http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i
OUTLOOK BAWANG MERAH
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2016
ISSN 1907-1507
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii
OUTLOOK BAWANG MERAH
ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 90 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting : DR. Ir. Leli Nuryati, MSc. DR. Ir. Budi Warianto, MSi Naskah : Ir. Vera Junita Siagian Design sampul : Victor Saulus Bonavia Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah
Outlook Komoditi Hortiukultura.
Publikasi Outlook Komoditi Bawang Merah Tahun 2016 menyajikan
keragaan data series komoditi bawang merah secara nasional, ASEAN, dan
dunia selama 10-30 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis
proyeksi produksi domestik dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard copy dan dapat dengan
mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian
Pertanian http://epublikasi.setjen,pertanian.go.id/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi bawang merah
secara lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi
ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik
dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP.19670323.199203.1.003
http://
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................... 1
1.2. TUJUAN ....................................................................... 2
1.3. RUANG LINGKUP ............................................................ 2
BAB II. METODOLOGI ....................................................................... 3
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................ 3
2.2. METODE ANALISIS ........................................................... 4
BAB III. KERAGAAN BAWANG MERAH NASIONAL ...................................... 9
3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
BAWANG MERAH DI INDONESIA ............................................ 9
3.1.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Indonesia ..... 9
3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Bawang Merah
di Indonesia ........................................................ 11
3.1.3. Sentra Produksi Bawang Merah di Indonesia .................. 14
3.2. PERKEMBANGAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA .............. 18
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI BAWANG MERAH DI INDONESIA .......... 20
3.4. PERKEMBANAGAN EKSPOR-IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA ... 20
3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah
Indonesia ........................................................... 20
3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Bawang Merah
Indonesia ........................................................... 22
3.4.3. Neraca Perdagangan Bawang Merah Indonesia ................ 23
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3.4.4. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Bawang
Merah Indonesia .................................................. 24
BAB IV. KERAGAAN BAWANG MERAH DAN BAWANG BOMBAY ASEAN DAN
DUNIA ............................................................................. 27
4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
BAWANG MERAH DAN BAWANG BOMBAY DI ASEAN DAN DUNIA ...... 27
4.1.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN ................................................ 27
4.1.2. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN ................................................ 28
4.1.3. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN ................................................ 30
4.1.4. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia ................................................. 30
4.1.5. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia ................................................. 32
4.1.6. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia ................................................. 34
4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR BAWANG MERAH DAN BAWANG
BOMBAY DI ASEAN DAN DUNIA ........................................... 35
4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan
Bawang Bombay di ASEAN ...................................... 35
4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan
Bawang Bombay di Dunia ....................................... 38
BAB V. PRODUKSI DAN KONSUMSI ...................................................... 41
5.1. PROYEKSI PRODUKSI BAWANG MERAH TAHUN 2016-2020 ............ 41
5.2. PROYEKSI KONSUMSI BAWANG MERAH TAHUN 2016-2020 ........... 42
5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT BAWANG MERAH DI INDONESIA
TAHUN 2016-2019 ......................................................... 43
BAB VI. KESIMPULAN ..................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 47
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data .............................. 3
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Panen Bawang
Merah di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun 1980-2014 ......... 10
Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Bawang
Merah di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun 1980-2014 ......... 12
Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Penawaran Komoditi
Bawang Merah di Indonesia ............................................... 41
Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Penawaran Bawang Merah di Indonesia,
Tahun 2015-2019 ........................................................... 42
Tabel 5.3. Angka Sasaran Produksi Bawang Merah Indonesia, Tahun
2015-2019 ................................................................... 43
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1980-2015 .............................. 10
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1980-2015 .............................. 11
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Bulanan Bawang Merah di
Indonesia, Tahun 2013-2015 ........................................... 13
Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah di Jawa, Luar
Jawad dan Indonesia, Tahun 1980-2015 .............................. 14
Gambar 3.5. Privinsi Sentra Bawang Merah di Indonesia, Tahun 2011-
2015 ....................................................................... 15
Gambar 3.6. Provinsi Sentra Bawang Merah di Indonesia, Tahun 2013-
2015 ....................................................................... 15
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi
Jawa Tengah, Tahun 2015 .............................................. 16
Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi
Jawa Timur, Tahun 2015 ............................................... 17
Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi
Jawa Barat, Tahun 2015 ............................................... 18
Gambar 3.10. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Bawang
Merah di Indonesia, Tahun 1984-2015 ................................ 19
Gambar 3.11. Perkembangan Produksi dan Harga Produsen Bawang
Merah Bulan Januari- Desember Tahun 2015 ........................ 19
Gambar 3.12. Perkembangan Konsumsi Bawang Merah di Indonesia,
Tahun 1981-2015 ........................................................ 20
Gambar 3.13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah di
Indonesia, Tahun 1996-2015 ........................................... 22
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Bawang Merah di
Indonesia, Tahun 1996-2015 ........................................... 23
Gambar 3.15. Perkembangan Neraca Perdagangan Bawang Merah di
Indonesia, Tahun 2010-2015 ........................................... 23
Gambar 3.16. Negara Tujuan Ekspor Bawang Merah Indonesia, Tahun
2015 ....................................................................... 24
Gambar 3.17. Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia, Tahun 2014 ......... 25
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Tahun 2001-2013 ................................ 27
Gambar 4.2. Sentra Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di
ASEAN, Tahun 2009-2013 ............................................... 28
Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Tahun 2001-2013 ................................ 29
Gambar 4.4. Sentra Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di
ASEAN, Tahun 2009-2013 ............................................... 29
Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Tahun 2001-2013 ................................. 30
Gambar 4.6. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Tahun 1980-2013................................. 31
Gambar 4.7. Sentra Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia, Tahun 2009-2013 ............................................... 32
Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Tahun 1980-2013 ................................. 33
Gambar 4.9. Sentra Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia, Tahun 2009-2013 ............................................... 34
Gambar 4.10. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Tahun 1980-2013 .................................. 35
Gambar 4.11. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan
Bawang Bombay di ASEAN, Tahun 1981-2012 ...................... 36
Gambar 4.12. Negara-negara Eksportir Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Rata-rata Tahun 2008-2012 .................... 37
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii
Gambar 4.13. Negara-negara Importir Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Tahun 2008-2012 ................................. 38
Gambar 4.14. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang merah dan
Bawang Bombay di Dunia, Tahun 1980-2012 ........................ 39
Gambar 4.15. Negara-negara Eksportir Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Tahun 2008-2012 .................................. 39
Gambar 4.16. Negara-negara Importir Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Tahun 2008-2012 .................................. 40
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1980-2015. ............................ 51
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1980-2015 ............................. 52
Lampiran 3. Perkembangan Produksi Bulanan Bawang Merah di
Indonesia, Tahun 2012-2015 ......................................... 53
Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah di Jawa,
Luar Jawad an Indonesia, Tahun 1980-2015 ...................... 54
Lampiran 5. Sentra Produksi Bawang Merah di Indonesia Tahun 2011-
2015 ..................................................................... 55
Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Jawa
Tengah, Tahun 2015 .................................................. 55
Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi
Jawa Timur, Tahun 2015 ............................................. 56
Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi
Jawa Barat, Tahun 2015 .............................................. 56
Lampiran 9. Perkembangan Harga produsen dan Konsumen Bawang
Merah di Indonesia, Tahun 1984-2015 ............................. 57
Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Produksi Bawang
Merah di Indonesia, Bulan Januari-Desember Tahun
2015 ..................................................................... 58
Lampiran 11. Perkembangan Konsumsi Bawang Merah di Indonesia,
Tahun 1981-2015 ..................................................... 59
Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Bawang Merah di
Indonesia, Tahun 1996-2015 ......................................... 66
Lampiran 13. Negara Tujuan Ekspor Bawang Merah Indonesia, Tahun
2015 ..................................................................... 61
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 14. Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia, Tahun
2015 ..................................................................... 61
Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN, Tahun
2001-2013 .............................................................. 62
Lampiran 16. Sentra Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay
di ASEAN, Tahun 2009-2013 ........................................ 63
Lampiran 17. Sentra Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di
ASEAN, Tahun 2009-2013............................................ 63
Lampiran 18. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia, Tahun
1980-2013 .............................................................. 64
Lampiran 19. Sentra Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay
di Dunia, Tahun 2009-2013 ......................................... 65
Lampiran 20. Sentra Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia, Tahun 2009-2013 ............................................ 65
Lampiran 21. Perkembangan Ekspor Impor Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Tahun 19812013 ............................... 66
Lampiran 22. Negara-negara Eksportir Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013 ................... 67
Lampiran 23. Negara Importir Bawang Merah dan Bawang Bombay di
ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013 ............................... 67
Lampiran 24. Perkembangan Ekspor Impor Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Tahun 19802013 ................................ 68
Lampiran 25. Negara-negara Eksportir Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2012 .................... 69
Lampiran 26. Negara Importir Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2011 ................................ 69
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi
sebagai bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Permintaan akan
bawang merah terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.
