(
(Lumajang) Merintis Bank Wakaf Internasional (?)
Oleh: Khairunnisa Musari*
Assalaamualaikum. Maaf mengganggu, Is. Ada amal sholeh untuk membentuk konsep Bank
Wakaf Internasional. Indonesia terpilih dalam forum wakaf dunia untuk menjadi pilot project.
Ikhwah dari Malaysia yang pekan lalu terpilih menjadi ketua forum, mengajak kerjasama.
Beliau teman suami saya. Iis kan punya latar belakang pendidikan tersebut, mesti bisa
membantu Ust. Syadid dan istrinya Ust. Atikah yang baru saja pulang dari Mesir yang
diamanahi Prof. Biddin untuk membuat konsep. Kapan Iis bisa ketemu? Jzkllh.
Pesan yang masuk dalam telepon genggam itu membuat dahi saya berkerenyit. Bank
wakaf internasional? Gagasan bank wakaf ini memang bukan hal baru. Sejak lima tahun lalu,
sejumlah penggiat ekonomi syariah sudah mewacanakannya. Forum wakaf dunia? Mmm,
biasanya saya selalu update sejumlah kegiatan berbasis ekonomi dan keuangan syariah di tingkat
nasional maupun internasional, tapi rasanya saya belum mengetahui adanya penyelenggaraan
forum wakaf dunia dalam sebulan terakhir. Prof. Biddin? Ust. Syadid? Ust. Atikah? Mmm, siapa
mereka?
Belajar dari pengalaman, saya harus mengecek informasi. Meski saya mengenal dengan
sangat baik sang pengirim pesan tersebut, tapi informasi yang beliau sampaikan itu masih terasa
ganjil untuk saya. Mengapa ketua forum kelas internasional sampai harus membuat konsep
hingga merambah kepada orang di Lumajang? Wacana bank wakaf internasional itu juga bukan
isu ecek-ecek. Beberapa minggu lalu, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat
menemui Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk meminta dukungan pendirian
bank wakaf internasional di Indonesia. Wacana bank wakaf internasional di Indonesia memang
kembali menguat dalam sebulan ini.
Sejumlah pertanyaan terus mengemuka di kepala saya. Penasaran? Ya, jelas saya
penasaran. Ditambah lagi, tidak banyak informasi yang bisa saya peroleh dari Google terkait
kejelasan hubungan Prof. Biddin dengan forum yang disebutkan oleh pesan yang saya terima itu.
Saya hanya menemukan sebuah nama Dato Dr. Hj. Abdul Rahman Bidin yang merupakan salah
satu Board of Trustees dari organisasi nirlaba terkemuka di Inggris untuk Malaysia.
Koperasi Jasa Keuangan Wakaf Internasional
Sebuah naskah yang direncanakan untuk terbit menjadi buku sekaligus company profile
dari organisasi yang diketuai Prof. Biddin sudah di tangan saya, baik dalam bentuk hardcopy
mau softcopy. Ust. Syadid meminta saya berkontribusi melengkapinya dengan skim-skim yang
dimungkinkan untuk diaplikasikan, termasuk best practices di negara lain. Ia mengiyakan
pertanyaan saya bahwa apakah Prof. Biddin adalah penggiat Islamic Relief Worldwide-Malaysia.
Melalui naskah yang saya peroleh, saya mengetahui bahwa Prof. Biddin bersama
jaringannya yang terdiri dari serikat/organisasi/perkumpulan dari beberapa negara yang
mendorong pendirian Bank Wakaf Internasional itu mendirikan International Social
Investment Enterprise Ltd. (ISIE) di Kuala Lumpur, Malaysia. Perusahaan tersebut mengemban
misi untuk menjadi Fund Promoter, Fund Manager, Investment Manager dan Distributor of
Investment Result dari dana wakaf tunai global.
ISIE ternyata sudah masuk ke Indonesia dengan status sebagai investor Penanaman
Modal Asing dan terdaftar dalam Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dinyatakan
dalam naskah tersebut bahwa dana wakaf global akan dikelola oleh manajemen dari ISIE
bersinergi dengan sektor riil dan lembaga keuangan lokal untuk mengurangi kemiskinan melalui
pengembangan dana wakaf tunai produktif. Pada tahap pertama, mereka akan fokus untuk
Indonesia. Tahap berikutnya adalah wilayah ASEAN, lalu kemudian tingkat global.
