LAPORAN KELOMPOK SEMINAR
OPERAN
Oleh :
ANGERNANI TRIAS W. 115070200111008
RENNY RINOVANTI 115070200111020
YOUSHIAN ELMY 115070200111032
ERVINA AYU MISGIARTI 115070200111044
ENY DWI OKTAVIANI 115070207111022
INDAH DWI RAHAYU 115070201111016
WINDIARTI RAHAYU 115070201111028
SITI ROSLINDA ROHMAN 115070206111002
DICKY SYAHRULLOH B. 115070207111012
RISYDA MARIFATUL K. 115070207111030
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pergantian dinas pada setiap rumah sakit dilakukan timbang terima antar
perawat. Masing-masing perawat berperan sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya. Profesionalisme pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat ditingkatkan
melalui pengoptimalan peran dan fungsi perawat khususnya dalam memberikan
pelayanan keperawatan mandiri. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui
komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift
(timbang terima pasien).
Timbang terima merupakan caradalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, terjadi perpindahan atau transfer
informasi mengenai pasien dari perawat satu ke perawat yang lain. Tujuan dari
timbang terima ini adalah menyediakan informasi yang akurat tentang kondisi atau
keadaan secara umum klien (data focus), hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, hal-hal penting yang perlu
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya serta membantu penyusunan rencana kerja untuk
dinas berikutnya (Nursalam, 2008).
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis atau lisan, diperlukan juga suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta
respon pasien yang terjadi.
Clair dan Trussel (dalam Kerr, 2001) menyusun pengertian dari handover
(timbang terima)adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan
oleh perawat pada pergantian shift jaga. Perawat melakukan timbang terima dengan
berjalan bersama dengan perawat lainnya dan menyampaikan kondisi pasien secara
akurat didekat pasien. Perawat dapat mengajukan pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi mengenai keadaan pasien langsung (Frisen, 2008). Cara ini lebih efektif jika
dibanding timbang terima dalam bentuk tulisan, juga akan membantu perawat dalam
menerima timbang terima secara nyata.
Prosedur timbang terima, selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian
shift jaga, namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara
komprehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih fokus
pada diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa ada pendokumentasian, sehingga
rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada
yang terlewati untuk disampaikan pada shift berikutnya. Selain itu mekanisme timbang
terima belum sesuai dengan standar baku (Nurssalam, 2009).
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan
bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan
tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik,
maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak
lengkapnya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan
keperawatan selanjutnya. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan
dan menurunkan tingkat kepuasan pasien atau bahkan mengancam keselamatan
pasien.
Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang tak
terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang dijalankan
pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis, penundaan ruang
darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat mereka melaporkan
perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak sebelum suatu situasi menjadi
krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk pencegahan, dokumentasi tak
memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010). Maka timbang terima perlu
mendapat perhatian khusus dari perawat sebab tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
proses timbang terima inilah banyak hal yang jika tidak dilakukan dengan benar dapat
mengancam keselamatan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana keterkaitan antara prosedur pelaksanaan timbang terima dengan isi
atau informasi yang disampaikan dengan kinerja perawat?
2) Bagaimana pentingnya dokumentasi saat melakukan operan?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui keterkaitan antara prosedur pelaksanaan timbang terima dengan isi
atau informasi yang disampaikan dengan kinerja perawat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Operan (Timbang Terima)
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Menurut Kim
Alvarado (2006) timbang terima adalah penyampaian informasi yang diberikan saat
pergantian shift. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan
dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
2.2 Tujuan Timbang Terima
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima
(handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.