Komoditi bawang merah merupakan tanaman yang berproduksi
musiman dimana pada bulan-bulan tertentu saja berproduksi sementara
kebutuhan akan bawang merah hampir dipergunakan setiap hari terutama
pada hari-hari besar keagamaan. Pada tahun 2015 produksi bawang merah
tertinggi terjadi pada bulan Juni 130 ribu ton, Juli 129 ribu ton dan September
126 ribu ton
Pada periode tahun 2011-2015 (lima tahun terakhir), produksi bawang
merah mengalami peningkatan 3,93% per tahun dimana pada tahun 2011
produksinya sebesar 0,89 juta ton kemudian pada tahun 2015 menjadi 1,23
juta ton. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas
panen sebesar 7,16% per tahun dan produktivitasnya naik 1,05% per tahun.
Sentra produksi bawang merah adalah Provinsi Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat. Keempat provinsi ini memberikan
kontribusi 85,33% dari total produksi bawang merah Indonesia (rata-rata
produksi tahun 2011-2015).
Produksi bawang merah di Indonesia yang bersifat musiman
menyebabkan kebutuhan bawang merah di luar musim panen tidak dapat
dipenuhi sehingga untuk memenuhinya perlu dilakukan tindakan impor.
Pemerintah melakukan impor bawang merah untuk menjaga ketersediaan
bawang merah dalam negeri serta kestabilan harga pasar. Dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor
60/Permentan/OT.140/9/2012 tentang kebijakan pembatasan impor bawang
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
merah yang bertujuan untuk melindungi petani dalam negeri dengan
mempertimbangkan jadwal panen serta kemampuan produksi dalam negeri.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bawang merah (Allium cepa) menurut sejarah awalnya tanaman ini
memiliki hubungan erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu
merupakan salah satu bentuk tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami
terhadap varian-varian dalam populasi bawang bombay. Di Indonesia, bawang
merah berkembang dan diusahakan petani mulai di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Sistem budidayanya merupakan perkembangan dari cara-cara
tradisional yang bersifat subsisten ke cara budidaya intensif dan berorientasi
pasar. Produksi bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan
masih tercermin dalam keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik
agroekosistem tempat bawang merah diusahakan (Sartono Putrasamedja dan
Suwandi, 1996).
Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditi sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi
sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditi ini
juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan
kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Badan
Litbang Pertanian, 2006).
Prospek perkembangan bawang merah Indonesia di kancah dunia cukup
baik mengingat Indonesia merupakan salah satu negara eksportir bawang
merah di dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO)
tahun 2009-2013, Indonesia menempati urutan keempat setelah New Zealand,
Perancis, dan Netherland sementara di ASEAN Indonesia masuk di urutan
pertama.
Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi bawang merah dalam
mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan
perkembangan luas panen, produksi, produktivitas nasional dan dunia, harga
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
produsen dan konsumen, konsumsi, ekspor dan impor, serta proyeksi produksi
dan konsumsi bawang merah tahun 2016-2020.
1.2. TUJUAN
Melakukan Penyusunan Analisis Bawang Merah yang berisi keragaan data
series secara nasional dan internasional, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi
produksi dan konsumsi nasional.
1.3. RUANG LINGKUP
Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan bawang merah adalah:
Identifikasi peubah-peubah yang dianalisis mencakup luas panen, produksi,
produktivitas, harga, konsumsi, ekspor, impor, situasi komodi bawang
merah di dalam dan di luar negeri.
Penyusunan analisis komoditi bawang merah pada situasi nasional dan
internasional serta penyusunan proyeksi komoditi bawang merah tahun
2016-2020.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3
BAB II. METODOLOGI
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI
Buku Analisis Komoditi Bawang Merah tahun 2015 disusun berdasarkan
data dan informasi yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup
Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO).
Jenis variabel, periode dan sumber data secara rinci disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data
No. Variabel Periode Sumber
Data Keterangan
1. Luas Panen Bawang
Merah Indonesia 1980-2015 BPS
2. Produksi Bawang
Merah Indonesia 1980-2015 BPS
Wujud Produksi : Umbi
Kering Panen dengan
Daun
3. Produktivitas Bawang
Merah Indonesia 1980-2015 BPS
4.
Harga Produsen dan
Konsumen Bawang
Merah Indonesia
1984-2015 BPS
5. Konsumsi Bawang
Merah Indonesia 1981-2015
Susenas
(BPS) Diolah Pusdatin
6.
Ekspor dan Impor
Bawang Merah
Indonesia
1996-2015 BPS
Kode HS : 0703102900
(Bawang Merah
Konsumsi), 0703102100
(Benih Bawang Merah)
7.
Negara Tujuan dan
Negara Asal Ekspor
Impor Bawang Merah
2015 BPS
Kode HS : 0703102900
(Bawang Merah
Konsumsi), 0703102100
(Benih Bawang Merah)
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
No. Variabel Periode Sumber
Data Keterangan
8.
Luas Panen Bawang
Merah dan Bawang
Bombay ASEAN dan
Dunia
1980-2013 FAO
Data ASEAN dan
Dunia untuk Bawang
Merah digabung
dengan Bawang
Bombay
9.
Produksi Bawang
Merah dan Bawang
Bombay ASEAN dan
Dunia
1980-2013 FAO
Data ASEAN dan
Dunia untuk Bawang
Merah digabung
dengan Bawang
Bombay
10.
Produktivitas Bawang
Merah dan Bawang
Bombay Dunia
1980-2013 FAO
Data ASEAN dan
Dunia untuk Bawang
Merah digabung
dengan Bawang
Bombay
11.
Ekspor Impor Bawang
Merah dan Bawang
Bombay Dunia
1980-2013 FAO
Data ASEAN dan
Dunia untuk Bawang
Merah digabung
dengan Bawang
Bombay
2.2. METODE ANALISIS
Metode yang digunakan dalam penyusunan Analisis Komoditi Bawang
Merah adalah sebagai berikut:
a. Analisis Keragaan
Analisis keragaan atau perkembangan komoditi hortikultura dilakukan
berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas
panen, produksi, produktivitas, harga, konsumsi, ekspor-impor, negara
asal impor dan negara tujuan ekspor dengan analisis deskriptif sederhana.
Analisis keragaan dilakukan untuk data series nasional dan dunia.
b. Analisis Produksi
Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan
dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linear
Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan peubah
penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam regresi linier
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5
berganda, parameter yang diduga bersifat linier serta jumlah peubah
bebas dan atau tak bebas yang terlibat di dalamnya lebih dari satu.
Secara umum regresi linier berganda dapat dinyatakan dengan model
berikut:
n
j
jj
nn
Xbb
XbXbXbbY
1
0
22110 ...
dimana : Y = Peubah respons/tak bebas
Xn = Peubah penjelas/bebas
n = 1,2,
b0 = nilai konstanta
bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi
untuk peubah xn
= sisaan
Dengan memperhatikan ketersediaan data produksi dalam periode
tahunan dimana produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari
luas panen dan harga produsen periode ke-t. Selain itu dilakukan juga
analisis penawaran untuk data produksi dalam periode bulanan. Untuk
peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu
yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan
menggunakan model analisis trend (trend analysis), model pemulusan
eksponensial berganda (double exponential smoothing) atau model time
series lain yang sesuai.
c. Analisis Konsumsi
Analisis konsumsi komoditi hortikultura merupakan analisis
permintaan langsung masyarakat terhadap komoditi hortikultura yang
dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah, telah
diolah, maupun permintaan untuk kepentingan ekspor. Data permintaan
komoditi hortikultura diperoleh dari konsumsi per kapita dalam setahun
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
dikalikan jumlah penduduk Indonesia dalam setahun. Jumlah penduduk
Indonesia tahun 2016-2020 merupakan hasil proyeksi bersumber dari BPS.
Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan
juga menggunakan Model Regresi Berganda menggunakan beberapa
peubah penjelas, namun karena keterbatasan ketersediaan data, analisis
permintaan untuk beberapa komoditi menggunakan model analisis trend
(trend analysis), model pemulusan eksponensial berganda (double
exponential smoothing) atau model time series lain yang sesuai. Periode
series data yang digunakan adalah tahunan.
d. Kelayakan Model
Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan
koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari
peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah bebas
(X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:
TotalSS
egresiRSSR 2
dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi
SS Total adalah jumlah kuadrat total
Sementara, untuk model time series baik analisis trend, pemulusan
eksponensial berganda (double exponential smoothing) maupun model
time series lainnya, ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan
dengan menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error)
atau kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sebagai
berikut:
dimana: Xt adalah data aktual
Ft adalah nilai ramalan.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7
Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin
baik.
e. Program Pengolahan Data
Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan
software statistik Minitab Release 15. Software ini digunakan untuk
pemodelan regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau
pemulusan eksponensial berganda.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9
BAB III. KERAGAAN BAWANG MERAH NASIONAL
3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH DI INDONESIA
3.1.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Indonesia
Pola perkembangan luas panen bawang merah di Indonesia selama
periode tahun 1980-2015 cenderung meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan 3,69% per tahun (Gambar 3.1). Pada tahun 1980 luas panen
bawang merah di Indonesia 53.949 Ha
kemudian pada tahun 2015
meningkat menjadi 122.126 Ha dan merupakan luas panen bawang merah
tertinggi selama periode tersebut. Pada periode tahun 2011-2015 (lima
tahun terakhir), rata-rata pertumbuhan luas panen bawang merah
sebesar 7,16% per tahun lebih tinggi dibandingka periode tahun 1980-2010
yaitu sebesar 3,12%.
Luas panen bawang merah di Pulau Jawa pada periode tahun 1980-
2015 menunjukkan pola perkembangan yang sama dengan pola luas panen
Indonesia. Rata-rata pertumbuhan luas panen bawang merah di Jawa
pada periode tahun 1980-2015 sebesar 4,82% per tahun, sementara untuk
wilayah luar Pulau Jawa pada periode tahun yang sama rata-rata
pertumbuhan luas panennya sebesar 2,71% per tahun. Luas panen
bawang merah tertinggi di Jawa pada periode tahun 1980-2015 terjadi
pada tahun 2014 yaitu sebesar 90.912 ha sementara di Luar Jawa terjadi
pada tahun 2015 yaitu 35.238 ha. Pada periode tahun 2011-2015 (lima
tahun terakhir), rata-rata pertumbuhan luas panen bawang merah di Luar
Jawa lebih tinggi dibandingkan Jawa. Secara rinci perkembangan luas
panen bawang merah di Jawa, luar Jawa dan Indonesia disajikan dalam
Lampiran 1.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
19
80
19
81
19
82
19
83
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
(000 Ha)
Jawa Luar Jawa Indonesia
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia Tahun 1980-2015
Dari sisi kontribusi, luas panen bawang merah di Jawa selama
periode tahun 1980-2010 memberikan kontribusi sebesar 70,55% dan Luar
Jawa sebesar 29,45%. Kemudian pada periode berikutnya yaitu lima
tahun terakhir (2011-2015), Pulau Jawa tetap mendominasi dan
kontribusinya sedikit lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya
yaitu sebesar 73.25% dan Luar Jawa hanya memberikan kontribusi 26,75%
terhadap total luas panen bawang merah Indonesia (Tabel 3.1).
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Panen Bawang Merah di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun 19802015
Jawa Luar Jawa Indonesia
1980-2015 70,55 29,45 100,00
1980-2010 69,94 30,06 100,00
2010-2015 73,25 26,75 100,00
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
TahunLuas Panen
Kontribusi (%)
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11
3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia
Seiring dengan perkembangan luas panennya, perkembangan
produksi bawang merah di Indonesia juga cenderung meningkat (Gambar
3.2). Pada periode tahun 19802015, produksi bawang merah Indonesia
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,56% per tahun. Pada
periode tahun 1980-2010 rata-rata pertumbuhan produksi bawang merah
sebesar 7,00% per tahun kemudian setelah periode ini yaitu periode tahun
2015-2015 (lima tahun terakhir) rata-rata pertumbuhannya sebesar 3,93%
per tahun. Produksi bawang merah tahun 2015 sebesar 1,23 juta ton
Jika dilihat antara Jawa dan Luar Jawa periode tahun 1980-2010,
perkembangan produksi di Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan Luar
Jawa yaitu 7,96% (Jawa) dan 5,79% (Luar Jawa). Kemudian pada periode
tahun 2011-2015 (lima tahun terakhir), perkembangan produksi di Luar
Jawa lebih tinggi dibandingkan Jawa yaitu 1,88% (Jawa) dan 11,71% (Luar
Jawa). Secara rinci perkembangan produksi bawang merah di Jawa, luar
Jawa dan Indonesia disajikan dalam Lampiran 2.
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(000 Ton)
Jawa Luar Jawa Indonesia
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia Tahun 1980-2015
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Dari sisi kontribusi, produksi bawang merah di Jawa selama
periode tahun 1980-2010 sebesar 75,07%, kemudian pada periode
berikutnya yaitu 2011-2015 (lima tahun terakhir), Pulau Jawa
memberikan kontribusi sebesar 76,03% lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya. Secara rinci kontribusi bawang merah di Jawad an Luar Jawa
di Indonesia disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Bawang Merah di Indonesia Tahun 19802015
Jawa Luar Jawa Indonesia
1980-2015 75,29 24,71 100,00
1980-2010 75,07 24,93 100,00
2011-2015 76,03 23,97 100,00
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
TahunProduksi
Kontribusi (%)
Jika dilihat produksi bulanan bawang merah di Indonesia selama
tiga tahun terakhir (2013-2015) cenderung fluktuatif (Gambar 3.3). Pada
tahun 2013 dan 2014, produksi tertinggi terjadi pada bulan Januari
sementara tahun 2015 produksi tertinggi terjadi pada bulan Agustus
Secara rinci perkembangan produksi bulanan bawang merah di Indonesia
disajikan dalam Lampiran 3.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des
2013 2014 2015
(Ton)
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Bulanan Bawang Merah di Indonesia
Tahun 2013-2015
Seperti halnya perkembangan luas panen dan produksinya,
perkembangan produktivitas bawang merah di Indonesia selama kurun
waktu 1980-2015 juga cenderung meningkat (Gambar 3.4). Tahun 1980
produktivitas bawang merah di Indonesia mencapai 4,04 Ton/Ha
kemudian pada tahun 2015 produktivitasnya meningkat menjadi 10.06
Ton/Ha. Rata-rata laju pertumbuhan produktivitas bawang merah selama
periode tahun 1980-2015 sebesar 3,05% per tahun dimana produktivitas
bawang merah tertinggi dicapai pada tahun 2001 yaitu sebesar 10,49
Ton/Ha atau naik 14,02% terhadap tahun sebelumnya. Pada periode
tahun 2010-2015, rata-rata laju pertumbuhan produktivitas bawang
merah di Jawa sebesar 3,36 Ton/Ha sedangkan di luar Jawa 3,62 Ton/Ha.
