7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
1/23
LAPORAN SGD 1 BLOK 9 LBM 1
OROFACIAL PAIN
DISUSUN OLEH :
1. Edi Subagyo ( 112090069 )
2. Y. Aditya Yoga P ( 112090101 )
3. Jesicha Ayu Surya N ( 112100140 )
4. Afaf ( 112110174 )
5. Alifatul Rahmafitri ( 112110176 )
6. Annisa Ghina Imaniar ( 112110180 )
7. Bayyin Bunayya Cholid ( 112110183 )
8. Claudia Nur Rizki J ( 112110186 )
9. Desy Rahmawati N ( 112110189 )
10. Eddo Supriyanto ( 112110193 )
11. Gilang Satriya Wardana ( 112110197 )
12. Handi Lukman ( 112110199 )
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbilalamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yangtelah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapatmenyelesaikan laporan SGD 1 BLOK 9 LBM 1 mengenai Orofacial Pain.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaan laporan, Alhamdulillah kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
2/23
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang sudah bersusah payah membantu membuatlaporan ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunanlaporan ini. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran dengan terbuka
dari para pembaca.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para pembaca dari hasillaporan ini. Karena itu, kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi kita semua. Pada bagian akhir, kami akan mengulas
mengenai pendapat-pendapat dari para ahli. Oleh karena itu, kami berharap hal inidapat berguna bagi kita. Semoga laporan ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.
Jazakumullahi khoiro jaza
Semarang, 21 September 2012
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diketahui bahwa banyaknya mahasiswa yang belum memahami benar mengenai
Orofacial Pain dan kesulitan dalam mencari sumber belajar yang tepat dan dapat
dipercaya. Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa tidak banyak mahasiswayang mau bersusah payah untuk mencari jawaban ataupun sumber-sumber belajarsecara terperinci dan jelas. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan
mendapatkan sumber belajar mengenai Orofacial Pain yang baik agar dapatmenyelesaikan soal pembelajaran.
Upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan sumber belajar
merupakan suatu upaya yang paling logis dan realistis. Dosen ataupun Tutorsebagai salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan keberhasilan
pendidikan di Universitas, khususnya dalam peningkatan aktivitas dan hasilbelajar, harus berperan aktif serta dapat memilih strategi pembelajaran yang tepatuntuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dosen perlu juga memperhatikan
penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi sehingga
akan sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah dan memahamimateri atau konsep Orofacial Pain yang diberikan oleh dosen.
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
3/23
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nyeri ?
2. Apa saja klasifikasi nyeri ?
3. Apa mekanisme terjadinya nyeri ?
4. Apa saja obat yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri ?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui dan memahami tentang nyeri.
2. Mampu mengetahui dan memahami tentang mekanisme terjadinya nyeri.
3. Mengetahui apa saja obat anti nyeri.
Penjabaran Pembelajaran
Lbm 1
Judul : aduh, nyerinya sampai ke pelipis kepala ...
Skenario :
NYERI
UNUNDERSTANDING WORDS
1.NYERI :
* Suatu perasasan tidak nyaman yang diakibatkan dari stimulasi yang diterima dari
saraf tertentu.
* Substansi subyektif yangg menggambarkan kerusakan jaringan, perasaansensasional atau emosional akibat jaringan rusak
* Menunjukkan respon fisiologis seperti kesetrum
2. NYERI OROFACIAL :
* Nyeri pada bagian mulut dan wajah
* Nyeri yang berhubungan dengan jaringan keras atau lunak yang berada di leher
dan kepala
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
4/23
3 . OBAT ANTI NYERI :
* Merupakan obat analgesik yang berpengaruh pada proses modulasi nosiseptif
* Suatu bahan yang dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri
LEARNING ISSUES
1. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi nyeri menurut Smith (2009):
1. Nosiseptif
Rasa nyeri yang ditimbulkan karena adanya rangsang dari luar. Besar rasa nyeri
sebanding dengan besar kerusakan yang dialami dan rasa nyeri jenis ini bersifatprotektif. Contohnya terbakar, patah tulang, nyeri somatik atau viseral.
