PANDANGAN MUHAMMADIYAH TENTANG
PEMASANGAN KAWAT GIGI (Orthodonti)
Disusun oleh:
OKY FARDIANINGSIH (09600055)
RETNO WULAN AMBARSARI (09600059)
SITHA AWALLUNNISA (09600065)
SITI KHALIMAH (09600066)
SITI NUR AFIFAH (09600068)
YAYUK FA’IDAH (09600076)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2010
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmad-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“PANDANGAN MUHAMMADIYAH TENTANG PEMASANGAN KAWAT GIGI
(Orthodonti)” ini akhirnya dapat terselesaikan pada waktunya.
Dalam menulis makalah ini kami banyak memperoleh bimbingan, saran dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Mahsun Jayyadi MAg selaku dosen mata kuliah kemuhammadiyahan II
program studi S1 Keperawatan di UM Surabaya,
2. Rekan-rekan sekalian yang telah mendukung kelancaran tugas kamis.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dalam menyusun
makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Maka saran
dan koreksi yang bersifat membangun sangat kami butuhkan dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, Maret 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan dan Kegunaan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ayat-ayat
B. Hadist
C. Pendapat ulama
BAB III GAMBARAN UMUM MASALAH.........................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian orthodonti........................................................................
B. Orthodonti menurut pandangan islam...............................................
C. Macam-macam perawatan orthodonti...............................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan dunia yang semakin maju dan peradaban manusia yang gemilang
sebagai refleksi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, persoalan-persoalan
norma dan hukum kemasyarakatan dunia bisa bergeser sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat yang bersangkutan. Kebutuhan dan aspirasi masyarakat menempati
kedudukan yang tinggi. Apabila terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat, interpretasi
terhadap hukum juga bisa berubah.
Keahlian medis dalam masalah merapikan gigi yang dikenal dengan istilah
orthodonti (orthodontics) merupakan nikmat Allah SWT kepada umat manusia untuk
mengembalikan kepada fitrah penciptaannya yang paling indah (fi ahsani taqwim) yang
patut disyukuri dengan menggunakannya pada tempatnya dan tidak disalahgunakan untuk
memenuhi nafsu insani yang kurang bersyukur.
Orthodonti sama tuanya dengan sejarah ilmu kedokteran gigi serta cabang-cabang
ilmu kedokteran gigi yang lain seperti ilmu penambalan gigi dan ilmu pembuatan gigi
tiruan. Hippocrates termasuk salah satu orang yang berpendapat mengenai kelainan pada
tengkorak kepala dan wajah (kraniofasial) : “Di antara kelompok manusia terdapat orang
dengan bentuk kepala yang panjang, sebagian memiliki leher yang lebar dengan tulang
yang kuat. Yang lainnya memiliki langit-langit (palatum) yang dalam dengan mengatur
gigi geligi telah ditemukan oleh para arkeolog di makam-makam kuno bangsa Mesir,
Yunani, dan Suku Maya di Meksiko.
B. Rumusan masalah
a. Apa definisi dari kawat gigi (orthodonti) ?
b. Apa tujuan dari pemasangan kawat gigi (orthodonti) ?
c. Bagaimana hukum pemasangan kawat gigi (orthodonti) menurut pandangan Islam ?
C. Tujuan dan kegunaan
Tujuan :
a. Untuk menjelaskan definisi dari kawat gigi (orthodonti)
b. Untuk menjelaskan tujuan dari pemasangan kawat gigi (orthodonti)
c. Untuk menjelaskan hukum pemasangan kawat gigi (orthodonti) menurut
pandangan islam
Kegunaan:
a. Bagi penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang kawat gigi, tujuan pemasangan kawat
gigi dan pandangan islam tentang pemasangan kawat gigi.
b. Bagi pembaca
Memberikan wawasan pengetahuan tentang kawat gigi, tujuan pemasangan kawat
gigi serta pandangan islam tentang pemasangan kawat gigi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai alat merawat kehidupan
dengan izin Allah swt. Ia bahkan memerintahkan kita semua sebagai fardhu ‘ain (kewajiban
personal) untuk mempelajarinya secara global dan mengenali diri secara fisik biologis sebagai
media peningkatan iman dan memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan,
memperbaiki dan menjaga hidupnya. Firman Allah swt.