Produktivitas bawang merah di Jawa, Luar Jawad dan Indonesia disajikan
secara rinci pada Lampiran 4.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0
2
4
6
8
10
12
19
80
19
81
19
82
19
83
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
(Ton/Ha)
Jawa Luar Jawa Indonesia
Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah di Jawa, Luar Jawa, dan
Indonesia Tahun 1980-2015
3.1.3. Sentra Produksi Bawang Merah di Indonesia
Berdasarkan rata-rata produksi bawang merah pada periode tahun
2011-2015, ada empat provinsi sentra yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur,
Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat. Keempat provinsi sentra ini
memberikan kontribusi sebesar 85,33% terhadap rata-rata produksi
bawang merah Indonesia. Provinsi Jawa Tengah memberikan kontribusi
terbesar yaitu 40,59% dengan rata-rata produksi sebesar 432.813 ton.
Provinsi kedua adalah Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 23,16%
dengan rata-rata produksi 246.927 ton per tahun. Provinsi berikutnya
adalah Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat dengan kontribusi masing-
masing sebesar 11,10% dan 10,48%. Sisanya yaitu 14,67% berasal dari
kontribusi produksi provinsi lainnya (Gambar 3.5). Provinsi sentra
produksi bawang merah di Indonesia dan kontribusinya disajikan secara
rinci pada Lampiran 5.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15
Jawa Tengah, 40,59
Jawa Timur, 23,16
Jawa Barat, 11,10
Nusa Tenggara Barat, 10,48
Prov. Lain, 14,67
Gambar 3.5. Provinsi Sentra Bawang Merah di Indonesia, Tahun 2011-2015
Jika dilihat selama tiga tahun terakhir (2013-2015) perkembangan
produksi bawang merah di provinsi sentra cenderung tetap didominasi
oleh Jawa Tengah diurutan pertama, diikuti oleh Jawa Timur, Jawa
Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Hal ini berarti urutan provinsi
penyumbang produksi tertinggi untuk bawang merah di Indonesia selama
periode 2012-2014 cenderung tetap. Perkembangan produksi bawang
merah di provinsi sentra selama tiga tahun terakhir disajikan secara rinci
pada Lampiran 6.
-
100
200
300
400
500
600
2013 2014 2015
Jateng 419 519 471
Jatim 243 293 277
Jabar 116 130 129
NTB 102 118 160
Sulsel 44 52 70
Gambar 3.6. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Provinsi Sentra Tahun
2013-2015
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Bawang merah merupakan sayuran unggulan Jawa Tengah. Sentra
tanaman bawang merah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Brebes.
Produksi bawang merah tahun 2015 di Brebes yaitu sebesar 311.296 ton
atau 66,07% memberikan kontribusi terhadap total produksi bawang
merah di Provinsi Jawa Tengah (Gambar 3.7). Kabupaten penghasil
bawang merah terbesar lainnya adalah Kabupaten Demak, Kendal dan
Tegal dengan produksi masing-masing sebesar 48.905 ton, 25.499 ton dan
21.546 ton. Keempat kabupaten ini memberikan kontribusi sebesar
86,43% terhadap provinsi Jawa Tengah. Secara rinci kontribusi sentra
produksi bawang merah di Jawa Tengah disajikan pada Lampiran 7.
Brebes66,07%
Demak10,38%
Kendal5,41%
Tegal4,57%
Lainnya13,57%
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015
Jawa Timur merupakan provinsi dengan produksi bawang merah
terbesar kedua di Indonesia. Sebaran produksi bawang merah terbesar di
Jawa Timur pada tahun 2014 terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.8).
Kabupaten dengan produksi bawang merah terbanyak adalah Kab.
Nganjuk dengan produksi sebesar 140.222 ton atau berkontribusi sebesar
47.83% dari total produksi bawang merah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten
penghasil bawang merah terbesar lainnya di Jawa Timur adalah
Kabupaten Probolinggo dengan produksi sebesar 57.041 ton (19,46%),
Kabupaten Sampang 27.281 ton (9,31%), Kabupaten Pamekasan 13.798
ton (4,71%), dan Kabupaten Kediri sebesar 12.827 ton (4,38%). Sedangkan
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17
sisanya sebesar 42.011 ton (14,33%) merupakan kontribusi dari kabupaten
lainnya. Kabupaten sentra produksi bawang merah di Jawa Timur dan
kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 8.
Nganjuk51,54%
Probolinggo17,69%
Sampang6,13%
Bojonegoro5,16%
Pamekasan4,93%
Lainnya14,56%
Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014
Pada tahun 2015 sebesar 37.259 ton atau 28,85% produksi bawang
merah di provinsi Jawa Barat berasal dari Kabupaten bandung. Kabupaten
berikutnya dengan produksi terbesar untuk bawang merah di Jawa Barat
adalah Kabupaten Majalengka dengan produksi sebesar 32.408 ton
(25,09%), Kabupaten Cirebon sebesar 31.782 ton (24,61%) dan Kabupaten
Garut 22.039 ton (17,06%). Keempat kabupaten ini memberikan kontribusi
sebesar 95.62% terhadap Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sisanya yaitu
kabupaten lainnya memberikan kontribusi sebesar 5.660 ton atau 4.38%
(Gambar 3.9). Kabupaten sentra produksi bawang merah di Jawa Barat
dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 9.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Bandung28,85%
Majalengka25,09%
Cirebon24,61%
Garut17,06%
Lainnya4,38%
Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Bawang Merah di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015
3.2. PERKEMBANGAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA
Berdasarkan data dari BPS, perkembangan harga bawang merah di
tingkat produsen tahun 1984-2015 cenderung meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 14,44% per tahun (Gambar 3.10). Tahun 1984 harga
bawang merah di tingkat produsen sebesar Rp. 615 per kg kemudian
tahun 2015 menjadi Rp. 16.025 per kg dan merupakan harga tertinggi
selama periode tahun 1984-2015.
Sedangkan perkembangan harga bawang merah di tingkat
konsumen selama periode 1984-2015 juga cenderung meningkat dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 17,09% per tahun lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan harga produsen pada
periode tahun yang sama (Gambar 3.10). Pada tahun 1984 harga
konsumen bawang merah sebesar Rp. 759 per Kg kemudian pada tahun
2015 menjadi Rp 24.658 per Kg. Harga konsumen bawang merah tertinggi
selama periode tahun 1984-2015 dicapai pada tahun 2013 yaitu sebesar
Rp. 30.751 per Kg. Secara rinci harga bawang merah tingkat produsen
dan konsumen di Indonesia disajikan pada Lampiran 10.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(Rp/Kg)
Harga produsen Harga konsumen
Gambar 3.10. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Bawang Merah di
Indonesia Tahun 1984-2015
Pola perkembangan harga ditingkat produsen dan produksi bawang
merah per bulan pada tahun 2015 terlihat bahwa produksi tidak begitu
berpengaruh terhadap harga di tingkat produsen (Gambar 3.11). Pada
bulan Maret-Juni produksi bawang merah cenderung mengalami
peningkatan begitu juga dengan harga ditingkat produsen. Kemudian
bulan Juli-Desember, produksinya mulai turun begitu juga dengan
harganya. Secara rinci perkembangan produksi bulanan bawang merah di
Indonesia disajikan dalam Lampiran 11.
14.000
14.500
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
17.500
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
Produksi (Ton) Harga Produsen (Rp/Kg)
Gambar 3.11. Perkembangan Produksi dan Harga Produsen Bawang Merah Bulan Januari Desember Tahun 2015
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI BAWANG MERAH DI INDONESIA
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1981-
2015 dimana data konsumsi yang tercatat merupakan konsumsi bawang
merah untuk kebutuhan rumah tangga. Perkembangan konsumsi bawang
merah pada periode tahun 1981-2015 cenderung meningkat dengan rata-
rata pertumbuhan 8,31% kg/kap/tahun (Gambar 3.12). Konsumsi bawang
merah tahun 1981 sebesar 1,65 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2015
konsumsinya menjadi 2,71 kg/kapita/tahun. Konsumsi bawang merah
tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar 3,01 kg/kapita/tahun.
Secara rinci konsumsi bawang merah di Indonesia disajikan pada Lampiran
12.