2. Neuropatik
Rasa nyeri yang ditimbulkan karena adanya jejas pada sistem syaraf. Besar rasanyeri tidak sebanding dengan besar kerusakan yang terjadi dan rasa nyeri jenis ini
tidak memiliki fungsi protektif. Rasa nyeri jenis ini akan tetap ada walaupun
rangsang nosiseptif telah dihilangkan. Contohnya neuroma, trauma pada akson.
3. Mixed pain
Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh rangsang nosiseptif bersamaan dengan adanya
jejas pada sistem syaraf. Contohnya rasa sakit pada kaki dan punggung setelahoperasi saraf pada bagian lumbal, atau pasien dengan sindrom rasa nyeri regional
(misalnya pada sistem saraf pusat atau distrofi gerak refleks) dapat menyebabkan
komplikasi rasa nyeri yang bersifat nosiseptif, misalnya ankilosis sendi dan nyerimyofacial.
4. Idiopatik
Rasa nyeri yang tidak dapat diidentifikasi lesi penyebabnya, dan besarnya tidak
sebanding dengan kerusakan yang dialami.
Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
* Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
5/23
* Deep Pain (Nyeri Dalam)
* Reffered Pain (Nyeri Alihan) yaitu nyeri yang dirasakan pada area yang bukanmerupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak,
dll.
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi,contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang
berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orangtersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya
menetap 1015 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh padaarthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari
lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
6/23
4. Menurut Waktu Serangan
Pada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference of Painmengkategorikan 3 (tiga) tipe dari nyeri yaitu akut, kronik malignan dan kronik
nonmalignan. Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit ataupembedahan. Nyeri kronik nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringanyang tidak progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan
kanker atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun
demikian, biasanya terdapat dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain: respirasi
meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama danklien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
(Anonim, 2007)
2. MEKANISME NYERI
Serat saraf C dan A-delta aferen yang menyalurkan stimuli masuk kemedulaspinalis diakar saraf dorsal. Serta-serat ini memisah sewaktu masuk ke korda dan
kemudian kembali menyatu di kornu dorsalis medula spinalis. Daerah ini
menerima, menyalurkan dan memproses impuls sensorik. Kornu dorsalis medulaspinalis dibagi menjadi lapisan-lapisan sel yang disebut lamina. Dua dari lapisanini (yakni lamina II dan III) yang disebut substansi gelatinosa sangat penting dalam
transmisi dan modulasi nyeri.
Dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim keneuronneuron yang menyalurkan
informasi kesisi berlawanan medula spinalis di komisura anterior dan kemudianmenyatu ditraktus spinotalamikus anterolateralis, yang naik ketalamus dan struktur
otak lainnya. Dengan demikian, transmisi impuls nyeri dimedula spinalis bersifatkontaletaral terhadap sisi tubuh tempat impuls tersebut berasal. Seperti adanya dua
tipe nyeri yang disalurkan oleh nosiseptor, juga tredapat dua jalur spinotalamikussejajar yang menyalurkan impuls-impuls ini keotak tarktus neospinotalamikus dantraktus paleospinotalamikus.
Traktus neospinotalamikus adalah suatu sistem langsung yang membawa
informassi diskriminatif sensorik nyeri cepat dan akut dari nosiseptor A-delta
kedaerah talamus. Sistem ini akan berakhir di dalam nukleus posterolateral
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
7/23
ventaralis hipotalamus. Sebuah neuron ditalamus kemudian memproyeksikan
akson-aksonnya melalui bagian posterior kapsula interna untuk membawa impuls
nyeri kekorteks somatosensorik primer girus pasca sentralis. Pola tersusun inipenting bagi apek sensorik dikriminatif nyeri akut yang dirasakan yaitu lokasi, sifat
dan intensitas nyeri.
Traktus paleospinotalamikus yang menyalurkan impuls yang dimulai dari
nosiseptor tipe C lambat kronik, adalah suatu jalur multi sinaps difus yang
membawa impuls keformasio rettikularis batang otak sebelum berakhir dinukleus
parafasikularis dan nukleus intra laminar lain ditalamus, hipotalamus, nukleussistem limbik dan korteks otak depan. Karena impuls ini bersifat lebih lambatmaka nyeri yang ditimbulkan berkaitan dengan rasa panas, pegal dan nyeri yang
lokalisasinya samar. Sistem ini mempengaruhi ekspresi nyeri dalam hal toleransi,
perilaku, dan respon autonom simpatis. Sistem ini sangat berperan pada nyeri
kronik, dan memperentarai respon otonom terkait, perilaku emosional danpenurunan ambang yang sering terjadi. Dengan demikian disebut juga sebagai
suatu sistem nosiseptor motivasional dan mempengaruhi.
