NEGERI-NEGERI YANG DIBERKAHI DALAM AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Fayyadhah Al-Mazaya
11140340000022
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
i
ABSTRAK
Fayyadhah Al-Mazaya. Neger-Negeri yang Diberkahi dalam Al-Qur’an,
2018.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapat ulama tafsir
mengenai karakteristik negeri-negeri yang diberkahi dalam al-Qur’an,
sebagaimana yang tertuang dalam al-Qur’an surah Ali Imran/3: 96; Al-Isra’/17:1;
Al-Anbiya’/21:71 dan 81; Al-A’raf/7: 96 dan 137. Dalam ayat ini, para mufassir
menafsirkan bahwa negeri-negeri yang diberkahi itu ialah yang berada di Mekkah
dan Syam. Negeri itu diberkahi lantaran do’a dan pengharapan penduduknya,
bahkan harapan para Rasul yang diutus akan kemakmuran penduduknya di masa
depan. Negeri itu diberkahi karena menjadi situs suci dalam sejarah agama dan
para Nabinya. Elemen-elemen keberkahan begitu banyak terekam dalam
gambaran yang diberikan al-Qur’an terhadap kisah-kisah masa lalu terkait negeri-
negeri yang disinggahi para Nabi yang begitu banyak mendapat limpahan
anugerah dan rahmat Allah yang tercurah kepada penduduknya. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode tematik, dengan cara menghimpun ayat-ayat yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa negeri-negeri yang diberkahi
tersebut, selain dapat dilihat dari banyaknya para Nabi yang diutus di sana, negeri-
negeri tersebut dianugerahi dengan sumber daya alam yang sangat kaya. Para
ulama tafsir pun menjelaskan negeri-negeri yang diberkahi tersebut dengan
kenyamanan dan hasil buminya yang subur, keberkahan dalam bentuk
penghidupan para penduduk yang berupa mata pencaharian, makanan, hingga
tanaman dan ladang mereka, serta buah-buahan dan dengan aliran sungai-
sungainya. Hal ini selaras dengan realita masa kini, terlepas dari konflik
kemanusiaan yang terjadi di beberapa negeri tersebut.
Kata kunci: Negeri, Berkah, Mekkah, Syam
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين والصالة والسالم على أشرف والمرسلين وعلى اله وصحبه أجمعين. امابعد. األنبياء
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt., yang
selalu mencurahkan segala nikmat kesehatan, kesempatan, kesabaran, keberkahan
dalam hidup ini. Tanpa rahmat-Nya, manusia akan terombang-ambing dalam
kesesatan. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah Saw., sang
pembawa risalah, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Selanjutnya, penulis sudah sepatutnya menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si, Bapak Prof. Dr.
Abdul Hamid, MS, Bapak Prof. Dr. Yusron Razak, M.Si, dan Bapak Prof. Dr.
Murodi, MA, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Bidang Administrasi,
Bidang Kemahasiswaan, dan Bidang Kerjasama.
Ucapan terima kasih juga sepatutnya penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag selaku dekan, Bapak Dr. M. Ikhsan Tanggok,
M.Si, Bapak Dr. Bustamin, SE, MM, dan Bapak Dr. M. Suryadinata, M.Ag selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Bidang Administrasi Umum dan Bidang
Kemahasiswaan Alumni dan Kerjasama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih penulis juga ucapkan kepada Ibu Dr. Lilik Ummi
Kaltsum, MA dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku ketua jurusan Ilmu
al-Qur’an dan Tafsir serta sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir atas segala
ilmu, petunjuk serta arahannya selama berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
iii
Untuk pembimbing penulis, Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA, terima
kasih banyak atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing penulis dan
teman-teman seperjuangan, khususnya. Semoga Allah selalu mencurahkan nikmat
kesehatan kepada ibu. Terima kasih banyak kepada Bapak Moh. Anwar
Syarifuddin, MA., yang telah meluangkan waktunya untuk men-sharing ilmu dan
pengetahuannya. Terima kasih untuk sahabat yang tetap menemani dikala suka
dan duka, terima kasih banyak atas semua bantuan, doa, dan dukungannya.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pembimbing akademik Bapak Dr. Ahzami Samiun Jazuli, MA, dan
dosen-dosen di jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang telah banyak berbagi ilmu,
motivasi, dukungan serta masukan spiritual kepada penulis, sehingga penulis bisa
sampai pada tahap ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan tahun angkatan 2014. Semoga Allah Swt., membalas segala
kebaikannya dengan pahala yang setimpal. Aamiin Allahumma Aamiin
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga
khususnya kepada Ayah, Bunda dan adik-adik yang selalu mendoakan, dan
mendukung setiap keputusan hingga penelitian ini selesai. Terima kasih banyak.
Terakhir, semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umum,
khususnya bagi penulis sendiri.
والسالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته
Ciputat, 27 September 2018
Fayyadhah Al-Mazaya
11140340000022
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi yang sesuai dengan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara
latin:
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts te dan es ث
j Je ج
ë h dengan titik bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
ê es dengan titik di bawah ص
v
ý de dengan titik di bawah ض
ţ te dengan titik di bawah ط
ẓ zet dengan titik di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f ef ؼ
q ki ؽ
k ka ؾ
l el ؿ
m em ـ
n en ف
w we ك
h ha ق
apostrof ˈ ء
y ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagian berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a Fatëah
i Kasrah
vi
u Ýammah
Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي ai a dan i
ك au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Katerangan
â a dengan topi di atas ى ا
î i dengan topi di atas ى ي
ù u dengan topi di atas ىػ و
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-
dìwân bukan ad- dìwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
vii
huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضركرة) tidak ditulisah ad-darùrah
melainkan al-ýarùrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbùţah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbùtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal ini sama juga berlaku jika
ta marbutah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbutah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ţarîqah طريقة 1
al-Jâmî’ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2
waëdat al-Wujùd كحدة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),
antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat,
nama bulan, nama diri, dan lain-lain. jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama
diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abù Hâmid
al-Ghazâlî bukan Abù Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu
ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
viii
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin
al-Raniri, tidak Nùr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
ت اذ dzahaba al-ustâdzu ذ ه ب األس
ر ثػ ب ت األج tsabata al-ajru
al-ëarakah al-‘aêriyyah احلر ك ة الع ص ر ية
أل اهللأش ه د أف ال إ ل ه إ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
Maulânâ Malik al-Ëâlië م و ال ن ا م ل ك الصال ح
yu’atstsirukum Allâh يػ ؤ ث ر ك م اهلل
al-maẓâhir al-‘aqliyyah املظ اه ر الع قل ية
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri
mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak
perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nùr Khâlis
Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rùm; Fazlur Rahman, bukan
Fadl al-Rahmân.
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
a. Latar belakang masalah ........................................................................................... 1
b. Identifikasi masalah ................................................................................................ 5
c. Pembatasan dan perumusan masalah ...................................................................... 5
d. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................................................ 6
e. Tinjauan kepustakaan .............................................................................................. 6
f. Metodologi penelitian ............................................................................................. 8
g. Sistematika penulisan .............................................................................................. 10
BAB II DISKURSUS KEBERKAHAN NEGERI .......................................................... 11
a. Negeri dalam al-Qur’an .......................................................................................... 11
b. Berkah dalam al-Qur’an .......................................................................................... 14
c. Derivasi kata berkah dalam al-Qur’an .................................................................... 18
d. Objek-objek yang mendapatkan keberkahan .......................................................... 23
BAB III TAFSIR KEBERKAHAN SUATU NEGERI DAN REALITASNYA .......... 45
a. Ka’bah-Masjid al-Haram-Makkah (QS. Ali Imran ayat 96) ............................ 45
a) Pendapat Ulama Tafsir ...................................................................................... 46
b) Pendekatan Geografis ....................................................................................... 52
c) Pendekatan Historis .......................................................................................... 54
d) Fakta-fakta yang memperkuat adanya keberkahan ........................................... 61
b. Wilayah Syam (QS. Al-Isra’ ayat 1; Al-Anbiya’ ayat 71 dan 81; Al;-
A’raf ayat 96 dan 137; dan Saba’ ayat 18) ......................................................... 65
x
a) Pendapat Ulama Tafsir ...................................................................................... 66
b) Pendekatan Geografis ....................................................................................... 84
c) Pendekatan Historis .......................................................................................... 88
d) Fakta-fakta yang memperkuat adanya keberkahan ........................................... 89
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 96
a. Kesimpulan ............................................................................................................. 96
b. Saran ....................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, penguasaan teknologi menjadi prestise
dan indikator kemajuan suatu negara. Negara maju ialah negara-negara
industri yang telah mampu ataupun berhasil dalam berbagai bidang.
Negara maju ditandai dengan adanya corak ekonomi pasar atau negara
yang bercorak ekonomi kapitalis. Negara dikatakan maju jika memiliki
tingkat penguasaan teknologi tinggi (high technology).1 Negara-negara
tersebut di antaranya ialah Finlandia, Amerika Serikat, Jepang, Swedia,
Korea Selatan, Belanda, Inggris, Singapura, dan lain sebagainya.2 Negara-
negara yang berjaya ini menjadi adikuasa (powerful), kaya raya
(prosperous), dan berprestise (prestigious) karena bermodalkan teknologi.
Teknologi merupakan symbol kemajuan.3
Menurut sumber lain, negara maju diwakili oleh empat negara,
yaitu: Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jerman. Salah seorang tokoh
yang bernama De Blij mengemukakan tujuh indikator untuk menentukan
negera yang maju dan negara yang berkembang. Yaitu, dengan melihat
Pendapatan Nasional Perkapita (Gross National Product/GNP); struktur
mata pencaharian dari angkatan kerja; produktifitas per-tenaga kerja;
penggunaan energy per-orang; fasilitas transportasi dan komunikasi;
penggunaan metal yang telah diolah; dan penduduk melek huruf dan lain
sebagainya.4 Tapi apakah selaras pendapat tersebut dengan apa yang
digambarkan oleh al-Qur‟an mengenai keberkahan terhadap sebuah
negeri?
1 http://www.sekolahpendidikan.com/ yang diakses pada hari Selasa, 19 Desember 2017.
2 http://top10newsworld.blogspot.com/2012/11/10 yang diakses pada hari Selasa, 19
Desember 2017.
3 Muhammad Ngafifi, Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial Budaya, (Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Volume 2, Nomor 1,
2014), h. 34
4Susilawati, Regional Negara Maju dan Negara Berkembang, diunduh melalui
file.upi.edu/dual-modes/bahan-belajar-mandiri, diakses pada hari Selasa, 19 Desember 2017.
2
Kemajuan dan keberkahan adalah istilah yang mungkin bagi
masyarakat pada umumnya tidak bisa menemukan perbedaan di antara
keduanya. Bisa dikategorikan kemajuan jika telah mencapai taraf
perkembangan teknologi, aspek hidup manusia, baik fisik (misalnya
bangunan, jalan), maupun non fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya,
maupun iptek).5 Hal-hal tersebut menjadi tolok ukur agar mendapatkan
predikat sebagai negara maju. Akan tetapi, keberkahan itu sendiri memiliki
arti kebaikan berlimpah yang diberikan Allah pada siapa yang
dikehendaki-Nya. Keberkahan yang merupakan pemberian dari Allah
tersebut dapat berupa materi dan non materi. Sesuatu dapat memiliki
keberkahan jika sesuatu itu bisa mendatangkan manfaat.
Sebuah keberkahan tentunya akan banyak dipengaruhi oleh
berbagai keadaan dan situasi. Diantaranya, keadaan dan karakter
masyarakat suatu bangsa, keadaan masyarakat itu sendiri dan juga karakter
manusia itu sendiri sebagai anak bangsa. Oleh karena itu, sebuah negara
akan mendapatkan posisi keberkahan secara totalitas jika memang secara
utuh melakukan kebijakan yang sesuai dengan pedoman atau arahan yang
telah Allah tetapkan dan tidak dapat berubah ataupun tergantikan. Tidak di
sangkal jika suatu bangsa yang bukan mayoritas muslim mendapatkan
keberkahan dari Allah, karena bangsa tersebut melangkah dengan tata
kelola bangsanya dengan membawa nila-nilai ketuhanan, seperti
kebijakan, keadilan, kehormatan, dan lain-lain. Yang jelas mereka secara
totalitas berjalan dalam rule of law sehingga mencerminkan kearifan dari
tujuan diciptakannya manusia oleh Allah.
Al-Qur‟an diturunkan Allah kepada umat manusia sebagai
hudan li al-nâs6 yang selalu relevan sepanjang masa, kitab yang
diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju terang
benderang.7 Relevansi kitab suci ini terlihat pada petunjuk-petunjuk
yang diberikannya kepada umat manusia dalam semua aspek
kehidupan. Al-Qur‟an adalah eksistensi yang menyerupai alam semesta
5 https://brainly.co.id/tugas yang diakses hari Rabu, 20 Desember 2017.
6 QS. Al-Baqarah [2]: 2.
7 QS. Ibrahim [14]: 1.
3
dan segala benda yang terdapat di dalamnya, yang berisi semua elemen
eksistensi yang universal, yang berhubungan dengan dunia tempat kita
hidup.8
Selain peradaban saat ini yang sangat maju, sejarah peradaban
manusia tercatat beberapa kerajaan kuno dan bangsa yang sudah maju dan
mempunyai dinasti-dinasti yang dibentuk oleh penguasa zamannya. Di
antaranya adalah bangsa Mesir, Yunani, Persia, India, dan China.9
Khususnya yang telah disebutkan dalam al-Qur‟an, di antaranya adalah
Mesir kuno. Dikisahkan, Mesir adalah sebuah negeri yang memiliki
dataran yang subur, sehingga memberikan kesempatan bagi masyarakat
untuk mengembangkan pertanian, menjadikannya sebagai contoh pusat
masyarakat yang mutakhir, sehingga menjadi landasan bagi sejarah
peradaban manusia. Sepanjang sejarahnya, imperium Mesir kuno dipimpin
oleh 31 Dinasti di bawah raja-raja yang dikenal dengan Fir‟aun. Dalam al-
Qur‟an surah al-Qaêaê ayat 4, Allah menggambarkan Fir‟aun sebagai figur
manusia yang terpesona dengan kekuasaan sehingga ia tidak mampu
melihat kebenaran. Kemudian dalam Q.S. al-A‟râf ayat 132, mereka
mengingkari kebenaran yang dibawa Nabi Musa dan menolak untuk
beriman. Sehingga dalam Q.S. al-A‟râf ayat 130, Allah menghukum
Fir‟aun dan kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang
dan berkurangnya hasil panen buah-buahan. Selain musim kemarau, dalam
Q.S. al-A‟râf ayat 133, Allah juga mengirimkan kepada mereka angin
topan, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai bukti jelas, tetapi mereka
tetap menyombongkan diri dan angkuh serta tidak mau mengakui
kebenaran risalah agama yang dibawa Nabi Musa. Sehingga dalam Q.S.
Yunus ayat 90, Allah subhânahu wa ta’âla menenggelamkan Fir‟aun dan
8 Muhammad Chirzin, Permata al-Qur’an (Yogyakarta: Qirtas, 2003), h. v.
9 Lajnah Pentafsiran Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, Al-Qur’an dan Kenegaraan (Tafsir Al-Qur’an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 27.
4
bala tentaranya di Laut Merah. Saat itu baru mereka tersadar dan
mengakui kebenaran dan keesaan Allah.10
Selain kisah kerajaan Mesir yang disebutkan dalam al-Qur‟an, ada
kisah kerajaan lain lagi yang mendulang kesuksesan dan kemajuan yang
menjadikan ia sebagai salah satu role dari kerajaan-kerajaan sesudahnya
yaitu, kerajaan Saba‟ yang pusat pemerintahannya di kota Ma‟arib11
.12
Orang-orang Saba‟ hidup dari 750 hingga 115 SM. Mereka dikenal
sebagai masyarakat damai yang maju dalam bidang perdagangan dan juga
teknik. Banyak karya-karya arsitektur yang menakjubkan pada masanya.
Kotanya menjadi titik temu berbagai rute perjalanan dagang yang
menghubungkan negeri-negeri penghasil wewangian dengan pelabuhan-
pelabuhan di Mediterania, terutama Gazza.13
Dalam Q.S Saba‟ ayat 15-17,
Allah menggambarkan negeri Saba‟ adalah negeri yang subur dan penuh
kemakmuran. Sehingga negeri ini menjadi “negara model” dengan
ungkapan “baldatun tayyibatun warabbun gafur” (negara makmur dan
mendapatkan pengampunan dari Tuhan). Namun karena mereka ingkar
atas nikmat yang telah Allah berikan, sehingga Allah menurunkan azab
bagi mereka, berupa banjir besar yang meluluhlantahkan bendungan
mereka. Akibat peristiwa tersebut, maka runtuhlah Kerajaan Saba‟.14
10
Lajnah Pentafsiran Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, Al-Qur’an dan Kenegaraan (Tafsir Al-Qur’an Tematik) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 27-30.
11
Diberi nama dengan Saddu Ma’arib (Bendungan Ma‟arib). Bendungan ini besar sekali
manfaatnya, dapat menampung air hujan yang turun selama tiga bulan dalam setahun dan dapat
mengairi kebun-kebun den tanaman-tanaman, sehingga memberikan kesuburan dan kemakmuran
bagi negeri Yaman.
12
Kerajaan saba‟ adalah kerajaan selatan yang disebutkan dalam Perjanjian Lama dan Al-
Qur‟an. Lokasi actual kerajaan ini masih diperdebatkan antara Arab selat an dan Tanduk Afrika,
kerajaan ini mungkin bisa berada di Ethiopia saat ini atau Yaman saat ini, atau bahkan keduanya.
Dalam Injil disebutkan bahwa Tanah Saba berada di sebelah selatan Najran di daerah Yaman.
13
Philip K. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: Serambi, 2014), h. 67 yang
diterjemahkan dari History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present (New York:
Palgrave Macmillan, 2002).
14
Lajnah Pentafsiran Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, Al-Qur’an dan Kenegaraan (Tafsir Al-Qur’an Tematik), h. 31.
5
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pemikiran di atas maka permasalahan yang
dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Berkah dipahami dengan sesuatu yang tumbuh dan berkembang. Bisa
juga diartikan dengan kebahagiaan atau kenikmatan yang bersumber
dari Allah Swt. Di dalam al-Qur‟an terdapat 32 kata berkah dan
berbagai derivasinya. Di antara 32 kata berkah tersebut disematkan
pada orang atau Nabi, tempat atau negeri, kitab suci, pohon, malam,
dan air.
2. Salah satu objek keberkahan tersendiri adalah keberkahan pada suatu
negeri. Yang tertuang dalam Al-Qur‟an surah „Alu-Imran ayat 96; al-
Isra‟ ayat 1; al-Anbiya‟ ayat 71 dan 81; al-A‟raf ayat 96 dan 137; dan
Saba‟ ayat 18.
3. Negeri-negeri yang mendapatkan keberkahan tersebut, menurut ulama
tafsir adalah negeri Makkah, dan Syam, yang dewasa ini dikenal
dengan beberapa wilayah yaitu Palestina, Suriah, Jordan dan Lebanon.
4. Relevansi kata berkah yang disematkan pada suatu negeri dengan
realita saat ini.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada penelitian ini, penulis akan membatasi masalah yang hendak
dibahas. Penelitian ini hanya berpaku pada 7 ayat yang membahas
mengenai negeri para nabi yang mendapatkan keberkahan. Alasan
pembatasan pembahasan hanya pada 7 ayat tersebut dikarenakan negeri-
negeri tersebut menjadi tempat lahir, diutus dan dimakamkan para Nabi.
Ayat-ayat tersebut diantaranya terdapat dalam al-Qur‟an surah Ali Imran
ayat 96; Al-Isra‟ ayat 1; al-Anbiya‟ ayat 71 dan 81; al-A‟raf ayat 96 dan
137; dan Saba‟ ayat 18. Untuk kitab-kitab tafsir sendiri, penulis tidak
mengkhususkan kitab-kitab tafsir apa saja yang digunakan dalam
memahami ayat-ayat yang akan dibahas. Selagi tafsir yang digunakan
dikenal akan kredibilitasnya, maka penulis akan menggunakannya. Tafsir
negeri yang diberkahi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang di
dalamnya memuat pengertian dan pemaknaan berkah, objek-objek apa saja
6
yang disematkan kata berkah dan pelajaran apa yang dapat diambil.
Kemudian bagaimana pandangan ulama mengenai negeri yang
mendapatkan keberkahan tersebut dan fakta realitas saat ini.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah
adalah:
Bagaimana karakteristik negeri-negeri para nabi yang diberkahi
dalam al-Qur‟an?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah,
1. Untuk mengetahui makna negeri dalam al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui makna berkah dalam al-Qur‟an.
3. Untuk mengetahui karakteristik negeri yang diberkahi.
4. Untuk mengetahui apakah keberkahan pada suatu negeri tersebut tetap
berlangsung atau berangsur hilang.
Adapun kegunanaan dari penelitian ini adalah, secara teoritis
berguna untuk menambah khazanah keilmuan, sebagai tolak ukur dalam
bertindak dan memutuskan sebuah perkara yang berkaitan dengan
kemashlahatan umat, dan pastinya dapat memberikan sumbangsih
pemikiran khususnya pada jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Kepustakaan
Kajian tentang berkah telah banyak terutama dalam bentuk buku-
buku. Akan tetapi, konsep negeri yang diberkahi dalam al-Qur‟an belum
banyak yang mengkaji. Di antara buku-buku yang membahas kaitannya
dengan tema adalah buku berjudul Tabarruk Memburu Berkah Sepanjang
Masa15
karya Nashir al-Juda‟i. Buku ini adalah buku terjemah yang berisi
tentang hal-hal yang diberkahi oleh Allah meliputi kitab al-Qur‟an yang
diberkahi, tempat-tempat yang diberkahi, waktu-waktu yang diberkahi dan
seterusnya baik diulas menurut al-Qur‟an maupun as-Sunnah. Selain itu,
15
Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Juda‟I, Tabarruk Memburu Berkah
Sepanjang Masa Terj. Ahmad Yunus (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2009).
7
buku ini juga mengulas tentang larangan ber-tabarruk dengan jasad,
benda-benda peninggalan, tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya.
Fokus buku ini berbeda dengan yang akan penulis kaji. Penulis lebih
menfokuskan pada konsep negeri yang diberkahi dalam al-Qur‟an.
Ada juga buku yang membahas seperti buku di atas yang berjudul
Tabarruk Ceraplah Berkah (Energi Positif) dari Nabi & Orang Saleh16
karya Shobah Ali Al-Bayani. Buku ini adalah buku terjemah yang berisi
menyerap berkah (tabarruk), sejarah tabarruk, para sahabat dan tabi‟in
bertabarruk kepada peninggalan Nabi Saw, tabarruk kepada tempat shalat
Rasulullah, tabarruk kepada sahabat dan orang-orang saleh, hingga
pendapat beberapa ulama perihal tabarruk. Penulis memasukkan buku ini
kedalam kajian pustaka dikarenakan dalam satu bab di buku ini membahas
mengenai berkah dan penggunaan kata berkah dalam al-Qur‟an. Akan
tetapi, penulis belum menemukan kajian focus mengenai konsep negeri
yang diberkahi dalam al-Qur‟an yang menjadi tema kajian penulis.
Selain literatur buku, adapula karya berupa skripsi berjudul Relasi
Rahmah dan Berkah dalam Al-Qur’an17
karya Uswatun Hasanah. Skripsi
ini menggunakan metode tematik (Maudhu’i) untuk menemukan relasi
rahmah dan berkah dalam al-Qur‟an yang dijelaskan mulai dari ayat-ayat
yang menjelaskan tentang rahmah dan berkah, kemudian bagaimana
hubungan antara rahmah dan berkah, sampai pada urgensi rahmah dan
berkah Allah bagi kehidupan.
Lalu, ada karya skripsi lain yang berjudul Berkah Dalam Perspektif
Al-Qur’an Kajian Tentang Objek Yang Mendapat Keberkahan18
karya
Ahmad Kusaeri. Skripsi ini juga menggunakan metode tematik
(Maudhu’i) untuk mengetahui Bagaimana pandangan al-Qur‟an tentang
berkah.
16
Shobah Ali Al-Bayani, Tabarruk Ceraplah Berkah (Energi Positif) dari Nabi dan
Orang Saleh Terj. Abdul Halim (Depok: Pustaka IIMaN, 2008).
17
Uswatun Hasanah, “Relasi Rahmah dan Berkah dalam Al-Qur‟an”. Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2016.
18
Ahmad Kusaeri, “Berkah Dalam Perspektif Al-Qur‟an Kajian Tentang Obejk Yang
Mendapat Keberkahan”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Studi Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
8
Kemudian, selain buku dan skripsi, adapula karya berupa jurnal
berjudul Konsep Berkah (Barakah) dalam Perspektif Qur’an dan Hadits
serta Implementasinya dalam Pendidikan19
karya Burhanuddin. Isi jurnal
ini lebih menekankan hakekat dan konsep berkah secara umum dengan
menggunakan al-Qur‟an dan Hadits sebagai penjelas gambaran mengenai
berkah serta implementasinya terhadap pendidikan, seperti adab dan etika
yang harus dimiliki penuntut ilmu dan adab atau etika yang harus dimiliki
pendidik. Sedangkan penulis lebih cenderung fokus terhadap konsep dari
negeri yang diberkahi dalam al-Qur‟an.
Selanjutnya ada jurnal yang berjudul Keberkahan Al-Aqsha
Perspektif Hermeneutika Schleiermacher20
karya Abdul Fatah. Isi jurnal
lebih menekankan pembahasan keberkahan surah al-Isra‟/17: 1 dengan
menggunakan metode hermeneutika Schleiermacher.
F. Metodologi Penelitian
Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode yang sesuai dengan
objek yang dikaji. Metode berfungsi sebagai cara mengajarkan sesuatu
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan tersebut.
Di samping itu, metode merupakan cara bertindak supaya penelitian
berjalan terarah, efektif dan bisa mencapai hasil yang memuaskan. Adapun
metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Penelitian skripsi ini termasuk dalam kategori penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
yang bersumber dari data-data dan informasi mengenai tema
pembahasan.
2. Sumber Data
Data primer diperoleh dari kitab suci al-Qur‟an dan kitab-
kitab tafsir yang dipercaya kredibilitasnya seputar ayat-ayat tentang
19 Burhanuddin, “Konsep Berkah (Barakah) dalam Perspektif Qur’an dan Hadits serta
Implementasinya dalam Pendidikan”. Jurnal Al-Ta‟dlib Volume 6 No. 2, edisi Januari 2017.
20 Abdul Fatah, “Keberkahan Al-Aqsha Perspekif Hermeneutika Schleiermacher”. Jurnal
Penelitian UIN Walisongo Malang. Vol. 14, No. 1 2017, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/320731422 pada 4 Mei 2018.
9
berkah, dan data sekunder diperoleh dari kitab, buku dan rujukan lain
yang masih terkait dengan materi yang sedang dibahas.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan
menggunakan metode kepustakaan (library research). Yaitu dengan
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
menjadi objek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-
buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-
sumber lain.21
4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Untuk menggunakan metode yang tepat pada judul “Negeri-
negeri yang Diberkahi dalam al-Qur‟an” ialah dengan menggunakan
metode tematik (Maudhu’i) yaitu membahas satu judul tertentu secara
mendalam dan tuntas, sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang dapat
dijadikan pegangan.