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(Kg/Kap/Thn)
Gambar 3.12. Perkembangan Konsumsi Bawang Merah di Indonesia
Tahun 1981-2015
3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA
3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah di Indonesia
Perkembangan volume ekspor dan impor bawang merah selama
periode 1996-2015 relatif berfluktuasi dan cenderung meningkat (Gambar
3.13). Kode HS yang digunakan untuk bawang merah adalah 0703102900
(bawang merah konsumsi) dan 0703102100 (bibit). Selama periode tahun
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21
1996-2015, volume impor bawang merah jauh lebih tinggi dibandingkan
volume ekspornya. Pada tahun 1996 volume ekspor bawang merah
Indonesia sebesar 7.171 ton dan pada tahun 2015 naik 1.247 ton yaitu
menjadi menjadi 8.418 ton. Volume ekspor tertinggi selama periode
tersebut terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 18.754 ton dan terendah
pada tahun 1998 yaitu sebesar 176 ton. Volume ekspor bawang merah
dalam bentuk bawang merah konsumsi semetara untuk bibit Indonesia
tidak melakukan impor (Lampiran 13).
Sementara volume impor bawang merah Indonesia dalam bentuk
konsumsi dan bibit. Selama periode 1996-2015 volume impor relatif lebih
stabil dibandingkan dengan volume ekspornya. Pada tahun 1996 volume
impor bawang merah sebesar 42.057 ton kemudian pada tahun 2015
menjadi 17.429 ton dimana 15.796 ton dalam bentuk bawang merah
konsumsi dan 1.635 dalam bentuk bibit . (Gambar 3.13). Rata-rata
pertumbuhan volume impor selama periode tersebut sebesar 4,76% per
tahun. Volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar
160.467ton (Lampiran 13).
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan )
Nomor 60/Permentan/OT.140/9/2012 tentang kebijakan pembatasan
impor bawang merah yang bertujuan untuk melindungi petani dalam
negeri dengan mempertimbangkan jadwal panen serta kemampuan
produksi dalam negeri sebelum melakukan impor maka mulai dari tahun
2013 impor bawang merah mengalami penurunan sebesar 22.12%
dibandingkan tahun 2012, kemudian tahun 2014 turun 20,09% menjadi
74.903 ton dan tahun 2015 turun 75,91% menjadi 15.796 ton.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(000 Ton)
Volume Ekspor Volume Impor
Gambar 3.13. Perkembangan Volume Ekspor dan volume Impor Bawang Merah di
Indonesia Tahun 1996-2015
3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Bawang Merah di Indonesia
Perkembangan nilai ekspor bawang merah juga cenderung
meningkat pada periode 1996-2015 (Gambar 3.14). Pada tahun 1996 nilai
ekspor bawang merah Indonesia sebesar 1,62 juta US$ dan pada tahun
2015 naik menjadi 7,85 juta US$. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun
2012 yaitu sebesar 8.55 juta US$. (Lampiran 13).
Sementara rata-rata pertumbuhan nilai impor bawang merah
Indonesia pada periode 1996-2015 lebih rendah dibanding rata-rata
pertumbuhan nilai ekspornya, yaitu sebesar 6,47% per tahun. Tahun 1996
nilai impor bawang merah sebesar 15,65 juta US$ dan kemudian tahun
2015 nilai impornya turun menjadi sebesar 4,57 juta US$. Nilai impor
tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 77,44 juta US$ (Lampiran
12).
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(000 US$)
Nilai Ekspor Nilai Impor
Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Bawang Merah di Indonesia
Tahun 1996-2015
3.4.3. Neraca Perdagangan Bawang Merah di Indonesia
Perkembangan neraca perdagangan bawang merah di Indonesia
pada periode tahun 1996 -2014 cenderung negatif (Gambar 3.15). Pada
tahun 1996 defisit neraca perdagangan bawang merah sebesar 14.02 juta
US$. Defisit tertinggi selama periode tahun 1996-2014 terjadi pada tahun
2011 yaitu 70,85 juta US$ kemudian setelah tahun 2011 defisit bawang
merah terus berkurang dan pada tahun 2015 Indonesia surplus 2,91 juta
US$ (Lampiran 13).
Gambar 3.15. Perkembangan Neraca Perdagangan Bawang Merah di
Indonesia Tahun 2011-2015
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3.4.4. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Bawang Merah di Indonesia
Thailand merupakan negara tujuan ekspor bawang merah. Hampir
55,63% (4,69 juta ton) Indonesia mengekspor bawang merah dalam
bentuk bawang merah konsumsi ke Thailand. Negara tujuan ekspor
bawang merah Indonesia berikutnya adalah Taiwan 16,22% (1,37 juta
ton), Vietnam 10,56% (0,89 juta ton), Singapura 9,55% (0,80 juta ton) dan
Malaysia 7,37% (0,62 juta ton)(Gambar 3.16). Ada empat negara lagi
negara tujuan ekspor bawang merah Indonesia yaitu Timor Timur,
Jepang, Pulau Chrismas dan Arab emirates. Indonesia hanya mengekspor
0,68% (57,01 ribu ton) ke keempat negara tersebut. Negara tujuan ekspor
bawang merah Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 14.
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
Thailand Taiwan Viet Nam Singapore Malaysia
(000 Ton)
Gambar 3.16. Negara Tujuan Ekspor Bawang Merah Indonesia Tahun 2015
Sementara volume impor bawang merah Indonesia tahun 2015
sebesar 17.428 ton dalam bentuk bawang merah konsumsi dan bibit.
Volume impor bawang merah Indonesia terbesar berasal dari India yaitu
90,48% (15,77 juta ton). Negara asal impor bawang merah Indonesia
berikutnya adalah Philipina 1,59 juta ton, Taiwan 27,00 ribu ton dan
Vietnam 45,00 ribu ton. Negara asal impor bawang merah Indonesia
disajikan secara rinci pada Lampiran 15.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
India Philippines
(000 Ton)
Gambar 3.17. Negara Asal Ekspor Bawang Merah Indonesia, Tahun 2015
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27
BAB IV. KERAGAAN BAWANG MERAH DAN BAWANG BOMBAY DI ASEAN DAN DUNIA
4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH DAN BAWANG BOMBAY DI ASEAN DAN DUNIA
4.1.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay
di ASEAN
Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization
(FAO), dimana data bawang merah digabung dengan bawang bombay
(onion include shallot, green). Perkembangan luas panen bawang
merah dan bawang bombay selama periode tahun 2001-2013
cenderung turun (Gambar 4.1). Pada tahun 2001 total luas panen
bawang merah dan bawang bombay ASEAN sebesar 16.158 ha
kemudian pada tahun 2013 turun menjadi 10.359 ha atau terjadi
penurunan sebesar 3.07% per tahun. Pada periode tahun 2009-2013
(lima tahun terakhir), penurunan luas panen bawang merah dan
bawang Bombay sebesar 8,45% per tahun. Secara rinci perkembangan
luas panen bawang merah dan bawang bombay di ASEAN dapat dilihat
pada Lampiran 16.
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
(Ha)
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN Tahun 1980-2013
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sementara itu, berdasarkan data rata-rata luas panen bawang
merah dan bawang bombay di ASEAN periode tahun 2009-2013, Thailand
merupakan negara terbesar di ASEAN dengan rata-rata luas panen bawang
merah dan bawang bombay sebesar 14.705 ha atau hampir 99.93% dari
luas panen ASEAN (Gambar 4.2, Lampiran 17).