2.3 Langkah – langkah Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
Kondisi atau keadaan pasien secara umum
Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2002)
2.4 Prosedur dalam Timbang Terima
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap
pergantian shift/operan
2. prinsip timbang terima, semua pasien
baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya
pasien yang memliki permasalahan
yang belum/dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang terima
pada PP berikutnya, hak yang perlu
disampaikan dalam timbang terima :
Jumlah
5 menit Ners
Station
PP dan PA
Identitas klien dan diagnosis
medis
Data (keluhan/subjektif dan
objektif)
Masalah keperawatan yang masih
muncul
Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum)
Internvensi kolaboratif dan
dependen
Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang
dan lain-lain)
Pelaksana
an
1. Kedua kelompok dinas sudah siap
(shift jaga)
2. kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan
3. kepala ruang membuka acara
timbang terima
4. perawat yang melakukan timbang
terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah
ditimbangterimakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas
5. kepala ruangan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien
6. penyampaian yang jelas, singkat dan
padat
7. perawat yang melaksanakan timbang
terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah keperawatan,
20 menit Ners
Station
KARU, PP
dan PA
kebutuhan dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan serta hal-
hal penting lainnya selama masa
perawatan
8. hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya
9. lama timbang terima untuk tiap
pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang rumit
Ruang
Perawat
an
1. diskusi
2. pelaporan untuk timbang terima
dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang jaga
saat itu dan PP yang jaga berikutnya
diketahui oleh Kepala Ruangan
3. ditutup oleh kepala ruangan
5 menit Ners
Station
KARU, PP
dan PA
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan tugas dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
5. Timbang terima harus berorientsai pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat pasien
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan
di nurse station.
2.5 Metode Dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun
bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one
way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
PASIEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN(didukung data)
DIAGNOSA MEDIS
MASALAH KOLABORATIF
TELAH DILAKUKAN
BELUM DILAKUKAN
RENCANA TINDAKAN
PERKEMBANGAN / KEADAAN PASIEN
MASALAH :
1. TERATASI2. BELUM TERATASI3. TERATASI SEBAGIAN4. MUNCUL MASALAH BARU
2.6 Skema Timbang Terima
Gambar 2.1 Skema timbang terima pasien menurut Nursalam (2008)
2.7 Dokumentasi pada Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan
lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai
informasi mengenai pasien telah dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)
2.8 Evaluasi Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang
terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima
pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian
ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup
jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang
belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang
terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Bagaimana keterkaitan antara prosedur pelaksanaan timbang terima dengan isi atau
informasi yang disampaikan dalam kerja perawat?
Prosedur pelaksanaan timbang terima sangat berkaitan dengan isi atau informasi yang
disampaikan oleh perawat selama timbang terima berlangsung (operan) . Sesuai dengan teori
yang dibahas pada bab sebelumnya menurut Friesen ( 2008) menyebutkan bahwa dalam
timbang terima (operan) terjadi transfer informasi ( termasuk tanggung jawab dan tanggung
gugat) yang mencakup tentang klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Sedangkan menurut
Kim Alvarado (2006) timbang terima merupakan penyampaian informasi yang diberikan saat
pergantian shift. Dalam melakukan timbang terima tentunya ada prosedur yang harus
dijalankan agar proses timbang terima menjadi efektif dan segala informasi yang penting
tentang pasien dapat tersampaikan dengan akurat. Ketika prosedur timbang terima itu tidak
benar atau kurang tepat tentunya akan mengakibatkan informasi yang seharusnay
disampaikan efektif menjadi kurang efektif.
Oleh karena itu perlu suatu standar khusus (SOP) dalam pelaksanaan operan (timbang
terima), dimana SOP tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanan operan
(tinbang terima) antar perawat yang bertugas. Berdasarkan SOP timbang terima antar shift
terdapat 3 sesi selama melakukan kegiatan operan (timbang terima) yaitu fase persiapan,
pelaksanaan dan penutupan. Untuk penjelasan terkait 3 fase dalam operan sudah di bahas
pada bab sebelumnya. Menurut Depkes (2006) saat timbang terima pasien hal yang sangat
diperlukan adalah komunikasi. Komunikasi terbuka harus dilaksanakan dengan baik oleh
perawat pelaksana. Sebab perawat berperan penting dalam meningkatkan komunikasi dengan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam operan (timbang terima) saat terjadi komunikasi
maka disitu terdapat infornasi yang tentunya disampaikan kepada tenaga kesehatan yang
lainnya. Oleh karena itu sebuah standar atau SOP sangat diperlukan selama melakukan
timbang terima. Adapun isi dan substansi timbang terima yang dilakukan selama ini adalah
identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, program terapi yang sudah
dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan secara lisan
dan tertulis kemudian dilakukan keliling ke semua psien. Timbang terima perlu terus
ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan bagian penting
dalam menginformasikan permasalahan klien sehari-hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, dan keakuratan
data itu juga sangat ditentukan pada prosedur yang dilakukan oleh perawat selama proses
timbang terima. Karena dengan timbang terima yang berdasarkan pada prosedur yang benar
tentunya segala informasi yang disampaikan juga akan akurat, karena dengan timbang terima
ini maka pelyanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara
berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab serta tanggunggugat dari seorang perawat.
Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik atau tidak sesuai denga prosedur yang
ditetapkan maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena
tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan,
tentunya hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat
kepuasan pasien. Oleh karena itu kegiatan timbang terima yang telah dilakukan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
3.2 Bagaimana pentingnya dokumentasi saat melakukan operan (timbang terima)
Dokumentasi merupakan salah satu hal yang penting dalam operan, hal ini karena
dokumentasi dapat memberikan informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien,
kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang
diterimanya kepada perawat yang akan menerima operan. Dokumentasi keperawatan juga
mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu
atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat
sebagai sarana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat
dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi keperawatan juga merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan perubahan
yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secaramandiri maupun kolaborasi
yang merupakan bagian permanen dari rekam medis lain.
Saat melakukan timbang terima atau operan, dokumentasi dapat berfungsi sebagai
salah satu sarana komunikasi. Dokumentasi yang dilakukan secara akurat dan lengkap dapat
berguna dalam membantu koordinasi asuhan keperawatan yang akan diberikan oleh perawat.
Selain itu dengan adanya dokumentasi saat melakukan timbang terima dapat mencegah
informasi yang berulang mengenai kondisi pasien yang dibutuhkan oleh perawat yang
menerima operan, serta tidak terjadi tumpang tindih informasi untuk mengurangi kesalahan
dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang akan
dilakukan oleh perawat yang menerima operan.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat saat melakukan operan akan membantu
perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam mempersiapkan kelengkapan yang
dibutuhkan ketika akan melakukan asuhan keperawatan tanpa harus melakukan pengkajian
ulang. Dengan adanya kelengkapan data pasien mengenai identitas,diagnosa medis, kondisi
umum, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilakukan, tindakan
kolaborasi, serta rencana umum dan persiapan lainnya dapat mencegah terjadinya kesalahan
pasien dan mencegah kesalahan dalam memberikan intervensi bagi perawat yang menerima
operan. Sehingga dokumentasi yang lengkap dan akurat sangat penting saat melakukan
timbang terima atau operan karena berguna sebagai pedoman untuk perawat yang menerima
operan dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam melakukan timbang terima diperlukan adanya prosedur yang
harus dijalankan agar segala informasi yang penting tentang pasien dapat
tersampaikan dengan akurat. Oleh karena itu diperlukan suatu standar khusus
(SOP) yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanan operan (timbang
terima) antar perawat yang bertugas, Dimana terdapat 3 sesi antar shift yaitu
fase persiapan, pelaksanaan dan penutupan. Terdapat dua hal penting yang
mempengaruhi keefektifan pelaksanaan operan yaitu komunikasi dan
dokumentasi. Dimana saat terjadi komunikasi maka disitu terdapat infornasi
yang disampaikan kepada tenaga kesehatan lainnya. Sedangkan dokumentasi
merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari
tindakan yang dilakukan oleh perawat yang merupakan bagian permanen dari
rekam medis dan sebagai pedoman untuk perawat yang menerima operan
dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
Bila timbang terima tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan dan hal ini
akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan serta menurunkan tingkat
kepuasan pasien.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat professional sudah seharusnya
melaksanakan proses operan sesuai dengan SOP yang berlaku di instansi
dimana dia bekerja. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan serta meningkatkan kepuasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA