Download - MAKALAH MENULAR BARU

Transcript
Page 1: MAKALAH MENULAR BARU

MAKALAH PEMBERANTASAN PENYAKIT

MENULAR MELALUI UDARA

(TBC)

Untuk memenuhi tugas Dasar Pemberantasan Penyakit

Disusun oleh:

FAJRIANA AYU .R (J 410080018)

YULI ASTUTI ( J410080020)

RETNO WULANDARI ( J 410080024)

MAFTUKHAH (J 410080025)

ARIFATUN NISAA (J 410080026)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2010

Page 2: MAKALAH MENULAR BARU

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

berkat dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah

Dasar Pemberatasan Penyakit dengan tema’’Pemberantasan Penyakit melalui Udara”

Makalah ini penulis susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar

Pemberantasan Penyakit. Makalah ini kami susun sedemikian rupa sehingga agar dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semuan khususnya bagi mahasiswa dan masyarakat pada

umumnya.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam

makalah ini.Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan dalam

penyusulan makalah ini.Serta tak lupa kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca

sekitarnya dapat membangun.Terima kasih

Surakarta, Maret 2010

Penulis

Page 3: MAKALAH MENULAR BARU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,

menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta

orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25%

dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan

95% penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi

HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena

TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO).

WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993

karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB.

Penyakit TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di

seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah

kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit

(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta

orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal

jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.Hasil

survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa

Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan

pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO

Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita

Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate

kira-kira 130 per 100.000 penduduk.

Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk

tiap tahun.Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus

meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua

menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat

menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.Kenyataan mengenai

penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada

Page 4: MAKALAH MENULAR BARU

sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC . Simak semua

informasi mengenai penyakit TBC, pengobatan TBC, Uji TBC dan Klasifikasi TBC,

Obat TBC dan pertanyaan seputar TBC yang ada di website ini. Penyakit yang

disebabkan oleh mikrobakterium ini merupakan penyebab utama kecacatan dan

kematian hampir di sebagian besar negara diseluruh dunia. Infeksi awal biasanya

berlangsung tanpa gejala; tes tuberkulin akan memberikan hasil yang positif 2 – 10

minggu kemudian. Lesi awal pada paru umumya akan sembuh dengan sendirinya

tanpa meninggalkan gejala sisa walaupun sangat jarang terjadi kalsifikasi pada

kelenjar limfe paru dan kelenjar limfe trakeobronkial. Hampir 90 – 95% mereka yang

mengalami infeksi awal akan memasuki fase laten dengan risiko terjadi reaktivasi

seumur hidup mereka. Pemberian kemoterapi preventif yang sempurna dapat

mengurangi risiko terjadinya TB klinis seumur hidup sebesar 95% dan kemoterapi

preventif ini sangat efektif pada penderita HIV/AIDS. Hanya 5% dari orang normal

dam 50% penderita HIV/AIDS yang terinfeksi TB akan berkembang menjadi TB paru

klinis atau menjadi TB ekstrapulmoner. Akibat serius infeksi TB awal lebih sering

terjadi pada bayi, dewasa muda dan pada orang dengan kelainan imunitas. TB

ekstrapulmoner lebih jarang terjadi dibandingkan dengan TB paru. Anak-anak dan

orang-orang dengan imunodefisiensi seperti halnya pada penderita HIV/AIDS lebih

mudah mendapatkan TB ekstrapulmoner, namun TB paru tetap merupakan bentuk

klinis yang menonjol dari infeksi TB di seluruh dunia. Infeksi TB dapat juga

menyerang organ-organ lain dalam tubuh manusia seperti kelenjar limfe, pleura,

perikardium, ginjal, tulang dan sendi, laring, telinga bagian tengah, kulit, usus,

peritonium dan mata. TB Paru progresif muncul dari reinfeksi eksogen atau muncul

dari reaktivasi endogen dari fokus laten infeksi primer. Penderita TB progresif jika

tidak diobati dengan benar akan meninggal dalam waktu lima tahun, rata-rata dalam

waktu 18 bulan. Status klinis ditentukan dengan ditemukannya basil TB dalam

sputum atau dari gambaran foto thorax. Gambaran densitas abnormal pada foto thorax

sebagai tanda adanya infiltrat pada paru, kavitasi dan fibrosis. Gambaran ini bisa

muncul sebelum timbul gejala klinis: lesu, demam, berkeringat dimalam hari, berat

badan turun, dapat muncul lebih awal. Sedangkan gejala lokal seperti batuk, sakit

dada, suara serak dan batuk darah menonjol pada stadium lanjut dari penyakit. Orang

dengan imunokompeten jika terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, M.