Thailand99,93%
Brunei Darussalam
0,07%
Thailand Brunei Darussalam
Gambar 4.2. Sentra Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN Tahun 20092013
4.1.2. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay
se- ASEAN
Seperti halnya dengan perkembangan luas panennya,
perkembangan produksi bawang merah dan bawang bombay di ASEAN
juga cenderung turun (Gambar 4.3). Menurut data FAO, selama tahun
2001-2013 pertumbuhan rata-rata produksi bawang merah dan bawang
bombay turun sebesar 1.92% per tahun. Tahun 2001 produksi bawang
merah dan bawang bombay ASEAN sebesar 198.611ton kemudian pada
tahun 2013 turun menjadi 129.033 ton. Pada peroide tahun 2009-2013
(lima tahun terakhir), produksi bawang juga masih mengalami
penurunan yaitu yaitu sebesar 5.96%. Secara rinci perkembangan
produksi bawang merah dan bawang bombay ASEAN dapat dilihat pada
Lampiran 16.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29
0
50
100
150
200
250
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
(000 Ton)
Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN Tahun 2001-2013
Seperti halnya luas panen, produksi bawang merah dan bawang
bombay hanya ada di Thailand dan Brunei Darussalam. Hampir 99.95%
produksi bawang merah dan bawang bombay berasal dari Thailand
sementara Brunai Darussalam hanya 0.05% saja (Gambar 4.4, Lampiran
18)
Thailand, 99,95%
Brunei Darussalam,
0,05%
Thailand Brunei Darussalam
Gambar 4.4. Sentra Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN Tahun 20092013
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
4.1.3. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN
Berbeda dengan luas panen dan produksimya, perkembangan
produktivitas bawang merah dan bawang bombay dunia tahun 2001-2013
cenderung meningkat meskipun rata-rata pertumbuhannya kecil yaitu
0.62% per tahun (Gambar 4.5). Tahun 2001 produktivitas bawang merah
ASEAN sebesar 12.29 ton/ha dan kemudian pada tahun 2013 sebesar 12.46
ton/ha. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar
18,19 ton/ha atau. Secara rinci perkembangan produktivitas bawang
merah dan bawang bombay dunia dapat dilihat pada Lampiran
Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN Tahun 2001-2013
4.1.4. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia
Perkembangan luas panen bawang merah dan bawang bombay
dunia selama periode 1980-2013 cenderung meningkat (Gambar 4.6).
Pada tahun 1980 total luas panen bawang merah dan bawang bombay
dunia sebesar 125.642 ha kemudian pada tahun 2013 menjadi 230.180 ha
atau terjadi peningkatan sebesar 1,92% per tahun. Luas panen tertinggi
selama periode tahun 1980-2013 terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
245.328 ha dan luas panen terendah terjadi pada tahun 1980. Secara rinci
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31
perkembangan luas panen bawang merah dan bawang bombay di dunia
dapat dilihat pada Lampiran 19.
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(Ha)
Gambar 4.6. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia Tahun 1980-2013
Sementara itu, berdasarkan data rata-rata luas panen bawang
merah dan bawang bombay di dunia periode tahun 2009-2013, terdapat
sembilan negara yang memberikan kontribusi terbesar untuk luas panen
bawang merah dan bawang bombay di dunia. Kesembilan negara tersebut
secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 62,88% terhadap
total luas panen bawang merah dan bawang bombay di dunia (Lampiran
20). Jepang merupakan negara terbesar dengan kontribusi sebesar 10,64%
dengan rata-rata luas panen 25.158 ha. Negara berikutnya adalah China
daratan, Turki, Iraq, Korea, Equador, Angola dan Thailand dengan rata-
rata luas panen dan kontribusi sebesar 21.000 ha (8,88%), 20.894 ha
(8,84%), 18.735 ha (7,92%), 16.838 ha (7,12), 15.852 ha (6,70%), 15.507
ha (6,56%) dan 14.705 ha (6,22%). Negara-negara lainnya memberikan
kontribusi sebesar 37.12% terhadap total luas panen bawang merah serta
bawang bombay dunia. Berdasarkan data FAO, Indonesia tidak tercatat
untuk luas panen bawang merah serta bawang bombay di dunia. (Gambar
4.7). Besarnya kontribusi negara-negara dengan luas panen bawang merah
dan bawang bombay di dunia secara rinci disajikan pada Lampiran 20.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Jepang10,64%
China daratan8,88%
Turkey8,84%
Iraq7,92%
Korea7,12%
Equador6,70%
Angola6,56%
Thailand6,22%
Neg. Lainnya37,12%
Jepang China daratan Turkey Iraq Korea
Equador Angola Thailand Neg. Lainnya
Gambar 4.7. Sentra Luas Panen Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia
Tahun 20092013
4.1.5. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia
Seperti halnya dengan perkembangan luas panen bawang merah
dan bawang bombay di dunia, perkembangan produksi bawang merah dan
bawang bombay di dunia juga cenderung meningkat (Gambar 4.8).
Menurut data FAO, selama tahun 1980-2013 pertumbuhan rata-rata
produksi bawang merah dan bawang bombay meningkat sebesar 2,54% per
tahun. Tahun 1980 produksi bawang merah dan bawang bombay dunia
sebesar 1,92 juta ton kemudian terus meningkat hingga pada tahun 2013
produksinya menjadi 4,28 juta ton. Pada peroide tahun 1980-2013,
produksi bawang merah dan bawang bombay tertinggi dicapai pada tahun
2012 dengan produksi sebesar 4.29 juta ton. Secara rinci perkembangan
produksi bawang merah dan bawang bombay dunia dapat dilihat pada
Lampiran 19.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(000 Ton)
Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia
Tahun 1980-2013
Rata-rata produksi bawang merah dan bawang bombay dunia
secara umum pada periode tahun 2009-2013 (lima tahun terakhir)
didominasi oleh enam negara yang memberikan kontribusi kumulatif
sebesar 60,34% terhadap total produksi bawang merah dan bawang
bombay dunia (Lampiran 21). Cina Daratan merupakan negara terbesar
dengan kontribusi sebesar 18,96% dengan rata-rata produksi 801.600 ton.
Jepang merupakan urutan ke dua dengan rata-rata produksi sebesar
551.112 ton atau memberikan kontribusi sebesar 13,02%. Negara-negara
berikutnya adalah Korea, Iraq, New Zeland dan Nigeria dengan rata-rata
produksi dan kontribusi masing-masing sebesar 426.735 ton (10,08%),
318.769 ton (7,53%), 231.615 ton (5,47%) dan 225.241 ton (5,32%).
Berdasarkan data FAO, baik luas panen maupun produksi Indonesia tidak
tercatat. Sementara negara-negara lainnya memberikan kontribusi
sebesar 39,66% terhadap total produksi bawang merah dan bawang
bombay dunia (Gambar 4.9).
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
China dartan, 18,93
Jepang, 13,02Korea, 10,08
Iraq, 7,53
New Zeland, 5,47
Nigeria, 5,32
Neg. Lainnya, 39,66
China dartan Jepang Korea Iraq New Zeland Nigeria Neg. Lainnya
Gambar 4.9. Sentra Produksi Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia Tahun 20092013
4.1.6. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia
Perkembangan produktivitas bawang merah dan bawang bombay
dunia tahun 1980-2013 juga cenderung meningkat meskipun rata-rata
pertumbuhannya lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan luas panen dan
produksinya (Gambar 4.10). Berdasarkan data FAO, selama tahun 1980-
2013 pertumbuhan rata-rata produktivitas bawang merah meningkat
sebesar 0,66% per tahun. Tahun 1980 produktivitas bawang merah dunia
sebesar 15,32 ton/ha dan terus mengalami peningkatan hingga pada
tahun 2013 mencapai 18,60 ton/ha. Produktivitas tertinggi dicapai pada
tahun 2008 yaitu sebesar 18,19 ton/ha atau naik sebesar 2,72% terhadap
tahun 2007. Secara rinci perkembangan produktivitas bawang merah dan
bawang bombay dunia dapat dilihat pada Lampiran 19
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
19
80
19
81
19
82
19
83
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
(Ton/Ha)
Gambar 4.10. Perkembangan Produktivitas Bawang Merah dan Bawang Bombay di
Dunia Tahun 1980-2013
4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR BAWANG MERAH DAN BAWANG BOMBAY DUNIA
4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan Bawang Bombay di ASEAN
Perkembangan volume ekspor dan impor bawang merah dan
bawang bombay di ASEAN periode 1981-2013 tampak berfluktuatif
namun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 186,14%
per tahun untuk volume ekspor, sedangkan perkembangan volume
impornya sebesar 27,08% per tahun (Gambar 4.11.). Pada tahun 1981
volume ekspor ASEAN sebesar 1.850 ton kemudian tahun 2013 menjadi
4.982 ton. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu
sebesar 19.085 ton Sementara volume impornya pada tahun 1981
sebesar 14.804 ton kemudian pada tahun 2013 menjadi 96.139 ton.
