Download - LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI

Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT PADA BAYI AP

DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI POLI IMUNISASI

PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

TANGGAL 09 MEI 2014

OLEH:

NI KETUT AYU SUWIANDANI

P07120012026

2.1 REGULER

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN2014

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI ANAK

OLEH:

NI KETUT AYU SUWIANDANIP071200120262.1 REGULER

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN2014

LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI IMUNISASI

Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI, 2000).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. (Yupi S, 2004).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2001).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa virus atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.

B. JENIS-JENIS IMUNISASIImunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :

a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imonogenitas antigen.

2. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi: a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas. Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis

Cara pemberian dan dosis

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc

2. Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali

3. Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada insersio musculus deltoideus

4. Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan, biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG. Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan 2 cc.

5. Kontra indikasi

a. Uji Tuberculin > 5 mm

b. Sedang menderita HIV

c. Gizi buruk

d. Demam tinggi

e. Infeksi kulit luas

f. Pernah menderita TBC

6. Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.

b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.c. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.

Cara pemberian dan dosis

1. Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan interval waktu minimal 4 minggu

2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

3. Kontraindikasi

a. Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian Polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare atau muntah, demam tinggi >38,5C, maka dosis ulangan dapat di berikan setelah sembuh.

b. Pasien yang mendapat imunosupresan

4. Efek samping

Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak mendapatkan imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

d. Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan menjalar kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh , kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.

e. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.

Cara Pemberian dan Dosis

1. Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogeny

2. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada anterolateral paha.

3. Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x

4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval waktu minimal 4 minggu.

5. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk/pilek.

6. Efek Samping

a. Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.b. Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak pada saluran cernac. Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.

Selain imunisasi di atas, imunisasi tambahan yang dapat diberikan ada anak yaitu sebagai berikut:

f. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan / mencegah terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps), dan rubella (campak Jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus Rubella strain RA 27 / 3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4 6 bulan atau 9 11 bulan dan booster dapat dilakukan MMR pada usia 15 18 bulan.

g. Imunisasi Thypus AbdominalisMerupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit thypus abdominalis, dalam persediaannya, khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin thypus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dan antigen kapsular Vi Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan, dapat diberikan untuk bayi 6 12 bulan adalah 0,1 mL, 1 2 tahun 0,2 mL, dan 2 12 tahun adalah 0,5 mL, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5, pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada usia diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.

h. Imunisasi Varicella

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoster strain OK yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4 8 minggu.

i. Imunisasi Hepatitis A

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas 2 tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Havrix (isinya virus hepatitis A strain HM 175 yang inactivated) dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan booster pada 6 bulan kemudian dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada usia 0, 6, dan 12 bulan.

j. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP: Purified Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP T), Toxoid diphteri (PRP D atau PRP CR 50), atau dengan kuman monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP T dilakukan dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.

3. CARA DAN WAKTU PEMBERIAAN IMUNISASI

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

VaksinDosisCara Pemberiaan

BCG0,05 ccIntrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan.

DPT0,5 ccIntramuskular.

Polio2 tetesDi teteskan ke mulut.

Campak0,5 ccSubkutan, biasanya di lengan kiri atas.

Hepatitis B0,5 ccIntrmuskular pada paha bagian luar (anterolateral paha).

TT0,5 ccIntramuscular dalam biasa di muskulus deltoideus.

Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

VaksinPemberian

ImunisasiSelang Waktu

PemberiaanUmur

PemberiaanKeterangan

BCG1 kali0-11 bulan

DPT3 kali4 minggu2-11 bulan

Polio4 kali4 minggu0-11 bulan

Campak1 kali4 minggu9-11 bulan

Hepatitis B3 kali4 minggu0-11 bulanUntuk bayi yang lahir di RS/puskesmas, hep. B, BCG, dan polio dapat diberikan segera.

4. RANTAI DINGIN (COLD CHAIN)

Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.

Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin2 8oC35 37o C

DT3 7 tahun6 minggu

Pertusis18 24 bulanDibawah 50% dalam 1 minggu

BCG

Kristal

Cair1 tahun

Dipakai dalam 1 kali kerjaDibawah 20% dalam 3 14 hari

Dipakai dalam 1 kali kerja

Campak

Kristal

Cair2 tahun

Dipakai dalam 1 kali kerja1 minggu

Dipakai dalam 1 kali kerja

Polio6 12 bulan1 3 hari

5. PEMBERIAN IMUNISASI

Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.

a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,

b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya,

c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.

