakan di masa yang akan datang (standing stock). Selain potensi
tegakan yag ada, jenis vegetasi dan komposisi dari hutan juga dapat diketahui
(analisa vegetasi). Jika jenis vegetasi dan potensi telah diketahui, tindakan
perbaikan atau peningkatan kualitas hutan tersebut menjadi tepat sesuai dengan
vegetasi dan komposisinya. Oleh karena itu mempelajari beberapa tingkat hidup
pohon menjadi penting sehingga hutan yang ada memiliki kualitas optimal.
5
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang tingkatan hidup pohon dan struktur
tajuk pohon ini adalah:
1. Mengetahui berbagai tingkat hidup pohon dalam hutan alam.
2. Mengetahui potensi hutan dan proyeksi potensi dimasa yang akan datang.
3. Mengetahui komposisi jenis dan kemungkinan tindakan silvikultur untuk
mencapai nilai hutan yang maksimum.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Djajapertundja:2012) Klasifikasi pohon dalam sebuah hutan
sangat berguna untuk keperluan pengelolaan hutan itu sendiri. Klasifikasi pohon
dapat didasarkan pada ukuran pohon atau posisi tajuk di dalam hutan. Klasifikasi
pohon berdasarkan ukuran yang dimaksudkan dengan parameter ini adalah
diameter setinggi dada (diameter batang pada ketinggian 130 cm diatas tanah) dan
tinggi pohon. Oleh karena itu, klasifikasi pohon berdasarkan ukuran dibedakan
dalam fase-fase sebagai berikut:
a. Semai (seedling), yaitu pohon yang tingginya kurang dari atau sama
dengan 1,5 meter.
b. Sapihan atau pancang (saplings), yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5
meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm.
c. Tiang (poles), yaitu pohon dengan diameter batang 10 cm-19 cm.
d. Pohon inti (nucleus trees), yaitu pohon dengan diameter 20 cm-49 cm.
pohon inti adalah pohon jenis komersial dengan diameter batang 20 cm-49
cm yang akan membentuk tegakan utama dan yang akan ditebang pada
rotasi berikutnya.
e. Pohon besar (trees), yaitu pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.
Hutan sangat berperan dalam kehidupan manusia karena dapat menyediakan
kebutuhan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam hutan kita juga dapat
menemukan berbagai jenis pohon atau tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat – obatan. Namun hutan juga dapat dikatakan sebagai suatu
asosiasi kehidupan yang didominasi oleh pohon – pohon atau vegetasi berkayu
menempati areal yang luas dengan kerapatan sehingga dapat menciptakan iklim
mikro setempat (Swim, 2003).
7
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim
dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah yang
di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk kedalam
ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan
sekitarnya. Pemandangannya juga berlainan ini berarti segala tumbuhan lain dan
hewan (hingga yang sekecil – kecilnya) serta beraneka unsur tak hidup lainnya
termasuk bagian – bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan (Soeparno,
2003)
8
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pada praktikum tentang pengenalan beberapa tingkat hidup pohon dilakukan
pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 24 November 2015
Waktu : 08.00 sampai selesai
Tempat : Taman Hutan Raya R. Soeryo
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat Tulis
2. Galah
3. Tali 20 Meter
4. Phiband
5. Kristen Meter
6. Meteran
7. Kertas Gambar
8. Tabel Pengamatan
Bahan :
Hutan Alam R. Soeryo Batu, Malang
9
3.3 Cara kerja
1. Membentuk kelompok pengamatan lapangan.
2. Memilih lokasi yang strategis yang memiliki ke empat tingkatan hidup
pohon tersebut.
3. Masing –masing regu pengamatan mengamati areal seluas 20 meter
persegi.
4. Menghitung jumlah dan jenis vegetasi yang ada untuk plot pertama seluas
20 x 20 meter, membuat peta pohonnya.
5. Membagi plot pertama dalam 4 bagian untuk plot kedua, menentukan
secara bebas plot yang dipilih sebagai plot pengamatan poles.
6. Membagi menjadi 4 bagian plot berukuran 5 x 5 meter yang
menentukannya sebagai pengamatan sapling dengan cara yang sama, dan
memilih secara bebas dari keempat bagian tersebut.