Ada empat proses yang jelas yang terjadi pada suatu nosiseptif, yakni ;
1. Proses Transduksi (Transduction)
merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) di rubah menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf (nerve ending). Stimuli
ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
2. Proses Transmisi (Transmison)
dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul proses
transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C
sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls tersebutmengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikussebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan ke daerah
somato sensoris di korteks serebri melalui neuron ketiga, dimana impuls tersebut
diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
3. Proses Modulasi (Modulation)
adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang
dihasilkan oleh tubuh kita dengan imput nyeri yang masuk ke kornu posteriormedulla spinalis. Jadi merupakan proses acendern yang di kontrol oleh otak.Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan
noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior
medulla spinalis. Kornu posterior ini dapat diiabaratkan sebagai pintu yang dapattertetutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
8/23
analgesik endogen tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan
persepsi nyeri menjadi sangat subyektif orang per orang.
4. Persepsi (perception)
adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari
proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkansuatu perasaan yang subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
Gb. Mekanisme Nyeri
3. PENYEBAB NYERI
A. Trauma
a) Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b) Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,
dingin, misal karena api dan air.
c) Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d) Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
B. Neoplasma
a) Jinak
b) Ganas
C. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanyaperadangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya abses, gangguan sirkulasidarah dan kelainan pembuluh darah, trauma psikologis.
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
9/23
4. PERSARAFAN OROFACIAL
Terdiri atas :
* N. Trigeminus ( N. V )
* N. Fascialis ( N. VII )
* N. Vagus ( N. X )
* N. Glossopharyngeus ( N. IX )
* N. Hypoglosus ( N. XII )
A. N. Trigeminus ( N. V )
* Merupakan saraf otak yang paling besar
* Mengandung serabut sensorik dan motorik
* Merupakan berkas saraf sensorik di kepala yang peka nyeri
* Serabut motorik untuk otototot pengunyah dan otototot yang menarik atau
mendorong Os Mandibula.
Saraf ini mempunyai ganglion N. Trigeminus disebut Ganglion SemilunarisGasseri (Ganglion Trigeminale) terletak di dalam kantong duramater yang disebutkantong trigeminus (Meckel).
Serabut motorik N. V mensarafi :
* Otototot pengunyah ( m. Masseter, m. Temporalis, m. Pterigoideus internus
dan externus).
* M. Tensor Tympani
* M. Tensor veli palatini
* M. Mylohyoid
* M. Digastricus ( venter anterior )
Cabangcabang N. V :
a) N. Opthalmicus (N. V / 1)
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
10/23
Dicabangkan dari bagian anteromedial ganglion semilunaris. Merupakan cabang
paling kecil dari ketiga cabang N. V. Berjalan di dalam dinding lateral sinus
cavernosus. Berada ventral terhadap N. III dan N. IV. Keluar dari dinding sinuscavernosus dan tiba di fissura orbitalis superior. Serabut sensorik N. Ophthalmicus
mensarafi daerah dahi, mata, hidung, pelipis, meningen, sinus paranasalis, danbagian mucosa nasal.
Cabang N. Ophthalmicus :
* N. Frontalis
Di dalam rongga orbita berjalan diatas m. Levator palpebra superior, dipertengahanantara apex dan basis orbita saraf ini memberikan 2 cabang :
* N. Supratrochlearis
Menghantarkan impuls somatosensoris dari kulit dan conjunctiva kelopak mata
atas dan kulit dahi sekitar ujung medial alis.
* N. Supraorbitalis
Kawasan somatosensoriknya adalah kulit dahi dan kepala sampai suturalambdoidea dan juga kulit conjunctiva kelopak mata atas.