Di antara firman-firman Allah SWT yang menyinggung soal pemasangan kawat gigi atau
“orthodonti” itu adalah :
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga
pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan.?” QS. Ad-Dzariyat ( 51) : 20,
21)
Sabda Nabi SAW:
“Berobatlah wahai hamba Allah! karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit
melainkan Ia telah menciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud dan Tirmidzi).
Islam juga menetapkan fardhu kifayah (kewajiban kolektif) dan menggalakkan adanya
ahli-ahli di bidang kedokteran dan memandang kedokteran sebagai ilmu yang sangat mulia.
Imam Syafi’i berkata: “Aku tidak tahu suatu ilmu setelah masalah halal dan haram (Fiqih) yang
lebih mulia dari ilmu kedokteran.” (Al-Baghdadi dalam Atthib Minal Kitab was Sunnah:187).
Pendapat ulama yang lebih kuat adalah yang lebih dekat kepada prinsip syariah dan
kaidah fiqih. Prinsip syariah menekankan kemaslahatan secara luas. Dengan demikian,
penguburan gigi emas bersama mayat merupakan perbuatan tabzir (menyia-nyiakan nikmat
Allah) yang tidak disukai dalam Islam padahal barang tersebut dapat berguna bagi orang yang
masih hidup.
Al Israa' :26
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros.
Al Israa' :27
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.
Untuk memiliki alat cekat seseorang membutuhkan biaya minimal Rp 5 juta hingga Rp
12 juta di luar tarif kontrol yang wajib dilakukan setiap tiga minggu sekali untuk mengecek
keadaan alat. Tentunya biaya tersebut di luar tingkat kualitas behel dan asesorisnya seperti
berlian dan batu permata (QS. Al-Maidah:2).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
( QS. Al-Maidah:2)
Semua itu jika di luar kebutuhan mendesak medis dikategorikan sebagai perbuatan tabzir
(kemubaziran) dan isrof (berlebihan) demi gengsi, gaya hidup (life style) dan sekadar pamer
yang tidak terpuji dalam Islam karena kawat tersebut tidak akan membawa pengaruh apa-apa
pada pertumbuhan gigi selanjutnya tetapi justru membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak
perlu dan cenderung berlebih-lebihan (israf) dan bermewah-mewahan yang dibenci dan dikutuk
Allah Swt (QS. Al-Mukminun:64-65, QS. Al-Isra’:26-27).
BAB III
GAMBARAN UMUM
Arti harafiah orthodonti sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos yang berarti lurus
dan dons yang berarti gigi. Istilah orthodonti sendiri digunakan pertama kali oleh Le Foulon
pada tahun 1839. Ilmu orthodonti sebagai suatu ilmu pengetahuan seperti yang kita kenal dewasa
ini barulah kira-kira 50 tahun yang lalu dan lambat laun berkembang terus sehingga seolah-olah
menjadi bidang spesialisasi dalam kedokteran gigi. Pada zaman dahulu yaitu 60 hingga 70 tahun
yang lalu ilmu orthodonti memang sudah dikenal seperti halnya dengan ilmu penambalan gigi
dan pembuatan gigi tiruan, tetapi konsepnya berbeda dengan konsep ilmu orthodonti yang
sekarang. Jika dulu yang dipentingkan hanyalah masalah mekanis saja, dalam arti penggunaan
alat-alat untuk meratakan susunan gigi yang tidak rata, sekarang masalah biologis juga turut
menjadi perhatian.Tujuan perawatan orthodonti adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan
yang normal. Untuk itu, upaya yang dilakukan adalah dengan merapikan susunan gigi serta
mengembalikan gigi geligi pada fungsinya yang optimal. Upaya merapikan susunan gigi geligi
ini nantinya tidak akan terlepas dari pelibatan gigi geligi itu sendiri, jaringan lunak mulut, tulang
wajah, dan jaringan lunak wajah. Dengan demikian didapatkannya suatu keharmonisan wajah
adalah salah satu implikasi yang dapat diperoleh dari perawatan orthodonti.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Orthodonti
Arti harafiah orthodonti sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos yang
berarti lurus dan dons yang berarti gigi. Istilah orthodonti sendiri digunakan pertama kali
oleh Le Foulon pada tahun 1839. Ilmu orthodonti sebagai suatu ilmu pengetahuan seperti
yang kita kenal dewasa ini barulah kira-kira 50 tahun yang lalu dan lambat laun berkembang
terus sehingga seolah-olah menjadi bidang spesialisasi dalam kedokteran gigi. Pada zaman
dahulu yaitu 60 hingga 70 tahun yang lalu ilmu orthodonti memang sudah dikenal seperti
halnya dengan ilmu penambalan gigi dan pembuatan gigi tiruan, tetapi konsepnya berbeda
dengan konsep ilmu orthodonti yang sekarang. Jika dulu yang dipentingkan hanyalah
masalah mekanis saja, dalam arti penggunaan alat-alat untuk meratakan susunan gigi yang
tidak rata, sekarang masalah biologis juga turut menjadi perhatian.