7. Melakukan cara tersebut untuk mendapatkan plot berukuran 2 x 2 meter.
8. Mencatat keterangan tinggi tempat.
9. Menggambar secara vertikal dan horizontal lapisan – lpisan tajuk yang ada
mengidentifikasikan dan menuliskan nama spesies penyusun masing –
masing tajuk.
10. Mengukur tinggi pohon dan diameter untuk tiap – tiap lapisan tajuk.
11. Menemukan permasalahan yang ada, menganalisis kemudian mencari
alternatif pemecahannya.
10
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Tingkat Hidup Pohon
NoNama
Pohon
Diameter
( m )
Tinggi
( m )
Tingkat Hidup PohonKeterangan
Semai Sapling Poles Pohon
1 Kopian - 1 V Petak 2 x 2
2 Ranti - 0,65 V Petak 2 x 2
3 Ranti - 1,2 V Petak 2 x 2
4 Ranti - 0,5 V
5 Ranti - 0,75 V
6 Ranti - 0,5 V
7 Ranti - 0,75 V
8 Ranti - 0,65 V
9 Ranti - 0,5 V
10 Ranti - 0,5 V
11 Ranti - 0,75 V
12 Ranti - 0,65 V
13 Ranti - 0,5 V
14 Ranti - 0,65 V
15 Ranti - 0,75 V
16 Ranti - 0,3 V
17 Kemejun - 0,9 V
18 Ranti - 0,5 V
19 Ranti - 0,25 V Petak 2 x 2
20 Ranti - 0,5 V
21 Ranti - 0,25 V
22 Ranti - 0,9 V
23 Ranti - 0,9 V
24 Ranti - 1,25 V
11
25 Mencop - 2 V Petak 2 x 2
26 Mencop - 1,75 V Petak 2 x 2
27 Pasang
0,11777
5 1,75 V Petak 2 x 2
28 Dampul
0,24108
225 3 V
Petak 10 x
10
29 Tinggan
0,26082
7606 9 V
Petak 10 x
10
30 Putiau
0,09230
99 8 V
Petak 10 x
10
31 Pasang
0,06047
89 7 V
Petak 20 x
20
32 Tinggan
0,05092
96 6 V
33 Nangkan
0,05411
27 5 V
34 Kukrup
1,78566
59 20 V
35 Kukrup
3,16979
85 29 V
36 Kukrup
2,168687
5 27 V
37 Kukrup 0,64 8 V
38 Kukrup
0,82261
014 6 V
39 Katesan
0,981271
03 9 V
40 Lamer
2,24713
01 7 V
Tajuk secara horizontal
12
13
Secara Vertikal
14
4.2 Pembahasan
Klasifikasi Lamer
Kingdom : Plantae
Ordo : Malphigiales
Famili : Phylantaceae
Genus : Glocidian
Sesies : Glocidian sp
Klasifikasi Pasang
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Fagales
Famili : Fagaceae
Genus : Lithocarpus
Spesies : Lithocarpus sudaicus
Klasifikasi Ranti
Kingdom : Plantae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : solanum
Spesies : Solanum nigrum
15
Klasifikasi Kukrup
Kingdom : Plantae
Subdivisi : Angisospermae
Ordo : Fagales
Famili : Juglandaceae
Genus : Engelharbia
Spesies : Engelharbia spicata
Dari hasil pengamatan, dengan menggunakan petak cara Nosted Sampling
didapatkan hasil sebanyak 12 jenis tanaman dengan kondisi tingkat hidup pohon
yang berbeda – beda.