Adapun langkah-langkah dalam metode tafsir Maudhu‟I22
adalah:
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
c. Menyusun runtutan ayat dengan masa turunnya.
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-
masing.
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits yang relevan dengan pokok
bahasan.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama.
Meskipun metode tafsir Maudhu‟I yang menjadi dasar
pendekatan dalam studi ini, namun dalam menganalisis masalah,
pendekatan lain pun turut berperan, seperti yang telah disebut di atas.
21 http://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-kepustakaan.html, diakses pada
19 September 2018.
22
Abdul Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah Fi At-Tafsir Al-Maudhu’i: Dirasah Manhajiyyah
Maudhu’iyyah (Mesir: Maktabah Jumhuriyyah, tk), terj. Rosihon Anwar, Metode Tafsir Maudhu’I
dan Cara Penerapannya (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51-52
10
Semua ilmu bantu yang dapat memperjelas pembahasan sepanjang
pendekatan itu masih relevan dengan masalah yang dibahas.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan merupakan rangkaian pembahasan
yang termuat dalam isi skripsi. Agar pembahasan ini terarah dan tidak
mengakar kemana-mana, maka penulis perlu membatasi sistematika
pembahasan dari tema di atas sebagai berikut:
Bab pertama, berupa pendahuluan, dalam bab ini berisi latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan. Bab ini menjadi kerangka acuan pertama dalam
membahas tahapan selanjutnya mengenai keberkahan suatu negeri.
Bab kedua, kerangka pembahasan yang sudah disusun pada
bab pertama, maka di bab kedua kerangka tersebut dijelaskan satu persatu
yaitu berupa pengertian negeri dan berkah dalam al-Qur‟an, derivasi kata
berkah dalam al-Qur‟an, dan hal-hal yang disifatkan dengan keberkahan
dan cara perolehannya.
Bab ketiga, kerangka pembahasan yang sudah dijelaskan di
bab kedua, maka di bab ketiga pembahasan tersebut dibatasi mengenai
negeri yang mendapatkan keberkahan saja, yaitu berupa Ka‟bah dan
Mekkah perspektif geografis-historis-pendapat ulama tafsir dan realita
masa kini, dan Syam perspektif georafis-historis-pendapat ulama tafsir dan
realita masa kini.
Bab keempat, bab terakhir berupa penutup, dalam bab ini
berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan ditulis dalam bentuk rangkuman
singkat, jelas, dan informatif.
11
BAB II
DISKURSUS KEBERKAHAN NEGERI
Pada pembahasan kali ini, penulis akan membahas mengenai apa yang
dimaksud dengan kata negeri dan berkah, bagaimana pendapat para ahli bahasa
dan ulama mengenai negeri dan berkah itu sendiri. Kemudian, kata-kata apa saja
yang berkaitan dengan term berkah. Ada banyak hal yang akan tersingkap dalam
pembahasan berkah ini, terutama yang berkaitan dengan negeri para nabi yang
mendapatkan keberkahan.
A. Negeri dalam al-Qur’an
Kata negeri jika dirujuk kepada term yang digunakan dalam al-
Qur‟an, terdapat beberapa kata yang setara antara lain al-balad dan al-
qoryah.
Secara bahasa kata al-balad berasal dari kata ( لد-ب لد ب لودا-ي ب ) yang
berarti diam pada suatu negeri.1
Al-Baladu atau al-Baldatu adalah setiap tempat atau satuan
wilayah yang tertentu baik dibawah suatu kekuasaan pemerintahan atau
tidak, kosong ataupun berpenghuni. Al-Balad min al-Ardhi adalah
termasuk tempat tinggal hewan-hewan walaupun di dalam wilayah
tersebut tidak terdapat satu bangunan pun. Bentuk plural dari al-Balad
adalah bilâd (بالد) dan buldân (بلدان). Ada ahli bahasa Arab yang
membedakan antara al-Balad dengan al-baldatu. Al-Balad adalah satuan
wilayah yang luas yang terdiri dari beberapa baldan. Negeri Iraq dan
Syam adalah contoh al-Balad. Sementara bagian dari wilayah tersebut
seperti Basrah dan Damaskus adalah al-Baldahnya.2
1 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 71.
2 Muhammad bin Mukrim Jamaluddin Ibn Mandhur, Lisan al-„Arab, vol. 3, (Beirut: Daar
Shadir, cet. 3, 1414H), h. 94.
12
Al-Ashfahânî mendefinisikan negara atau al-balad (البلد) sebagai
tempat atau territorial yang ditetapkan batas-batasanya secara jelas, yang
dikenal karena domisili penduduknya yang menetap di wilayah tersebut.3
Adapun qaryah (قرية) yang bentuk jamaknya al-qura (القرى) berasal
dari kata qariya ( قرى-يقري-قري ) yang tersusun dari huruf qaf, ra‟, dan
huruf mu‟tal ashlun sahih yang menunjukkan arti sekumpulan atau
gabungan (juma‟in) dan berkumpul atau berhimpun (ijtimaa‟). Disebut
qaryah karena berkumpul dan berhimpun dan berkumpulnya manusia di
tempat tersebut.4
Qaryah adalah wilayah yang dijadikan tempat berkumpulnya
manusia.5
Qaryah bentuk pluralnya adalah quran (ق رى) dan qaryâtun (قريات)
dapat diartikan sebagai (1) tempat berkumpulnya suatu populasi penduduk
yang berada di suatu wilayah yang lebih kecil dari kota (madinah), (2)
setiap tempat yang saling menyatu dengan bangunan-bangunan dan
dijadikan sebagai pemukiman dan menjadi bagian dari wilayah madinah.6
Selain dua istilah negeri dalam al-Qur‟an seperti yang telah
disebutkan di atas, ada beberapa istilah lain yang disebutkan dalam al-
Qur‟an di antaranya; ad-dâr (الدار) atau ad-diyâr (الديار). Al-Aêfahânî
menjelaskan bahwa ad-dâr (الدار) adalah tempat tinggal, kemudian
mengalami perluasan makna menjadi al-baldah atau negara.7
3 Ar-Râgib al-Ashfahânî, Mu‟jam Mufradât Alfâz Al-Qur‟ân, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t), h.
57.
4 Ahmad bin Faaris al-Razy, Mu‟jam Maqaayis al-Lughah, vol. 5, ed. Abd al-Salam
Muhammad Haarun, (Beirut: Daar al-Fikr, 1399 H/1979 M), h. 78.
5 Muhammad bin al-Qasim Abu Bakar al-Anbary, al-Zaahir fi Ma‟aani Kalimaat al-
Naas, vol. 2, ed. Haatim Shalih al-Dhamin (Beirut: Muassasah al-Risalah cet. 1, 1412 H/1992 M),
h. 100.
6 Ahmad Mukhtar abd al-Hamid „Umar, Mu‟jam al-Lughah al-„Arabiyah al-Mu‟ashirah,
vol. 3, (Beirut: „Alam al-Kutub, cet. 1, 1429 H/2008 M), h. 1808.
7 Ar-Râgib al-Aêfahânî, Mu‟jam Mufradât Alfâz Al-Qur‟ân, h. 175-176.
13
Dalam literature fikih politik seperti yang disebutkan dalam Al-
Qur‟an dan Kenegaraan (Tafsir Al-Qur‟an Tematik) menjelaskan bahwa
ada beberapa konsep tentang ad-dâr (الدار) seperti dâru al-ëarb (داراحلرب),
negara yang menyatakan perang kepada kaum muslim; dâru al-salâm
األمن) negara yang damai; dan dâru al-amn ,(دارالسالم) negara yang ,(دار
aman.8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia negeri diartikan dengan: 1)
tanah tempat tinggal suatu bangsa, 2) kampung halaman; tempat kelahiran,
3) negara; pemerintahan, dan 4) nagari. Di Indonesia sendiri, kata negeri
sendiri sering dipahami sebagai negara. Sehingga negeri atau negara dapat
diartikan sebagai suatu wilayah atau tanah tempat tinggal, yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat baik
dalam cakupan politik, militer, ekonomi, sosial, maupun budayanya.9
Jadi, dari sekian kata dalam bahasa Arab yang merujuk pada kata
negeri, penulis mengambil kesimpulan bahwa negara/negeri adalah setiap
tempat atau satuan wilayah yang menjadi tempat berkumpulnya penduduk,
yang berada dibawah suatu kekuasaan pemerintahan ataupun tidak, kosong
atau pun berpenghuni. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, pemahaman
kata negeri cenderung berbeda. Yang membedakannya adalah, jika dalam
bahasa Arab—kata negeri diartikan sebagai suatu wilayah, baik itu di
bawah pemerintahan atau pun tidak, kosong atau pun berpenghuni. Akan
tetap dalam bahasa Indonesia, dikatakan negeri atau negara apabila suatu
wilayah atau tempat tinggal—pemerintah berada pada kekuasaan yang
tertinggi.
B. Berkah dalam al-Qur’an
8 Ar-Râgib al-Aêfahânî, Mu‟jam Mufradât Alfâz Al-Qur‟ân, h. 176, yang dikutip dalam
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan Kenegaraan (Tafsir Al-Qur‟an Tematik),
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2011), h. 48.
9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. 3 cet. 4
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 777-778.
14
Secara bahasa berkah berasal dari kata –رك ب روكا-ي ب كب ر yang berarti
menderum10
, berlutut (unta).11
Mahmud Yunus dalam kamusnya
menjelaskan kata )بارك)ب رك sebagai memberi berkat.12
Kata berkah dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa Arab yaitu al-Barakah (الربكة). Al-Barakah (الربكة) sendiri berasal
dari kata dasar Baraka yang berarti bertambah dan berkembang ( الزيادة
ظاهرا) namun tidak terindera secara kongrit (والنماء باحلس يوجد ال حيث .(من
Al-Barakah juga merupakan derivate (isytiqaaq) dari al-buruuq (الربوق)
yang bermakna melekat (اللزوم) dan tetap (الثبوت) karena selalu ada dalam
sesuatu. Sesuatu dikatakan berkah apabila kebaikan ilahiyah (khair
ilahiyyun) melekat dan tetap dimiliki olehnya.13
Dalam konteks ungkapan
hadis Nabi SAW, kata barakah seperti yang terdapat dalam lafal “وباركعلى
د دوعلىالمم bermakna “tetapkanlah dan langgengkan apa yang telah ”مم
Engkau berikan kepadanya berupa kemuliaan dan kehormatan” (atsbit
lahu wa adim maa a‟thaitahu min al-tasyrif wa al-karamah).14
Al-Barakah
juga bermakna kebahagiaan (al-Sa‟adah). Al-Barakah juga dimaknai
10 Derum, mederum: berlutut dengan kedua kaki depan atau dengan keempat kakinya,
lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia.
11
Syarifuddin Anwar, Kamus Al-Misbah Arab-Indonesia (Jakarta: Bina Iman, t.t), h. 53.
12
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h. 55.
13
Abu Hilal al-Hasan bin Abdillah al-Askary, Mu‟jam al-Furuq al-Lughawiyah (Qurn:
Muassasah al-Nasyr al-Islamy, cet. 1, 1412 H), h. 96.
14
Majd al-diin Abu al-Sa‟adaat Ibn al-Atsir, al-Nihayah fi Gharib al-Hadiith wa al-Atsar,
vol. 1 (Beirut: al-Maktabah al-„Ilmiyah, 1399H/1979 M), h. 120.
15
dengan banyak secara kuantitas dalam semua jenis kebaikan ( كل يف الكثرة
.(خي15
Ahmad Warson Munawwir juga menjelaskan kata الب ركة sebagai
عمة عادة ;الن ;الس والزيادةالنماء yaitu bertambah; kebahagiaan; dan
kenikmatan.16
Kata barakah juga diartikan sebagai “suatu keagungan”.17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkah atau berkat adalah
“karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia; do‟a restu
dan pengaruh baik (yang mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan)
dari orang-orang yang dihormati atau dianggap suci seperti orang tua,
guru, pemuka agama; dan mendatangkan kebaikan serta manfaat.”18
Berkah atau barakah juga diartikan sebagai sebuah kelebihan yang
merupakan karunia Tuhan.19
Kata berkah dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Blessing,
“In religion, a blessing is the infusion of something with holiness, spiritual
redemption, or divine will.”20
Dalam agama, berkah adalah bertambahnya
sesuatu yang suci, yang menenangkan jiwa, atau yang datang dari
kehendak Tuhan.
Dalam Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, Berkah juga diartikan
sebagai bantuan, berkat, hidayah, inayat, karunia, kebahagiaan, pangestu,
pertolongan, dan rahmat.21
15 Menurut al-Farra‟ dalam menafsirkan al-Qur‟an surat Hud ayat 73. Demikian pula
pendapat Abu Manshur. Lihat, Muhammad bin Ahmad al-Azhari al-Harawi Abu Mashur, Tahdziib
al-Lughah, vol. 10, (Beirut: Daar Ihya‟ al-Turats al-„Araby, cet. 1, 2001 M), h. 131.
16
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 78.
17
Totok Jumanto dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2005),
h. 21.
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, cet. 1 (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 108.
19
Mohamad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia (Semarang: Dahara Prize,
1990), h. 54.
20
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Blessing yang diakses pada hari Minggu, 6 Mei 2018.
21
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan,
2009), h. 83.
16
Al-Aêfahânî menjelaskan kata al-Barakah sebagai tsubut al-khair
al-Ilahi fi asy-Sya‟I (يء الش يف لي ال الي tetapnya kebaikan Tuhan=ث ب وت
pada sesuatu).22
Az-Zajjaj berkata, makna al-Barakah adalah al-katsrah (banyak)
dari segala bentuk kebaikan.23
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin menjelaskan bukunya
Kamus Ilmu Tasawuf bahwa barakah adalah karunia dan energy spiritual
yang dianugerahkan oleh Allah, yang mengaliri segala sesuatu, tetapi
paling kuat dalam diri manusia. Barakah dapat ditemukan di dalam diri
seseorang, tempat dan dalam segala sesuatu.24
Oxford Student‟s Dictionary Of English menjelaskan kata berkah
atau blessing adalah suatu hal yang membuat kita bersyukur atau sesuatu
yang membawa kebahagiaan; berkah juga diartikan sebagai bentuk
persetujuan atau dukungan; dan bantuan serta perlindungan dari Tuhan.25
Dalam First Encyclopaedia Of Islam, menjelaskan berkah; baraka
atau blessing diartikan sebagai kasih sayang Tuhan yang dapat
mendatangkan keberuntungan, khususnya menyembuhkan penyakit dan
kelemahan, tidak hanya bersumber dari Tuhan tapi juga dari orang-orang
suci dan benda-benda yang mempunyai kekuatan untuk menghasilkan
keberkahan. Secara batin, berkah memunculkan ketenangan. Secara fisik,
berkah memunculkan kebahagiaan. Hal itu terjadi karena nikmat dari
Allah terus ditambah dan terus tumbuh dalam batin.26
Ibn al-Qayyim rahimahullâh, menyebutkan bahwa, keberkahan
yang Allah berikan itu bersifat: (1) terus-menerus, (2) bermanfaat dan
22 Al-Raghib al-Ashfahâni, Mu‟jam Mufradat al-Faẓa al-Qur‟an (Beirut: Dar al-Kutb al-
„Ilmiyah, 2004), h. 54.
23
Lih. Ma‟ani Al-Qur‟an (2/262) yang dikutip dalam Imam Al Qurthubi, Al Jami‟ li
Ahkam Al Qur‟an terj. Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Rana Mengala jild. 13, h. 4.
24 Totok Jumanto dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, h. 21.
25
Oxford Fajar, Oxford Student‟s Dictionary Of English (Shah Alam: Oxford Fajar Sdn.
Bhd., 2001), h. 66.
26
The Encyclopaedia of Islam. A Dictionary of the Geography, Ethnography and
Biography of the Muhammadan Peoples (Leiden: E.J. Brill, 1913-1936), h. 654.
17
terpuji, (3) mulia dan suci. Dan segala kebaikan datang darinya dan
memberkahi siapa yang ia kehendaki dari pada hamba-Nya.27
Dari berbagai macam pendapat para ahli bahasa mengenai kata
berkah atau barakah, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan berkah atau barakah adalah sesuatu yang suci (suatu
keagungan), yang menenangkan jiwa; yang mendatangkan kebahagiaan,
kemanfaatan, dan kenikmatan; yang merupakan bentuk persetujuan atau
dukungan dan bantuan serta perlindungan; kasih sayang yang
mendatangkan keberuntungan; yang sifatnya bertambah, berkembang,
melekat dan tetap; yang semua itu merupakan kebaikan ilahiyah atau yang
bersumber dari Allah Swt.
Selain kata keberkahan, penulis akan sedikit menyinggung kata
kemajuan. Kemajuan suatu negara ditandai dengan adanya corak ekonomi
pasar atau negara yang yang bercorak ekonomi kapitalis. Negara dikatakan
maju jika memiliki tingkat penguasaan teknologi tinggi (high
technology).28
Salah seorang tokoh yang bernama De Blij mengemukakan
tujuh indikator untuk menentukan negera yang maju dan negara yang
berkembang. Yaitu, dengan melihat Pendapatan Nasional Perkapita (Gross
National Product/GNP); struktur mata pencaharian dari angkatan kerja;
produktifitas per-tenaga kerja; penggunaan energy per-orang; fasilitas
transportasi dan komunikasi; penggunaan metal yang telah diolah; dan
penduduk melek huruf dan lain sebagainya.29
Kemajuan dan keberkahan adalah istilah yang mungkin bagi
masyarakat pada umumnya tidak bisa menemukan perbedaan di antara
keduanya. Bisa dikategorikan kemajuan jika telah mencapai taraf
perkembangan teknologi, aspek hidup manusia, baik fisik (misalnya
bangunan, jalan), maupun non fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya,
maupun iptek).30
Hal-hal tersebut menjadi tolok ukur agar mendapatkan
27 Sa‟id bin „Ali bin Wahf al-Qahthani, „Aqidah al-Muslim fi Dhaui al-Kitabu wa al-
Sunnatu (Riyadh: Mathba‟atun Safiir, t.t), vol. 2, h. 753.
28
http://www.sekolahpendidikan.com/ yang diakses pada hari Selasa, 19 Desember 2017.
29
Susilawati, Regional Negara Maju dan Negara Berkembang, diunduh melalui
file.upi.edu/dual-modes/bahan-belajar-mandiri, diakses pada hari Selasa, 19 Desember 2017.
30 https://brainly.co.id/tugas yang diakses hari Rabu, 20 Desember 2017.
18
predikat sebagai negara maju. Akan tetapi, keberkahan itu sendiri
memiliki arti kebaikan berlimpah yang diberikan Allah pada siapa yang
dikehendaki-Nya. Keberkahan yang merupakan pemberian dari Allah
tersebut dapat berupa materi dan non materi. Sesuatu dapat memiliki
keberkahan jika sesuatu itu bisa mendatangkan manfaat.
C. Derivasi kata Berkah dalam al-Qur’an
Dalam al-Mu‟jam al-Mufahras li al-fâẓi al-Qur‟ân al-Karîm
disebutkan 9 derivasi yang merupakan perubahan dari tiga bentuk kata
berkah atau Baraka yang terulang sebanyak 32 kali dalam al-Qur‟an,
diantaranya adalah Bâraka; bâraknâ; bùrika; tabâraka; barakâtin;
barakâtuhu; mubârakun; mubârakan; dan mubârakatan.31
Term Nama
Surat Ayat Makna Term
بارك
باركنا
بورك
Fuêêilat
/41: 10
Kata بارك dan ب ورك
merupakan kalimat aktif
dan pasif. Kata “baraka”
menunjukkan bahwa
Allah Swt., memberkahi
bumi ini sejak pertama
kali diciptakan.
Sedangkan pada kalimat
pasif “burika” ialah
berkenaan dengan Nabi
Musa as., dan malaikat-
malaikat yang hadir
ketika Nabi Musa as.
menerima wahyu di
gunung Thur Sina. Selain
itu, redaksi “barakna”
(kami memberkahi), 1
kali merujuk pada
manusia yaitu Nabi
Ibrahim as., yang
dianugerahi keturunan
Al-
A‟râf/7:
137
Al-
Isrâ‟/17
: 1
Al-
Anbiyâ‟
/21: 71
31 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi‟, al-Mu‟jam al-Mufahros li al-faẓ al-Qur‟ân al-Karim
(Istanbul: al-Maktabah al-Islamiyyah, 1984), h. 118.
19
Al-
Anbiyâ‟
/21: 81
yang banyak dan menjadi
Rasul, terutama Rasul
pembawa tiga agama
samawi, Islam, Yahudi
dan Nasrani, serta 5 kali
mengacu pada suatu
lokasi. Sabâ‟/3
4: 18
Aê-
Ëâffât/3
7: 113
An-
Naml/2
7: 8
ت بارك
Al-
A‟râf/7:
54
Pada term “tabaraka” ini
menjelaskan bahwa suatu
keberkahan itu tidak ada
yang memberikannya
kecuali Allah Swt. dan
tidak disandarkan kecuali
kepadaNya. Pada ayat al-
Qur‟an yang menyebut
kata “tabaraka”
bermaksud untuk
mengingatkan kita semua
akan limpahan kebaikan
yang dianugerahkan oleh
Allah Swt. Diantaranya
berupa anugerah langit
dan bumi; pergantian
siang dan malam;
beredarnya matahari,
bulan dan bintang-
bintang secara teratur,
penciptaan manusia yang
dimulai dari sperma
hingga menjadi bentuk
sempurna, yakni makhluk
yang terdiri dari daging
dan tulang. Kemudian
Al-
Mu‟min
ûn/23:
14
Al-
Furqân/
25: 1
Al-
Furqân/
25: 10
Al-
Furqân/
25: 61
Al-
Mu‟min
/40: 64
20
menjelaskan bahwa kitab
suci al-Qur‟an sebagai al-
Furqon, yaitu pemandu
manusia dalam menilai
mana yang benar dan
mana yang salah. Lalu
menjelaskan anugerah
surga dengan berbagai
isisnya yang
diperuntukkan bagi Nabi
Muhammad Saw., dan
umat beliau. Ada gugusan
bintang, sinar matahari
dan sinar rembulan yang
begitu bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Bumi
sebagai tempat tinggal;
langit yang meneduhkan;
fisik yang sempurna; dan
rezeki yang baik adalah
„garis besar‟ keberkahan
ilahi yang dianugerahkan
kepada manusia.
Penguasaan langit dan
bumi, serta misteri
datangnya hari kiamat
yang hanya diketahui
oleh Allah Swt. semata.
Berbagai kenikmatan
disurga yang dijelaskan
secara detail dalam surah
ar-Rahman ayat 46-78
yang diperuntukkan bagi
orang yang bertakwa
kepada Allah Swt. Allah
Swt., Maha Kuasa atas
segala sesuatu, termasuk
menciptakan kehidupan
dan kematian sebagai
media untuk menentukan
siapa yang paling
berkualitas amal
perbuatannya.
Al-
Zukhruf
/43: 85
Ar-
Raëmân
/55: 78
Al-
Mulk/6
7: 1
21
Dalam bentuk
tabaarakallahi (اهلل ,(تبارك
diartikan dengan irtafa‟a
(tinggi, naik). Tabaaraka
juga sinonim dengan kata
ta‟alaa (bertambah
tinggi) dan ta‟azhama
(bertambah agung).
Menurut al-Laits dalam
menafsirkan (اهلل (ت بارك
artinya pemuliaan
(tamjiid) dan
pengagungan (ta‟dziim).32
Penggunaan kata barakah
pada term (اهلل untuk (تبارك
menjelaskan bahwa suatu
keberkahan itu tidak ada
yang memberikannya
kecuali Allah Swt. Dan
tidak di sandarkan kecuali
kepada-Nya.33
)بركة(
ب ركت
ب ركاته
Al-
A‟râf/7:
96
Kata barakah dalam
bentuk jamak (barakatin)
disebutkan sebanyak 3
kali. Banyak keberkahan
dari langit dan bumi,
namun menuntut
prasyarat suatu komunitas
harus bersikap iman dan
takwa, serta menjauhkan
diri dari sikap menipu.
Banyak keberkahan yang
diberikan kepada Nabi
Nuh as., dan makhluk-
makhluk yang
Hûd/11
: 48
Hûd/11
: 73
32 Ibn Mandhur, Lisan al-„Arab, vol. 10, h. 395-396.
33
Sa‟id bin „Ali bin Wahf al-Qahthani, „Aqidah al-Muslim fi Dhaui al-Kitabu wa al-
Sunnatu (Riyadh: Mathba‟atun Safiir, t.t), vol. 2, h. 753.
22
diselamatkan dari banjir
besar, serta banyak
keberkahan
dianugerahkan kepada
anak-cucu Nabi Ibrahim
as.
)مبارك(
مبارك
مبارك
مباركة
Al-
An‟âm/
6: 92
Al-Qur‟an menyebut kata
„mubarakun‟ sebanyak 4
kali, dan seluruhnya
mengacu pada al-Qur‟an
sebagai kitab suci yang
penuh berkah.
Kata Mubarakan
adakalanya mengacu
pada suatu tempat, dalam
hal ini adalah Ka‟bah;
mengacu kepada Nabi
„Isa AS yang
keberadaannya membawa
berkah di manapun beliau
berada; perintah Allah
SWT agar Nabi Nuh AS
berdo‟a ditempatkan di
tempat yang penuh
berkah seusai banjir
besar; dan air hujan yang
akhirnya dapat
menumbuhkan berbagai
jenis tanaman yang dapat
dipanen.
Kata Mubarakatan
mengacu pada pohon
zaitun yang minyaknya
pada zaman dulu banyak
dimanfaatkan sebagai
bahan bakar lampu;
mengucapakan salam
ketika masuk rumah,
meskipun rumahnya
sendiri dan tanpa ada
Al-
An‟âm/
6: 155
Al-
Anbiyâ‟
/21: 50
Ëâd/38:
29
Âli
„Imrân/
3: 96
Marya
m/19:
31
Al-
Mu‟min
ûn/23:
29
Qâf/50:
9
Al-
Nûr/24:
35
23
seorang pun, akan tetap
mendatangkan
keberkahan dalam bentuk
pahala yang agung atas
setiap salam yang
diucapkan; batang pohon
yang tumbuh di tempat
Nabi Musa as.,
mendapatkan wahyu dari
Allah Swt.; dan malam
diturunkannya al-Qur‟an
yaitu malam Lailatul
Qadr. Malam tersebut
diberkahi karena
mengandung banyak
rahmat dan waktu
mustajabah untuk
berdo‟a.34
Al-
Nûr/24:
61
Al-
Qaêaê/2
8: 30
Al-
Dukhân
/44: 3
D. Objek-Objek yang Mendapatkan Keberkahan
Kata “berkah” dengan berbagai macam variasinya bisa dijumpai
dalam al-Qur‟an untuk menunjukkan keistimewaan yang diberikan kepada
seseorang, tempat, atau waktu tertentu dengan suatu macam keberkahan.
34 Rosidin, Berkah dalam Perspektif al-Qur‟an dan Hadis. Dialog Ilmu yang diakses pada
30 Agustus 2018 dari http://www.dialogilmu.com/2017/10/berkah-dalam-bingkai-al-qur‟an-dan-
hadis.html.
24
Keberkahan dilimpahkan karena sebab-sebab yang ditentukan oleh Allah
Swt. berdasarkan kebijaksanaan-Nya.
1. Orang-orang yang diberkahi
Orang-orang yang disemati kata berkah di dalam al-Qur‟an
antara lain:
a. Nabi Nuh as. dan para pengikut setianya, yaitu dalam firman-
Nya:
Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan
penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang
mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. dan ada (pula)
umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam
kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang
pedih dari kami."35
Dalam al-Qur‟an surah Hud ini, ada banyak pelajaran yang
dapat penulis ambil, diantaranya adalah, Jangan menyembah
selain Allah; Meyakini Nabi yang diutus sebagai pemberi
peringatan yang nyata; beriman kepada Allah; dan
memperlihatkan kepada kita bahwa kuasa Allah meliputi segala
sesuatu.
Tujuan dari pemaparan kisah Nabi Nuh dan para
pengikutnya ini adalah untuk menjelaskan bawah orang-orang
kafir yang menentang Nabi Nuh, termasuknya anaknya dam
isterinya, akan tenggelam.
b. Nabi Isa as., yaitu dalam firman-Nya:
35 QS. Hûd [11]: 48.
25
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”36
Ayat “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di
mana saja aku berada..” menjelaskan bahwa Nabi Isa as.
mendapatkan keberkahan (diberkati), bermanfaat bagi agama,
mengajak kepada agama dan mengajarkannya. At-Tustari
mengatakan yang dikutip al-Qurthubi dalam tafsirnya, yakni
“Dan menjadikanku sebagai orang yang memerintahkan
kebajikan, mencegah kemungkaran, menunjukkan yang sesat,
menolong yang teraniaya dan membantu yang menderita.” Hal
itu dijelaskan dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh
Qatadah, “Diceritakan kepada kami, bahwa Isa as. dilihat oleh
seorang wanita sedang menghidupkan orang-orang yang telah
mati, menyembuhkan yang buta dan berpenyakit lepra dalam
semua tanda-tandanya. Lalu wanita itu berkata,
„Keberuntunganlah bagi wanita yang telah mengandungmu dan
menyusuimu.‟ Lalu Isa as. mengatakan kepadanya,
„Keberuntunganlah bagi yang membaca Kitabullah Ta‟ala dan
mengikuti apa yang terkandung di dalamnya serta
mengamalkannya.”37
Kisah mengenai keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Isa
as. di atas merupakan bentuk dari keberkahan yang Allah
limpahkan kepadanya. Hal itu selaras dengan penjelasan
Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya, yaitu ketika Maryam as.
mendengar tuduhan dari kaumnya bahwa ia telah melakukan
sesuatu yang munkar. Kemudian berkatalah Nabi Isa as. yang
ketika itu masih bayi, “Sesungguhnya aku adalah Hamba
Allah, Dia telah memberiku al-Kitab dan Dia telah menjadikan
aku seorang Nabi. Dan Dia telah menjadikan aku seorang
yang diberkahi di mana pun aku berada, dan Dia mewasiatiku
36 QS. Maryam [19]: 31.
37
Imam al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkaam al-Qur‟an terj. Akhmad Khatib, jild. 11
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 275-280.
26
melaksanakan shalat dan zakat selama aku hidup.” Ayat Dan
Dia telah menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana pun
aku berada menjelaskan bahwa di mana pun Nabi Isa as.
berada, ia akan selalu di anugerahi beraneka macam
keberkahan. Shihab sendiri berpandangan bahwa keberkahan
yang di dapatkan oleh Nabi Isa as. berupa,
“Aneka macam manfaat yang diperoleh manusia dari
kehadiran beliau, baik dengan penyembuhan-penyembuhan
yang terjadi atas izin Allah melalu beliau, maupun dengan
ajaran dan tuntunan-tuntunan yang beliau sampaikan.
Keberkahan itu, tidak terbatas pada tempat-tempat tertentu,
misalnya hanya pada tempat-tempat peribadatan, tetapi di
mana pun beliau berada sebagaimana yang dipahami dari
pernyataan beliau aina maa kuntu/ di mana pun aku
berada.”38
c. Nabi Musa as., dalam firman-Nya:
“Maka tatkala Dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia:
"Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api
itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. dan Maha suci
Allah, Tuhan semesta alam".39
Ayat di atas bermula menjelaskan mengenai kisah
perjalanan Nabi Musa as. dan keluarganya pada suatu malam
dari Madyan menuju Mesir. Pada saat itu, ia melihat api—yang
hanya dilihat olehnya saja. Lalu ia menandatangi ke tempat
sumber api tersebut. Kemudian ia mendengar namanya
dipanggil dan ia diperintahkan untuk menanggalkan kedua alas
38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 5, h. 180
39
QS. An-Naml [27]: 8.
27
kakinya, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur‟an surah Thaha
ayat 11-12,
“Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai
Musa. Sesungguhnya aku Inilah Tuhanmu, Maka
tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya kamu
berada dilembah yang Suci, Thuwa.”
Keterkaitan antara surah An-Naml ayat 8 dan surah Thaaha
ayat 12 adalah dalam menjelaskan hubungan dari tempat api
yang dilihat oleh Nabi Musa as. yang membuat orang-orang
yang berada di sekitar api tersebut mendapatkan keberkahan
dengan diperintahkannya Nabi Musa as. untuk menanggalkan
kedua alas kakinya.
Pada ayat di atas jelas sekali menggambarkan bahwa ada
kejadian supernatural tentang bagaimana Musa as. mendengar
dan menerima panggilan tersebut. Hal itu dijelaskan oleh
Quraish Shihab dalam tafsirnya, yaitu kata (نودى) nuudiya/ ia
dipanggil menggambarkan bahwa pada mulanya Nabi Musa as.
sama sekali tidak menduga bahwa ada yang memanggil
namanya di tempat itu. Sayyid Quthb menjelaskan bahwa Nabi
Musa as. dipanggil dengan cara tertentu dan menerimanya
dengan cara tertentu pula.40
Bagaimana pun itu terjadi, kita
tidak dapat mengetahuinya karena hal itu adalah urusan Allah
dan kita hanya wajib mempercayai terjadinya saja. Karena
semua yang terjadi diluar batas kemampuan manusia untuk
memahami dan menggambarkannya.
Kemudian ayat maka tanggalkanlah kedua alas kakimu
dengan jelas menggambarkan bahwa tempat tersebut
40 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, vol. 8,
h. 281
28
merupakan tempat yang suci. Hal tersebut telah jelas Allah
gambarkan Bahwa telah diberkati siapa yang berada di dekat
api dan siapa saja yang berada di sekitarnya. Kata ( كبور )
buurika pada ayat tadi menjelaskan bahwa telah dilimpahkan
oleh Allah aneka kebajikan bagi siapa yang berada di sekitar
tempat itu. Ada juga yang berpendapat bahwa penggalan ayat
ini berarti ucapan salam dari Allah kepada Nabi Musa as.
Keberkahan tersebut ditekankan di sini pada “siapa”,
sebagaimana dipahami dari kata man bukan pada “apa” yang
ada di tempat itu.41
Kesucian dan keberkahan tempat tersebut telah Allah
jelaskan dalam al-Qur‟an surah Thaha ayat 12 yang telah
penulis cantumkan di atas. Kata (طوى) thuwaa berarti melipat.
Ada yang memahami bahwa penamaan lembah suci itu dengan
lembah thuwaa dikarenakan lembah tersebut merupakan tempat
Nabi Musa as. mendengar firman Allah. Lembah tersebut
memiliki kesucian berganda, karena sesuatu yang dilipat adalah
sesuatu yang dijadikan dua atau berganda. Kesucian yang
disandang oleh lembah suci itulah yang mengundang perintah
menanggalkan kedua alas kaki, sedang kesucian itu lahir
karena di sanalah tempat kedekatan ke hadirat Ilahi.42
Penanggalan alas kaki merupakan salah satu bentuk
penghormatan kepada Allah swt., dan dari sini pula dianjurkan
untuk melakukan hal serupa di tempat-tempat suci seperti di
dalam masjid, Ka‟bah dan lain-lain.
Kisah Nabi Musa as., di atas juga Allah lukiskan dalam al-
Qur‟an surah al-Qashash ayat 30,
41 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, vol.
10, h. 184.
42
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, vol. 8,
h. 281.
29
“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah Dia
dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada
tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, Yaitu: "Ya
Musa, Sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.”
d. Keluarga Nabi Ibrahim as., dalam firman-Nya:
Sebelum menjelaskan mengenai keberkahan yang
didapatkan oleh Nabi Ibrahim as., dan istrinya, berikut penulis
cantumkan ayat sebelumnya,
“Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, Apakah aku
akan melahirkan anak Padahal aku adalah seorang
perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam Keadaan yang
sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang
sangat aneh."
Ayat di atas bermula menjelaskan mengenai kisah
kedatangan para malaikat yang di telah di utus untuk kaum
Nabi Luth as., yang mendatangi rumah Nabi Ibrahim as.
Kedatangan para malaikat tersebut membawa sebuah kabar
gembira untuk Nabi Ibrahim dan Istrinya, Sarah. Kabar
gembira tersebut merupakan sebuah kabar yang sangat
mengejutkan bagi Nabi Ibrahim as. dan istrinya. Yaitu
mengenai kelahiran seorang anak yang alim. Kelahiran seorang
anak yang alim itu ialah Nabi Ishaq as., merupakan sebuah
keberkahan tersendiri bagi Nabi Ibrahim dan Sarah. Pasalnya,
konon usia Nabi Ibrâhîm as., ketika itu 120 tahun dan Saarah
berusia 99 tahun. Kabar gembira tersebut membuat ia dan
30
istrinya merasa heran. Hingga dijelaskan dalam ayat
selanjutnya, yaitu,
“Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran
tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan
keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai ahlulbait!
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."43
Setelah mendengar kabar gembira tersebut
Kemudian mengenai ayat di atas, Quraish Shihab
menjelaskan bahwa ayat Apakah engkau merasa heran tentang
ketetapan Allah? Rahmat Allah dan keberkahan-keberkahan-
Nya dicurahkan atas kamu, Ahlul Bait! Adalah bahwa kabar
gembira tersebut bukanlah sesuatu hal yang mustahil bagi
Allah swt., dan sebagai manusia—tidaklah wajar jika merasa
heran. Apalagi dengan adanya kekuasaan Allah yang
menganugerahkan anak dan cucu kepada Nabi Ibrahim as.
dengan keberkahan yang terus tumbuh dan berkembang.
Keberkahan tersebut merupakan keberkahan Ilahi yang datang
dari arah yang seringkali tidak diduga atau dirasakan secara
material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur.44
Kata ahlul bait sendiri berarti pemilik rumah yang berfokus
pada keluarga Nabi Ibrahim as. sedangkan ulama memperluas
pemaknaan al-bait sebagai Baitullah al-Haraam sehingga ahl
al-Bait adalah penduduk Mekkah yang bertakwa.45
Namun
pendapat ini jelas keluar dari konteks pembicaraan ayat.
43 QS. Hûd [11]: 73.
44
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, vol. 6,
h. 303.
45
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, vol.
11, h. 265.
31
“Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. dan
diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula)
yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”46
Maksud dari ayat “Kami limpahkan keberkahan atasnya
dan atas Ishaq” adalah Kami limpahkan kepada keduanya
kenikmatan. Ada yang berpendapat, diberikan kepada
keduanya anak yang banyak, artinya kami berikan keberkahan
kepada Ibrahim dan anak-anaknya, dan kepada Ishaq ketika
melahirkan para nabi Bani Israil.47
2. Tempat atau Negeri yang diberkahi
Kata „berkah‟ dengan variasinya juga bisa dijumpai dalam
al-Qur‟an sebagai kelebihan bagi tempat-tempat tertentu karena
diistimewakan dengan kesucian, antara lain:
a. Baitul Haram di Makkah al-Mukaramah. Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia.”48
b. Bumi secara umum. Dia melimpahkan keberkahan di berbagai
penjurunya. Allah Swt. berfirman:
“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya
kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
46 QS. Al-Shaffât [37]: 113.
47
Imam al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkaam al-Qur‟an terj. Akhmad Khatib, jild. 15
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 261.
48
QS. Âli „Imrân [3]: 96.
32
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya.”49
Kata بارك dalam ayat ini menurut Qurasih Shihab dalam
tafsirnya al-Misbah, dijelaskan bahwa dan Dia juga
memberkahinya yakni melimpahkan aneka kebajikan sehingga
ia dapat berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi hunian
yang nyaman buat manusia dan hewan. Dahulu banyak ulama
yang memahami ayat di atas dalam arti yang sangat terbatas.
Misalnya dalam arti Allah menetapkan makanan bagi penghuni
bumi dalam kadar tertentu sehingga jasmani makhluk dapat
berfungsi dengan baik. Pendapat yang sedikit lebih luas
memahaminya dalam arti penetapan dan pengaturan urusan
kehidupan penghuni bumi menyangkut tumbuhan, perdagangan
dan kepentingan bagi setiap daerah sehingga karena pengaturan
itu ditemukanlah di satu tempat apa yang tidak ditemukan di
tempat lain.
Ibn „Asyur memahami kalimat di atas dalam arti, Allah
menciptakan di bumi potensi yang dapat menghasilkan
makanan. Dia juga menciptakan asal usul jenis-jenis bahan
makanan dalam berbagai macamnya. Seperti biji bagi biji-
bijian dan rerumputan, benih bagi buah-buahan, kadar
kehangatan yang mempengaruhi kelahiran binatang melata atau
burung serta ikan dan binatang laut atau sungai. Menurutnya
juga, untuk itu Allah menetapkan untuk setiap waktu/musim
panas, dingin atau sedang.50
Sayyid Quthb menjelaskan bahwa para ulama dahulu
memahami ayat di atas dengan membayangkan gambaran
pepohonan yang tumbuh di permukaan bumi ini serta apa yang
terpendam dalam perut bumi seperti emas, perak dan besi.
49 QS. Fushshilat [41]: 10.
50
Al-Imam Asy-Syaikh Muhammad al-Thahir ibn „Asyur, Tafsiru al-Tahrir wa al-
Tanwir (Tunisia: Dar at-Tunisiyah, 1984), juz. 23, h. 243-245.
33
Tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang saat ini
semakin pesat, maka kandungan keberkatan Allah pada bumi
kini berlipat ganda daripada apa yang terbetik dahulu. Apalagi
adanya pendapat para ilmuwan yang mengatakan bahwa unsur-
unsur yang terdapat di udara melahirkan air, dan bagaimana air,
udara, matahari dan angin membentuk tanah yang dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, dan bagaimana juga air,
matahari dan angin menghasilkan hujan yang merupakan
sumber air tawar, yang terdapat dalam sungai-sungai yang
terlihat oleh pandangan mata dan mata air yang terpendam di
perut bumi. Ini semua, menurut Quthb, adalah dampak-dampak
pemberkatan Ilahi serta pemberian yang dipelihara dalam
kekuasaan Allah Swt.51
c. Masjid al-Aqsha dan sekitarnya (Baitul Maqdis) di Palestina.
Allah Swt. berfirman:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”52
Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman:
51 Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an” (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) vol. 12, h. 381-384.
52
QS. Al-Isrâ‟ [17]: 1.
34
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu,
negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang
telah Kami beri berkah padanya.”53
Allah berfirman:
“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri
yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.”54
Allah Swt. berfirman:
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri
yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang
berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-
jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada
malam hari dan siang hari dengan aman.”55
Maksud dari ayat, “Dan Kami jadikan antara mereka dan
antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat
kepadanya..” , negeri-negeri tersebut adalah Syam, Yordania
dan Palestina. Sedangkan berkat, maksudnya adalah empat ribu
tujuh ratus negeri yang diberkati dengan pepohonan, kurma dan
air.56
3. Kitab yang diberkahi
Kata-kata bermakna berkah juga dijumpai dalam al-Qur‟an
sebagai sifat bagi kitab yang mulia (al-Qur‟an). Allah Swt.
berfirman:
53 QS. Al-A‟râf [7]: 137.
54
QS. Al-Anbiyâ‟ [21]: 71.
55
QS. Sabâ‟ [34]: 18.
56
Imam al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkaam al-Qur‟an terj. Akhmad Khatib, jild. 14
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 697.
35
“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang
diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan)
sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada
(penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar
lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya
kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka
selalu memelihara sembahyangnya.”57
Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat
“Dan ini adalah kitab yang telah Kami turunkan yang
diberkahi…” adalah yakni Dan ini, yakni al-Qur‟an adalah kitab
yang telah Kami turunkan dengan menugaskan malaikat Jibril as.
membacakannya kepada Nabi Muhammad saw. yang diberkahi,
yakni mantap keberadaannya lagi mengandung tuntunan guna
meraih kebajikan yang melimpah. Kata barakah bermakna sesuatu
yang melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung.
Keberkahan Ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga
atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau
bahkan diukur. Adanya berkah pada sesuatu berarti adanya
kebajikan yang menyertai sesuatu itu. Misalnya berkah dalam
waktu. Bila ini terjadi, maka akan banyak kebajikan yang dapat
terlaksana pada waktu itu dan yang biasanya tidak dapat
menampung sebanyak aktivitas baik itu. Berkah pada makanan,
yang biasanya tidak cukup untuk orang sebanyak itu. Dari kedua
contoh ini terlihat bahwa keberkahan berbeda-beda sesuai dengan
fungsi sesuatu yang diberkahi itu. Keberkahan makanan misalnya,
adalah dalam fungsinya mengenyangkan, melahirkan kesehatan,
menampik penyakit, mendorong aktivitas positif dan sebagainya.
Ini dapat tercapai bukan secara otomatis, tetapi karena adanya
57 QS. Al-An‟âm [6]: 92.
36
limpahan karunia Allah. Al-Qur‟an disebut penuh berkah, karena
yang menurunkannya adalah Allah swt. Sumber segala kebajikan.
Yang menerimanya adalah Nabi Muhammad saw. yang
mencerminkan dalam hidupnya segala macam kebajikan.
Keberkahan kitab itu juga terdapat dalam kandungannya, kendati
kalimat-kalimatnya sangat terbatas; berkah dalam membacanya
sehingga dengan mudah dapat dibaca bahkan dihafal oleh siapa
pun walau mereka yang tidak mengerti artinya, berkah dalam
makna-makna yang dikandungnya, karena al-Qur‟an adalah
sumber yang tidak kering, “yang tidak lekang oleh panas tidak pula
lapuk oleh hujan”, sehingga betapapun ditafsirkan selalu saja ada
makna baru yang belum terungkap sebelumnya. Keberkahan al-
Qur‟an yang disebut di atas adalah salah satu bukti kebenarannya
dan kebenaran sumbernya, karena kalau ia tidak bersumber dari
Allah swt., keberkahan yang melimpah itu serta kemantapan yang
dilukiskan di atas tidak mungkin akan wujud.58
“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat.”59
Ayat di atas menjelaskan bahwa setelah kitab suci Taurat
yang diturunkan kepada Nabi Musa as., untuk Bani Israil, terdapat
kitab lain yang lebih mulia dan agung. Kitab tersebut adalah al-
Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang
diperuntukkan untuk seluruh umat manusia. Kemuliaan dan
keagungan kitab al-Qur‟an ini dapat dilihat pada ayat di atas yang
menggunakan kata (هذا). Penggunaan kata tersebut mengisyaratkan
betapa dekat tuntunannya kepada jiwa manusia yang memelihara
58 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an vol. 4
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 193-195.
59
QS. Al-An‟âm [6]: 155.
37
fitrah kesuciannya. Kemudian kata (مبارك) mubarakun menjelaskan
bahwa kitab al-Qur‟an merupakan kitab yang mendapatkan
keberkahan atau kebajikan yang melimpah dan akan terus tumbuh
dan berkembang.60
Hal itu jelas terekam dalam al-Qur‟an surah
Fushshilat ayat 1-4,
“Ha‟, Mim. Penurunan (al-Kitab) dari Tuhan Yang Maha
Pengasih, Maka Penyayang. Kitab yang dirinci ayat-ayatnya.
Qur‟an dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.
Pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan maka
kebanyakan mereka berpaling, sehingga mereka tidak
mendengar.”
Pada ayat di atas menjelaskan bahwa al-Qur‟an adalah kitab
yang membawa rahmat bagi yang memiliki pengetahuan yang
benar dan beramal sesuai pengetahuan itu. Sifat Rahman dan
Rahim sebagai penjelas bahwa kitab suci ini telah dirinci secara
sempurna dan dijelaskan sedemikian rupa, sehingga tidaklah
berpengaruh debat dan tipu daya mereka yang mengingkari atau
meragukannya, dan bahwa ia mencukupi semua manusia dengan
mukjizatnya, sehingga tidak perlu lagi ada usul untuk
mendatangkan bukti-bukti yang lain.61
60 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, vol. 4,
h. 356.
61
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, vol.
12, h. 373-374.
38
“Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang
mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka
Mengapakah kamu mengingkarinya?.”62
Di dalam Tafsir Al-Misbah, kata Mubarak berarti kebajikan
yang banyak. Memang al-Qur‟an al-Karim mengandung banyak
sekali kebajikan dan keistimewaan. Bukan saja pada redaksinya
yang demikian mempesona, bahkan lebih-lebih kandungannya. Di
samping itu ia juga menjadi bukti kebenaran yang membungkam
para penantangnya. Orang-orang terpelajar walau tidak
mempercayainya sebagai wahyu Ilahi pun mengakui keistimewaan
al-Qur‟an, bahkan tidak sedikit dari petunjuk-petunjuk kitab suci
al-Qur‟an yang mereka adopsi.63
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.”64
Al-Qur‟an dikatakan penuh berkah dikarenakan ia adalah
kitab yang mantap karena kandungannya haq, sehingga ia tidak
berubah. Apa yang diberitakannya benar-benar terjadi atau akan
terjadi sehingga tidak mengalami perubahan baik karena kesalahan
atau kelupaaan. Bila ada yang berusaha mengubahnya walau
sehuruf pun atau ada yang keliru membacanya, maka akan tampil
sekian banyak pihak untuk meluruskan kesalahan atau kekeliruan
itu, sehingga keaslian huruf, kata-kata dan kalimatnya akan terus-
menerus mantap tidak berubah. Di sisi lain kitab tersebut penuh
berkah, karena yang menurunkannya adalah Allah Swt., yang
merupakan sumber segala kebajikan dan yang menerimanya adalah
Nabi Muhammad Saw. yang mencerminkan dalam hidupnya segala
62 QS. Al-Anbiyâ‟ [21]: 50.
63
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an vol. 8
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 466.
64
QS. Shâd [38]: 29.
39
macam kebajikan; berkah dalam kandungan ayatnya; berkah dalam
membacanya; berkah karena memberikan pengaruh yang positif
terhadap manusia serta kesuksesan dan keberhasilan jika
mengamalkannya.65
4. Pohon yang diberkahi
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan
cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang
di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-
hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.”66
Sayyid Quthb menjelaskan, cahaya minyak pohon zaitun
merupakan cahaya paling jernih yang dikenal orang-orang yang
diajak bicara al-Qur‟an saat itu. Tetapi, bukan karena alasan ini
saja pemilihan perumpamaan ini, melainkan jugaa karena naungan
suci yang diberikan pada pohon yang diberkahi itu. Yaitu naungan
lembah suci di Tursina, tempat tumbuhnya pohon zaitun yang
65 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an vol. 15
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 138.
66
QS. Al-Nûr [24]: 35.
40
paling dekat dengan Jazirah Arab. Di dalam al-Qur‟an terdapat
isyarat tentangnya dan naungan disekelilingnya,
“Dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang
menghasilkan minyak, dan makanan bagi orang-orang yang
makan.” (QS. al-Mu‟minun/23: 20)
Pohon zaitun adalah pohon yang berumur panjang, dan
semua bagiannya bermanfaat bagi manusia, seperti: minyaknya,
kayunya, daunnya, dan buahnya. Namun, yang dijelaskan disini
hanyalah sebuah perumpamaan untuk memudahkan pemahaman
kita. Minyaknya bukan minyak dari pohon zaitun yang terlihat dan
terbatas ini, melainkan minyak lain yang menakjubkan.
Perumpamaan dari pohon zaitun ini menggambarkan cahaya Allah
yang dengannya segala kegelapan di langit dan di bumi menjadi
terang. Cahaya yang tidak kita ketahui esensi dan intensitasnya.
Gambaran ini mencoba agar hati dapat memahami dan melihat
cahaya tersebut. Karena cahaya tersebut tersebar, memancar, abadi
di langit dan bumi, tidak pernah putus, tidak pernah redup, dan
tidak pernah tenggelam.67
Al-Qurthubi menjelaskan maksud dari ayat “Yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah,” adalah, al-
Qur‟an ini adalah Kalamullah dan diturunkan dari sisi-Nya. Allah
menjadikannya sebuah perumpaan bahwa al-Qur‟an diturunkan
dari sisi-Nya adalah seperti perumpaan lampu yang dinyalakan dari
pohon yang penuh berkah. Abdul A‟la bin Washil menjelaskan—
yang dikutip al-Qurthubi dalam tafsirnya, maksud dari “(Yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah Barat (nya)” merupakan sebuah perumpaan
dari sebuah pohon yang hijau subur, tidak terkena matahari dalam
keadaan apa pun saat terbit maupun tenggelam. Maksudnya adalah
67 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tahmid vol.
8 (Jakarta: Robbani Press, 2009), h. 946-947.
41
karena Allah telah menyifati minyak yang menyalakan lampu ini
dengan kejernihannya dan mutunya, sehingga jika pohon tersebut
ada di Timur dan di Barat, maka minyaknya lebih bagus dan lebih
bermutu.68
5. Malam yang diberkahi
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.”69
Sayyid Quthb menjelaskan, malam yang diberkahi ini
adalah salah satu malam di bulan Ramadhan. Yang dimana
manusia diberi kemenangan yang besar. Ia juga menjelaskan,
malam itu diberkahi karena pada saat itu Allah menurunkan al-
Qur‟an kepada Nabi Muhammad Saw. Malam itu diisyaratkan
sebagai malam yang dimana manhaj Ilahi mulai bersemayam
dalam kehidupan manusia. Malam dimana manusia berhubungan
dengan undang-undang alam semesta terbesar yang
dimanifestasikan di dalam al-Qur‟an ini secara mudah. Ketika
diturunkan, al-Qur‟an disambut dengan tenang, dalam keadaan
suci, bersih, mulia, tanpa dibuat-buat, dan tanpa diada-adakan. Di
dalamnya dijelaskan hubungan manusia terhubung dengan langit di
setiap kesempatan.70
Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa, “malam
yang diberkahi,” adalah malam Lailatul Qadar. Ada satu pendapat
yang dikutip al-Qurthubi dalam tafsirnya yang mengatakan malam
tersebut adalah malam Nisyfu Sya‟ban.71
Malam tersebut
mempunyai empat nama: yaitu al-Lailah al-Mubaarakh (malam
68 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ al Bayan an Ta‟wil Ayi al-Qur‟an
terj. Ahsan Askan, dkk, jild. 19 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 169-183.
69
QS. Al-Dukhân [44]: 3.
70
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, jild.
10 (Jakarta: Robbani Press, 2009), h. 751-752.
71
Akan tetapi pendapat mengenai malam yang diberkahi itu adalah malam Nisyfu
Sya‟ban adalah dianggap bathil. Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam (yang didalamnya
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah) adalah malam Lailatul Qadr.
42
yang diberkahi), al-Lailah al-Bara‟ah (malam kebebasan), al-
Lailah ash-Sha‟ (malam pembuatan), dan al-Lailah al Qadr
(Lailatul Qadr). Allah menyifati malam itu dengan „yang
diberkahi‟72
, karena pada malam itulah Allah menurunkan
keberkahan, kebaikan dan pahala kepada hamba-hamba-Nya.73
6. Air yang diberkahi
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu
Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman
yang diketam.”74
Air yang diturunkan Allah dari langit memiliki banyak
kebaikan dan manfaat, antara lain menyebabkan tumbuhnya
pepohonan, tetumbuhan dan perdu, buah-buahan dan biji-bijian
yang bisa dipanen. Demikian pepohonan seperti kurma yang
menjulang ke angkasa dengan tangkai dan mayang yang bersusun-
susun dikerumuni oleh buah yang melimpah. Semua itu untuk
persediaan konsumsi bagi manusia. Jasa air pula yang membuat
tanah-tanah yang tadinya tandus menjadi subur dan menyuburkan
tetumbuhan di atasnya. Seperti itulah gambaran proses
kebangkitan. Tak dapat dipungkiri bahwa kebaikan Allah melalui
sunnatullah, sebagaimana halnya mekanisme siklus air, memberi
manfaat bagi hidup dan kehidupan makhluk. Sebab, kehidupan
meniscayakan tersedianya air bersih yang memadai untuk berbagai
keperluan, mulai dari konsumsi minuman, mandi, sanitasi,
72 Allah Swt. berfirman:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qur‟an.”
Dalam ayat di atas, Allah telah menashkan bahwa masa turunnya al-Qur‟an adalah pada
bulan Ramadhan. Selanjutnya dalam surah ini Allah menentukan bahwa waktu turunnya adalah
pada malam hari. Allah berfirman, “Pada suatu malam yang diberkahi”.
73
Imam al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkaam al-Qur‟an terj. Akhmad Khatib, jild. 16
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 327-332.
74
QS. Qâf [50]: 9.
43
pengairan, persediaan minuman hewan ternak, dan anek keperluan
lainnya.75
Keberkahan pada objek-objek di atas menjelaskan banyak sekali
pelajaran. Pelajaran tersebut dapat digunakan sebagai alat atau sarana
untuk menggapai kehidupan yang berkah. Di antara objek-objek tersebut,
ada beberapa kata berkah yang disematkan pada kisah-kisah nabi sebelum
nabi Muhammad Saw. Al-Qur‟an memuat cukup banyak kisah tentang
bangsa-bangsa mau pun tokoh-tokoh terdahulu. Kisah mengenai tokoh
atau bangsa terdahulu mengandung banyak pelajaran, bisa berupa
pelajaran yang baik untuk diteladani, bisa juga pelajaran yang buruk untuk
dijauhi atau dihindari. Pengalaman adalah guru yang terbaik dalam
kehidupan. Kisah al-Qur‟an merupakan gambaran pergumulan yang abadi
antara nilai-nilai kebajikan yang digambarkan melalui para nabi dan
tokoh-tokoh kebaikan lainnya, dan nilai-nilai kejahatan dalam perilaku
buruk beberapa tokoh yang disajikan.76
Maksud dan tujuan kisah al-Qur‟an diantaranya adalah, pertama,
untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad benar-benar seorang nabi
yang diutus oleh Allah dan bahwa al-Qur‟an yang disampaikannya itu
benar-benar firman Allah yang diwahykan kepadanya. Kedua, untuk
menanamkan ajaran-ajaran agama melalui dialog yang terdapat dalam
kisah. Ketiga, untuk menjelaskan bahwa prinsip-prinsip ajaran agama yang
disampaikan oleh para nabi dan rasul itu sama, yaitu mengajarkan tauhid,
beriman kepada hari akhir, mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan
keburukan. Keempat, untuk mengabadikan ingatan tentang peristiwa yang
dialami oleh para nabi dan tokoh-tokoh lain di masa silam agar tetap
menjadi pelajaran. Kelima, untuk menceritakan mengenai kebodohan yang
mendera bangsa Arab dan lemahnya tradisi baca-tulis saat al-Qur‟an
75 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Air Dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2010), h. 13.
76
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim Dalam
Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2010), h. 2.
44
diturunkan membuat akal mereka hanya mampu menalar sesuatu yang
bersifat fisik/materiil; bisa dilihat, dirasa, dan diraba.77
77 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim Dalam
Perspektif Al-Qur‟an dan Sains, h. 3-5.
45
BAB III
TAFSIR KEBERKAHAN SUATU NEGERI DAN REALITASNYA
Setelah penulis menemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan keberkahan,
penulis memfokuskan penelitian pada keberkahan suatu negeri. Di antaranya
terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 96, QS. Al-Isra‘/17: 1, QS. Al-A‘raf ayat 137,
QS. Saba/34: 18, QS. Al-Anbiya ayat 71; 81, dan lain sebagainya. Kemudian
setelah mengelompokkan ayat-ayat di atas, lalu mencantumkan pendapat ulama
tafsir mengenai negeri yang diberkahi, penjelasan dalam cakupan segi geografis
serta historis negeri yang mendapatkan keberkahan tersebut, dengan mengaitkan
fakta-fakta aktual saat ini.
A. Ka’bah- Masjid al-Haram-Makkah, Q.S. Ali Imran ayat 96.
Dalam ayat ini disebutkan kata Bakkah atau yang disematkan pada
Mekkah. Kata bakkah (بكة) berasal dari kata bakka (بك) meremukkan dan
berdesak-desakkan. Dalam pemakaiannya, kata bakka berubah menjadi
makkah karena kebiasaan orang Arab mengubah huruf ba menjadi mim,
misalnya kata lâzib (لذب) diubah menjadi lâzim (لذم).1 artinya
menyobeknya, memisahkannya, menjauhkannya, membalas
kekejamannya, menghinakan dan memelintir lehernya. Dari sini diambil
kata Bakkah untuk Makkah karena sesaknya manusia atau karena akan
memelintir leher-leher orang-orang yang kejam. Tidak seorang zalim pun
yang bermaksud jelek terhadapnya kecuali dia akan dibinasakan. Atau,
bisa pula bermakna merendahkan kesombongan orang yang sombong. Ada
empat pendapat tentang maksud dari Bakkah, a) Ia adalah tanah di mana
Ka‘bah berada di dalamnya, b) Ia adalah semua daerah yang berada di
sekitar Baitullah. Sedangkan, Makkah adalah apa yang berada di belakang
itu, c) Ia adalah Masjidil Haram dan Baitullah, dan d) Ia adalah al-Haram
secara keseluruhan.2
1 Tim Penyusun, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007),
h. 18
2 Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 11.
46
a. Pendapat Ulama Tafsir
Ada beberapa pendapat ulama tafsir yang penulis
cantumkan dalam menjelaskan mengenai Makkah sebagai negeri
yang diberkahi. Berikut adalah ayat al-Qur‘an yang menjelaskan
mengenai Makkah sebagai negeri yang diberkahi,
3
―Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.‖ (QS. ‗Ali ‗Imran/3: 96-97)
Sejarah meninjau bahwa pernah terjadi perdebatan antara
kaum yahudi dengan kaum muslimin tentang tempat mana yang
paling mulia di dunia ini. Menurut kaum yahudi Bait al-Maqdis
lebih utama di banding tempat mana pun, karena merupakan
tempat diutusnya para nabi dan disebut tempat yang disucikan.
Sedangkan kaum muslimin berpendapat bahwa Makkah lebih
utama di banding dengan tempat mana pun, karena Allah Swt.,
3Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahihnya, dari Abu Dzar al-Ghifari ra.
berkata, ―Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang masjid apa yang
pertama kali dibangun di muka bumi? Beliau menjawab, ―Masjidil Haram.‖ Aku bertanya lagi,
―Lalu masjid apa?‖ Beliau menjawab, ―Masjidil Aqsha.‖ Aku bertanya, ―Berapa jarak waktu
antara keduanya? Beliau menjawab, ―Empat puluh tahun, kemudian bumi ini (seluruhnya)
dijadikan bagi kamu sebagai masjid. Maka di dimanapun kamu mendapati waktu shalat, maka
shalatlah.‖
47
telah menjadikannya sebagai tanah haram. Dengan turunnya al-
Qur‘an surah ‗Ali ‗Imran ayat 96-97 ini sebagai jawaban bahwa
Mekkah lebih mulia di banding dengan yang lainnya.4
Dalam hadits riwayat Bukhari dijelaskan,
اللو رضي ذر أب مسجدعن أي اللو رسول يا : ق لت : قال ، عنول؟قال ؟المسجدالرام : (وضعفاألرضأو (.قال:ق لت:ثأي
األقصى : (قال قالالمسجد ؟ ن هما ب ي كان كم : ق لت أرب عون : ((.الفضلفيوسنة، أي نماأدركتكالصالةب عدفصلو،فإن ). 5 ث
Dari Abu Dzar ra., berkata: saya bertanya: ―Wahai Rasulullah,
masjid mana yang pertama kali dibangun?‖ Beliau menjawab,
―Masjidil Haram‖. Saya bertanya lagi, ―Lalu setelah itu?‖ Beliau
menjawab, ―Masjidil Aqsha‖. Saya tanyakan lagi, ―Berapa lama
antara keduanya?‖ Beliau pun menjawab, ―Empat puluh tahun, dan
dimana saja kalian mendapati waktu shalat, shalatlah ditempat itu,
karena ada keutamaannya dalam menunaikan shalat (jika telah tiba
waktunya).‖
Inilah kota suci yang dipilih Allah Swt., sebagai tempat
Ka‘bah didirikan. Makkah juga adalah negeri yang terbaik dan
paling dicintai Allah Swt. Rasulullah Saw., bersabda sambil
menghadapkan wajahnya ke Makkah, ketika beliau akan hijrah ke
Madinah,
، الزىري عن عقيل، عن الليث، ث نا حد قال: سعيد، بن ق ت يبة أخب رنارأيت قال: ، الزىري حراء بن عدي بن اهلل عبد عن سلمة، أب عن
عليو اهللصلىاهلل واقفابالزورة،ي قول:رسول علىراحلتو وىو وسلمأخرجت» أن ولول اهلل، إل اهلل أرض وأحب اهلل أرض ر لي إنك واهلل
«منكماخرجت
―Telah dikabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa‘id
berkata: Diriwatkan kepada kami Laits, dari ‗Uqail, dari
Zuhri, dari Abi Salamah, dari Abdillah bin ‗Addiy bin
Hamra al-Zuhri, berkata: Aku melihat Rasulullah Saw.,
4 Ibn Hajar al-Asqalani, al-„Ujab fi Bayan al-Asbab (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
2004), jilid 2, h. 717.
5 Abu Abd al-Rahman Muhammad Naashir al-Din al-Asyqudriy al-Bani, Mukhtasar
Shahih al-Imam al-Bukhari (Riyadh: Maktabah al-Ma‘arif, 2002), juz. 2, h. 417.
48
berdiri di Hazwaroh (salah satu daerah di Makkah), lalu ia
bersabda, ―Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah
negeri paling baik di sisi Allah dan negeri paling dicintai
Allah. Andaikan bukan karena pendudukmu yang
mengusirku, aku tidak akan berpindah.‖6
Dalam menjelaskan surah Ali Imran ayat 96-97 di atas,
beberapa ulama berpandangan bahwa keberkahan atau kata مباركا
berarti menjadikannya diberkahi karena amal perbuatan yang
dilakukan di dalamnya dilipatgandakan. Kata ب ركة sendiri
maknanya adalah banyaknya kebaikan. Ia mashub sebagai haal
dari dhamir pada kata وضع atau sebagai zharaf dari lafaz ة بك .
Jadi, maknanya yang telah ditetapkan adalah ―Makkah yang
diberkahi‖. Boleh juga dikatakan bahwa pada selain al-Qur‘an kata
adalah khabar kedua atau menjadi badal (pengganti) dari kata مبارك
ىدىللعا atau terhadap dhamir mubtada‟. Sedangkan kalimat ,الذى
adalah athaf. Jadi, maknanya adalah, petunjuk bagi seluruh لمي
alam semesta. Pada selain al-Qur‘an kata مبارك bisa juga dengan
khafadh dan menjadi sifat bagi kata 7.ب يت
Seperti yang dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya,
ayat ini memang menjawab pertentangan antara kaum Yahudi dan
kaum Muslimin mengenai bangunan mana yang pertama kali
dibangun. Hal ini bisa di lihat dari penggunaan kata (بيت) yang
memiliki makna sebagai rumah tempat beribadah. Jadi maksudnya
6 Abu Abdu al-Rahman Ahmad bin Syu‘aib bin ‗Ali al-Kharasani, al-Sunan al-Kubra
tahqiq Hasan Abdu al-Nu‘aim Syalabi Juz. 4 (Beirut: Mu‘assasah al-Risalah, 1421H/2001 M), h.
248.
7 Imam Al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi, terj. Dudi Rosyadi (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), h. 358-359
49
adalah, rumah tempat beribadah yang pertama kali dibangun adalah
Ka‘bah. Yang dalam al-Qur‘an dikenal dengan sebutan (بكة).
Bakkah dipahami sebagai tempat melaksanakan Thawaf di mana
terdapat Ka‘bah. Kata ini terambil dari akar kata bahasa Arab yang
berarti ramai dan berkerumunan. Hal ini sesuai dengan kondisi
Mekkah yang ramai dan padat, khususnya pada musim Haji,
bahkan kini di luar musim tersebut. Selain sebagai tempat
peribadatan yang pertama kali dibangun, ia juga mendapatkan
keberkahan (مباركا). Keberkahan disini mengandung arti kebajikan
yang mantap dan bersinambung, tidak ada habisnya (terus-menerus
menghasilkan kebajikan). Keberkahan di sini dapat mencakup
kebajikan duniawi dan ukhrawi, tetapi sementara ulama
membatasinya pada yang duniawi atau material dan memahami
للعاملي) dalam arti kebajikan ukhrawi dan yang bersifat (ىدى
immaterial.8
Ada juga yang menjelaskan kata مباركا sebagai sesuatu yang
tsabat/ tetap dan abadi. Tetap dan abadi di sini dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering mengucapkan ―harta ini berkat‖
artinya walaupun tetap dipergunakan hartanya tidak pernah habis.
Dari kata berkah ini dikenal istilah birkah/telaga. Telaga adalah
sumber mata air yang diambil air darinya. Walaupun air diambil
dari telaga itu, namun dia tidak pernah habis. Begitulah harta yang
berkat dapat dilihat dalam birkah/telaga yang tidak pernah kering
airnya.9
Dalam konteks ayat ini dijelaskan bahwa siapapun yang
ingin mendapatkan keberkahan, dapat berkunjung, berhaji dan
8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), vol. 2, h. 157-159.
9 Muhammad Mutawalli Sya‘rawi, Tafsir Sya‟rawi, ter. Tim Safir al-Azhar jild. 2(Jakarta:
Duta Azhar, 2008), h. 469.
50
berthawaf di Ka‘bah. Ka‘bah menjadi pusat kiblat, baik itu di dunia
bagian timur maupun di bagian barat. Di Ka‘bah, seseorang dapat
mengingat Allah sehingga ia mendekatkan diri kepada-Nya, dan ini
merupakan petunjuk hidayah yang sangat besar. Di dalamnya juga
terdapat petunjuk-petunjuk yang nyata, di antaranya Maqam
Ibrahim; yaitu berupa batu yang digunakan Nabi Ibrahim berdiri
ketika beliau membangun Ka‘bah, lalu kedua telapak kakinya itu
membekas di atas batu tersebut, ini merupakan keajaiban.
Diantaranya pula terdapat sumur Zamzam, Hijir Ismail, Shafa dan
Marwah dan tempat-tempat suci lainnya, yang semuanya adalah
tanda-tanda kebesaran Allah. Di antaranya lagi adalah keamanan
yang sempurna bagi siapapun yang memasuki wilayah Ka‘bah,
sehingga ia tidak merasa takut kecuali hanya kepada Allah Ta‟ala.
Rasa aman yang melekat pada Baitullah ini ada semenjak bangsa
Arab hidup dalam kegelapan jahiliyah dan situasi anarkisme tanpa
ujung yang melanda mereka. Tetapi Allah menjadikan hati-hati
mereka hormat dan mensucikan Tanah Haram, serta merasa
berkewajiban memberikan rasa aman bagi siapapun yang
memasuki wilayah ini untuk berhaji dan berumrah.
Setelah Allah Ta‘ala menyebutkan Baitullah al-Haram
beserta keberkahan, petunjuk dan tanda-tanda kebesaran-Nya,
maka Allah mewajibkan kepada hamba-hambaNya yang beriman
kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya untuk menunaikan ibadah haji
ke Baitullah, agar mereka memperoleh kebaikan, keberkahan dan
petunjuk.10
Allah menjadikan Ka‘bah sebagai tempat yang diberkahi
dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Disebutkan pula dalam
al-Qur‘an surah Ali Imran ayat 97 bahwa di antara keutamaan
Baitullah ialah memberikan rasa aman dari segala macam
ketakutan. Yang demikian itu tidak terdapat di tempat mana pun di
dunia ini. Hal seperti itu sudah terjadi sejak Nabi Ibrahim dan
10 Abu Bakar Jabir. Aisar at-Tafaasir li al-Kalaami al-Aliyyi al-Kabir terj. Fityan Amaliy
dan Edi Suswanto (Jakarta: Darus Sunnah, 2013), h. 149-150.
51
Ismail membangunnya, pada zaman jahiliah Arab, dan pada waktu
mereka sudah menyimpang dari agama Nabi Ibrahim dan dari
tauhid murni yang tercerminkan dalam agama Islam, hingga hari
ini. Baitullah kini masih dihormati, sebagaimana yang dikatakan
oleh al-Hasan al-Bashri dan lain-lainnya, ―Pernah ada seseorang
yang membunuh orang lain, lalu dia meletakkan bulu domba di
lehernya dan masuk ke dalam Baitul Haram. Kemudian anak orang
yang terbunuh itu menjumpainya, tetapi dia tidak marah kepadanya
hingga dia keluar.‖ Kemudian Allah juga mengharamkan berburu
buruan di tanah haram dan mengusirnya dari sarangnya, serta
memotong pepohonannya.11
Inilah salah satu dari sekian
banyaknya bentuk keberkahan yang Allah limpahkan pada Ka‘bah
dan sekitarnya.
Selain keberkahan seperti yang sudah dijelaskan di atas,
Makkah dijelaskan sebagai rumah ibadah yang diberkahi, banyak
mengandung berbagai kebaikan dan keberkahan materi, mengingat
ia berada di tengah gurun pasir tandus, meski demikian segala jenis
buah-buahan datang kepadanya, barang-barang dari segala penjuru
dunia di bawa ke sana. Selain itu, Masjidil Haram juga
mengandung banyak keberkahan berupa pahala yang berlipat
ganda12
dan balasan.13
Berdasarkan pendapat ulama tafsir di atas mengenai
bagaimana bentuk keberkahan yang disematkan pada negeri
Makkah yang tertuang dalam al-Qur‘an surah Ali Imran ayat 96-
97. Penulis mengambil kesimpulan, bahwa keberkahan yang
dimaksud berupa banyaknya kebaikan yang terus menerus;
keberkahannya tetap dan abadi (tidak pernah kering); merupakan
tempat ladang pahala yang berlipat ganda dan balasan; banyak
11 Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan al-Qur‟an jild. 2, terj.
As‘ad Yasin dan Abdul Aziz Salim Basyrahil (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 114
12
Imam Asy-Syaukani, Fathul Qadir (Al Jami‟ baina Ar-Riwayah wa ad-Dirayah min
ilm Al-Tafsir) jild. 2, terj. Amir Hamzah Fachruddin dan Asep Saefullah (Jakarta: Pustaka Azzam,
2009), h. 445.
13
Wahbah Az-Zuhaili. At-Tafsir al-Wasith jild. 1, terj. Muhtadi dkk (Jakarta: Gema
Insani, 2012), h. 196.
52
terdapat tempat suci; wilayahnya aman; Allah telah menjadikan
hati orang-orang yang tinggal di sana hormat dan mensucikan
tanah haram; banyaknya kebaikan dan keberkahan materi yaitu
datangnya segala jenis buah-buahan dan barang-barang dari
seluruh penjuru dunia, dan keberkahan immaterial yang tidak dapat
penulis jelaskan. Wallahu a‟lam.
b. Pendekatan Geografis
Makkah berada dalam wilayah kawasan Kerajaan Arab
Saudi14
dengan Riyadh sebagai Ibukotanya.15
Makkah terletak di
Tihamah, sebelah selatan Hijaz, sekitar 80 mil dari Laut Merah, di
sebuah lembah gersang dan berbukit yang digambarkan dalam al-
Qur‘an QS. Ibrahim/14: 37,
―Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya
Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan
mereka bersyukur.‖
Panasnya suhu udara di Mekkah hampir tak tertahankan.
Suatu ketika seorang pengembara Arab, Ibn Bathuthah dari
Tangier, Maroko, mencoba melakukan thawaf di Ka‘bah tanpa alas
kaki, namun belum usai berthawaf ia sudah berhenti karena tidak
14 Terletak di Semenanjung Arab di antara Laut Merah di sebelah barat (1.760 km) dan
Teluk Arab di sebelah timur (560 km). Dengan luas wilayah 2.240.350 km2 (4/5 Semenanjung
Arab) [17 kali luas pulau Jawa yang seluas 132.107 km2]. Berbatasan langsung dengan Yordania
(Barat Laut/728 km); Irak/814 km dan Kuwait (Utara/222 km); Bahrain, Qatar/60 km, Uni Emirat
Arab/457 km, dan Oman (Timur/676 km); dan Yaman (Selatan/1.845 km).
15
Dengan luas 1600 km2, penduduk 6,125,180 juta tahun 2015 dan merupakan kota
terbesar.
53
kuat menahan ―lidah api‖ yang dipantulkan bebatuan di sekitar
Ka‘bah.16
Hal tersebut dapat terlihat dalam studi geografis bahwa
kondisi daratan wilayah Arab Saudi cenderung gersang yang terdiri
atas batuan dan pasir, dataran tinggi, pegunungan, dan tidak ada
aliran sungai permanen. Iklim di setiap daerah bervariasi. Di pesisir
seperti Jeddah umumnya panas dan lebih lembab sepanjang tahun
(23°C – 35°C). Sedangkan di wilayah pedalaman seperti Riyadh
lebih panas dan kering (Mei – September, 25°C – 40°C), namun
dingin pada musim dingin (Nopember – Februari, 1°C – 15°C).
Sumber daya alam yang dimiliki ialah Minyak (25% cadangan
minyak dunia), gas (40% cadangan gas dunia), mineral (emas,
perak, tembaga), mineral non-metal, dan air (84% air bawah tanah,
10% air permukaan, 5% air desalinasi air laut, 1% air daur
ulang).17 Adapun dari segi geografis, mayoritas sumber sejarah
menyatakan bahwa Makkah terletak di jalur pertengahan antara
bagian selatan dan utara Jazirah Arab. Oleh sebab itulah, dalam
sepanjang sejarahnya, negeri ini selalu menjadi pusat perdagangan
dan tempat persinggahan sementara bagi para kafilah atau musafir.
Pada awalnya, Makkah hanyalah sebuah desa kecil yang diapit
oleh gunung-gunung atau bukit-bukit batu yang menjulang tinggi.
Daerah ini mulanya juga berada cukup jauh dari Ka‘bah. Posisinya
adalah garis lintang 31 dengan ketinggian sekitar tiga ratus tiga
puluh meter di atas permukaan laut. Jarak Makkah dari pelabuhan
Jeddah lebih kurang lima puluh enam mil (sekitar delapan puluh
kilometer). Sementara dari Madinah sekitar dua ratus empat puluh
lima mil. Di antara gunung atau bukit batu yang mengelilingi
Mekah adalah bukit Qaiqa‘an, ats-Tsalj, dan Kidaa di sebelah atas,
16Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present terj. R.
Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), h. 130.
17
https://www.kemlu.go.id/riyadh/id/Pages/Arab-Saudi.aspx yang diakses pada hari
Rabu, 28 Maret 2018.
54
bukit Abu Hudaidah dan Kuday di sebelah selatan, serta bukit Abu
Qubais di sebelah timur.18
c. Pendekatan Historis
a) Sejarah Pembangunan Ka‘bah
Ada kisah familiar yang mengiringi perjalanan
dibangunnya tempat suci ini. Sejarah pembangunan Ka‘bah
erat kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim dan Ismail as.
terutama, setelah kepergian mereka berdua dari Palestina
menuju Hijaz. Akhirnya, sampailah mereka di sebuah lembah
dan menetap di sana. Lembah itu tandus dan tidak ditumbuhi
tanaman. Di sanalah Nabi Ibrahim as. meninggalkan Ismail dan
ibunya, Siti Hajar. Lalu ia kembali ke Palestina, tempat Sarah
dan Ishaq tinggal. Ketika bekal yang diberikan Nabi Ibrahim
as. habis, Siti Hajar khawatir putranya akan kehausan dan
kelaparan. Maka dari itu ia berlari antara Shafa dan Marwa
sampai tujuh kali bolak-balik. Akhirnya, ia kembali melihat
kondisi Nabi Ismail as. yang sedang menggerak-gerakkan
kakinya di tanah. Tiba-tiba, air memancar dan muncullah
sumur zam-zam. Kemudian, sumur itu menjadi daya tarik bagi
kabilah-kabilah dagang yang datang melewatinya yaitu
diantaranya kabilah Jurhum. Kabilah tersebut meminta izin
tinggal kepada Siti Hajar. Lambat laun, seluruh keluarga suku
Jurhum pun ramai menandatangi lembah tersebut. Lembah itu
berubah menjadi daerah yang penuh dengan gairah kehidupan
dan bersinar karena cahaya kenabian. Lembah tersebutlah yang
menjadi tempat tumbuh dewasanya Nabi Ismail as.19
Lembah tempat tumbuh dewasanya Nabi Ismail as. itulah
yang menjadi tempat dibangunnya Ka‘bah. Allah Swt.
mewahyukan kepada Nabi Ibrahim as. untuk membangun
18 Hanafi Muhallawi, Amaakin Masyhuurah fi Hayaati Muhammad Saw terj. Abdul
Hayyie al-Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 97.
19
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah terj. Fuad Ibn Rusyd (Jakarta: Turos, 2013),
h. 27-31.
55
sebuah rumah untuk-Nya. Setelah menerima wahyu yang
Allah kirimkan untuknya, Nabi Ibrahim pun resah. Maka, Allah
menurunkan as-sakînah (ketenangan) yaitu angin yang
memiliki dua juru yang salah satu jurunya mengikuti yang lain.
Dua juru angin itu bergerak hingga sampai di Makkah20
dan
berputar-putar di lokasi Baitullaah seperti ular yang melingkar.
Lalu, Allah mewahyukan Nabi Ibrahim agar membangun
Ka‘bah di tempat angin tersebut melingkar. Al-Umari
meriwayatkan dari Sa‘id ibn ‗Arubah dari Qatadah bahwasanya
ia berkata, ―Cerita yang sampai pada kami menyebutkan bahwa
fondasi Baitullah berasal dari gua Hira. Disebutkan juga bahwa
bahan untuk membangun Baitullah berasal dari lima gunung;
Hira, Lubnan, al-Judi, Thursina, dan Thurzetta.‖21
Namun, ketika dalam pembangunan Ka‘bah, ternyata ada
yang kurang yakni sebuah batu. Nabi Ibrahim pun
memerintahkan Nabi Ismail untuk mencarikannya sebuah batu.
Ketika ia kembali, ternyata Nabi Ibrahim sudah meletakkan
sebuah batu hitam. Yang membawa batu itu ialah Malaikat
Jibril, yang dibawa langsung dari langit. Batu hitam itu dikenal
sebagai Hajar Aswad22
. Ibnu Bathuthah yang merupakan
20 Ath-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Ishaq bahwasanya Jibril menuntun Nabi Ibrahim
as. dari Syam menuju Hijaz untuk menunjukkan lokasi yang tepat untuk membangun Ka‘bah di
Mekah. Riwayat ini disandarkan pada Ibnu Ishaq, ia berkata, ―Mujahid dan ulama lain berkata
bahwa setelah Allah menampakkan pada Nabi Ibrahim lokasi Baitullah dan tanda-tanda Haram, ia
pergi dan Malaikat Jibril mengikutinya. Jika masuk ke sebuah desa Nabi Ibrahim bertanya, ‗Di
tanah inikah engkau diperintahkan untuk memberitahuku, wahai Jibril? ‗Teruslah berjalan,‘ jawab
Jibril. Sesampainya di Mekah—yang ketika itu tanahnya masih tandus dan dihuni kaum ‗Amaliq
yang tinggal di luar Mekah dan sekitarnya. Sedangkan, Ka‘bah masih berupa tanah tinggi yang
berwarna merah—Nabi Ibrahim bertanya pada Jibril, ‗Apakah aku diperintahkan untuk
membangun Ka‘bah di sini?‘ ‗Ya,‘ jawab Jibril‖, lihat. Ath-Thabari, Tharikh al-Umam wa al-
Muluuk, (Kairo: Dar al-Ma‘aarif, t.t) Jil. 1, h. 178.
21
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h.38.
22
Hajar Aswad adalah batu lonjong yang tidak beraturan. Berkilau dan berwarna hitam
kemerahan yang di atasnya ada goresan berwarna merah dan kuning. Dalam sebuah kitab
disebutkan, ―Boleh jadi, Hajar Aswad adalah sejenis meteor karena ia dapat memancarkan cahaya
ke arah barat, timur, Syam dan Yaman hingga ke lembah-lembah di Tanah Haram. Dan, dilihat
dari karakternya yang bersinar, menunjukkan bahwa batu itu aslinya tidak berwarna hitam.
Memang, ada sebagian meteor yang berubah warna karena perjalanan waktu dan ada pula yang
tetap berkilau dan bersinar. Bahkan sebagian sejarawan mengatakan bahwa batu itu menjadi hitam
karena perbuatan dosa kaum Jahiliyah. Adapun kata ‗niyaazak‘ (batu meteor) sendiri sebenarnya
berasal dari bahasa persia, ‗yanzah‘. Yanzah adalah salah satu komet yang tampak seperti planet
56
seorang petualang menggambarkan Hajar Aswad dengan tinggi
mencapai 6 syibr (jengkal). Hal tersebut membuat orang yang
memiliki tinggi lebih harus menundukkan badannya untuk
menciumnya dan orang yang berbadan kecil harus mendongak.
Hajar Aswad ditempatkan di sudut yang menghadap timur,
lebarnya sepertiga jengkal dan panjangnya sejengkal lebih
sedikit. Tidak ada yang tahu berapa dalam ia masuk di sudut
itu.23
Sisi-sisi Hajar Aswad dipoles dengan perak, warna
putihnya kontras dengan warna Hajar Aswad yang hitam.
Dengan menciumnya, mulut akan merasakan kenikmatan.
Orang yang telah mencium Hajar Aswad akan merasa enggan
untuk meninggalkannya. Keberhasilan mencium Hajar Aswad
menjadi bukti pertolongan Allah atas hamba-Nya. Rasulullah
Saw., bersabda, “Sesungguhnya ia (Hajar Aswad) adalah
sumpah Allah (yaminullah) di dalam buminya.‖ Di bagian
tertentu dari Hajar Aswad, tepatnya di sebelah kanan orang
yang mengusapnya, terdapat sebuah titik warna putih,
bentuknya kecil dan memancarkan kilauan. Banyak orang yang
tawaf, berjatuhan hanya untuk menciumnya. Hal itu
menunjukkan keistimewaan dan kemuliaannya. Bahkan orang
memulai tawaf dari Hajar Aswad. Bila seseorang telah
mengusap Hajar Aswad, maka ia mundur sedikit darinya, lalu
memposisikan Ka‘bah di sisi kirinya. Kemudian ia melewati
Rukun Iraqi yang berada di sisi kiri. Kemudian melewati
Rukun Syami yang berada di sisi Barat. Kemudian melewati
Rukun Yamani yang berada di sisi Selatan. Kemudian kembali
lagi ke Hajar Aswad yang berada di s isi Timur.24
yang lepas dari angkasa. Palnet tersebut sering terlihat di bulan Agustus‖, lihat Lutfi Jum‘ah,
Tsaurah al-Islaam wa Bathal al-Anbiyaa‟, (Mesir: Maktabah an-Nadhah al-Mishriyah, t.t), h. 59.
23
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 41.
24
Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah fi Gharaibi al-Amshar
wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2012), h. 142-143.
57
Dalam catatan sejarah, para pembangun Ka‘bah secara
berurutan adalah: para malaikat, Nabi Adam as., Nabi Syits,
Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as., Amaliqah (kabilah Arab),
Jurhum (suku Yaman kuno), suku Quraisy, Abdullah bin Az-
Zubair, al-Hajjaj bin Yusud al-Tsaqafi, dan Sultan Murad Khan
dan Raja Fahd bin And‘ al-Aziz dari keluarga Saud yang biasa
dijuluki Pelayan Dua Kota Suci yang Mulia (Khadim al-
Haramain al-Syarifain).25
Ka‘bah yang dibangun Nabi Ibrahim as. setinggi 9 hasta.
Panjang bagian barat 31 hasta, bagian timur 32 hasta, bagian
utara 22 hasta dan bagian selatan 20 hasta. Beliau membuatkan
2 pintu terbuka tanpa daun pintu yang menyentuh tanah. Di
dalamnya Nabi Ibrahim as. membuat galian sebagai tempat
penyimpanan. Saat itu beliau tidak membuat atap untuk
Ka‘bah. Namun, ketika Ka‘bah terbakar dan terkena banjir,
kaum Quraisy menjadikan Ka‘bah setinggi 18 hasta,
memberinya atap, menambahkan satu pintu yang tidak sampai
menyentuh tanah di sebelah timur, memagari Hijir Ismail
dengan dinding pendek, membuat tangga di dalam Ka‘bah
untuk naik ke atapnya dan membuatkan 6 pilar penyangga atap.
Kemudian Abdullah bin az-Zubair membangun kembali
Ka‘bah setelah rusak karena terbakar dan karena dilempari batu
pada masa pemerintahan Yazid bin Mu‘awiyah. Pada tahun
1040 H, Sultan Murad Khan membangun kembali Ka‘bah
setelah mengalami kerusakan berat akibat banjir besar setahun
sebelumnya. Sultan kemudian mengikatnya dengan sabuk
logam yang diberi ornament berlapis emas untuk menjaganya
dari keruntuhan. Renovasi terakhir secara total dilaksanakan
Raja Fahd bin Abd‘ al-Aziz dari keluarga Saud.26
25 Gayatri Djajengminardo, Unik dan Keistimewaannya Mekkah dan Madinah “Dalam
sorotan Al-Qur‟an dan as-Sunnah (Jakarta: Rexa Pustaka, 2013), h. 42.
26
Gayatri Djajengminardo, Unik dan Keistimewaannya Mekkah dan Madinah “Dalam
sorotan Al-Qur‟an dan as-Sunnah , h. 43-46.
58
b) Sejarah berdirinya Mekkah
Nama Mekkah, disebut Macoraba oleh Ptolemius, diambil
dari bahasa Saba, Makuraba, yang berarti tempat suci. Kata itu
menunjukkan bahwa kota ini didirikan oleh suatu kelompok
keagamaan, sehingga bisa dikatakan bahwa sejak dulu—jauh
sebelum kelahiran Nabi—Mekkah telah menjadi pusat
keagamaan.27
Mekkah adalah kota tertua di dunia, berusia lebih dari 40
abad, lebih tua dibandingkan kota-kota lain di Arab seperti
Madinah, Mesir, Irak, Iran dan lainnya. Kota ini telah dikenal
sebelum Islam, yaitu sejak zaman Nabi Ibrahim as.28
Awalnya,
Mekkah hanyalah hamparan pasir tandus tak berpenghuni yang
dinaungi terik matahari yang menyengat di sepanjang tahun.
Aliran Zam-zam lah yang mengubah Mekkah menjadi awal
peradaban dunia Islam. Ka‘bah adalah pusat kota Mekkah dan
pusat ibadah umat Islam di seluruh dunia.29
Sebelum Mekkah berdiri menjadi kota yang memiliki
peradaban dan tingkat kesuksesan yang tinggi, ada berbagai
macam sekelumit persoalan mengenai pemegang kekuasaan
terhadap Ka‘bah. Setelah Nabi Ismail as. wafat, putranya yang
bernama Nabit mengemban tanggung jawab mengurus Ka‘bah.
Akan tetapi, setelah itu, orang-orang Jurhum mengambil alih
kekuasaan atas Ka‘bah dari putra-putra Nabi Ismail as.
Kemudian kepengurusan atas Ka‘bah beralih kepada Suku
Khuza‘ah yang menguasai Ka‘bah selama kurang lebih lima
abad, hingga kemudian muncul suku Quraisy yang berhasil
menyatukan barisan dan kekuatan untuk menggeser kekuatan
Khuza‘ah.30
27 Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present terj. R.
Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, h. 130.
28
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 107.
29
Gayatri Djajengminardo, Unik dan Keistimewaannya Mekkah dan Madinah “Dalam
sorotan Al-Qur‟an dan as-Sunnah , h. 10.
30
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 65.
59
Sejarawan berpendapat bahwa dahulu di Mekkah tidak ada
rumah atau bangunan selain Ka‘bah, hingga tiba masa
kepemimpinan Qushay. Bangunan pertama yang didirikan
adalah Daarun Nadwah31
yang berfungsi sebagai tempat
musyawarah suku Quraisy. Di masa kekuasaannya, Mekkah
adalah kota dengan pemerintahan yang tertib dan damai.
Mereka menetapkan bahwa tanah di sekitar Baitullah adalah
Tanah Haram yang harus dihormati dan disucikan, haram
diadakan peperangan di sana. Ketika Ka‘bah semakin popular
dan menjadi pusat kota Mekkah, pamor suku Quraisy pun
meningkat di mata suku-suku Arab.32
Di masa kekuasaan Quraisy, sekitar 360 berhala diletakkan
di sekeliling Ka‘bah. Ka‘bah pun menjadi tujuan ibadah suku-
suku Arab. Berkat adanya berhala-hala tersebut, pengurus
Ka‘bah berhasil meraup keuntungan yang sangat besar. Mereka
juga menjual lembaran-lembaran syair paganisme yang tersebar
di Mesir, Yunani, India, dan Babak. Setiap orang yang datang
dan ingin bersumpah di depan berhala-berhala tersebut atau
meminta petunjuk, harus membayar tarif tertentu pada mereka.
Selain itu, para pengunjung juga akan membeli berbagai
keperluan pada mereka, baik berupa makanan, minuman,
pakaian dan biaya tinggal. Inilah kemudian menjadikan
Mekkah sebagai pusat transaksi perdagangan.33
Mekkah adalah negeri yang kehidupan penduduknya
sejahtera karena keberadaan Ka‘bah, yang menjadi tujuan
31
Selain untuk pertemuan, Daar an-Nadwah juga menjadi start bagi kafilah dagang
Quraisy yang akan berniaga ke negeri seberang sekaligus menjadi tempat pertama kembali mereka
sebelum ke rumah. Jika seorang anak Quraisy mencapai usia balig, ia akan dikhitan di Daar an-
Nadwah. Demikian juga jika seorang anak perempuan mereka memasuki usia balig, ia akan
dibawa keluarganya ke Daar an-Nadwah untuk dinikahkan. Pernikahan bagi Quraisy adalah urusan
kesukuan bukan urusan keluarga. Oleh karena itu, mereka bermusyawarah di Daar an-Nadwah
ketika hendak menikahkan anak-anak perempuan mereka. Musyawarah itu membahas tentang
sejauh mana kecocokan mempelai pria dengan anak perempuan mereka dan sebanding atau tidak
dengan anak perempuan mereka, lihat. Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn
Rusyd, h. 84.
32
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 67.
33
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 68.
60
ribuan jamaah haji dan pedagang. Pasar-pasar besar tumbuh di
sekitar Mekkah dan kegiatan perniagaan semakin ramai. Hal ini
tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan suku Quraisy dibanding
dengan suku-suku Arab lainnya karena kedermawanan,
keunggulan intelektual, kematangan berpikir, manajemen yang
baik dan keluwesan sikap mereka terhadap bangsa-bangsa di
luar Mekkah. Semua ini mereka lakukan demi menjaga
eksistensi mereka sebagai kabilah dagang. Di tambah, letak
geografis Mekkah sangat strategis. Ia berada di jalur
perdagangan dunia, di mana kafilah-kafilah dagang mengambil
persediaan air untuk perjalanan mereka dari sumur Zamzam.34
Dalam melakukan perniagaan, kaum Quraisy memiliki 2
perjalanan niaga, yaitu musim dingin ke Yaman dan musim
panas ke Syam. Berkat kepiawaiannya, kaum Quraisy yang
pada saat itu di pimpin oleh Abdul Muthalib, berhasilkan
meningkatkan taraf hidup kaum Quraisy, penduduk Mekkah,
bahkan seluruh bangsa Arab. Perdagangan Quraisy mengalami
kemajuan yang pesat dan kota Mekkah menjadi makmur karena
pertembuhan ekonomi dan peradaban kaum Quraisy.35
Di tengah Mekkah sebagai kota yang sibuk dengan aktivitas
dagang dan industri yang padat, membuat warga asing tertarik
untuk datang ke sana mencari nafkah. Tapi, walau dengan
banyaknya komunitas asing di Mekkah ini, jiwa harmonis
penduduknya, terutama Quraisy, dengan bangsa lain seperti
Syam, Persia, Mesir, Ethiopia, Romawi, dan lainnya semakin
kuat. Semua ini terjadi di masa kepemimpinan Abdul Muthalib.
Bahkan, di masa kepemimpinannya, warga Habasyah yang
dahulu pernah menyerang Mekkah dan hendak menghancurkan
Ka‘bah pun menjadi bagian dari penduduk Mekkah.36
34 Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 86.
35
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 91.
36
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 109.
61
Kesimpulannya, pada masa kepemimpinan Abdul
Muthalib, kejayaan dan kemakmuran kota Mekkah tak
tertandingi oleh kota-kota lain di Jazirah Arab. Meski Mekkah
adalah daerah paling tandus di Jazirah Arab, ia menjadi pionir
Jazirah Arab. Mekkah menjadi kota yang paling indah di
masanya karena banyaknya bangunan dan rumah mewah yang
sangat indah. Dan itu tidak ditemukan di kota-kota lain di
Jazirah Arab.37
Sampai saat ini pun, tampaknya belum ada satu
pun kota di dunia yang dapat menyamai Mekkah dan Madinah
dalam jumlah kunjungan orang asing setiap tahun. Kedatangan
umat Islam dari seluruh dunia dalam jumlah besar ini jelas
memberi manfaat ekonomis pada pemerintah dan warga kedua
kota itu. Para ekonom memperkirakan, pemerintah Arab Saudi
memperoleh ratusan triliun rupiah setiap tahun dari pelayanan
haji dan umrah. Belum lagi manfaat ekonomis yang diperoleh
warga Mekkah, Madinah, dan juga Jeddah sebagai pintu masuk
resmi sebagian besar jamaah asing.38
d. Fakta-fakta yang memperkuat adanya keberkahan
Seperti yang diketahui, Ka‘bah dan Mekkah dikelilingi oleh
pegunungan dan merupakan sebuah lembah yang tidak ditumbuhi
tanaman yang cenderung gersang. Akan tetapi, karena kuasa-Nya,
lembah tersebut menjadi pusat peradaban dunia, khususnya peradaban
umat Islam. Di sana menjadi tempat berkumpulnya umat Islam dari
seluruh penjuru dunia. Yaitu tempat menunaikan ibadah Haji dan
Umroh. Fakta-fakta mengenai keberkahan pada tempat suci tersebut
bisa dilihat dari banyaknya yang datang melaksanakan ibadah Haji dan
Umroh. Secara materil, keberkahan tersebut bisa berdampak pada
ekonomi Arab Saudi, sebagai kepala negara. Sampai saat ini, jumlah
pengunjung yang akan beribadah Haji dan Umroh semakin meningkat.
Menurut catatan Kementerian Urusan Haji dan Umroh Arab Saudi,
terjadi kenaikan yang sangat pesat yaitu total jumlah jamaah haji dan
37 Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 110.
38
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 118.
62
umrah pada tahun 2004-2005 sekitar 6-7 juta. Kemudian pada tahun
2010, angka kedatangan haji dan umroh secara resmi tercata sekitar 8,7
juta. Pada 2012 saja, jumlah jamaah haji yang datang ke Makkah dan
Madinah itu sekitar 2,9 juta orang. Badan yang sama juga mencatat,
jumlah jamaah umrah selama bulan Ramadhan 1433 H mencapai 4,8
juta (belum termasuk jamaah di bulan-bulan lainnya. Diperkirakan,
jumlah total jamaah haji dan umrah sepanjang 2012 lebih dari 10 juta
orang.39
Tahun 2017 lalu, penulis mencatat ada 10 negara dengan
kuota haji terbanyak, di antaranya Indonesia, dengan total sekitar 1,15
juta orang.40
Pada tahun yang sama, Otoritas Umum Statistik (GaStat)
di Arab Saudi merilis data statistik yang menunjukkan bahwa
sebanyak 19.079.306 jamaah menjalankan ibadah Umrah.41
Jadi
jumlah jamaah haji dan umrah tahun 2017 kurang lebih sekitar 20 juta
lebih.
Para ekonom memperkirakan, pemerintah Arab Saudi memperoleh
ratusan triliun rupiah setiap tahun dari pelayanan haji dan umrah.
Belum lagi manfaat ekonomis yang diperoleh warga Mekah, Madinah
dan juga Jeddah sebagai pintu masuk resmi sebagian besar jamaah
asing. Dr. Ali Hasan al-Nagur, Kepala Komisi Transportasi, Kamar
Dagang dan Industri Saudi, menyebutkan angka sekitar 30,6 miliar
riyal, atau setara dengan Rp. 76,5 triliun yang diperoleh dalam kurun
2004-2005. Pada musim haji 2011 diperkirakan meningkat dua kali
lipat hingga mencapai sekitar 62 milyar riyal, atau kurang lebih Rp.
165 triliun. Pada tahun 2015, dunia turisme Arab Saudi memasok
pundi-pundi keuntungan hingga $22 miliar atau setara dengan Rp.
321,310,000,000,000 triliun.42
39 Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 117.
40
https://www.brilio.net/wow/10-negara-dengan-jumlah-jemaah-haji-terbanyak-
indonesia-nomor-berapa-170830f.html yang diakses pada hari Senin, 20 Agustus 2018, 17:39
WIB.
41
https://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/18/05/30/p9iqky430-
jumlah-jamaah-umrah-pada-2017-capai-lebih-dari-19-juta-orang yang diakses pada hari Senin, 20
Agustus 2018, 17:39 WIB.
42
https://tirto.id/usaha-arab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrah-dan-haji-bKL8 yang diakses
pada hari Senin, 20 Agustus 2018, 18:10 WIB.
63
Selain Mekkah sebagai tempat dimana adanya tempat suci umat
Islam yang setiap tahunnya datang melaksanakan ibadah haji dan
umroh, di dalamnya juga terdapat sumur air yang dinamakan sumur
Zam-zam. Air ini keluar dari sela-sela bebatuan yang terbakar terik
matahari padang pasir dalam bentuk mata air yang sangat bening,
menyegarkan, dan tidak pernah kering, merupakan fenomena yang
sangat menakjubkan. Lebih hebat lagi, sumur itu terus mengalirkan air
yang segar selama kira-kira empat ribu tahun. Padahal, sumur itu
berada di kawasan yang jarang turun hujan dan berkali-kali tertimbun
tanah—seperti yang sudah dijelaskan dalam sejarah berdirinya kota
Mekkah. Dalam sehari, rata-rata sumur Zam-zam, yang diberkahi
Allah, memancarkan air sebanyak 11 sampai 18,5 liter per detik.43
Seperti yang sudah dijelaskan dalam paragraph sebelumnya, dimana
jumlah jamaah haji dan umrah mencapai kurang lebih 10 juta orang,
dan pasti selama menunaikan ibadah, setiap jamaah mengambil air dari
sumur zamzam yang tersedia di setiap sudut Masjidil Haram.
Walaupun demikian, jangankan mengering, kabar tentang ketersediaan
air sumur zamzam berkurang pun tak pernah terdengar. Bagaimana
mungkin cadangan air di sumur yang ada di kota yang letaknya di
tengah-tengah gurun pasir itu selalu melimpah. Padahal, hujan hanya
turun rata-rata dua kali setahun di kawasan itu. Terlebih lagi, sumber
air itu hanya sebuah sumur berukuran kurang lebih 20 meter persegi,
dengan kedalaman sekitar 40 meter saja. Bagaimana mungkin sumur
kecil itu mampu menyediakan ratusan juta liter setiap tahun, selama
berabad-abad pula.44
Konon, Air zam-zam ini pun dapat mengenyangkan, seperti yang
terdapat dalam hadits berikut ini,
ذر أبو الم-قال الس ف قلت: قال سالم، ال بتحية حياه من ل أو أنا فكنترس يا عليك ف قال: اهلل اهلل»ول ورحة وعليك » أنت؟»ثقال من ق لت:« قال
43 Fathi Fawzi ‗Abd al-Mu‘thi, The Ka‟bah terj. R. Cecep Lukman Yasin (Jakarta:
Zaman, 2010), h. 239.
44
Ali Husni al-Kharbuthli, Taarikh Ka‟bah ter. Fuad Ibn Rusyd, h. 143.
64
كره ن فسي: ف ف قلت هتو، جب على أصابعو ف وضع بيده فأىوى قال: غفار، منبيده، آخذ فذىبت غفار، إل ان تميت ،أن من بو أعلم وكان صاحبو، ف قدعن
كنتىاىنا؟»ثرفعرأسو،ثقال: كنتىاىنامنذثالثي«مت قالق لت:قد قال: وي وم، لة لي يطعمك؟»ب ي كان فمن » ل كان ما ق لت: ماءقال إل طعام
جوع، سخفة كبدي على أجد وما بطن، عكن رت تكس حت فسمنت زمزم45 «إن هامباركة،إن هاطعامطعم»قال:
Dari Abu Dzar ra., dalam kisahnya tatkala memeluk Islam,
ia berkata, ―Rasulullah Saw., berkata kepadaku, ―Kapan kamu di
sini? Abu Dzar menjawab, ―Saya berada di sini sejak tiga puluh
hari yang lalu. Nabi Saw., bertanya lagi, ―Siapa yang memberimu
makan? Abu Dzar menjawab, ―Aku tidak mempunyai makanan
kecuali hanya minum air zam-zam, maka aku menjadi gemuk
sampai-sampai perutku buncit (karena banyaknya lemak dan ada
lipatan-lipatannya), dan aku tidak merasakan rasa lapar dan lemah.
Rasulullah Saw., menjawab, ―Sesungguhnya air zam-zam itu
berbarakah, sesungguhnya ia adalah makanan yang penuh gizi.‖
Selain Ka‘bah sebagai tempat suci, Sumur Zamzam yang tak
pernah mengering, ada berbagai potensi sumber daya alam yang
menghiasi dataran tandus di Arab Saudi ini. Di antaranya adalah
potensi minyak dan gas alamnya. Saat ini, lapangan Minyak Ghawar
paling berkontribusi dalam jumlah cadangan minyak di Arab Saudi
50% diperkirakan memiliki cadangan yang dapat diambil lebih dari
226,58 miliar barel minyak. Lapangan berukuran 160 mil panjang dan
lebar 16 mil. Dengan total minyak 60 miliar yang dihasilkan selama 60
tahun. Ghawar Saudi yang sangat dekat dengan ibukota Riyadh ini
menjadi Negara penghasil minyak terbesar dan terus eksis hingga
kini.46
Akan tetapi, baru-baru ini sedang hangat diperbincangkan
mengenai ditemukannya lokasi cadangan minyak terkaya di dunia
yaitu terletak di antara dua lembah. Lembah tersebut merupakan
lembah al-Sahba dan al-Ramma, yang berada di bawah wilayah Arab
Saudi. Menurut seorang pakar Saudi bahwa temuan ini dianggap
sebagai yang paling kaya di dunia dengan sumber daya alam
45 Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim (Beirut:
Dar Ihya‘ at-Turaats al-‗Arabiy, t.t), juz. 4, h. 1919.
46
https://duniageologi.wordpress.com/tag/top-10-negara-dengan-cadangan-minyak-
terbesar-dan-peta-lokasi-cadangan-minyaknya/ yang diakses pada Jum‘at, 24 Agustus 2018.
65
minyaknya. Walaupun kedua lokasi tersebut berada di tempat yang
kering. Temuan ini berhasil menggeser posisi ladang minyak Saudi
Ghawar yang merupakan ladang tanah terbesar saat ini, ladang minyak
Burgan di Kuwait yang merupakan lahan kedua dan ladang minyak
Safaniya di Saudi yang dianggap sebagai ladang laut terbesar di dunia.
Para ahli memperkirakan bahwa cadangan minyak di tempat ini
berjumlah 440 miliar barel, dengan geografis yang sangat sempit.47
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberkahan yang berada di Makkah
tidak hanya berupa immateri seperti keberkahan pada Ka‘bah sebagai
tempat suci umat Islam yang di dalamnya diharamkan untuk
berperang, berburu, aman bagi siapa saja yang memasukinya, dengan
beribadah disana mendapatkan pahala yang berlipat ganda, serta di
dalamnya juga terdapat petunjuk-petunjuk yang nyata, di antaranya
Maqam Ibrahim; sumur zam-zam yang tak pernah mengering dan lain
sebagainya. Bahkan lebih dari itu, keberkahan Makkah secara materiil
dapat dilihat dari banyaknya jumlah jamaah haji dan umroh tiap tahun
yang mendatangkan pundi-pundi keuntungan bagi kas negara Arab
Saudi dan manfaat ekonomis bagi warga Makkah, Madinah dan juga
Jeddah sebagai pintu masuk resmi sebagian besar jamaah asing. Selain
itu, Arab Saudi juga dikenal akan potensi minyak dan gas alamnya.