Kawat gigi adalah kawat yang dapat meratakan gigi. Menurut jenisnya, bracket
(bagian yang menempel) pada kawat gigi untuk tujuan estetis atau kosmetik ada yang bisa
dilihat dan tidak bisa dilihat. Ada yang bersifat permanen artinya tidak dapat dilepas dan
dipasang, lalu ada juga yang bersifat bisa dilepas dan dipasang. Mekanismenya yaitu dia
mengatur, mendorong dan menahan pergerakan gigi. Perawatan ortho bertujuan untuk
memperbaiki fungsi bicara, estetis muka, sudut bibir, rahang, senyum.
Pemasangan (kawat gigi) sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis
orthodontist. Jika susunannya normal, geligi berbaris rapi atau antara gigi atas dan bawah
bisa tepat mengatup. kalau sudah simetris - garis tengah dua gigi depan atas sejajar dengan
garis tengah dua gigi depan bawah, sedangkan letaknya persis di bagian tengah wajah.
Namun, tak semua orang bagus susunan giginya. Prevalensi (angka kejadian) kelainan
susunan geligi dan pengatupan rahang di Indonesia konon mencapai 80%. Kelainan ini
menjadi masalah terbesar ketiga setelah gigi berlubang dan penyakit gusi. Jika gigi-geligi
terlalu berjejal, maju-mundur, gingsul, atau sebaliknya terlalu jarang, kawat gigi diperlukan
untuk meluruskan. Juga pada kondisi rahang bawah normal, rahang atas maju (tonggos),
atau sebaliknya, rahang bawah terlalu maju, rahang atas normal (cakil). Jika tak cepat
ditangani, kelainan-kelainan itu akan membuat acara sikat gigi tak maksimal. Akibatnya,
gigi jadi gampang berlubang, tumbuh banyak karang gigi, gusi mudah berdarah, dan
memun-culkan bau mulut tak Sedap. Pada tahap lebih parah, bahkan dapat menimbulkan
gangguan sakit kepala dan otot leher.
Pemasangan kawat gigi sebaiknya pada akhir masa gigi campur atau ketika anak
memasuki masa pubertas (12 tahun). Walaupun sudah kelihatan berjejalan, sebaiknya
biarkan gigi tetap tumbuh dulu sampai sekitar usia 12 tahun, agar perkembangan rahangnya
maksimal. Untuk memastikan gigi pasien dipagari dengan benar, orthodontist akan
mengamati dan mengambil data pasien selengkap mungkin, meliputi pemeriksaan klinis
geligi,seperti pencatatan gigitan dan ke simetrisan gigi, serta katupan geligi. Semua masalah
seperti gigi bolong, karang gigi, kelainan jaringan gigi, dan perawatan saraf gigi, jika ada,
harus ditangani dulu, sehingga gigi benar-benar bersih dan sehat.