* N. Lacrimalis
Berjalan diatas m. Rectus lateral. Kawasan somatosensoriknya terbatas pada
conjunctiva dan bagian lateral kelopak mata. Mensarafi glandula lacrimalis.
* N. Nasociliaris
Berjalan di bawah m. Rectus superior dan m. Obliquus superior. Menyilang N.Opticus untuk menuju dinding medial rongga orbita, kemudian bercabang :
* N. Ethmoidalis
* N. Ciliaris longus
* N. Infratrochlearis
* N. Ethmoidalis superior
b) N. Maxillaris ( N. V / 2 )
Keluar dari rongga intracranial melalui foramen rotundum dan tiba di bagian dorsalfossa pterigopalatina dan di permukaan posterior os. Maxilla.
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
11/23
Serabut sensorik n. Maxillaris mensarafi rahang atas, gigi, bibir, pipi, palatum
durum, sinus maxillaris, dan mucosa nasal.
Cabangcabang N. Maxillaris :
a. N. Infra orbitalis
* N. Meningeus medius
* N. Sphenopalatini
b. N. Zygomaticus
* N. Zygomaticotemporal
* N. Zygomaticofacial
Sebelum meninggalkan fossa pterigopalatina, N. Maxillaris memberikan cabang :
1. N. Alveolaris superior posterior
Mensarafi molar beserta gingiva dan mucosa cavum oris sekitar molar rahang atas.
2. Ramus alveolaris medius
Mensarafi premolar beserta gingiva dan mucosa cavum oris disekitarnya.
3. Rami alveolaris superiores anterior
Mensarafi gigi geligi anterior rahang atas.
c) N. Mandibularis ( N. V / 3 )
Merupakan cabang N. V paling besar. Selama masih berada di cavum intracranialyang masih belum bergabung dengan radix motoris (portio minor N. V)
penggabungan tersebut terjadi di sebelah luar foramen ovale.
Serabut sensorik N. Mandibularis mensarafi rahang bawah, gigi, labium, mucosa
buccal, lingua, dan bagian telinga luar, meatus auditorius serta meningen.
Cabangcabangnya :
1. N. Spinosus (cabang meningeal)
2. N. Auriculotemporalis
3. N. Lingualis
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
12/23
4. N. Alveolaris inferior ( N. Dentalis inferior )
5. N. Buccalis
6. N. Pterigoideus lateral dan medial
B. N. Fascialis ( N. VII )
Mengandung serabut motorik, sensorik, dan sekretomotor (parasimpatis efferens).
Saraf ini keluar dari otak (antara pons dan medulla oblongata) menuju porus
acusticus internus melalui meatus acusticus internus masuk area N. Facialismenuju canalis fascialis dan keluar melalui foramen stylomastoideus.
Didalam canalis fascialis terdapat ganglion geniculatum yang merupakankumpulan sel-sel saraf sensoris.
Selama berjalan ke canalis fascialis memberikan cabang :
a. N. Petrosus superficial mayor ke cavum cranii
b. Chorda Tympani
c. Rami stapedius -> pada cavum tympani
Setelah keluar dari foramen styloideus memberikan cabang :
d. N. Auricularis posterior
e. Rami occipitalis ke m. Occipitalis
f. Rami digastricus ke venter posterior m. Digastricus
g. Rami styloid ke m. Styloideus
Saat N. VII berjalan kedalam kelenjar parotis, memberikan cabang :
h. Rami temporalis ke m. Frontalis dan otototot sekitar orbita
i. Rami zygomaticus ke m. Zygomaticus dan m. Orbicularis
j. Rami buccalis ke otot sekitar hidung dan mulut diatas bibir atas
k. Rami marginalis mandibula ke otot sekitar mulut dan dagu dibawah bibir bawah
l. Rami colli ke platysma
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
13/23
Serabut motorik N. VII mensarafi m. Stapedius telinga tengah, otototot
superficial muka dan kulit kepala, platysma, venter posterior m. digastricus dan m.
Stylohyoid. Serabut sensorik N. VII mensarafi 2/3 anterior lidah (sensasipengecap), kelenjar parotis.
Serabut otonom (parasimpatis) mensarafi kelenjar - kelenjar, membran mucosapharyng, palatum, cavitas nasalis dan sinussinus paranasal, gl. Sublingualis
(melalui chorda tympani), gl. Submaxillaris (melalui chorda tympani).