Hal itu tentu saja memiliki manfaat dan mendatangkan keuntungan
yang besar bagi Arab Saudi.
B. Wilayah Syam (QS. Al-Isra’/17: 1; QS. Al-Anbiya’/21: 71 dan 81; QS.
Al-A’raf/7: 137; dan QS. Al-A’raf/7: 96)
Banyak mufassir yang menafsirkan tempat atau negeri yang
diberkahi itu terdapat di Syam. Negeri Syam juga banyak disebut dalam
hadits-hadits. Selain Syam yang saat ini dikenal dengan satuan wilayah
Palestina, Suriah, Yordani dan Lebanon. Keseluruhan wilayah tersebut,
menurut beberapa pakar geografi, dinamakan Suriah Raya. Dahulu, Syam
merupakan nama lain dari Damaskus.
47 http://kaltim.tribunnews.com/2018/06/29/tempat-cadangan-minyak-terkaya-dunia-
yang-terletak-di-antara-dua-lembah-di-arab-saudi yang diakses pada Jum‘at. 24 Agustus 2018.
66
a. Pendapat Ulama Tafsir
1. QS. Al-Isra‘/17: 1
―Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.‖
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
merupakan perjalanan yang dipilih Allah, yang mengaitkan aqidah-
aqidah tauhid sejak Ibrahim dan Isma‘il as. hingga Muhammad
Saw. Perjalanan tersebut melambangkan hubungan antara tempat-
tempat suci agama tauhid seluruhnya yang perkaranya lebih jauh
dari batas-batas ruang dan waktu. Sifat yang diberikan kepada
Masjidil Aqsha merupakan sifat yang menggambarkan keberkahan
meliputi masjid tersebut, tercurah padanya.48
Dalam menafsirkan ayat mengenai keberkahan di atas,
beberapa ulama tafsir menjelaskan bahwa keberkahan yang berada
disekitarnya itu berupa pengutusan para Nabi di sana, juga
kenyamanan dan hasil buminya yang subur. Keberkahan dalam
hasil bumi yang banyak dan subur di sini yaitu berupa limpahan
berkah dalam bentuk penghidupan para penduduk yang berupa
mata pencaharian49
, makanan, hingga tanaman dan ladang
mereka50
, serta buah-buahan dan dengan aliran sungai-sungainya.
48 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tahmid
(Jakarta: Robbani Press, 2009), jilid. 8, h. 17-18.
49
Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an
terj. Misbah dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), jilid. 16, h. 453.
50
Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy terj. Hery Noer Aly dkk
(Semarang: Tohaputra, 1989), jilid. 15, h. 6.
67
Ada yang mengatakan dengan para Nabi dan orang-orang shalih
yang dimakamkan di sekelilingnya. Dengan demikian dijadikan
sebagai tolok-ukur.51
Quraish Shihab menjelaskan jika dikatakan bahwa sekarang
keberkahan tidak terasa lagi akibat konflik yang terus terjadi yang
berupa peperangan dan kekerasan, sama sekali tidak bertentang
dengan ayat ini. Shihab menjelaskan, keberkahan yang dahulu
telah Allah anugerahkan sebagaimana yang diisyaratkan dengan
penggunaan bentuk kata kerja lampau, dan kini keberkahan
tersebut telah dicabut atau tidak berlanjut lagi karena tidak ada
Nabi yang diutus, dan penduduknya pun banyak yang telah
melanggar ketentuan Allah.52
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan Rasulullah
Saw., dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Perjalanan
tersebut sebagai bukti bagi orang-orang Quraisy yang mendustakan
ajaran yang dibawa oleh Nabi.53
Perjalanan tersebut juga sebagai
bukti dari kekuasaan Allah Swt yaitu berupa tanda-tanda
kebesarannya dalam memperjalankan seorang HambaNya. Yang
pada masa itu perjalanan yang dilakukan oleh Nabi seharusnya
memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 1-2 bulan. Akan
tetapi karena kuasaNya, beliau sampai di Masjidil Aqsha dengan
kecepatan yang sangat cepat. Hal itu membuat orang-orang
musyrik Mekkah mempertanyakan kebernaran dari perjalanan yang
diceritakan oleh Nabi Saw. dalam perjalanannya tersebut, Allah
Swt. melimpahkan keberkahan di sekelilingnya bagi para
penghuninya dalam mata pencaharian, makanan, dan tanaman
mereka. Karena pada sesungguhnya Allah meliputi seluruhnya dari
segi pengetahuan dan bilangan. Dia mengawasi orang-orang yang
51 Imam al-Qurthubi, Al Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an terj. Asmuni (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), jilid. 10, h. 525.
52
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an”
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 7, h. 405-406.
53
Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an
terj. Misbah dkk, jilid. 16, h. 419.
68
mendustakan Nabi dan membalas mereka semua dengan balasan
yang pantas diterimanya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.54
Dalam mikrajnya Rasulullah Saw., ada beberapa ulama
yang berbicara mengenai mengapa Nabi dimikrajkan dari Masjidil
Aqsha, bukan dari Mekkah. Imam Qusyairi dalam bukunya
menjelaskan beberapa pendapat ulama mengenai hal di atas. Di
antaranya, Allah hendak memperlihatkan kepada Nabi Saw., jejak
dan kuburan para nabi di sana, dan arena kubah cadas Masjidil
Aqsha berada tepat di bawah pintu langit. Ada juga yang
mengatakan bahwa Bait al-Muqaddas merupakan tempat di bumi
yang paling dekat ke langit. Yang lain mengatakan bahwa setiap
kali malaikat turun dari langit ke bumi, tempat yang pertama kali
diinjaknya adalah kubah cadas Bait al-Muqaddas, demikian pula
saat mereka naik ke langit. Selain itu, ada juga yang mengatakan,
Allah hendak mengumpulkan ruh para nabi untuk dipertemukan
dengan Nabi Saw., sehingga beliau bisa menyampaikan salam
kepada mereka dan shalat berjamaah bersama mereka di Bait al-
Muqaddas. Bait al-Muqaddas juga merupakan tempat persinggahan
para nabi dan rasul. Allah ingin Nabi Saw. pun mendatanginya
untuk mengikuti jejak mereka. Allah juga ingin Nabi Saw.,
memberitakan kepada orang-orang Quraisy tentang Bait al-
Muqaddas dan kafilah yang beliau lihat dalam perjalanan Isra‘ dari
Mekkah ke Bait al-Muqaddas. Semua ini merupakan mukjizat dan
bukti yang sangat nyata akan kebenaran Nabi Saw.55
Ibnu Bathuthah dalam buku memoar perjalanannya
melukiskan bahwa tempat Rasulullah bermi‘raj menuju langit
adalah di Masjidil Aqsha yang berlapis emas dan memiliki
arsitektur yang tinggi. Bagian terbesar dari bangunan kubah ini
54 Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an
terj. Misbah dkk, jilid. 16, h. 451-454.
55
Abû al-Qâsim ‗Abd al-Karîm ibn Hawzân al-Qusyarî, Kitâb al-Mi‟râj terj. Abad
Badruzaman (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), h. 123-124.
69
dilapisi dengan emas, sehingga memancarkan cahaya atau
mengeluarkan kilat laksana petir. Mata orang akan terpana saat
melihatnya dan lidah akan terasa kelu untuk melukiskan
keindahannya. Di tempat ini, ada sebuah batu keras, tingginya
kurang lebih satu qaamah, yang dipercaya digunakan sebagai
pijakan Rasulullah ketika akan mi‘raj ke langit.56
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa keberkahan ini
berawal dari perjalanan suci yang ditempuh oleh Rasulullah Saw.,
yang langsung Allah perjalankan Nabi Saw., dari Mekkah menuju
Bait al-Muqaddas. Perjalanan ini ditempuh Nabi Saw., dengan ruh
dan jasadnya hingga berada di atas segala sesuatu dan hanya
berjarak dua ujung busur panah dari arah atas, demikian pula hati
(jiwa) beliau berada di atas semua makhluk. Kemudian, dalam
mikrajnya ini beliau melihat kejadian-kejadian yang luar biasa,
yang semua itu merupakan bukti kesempurnaan kuasa Allah.
Mikraj yang dialami oleh Nabi Saw., ini memiliki keistimewaan
yang berbeda dibandingkan nabi-nabi sebelumnya yang pernah
mikraj. Keistimewaan itu diantaranya, dahulu—nabi Musa as.,
diperintahkan mendatangi Bukit Sinai dengan berjalan kaki dan
diseru di atas Bukit Sinai, sedangkan Nabi Saw., dikirimkan Buraq
dan diajak bicara dari jarak yang dekat di atas hamparan cahaya.
Pada saat kembali dari pendakiannya, nabi Musa as., diberi
mukjizat tongkat yang dapat berubah menjadi seekor ular yang
dapat memakan orang yang tidak beriman. Sedangkan Nabi Saw.,
pada malam mikraj, mendapat kemuliaan yang sangat agung
berupa perintah shalat yang merupakan sarana bermunajat dengan
Allah.57
Sesungguhnya sebagai manusia, kita tidak dapat
mengetahui atau pun menghitung keberkahan dalam segi materiil
56 Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah fi Gharaibi al-Amshar
wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath, h. 60.
57
Abû al-Qâsim ‗Abd al-Karîm ibn Hawzân al-Qusyarî, Kitâb al-Mi‟râj terj. Abad
Badruzaman, h. 86-90.
70
saja. Ada banyak hal yang di kehidupan ini yang tanpa kita sadari
adalah merupakan suatu keberkahan yang Allah limpahkan. Pada
maknanya, keberkahan adalah suatu yang tidak dapat dilihat namun
dapat dirasakan. Para ulama dan pakar bahasa pun menjelaskan
bahwa keberkahan itu bisa bernilai sebagai sebuah kebahagiaan;
bertambahnya sesuatu; kesucian; dan banyak lagi. Kembali pada
hakikatnya, bahwa sesungguhnya nikmat dan kuasa Allah Swt.,
meliputi seluruh alam, baik itu alam yang manusia ketahui maupun
alam yang akal manusia tak mampu memahaminya. Peristiwa-
peristiwa suci yang pernah terjadi, yang Allah lukis dalam al-
Qur‘an, adalah bentuk informasi, pengetahuan, tata cara,
peringatan, dan lain sebagainya. Sehingga, segala bentuk informasi
yang diberikan dapat membantu manusia dalam memahami apa
yang sedang terjadi. Penulis rasa, pembahasan mengenai
keberkahan pada suatu tempat atau negeri tidak akan pernah usai.
Karena kembali pada hakikat makna keberkahan, bahwa
keberkahan adalah sesuatu yang tak dapat dilihat dan hanya
bersumber dariNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
Allahu A‟lam
2. QS. Al-Anbiya‘/21: 71
―Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri
yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.‖
Kisah Ibrahim dan kaumnya yang diceritakan Allah
merupakan peringatan dari-Nya kepada kaum Nabi Muhammad
Saw., yaitu orang-orang Quraisy, yang sama seperti kaum Nabi
Ibrahim, yang menyembah patung dan berhala, menyakiti
Muhammad karena melarang mereka menyembah patung dan
71
mengajak mereka menyembah Allah dengan memurnikan ibadah
kepadaNya.58
Ayat di atas menjelaskan proses penyelamatan yang
dialami oleh Nabi Ibrahim as. dan Nabi Luth as. Nabi Ibrahim as.
yang pada ayat sebelumnya, Allah Swt., telah menyelamatkan Nabi
Ibrahim dari panasnya Api yang telah Allah jadikan dingin. Allah
Swt. menyelamatkan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth as. yaitu dengan
jalan memudahkan mereka dalam berhijrah dari negeri Kaldan di
Irak yang penduduknya sangat durhaka, menuju ke belahan bumi
lain yaitu Palestina, yang telah Allah limpahkan berkah padanya
bagi seluruh alam. Keberkahan yang dilimpahkan Allah ke wilayah
Palestina itu antara lain adalah banyaknya para nabi yang diutus
dari wilayah itu, di samping kesuburan tanahnya dan kesejukan
udaranya. Keberkahan tersebut diperuntukkan bagi seluruh alam.
Dari sini kata tersebut biasa dipahami dalam arti alam raya atau
segala sesuatu selain Allah. Sementara pakar tafsir memahami kata
‗alam dalam arti kumpulan sejenis makhluk Allah yang hidup, baik
hidup sempurna maupun terbatas. Hidup ditandai oleh gerak, rasa
dan tahu. Pakar-pakar teologi memahaminya dalam arti segala
sesuatu selain Allah, tetapi tentu saja bukan itu yang dimaksud
oleh ayat ini, karena jika demikian, tentu ayat di atas tidak
menggunakan bentuk jamak. Para ulama tafsir memahami kata
‗alamin pada ayat ini dalam arti semua manusia.59
Ada banyak sekali pendapat mengenai keberkahan yang
Allah limpahkan untuk sekalian manusia. Ada yang mengatakan
negeri tersebut diberkahi karena kesuburannya, banyak buah-
buahan, airnya segar, dan dari situ menyebar di dumi. Abu Ja‘far
mengutip pendapat Abu al Aliyah yang mengatakan bahwa tidak
58 Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an
terj. Misbah dkk, jilid. 18, h. 150.
59
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
8, h. 480.
72
ada air segar kecuali yang turun dari langit ke padang pasir yang
terletak di Baitul Maqdis.60
Ar-Râzi menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa Allah
Swt., menjadikan negeri tersebut sebagai negeri yang berkah,
baginya dan seluruh alam. Kemudian dikatakan bahwa negeri itu
adalah Mekkah dan Syam, seperti firman Allah dalam surah al-
Isra‘ ayat 1, ―ke masjidil aqsha yang telah kami berkahi
sekelilingnya..‖. adapun sebab-sebab keberkahan itu adalah banyak
diutusnya para nabi, yang menyebarkan syari‘at-syari‘at pada
kaumnya, dan meninggalkan kepada mereka sebuah agama. Allah
memberkahi dunia ini dengan banyaknya air, pepohonan, buah-
buahan yang tumbuh subur dan baik bagi kehidupan. Dikatakan
bahwa air yang mengalir itu merupakan air tawar manis yang
keluar dari bawah batu yang ada di Bait al-Muqaddas.61
Tempat tujuan hijrah bagi Ibrahim dan Luth adalah tanah
Syam. Merupakan tempat turunnya wahyu dalam jangka waktu
yang panjang, dan tempat diutusnya para Rasul dari keturunan
Ibrahim. Di sana ada tanah suci, tanah haram kedua. Di sana ada
berkah kesuburan dan rezeki, selain berkah wahyu dan kenabian
dari satu generasi ke generasi lain. setelah Allah menggantinya
dengan tanah yang lebih baik dari sebelumnya, Allah juga
menganugerahkannya seorang anak yang bernama Ishaq dan
cucunya bernama Ya‘qub. Allah juga menjadikan sebagian dari
keturunannya sebagai para imam yang memberi petunjuk kepada
manusia dengan perintah Allah dan mewahyukan kepada mereka
untuk berbuat baik dengan berbagai macamnya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat. Segala hal yang telah Allah berikan kepada
nabi Ibrahim dan keluarganya adalah sebagai hasil dari
kesabarannya, sehingga ia memperoleh hasil yang mulia.62
60 Imam al-Qurthubi, Al Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an terj. Asmuni, jilid. 11, h. 816-817.
61
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Kabir (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), juz. 22, h. 190.
62
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tahmid,
jilid. 8, h. 558-559.
73
3. QS. Al-Anbiya‘/21: 81
―Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang
sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya
ke negeri yang Kami telah memberkatinya. dan adalah Kami
Maha mengetahui segala sesuatu.‖
Dalam beberapa ayat yang sebelumnya telah penulis
jelaskan mengenai keberkahan suatu negeri, pada ayat ini pun
memiliki makna keberkahan yang sama. Hanya saja, pada ayat ini,
keberkahan suatu negeri tersebut dikaitkan dengan keistimewaan
yang diberikan oleh Allah Swt., kepada Nabi Sulaiman as. yaitu
dengan menundukkan angin. Angin tersebut dapat membawanya
dan para sahabatnya kemana pun yang diinginkan oleh Nabi
Sulaiman dan kembali lagi ke Negeri yang diberkahi tersebut, yaitu
Syam.63
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Al-Mawardi dalam tafsirnya menjelaskan ―bahwa yang
berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah
memberkatinya” adalah negeri Syam. Dan keberkahan atasnya
karena tiga hal, yang pertama adalah Allah Swt., mengutus para
Nabi di sana. Yang kedua, bahwa sesungguhnya sungai yang ada di
bumi mengalir di dalamnya. Yang ketiga, yang dengannya Allah
menempatkan sebaik-baik nikmat. Qatadah berkata, bahwa apa
yang dikurangkan di bumi, ditambahkan di negeri Syam. Dan apa
yang dikurangkan di negeri Syam, ditambahkan di Palestina, dan
dikatakan bahwa negeri itu adalah tempat dibangkitkannya
manusia atau merupakan tempat hari kebangkitan.64
Seperti pada pembahasan ayat sebelumnya, negeri yang
menjadi tempat berhembusnya angin itu adalah negeri Syam.
63 Imam al-Qurthubi, Al Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an terj. Asmuni, jilid. 11, h. 857.
64
Abi al-Hasan ‗Ali bin Muhammad bin Habaib al-Mawardi al-Bashri, al-Nukat wa al-
„Uyun Tafsir al-Mawardi (Beirut: Dar al-Kutub al-‗Ilmiyyah, t.t), juz. 3, h. 460.
74
Perjalanan yang dilakukan oleh nabi Sulaiman dengan
menggunakan angin—atas izin Allah—ke negeri yang diberkahi
dalam satu putaran yang memakan waktu satu bulan perjalanan
biasa, pulang dan pergi hanya dalam jangka waktu yang singkat.
Jika misalnya beliau menghendaki bersegeranya perahu-perahu
yang mengangkut barang, atau pasukan, maka beliau berdoa
kepada Allah, kiranya angin itu berhembus keras guna mendorong
lajunya perahu, dan bila beliau menghendaki angin segar yang
berhembus keras guna mendorong lajunya perahu, dan bila beliau
menghendaki angin segar yang berhembus sepoi, yang itu pun
terjadi atas izin Allah. Atau dapat dikatakan bahwa angin yang
ditundukkan untuk beliau itu pada dasarnya adalah angin yang
baik, yang tidak merusak. Karena itu walaupun angin tersebut
dalam keadaan (عاصفة) „ashifah, yakni sangat kencang, namun
tetap tidak memporakporandakan sesuatu.65
Semua hal yang terjadi adalah kekuasaan Ilahi yang
absolute. Karena setiap penciptaan undang-undang dan
pengarahannya itu termasuk hak preogratif kekuasaan yang
absolute, sementara yang diketahui manusia dari undang-undang
wujud ini sangat sedikit. Tidak mustahil ada undang-undang lain
yang tersembunyi dan bekerja di luar pengetahuan manusia, lalu
dampak-dampaknya muncul ketika ia diizinkan untuk muncul.66
4. QS. Al-A‘raf/7: 137
65 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
8, h. 492.
66
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tahmid,
jilid. 8, h. 567.
75
―Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu,
negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang
telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah
Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang
telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun
mereka.‖
Negeri-negeri yang dimaksudkan oleh ayat ini adalah
negeri Mesir, Syam, dan sekitarnya. Sedangkan timur dan baratnya
adalah bagian barat dan bagian timur negeri-negeri tersebut. Kata
„al-Ardhi pada ayat ini bermakna khusus untuk negeri-negeri itu
saja. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa negeri yang
dimaksud oleh ayat ini adalah seluruh negeri yang ada di muka
bumi, terbukti dengan dua keturunan Bani Israil, yaitu Daud dan
Sulaiman, yang memerintah seluruh negeri yang ada dimuka
bumi.67
Jelas sekali, ayat ini menggambarkan hasil dari kesabaran
dan keshalehan Bani Israil (yang dahulu mereka diperbudak dan
ditindas) dan sebelum penyimpangan yang menyebabkan kehinaan
dan keterusiran mereka—itu bukan di negeri Mesir, dan bukan pula
di tempat Fir‘aun dan keluarganya, melainkan di negeri Syam.
Ketika di Mesir, mereka tertindas oleh Fir‘aun karena kefasikan
mereka, hingga mereka mencari perlindungan kepada nabi Musa
as., agar berdoa kepada Tuhannya dengan perantara kenabian yang
diketahui Allah ada padanya, agar Allah menghilangkan ujian itu
dari mereka. Sehingga, nabi Musa dan Bani Israil—Allah
wariskan—kepada mereka bumi belahan barat dan belahan timur
karena mereka sabar, agar Allah melihat bagaimana mereka
67 Imam al-Qurthubi, Al Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an terj. Asmuni, jilid. 7, h. 664.
76
berbuat.68
Yang dimaksud dengan negeri-negeri bagian timur bumi
dan bagian baratnya adalah wilayah yang bermula dari pantai
Timur Laut Merah dan berakhir di pantai Laut Tengah hingga
perbatasan Irak dan batas wilayah Arab dan Turki.69
5. QS. Saba‘/34: 18
―Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri
yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang
berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-
jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada
malam hari dan siang hari dengan dengan aman.‖
Sesungguhnya ayat di atas ini membahas mengenai
anugerah kenikmatan yang Allah berikan kepada penduduk Saba‘
di Yaman. Di antara anugerah tersebut, Allah menganugerahkan
kumpulan kebun yang mengelilingi kediaman mereka. Negeri
mereka dikenal sebagai negeri yang baik. Negeri yang baik antara
lain adalah yang aman senotosa, melimpah rezekinya yang dapat
diperoleh secara mudah oleh penduduknya, serta terjalin pula
hubungan harmonis kesatuan dan persatuan antar anggota
masyarakatnya. Ada sebuah riwayat yang menggambarkan
kesuburan negeri itu, sehingga seandainya seorang pejalan
meletakkan keranjang di atas kepala, niscaya sambil berjalan ia
akan memenuhi keranjang itu dengan aneka buah-buah yang
berjatuhan. Hal tersebut merupakan sebuah perumpamaan yang
menggambarkan mengenai kesuburannya.70
Setelah menjelaskan
anugerah nikmatNya menyangkut kesuburan tanah dan
keberhasilan pertanian penduduk Saba‘, ayat di atas melanjutkan
68 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tahmid,
jilid. 5, h. 339.
69
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
5, h. 227.
70
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
11, h. 363.
77
dengan menguraikan anugerahNya menyangkut hubungan antara
satu lokasi dengan lokasi yang lain dan menunjukkan lancarnya
transportasi. Sehingga Allah menjadikan antara tempat tinggal
mereka yang berada di Yaman itu dan di antara negeri-negeri yang
Allah limpahkan keberkahan kepadanya yakni negeri Syam,
tampak berdekatan. Karena, dalam perjalanan tersebut banyak
bersambungnya kota-kota. Sehingga mereka seperti berjalan dalam
satu kota saja. Hal ini boleh jadi karena penduduk sekitar
membangun sepanjang perjalanan dari satu kota ke kota yang
tempat-tempat peristirahatan serta kios-kios yang menjual bahan
makanan dan kebutuhan para musafir, sehingga walaupun di
sepanjang perjalanan itu terbentang padang pasir yang tandus,
namun keberadaan tempat peristirahatan dan kios-kios itu,
menjadikan kota-kota itu menyatu bagaikan satu kota saja. Hal
tersebut, menurut Quraish Shihab, FirmanNya Kami jadikan
antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan
berkat kepadanya dan seterunya, mengisyaratkan adanya
keterlibatan penduduk negeri itu dalam upaya menjadikan negeri
mereka seperti yang dilukisan ayat di atas. Ini dipahami dari kata
Kami yang digunakan ayat ini menunjuk kepada Allah Swt.
Keterlibatan Allah dalam hal ini antara lain adalah mengilhami
mereka cara membangun seperti itu.71
Allah berfirman, ―Negeri yang baik…‖ yaitu San‘a di
Yaman. Iklimnya bagus dan tanahnya pun subur. Tidak ada wabah
penyakit, serangga yang menganggu seperti kalajengking dan
sebagainya. ―Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun.‖72
Yakni Dia mengampuni dosa kalian ketika kalian
71 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
11, h. 366-367.
72
Di dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa dosa selalu menyertai manusia, tidak ada yang
selamat darinya kecuali orang yang dikehendaki Allah saja seperti para nabi-Nya. Oleh sebab itu
Allah menjelaskan bahwa yang memberikan berbagai macam nikmat ini adalah Rabb yang Maha
Pengampun, yang mengampuni dosa-dosa hamba-Nya jika mereka bertaubat. Dan Allah menyeru
mereka untuk bertaubat sebab jika perbuatan dosa dibarengi dengan taubat maka tidak akan
menyebabkan kepada kehancuran secara menyeluruh atau diangkatnya nikmat.
78
berbuat dosa lalu bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya. Akan
tetapi, kalian mengingkari nikmat-nikmat itu, kufur serta tidak
bersyukur kepada-Nya. Hal tersebut telah disebutkan dalam
firman-Nya, ―Tetapi mereka berpaling…‖ dengan mendustakan
para rasul Allah yang diutus kepada mereka dan berbuat maksiat
kepada Allah dan rasul-Nya. Kemudian Allah membalas mereka
disebabkan pembangkangan yang mereka lakukan serta
keengganan mereka untuk bersyukur.
Firman pada ayat selanjutnya, ―Dan Kami jadikan antara
mereka (penduduk Saba‟) dan negeri-negeri yang Kami
berkahi…‖ Yakni Syam ―Negeri yang nampak…‖ di atas
perbukitan dari San‘a ibukota mereka hingga Syam terdapat
sekitar 4700 desa dan kota.73
6. QS. Al-A‘raf/7: 96
―Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.‖
Ayat di atas bermula dari keangkuhan suatu penduduk yang
mendustakan seorang nabi yang telah Allah utus kepada suatu
negeri. Kemudian Allah timpakan kepada mereka kesempitan dan
penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Lalu
Allah ganti kesusahan itu hingga keturunan dan harta mereka yang
la bertambah banyak. Hal itu sebagai bentuk ujian kepada mereka.
Sehingga turun ayat di atas yang menjelaskan, jika sekiranya suatu
penduduk beriman dan bertkawa maka pasti akan Allah limpahkan
73 Abu Bakar Jabir. Aisar at-Tafaasir li al-Kalaami al-Aliyyi al-Kabir terj. Fityan Amaliy
dan Edi Suswanto (Jakarta: Darus Sunnah, 2013), h. 50-52.