Pada petak 2 x 2 m jenis vegetai yang ada disitu adalah pasang, kopian,
mencop, ranti dan kemenjun. Dengan menggunakan cara Nosted Sampling, petak
ini digunakan untuk mengukur semai (seedling). Namun pada hasilnya ditemukan
juga pasang dengan diameter 0,11775 meter dengan tinggi 8 meter, ukursn ini
bukanlah tergolong semai lagi melainkan tiang atau poles. Selain tiang, juga
ditemukan sapling sebanyak 2 spaling berupa mencop karena tingginya hanya 2
meter dan 1,75 meter. Semai yang terdapat dalam petak ini di dominasi oleh semai
ranti dengan tinggi paling tinggi 1,25 meter. Selain semai, ranti juga terdapat
semai kopian da semai kemenjun yang tingginya < 1 meter, sehingga digolongkan
dalam tingkatan semai
Pada petak 5 x 5 vegetasi yang ada adalah dampul dan tinggan. Pada petak
ini digunakan untuk menghitung sapling atau sapihan dengan tinggi 1,5 meter
sampai 3 meter. Namun, dari hasil yang di dapat tidak ada sapling dalam petak ini
justru ada tiang dampul dan tiang tinggan dengn tinggi 3 meter dan 9 meter dan
diameter 0,02410 meter dan 0,261 meter. Pada petak 10 x 10 vegetasi yang ada
berupa putiaw, pasang, tinggan dan nangkan. Pada petak ini digunakan untuk
mengukur sapling atau tiang dimana tinggi tiang berkisar 15 – 30 cm Dari hasil
yang didapat pada petak ini vegetasinya merupakan tiang karena memiliki tinggi 3
16
m – 9 m dan diameternya 0,054 m hingga diameter 0,2608 m. Pada petak ini, semi
dan sapling tidak dihitung lagi.
Pada petak 20 x 20 m vegetasi yang tumbuh berupa kukrup, lamer dan
katesan. Pada petak ini digunakan untuk mengukur pohon, dimana pohon
memiliki ciri dengan diameter lebih dari 30 cm. Dari hasil yang didapat, vegetasi
pohon yang menghasilkan memiliki tinggi 7 m hingga 29 m dengan diameter
0,822 m hingga 3,169 m. Disebut pohon karena diameternya lebih dari 30 cm.
Komposisi tanaman dari petak yang didapatkan tidak merata karena
dominasi vegetasi hanya berada di petak tertentu. Kondisi semai didominasi oleh
ranti, karena jumlahnya sangat banyak pada petak 2 x 2 m. Pada kondisi sapling
dan tiang, tidak ada yang mendominasi karena jenis vegetasinya banyak dengan
jumlah tiang dan sapling masing – masing vegetasi sangat sedikit. Kondisi pohon
didominasi pohon kukrup dengan tinggi pohon tertinggi 29 m.
Jika melihat proyeksi yang ada sangat bagus karena banyak semai yang
tumbuh yang nantinya akan tumbuh menggantikan pohon yang sudah mati. Selain
itu, jumlah pohon yang banyak bahkan mendominasi mennjukkan bahwa hutan
telah mengalami hutan yang maksimum (klimaks dari suksesi primer) karena
pohon – pohon membentuk hutan. Meskipun demikian masih diperlukan tindakan
untuk menjaga dan membentuk hutan yang maksimum seperti dengan melakukan
pemangkasan cabang pohon yang menghalangi pertumbuhan yang ada di
bawahnya sehingga semai yang ada dibawahnya dapat tumbuh dan membentuk
pohon. Selain memangkas beberapa cabang, dapat juga dilakukan dengan
menebang pohon yang sudah terlalu tua untuk menyediakan ruang bagi semai dan
sapling yang tumbuh. Hal ini karena ruang yang terlalu sempit membuat
pertumbuhannya tidak optimal. Namun penebangan harus dilakukan dengan ijin
dan syarat tertentu karena merupakan hutan alam yang bukan milik pribadi
( perorangan).
17
Ranti merupakan tumbuhan anggota suku terung – terungan yang buahnya
dikenal sebagai sayuran dan juga menjadi bahan pengobatan. Tumbuhan ini
menukai ladang atau kebun yang terang. Tingginya mencapai 120 cm. Batangnya
tidak berkayu dan ditutupi rambut halus. Buahnya biasanya kecil, kurang dari 1
cm diameternya. Sewaktu muda berwarna hijau dan berangsur ungu pekat ketika
masak. Buah yang dapat dimakan berasal dari kulvitar yang mengandung racun
dalam kadar rendah. Oleh karena itu disarankan untuk tidak mengkonsumsi buah
ranti sembarangan. Pasang dipakai untuk membangun rumah, pepagan (kulit
kayu) mengandung bahan penyamak yang sangat tinggi dan paling baik
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Petak 2 x 2 m digunakan untuk seedling (semai), petak 5 x 5 untuk sapling
(sapihan), petak 10 x 10 untuk poles (tiang), petak 20 x 20 untuk pohon
(tress).