Perawatan dengan bantuan kawat ini perlu kedisiplinan tinggi, karena meliputi
seluruh gigi. Termasuk mengarahkan gigi yang belum tumbuh, agar mendukung perbaikan
tumbuhnya rahang. Kalau perlu, dilakukan pengambilan foto rontgen yang mencakup dua
sudut pengambilan, yaitu panoramik (raut seluruh geligi dan tulang) serta chepalometri
(kedudukan rahang, tulang muka dan geligi). Selanjutnya, dilakukan pencetakan geligi
untuk mendapatkan model. Dari hasil foto rontgen dan cetakan geligi inilah dilakukan
analisis kelainan untuk rencana perawatan. Misalnya, berapa mili-meter
ketidaknormalannya? Apakah cukup diasah atau plus pemakaian kawat gigi lepasan?
Perlukah mencabut geraham kecil di belakang gigi taring, masing-masing dua di atas dan di
bawah? Pada rahang cakil, perlukah operasi pemotongan tulang bawah oleh orthodontist dan
ahli bedah mulut? Berikutnya, akan dipaparkan secara detail rencana perawatan dan
pembiayaan. Karena perawatan berlangsung lama, antara enam bulan sampai tiga tahun
(tergantung berat-ringannya kasus), ongkosnya relatif mahal. Pasien pun harus bersedia
menandatangani Inform Consent alias persetujuan perawatan, baik untuk perawatan dengan
kawat gigi lepasan maupun cekat.
B. Maksud dan tujuan perawatan orthodonti
Maksud dan tujuan dari perawatan orthodonti sendiri ada beberapa macam yaitu:
1. Menciptakan dan mempertahankan kondisi rongga mulut yang sehat
2. Memperbaiki cacat muka, susunan gigi geligi yang tidak rata, dan fungsi alat-alat pengunyah
agar diperoleh bentuk wajah yang seimbang dan penelanan yang baik
3. Memperbaiki cacat waktu bicara, waktu bernafas, pendengaran, dan mengembalikan rasa
percaya diri seseorang
4. Menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang akibat gigitan yang tidak normal
5.Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti; menghisap ibu jari, menggigit-gigit bibir,
menonjolkan lidah, bernafas melalui mulut.
C. Orthodonti menurut pandangan Muhammadiyah
Islam merupakan sebuah ajaran yang sangat memuliakan ilmu kesehatan dan
kedokteran sebagai sarana untuk merawat kehidupan dengan izin ALLAH. Ia bahkan
memerintahkan kita sebagai fardhu ’ain untuk mempelajarinya secara komprehensif agar
dapat mengenali diri secara fisik dan biologis sebagai media peningkatan iman dan
memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan, memperbaiki, dan menjaga
hidupnya. Selain itu, Islam juga menetapkan fardhu kifayah dan menggalakan adanya ahli-
ahli di bidang kedokteran dan memandang kedokteran sebagai sebuah ilmu yang sangat
mulia. Salah seorang imam besar, Imam Syafi’i, berkata demikian, ”Aku tidak tahu suatu
ilmu setelah masalah halal dan haram [fiqih] yang lebih mulia dari ilmu kedokteran .” Pun
demikian adanya dengan suatu keahlian medis dalam hal merapikan gigi yang dikenal
dengan istilah Orthodonti [Orthodontics] adalah nikmat ALLAH kepada umat manusia
untuk mengembalikan kepada fitrah penciptaan yang paling indah yang patut disyukuri
dengan menggunakannya pada tempatnya dan tidak disalahgunakan untuk memenuhi nafsu
insani yang kurang bersyukur.
Dengan melihat berbagai faktor penyebab dan kebutuhan penanganan secara
orthodonti, maka hal tersebut diperbolehkan dalam Islam, baik sebagai pasien maupun
dokter gigi yang menanganinya, bahkan hal ini sangat dianjurkan dan dapat bernilai ibadah.
Sebab, Islam menganjurkan untuk berobat bila terjadi kelainan dan ketidaknormalan pada
fisik dan psikis. Bukankah Islam sangat memperhatikan kesehatan seperti telah difirmankan
ALLAH dalam Al-Qur’an?