C. N. Glossopharyngeus ( N. IX )
Mengandung serabut motorik, sensorik, parasimpatis efferens dan parasimpatisafferens. Keluar dari cavum cranii melalui foramen jugulare dan berjalan ke caudal
diantara arteri carotis interna dan vena jugularis interna kemudian berada didepan
arteri carotis interna sampai berada diantara m. Stylopharingeus dan m.Styloglossus.
Cabangcabangnya :
* N. Tympanicus
* Rami pharyngei
* Rami stylopharyngeus
* Rami tonsilaris
* Rami lingualis
Serabut sensoris N. IX mensarafi pharyng, palatum molle, pengecap 1/3 posterior
lidah (afferens visceral khusus), faucies , tonsil, tuba auditiva, dan cavum tympani.
Serabut motorik untuk mensarafi m. Stylopharyneus.
Serabut otonom (parasimpatik) mensarafi kelenjar parotis.
D. N. Vagus ( N. X )
Mengandung serabut motorik, sensorik, parasimpatis efferens, parasimpatis
afferens.
Saraf ini keluar dari cavum cranii menuju foramen jugulare. N. Vagus mempunyai
ganglion jugulare dan ganglion nodosum.
N. Vagus mempercabangkan :
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
14/23
1. Rami auricularis untuk meatus acusticus eksternus dan membran tympani
2. Rami meningeus untuk selaput otak (1 dan 2 mengandung serabut sensorik)
Setelah melewati foramen jugulare, N. Vagus mempercabangkan :
3. Rami pharyngei ( mengandung serabut motorik ) membentuk plexus pharyngeus
4. Rami cardiacus superior berjalan ke caudal masuk cavum thorax dan mensarafijantung ( mengandung serabut parasimpatis afferens dan efferens )
5. N. Laryngeus superior ( mengandung serabut motorik dan parasimpatis efferens) menuju otot laryng dan tunica mucosa larung.
6. Rami laryngeus recuren
E. N. Hypoglosus ( N. XII )
Mengandung serabut motorik. Saraf ini keluar dari cavum cranii berjalan di
sebelah ventral vena jugularis interna, di belakang N. Vagus ke caudal lalu berjalan
di sebelah lateral N. Vagus, ke ventral di sebelah lateral a. carotis interna dan dimedial m. Stylohyoid dan venter posterior m. Digastricus kemudian berada disebelah lateral a. Carotis externa melengkung ke ventral di sebelah lateral m.
Hyoglosus dan memberi cabang sebagai ramus lingualis ke m. Hyoglosus, m.
Styloglosus, m. Genioglosus dan otototot intrinsik lidah.
N. XI memberi cabang untuk m. Geniohyoid, m. Thyreohyoid.
N. XI mencabangkan ramus descendens yang berjalan ke caudal mengikuti a.
Carotis communis dan berhubungan dengan nervi cervicalis 2 dan 3 membentuk
ansa cervicalis ( ansa hypoglosi ) dan mensarafi m. Sternohyoid, m. Sternohyoiddan m. Omohyoid.
5. JENIS OBAT ANTI NYERI
I. Analgetik
Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Penyebab sakit/ nyeri
Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan
algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam
prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasanyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
15/23
menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek
algesiogenic.
Mekanisame
Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
Karakteristik
* Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
* Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
* Tidak mempengaruhi pernapasan
* Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi
Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Analgesik Opioid / analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium
atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkanrasa nyeri seperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
a. Metadon
* Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
* indikasi detoksifikasi ketergantungan morfin. Nyeri hebat pada pasien yang di
rumah sakit.
* efek yang tidak diinginkan :
* Depresi pernapasan
* Konstipasi
* Gangguan SSP
* Hipotensi ortostatik
* Mual dam muntah pada dosis awal
Methadon
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
16/23
b. Fentanil.
* Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecilkemungkinannya.
* Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
* Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas
otot, bradikardi ringan.
Fentanil
c. Kodein
* Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanyadisebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
* Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
* Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.
Kodein
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal denganistilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik),
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkatkesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidakmengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). Efek samping obat-pbatanalgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal,kerusakan kulit.