Volume impor tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 160.836
ton Secara rinci perkembangan volume ekspor impor bawang merah
dunia dan bawang bombay dapat dilihat pada Lampiran 22.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
19
81
19
82
19
83
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
Volume Impor Volume Ekspor
(000 Ton)
Gambar 4.11. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan Bawang
Bombay di ASEAN Tahun 1981-2013
Berdasarkan rata-rata volume ekspor bawang merah dan
bawang bombay tahun 2009-2013, ada dua negara eksportir di ASEAN
yaitu Indonesia dan Thailand. Indonesia merupakan negara eksportir
bawang merah dan bawang bombay terbesar di ASEAN dengan
kontribusi sebesar 90,05% atau rata-rata ekspor 10.770 ton sementara
Thailand hanya berkontribusi sebesar 9,95% atau rata-rata ekspor
1.190 to terhadap total volume ekspor bawang merah dan bawang
bombay ASEAN. Thailand hanya melakukan ekspor sampai tahun 2010,
tahun 2011,2012 dan 2013 tidak ada lagi ekpor bawang merah dan
bawang bombay (Gambar 4.12). Secara rinci perkembangan negara
eksportir bawang merah dan bawang bombay ASEAN dapat dilihat pada
Lampiran 23.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
Indonesia90,05%
Thailand9,95%
Indonesia Thailand
Gambar 4.12. Negara-negara Eksportir Merah dan Bawang Bombay di ASEAN Tahun 2009-2013
Ada tiga negara importir di ASEAN yaitu Indonesia, Thailand
dan Brunai Darussalam (Gambar 4.13). Inodesia menempati urutan
pertama sebagai negara importir bawang merah dan bawang bombay
terbesar di ASEAN pada tahun 2009-2013 dengan kontribusi impor
99.39% atau rata-rata impor 98.840 ton. Sementara Thailand dan
Brunai Darussalam hanya berkontribusi 0.37% (366 ton) dan 0.24% (237
ton) terhadap total volume ekspor bawang merah dan bawang bombay
ASEAN. Seperti halnya pada volume ekspor, Thailand juga tidak
melakaukan impor pada tahun 2011-2013 sementara Brunai Darussalam
tidak melakukan impor pada tahun 2013. Secara rinci perkembangan
negara importir bawang merah dan bawang bombay dunia dapat
dilihat pada Lampiran 24.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Indonesia99,39%
Thailand0,37%
Brunai Darussalam
0,24%
Indonesia Thailand Brunai Darussalam
Gambar 4.13. Negara-negara Importir Merah dan Bawang Bombay di ASEAN, Tahun 2009-2013
4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia
Perkembangan volume ekspor dan impor bawang merah dan
bawang bombay di dunia periode 1980-2013 cenderung meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan 5,32% per tahun untuk volume ekspor,
sedangkan perkembangan volume impornya sebesar 8,78% per tahun
(Gambar 4.14.). Pada tahun 1980, volume ekspor dunia sebesar 79.064
ton kemudian tahun 2013 menjadi 277.185 ton sementara volume
impornya sebesar 73.877 ton pada tahun 1980 dan 569.067 pada tahun
2013 dan merupakan volume impor tertinggi pada periode ini. Sementara
volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 301.006 ton,
Secara rinci perkembangan volume ekspor dan volume impor bawang
merah dan bawang bombay dunia dapat dilihat pada Lampiran 25.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39
0
100
200
300
400
500
600
19
80
19
81
19
82
19
83
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
Volume Impor Volume Ekspor
(000 Ton)
Gambar 4.14. Perkembangan Volume Ekspor Impor Bawang Merah dan Bawang
Bombay di Dunia Tahun 1980-2012
Berdasarkan rata-rata volume ekspor periode tahun 2009-2013
(lima tahun terakhir) menunjukkan bahwa New Zealand merupakan
negara eksportir bawang merah dan bawang bombay terbesar di dunia
dengan kontribusi sebesar 63,37% (156.973 ton) terhadap total volume
ekspor bawang merah dan bawang bombay dunia (Gambar 4.15). Negara-
negara eksportir terbesar berikutnya adalah France, Netherlands dan
Indonesia dengan kontribusi ekspor masing-masing sebesar 8.84% (21.895
ton), 5,82% (14.428 ton), dan 4.35% (10.770 ton) (Lampiran 26).
New Zealand63,37%
France8,84%
Netherlands5,82%
Indonesia4,35%
Neg. Lain17,62%
New Zealand France Netherlands Indonesia Neg. Lain
Gambar 4.15. Negara-negara Eksportir Ekspor Bawang Merah dan Bawang Bombay Dunia Tahun 2008-2012
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Dari sisi impor, terlihat bahwa Brazil menempati urutan pertama
sebagai negara importir bawang merah dan bawang bombay terbesar di
dunia pada periode tahun 2009-2013 dengan kontribusi impor sebesar
42,43% (211.661 ton). Indonesia berada di urutan kedua dengan kontribusi
impor sebesar 19,81% (98.840 ton). Urutan berikutnya yaitu Pantai Gading
dan Paraguay masing-masing dengan kontribusi impor sebesar 16,36%
(81.614 ton) dan 3,56% (17.780 ton). Sedangkan negara-negara lainnya
memberikan kontribusi impor sebesar 17,83% (88.923 ton). Secara rinci
perkembangan negara importir bawang merah dan bawang bombay dunia
dapat dilihat pada Lampiran 27.
Brazil, 42,43
Indonesia, 19,81
Pantai Gading, 16,36
Paraguay, 3,56
Neg. Lain, 17,83
Brazil Indonesia Pantai Gading Paraguay Neg. Lain
Gambar 4.16. Negara-negara Impor Bawang Merah dan Bawang Bombay di Dunia
Tahun 2009-2013
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41
BAB V. PRODUKSI DAN KONSUMSI
5.1. PROYEKSI PRODUKSI BAWANG MERAH 2016-2020
Dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial berganda (double
exponential smoothing) pada level = 0,49 dan trend = 0,0385 dan nilai
MAPE sebesar 9 maka dihasilkan proyeksi produksi bawang merah seperti
tersaji pada Tabel 5.5.
Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Bawang Merah di Indonesia, 2016-2020
Tahun Produksi Pertumb.
(Ton) (%)
2015 1.229.184
2016 1.225.625 -0,29
2017 1.256.612 2,53
2018 1.287.599 2,47
2019 1.318.586 2,41
2020 1.349.572 2,35
Rata-rata Pertumb. 1,89
(%/Th) Keterangan: Tahun 2015, ATAP Hortikultura
Tahun 20162020 Angka Hasil Proyeksi Pusdatin
Produksi bawang merah di Indonesia tahun 2016 diproyeksikan sebesar
1.23 juta ton atau turun 0.29% dibandingkan tahun 2015. Kemudian tahun
2017, produksi bawang merah diperkirakan naik sebesar 2,53% dan terus akan
naik hingga tahun 2020. Tahun 2020 produksi bawang merah diperkirakan
akan mencapai 1.35 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan 1.89% per tahun
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5.2. PROYEKSI KONSUMSI BAWANG MERAH 2016-2020
Konsumsi bawang merah diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 1981-2015 dimana data konsumsi yang tercatat
merupakan konsumsi bawang merah untuk kebutuhan rumah tangga (Tabel
5.4).
Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Bawang Merah di Indonesia, Tahun 2016-2020
2015 2,71 252.165 684.124
2016 2,73 0,74 255.462 1,31 698.178 2,05
2017 2,73 0,04 258.705 1,27 707.299 1,31
2018 2,84 3,84 261.891 1,23 743.509 5,12
20192,79
-1,73 265.015 1,19 739.392 -0,55
20202,82
1,08 267.974 1,12 755.687 2,20
2,03
Konsumsi
(kg/kap/th)
Jml
Penduduk
(000 org)
Pertumb.
(%)
Konsumsi
Nasional
(Ton)
Pertumb.
(%)
Pertumb.
(%)Tahun
Rata-rata Pertumb.
(%/Th)
0,79 1,22
Keterangan: Konsumsi tahun 20162020 Angka Hasil Proyeksi Pusdatin
Proyeksi konsumsi bawang merah tahun 2016-2018 dilakukan oleh
bidang data non komoditas. Konsumsi bawang merah tahun 2016
diproyeksikan sebesar 2,73 kg/kap/th atau mengalami peningkatan 0,74%.