Namun, belakangan ini tampaknya timbul suatu fenomena di mana penggunaan
kawat gigi sebagai suatu tren tersendiri khususnya di kalangan kaum perempuan. Hal ini
disebabkan karena mereka sekedar ingin bergaya dan bahkan terkadang karena ingin
menunjukkan status ekonomi, meskipun sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak perlu
menggunakannya karena kondisi gigi yang normal. Untuk hal ini, pemasangan alat
orthodonti cekat pada pasien yang sebetulnya tidak butuh perawatan sebetulnya merupakan
perbuatan yang sia-sia, tidak perlu, termasuk mubazir. Sebab, biasanya rata-rata waktu
perawatan orthodonti cukup lama tergantung tingkat keparahannya dengan biaya yang tidak
sedikit. Jika perawatan orthodonti digunakan dengan tujuan yang seperti disebutkan di atas
tadi, maka hal ini termasuk kepada hal yang berlebih-lebihan [israf] yang dibenci oleh
ALLAH [QS. Al-Mu’minun : 64-5, QS. Al-Isra’ : 26-7]. Jadi, semuanya kembali lagi pada
niat dan tujuan dari perawatan orthodonti itu sendiri.
Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai alat merawat
kehidupan dengan izin Allah swt. Ia bahkan memerintahkan kita semua sebagai fardhu ‘ain
(kewajiban personal) untuk mempelajarinya secara global dan mengenali diri secara fisik
biologis sebagai media peningkatan iman dan memenuhi kebutuhan setiap individu dalam
menyelamatkan, memperbaiki dan menjaga hidupnya. Firman Allah swt.
Di antara firman-firman Allah SWT yang menyinggung soal pemasangan kawat
gigi atau “orthodonti” itu adalah :
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin.
Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan.?” QS. Ad-
Dzariyat ( 51) : 20, 21)
Sabda Nabi SAW:
“Berobatlah wahai hamba Allah! karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan
penyakit melainkan Ia telah menciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Islam juga menetapkan fardhu kifayah (kewajiban kolektif) dan menggalakkan
adanya ahli-ahli di bidang kedokteran dan memandang kedokteran sebagai ilmu yang sangat
mulia. Imam Syafi’i berkata: “Aku tidak tahu suatu ilmu setelah masalah halal dan haram
(Fiqih) yang lebih mulia dari ilmu kedokteran.” (Al-Baghdadi dalam Atthib Minal Kitab was
Sunnah:187).
Pendapat ulama yang lebih kuat adalah yang lebih dekat kepada prinsip syariah dan
kaidah fiqih. Prinsip syariah menekankan kemaslahatan secara luas. Dengan demikian,
penguburan gigi emas bersama mayat merupakan perbuatan tabzir (menyia-nyiakan nikmat
Allah) yang tidak disukai dalam Islam padahal barang tersebut dapat berguna bagi orang
yang masih hidup. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Untuk memiliki alat cekat seseorang membutuhkan biaya minimal Rp 5 juta hingga
Rp 12 juta di luar tarif kontrol yang wajib dilakukan setiap tiga minggu sekali untuk
mengecek keadaan alat. Tentunya biaya tersebut di luar tingkat kualitas behel dan
asesorisnya seperti berlian dan batu permata (QS. Al-Maidah:2).
Semua itu jika di luar kebutuhan mendesak medis dikategorikan sebagai perbuatan
tabzir (kemubaziran) dan isrof (berlebihan) demi gengsi, gaya hidup (life style) dan sekadar
pamer yang tidak terpuji dalam Islam karena kawat tersebut tidak akan membawa pengaruh
apa-apa pada pertumbuhan gigi selanjutnya tetapi justru membuang-buang uang untuk
sesuatu yang tidak perlu dan cenderung berlebih-lebihan (israf) dan bermewah-mewahan
yang dibenci dan dikutuk Allah Swt (QS. Al-Mukminun:64-65, QS. Al-Isra’:26-27).
D. Macam-Macam Perawatan Orthodonti
Secara umum menurut alat yang digunakan, perawatan orthodonti dibagi menjadi
dua macam yaitu orthodonti lepasan [removable appliances] dan orthodonti cekat [fixed
appliances]. Alat orthodonti lepasan umumnya digunakan pada kasus-kasus yang tidak
terlalu sulit dan tidak membutuhkan pencabutan gigi. Karena keterbatasannya, biasanya alat
orthodonti lepasan yang terbuat dari bahan akrilik ini, jarang digunakan oleh pasien-pasien
dewasa.
Berbeda dengan alat orthodonti lepasan, alat orthodonti cekat memiliki indikasi
perawatan yang lebih luas. Alat orthodonti cekat dapat digunakan untuk segala usia, bahkan
usia lanjut sekalipun bila kondisi tulang penyangga giginya masih memungkinkan. Alat ini
terdiri dari seutas kawat [terbuat dari campuran logam Nikel dan Titanium yang memiliki
sifat tahan karat dan sangat lentur dengan ukuran yang berbeda-beda tergantung kebutuhan],
bracket [penopang kawat yang ditempelkan pada gigi, dapat terbuat dari logam, keramik,
dan plastik], dan cincin karet warna-warni. Karena alat orthodonti cekat ini ditempelkan
pada gigi selama perawatan, maka pasien harus dapat menjaga kebersihan mulut sebaik
mungkin agar tidak menimbulkan masalah gigi dan mulut yang lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Orthodonti berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos yang berarti lurus dan dons yang
berarti gigi. Istilah orthodonti sendiri digunakan pertama kali oleh Le Foulon pada tahun
1839. Ilmu orthodonti sebagai suatu ilmu pengetahuan seperti yang kita kenal dewasa ini
barulah kira-kira 50 tahun yang lalu dan lambat laun berkembang terus sehingga seolah-
olah menjadi bidang spesialisasi dalam kedokteran gigi.
b. Tujuan perawatan orthodonti adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan yang
normal. Untuk itu, upaya yang dilakukan adalah dengan merapikan susunan gigi serta
mengembalikan gigi geligi pada fungsinya yang optimal.
c. Hukumnya yaitu islam menetapkan fardhu’ain untuk mempelajari secara komprehensif
agar dapat mengenali diri secara fisik dan biologis sebagai media peningkatan iman dan
memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan, memperbaiki, dan menjaga
hidupnya. Selain itu, Islam juga menetapkan fardhu kifayah dan menggalakan adanya
ahli-ahli di bidang kedokteran dan memandang kedokteran sebagai sebuah ilmu yang
sangat mulia. Namun jika sekedar ingin bergaya dan menunjukan status ekonomi itu
termasuk mubazir atau berlebih-lebihan [israf] yang dibenci oleh ALLAH [QS. Al-
Mu’minun : 64-5, QS. Al-Isra’ : 26-7]. Jadi, semuanya kembali lagi pada niat dan tujuan
dari perawatan orthodonti itu sendiri.
B. Saran
Untuk menghadapi beberapa masalah yang berkaitan dengan adanya pemasangan kawat
gigi (orthodonti) ini, perlu kiranya dikemukakan saran berikut:
1. Kita tidak boleh menggunakan sesuatu hanya untuk bergaya saja karena hal
tersebut termaksud mubazir atau berlebih-lebihan sangat dibenci oleh ALLAH.
2. Umat islam harus bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh ALLAH dan
berpegang teguh pada kepercayaanny Sebab, Islam menganjurkan untuk
berobat bila terjadi kelainan dan ketidaknormalan pada fisik dan psikis.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
-http://drosalina.blogspot.com/2006/12/perawatan-orthodonti-dalam-pandangan.html
://www.jobcareer.biz/search/
PANDANGAN+ISLAM+TENTANG+BEROBAT+DAN+PERAWATAN+|
+DOKTERSAHABATKITA.COM
- http://abuhukma.blogspot.com/2006/12/perawatan-orthodonti-dalam-pandangan.html
- Setiawan Budi Utomo. Fiqih Aktual. Jakarta : Gema Insani Press. 2003.
- Profitt, et al. Contemporary Orthodontics 1st Ed. St. Louis : CV Mosby Co. : 1986.
- http://www.pdmbontang.com
Top Related