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
17/23
tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui
tidak di anjurkan meminim obat ini.
Ibuprofen
b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat.Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena
dapat menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidakmenolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Acetaminophen
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat
terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harusdiperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnyadispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Asam Mefenamat
II. Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan
temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapatmenurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS.
Macam-macam obat Antipiretik:
> Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demampada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin
dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini
tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
> Piralozon
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
18/23
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini
amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon
diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni
agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan analgesikyang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.
III. NSAID (Anti-Inflamasi)
Efek dari NSAID (Anti-Inflamasi)
Inflamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau menghindari faktor lesi.
COX2 dapat mempengaruhi terbentuknya PGs dan BK. Peran PGs didalamperadangan yaitu vasodilatasi dan jaringan edema, serta berkoordinasi dengan
bradikinin menyebabkan keradangan.
Mekanisme Anti-Inflamasi
Menghambat prostaglandin dengan menghambat COX.
Karakteristik Anti-Inflamasi
NSAID hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema, demam,
kelainan fungsi tubuh dan sakit). Radang tidak memiliki efek pada
autoimunological proses pada reumatik dan reumatoid radang sendi. Memilikiantithrombik untuk menghambat trombus atau darah yang membeku.
Contoh obat NSAID (Anti Inflamasi)
> Gol. Indomethacine
* Proses di dalam tubuh
Absorpsi di dalam tubuh cepat dan lengkap, metabolisme sebagian berada di hati,
yang dieksresikan di dalam urine dan feses, waktu paruhnya 2-3 jam, memiliki antiinflamasi dan efek antipiretic yang merupakan obat penghilang sakit yang
disebabkan oleh keradangan, dapat menyembuhkan rematik akut, gangguan pada
tulang belakang dan asteoatristis.
* Efek samping
* Reaksi gastrointrestianal: anorexia (kehilangan nafsu makan), vomting (mual),
sakit abdominal, diare.
* Alergi: reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat menyebabkanasma.
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
19/23
> Gol. Sulindac
Potensinya lebih lemah dari Indomethacine tetapi lebih kuat dari aspirin, dapatmengiritasi lambung, indikasinya sama dengan Indomethacine.
> Gol. Arylacetic Acid
Selain pada reaksi aspirin yang kurang baik juga dapat menyebabkan leucopenia
thrombocytopenia, sebagian besar digunakan dalam terapi rematik dan reumatoidradang sendi, ostheoarthitis.
> Gol. Arylpropionic Acid
Digunakan untuk penyembuhan radang sendi reumatik dan ostheoarthitis,
golongan ini adalah penghambat non selektif cox, sedikit menyebabkangastrointestial, metabolismenya dihati dan di keluarkan di ginjal.
> Gol. Piroxicam
Efek mengobati lebih baik dari aspirin indomethacine dan naproxen, keuntungan
utamanya yaitu waktu paruh lebih lama 36-45 jam.
> Gol. Nimesulide
Jenis baru dari NSAID, penghambat COX-2 yang selektif, memiliki efek antiinflamasi yang kuat dan sedikit efek samping.
6. SKALA NYERI
a. Skala Numerik
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasasakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat
subyektif nyeri.
b. Visual Analog Scale (VAS)
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebasmengekspresikan nyeri , ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
c. Pengukuran Nyeri Wong Baker
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah
bahagis hingga wajah sedih, juga di gunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri.Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
20/23
7. MEKANISME KERJA OBAT ANTI NYERI
Menurut Ganiswarna et al. (1995), obat analgesik antipiterik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDs) bekerja dengan menghambat enzim siklo-
oksigenase, sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadiprostaglandin. Setiap obat menghambat enzim siklo-oksigenase dengan cara yangberbeda. Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin apabila
lingkungannya
mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehinggaparasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan
biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Aspirin
dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktifserin dari enzim siklooksigenase. Semua obat golongan NSAIDs bersifat
antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi.