2. Petak 2 x 2 m didominasi oleh ranti dengan tinggi 0,3 m hingga 1,25 m
sehingga disebut semai.
3. Petak 5 x 5 m semua vegetasi tergolong tiang karena tingginya 3m hingga 9
m
4. Petk 10 x 10 m semua vegetasi tergolong tiang karena tingginya 5 m hingga
8 m, serta tidak ada yang mendominasi
5. Petak 20 m x 20 m terdiri atas pohon yang didominasi oleh kukrup dengan
tinggi 6 m hingga 29 m
6. Sapling tidak ada dalam petak 5 x 5 m melainkan terdapat pada petak 2 x 2
m dengan tinggi 1,75 m dan 2 m
7. Kondisi hutan sudah mencapai klimaks karena terdiri atas banyak pohon
kukrup (yang mendominasi
8. Tindakan silvikultur yang dapat dilakukan berupa pemotongan cabang
terendah maupun penebangan pohon dengan ijin dan syarat tertentu
9. Ranti memiliki batang yang tidak berkayu dan ditutupi oleh rambut halus
10. Pasang memiliki kayu yang biasanya digunakan untuk membangun rumah
dan kulit kayunya mengandung bahan penyamak yang sangat tinggi dan
paling baik
19
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
Seharusnya peralatan saat praktikum ditambah sehingga saat melakukan
praktik tidak harus menunggu alat dari petak yang lain dan seharusnya lokasi
pembuatan petak pegamatan lokasinya dibuat lebih jauh masuk ke dalam huta,
tidak di tepi jalan raya sehingga dapat mengetahui keadaan huta alam
sesungguhnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Djajapertundja. 2012. Analisa Vegetasi Hutan. Institut Pertanian Bogor Press.
Bogor
Swim, M.N. 2003. Ekologi Populasi. Universitas Andalas. Padang
Soeparno, H.A. 2003. Wawasan Lingkungan Hidup. Universitas Airlangga.
Surabaya
21
PENGENALAN BEBERAP STRUKTUR TAJUK TEGAKAN HUTAN ALAM
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman di hutan alam menghasilkan pertumbuhan yang
berbeda karena adanya persaingan tumbuh tanaman antara tanaman yang satu
dengan yang lainnya. Persaingan pertumbuhan tanaman di hutan alam dipengaruhi
oleh faktor cahaya dan faktor tanah. Faktor cahaya akan mempengaruhi
pertumbuhan secara vertikal sehingga membentuk beberapa lapisan tajuk (kanopi)
dalam hutan. Faktor tanah mempengaruhi pertumbuhan secara horisontal untuk
mendapatkan ruang tumbuh yang seluas – luasnya agar pertumbuhan perakara dan
diameternya tidak terhambat.
Persaingan pertumbuhan di hutan berupa faktor cahaya dan faktor tanah
membentuk interaksi antara tumbuhan di hutan. Interaksi antar tumbuhan ini
menghasilkan pohon toleran, semi toleran dan intoleran. Untuk pohon toleran,
pemberian cahaya penuh tidak akan mempengaruhi pertumbuhannya. Untuk
pohon semi toleran, pertumbuhannya akan optimal apabila cahaya yang
didapatkannya tidak langsung atau hanya membutuhkan cahaya langsung apabila
telah melalui fase pertumbuhan tertentu (semai). Untuk pohon intoleran,
pemberian cahaya langsung akan menghambat peertumbuhannya.
Hasil dan interaksi pohon toleran, semi toleran dan intoleran berupa pohon
dominan (dominant trees), pohon kodominan (codominant trees), pohon
pertengahan (intermediet tress), poon tertekan (supessed trees), dan pohon mati.
Pohon – pohon ini untuk menghasilka pertumbuhan yang optimal memerlukan
tindakan yang berbeda – beda sesuai struktur tajuknya. Hal ini karena apabila
pohon dominan mendapat perlakukan yang sama dengan pohon pertengahan,
misalnya dalam mendapatkan cahaya maka pertumbuhannya maka tidak akan
optimal. Oleh karena itu, banyaknya klasifikasi struktur tajuk menjadikan
pengenalan struktur tajuk tegakan hutan alam harus diketahui sehingga dapat
merencanakan tindakan yang tepat sesuai struktur tajuknya.