africanum atau M. bovis akan memberikan hasil tes tuberkulosis dengan reaksi

intermedier. Tes tuberkulosis menggunakan 5 IU International Standard of Purified

Page 5: MAKALAH MENULAR BARU

Protein Deriva Standard (PPD-S). Reaksi dikatakan positif jika muncul indurasi

dengan ukuran 5, 10 atau 15 mm tergantung pada tingkat pemajanan penyakit. Sekitar

10 – 20% penderita TB aktif tidak memberikan reaksi positif terhadap PPD. Dengan

demikian, tes tuberkulin yang hasilnya negatif tidak berarti bahwa seseorang tidak

menderita TB aktif. Hasil tes tuberulin dengan indurasi lebih dari 5 mm dianggap

positif untuk anggota rumah tangga atau mereka yang kontak dengan penderita TB

aktif. Sedangkan orang dengan gambaran foto thorax yang abnormal menandakan

penderita TB lama yang sudah sembuh atau mereka yang terinfeksi oleh HIV/AIDS,

sedangkan tes tuberkulin dengan diameter 10mm dianggap positif untuk orang-orang

dengan faktor risiko (diabetes mellitus, pecandu obat dan alkohol), orang-orang yang

tinggal didaerah prevalensi TB tinggi, orang-orang yang tinggal di daerah dengan

status sosial ekonomi rendah, penghuni dan staf suatu institusi seperti penjara dan

rumah tahanan serta untuk anak-anak usia dibawah 4 tahun. Sedangkan hasil tes

tuberkulin dengan diameter 15 mm atau lebih dianggap positif pada oang dewasa dan

anak-anak usia diatas 4 tahun yang tinggal didaerah dengan prevalensi TB rendah.

Tes tuberkulin terhadap penderita energi tidak dianjurkan walaupun untuk penderita

dengan risiko tinggi seperti penderita dengan infeksi HIV. Tes tuberkulin untuk

semua akan tidak lagi dilakukan di AS. Tes tuberkulin dilakukan segera terhadap

anak-anak yang diduga menderita TB aktif, terhadap mereka yang berkunjung

kedaerah endemis dan kontak penderita, terhadap migran dari daerah endemis.

Terhadap penderita penyakit kronis yang tidak bisa sembuh dan terhadap penderita

HIV/AIDS dilakukan tes tekulin setiap tahun. Terhadap anak-anak yang terpajan

dengan orang dengan risiko tinggi, tes tuberkulin dilakukan setiap 2 – 3 tahun. Tes

tuberkulin untuk anak usia 4 – 6 tahun dan usia 11 – 12 tahun dilakukan bila orang tua

mereka adalah imigran dari daerah endemis atau jika anak-anak tersebut tinggal

didaerah risiko tinggi. Kadang kala pada penderita TB terjadi hipersensitivitas

tertunda terhadap tes tuberkulin yang akan menghilang dengan berjalannya waktu.

Pada orang ini jika dilakukan tes tuberkulin, akan memberikan hasil yang negatif.

Namun dapat juga terjadi tes tuberkulin pertama yang dilakukan akan merangsang

tubuh untuk memberikan reaksi positif pada tes tuberkulin berikutnya. Reaksi

“boosted” ini sering disalah artikan sebagai infeksi baru. “Boosting” juga terjadi pada

orang yang mendapatkan vaksinasi BCG. Untuk membedakan reaksi “boosted” ini

dengan infeksi baru dilakukan tes tuberkulin dua tahap. Apabila tes pertama

dinyatakan negatif maka dilakukan tes tuberkulin yang kedua 1 – 3 minggu kemudian.

Page 6: MAKALAH MENULAR BARU

Hasil positif pada tes kedua kemungkinan karena reaksi “boosted”. Berdasarkan hasil

tes kedua, orang ini dianggap sebelumnya telah terinfeksi dan harus ditangani

sebagaimana mestinya dan tidak dianggap sebagai konversi hasil tes tuberkulin. Jika

tes kedua hasilnya juga negatif maka orang ini dianggap belum pernah terinfeks

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui cara pemberantasan penyakit melalui udara

b. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penggulangan penyakit TBC.