2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.

3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.

4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:

a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius

b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin virus hidup.c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin

d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua

a. Nama

b. Alamat

c. Telepon

d. Tempat dan tanggal lahir

e. Ras/kelompok entries

f. Jenis kelamin

g. Agama

h. Tanggal wawancara

i. Informan

2. Keluhan Utama

Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis yang memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan imunisasi yang akan dilakukan.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan menurun.

4. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum

b. Tingkah Laku

c. BB dan TB

d. Pengkajian Head to toe.

5. Data Fokusa. Subjektif:

Orang tua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan perilaku mencegah penyakit infeksi.

Orang tua mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai standar imunisasi

Mengungkapkan kebigungan dan kekhawatiran ketika anak tiba-tiba mengalami hipertermi, demam, rewel.

b. Objektif:

Anak gelisah. Pernafasan cepat dan nadi meningkat.

Orang tua memperlihatkan perubahan psikologi (tampak bingung, cemas)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada anak meliputi:

1. Defisiensi pengetahuan keluarga (ibu) mengenai jadwal imunisasi, jenis imunisasi efek samping imunisasi berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi.

3. Risiko hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.C. INTERVENSI

No.Diagnosa Kep.NOCNICRasional

1. Defisiensi pengetahuan keluarga (ibu) mengenai jadwal imunisasi, jenis imunisasi, dan efek samping b/d kurang terpajannya informasi.Setelah diberikan asuhan keperawatan selama waktu yang telah direncanakan, diharapkan orang tua mampu mengetahui jadwal dan jenis imunisasi serta mengatasi efek dari imunisasi pada anak dengan kriteria evaluasi:1. Keluarga pasien dapat memahami mengenai gejala yang timbul setelah imunisasi dilakukan.

2. Keluarga pasien mampu melaksanakan prosedur yang seharusnya dilakukan dengan benar dan tepat.

3. Keluarga dapat menyebutkan kembali yang dikatakan oleh tim kesehatan sebelumnya.

1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai jadwal , jenis dan gejala yang dapat timbul setelah imunisasi diberikan2. Memberikan HE kepada orang tua anak mengenai jenis imunisasi dasar yang harus di dapatkan pada anak serta waktu pemberian dan cara pemberiannya.

3. Jelaskan mengapa gejala-gejala tersebut muncul.

4. Memberikan HE tentang penanganan efek imunisasi yaitu apa yang dapat dilakukan ibu-ibu di rumah.

5. Jelaskan jenis obat yang diberikan oleh tenaga medis mulai dari fungsinya, dan cara pengkonsumsiannya untuk menangani efek yang dapat terjadi. 1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga pasien tentang gejala gejala yang muuncul tiba-tiba

2. Untuk menambah iinformasi yang diketahui agar dapat melakukan imunisasi secara lengkap dan tepat.

3. Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien mengenai gejala-gejala tiba-tiba yang muncul, penyebabnya4. Mengajarkan penanganan sederhana yang tepat untuk mengatasi hal itu.

5. Menambah pengetahuan ibu mengenai obat yang dapat dipakai untuk menanggulangi gejala yang muncul akibat imunisasi serta cara penggunaannya.

2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama waktu yang telah direncanakan, diharapkan kesiapan keluarga dapat optimal dalam meningkatkan status imunisasi, dengan kriteria evaluasi:

1. Klien dapat meningkatkan perilaku mencegah panyakit infeksi.

2. Klien dapat meningkatkan pengenalan terhadap kemungkinan masalah yang berkaitan dengan imunisasi.

3. Klien dapat meningkatkan pengenalan terhadap pemberi imunisasi.

4. Klien dapat meningkatkan status imunisasi.

5. Klien dapat meningkatkan pengetahuan tentang standar imunisasi.

6. Klien dapat meningkatkan pencatatan tentang imunisasi.1. Kaji kesiapan anak dalam meningkatkan status imunisasinya, tanyakan apakah ia pernah diimunisasi sebelumnya, jika anak tidak mau bercerita, tunggu beberapa saat, dan pada saat ia bercerita, berikan kesempatan untuk anak memilih gayanya bercerita agar lebih leluasa.