23
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum tentang tingkatan hidup pohon dan struktur tajuk
pohon ini adalah:
1. Mengetahui beberapa struktur tegakan hutan dalam hutan alam.
2. Mengetahui pertumbuhan pohon hutan pada berbagai tingkatan tajuk.
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan yang harus dilakukan.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Irwan, Z.D:2003)Sedangkan klasifikasi pohon berdasarkan posisi
tajuk dibedakan menjadi 5 yaitu :
§ Pohon dominan (dominant trees), yaitu pohon yang tajuknya menonjol paling
atas dalam hutan sehingga mendapat cahaya matahari penuh. Tajuk pohon tumbuh
meninggi di atas tingkat kanopi yang umum. Terkadang terdapat tegakan seumur
meskipunlebih sering terdapat pada tegakan tidak seumuryang kondisinya tidak
sempurna. Pohon dominan ukurannya paling besar dibandingkan dengan pohon-
pohon lainnyakarena kemampuan bersaing dengan pohon lain cukup besar.
Banyak percabangan pohon dengan ukuran cabang yang besar sehingga kadang-
kadang mendesak dan menekan pohon-pohon lainnya. Oleh karena itu, sering
disebut pohon serigala (wolf trees). Jadi pohon serigala adalah pohon yang
menghalangi pertumbuhan pohon lainnya dalam suatu tegakan hutan, tetapi pohon
itu sendiri kurang bernilai komersial.
§ Pohon kodominan (codominant trees). Pohon tersebut tidak setinggi pohon
domianan, tetapi masih mendapat cahaya penuh dari atas meskipun dari samping
terganggu oleh pohon dominan. Pohon kodominan bersama-sama dengan pohon
dominan merupakan penyusun kanopi atau tajuk utama dalam sutu tegakan hutan.
§ Pohon tengahan (intermediate trees). Pohon yang tajuknya menempati posisi
lebih rendah dibandingkan pohon dominan dan kodominan. Pohon itu masih
mendapatkan cahaya matahri dari atas, tetapi tidak lagi mendapat cahaya matahari
dari samping. Dengan demikian, pohon dari kelas tersebut mengalami persaingan
keras dengan pepohonan lainnya.
§ Pohon tertekan (suppressed), yaitu pohon yang sama sekali ternaungi oleh
pepohonan yang lain dalam suatu tegakan hutan, sehingga tidak menerima cahaya
yang cukup baik dari atas maupun dari samping. Pepohonan demikina, biasanya
lemah dan tumbuh lambat.
25
§ Pohon mati (dead trees), yaitu pepohonan yang mati atau dalm proses kematian.
Pada tegkan hutan yang memiliki permudaan banyak, tetapi tidak dikelola dengan
baik, maka lambat laun sejumlah besar pohon akan mengalami tekanan dan
akhirnya mati. Seberapa jauh kecepatan terjadinya proses tersebut tergantung
kepada kualitas tempat tumbuh dan tingkat toleransi pohon.
Persaingan tumbuh di hutan alam sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu
faktor cahaya dan faktor tanah. Faktor cahaya akan mempengaruhi pada arah
tumbuh vertikal dan tanah akan mempengaruhi pertumbuhan ke arah horisontal.
Tumbuhan dan anakan alam akan bersaing secara alami dalam memperoleh kedua
faktor tersebut. Secara vertikal akan terbentuk lapisan kanopi (tajuk) dalam hutan.
Secara horisontal tumbuhan bersaing untuk mendapatkan ruang tumbuh seluas –
luasnya agar pertumbuhan dan perakaran dan diameternya tidak terhambat
(Triwanto,2015).
Toleransi adalah istilah yang sering digunakan dalam kehutanan yang
berarti kemampuan dari sebuah pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan.
Pohon toleran dan pohon intoleran memiliki beberapa perbedaan yang penting.