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari upaya pemberantasan TBC

Page 7: MAKALAH MENULAR BARU

BAB II

ISI

A. Definisi Tuberculosis ( TBC )

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang

sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih

sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.TBc

atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil

tahan asam disingkat BTA nama lengkapnya  Mycobacterium Tuberculosis.Walaupun

TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh ,namaun kuman ini paling sering

menyerang organ Paru.Infeksi Primer terjadi pada individu yang sebelumya belum 

memiliki kekebalan tubuh terhadap  M Tuberculosis.Basil TBC terhisap melalui

saluran pernapasan masuk kedalam paru ,kemudian basil masuk lagi ke saluran limfe

paru dan dari ini basil TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan

oleh basil tahan asam disingkat BTA nama lengkapnya  Mycobacterium Tuberculosis.

Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh ,namaun kuman ini paling

sering menyerang organ Paru. Infeksi Primer terjadi pada individu yang sebelumya

belum  memiliki kekebalan tubuh terhadap  M Tuberculosis.Basil TBC terhisap

melalui saluran pernapasan masuk kedalam paru ,kemudian basil masuk lagi ke

saluran limfe paru dan dari ini basil TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran

darah.Melalui aliran darah inilah basil TBC menyebar keberbagai Organ tubuh.

B. Penyebab Penyakit

Tubercolosis Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium

tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk

dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M.

tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa

Page 8: MAKALAH MENULAR BARU

kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering

dijumpai.

C. Cara Penularan

Secara teoritis seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB

didalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak

sempurna, dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama bertahun tahun. Tingkat

penularan sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut : - Jumlah basil TB yang

dikeluarkan - Virulensi dari basil TB - Terpajannya basil TB dengan sinar ultra violet

- Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi. -

Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada

waktu melakukan bronkoskopi. Pemberian OAT yang efektif mencegah terjadinya

penularan dalam beberapa minggu paling tidak dalam lingkungan rumah tangga.

Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular.

D. Pencegahan Penyakit

1). Temukan semua penderita TB dan berikan segera pengobatan yang tepat.

Sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita.

2). Sediakan fasilitas medis yang memadai seperti laboratorium dan alat rontgen agar

dapat melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak dan tersangka. Sediakan

juga fasilitas pengobatan terhadap penderita dan mereka dengan risiko tinggi

terinfeksi; sediakan fasilitas tempat tidur untuk mereka yang perlu mendapatkan

perawatan. Di daerah dengan indensi penyakit yang tinggi pemeriksaan spuntum baik

langsung secara mikroskopis maupun dengan kultur jika memungkinkan segera

dilakukan terhadap penderita yang datang memeriksakan diri di fasilitas kesehatan

karena adanya keluhan sakit didada. Biasanya hasil pemeriksaannya mempunyai nilai

diagnosis yang tinggi.

3). Beri penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-ara penularan dan cara-cara

pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini.

4). Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi risiko

terjadinya infeksi misalnya kepadatan hunian.

Page 9: MAKALAH MENULAR BARU

5). Program pemberantasa TB harus ada di seluruh fasilitas kesehatan dan difasilitas

dimana penderita HIV/penderita imunosupresi lainnya ditangani (seperti di Rumah

Sakit, tempat rehabilitasi, pemakai Napza, panti asuhan anak terlantar).

6). Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup

efektif untuk mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis.

E. Cara Pemberantasan

1). Hal yang paling utama adalah penyuluhan, tanpa dengan penyuluhan diberbagai

wilayah sehingga penderita penyakit akan memeriksakan diri secara sadar ke

puskesmas/ rumah sakit. Dan tanpa penyuluhan, orang tidak akan memahami seluk-

beluk penyakit dan cara pencegahan serta pengobatannya sehingga akan menghambat

upaya penaggulangan tbc. penyuluhan tersebut tidak perlu mengumpulkan banyak

orang, tetapi bisa dilakukan dengan menyebarkan brosur/ selebaran, bisa juga melalui

media cetak dan elektronik.

2). Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan penderita TB

atau yang diduga menderita TB. Penyakit TB wajib dilaporkan di AS dan hampir di

semua negara di dunia kelas 2A (lihat tentang pelaporan penyakit menular). Penderita

TB perlu dilaporkan jika hasil pemeriksaan bakteriologis hasilnya positif atau tes

tuberkulinnya positif atau didasarkan pada gambaran klinis dan foto rontgen.

Departemen Kesehatan mempertahankan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada

bagi penderita yang membutuhkan pengobatan dan aktif dalam kegiatan perencanaan

dan monitoring pengobatan.

3). Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan

dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum biasanya

terjadi dalam 4 – 8 minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit hanya

dilakukan terhadap penderita berat dan bagi penderita yang secara medis dan secara

sosial tidak bisa dirawat di rumah. Penderita TB paru dewasa dengan BTA positif

pada sputumnya harus ditempatkan dalam ruangan khusus dengan ventilasi

bertekanan negatif. Penderita diberitahu agar menutup mulut dan hidung setiap saat

batuk dan bersin. Orang yang memasuki ruang perawatan penderita hendaknya

mengenakan pelindung pernafasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran

submikron. Isolasi tidak perlu dilakukan bagi penderita yang hasil pemeriksaan

sputumnya negatif, bagi penderita yang tidak batuk dan bagi penderita yang

Page 10: MAKALAH MENULAR BARU

mendapatkan pengobatan yang adekuat (didasarkan juga pada pemeriksaan

sensitivitas/resistensi obat dan adanya respons yang baik terhadap pengobatan).

Penderita remaja harus diperlakukan seperti penderita dewasa. Penilaian terus

menerus harus dilakukan terhadap rejimen pengobatan yang diberikan kepada

penderita. Terapkan sistem DOPT apabila secara finansial dan logistik

memungkinkan dan diterapkan pada penderita yang kemungkinan mengalami

resistensi terhadap pengobatan, adanya riwayat compliance yang jelek, diberlakukan

juga terhadap mereka yang hidup dalam lingkungan dimana kalau terjadi relaps dapat

menularkan kepada banyak orang.

4). Investigasi kontak, sumber penularan dan sumber infeksi: Tes PPD

direkomendasikan untuk seluruh anggota keluarga bila ada kontak. Bila hasil negatif

harus diulang 2-3 bulan kemudian. Lakukan X-ray bila ada gejala yang positif.

Terapi preventif bila ada reaksi positif dan memiliki risiko tinggi terjadi TBC aktif

(terutama untuk anak usia 5 tahun atau lebih) dan mereka yang kontak dengan

penderita HIV (+), diberikan minimal sampai skin tes negatif. Sayang sekali di

negara berkembang penelusuran kontak didasarkan hanya pada pemeriksaan sputum

pada orang yang memiliki gejala-gejala TBC.

5). Memutus rantai penularan. Penemuan penderita dan pengobatan hingga tuntas

akan membantu memutus rantai penularan dan mengurangi penyebarannya. jika

pengobatan trhadap penderita tbc tidak sempurna/ terputus ditengah jalan, maka si

penderita justru akan menjadi resisten terhadap berbagai obat dan akhirnya

memerlukan biaya sangat tinggi untuk mengobatinya.

6). Sejak tahun 1996 upaya penanggulangan dan pemberantasan tbc dilakukan

dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcoursechemotherapy).

Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif

dalam pengobatan TBC di AS dan telah direkomendasikan untuk diberlakukan di AS.

Pengawasan minum obat ini di AS disebut dengan sistem DOPT, sedangkan

Indonesia sebagai negara anggota WHO telah mengadopsi dan mengadaptasi sistem

yang sama yang disebut DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Penderita

TBC hendaknya diberikan OAT kombinasi yang tepat dengan pemeriksaan sputum

yang teratur. Untuk penderita yang belum resisten terhadap OAT diberikan regimen

selama 6 bulan yang terdiri dari isoniazid (INH), Rifampin (RIF) dan pyrazinamide

(PZA) selama 2 bulan kemudia diikuti dengan INH dan PZA selama 4 bulan.

Pengobatan inisial dengan 4 macam obat termasuk etambutol (EMB) dan streptomisin

Page 11: MAKALAH MENULAR BARU

diberikan jika infeksi TB terjadi didaerah dengan peningkatan prevalensi resistensi

terhadap INH. Namun bila telah dilakukan tes sensititvitas maka harus diberikan obat

yang sesuai. Jika tidak ada konversi sputum setelah 2-3 bulan pengobatan atau

menjadi positif setelah beberapa kali negatif atau respons klinis terhadap pengobatan

tidak baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kepatuhan minum obat dan tes

resistensi. Kegagalan pengobatan umumnya karena tidak teraturnya minum obat dan

tidak perlu merubah regimen pengobatan. Perubahan Supervisi dilakukan bila tidak

ada perubahan respons klinis penderita. Minimal 2 macam obat dimana bekteri tidak