Menurut Martin (1989), obat-obatan yang dapat menghambat produksiprostaglandin (NSAIDs) melalui penghambatan sintesis prostaglandin mempunyai
kemampuan untuk menurunkan aliran rangsang dari saraf afferent (nociceptive
afferents), sehingga berperan sebagai analgesik lemah. Substansi yang dapatmenghambat efek atau pelepasan autokoid lainnya ( selain prostaglandin ) diduga
mempunyai peran sebagai analgesik. Glukokortikoid mampu menghambatpelepasan dan produksi autokoid, serta mempunyai efek analgesik perifer.
8. TERAPI / PENANGANAN NYERI
* Farmakologi
Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang paling ringan sampai ke
yang paling kuat
Tahapannya:
o Tahap I analgesik non-opiat : AINS
o Tahap II analgesik AINS + ajuvan (antidepresan)
o Tahap III analgesik opiat lemah + AINS + ajuvan
o Tahap IV analgesik opiat kuat + AINS + ajuvan
* Non Farmakologi
Ada beberapa metode metode non-farmakologi yang digunakan untuk
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
21/23
membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan terapi fisik
(dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupunktur untuk nyeri kronik
(gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi psikologis (musik, hipnosis, terapikognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik
pada sistem ), TENS ( Trans Cutaneus Electrical Stimulation ) yaitu Menggunakanbantal khusus yang dihubungkan dengan mesin kecil yang menghantarkan aliran
listrik lemah ke permukaan kulit dari area nyeri.
9. NYERI GIGI DAPAT MENYEBABKAN NYERI DI PELIPIS
Nyeri yang menjalar sampai pelipis disebabkan oleh referred pain / nyeri alih.
Nyeri alih merupakan rasa nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang letaknya
cukup jauh dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri.Contohnya, rasa nyeri didalam dalah satu organ viseral sering dialihkan ke suatu daerah di permukaantubuh. Ini terjadi apabila serabut nyeri viseral terangsang, sinyal nyeri yang berasaldari visera selanjutnya dijalarkan melalui beberapa neuron yang sama yang
menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit. Pengetahuan mengenaibermacam-macam nyeri alih ini sangat berguna dalam diagnosis klinis penyakitkarana pada banyak penyakit viseral satu-satunyatanda klinis yang ditemui adalah
nyeri alih.
10. FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
* Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yangdialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal amaliah yang harus dijalanidan merekan takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal, jika nyeri
diperiksakan.
* Jenis kelamin
Gill ( 1990 ) mengungkapkan lakilaki dan perempuan tidak berbeda secarasignifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya ( contoh :
tidak pantas kalau lakilaki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri ).
* Kultur / budaya
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadapnyeri. ( contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
22/23
adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi
mereka tidak mengeluh jika ada nyeri ).
* Psikis
Seorang tukang ketik dan seorang petani samasama mengalami luka pada jari
tangan, maka si tukang ketik akan merasakan lebih nyeri pada jari tangan, karenaberhubungan dengan psikis mengingat jarinya identik dengan alat untuk mencari
nafkah, sedangkan seorang petani misalnya cenderung akan merasakan kurangnyeri karena menganggap luka di jari tangan sebagai hal yang biasa danmengabaikan saja.
* Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhipersepsi nyeri. Menurut Gill ( 1990 ), perhatian yang meningkat dihubungkandengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan denganrespon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik
untuk mengatasi nyeri.
* Ansietas atau stressor lain
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkanseseoramg cemas.
* Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknyaseseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasinyeri.
* Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluargaatau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan.
* Pola koping ( Strategi Menyelesaikan Masalah = Copig Strategy )
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mmengatasi nyeri dan
sebaliknya. Pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.
MAPPING CONCEPT
DAFTAR PUSTAKA
7/22/2019 Laporan Sgd 1 Blok 9 Lbm 1
23/23
1. Budiman G. Basic neuroanatomical pathway. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2005. p. 5-11
2. Junqueira L, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC; 2007. p.
155-73.
3. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001.p. 77-100.
4. Snell R. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5thed. Jakarta:
EGC; 2006. p. 159-84.
5. Farmakologi oleh Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes
6. Lecture Notes Neurologi oleh Lionel Ginsberg Edisi 8
7. Roper, N (2002). Prinsipprinsip keperawatan. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Medica.
8. Tarwoto, W. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medica.
9. Harrison, Prinsipprinsip Ilmu Penyakit dalam, EGC