79
berkah dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakannya dan
maka Allah siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Kata (لو) lau/jikalau menunjukkan arti perandaian terhadap
sesuatu yang mustahil atau tidak mungkin lagi akan terjadi atau
yang menunjukkan bahwa melimpahnya keberkahan untuk
penduduk negeri-negeri yang durhaka itu adalah suatu hal yang
mustahil. Bentuk pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa Allah
akan melimpahkan aneka anugerah dan keberkahan kepada
penduduk negeri yang beriman dan bertakwa. Keimanan
menjadikan seseorang selalu merasa aman dan optimis, dan ini
mengantarnya hidup tenang dan dapat berkonsentrasi dalam
usahanya. Sedangkan ketakwaan penduduk satu negeri menjadikan
mereka bekerja sama dalam kebajikan dan tolong menolong, dalam
mengelola bumi serta menikmatinya bersama. Di sisi lain,
kedurhakaan mengakibatkan kekacauan dan permusuhan, sehingga
tenaga dan pikiran tidak lagi tertuju kepada upaya meraih
kesejahteraan, tetapi mengarah kepada upaya membentengi diri
dari ancaman sesama. Demikian Allah melimpahkan keberkahan
bagi yang percaya dan bertakwa dan menghalanginya bagi orang
yang kafir dan durhaka.74
Pada hakikatnya, ayat ini mengajarkan kita untuk mau
mempercayai Allah dan RasulNya, takut akan adzabNya, menjauhi
segala hal yang tidak disukai Allah, dan segera melaksanakan
segala amal yang dicintai Allah dengan taat kepadaNya. Dan pasti
Allah akan mengirimkan hujan dari langit kepada hambaNya yang
beriman dan bertakwa, dan pastilah tumbuh-tumbuhan di bumi
akan tumbuh untuk mereka. Kemarau dan kekeringan akan di
74 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
5, h. 182.
80
angkat. Semua itu merupakan sebagian keberkahan dari langit dan
bumi yang terus-menerus ada secara kontinu.75
Seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman bukan
malah mendustakan, dan bertakwa bukan malah apatis, niscaya
Allah membukakan berbagai berkah langit dan bumi untuk mereka.
Keberkahan tersebut terbuka tanpa perhitungan, dari atas mereka
dan dari bawah mereka. Ungkapan al-Qur‘an yang bersifat umum
dan bercakupan luas tersebut menyampaikan bayangan pancaran
karunia yang berlimpah, tidak khusus pada rezeki dan makanan
yang dikenal manusia. Sesungguhnya iman kepada Allah dan
takwa kepada-Nya benar-benar bisa mendatangkan curahan berkah
langit dan bumi sebagai janji dari Allah. Berbagai keberkahan yang
dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa,
secara tegas dan meyakinkan, itu beraneka ragam warnanya tidak
dirinci oleh nash dan tidak dibatasinya. Inspirasi nash al-Qur‘an
menggambarkan limpahan karunia yang turun dan memancar dari
setiap tempat, tanpa batasan, perincian dan penjelasan. Itulah
berbagai keberkahan dengan seluruh macam dan warnanya, dengan
seluruh bentuk dan coraknya, baik yang telah dikenal dan
terimajinasikan oleh manusia, atau yang belum tersedia dalam
realitas dan imajinasi. Sesungguhnya berkah-berkah yang diperoleh
dengan iman dan takwa adalah berkah dalam segala sesuatu,
berkah dalam jiwa, berkah dalam perasaan, berkah dalam
kehidupan yang baik. Berkah-berkah yang meningkatkan dan
mengembangkan kehidupan, bukan sekedar limpahan rezeki
namun dibarengi dengan kesengsaraan, kemunduran dan
kehancuran.76
Menurut ar-Râzi, keberkahan tersebut berupa keberkahan
yang turun dari langit yaitu berupa turunnya hujan. Sementara
75 Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an
terj. Misbah dkk, jilid. 11, h. 349.
76
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tahmid,
jilid. 5, h. 273-277.
81
keberkahan yang keluar dari bumi berupa tumbuhnya tanaman,
buah-buahan, banyaknya binatang dan hewan ternak, serta
terciptanya keamanan dan keselamatan. Langit menempati posisi
ayah, sedangkan bumi menempati posisi ibu, dan berkat ciptaan
Allah dan pengaturan-Nya, maka dari keduanya lahir semua jenis
manfaat dan kebaikan.77
Bukti keberkahan tersebut dialami oleh kaum Nabi Yunus
as., sebagaimana Allah Swt., berfirman,
―Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang
beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum
Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami
hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka
sampai waktu tertentu.‖ (QS. Yunus/10: 98)
Ayat ini merupakan ancaman kepada kaum musyrikin
Mekkah. Sementara ulama berpendapat bahwa kaum musyrikin
Mekkah serupa keadaannya dengan keadaan kaum Nabi Yunus as.
Mereka pun pada akhirnya berduyun-duyun memeluk Islam dan
mempercayai Nabi Muhammad Saw. begitu beliau bersama kaum
muslimin memasuki kota Mekkah. Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa kedurhakaan kaum Nabi Yunus belum sampai pada tingkat
pembangkangan dan keras kepala, tetapi baru akibat dari syak dan
keraguan terhadap nabi mereka, sehingga ketika ancaman Allah
yang beliau sampaikan telah mereka lihat tanda-tanda
kehadirannya, keraguan mereka pun sirna. Sekali lagi, ayat ini
menghimbau kepada para pendurhaka untuk berpegang pada
77 Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Kabir (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), juz. 14, h. 193.
82
pelampung terakhir, semoga mereka pun dapat selamat
sebagaimana keselamatan yang diperoleh kaum Nabi Yunus as.78
Tidak ada suatu negeri pun yang semua penduduknya
beriman kecuali kaum Yunus as. Di mana mereka semua beriman,
dan itu pun setelah mereka menyaksikan siksaan79
, sebagaimana
FirmanNya,
―Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih.
Sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan
kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.‖
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberkahan di sini bisa
berarti secara fisik dan maknawi, yaitu berupa buah-buahan yang
dihasilkan maupun kekayaan alamnya, atau kekhususan status dan
kedudukannya, juga karena di negeri tersebut merupakan tempat
diutusnya para nabi dan tempat turunnya malaikat. Selain itu, al-
Qur‘an surah al-A‘raf ayat 96 ini merupakan syarat utama untuk
mendapatkan keberkahan, yang merupakan landasan filosofis
sebuah negara dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi
seluruh warga negaranya. Membangun kesejahteraan rakyat
dengan meningkatkan kualitas iman dan takwa. Dalam model ini,
negara berperan aktif dalam membangun sarana dan prasarana
kehidupan beragama pada satu sisi, sementara pada sisi yang lain
negara pun berperan aktif dalam membimbing kehidupan beragama
yang kondusif bagi kehidupan modern. Agama bukan hanya
dijadikan bahan kajian, tetapi juga agama berfungsi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama tidak hanya
dijadikan pembenaran dalam kebijak politik pemerintahan, akan
78 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid.
6, h. 160.
79
Syaikh Ahmad Syakir, „Umdat al-Tafasir „an al-Hafidz Ibn Katsir terj. Suharlan
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), h. 126.
83
tetapi agama menjadi ukuran kebenaran para pejabat negara dan
elite pemerintahan dalam mengukur dan menimbang berbagai
persoalan negara.80
Nabi Muhammad Saw., pun mendoakan negeri ini agar
mendapatkan keberkahan dari Allah,
قال:«اللهمباركلنافشامنا،وفيننا»عنابنعمر،قال:قال: قال: قال: ندنا؟ وف يننا»قالوا: وف شامنا ف لنا بارك «اللهم
ندنا؟قال:قال: ،وبايطلع»قال:قالوا:وف والفت الزلزل ىناكيطان 81«ق رنالش
Dari Ibn Umar, Rasulullah Saw., bersabda, ―Ya Allah,
berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah
kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya,
―termasuk Nejd? Rasullah berdoa, ―Ya Allah berilah kami
barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah
pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertannya,
―termasuk nejd? Rasulullah Saw., menjawab, ―Di sana
(Nejd) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul
dua tanduk setan.‖ (HR. Bukhari)
Nabi Saw., pun menjelaskan bahwa negeri ini dinaungi
sayap para Malaikat,
عليو اهلل صلى اهلل رسول عند نن نا ب ي قال: ثابت، بن زيد أنام"قيل:ولذلك وسلمن ؤلفالقرآنمنالرقاعإذقال:"طوبللش
ها"يارس مالئكةالرحنباسطةأجنحت هاعلي 82 ولاهلل؟قال:"إنDiriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra., dia berkata, ―Kami
bersama Rasulullah Saw., sedang menulis al-Qur‘an dari
pelepah kayu, kemudian Rasulullah Saw., bersabda,
―Kebaikan pada negeri Syam. Kami bertanya, ‗Mengapa
wahai Rasulullah?‘ Beliau bersabda, ‗Karena Malaikat
rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di
atasnya.‖ (HR. Ahmad)
80 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an, Al-Qur‟an dan Kenegaraan (Tafsir Al-Qur‟an
Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‘an, 2011), h. 85.
81
Muhammad bin Isma‘Il Abu Abdullah al-Bukhari al-Ju‘fi, Shahih al-Bukhari (—: Dar
Thuq al-Najah, t.t), juz. 2, h. 33.
82
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin
Hanbal (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1421 H/2001), juz. 35, h. 484.
84
b. Pendekatan Geografis
Syam adalah sebuah daerah yang terletak di timur Laut
Mediterania, barat Sungai Eufar, utara Gurun Arab dan sebelah
selatan pegunungan Taurus. Seperti yang diketahui bahwa dewasa
ini wilayah Syam dikenal dengan Palestina, Suriah, Jordan dan
Lebanon. Dahulu, daerah cakupan Syam dikenal dengan sebuah
kota-kota, diantaranya adalah Gaza; al-Kahlil (Hebron); Betlehem;
Al-Quds (Jerusalem); Asqalan (Ashkelon); Ramlah; Nablus;
Aljoun (Jounieh); Ladziqiyah (Latakia); Akka (Acre); Beirut;
Damaskus; Tripoli; Hims (Homs); Hamah; Halb; dan lain
sebagainya. Gaza adalah kota di negeri Syam yang berbatasan
langsung dengan Mesir. Wilayahnya luas, gedungnya banyak, dan
pasarnya bersih dan bagus. Kota Gaza memiliki banyak masjid
yang dikelilingi dengan tembok-tembok.83
Kemudian ada kota al-
Khalil yang terletak di sebuah dataran rendah. Merupakan sebuah
kota kecil, namun memiliki kedudukan yang tinggi. Cahanya
gemerlap, pemandangannya indah, berintah tentangnya
menakjubkan. Di sana terdapat sebuah masjid yang dibangun
dengan rasa cita tinggi, sempurna, dan kreatif; dengan bahan batu
yang diukit. Di salah satu sudutnya, terdapat batu uhud dengan
panjang 37 syibr. Menurut cerita, Nabi Sulaiman as.,
memerintahkan jin untuk membangunnya. Di dalam bangunan
masjid, terdapat sebuah gua suci. Di dalamnya terdapat makam
Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub. Selain itu, di sana juga terdapat
makam istri ketika nabi tersebut. Di dalam masjid tersebut, juga
terdapat makam Nabi Yusuf as. Di sebelah timurnya, terdapat
makam Nabi Luth as. Makam tersebut berupa puing batu yang
disusun tinggi. Keberadaan makam tersebut menyebabkan tanah
Syam menjadi mulia. Di atas makam terdapat sebuah bangunan
83 Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah fi Gharaibi al-Amshar
wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath, h. 56.
85
indah. Di sana terdapat Buhairah Luth yang asin84
. Menurut cerita,
tempat itu dahulu kala menjadi kediaman umat Nabi Luth as. Di
dekat makam Nabi Luth terdapat sebuah masjid yang bernama
Masjid al-Yaqiin. Di sebelahnya, terdapat sebuah liang kecil
tempat dimakamkannya Fatimah bin al-Husain bin Ali as.85
Dari
kota al-Khalil menuju kota al-Quds, terdapat makam Nabi Yunus
as. Kemudian Betlehem merupakan tempat kelahiran Nabi Isa as.
lalu di al-Quds terdapat Bait al-Maqdis yang merupakan tempat
suci ketiga bagi umat Islam, tempat dimana Rasulullah dimi‘rajkan
menuju langit.86
Kota Asqalan memiliki berbagai kelebihan, yaitu
dari sisi letak geografis yang baik (memiliki daratan dan lautan)
dan dari sisi kesempurnaan cara mengaturnya. Di sana juga
terdapat sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Umar yang
berjarak 2.1 km dengan Masjid al-Aqsha jika menggunakan
kendaraan dan sekitar 800 m jika berjalan kaki.87
Di depan arah
kiblat masjid ini, terdapat sebuah sumur yang dikenal dengan
Sumur Ibrahim as. Menurut cerita orang, airnya mengandung
banyak berkah.88
Masing-masing kota yang berada di wilayah Syam
memiliki keistimewaan dan kelebihan tersendiri. Walaupun,
dewasa ini, wilayah Syam sudah dibagi menjadi beberapa satuan
wilayah, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai dari
keistimewaan dan kelebihan kota-kota tersebut. Di antaranya
adalah Palestina, yang terletak di bagian barat benua Asia yang
membentang antara garis lintang meridian 15-34 dan 40-35 ke arah
timur, dan antara garis lintang meridian 30-29 dan 15-33 ke arah
utara. Dari arah utara dibatasi oleh Lebanon dari arah timur laut
84 Disebut juga Laut Mati, karena tiadanya kehidupan di dalamnya, disebabkan oleh
rasanya yang sangat asin.
85
Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah fi Gharaibi al-Amshar
wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath, h. 56-58.
86
Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah fi Gharaibi al-Amshar
wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath, h. 59.
87
Lihat Google Maps, yang diakses 4 September 2018.
88
Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah fi Gharaibi al-Amshar
wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath, h. 62.
86
dibatasi oleh Suriah dari arah timur dibatasi oleh Yordania, dan
dari arah selatan dan barat daya dibatasi oleh Mesir dan dari arah
barat daya dibatasi oleh laut Mediterania. Palestina bentuknya
memanjang dari utara ke selatan panjangnya sekitar 430 km,
adapun lebarnya dari arah utara berkisar 51 sampai 70 km, dari
tengah berkisar 72 sampai 95 km, dari bagian selatan lebarnya
mencapai 117 km. Palestina memiliki posisi center dan sangat
strategis, yaitu sebagai penyambung antara tiga benua besar: Asia,
Afrika dan Eropa. Dan sebagai titik pertemuan dua sayap dunia
Islam, itulah karenanya Palestina sepanjang sejarahnya merupakan
jembatan penghubung antara kelompok-kelompok manusia.
Karena lokasinya terletak di pertengahan negera-negera Arab,
Palestina membentuk kombinasi geografis yang natural dan
humanistic bagi medan terrestrial yang luas yang memuat
kehidupan orang-orang asli Badui di wilayah selatan dan gaya
pendudukan yang sudah lama di bagian utara. Tanah Palestina
punya keistimewaan dibanding dengan daerah lain karena
merupakan bagian dari tempat tinggalnya manusia pertama, tempat
diturunkannya semua agama samawi, tempat di mana peradaban
kuno muncul, menjadi jembatan aktifitas komersial dan tempat
penyusupan ekspedisi militer di sepanjang era bersejarah yang
berbeda. Lokasi strategis yang dinikmati Palestina
memungkinkannya untuk factor penghubung antara berbagai benua
bagi dunia kuno Asia, Afrika dan Eropa.89
Lokasi komersial
penting yang terus dinikmati oleh Palestina karena ia menjadi titik
nemu yang mengubungkan antara lingkungan musiman dan
sirkular di wilayah Selatan Asia dan Timur Dekat di satu pihak dan
lingkungan Laut Tengah, Eropa Tengah dan Barat di pihak yang
lain. Namun tidak diragukan lagi, bahwa perbedaan lingkungan
dengan produk-produk yang berbeda memberikan kontribusi yang
besar terhadap transaksi komersial. Dengan demikian lokasi
89 Muhsin Muhammad Shaleh, The Palestinian Issue: Its Background and Development
Up to 2000, terj. Tim Comes (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 13.
87
Palestina menghubungkan peradaban cocok tanam (pertanian)
Timur dengan peradaban industry Barat. Maka dari itu, Palestina
menjadi jalan perdagangan internasional dan sebangsa pelancong
lainnya yang penting, baik itu untuk jalur darat, laut dan udara.90
Kemudian selain Palestina, ada Suriah yang memiliki luas
wilayah 185.180 , termasuk dataran tinggi Golan yang
diduduki Israel seluas 1.295 . Posisi Suriah terletak pada 39
derajat Garis Bujur Barat, 47 derajat Garis Bujur Timur, 41.5
derajat Garis Lintang Utara dan 39 derajat Garis Lintang Selatan.
Sebelah Utara berbatasan dengan Turki (845 km), sebelah Timur
berbatasan dengan Irak (596 km), sebelah Selatan berbatasan
dengan Yordania (356 km), dan sebelah Barat berbatasan dengan
Libanon (359 km); Israel (74 km); Laut Tengah (183 km). Suriah
beriklim Mediteranian (sub tropis) dan mempunyai 4 musim yaitu,
Musim Dingin; Musim Semi; Musim Panas; dan Musim Gugur.
Ekspor Utama negeri Suriah ini adalah Minyak Mentah, Hasil
Minyak, Buah-buahan, Kapas, Pakaian, Daging dan Hewan
Ternak.91
Ibu kota Suriah adalah Damaskus. Sejak dahulu
Damaskus terkenal dengan sungai dan saluran air, serta menjadi
pusat perdagangan yang penting. Permukaan tanahnya yang hijau,
tanamannya yang subur; kebun-kebunnya yang banyak
menghasilkan buah, airnya yang jernih, dan berbagai keindahan
lainnya.92
Setelah Suriah, ada Yordania yang merupakan sebuah
kerajaan di Tepi Barat Sungai Yordan. Negara ini berbatasan
dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur laut, Suriah
di utara dan Tepi Barat dan Palestina di barat, berbagai kekuasaan
atas Laut Mati. Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh Gurun
90Artikel Letak Geografis Palestina oleh Pesona AlQuds yang dikutip dari
www.pesonaalquds.com dan diakses pada hari minggu, 25 Maret 2018.
91
https://www.kemlu.go.id/damascus/id/Pages/PROFIL-SURIAH.aspx di akses pada hari
Jum‘at, 29 Juni 2018.
92
Muhammad Syafi‘I Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Damaskus (Jakarta:
Tazkia Pusblishing, 2012), h. 6.
88
Arab. Di bagian barat Yordania dihiasi oleh hutan dan lahan yang
layak tanam.93
Selanjutnya adalah Lebanon, sebuah negara di Timur
Tengah yang berbatasan dengan Laut Tengah (garis pantai
sepanjang: 225 km) dan di timur dengan Depresi Suriah-Afrika.
Lebanon berbatasan dengan Suriah sepanjang 357 km di utara dan
di timur; dengan Israel sepanjang 79 km di selatan.94
Negeri-negeri yang telah disebutkan di atas, saat ini dikenal
masuk dalam wilayah Bulan Sabit Subur. Yaitu potongan tanah
yang bagus untuk bertani dan berbentuk seperti bulan sabit. Daerah
ini terbentang dari pesisir Laut Tengah dan kemudian melengkung
dan masuk ke lembah antara sungai Tigris dan Efrat-
Mesopotamia- lalu ke Teluk Persia.95
c. Pendekatan Historis
Menurut al-Baladzuri, dalam karyanya al-Mu‟jam al
Buldan (disusun pada abad ke-7 H atau ke-13 M), sebutan itu
diambil dari nama Sam (putra sulung Nabi Nuh a.s.) karena konon
dia adalah orang yang kali pertama menempati kawasan ini setelah
topan yang terjadi pada masanya mereda. Kemudian, huruf ―sin‖
diubah menjadi ―syin‖ hingga berbunyi Syam. Berbagai sumber
sejarah Islam lama, kala menyebut kawasan ini, tidak membedakan
antarwilayah yang termasuk di dalamnya seperti yang dikenal saat
ini. Islam memasuki Syam ini pada masa pemerintahan ‗Umar ibn
Khattab, tepatnya pada 14 H/635 M, lewat pasukan Muslim di
bawah komado Khalid ibn al-Walid yang berhasil melibas pasukan
Kekaisaran Byzantium. Setelah itu, sang khalifah mengangkat
Yazid ibn Abu Sufyan sebagai Gubernur Syam, dengan Damaskus
sebagai ibu kotanya. Ketika Yazid ibn Abu Sufyan berpulang, sang
khalifah mengangkat Mu‘awiyah ibn Abu Sufyan yang kelak
93 https://id.wikipedia.org/wiki/Yordania di akses pada Kamis, 6 September 2018.
94
https://id.wikipedia.org/wiki/Lebanon di akses pada Kamis, 6 September 2018.
95
https://id.wikibooks.org/wiki/Peta_Sejarah/Bulan_Sabit_Subur, diakses pada Minggu,
16 September 2018.
89
mendirikan Dinasti Umawiyyah sebagai penggantinya. Kemudian,
kala kawasan ini berada di bawah kekuasaan Dinasti Utsmaniyyah
pada abad ke-10 H atau abad ke-16 M, kawasan ini dibagi menjadi
tiga wilayah, yakni Halb (Aleppo), Beirut, dan Syam (atau
Damaskus). Sejak Perang Dunia I kawasan ini dibagi menjadi
beberapa satuan politik, yakni Suriah, Lebanon, Palestina, dan
Jordania.96
Dr. Muhammad Izb Dasuqi menegaskan bahwa sejak lama
negeri Syam merupakan salah satu negeri tetangga yang terpenting
bagi daerah Semenanjung Arabia. Negeri ini terkenal subur dan
kaya raya sehingga dalam perjalanan sejarahnya dari abad ke abad,
ia selalu menjadi tujuan utama bagi para penduduk Semenanjung
Arabia yang ingin mencari penghidupan baru. Di negeri ini mereka
kemudian menetap sambil menggembalakan ternak di padang-
padang rumput yang ada atau juga membina hubungan dagang
dengan penduduk setempat. Secara tersirat, hubungan antara Syam
dengan Jazirah Arab sebetulnya tidak pernah terputus dari waktu
ke waktu. Hubungan ini secara umum terfokus pada bidang
perdagangan serta ekspor impor berbagai bahan makanan dan hasil
industri pokok masyarakat. Sebenarnya, jalur perdagangan antara
kedua kawasan ini cukup banyak, namun yang dikenal paling
penting dan terkenal adalah jalur Hijaz-Syam. Jalur ini senantiasa
dipadati oleh kafilah-kafilah dagang yang bolak-balik membawa
barang dagangan mereka dari satu negeri ke negeri lain.97
d. Fakta-Fakta yang Memperkuat Adanya Keberkahan
Perlu diingatkan kembali bahwa keberkahan dalam bentuk
materil bukanlah satu-satunya bentuk dari keberkahan, akan tetapi
96 Ahmad Rofi‘ Usmani, Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari
Masa ke Masa (Yogyakarta: Bunyan, 2016), h. 347
97
Dr. Muhammad ‗Azd Dasuki, al-Qabaa‟il al-„Arabiyyah fiy Bilaadisy Syaam mundzu
Zhuhuuril Islaam ilaa Nihaayatil „Ashril Umawiyy yang dikutip oleh Hanafi Muhallawi, Amaakin
Masyhuurah fi Hayaati Muhammad Saw terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), h. 173.
90
keberkahan materil merupakan anak dari induk keberkahan itu
sendiri.
Setelah menjabarkan tafsir mengenai ayat-ayat negeri yang
diberkahi di atas, penulis mencoba sedikit mengaitkannya dengan
kondisi sumber daya alam yang dimiliki oleh negeri tersebut.
Walaupun keberkahan tidak hanya bisa dilihat dari segi materil
saja, namun agaknya penulis mencoba menguraikan keberkahan
dalam segi kemakmuran alam suatu negeri.
Jika dilihat dari kesimpulan pendapat ulama tafsir mengenai
karakteristik negeri yang diberkahi, ada beberapa elemen
keberkahan yang pada realita masa kini telah berangsur hilang.
Disebabkan konflik berkepanjangan yang terus terjadi. Duta Besar
Iran untuk Indonesia Valliolah Mohammadi menyebutkan Timur
Tengah merupakan kawasan paling strategis, di dunia. Hal ini
dikarenakan banyaknya kekayaan alam, seperti minyak.98
Palestina merupakan suatu negeri yang menjadi tempat
mi‘rajnya Nabi Saw., menuju langit ke tujuh. Dewasa ini, negeri
tersebut sedang mengalami penindasan atas hak tanah dan tempat
tinggal. Problematika ini memperebutkan otoritas tanah yang mana
kedua belah pihak yakni Palestina-Israel mengklaim mempunyai
hak yang sama atas tanah tersebut. Konflik ini dimulai pada 1967
ketika Israel menyerang Mesir, Yordania, dan Suriah serta berhasil
merebut Sinai, Jalur Gaza, dataran tinggi Golan (Suriah), dan
Yerussalem.99
Jikalau banyak orang yang menilai bahwa konflik tersebut
dilatarbelakangi atas pemahaman agama, maka penulis rasa
perbedaan pemahaman agama merupakan salah satu faktor
timbulnya konflik, namun bukan faktor utamanya. Rata-rata
98 Marcheilla Ariesta Putri Hanggoro, Ini Sebab Mengapa Timur Tengah selalu menjadi
Kawasan penuh Konflik, yang diakses dalam https://m.merdeka.com/dunia/ini-sebab-mengapa-
timur-tengah-selalu-menjadi-kawasan-penuh-konflik.html pada Kamis, 13 September 2018.
99
Hafid Algristian, ―Latar Belakang Sejarah Konflik Israel Palestina di Jalur Gaza‖
dalam http://algristian.wordpress.com/2009/02/06/latar-belakang-sejarah-konflik-israel-palestina-
di-jalur-gaza/ yang diakses pada Kamis 6 September 2018.
91
konflik yang terjadi di Timur Tengah selalu dikaitkan dengan
perbedaan pemahaman agama. Padahal konflik terjadi karena
perebutan kekuasaan, alias perebutan sumber daya alam yang
sangat kaya. Walaupun daerah-daerah tersebut cenderung tandus,
penuh dengan gurun dan dikelilingi oleh lembah-lembah.
Asia Pasific for Palestine menyebutkan bahwa negeri
tersebut memiliki sumber air yang banyak dan dapat menghasilkan
bahan makanan yang melimpah, gunung-gunung juga mengandung
bijih-bijih besi dan tembaga yang berguna. Kemudian terdapat
persediaan garam yang banyak, dan di Lembah Yordan terdapat
lapisan-lapisan tanah liat untuk industry batu bata dan tembikar.
Juga batu kapur yang sangat bagus digali untuk digunakan dalam
pembangunan, dan di beberapa bagian permukaan tanah terdapat
basal hitam yang sangat bernilai karena keras dan teksturnya yang
halus.100
Sebagai negeri yang berada di kawasan Timur Tengah,
sebagian besar Palestina mempunyai tipologi tanah yang kering,
berpasir dan gurun, seperti negara-negara Arab lain. Meski pun
begitu wilayah di Palestina yang subur untuk pertanian. Banyak
orang yang tak menyangka bahwa kondisi pertanian di Palestina
saat ini cukup berkembang. Walaupun minim persediaan air tapi
dari sana bisa dihasilkan sayur dan buah yang tumbuh dengan
suburnya. Meski kondisi negaranya yang kacau balau, akibat
konflik dan perang yang berkepanjangan, di sudut negeri ini
nyatanya sector pertanian masih bisa berkembang. Dengan
teknologi yang ada, petani disana bisa memaksimalkan potensi
lahan yang ada. Hasilnya beberapa komoditas yang ditanam di
bumi Palestina ternyata tumbuh subur, seperti semangka, kurma,
anggur, kubis, zukini, strawberry dan lain-lain. Bahkan banyak
komiditas yang ditanam petani Palestina bisa menembus pasar
Eropa bakan dunia. Komoditas yang diketahui telah menembus
100 ASPAC (Asia Pasific For Palestine), Bentang Alam Palestina yang diakses melalui
https://www.aspacpalestine.com/bentang-alam-palestina/ pada Senin, 10 September 2018.