resisten harus ada dalam regiemen pengobatan. Jangan sampai menambahkan satu

jenis obat baru pada kasus yang gagal. Jika INH atau rifampisin tidak dapat

dimasukkan kedalam regimen maka lamanya pengobatan minimal selama 18 bulan

setelah biakan menjadi negatif. Untuk penderita baru TBC paru dengan BTA (+) di

negara berkembang, WHO merekomendasikan pemberian 4 macam obat setiap

harinya selama 2 bulan yang teridiri atas RIF, INH, EMB, PZA diikuti dengan

pemberian INH dan RIF 3 kali seminggu selama 4 bulan. Semua pengobatan harus

diawasi secara langsung, jika pada pengobatan fase kedua tidak dapat dilakukan

pengawasan langsung maka diberikan pengobatan substitusi dengan INH dan EMB

selama 6 bulan. Walaupun pengobatan jangka pendek dengan 4 macam obat lebih

mahal daripada pengobatan dengan jumlah obat yang lebih sedikit dengan jangka

waktu pengobatan 12- 18 bulan namun pengobatan jangka pendek lebih efektif

dengan komplians yang lebih baik. Penderita TBC pada anak-anak diobati dengan

regimen yang sama dengan dewasa dengan sedikit modifikasi. Kasus resistensi pada

anak umumnya karena tertular dari penderita dewasa yang sudah resisten terlebih

dahulu.Anak dengan limfadenopati hilus hanya diberikan INH dan RIF selama 6

bulan. Pengobatan anak-anak dengan TBC milier, meningitis, TBC tulang/sendi

minimal selama 9-12 bulan, beberapa ahli menganjurkan pengobatan cukup selama 9

bulan. Etambutol tidak direkomendasikan untuk diberikan pada anak sampai anak

cukup besar sehingga dapat dilakukan pemeriksaan buta warna (biasanya usia > 5

tahun). Penderita TBC pada anak dengan keadaan yang mengancam jiwa harus

diberikan pengobatan inisial dengan regimen dengan 4 macam obat. Streptomisin

tidak boleh diberikan selama hamil. Semua obat kadang-kadang dapat menimbulkan

reaksi efek samping yang berat. Operasi toraks kadang diperlukan biasanya pada

kasus MDR.

7). Pengadaan program pemberantasan TB paru diberbagai wilayah.

Page 12: MAKALAH MENULAR BARU

F. Hambatan

Kendala yg paling utama dlm pemberantasan TB adalah kekebalan M.tuberculosis

terhadap obat. Kendala yg lain antara lain:

1. Masih belum adanya komitmen di semua pihak untuk melaksanakan program

pemberantasan TB.Sarana prasarana cukup memadai, tetapi kurang didukung oleh

semua pihak (LSM, tokoh masyarakat,tokoh agama) dalam rangka menyebar luaskan

program TB pada masyarakat.

2. Masyarakat banyak yg belum tahu dan mengerti apa itu TB.

3. Masyarakat jangan hanya sekedar menjadi obyek, Masyarakat juga harus dijadikan

subyek agar mereka sadar pentingnya kesehatan.

4. Adanya stigmatisasi buruk terhadap pasien.Stugma masyarakat membuat mereka

bersembunyi supaya penyakit tetap tidak diketahui. Ini harus dihilangkan karena jika

tidak, si penderita akan menularkan ke orang lain yg lebih banyak

5. Akses pasien terhadap pengobatan.Jauhnya pusat pengobatan (puskesmas,rs, dll)

dari rumah penderita hingga penderita memutuskan hanya dirawat di rumah saja.

6. Banyak pasien yg gagal menuntaskan pengobatan dan angka kejadian penyakit

semakin tinggi.Adanya obat gratis TB dari pemerintah kurang disosialisasikan pada

masyarakat.Saat 2 minggu menerima pengobatan mereka merasa cukup membaik dan

menghentikan pengobatan padahal sebenarnya itu belum sembuh total. Penderita yg

belum menuntaskan pengobatan masih mengandung Mycobacterium Tuberculosis yg

bisa menyebar kemana-mana melalui udara dan menularkan ke orang lain yg kondisi

tubuhnya tidak prima.

Page 13: MAKALAH MENULAR BARU

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan:

TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian

Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis.

Hambatan dari pemberantasan TBC

1. Masih belum adanya komitmen di semua pihak untuk melaksanakan program

pemberantasan TB.

2. Masyarakat banyak yg belum tahu dan mengerti apa itu TB.

3. Masyarakat jangan hanya sekedar menjadi obyek, Masyarakat juga harus

dijadikan subyek agar mereka sadar pentingnya kesehatan.

4. Adanya stigmatisasi buruk terhadap pasien.

5. Akses pasien terhadap pengobatan.

6. Banyak pasien yg gagal menuntaskan pengobatan dan angka kejadian penyakit

semakin tinggi.

Page 15: MAKALAH MENULAR BARU