2. Kaji pengalaman anak tentang imunisasi, baik yang ia alami langsung atau yang ia ketahui dari lingkungannya.3. Berikan image tentang imunisasi yang sederhana dan sesuai pemahaman anak, jangan mengada-ada atau berbohong pada anak.

Keluarga:

1. Kaji kesiapan keluarga dalam meningkatkan status imunisasi anak.

2. Kaji hambatan - hambatan yang dihadapi keluarga saat imunisasi anak sebelum-sebelumnya.

3. Kaji respon dan penanganan yang dilakukan keluarga dalam mengurangi/ menghilangkan efek ikutan yang timbul akibat imunisasi.

4. Berikan dukungan terhadap perilaku keluarga yang telah melakukan imunisasi sebagai pencegahan dini terhadap penyakit dan perbaiki pemahaman yang menyimpang tentang imunisasi.

5. Tingkatkan kesiapan keluarga dalam perilaku pencegahan dini penyakit misalnya melalui imunisasi selanjutnya dan pengenalan lebih lanjut mengenai imunisasi.

6. Berikan gambaran jadwal imunisasi anak sesuai usia.1. Saat anak mau bercerita dan mengungkapkan isi hatinya secara leluasa berarti ia telah menerima kita sebagai bagian dari lingkungan kecilnya. Sebelum memulai tindakan imunisasi akan sangat efektif jika anak mau menerima petugas dalam lingkungan mereka.2. Pengalaman dapat menjadi pendukung atau menjadi penghalang tergantung dari bagaimana pengalaman itu dipahami oleh anak. Maka dari itu diperlukan adanya penelaahan oleh petugas agar imunisasi tidak meninggalkan kesan yang dekstruktif pada anak, terutama anak yang belum pernah diimunisasi.3. Jujur dan terbuka apa adanya akan membuat komunikasi lebih baik dan tidak terkesan ada topeng dalam pembicaraan, terutama saat kontak dengan anak mengenai tindakan invasif dalam imunisasi.

Keluarga:1. peran serta keluarga akan sangat membantu pemberian imunisasi pada anak.

2. Hambatan dapat menjadi indikator sejauh mana keberhasilan imunisasi telah tercapai.

3. Efek ikutan sering timbul pada beberapa kasus imunisasi, penanganan yang tepat sangat diperlukan.

4. Apresiasi akan meningkatkan semangat dalam usaha pencegahan penyakit dan keluarga akan merasa telah melakukan hal yang baik untuk anaknya.

5. Imunisasi yang teratur dapat ditumbuhkan sejak dini sebagai bagian dalam usaha preventif terhadap penyakit infeksi.

6. Gambaran umum imunisasi yang wajib serta anjuran untuk anak dapat membantu orang tua dalam rangka penentuan dan pencatatan tentang imunisasi anak.

3. Risiko hipertermi berhubungan dengan proses imunisasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan :a) Tidak terjadi hipertermi pada anakb) Keluarga dapat memberikan penangan efektif jika risiko ini terjadi pada beberapa imunisasia. Kriteria Hasil :a) Bayi tidak menunjukan tanda tanda hipertermi (konvulsi, kulit kemerahan, kejang, takikardia, takipnea, dan kulit terasa hangat)

b) Suhu tubuh anak dalam batas normal (36-37,5C)

c) Jika terjadi hipertermi, keluarga tidak panik dan dapat memberikan penanganan yang tepat di rumah.

1. Observasi kondisi kesehatan anak sebelum dan setelah imunisasi, pastikan anak sehat untuk menjalani imunisasi

2. Observasi tingkat pemahaman keluarga mengenai hipertermi dan penanganannya

3. Beri pemahaman terhadap tanda tanda hipertermi (ringan s.d berat)

4. Ajari keluarga cara sederhana menangani hipertermi ringan di rumah seperti kompres hangat dan pemberian obat antipiretik.

1. Jika anak sedang sakit, imunisasi tidak disarankan untuk diberikan, karena akan memperburuk kondisi pasien. Lihat pula kondisi anak setelah diimunisasi karena dapat membuat pasien mengalami deman dan hipertermi pada beberapa imunisasi.2. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga dan mempermudah penanganan.3. Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien tentang hipertermi.

4. Menambah pengetahuan pada keluarga pasien tentang tahap tahap penanganan sederhana.

DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of Nursing Diagnosis) Edisi 10. Jakarta : EGC.

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Nurari, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : MediAction Publishing.Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.