92
pasar Eropa antara lain zaitun (olive), strawberry, dan kurma.
Sebagai tambahan informasi, pertanian di Palestina merupakan
sector andalan perekonomian. Secara formal 13,4% dan secara
informal 90% penduduknya bekerja disektor pertanian. Luas lahan
pertaniannya 183.000 hektar dan separuhnya digunakan untuk
produksi zaitun. Pendapatan dari produk zaitun menghasilkan
ekspor yang lebih banyak dari komoditas pertanian lainnya. Pada
akhir decade ini, pertanian di Palestina mengalami masalah yang
pelik. Bermula sejak Israel memberlakukan blockade ekspor hasil
pertanian Palestina, blokasi impor sarana produksi, perusakan
sumur serta membangun tembok penghalang di Tepi Barat. Tak
sampai disitu banyak lahan produktif pertanian di Palestina yang
kemudian disita dan dikuasai militer Israel menambah pelik kondisi
pertanian Palestina sehingga pertanian menjadi sector paling
miskin di Palestina saat ini.101
Dina Y. Sulaeman dalam bukunya ―Ahmadinejad on
Palestine‖ menggabarkan bahwa sesungguhnya tanah Palestina
adalah tanah yang subur. Seperti yang tertulis dalam laporan hasil
produksi pertanian di Palestina tahun 1944-1945 yang ditulis dalam
dua buku resmi Mandat Inggris berjudul Survey of Palestine
sebagai laporan kepada komite khusus PBB untuk Palestina. Isi
laporan itu adalah bahwa produksi pertanian orang Palestina
(gandum, sayuran, buah-buahan, zaitun, dan lain-lain) 1944-1945:
690.548 ton atau 71.25% dari total produksi pertanian dengan luas
tanah 92.8% dari total luas tanah pertanian. Hal ini menunjukkan
bahwa Palestina bukanlah tanah yang tandus dan gersang; padang
pasir yang tak berpohon. Sesungguhnya di seluruh penjuru negeri,
101 Info Agribisnis, Subhanallah, Beginilah Kondisi Pertanian di Palestina, yang diakses
melalui http://belajartani.com/subhanallah-beginilah-kondisi-pertanian-di-palestina/ pada Selasa,
11 September 2018.
93
sulit ditemukan tanah yang tidak ditanami. Hanya bukit pasir dan
gunung batu yang tak menghijau.102
Pada Desember 2016, meski diblokade selama kurang lebih
19 tahun, buah-buahan bisa tumbuh subur khususnya stroberi yang
bisa menembus Eropa. Selain stroberi dan zaitun, buah-buah lain di
Gaza juga tumbuh subur. Termasum apel, semangka kuning dan
semangka merah. Yang menariknya lagi, harga stroberi di Gaza
cukup murah, perkilo hanya Rp. 29.000, lebih besar dan luar biasa
manis dan merah.103
Hasil pertanian Palestina didominasi buah-
buahan seperti kurma, anggur, zaitun, almond, dan aprikot. Petani
juga membudidayakan sayur mayor dan biji-bijian.104
Dalam sebuah seminar yang diselenggarakan PBB pada
tanggal 6-7 Februari 2012 di Kairo, Mesir terungkap bahwa
perekonomian Palestina bisa tumbuh dua kali lipat dibandingkan
kondisi ekonomi Palestina sekarang, jika tidak dijajah oleh Israel.
Salah seorang pembicara seminar dari Applied Research Institute
di Yerusalem, Jad Isaac mengatakan, berbagai pembatasan yang
diberlakukan Israel terhadap rakyat Palestina menjadi penghalang
utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ia
mengungkapkan, wilayah Palestina menyimpan kekayaan alam
yang besar, mulai dari hasil perkebunan dan pertanian, hasil garam
dan mineral dari Laut Mati, hasil tambah berupa batu mulia dan
batu kersik di Tepi Barat, dan kekayaan gas alam di lepas pantai
102 Dina Y. Sulaeman, Kajian Timur Tengah: Palestina, Negeri yang Subur, yang diakses
melalui https://dinasulaeman.wordpress.com/2012/12/02/palestina-tanah-yang-subur/ pada Selasa,
11 September 2018.
103
https://www.hidayatullah.com/berita/palestina/terkini/read/2016/12/06/107122/dibloka
de-19-tahun-gaza-bisa-ekspor-stroberi-ke-pasar-eropa.html diakese pada Selasa, 11 September
2018.
104
Achmad Syalaby, Palestina Perjuangkan Kemandirian Pertanian demi Kemerdekaan,
yang diakses melalui https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/16/08/02/ob9hym394-palestina-perjuangkan-kemandirian-pertanian-demi-kemerdekaan
pada Selasa, 11 September 2018.
94
Gaza. Kekayaan alam itu merupakan potensi ekonomi yang bisa
menjadi sumber pendapatan bagi Palestina.105
Di antara kekayaan minyak bumi dan gas alam Palestina
yang dikendalikan oleh Israel adalah sebanyak 10 bidang gas106
yang mengendalikan minyak bumi dan gas alam palestina antara
lain:
1. Noa Field, bidang gas Israel ini terletak di lepas pantai
Gaza, berada pada kedalaman 779 meter di bawah
permukaan laut. Produksi dari Noa Field dimulai sejak
bulan juni 2012.
2. Mari Field, masih berada di lepas pantai Gaza, tepatnya
arah tenggara Noa Field. Produksinya dimulai pada
bulan Maret 2004, dengan jumlah produktivitas sekitar
1,1 triliun kaki kubik gas alam.
3. Tamar Field, 90 kilometer sebelah barat kota Haifa,
dengan kedalaman sekitar 1.700 meter di bawah
permukaan laut. Total produksi diperkirakan mencapai
8,4 triliun kaki kubik gas alam.
4. Leviathan Field, 130 kilometer dari barat pantai Haifa
dan dianggap sebagai penemuan gas alam yang terbesar
di cekungan Levant. Diperkirakan memiliki 18 triliun
kaki kubik cadangan gas alam.
5. Dalit Field, 40 kilometer selatan Tamar dan 60
kilometer dari pantai Hadera, memiliki total cadangan
gas alamnya sekitar 0,53 triliun kaki kubik.
6. Sara dan Myra Fields, 40 kilometer lepas pantai
Netanya, sebelah selatan dan barat daya Dalit Field,
105 Islamedia, Pakar Ekonomi: Jika Tak Dijajah Israel, Perekonomian Palestina Bisa
Tumbuh Dua Kali Lipat, yang di akses melalui www.islamedia.id/2012/02/pakar-ekonomi-jika-
tak-dijajah-israel.html pada Selasa, 11 September 2018.
106
Palestine Update, 10 Bidang Gas Israel Yang Kendalikan Sumber Daya Alam
Palestina, yang diakses melalui http://palestineupdate.com/10-bidang-gas-israel-yang-kendalikan-
sumber-daya-alam-palestina/ pada Selasa, 11 September 2018.
95
serta tenggara Leviathan Field. Total produksi
diperkirakan ada 6 sampai 7 triliun kaki kubik gas alam.
7. Tanin Field, 120 kilometer dari pantai Israel dan
diperkirakan potensi gas alam sekitar 1,1 triliun kaki
kubik.
8. Dolphin Field, 110 kilometer dari pantai kota Haifa,
dengan total cadangan gas alam sekitar 510 miliar kaki
kubik.
9. Marine Field, 36 kilometer dari pantai jalur Gaza, dan
memiliki cadangan gas alam sekitar 1,4 triliun kaki
kubik.
10. Meged Oil Field, dengan cadangan minyak sekitar 1,5
miliar barel minyak dan 182 kaki kubik gas.
Tanpa pendudukan Israel, ekonomi Palestina bisa dengan
mudah menghasilkan dua kali produk domestic bruto (PDB) saat
ini, sementara pengangguran dan kemiskinan dapat turun
signifikan. Sebuah laporan Konferensi PBB mengenai Perdagangan
dan Pembangunan (UNCTAD) menyatakan hal itu.107
Jadi, kesimpulannya adalah walaupun secara kasat mata
peperangan terjadi di bumi Syam, namun keberkahannya masih
terlihat dengan jelas. Seperti yang penulis sudah jelaskan
sebelumnya, karena di negeri ini selain tempat lahirnya, diutus dan
dimakamkannya para nabi juga mendapatkan keberkahan karena
menjadi saksi perjalanan Isra‘ dan Mi‘raj Rasulullah Saw. namun,
keberkahan tersebut tidak akan pernah bertahan lama jika
penduduknya lalai dalam menjalankan perintah-Nya, serta menukar
iman dan takwa dengan kekufuran. Hal itu hanya akan menjadi
butiran kapas yang berterbangan. Hilang dimakan zaman. Wallahu
a‟lam.
107https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/16/09/07/od43pl366-
ekonomi-palestina-dua-kali-lebih-besar-tanpa-pendudukan-israel pada selasa, 11 September 2018.
96
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Quraish Shihab menjelaskan bahwa keberkahan tersebut sudah
tidak terasa lagi akibat konflik yang terus terjadi yang berupa peperangan
dan kekerasan, sama sekali tidak bertentangan dengan ayat ini yang
menggunakan kata kerja lampau, dan kini keberkahan tersebut telah
dicabut atau tidak berlanjut lagi karena tidak ada Nabi yang diutus, dan
penduduknya pun banyak yang telah melanggar ketentuan Allah. Namun,
pendapat ini hanya berlaku pada keberkahan yang berupa immateri.
Walau demikian, keberkahan itu ada yang disebut berkah langit,
atau barakaatu as-samaa’, seperti hujan, ketenangan dan keselamatan,
serta kebahagiaan. Ada pula yang disebut berkah bumi, barakaatu al-
Ardhi, seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan semua yang ada di
muka bumi daripada binatang-binatang ternak. Semua berkah itu adalah
karunia Allah dan kebaikannya terhadap hamba-hambaNya. Limpahan
berkah dari Allah ini disyaratkan atas adanya keimanan dan ketakwaan,
dan berkah ini lebih ditekankan atas arti kebahagiaan, maka ia terletak
dalam hati sanubari. Karena jika berkah itu hanya diartikan dari segala
kenyataan-kenyataan yang dzahir saja dalam kehidupan ini, maka berapa
banyak kekayaan dan kemegahan orang-orang yang inkar kepada Allah di
mana mereka mendapatkannya tanpa sesuatu kebahagiaan bahkan sebagai
istidraaj, pemberian untuk menambah sesatnya mereka dalam kehidupan
yang fana ini, untuk ter-adzab dalam masa yang kekal dan abadi.1
1 Muhammad Syafi’I Hadzami, Taudhihul Adillah (Buku 2) Fatwa-Fatwa Muallim KH.
Syafi’I Hadzami: Penjelasan tentang Dalil-Dalil Ushul dan Akhlak ( Jakarta: Kompas Gramedia,
2010), h. 293-294.
97
Oleh karena itu, menilai keberkahan hanya dari segi materiil saja
sangatlah sempit. Keberkahan yang Allah berikan itu sangat luas. Dan
keberkahan dari negeri-negeri di atas merupakan suatu keberkahan yang
bisa dijadikan pelajaran, bahwa dengan bersyukur dan bersabar atas apa
yang terjadi, maka Allah akan membalasnya dengan sebaik-baiknya.
Allahu A’lam
B. Saran
Manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna. Untuk
membahas Kekayaan Allah adalah hal yang sangat luas, abstrak, dan
pastinya akal manusia tidak akan pernah sampai kepadanya. Segala hal
yang terjadi di dunia ini tidak akan pernah terlepas dari genggamanNya.
Allah Maha Kuasa atas segala hal. Manusia hanya bisa melihat dengan apa
yang bisa ia lihat. Jika ingin membahas mengenai keberkahan secara
materiil, maka ada begitu banyak. Sangat banyak. Kita bisa bernafas pun
merupakan keberkahan. Jadi, keberkahan itu sangat luas. Dan penelitian
ini memiliki banyak kekurangan. Sehingga butuh penelitian yang lebih
mendalam lagi mengenai negeri-negeri yang diberkahi dan keberkahan
secara umum.
98
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an al-Karim
Buku:
Abd al-Hamid „Umar, Ahmad Mukhtar. (1429 H/2008 M). Mu‟jam al-Lughah al-
„Arabiyah al- Mu‟ashirah. Beirut: „Alam al-Kutub
„Abd al-Mu‟thi, Fathi Fawzi. (2010). The Ka‟bah terj. R. Cecep Lukman Yasin.
Jakarta: Zaman
Abdul Baqi‟, Muhammad Fu‟ad. (1984) al-Mu‟jam al-Mufahros li al-faẓ al-
Qur‟ân al-Karim. Istanbul: al-Maktabah al-Islamiyyah
Abdul Ghani, Muhammad Ilyas. (2003). Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern.
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana
Abu Bakar al-Anbary, Muhammad bin al-Qasim. (1412 H/1992 M). al-Zaahir fi
Ma‟aani Kalimaat al-Naas, ed. Haatim Shalih al-Dhamin. Beirut: Muassasah al-
Risalah
Abu al-Sa‟adât Ibn al-Atsir, Majd al-Dîn. (1399H/1979 M). al-Nihayah fi Gharib
al-Hadiith wa al-Atsar. Beirut: al-Maktabah al-„Ilmiyah
Abu Mashur, Muhammad bin Ahmad al-Azhari al-Harawi. (2001 M). Tahdziib al-
Lughah. Beirut: Daar Ihya‟ al-Turats al-„Araby
Ahmad bin Syu‟aib bin „Ali Al-Kharasani, Abu Abdu al-Rahman. (1421H/2001
M). al-Sunan al-Kubra tahqiq Hasan Abdu al-Nu‟aim Syalabi. Beirut:
Mu‟assasah al-Risalah
Anwar, Syarifuddin. (t.t). Kamus Al-Misbah Arab-Indonesia. Jakarta: Bina Iman,
Al-Ashfahânî, Ar-Râgib. (t.t). Mu‟jam Mufradât Alfâz Al-Qur‟ân. Beirut: Dâr al-
Fikr
Al-Askary, Abu Hilal al-Hasan bin Abdillah. (1412 H). Mu‟jam al-Furuq al-
Lughawiyah. Qurn: Muassasah al-Nasyr al-Islamy
Al-Asqalani, Ibn Hajar. (2004). al-„Ujab fi Bayan al-Asbab. Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah
99
Al-Bayani, Shobah Ali. (2008). Tabarruk Ceraplah Berkah (Energi Positif) dari
Nabi dan Orang Saleh Terj. Abdul Halim. Depok: Pustaka Iman
Chirzin, Muhammad. (2003). Permata al-Qur‟an. Yogyakarta: Qirtas
Djajengminardo, Gayatri. (2013). Unik dan Keistimewaannya Mekkah dan
Madinah “Dalam sorotan Al-Qur‟an dan as-Sunnah. Jakarta: Rexa Pustaka
E.J. Brill‟s. (1913-1936). The Encyclopaedia of Islam. A Dictionary of the
Geography, Ethnography and Biography of the Muhammadan Peoples. Leiden:
E.J. Brill
Al-Farmawi, Abdul Hayy. (2002). Al-Bidayah Fi At-Tafsir Al-Maudhu‟i: Dirasah
Manhajiyyah Maudhu‟iyyah terj. Rosihon Anwar, Metode Tafsir Maudhu‟I dan
Cara Penerapannya. Bandung: Pustaka Setia
Ibn Bathuthah, Muhammad bin Abdullah. (2012). Rihlah Ibn Bathuthah fi
Gharaibi al-Amshar wa „Ajaibi al-Asfar terj. Muhammad Muchson Anasy dan
Khalifurrahman Fath. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Jabir, Abu Bakar. (2013). Aisar at-Tafaasir li al-Kalaami al-Aliyyi al-Kabir terj.
Fityan Amaliy dan Edi Suswanto. Jakarta: Darus Sunnah
Al-Jailani, Abdul Qadir. (2010). Sirr al-Asrar fi ma Yahtaj Ilayh al-Abrar terj.
Abdul Majid Hj. Khatib. Yogyakarta: Diva Press
Jamaluddin Ibn Mandhur, Muhammad bin Mukrim. (1414 H). Lisan al-„Arab.
Beirut: Daar Shadir
Jum‟ah, Lutfi. (t.t.). Tsaurah al-Islaam wa Bathal al-Anbiyaa‟. Mesir: Maktabah
an-Nadhah al-Mishriyah
Al-Kharbuthli, Ali Husni. (2013). Taarikh Ka‟bah terj. Fuad Ibn Rusyd. Jakarta:
Turos
K. Hitti, Philip. (2014). History of The Arabs; From the Earliest Times to the
Present terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an. (2011). Al-Qur‟an dan Kenegaraan
(Tafsir Al-Qur‟an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an
100
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementerian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). (2010) Air
Dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-
Qur‟an
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementerian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). (2010). Kisah
Para Nabi Pra-Ibrahim Dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Qur‟an
Al-Maraghiy, Ahmad Mushthafa. (1989). Tafsir al-Maraghiy terj. Hery Noer Aly
dkk. Semarang: Tohaputra
Al-Mawardi al-Bashri, Abi al-Hasan „Ali bin Muhammad bin Habaib. (t.t). al-
Nukat wa al-„Uyun Tafsir al-Mawardi. Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah
Muhallawi, Hanafi. (2005). Amaakin Masyhuurah fi Hayaati Muhammad Saw
terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani Press
Muhammad al-Thahir ibn „Asyur, Al-Imam Asy-Syaikh. (1984). Tafsiru al-Tahrir
wa al- Tanwir. Tunisia: Dar at-Tunisiyah
Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Abu Ja‟far. (2009). Jami‟ al Bayan an Ta‟wil
Ayi al- Qur‟an terj. Ahsan Askan. Jakarta: Pustaka Azzam
Munawwir, Ahmad Warson. (1997). Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progressif
Munir Amin, Totok Jumanto dan Samsul. (2005). Kamus Ilmu Tasawuf. Jakarta:
Amzah
Nashir bin „Abdurrahman bin Muhammad al-Juda‟I. (1989). at-Tabarruk. Riyadh:
Maktabah ar-Rusyd
Ngajenan, Mohamad. (1990). Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Semarang:
Dahara Prize
Oxford Fajar. (2001). Oxford Student‟s Dictionary Of English. Shah Alam:
Oxford Fajar Sdn. Bhd
Al-Qahthani, Sa‟id bin „Ali bin Wahf. (t.t). „Aqidah al-Muslim fi Dhaui al-Kitabu
wa al-Sunnatu. Riyadh: Mathba‟atun Safiir
101
Quthb, Sayyid. (2009). Fi Zhilalil Qur‟an terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq
Shaleh Tahmid. Jakarta: Robbani Press
Al-Qurthubi, Imam. (2009). Al-Jami‟ li Ahkaam al-Qur‟an terj. Akhmad Khatib.
Jakarta: Pustaka Azzam
Al-Qusyarî, Abû al-Qâsim „Abd al-Karîm ibn Hawzân. (2006). Kitâb al-Mi‟râj
terj. Abad Badruzaman. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Al-Razy, Ahmad bin Faaris. (1399 H/1979 M). Mu‟jam Maqaayis al-Lughah, ed.
Abd al-Salam Muhammad Haarun. Beirut: Daar al-Fikr
Ar-Razi, Fakhruddin. (1981). Tafsir al-Kabir. Beirut: Dar al-Fikr
Rofi‟ Usmani, Ahmad. (2016). Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban
Islam dari Masa ke Masa. Yogyakarta: Bunyan
Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati
Syafi‟I Antonio, Muhammad. (2012). Ensiklopedia Peradaban Islam Damaskus.
Jakarta: Tazkia Pusblishing
Syafi‟I Hadzami, Muhammad. (2010). Taudhihul Adillah (Buku 2) Fatwa-Fatwa
Muallim KH. Syafi‟I Hadzami: Penjelasan tentang Dalil-Dalil Ushul dan Akhlak.
Jakarta: Kompas Gramedia
Asy-Syaukani, Imam. (2009). Fathul Qadir (Al Jami‟ baina Ar-Riwayah wa ad-
Dirayah min ilm Al-Tafsir), terj. Amir Hamzah Fachruddin dan Asep Saefullah.
Jakarta: Pustaka Azzam
Syakir, Syaikh Ahmad. (2014). „Umdat al-Tafasir „an al-Hafidz Ibn Katsir terj.
Suharlan. Jakarta: Darus Sunnah Press
Sya‟rawi, Muhammad Mutawalli. (2008). Tafsir Sya‟rawi, ter. Tim Safir al-
Azhar. Jakarta: Duta Azhar
Ath-Thabari. (t.t). Tharikh al-Umam wa al-Muluuk. Kairo: Dar al-Ma‟aarif
Tim Penyusun. (2007). Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosakata. Jakarta:
Lentera Hati
Tim Penyusun Pusat Bahasa. (2009). Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia.
Bandung: Mizan
102
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1988).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Yunus, Mahmud. (1989). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung
Az-Zuhaili, Wahbah. (2012). At-Tafsir al-Wasith, terj. Muhtadi dkk. Jakarta:
Gema Insani
Jurnal:
Burhanuddin. (2017). “Konsep Berkah (Barakah) dalam Perspektif Qur‟an dan
Hadits serta Implementasinya dalam Pendidikan”. Jurnal Al-Ta‟dlib,
Volume 6, No. 2
Fatah, Abdul. (2017). “Keberkahan Al-Aqsha Perspekif Hermeneutika
Schleiermacher”. Jurnal Penelitian UIN Walisongo Malang, Vol. 14, No.
1
Ngafifi, Muhammad. (2014). “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia
Dalam Perspektif Sosial Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan:
Fondasi dan Aplikasi, Vol. 2, No. 1
Artikel Database:
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Blessing yang diakses pada hari Minggu, 6 Mei
2018.
Rosidin, Berkah dalam Perspektif al-Qur‟an dan Hadis. Dialog Ilmu yang diakses
pada 30 Agustus 2018 dari http://www.dialogilmu.com/2017/10/berkah-dalam-
bingkai-al-qur‟an-dan-hadis.html.
https://www.kemlu.go.id/riyadh/id/Pages/Arab-Saudi.aspx yang diakses pada hari
Rabu, 28 Maret 2018.
https://www.brilio.net/wow/10-negara-dengan-jumlah-jemaah-haji-terbanyak-
indonesia-nomor-berapa-170830f.html yang diakses pada hari Senin, 20 Agustus
2018
https://www.republika.co.id/berita/jurnal/haji/berita/jurnal/haji/18/05/30/p9iqky43
0-jumlah-jamaah-umrah-pada-2017-capai-lebih-dari-19-juta-orang yang diakses
pada hari Senin, 20 Agustus 2018
103
https://tirto.id/usaha-arab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrah-dan-haji-bKL8,yang
diakses pada hari Senin, 20 Agustus 2018, 18:10 WIB.
https://duniageologi.wordpress.com/tag/top-10-negara-dengan-cadangan-minyak-
terbesar-dan-peta-lokasi-cadangan-minyaknya/ yang diakses pada Jum‟at, 24
Agustus 2018.
http://kaltim.tribunnews.com/2018/06/29/tempat-cadangan-minyak-terkaya-dunia-
yang-terletak-di-antara-dua-lembah-di-arab-saudi yang diakses pada Jum‟at. 24
Agustus 2018.
Artikel Letak Geografis Palestina oleh Pesona AlQuds yang dikutip dari
www.pesonaalquds.com dan diakses pada hari minggu, 25 Maret 2018.
https://www.kemlu.go.id/damascus/id/Pages/PROFIL-SURIAH.aspx di akses
pada hari Jum‟at, 29 Juni 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Yordania di akses pada Kamis, 6 September 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Lebanon di akses pada Kamis, 6 September 2018.
https://id.wikibooks.org/wiki/Peta_Sejarah/Bulan_Sabit_Subur, diakses pada
Minggu, 16 September 2018.
Marcheilla Ariesta Putri Hanggoro, Ini Sebab Mengapa Timur Tengah selalu
menjadi Kawasan penuh Konflik, yang diakses dalam
https://m.merdeka.com/dunia/ini-sebab-mengapa-timur-tengah-selalu-menjadi-
kawasan-penuh-konflik.html pada Kamis, 13 September 2018.
Hafid Algristian, “Latar Belakang Sejarah Konflik Israel Palestina di Jalur
Gaza” dalam http://algristian.wordpress.com/2009/02/06/latar-belakang-sejarah-
konflik-israel-palestina-di-jalur-gaza/ yang diakses pada Kamis 6 September
2018.
ASPAC (Asia Pasific For Palestine), Bentang Alam Palestina yang diakses
melalui https://www.aspacpalestine.com/bentang-alam-palestina/ pada Senin, 10
September 2018.
Info Agribisnis, Subhanallah, Beginilah Kondisi Pertanian di Palestina, yang
diakses melalui http://belajartani.com/subhanallah-beginilah-kondisi-pertanian-di-
palestina/ pada Selasa, 11 September 2018.
104
Dina Y. Sulaeman, Kajian Timur Tengah: Palestina, Negeri yang Subur, yang
diakses melalui https://dinasulaeman.wordpress.com/2012/12/02/palestina-tanah-
yang-subur/ pada Selasa, 11 September 2018.
https://www.hidayatullah.com/berita/palestina/terkini/read/2016/12/06/107122/dib
lokade-19-tahun-gaza-bisa-ekspor-stroberi-ke-pasar-eropa.html diakese pada
Selasa, 11 September 2018.
Achmad Syalaby, Palestina Perjuangkan Kemandirian Pertanian demi
Kemerdekaan, yang diakses melalui https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/16/08/02/ob9hym394-palestina-perjuangkan-kemandirian-
pertanian-demi-kemerdekaan pada Selasa, 11 September 2018.
Islamedia, Pakar Ekonomi: Jika Tak Dijajah Israel, Perekonomian Palestina Bisa
Tumbuh Dua Kali Lipat, yang di akses melalui www.islamedia.id/2012/02/pakar-
ekonomi-jika-tak-dijajah-israel.html pada Selasa, 11 September 2018.
Palestine Update, 10 Bidang Gas Israel Yang Kendalikan Sumber Daya Alam
Palestina, yang diakses melalui http://palestineupdate.com/10-bidang-gas-israel-
yang-kendalikan-sumber-daya-alam-palestina/ pada Selasa, 11 September
2018.
Ani Nursalikah, Ekonomi Palestina Dua Kali Lebih Besar tanpa Pendudukan
Israel, yang diakses melalui https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-
global/16/09/07/od43pl366-ekonomi-palestina-dua-kali-lebih-besar-tanpa-
pendudukan-israel pada selasa, 11 September 2018.
Adi Nugroho, Inilah Alasan Timur Tengah Tidak Pernah Berhenti Bergejolak,
diakses melalui https://www.boombastis.com/gejolak-timur-tengah/78141/amp
pada Kamis, 13 September 2018.
Top Related