Pohon toleran dapat mempermudakan dan membentuk tegakan bawah di bawah
lapisan tajuk pohon lain pohon intoleran hanya mampu mempermuda diri di
tempat terbuka atau pada lapisan tajuk yang terbuka. Pohon toleran membentuk
tegakan bawah selama bertahun – tahun mekipun riapnya kecil, pohon intoleran
akan cepat mati dan reaksi terhadap pembebasan sangat lambat. Pohon toleran
mempunyai tajuk tebal pohon intoleran mempunyai tajuk tipis dan terbuka terdiri
atas daun – daun yang cukup mendapat cahaya. Pohon toleran membersihkan
batang dari ranting secara perlahan, pohon intoleran melakukan pemangkasan
secara cepat. Pohon toleran tegakannya rapat, pohon intoleran lebih tipis. Batang
pohon toleran cenderung kerucut dan batang pohon intoleran silindris.
Pertumbuhan tinggi di waktu muda dialami oleh pohon intoleran (Hidayat,2013).
26
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pada praktikum tentang pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan
alam dilakukan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 24 November 2015
Waktu : 08.00 sampai selesai
Tempat : Taman Hutan Raya R. Soeryo
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat Tulis 4. Phiband 8. Tabel Pengamata
2. Galah 6. Meteran 7. Kertas Gambar
3. Tali 20 Meter 5. Kristen Meter
Bahan :
1. Hutan Alam
27
3.3 Cara kerja
1. Membentuk kelompok pengamatan lapangan.
2. Memilih lokasi yang strategis yang menggambarkan adanya lapisan –
lapisan tajuk
3. Masing – masing regu melakukan pengamatan mengamati areal seluas 20 x
20 m.
4. Mencatat keterangan tinggi tempat
5. Menggambar lapisan – lapisan tajuk yang ada, mengidentifikasi dan
menuliskan nama spesies penyusun masing – masing tajuk
6. Mengukur tinggi dan diameter pohon untuk setiap lapisan – lapisan tajuk
7. Membuat gambar vertikal dan horisontal
8. Menemukan permasalahan yang ada, menganalisis kemuadian mencari
alternatif pemecahannya
28
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Struktur Tegakan
N
oNama Pohon
Diameter
( m )
Tinggi
( m )
Struktur Tajuk PohonKeteranga
n
Do
m
Ko
D
In
t
Te
r
Mat
i
1 Kukrup 1,7856659 20 v
2 Kukrup 3,1697985 29 v
3 Kukrup 2,1686875 27 v
4 Kukrup 0,64 8 v
5 Kukrup 0,82261014 6 v
6 Katesan
0,98127101
3 9 v
7 Lamer 2,2471301 7 v
Secara horizontal petak 20 x 20 meter
29
66
7
4
5
3
22
1
6
Secara Vertikal petak 20 x 20 meter
4.2 Pembahasan
Klasifikasi Kukrup
Kingdom : Plantae
Subdivisi : Angiospermae
Ordo : Fagales
Famili : Juglandaceae
Genus : Engelhardia
Spesies : Engelhardia spicata
30
Klasifkasi Lamer
Kingdom : Plantae
Ordo : Malphigiales
Famili : Phylantaceae
Genus : Glocidioan
Spesies : Glocidioan sp
Dari hasil yang didapat, pohon yang dihasilkan dalam areal seluas 20 x 20
m sebanyak 7 pohon dengan tinggi pohon 6 m hingga 29 m. pohon dalam areal ini
didominasi oleh pohon kukrup. Meskipun demikian juga terdapat pohon lamer
dan katesan.
Pohon dominan dimiliki oleh pohon kukrup dengan 29 m, 27 m dan 8 m.
pohon ini dominan karena memiliki tinggi pohon tertinggi dan terletak pada
sengkuap tajuk paling atas. Selain itu pohon ini juga mendapat cahaya matahari
secara penuh dari atas dan sebagian dari samping. Pohon ini lebih besar daripada
rata-rata pohon ditegakan dan mempunyai bentuk tajuk yang bagus. Pohon kukrup
dengan tinggi 8 m memang tidak setinggi pohon 29 , namun tetap disebut pohon
dominan karena tanaman disekitar pohon kukrup 8 m memiliki tinggi lebih rendah
dari pohon 8 m sehingga cahayanya terhalang oleh kukrup dengan tinggi 8.
Pohon kodominan terdapat pada pohon kukrup dengan tinggi 20 m. Pohon
ini tidak memiliki tinggi setinggi pohon dominan tetapi masih mendapat cahaya
penuh meskipun dari samping terganggu oleh pohon dominan. Oleh karena itu
pohon ini tergolong pada pohon dominan.