Di Indonesia, mengingat lembaga yang akan didirikan oleh ISIE dinyatakan otoritas tidak
memenuhi syarat untuk disebut sebagai bank, maka perusahaan ini kemudian menggagas
Koperasi Jasa Keuangan Wakaf Internasional (KJKWI) Indonesia sebagai nazhir lokal yang akan
menjadi mitra dan representasi ISIE dalam bekerjasama dengan lembaga keuangan lokal dan
otoritas lokal untuk memastikan pengelolaan dana wakaf adalah sesuai dengan prinsip syariah
dan hukum yang ditetapkan oleh peraturan lokal dan otoritas.
Kenapa orang Lumajang yang diamanahi untuk menyusun konsep bank wakaf
internasional atau KJKWI ini? tanya saya. Ust. Syadid menyampaikan bahwa pilot project
KJKWI Indonesia itu direncanakan akan didirikan di Lumajang. Didirikan di Lumajang? Kenapa
Lumajang? Kok bisa Lumajang? Melihat raut wajah saya yang mungkin tampak tak puas dan
masih menyimpan banyak pertanyaan, Ust. Syadid menjanjikan saya untuk bertemu dan
berdiskusi langsung dengan Prof. Biddin.
InsyaAllah akhir bulan ini beliau akan datang lagi ke sini. Sebelumnya sudah 3 atau 4
kali beliau ke mari. Mungkin beliau tertarik dan punya pertimbangan mengapa memilih
Lumajang. Nanti bisa ditanyakan langsung., kata Ust Syadid.
Bank Wakaf untuk Semua
Pasca pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Tunai di era Presiden SBY tahun 2010,
sejumlah pihak memang mendorong pemerintah untuk memiliki bank wakaf mengingat
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sejumlah duta besar negara
muslim juga menyampaikan dukungannya. Bank wakaf diyakini akan cepat mengembangkan
perekonomian umat di Indonesia maupun dunia,
Sejumlah konsep tentang bank wakaf memang masih dalam tataran penggodokan.
Namun, yang jelas, kegiatan bank wakaf berbeda dengan bank syariah, apalagi bank
konvensional meski dalam beberapa hal memiliki persamaan. Bank wakaf akan menghimpun
dana wakaf tunai tanpa mengembalikannya kepada para wakif. Bank wakaf kemudian
menyalurkan dana tersebut kepada yang membutuhkan pembiayaan produktif. Pada jangka
waktu yang telah ditentukan, peminjam mengembalikan dana wakaf tersebut dan bank wakaf
tidak perlu memberikan bagi hasil kepada wakif. Aset dan dana kelola yang bertumbuh dari
pembiayaan produktif ini akan membuat dana wakaf semakin berkembang dan dapat membantu
masyarakat lebih banyak dan lebih besar.
Ya, segala gerakan kebaikan yang ditujukan untuk membantu peningkatan kesejahteraan
masyarakat tentu harus disambut dan didukung. Terlepas apakah kelak KJKWI Indonesia itu
benar-benar akan berdiri di Lumajang, setidaknya semangat pemberdayaan umat dengan
menggalang kekuatan dari instrumen yang syari itu dapat tersebar luas. Badan Wakaf Indonesia
(BWI) sendiri menyatakan bahwa potensi wakaf tunai di Indonesia mencapai Rp 3 triliun per
tahun. Ditambah lagi dengan dana wakaf tunai global, maka bank wakaf internasional tentu
dapat menjadi kekuatan ekonomi dunia, terutama dalam membantu negara-negara miskin dan
terbelakang.
Sungguh, membicarakan dan mendirikan bank wakaf bukan mutlak mengemban
kepentingan masyarakat muslim. Jika wakaf bagi masyarakat muslim merupakan derma untuk
kesejahteraan dunia dan akhirat, maka wakaf bagi masyarakat nonmuslim dapat menjadi sarana
peningkatan kesejahteraan dengan membuka jalan bagi pemberian pelayanan kepada
kemanusiaan. Setidaknya bagi bagi bangsa Indonesia, instrumen wakaf telah menjadi bagian dari
sejarah di mana pesawat kenegaraan pertama Republik Indonesia adalah Pesawat Seulawah yang
merupakan wakaf dari rakyat Aceh.
Lebih jauh, saya berharap bank wakaf atau KJKWI Indonesia dapat benar-benar berdiri,
tidak hanya di Lumajang, di Tapal Kuda, di Jawa Timur, tapi juga di wilayah Indonesia lainnya.
Dengan rekam jejak Islamic Relief yang sukses menerbitkan sertifikat wakaf tunai dan pernah
berhasil menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 7.000 warga di Bosnia melalui program
Income Generation Waqf, kita berharap figur lembaga tersebut dapat hadir di sekitar kita untuk
menginspirasi untuk membantu mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat yang mungkin tak
semuanya mampu tersentuh oleh negara. Wallahualam bish showab.
*Dosen IAIN Jember; Sekjen DPW IAEI Besuki Raya
Top Related