Pohon intermediet dimiliki oleh kukrup setinggi 6 m, katesan 9 m dan lamer
7 m. hal ini karena tajuk pohon berada di bawah tajuk pohon dominan dan
kodominan. Pohon ini masih mendapatkan cahaya matahari dari atas tetapi tidak
mendapatkan cahaya dari samping karena cahaya terhalang oleh pohon yang
memiliki tajuk lebih tinggi.
31
Pohon tertekan memiliki tajuk yang tertutup oleh pohon dominan,
kodominanan intermediet sehingga pohon ini mendapat cahaya matahari melalui
lubang dalam sengkuap tajuk. Pohon mati merupakan pohon yang sedang dalam
proses kematian maupun yang sudah mati. Pada hasil praktikum tidak ditemukan
pohon dalam kondisi tertekan dan mati. Hal ini karna pertumbuhan ppohonnya
bagus sehingga tidak ada yang mati dan tertekan.
Tindakan yang dapat dilakukan terkait struktur tajuk yang ada dapat
dilakukan dengan pemotongan cabang rendah. Penebangan merupakan usaha
pengendalian jumlah pohon pada suatu area dengan menebang pohon yang
tumbuh secara tidak normal atau memiliki kualitas kayu yang buruk sehingga
memberikan ruang lebih bagi pohon lain yang sehat. Penebangan ini juga akan
memberikan dampak ekologi seperti melestarikan spesies tertentu dan bukan
untuk meningkatkan hasil kayu. Selain itu kadar karbon dalam tanah lebih baik
dibandingkan metode tebang habis yang segera ditanam kembali sehingga usaha
kehutanan dapat lebih lestari dan fungsi hutan untuk menjaga karbon tetap terjaga.
Kukrup memiliki pohon yang besar, daunnya lebar dan bunganya berendeng
warna kuning muda. Ketika bulan Juli sampai Agustus bunganya berguguran.
Pohon ini merupakan pohon asli dari pegunungan pulau Jawa. Di daerah pulau
Jawa Timur dan Jawa tengah sering disebut dengan pohon kukrup.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pohon yang mendominasi pada areal 20 x 20 m adalah pohon kukrup
2. Pohon dominan terdiri atas pohon kukrup dengan tinggi 29 m, 27 m dan 8 m
karena terletak pada lapisan tajuk palig atas dan mendapat cahaya penuh
dari atas dan samping
3. Pohon dominan terdapat pada pohon kukrup 20 m karena tidak sehingga
pohon dominan tetapi masih mendapat cahaya dari samping meskipun dari
atas sudah pohon dominan.
4. Pohon intermediet dimulai oleh pohon kukrup 6m,tetesan 9m dan lamer 7m
karena pohon ini memiliki tajuk di bawah pohon dominan dan kodominan.
5. Pohon tertekan merupakan pohon yang tajuknya tertutup oleh pohon
dominan,kodominan dan intermediet sehingga mendapat cahaya dari lubang
sengkuap tajuk. Dalam praktikum ini tidak ditemukan pohon tertekan.
6. Pohon mati merupakan pohon yang mati dan sedang dalam proses kematian.
7. Pemotongan cabang teredah merupakan tindakan yang dapat dilakukan
dalam struktur tajuk ini karena bermanfaat untuk menyediakan ruang lebih
lebar,melestarikan spesies tertentu dan menjaga karbon.
8. Kukrup memiliki pohon yang besar,daunnya lebar dan bungannya warna
kuning muda.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
1. Seharusnya peralatan saat praktikum ditambah sehingga saat melakukan
praktik tidak harus menunggu alat dari petak yang lain
2. Seharusnya lokasi pembuatan petak lebih masuk ke dalam sehingga
praktikan dapat lebih mengetahui hutan alam
33
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Rahmat.2013. Perbedaan Mendasar Pohon Toleran dan Intoleran.
Online, forester.untad.blogspot.com Diakses tanggal 25
November 2015
Irwan, Z,D. 2003. Prinsip – prinsip ekologi dan Organisasi ekosistem komunitas
dan lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Triwanto, J. 2015. Petunjuk Praktikum Silvika. Laboratorium Kehutanan Fakultas
Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
34
Top Related