Konsumsi bawang merah ini akan meningkat hingga tahun 2018 yaitu 2,82
kg/kap/th.
Konsumsi nasional diperoleh dari konsumsi per kapita dikalikan dengan
jumlah penduduk yang diproyeksi oleh BPS. Konsumsi nasional bawang merah
tahun 2016 sebesar 698.178 ton kemudian tahun 2020 menjadi 755.687 ton
dengan rata-rata pertumbuhan 2,03% per tahun. Hasil proyeksi konsumsi
bawang merah di Indonesia disajikan pada Tabel 5.2.
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43
5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT BAWANG MERAH DI INDONESIA 2015-2019
Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi bawang merah di
Indonesia diperoleh surplus/defisit bawang merah. (Tabel 5.5).
Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Surplus/Defisit Bawang Merah Indonesia, Tahun 2016-2020
2016 1.225.625 2.634 102.462 122.563 227.659 997.967
2017 1.256.612 10.326 105.053 125.661 241.040 1.015.573
2018 1.287.599 -1.117 107.643 128.760 235.286 1.052.313
2019 1.318.586 4.450 110.234 131.859 246.542 1.072.044
2020 1.349.572 4.093 112.824 134.957 251.874 1.097.698
Suplay
/Produksi
(Ton)
TahunKonsumsi
Langsung
Tercecer
(8,36%)Benih (10%)
Total
Kebutuhan
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
Demand/Kebutuhan (Ton)
Pada Tabel 5.3 terlihat bahwa produksi bawang merah tahun 2016
hingga tahun 2020 diperkirakan akan terus mengalami surplus, begitu juga
dengan kebutuhan bawang merah akan terus mengalami peningkatan hingga
tahun 2020. Untuk itu disarankan pada direktorat teknis terkait tetap
melakukan upaya yang mendukung peningkatan produksi maupun
produktivitas bawang merah sebagai komoditi utama sub sektor hortikultura
agar target pengembangan mutu produk tanaman sayuran khususnya bawang
merah oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dapat terwujud dengan baik
serta kebutuhan akan permintaan bawang merah dapat terpenuhi oleh
produksi dalam negeri tanpa harus tergantung pada impor dari negara lain.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45
BAB VI. KESIMPULAN
Luas panen bawang merah di Indonesia pada periode tahun 1980-2015
cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
3,69% per tahun begitu juga dengan produksinya juga cenderung meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan lebih besar dari luas panenya yaitu sebesar
6,56% per tahun. Tiga provinsi di Pulau Jawa sebagai sentra produksi bawang
merah yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat memberi kontribusi
hingga 74,85% terhadap total produksi bawang merah nasional selama lima
tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015.
Dari hasil proyeksi yang dilakukan tahun 2016-2020, produksi bawang
merah akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 1,35 juta ton pada
tahun 2020 dengan rata-rata pertumbuhan 1,89% per tahun. Sementara
konsumsi nasional bawang merah juga diproyeksikan akan meningkat dengan
bertambahnya jumlah penduduk dengan rata-rata pertumbuhan 2,03 % per
tahun.
Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO),
dimana data bawang merah digabung dengan bawang bombay (onion include
shallot, green). Untuk luas panen dan produksi bawang merah dan bawang
bombay Indonesia tidak tercatat di FAO, sementara untuk negara eksportir
dan importir, Indonesia merupakan urutan pertama.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Statistik Produksi Hortikultura Tahun
2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2015-2019. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2014. Neraca Bahan Makanan Indonesia 2012-2013.
Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Putrasamedja, Sartono dan Suwandi. 1996. Bawang Merah di Indonesia.
Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Sayuran Kementerian Pertanian.
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49
LAMPIRAN
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK BAWANG MERAH 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51
Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia Tahun 1980-2015
Tahun Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb.
(%) (%) (%)
1980 33.084 - 20.865 - 53.949 -
1981 27.672 -16,36 22.888 9,70 50.560 -6,28
1982 28.434 2,75 18.815 -17,80 47.249 -6,55
1983 38.481 35,33 22.662 20,45 61.143 29,41
1984 34.005 -11,63 23.462 3,53 57.467 -6,01
1985 43.905 29,11 24.358 3,82 68.263 18,79
1986 44.717 1,85 24.862 2,07 69.579 1,93
1987 42.170 -5,70 22.806 -8,27 64.976 -6,62
1988 45.974 9,02 17.341 -23,96 63.315 -2,56
1989 38.989 -15,19 21.402 23,42 60.391 -4,62
1990 50.315 29,05 19.704 -7,93 70.019 15,94
1991 48.069 -4,46 22.843 15,93 70.912 1,28
1992 46.638 -2,98 22.226 -2,70 68.864 -2,89
1993 53.064 13,78 21.783 -1,99 74.847 8,69
1994 56.617 6,70 27.634 26,86 84.251 12,56
1995 48.125 -15,00 28.906 4,60 77.031 -8,57
1996 62.644 30,17 33.496 15,88 96.140 24,81
1997 54.373 -13,20 33.932 1,30 88.305 -8,15
1998 51.468 -5,34 24.910 -26,59 76.378 -13,51
1999 79.519 54,50 24.770 -0,56 104.289 36,54
2000 63.779 -19,79 20.259 -18,21 84.038 -19,42
2001 62.489 -2,02 19.658 -2,97 82.147 -2,25
2002 58.394 -6,55 21.473 9,23 79.867 -2,78
2003 66.626 14,10 21.403 -0,33 88.029 10,22
2004 67.250 0,94 21.422 0,09 88.672 0,73
2005 62.485 -7,09 21.129 -1,37 83.614 -5,70
2006 67.279 7,67 21.909 3,69 89.188 6,67
2007 70.319 4,52 23.375 6,69 93.694 5,05
2008 69.764 -0,79 21.575 -7,70 91.339 -2,51
2009 77.188 10,64 26.821 24,32 104.009 13,87
2010 86.309 11,82 23.325 -13,03 109.634 5,41
2011 68.033 -21,18 25.634 9,90 93.667 -14,56
2012 70.926 4,25 28.593 11,54 99.519 6,25
2013 75.097 5,88 23.840 -16,62 98.937 -0,58
2014 90.912 28,18 29.792 4,19 120.704 21,29
2015 86.888 15,70 35.238 47,81 122.126 23,44
1980-2015 4,82 2,71 3,69
1980-2010 4,53 1,27 3,12
2011-2015 6,57 11,36 7,16
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
Luas Panen (Ha)
2016 OUTLOOK BAWANG MERAH
52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia Tahun 1980-2015
Tahun Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb.
(%) (%) (%)
1980 138.236 - 79.487 - 217.723 -
1981 95.289 -31,07 80.742 1,58 176.031 -19,15
1982 81.638 -14,33 77.741 -3,72 159.379 -9,46
1983 184.371 125,84 99.448 27,92 283.819 78,08
1984 194.363 5,42 100.716 1,28 295.079 3,97
1985 247.732 27,46 113.902 13,09 361.634 22,55
1986 260.115 5,00 122.002 7,11 382.117 5,66
1987 291.932 12,23 119.913 -1,71 411.845 7,78
1988 293.803 0,64 85.478 -28,72 379.281 -7,91
1989 289.559 -1,44 109.889 28,56 399.448 5,32
1990 386.245 33,39 108.734 -1,05 494.979 23,92
1991 383.744 -0,65 125.014 14,97 508.758 2,78
1992 394.802 2,88 133.343 6,66 528.145 3,81
1993 428.322 8,49 132.840 -0,38 561.162 6,25
1994 458.506 7,05 177.696 33,77 636.202 13,37
1995 409.972 -10,59 182.344 2,62 592.316 -6,90
1996 580.163 41,51 188.218 3,22 768.381 29,72
1997 458.146 -21,03 147.382 -21,70 605.528 -21,19
1998 445.600 -2,74 153.603 4,22 599.203 -1,04
1999 694.520 55,86 243.773 58,70 938.293 56,59
2000 591.948 -14,77 180.870 -25,80 772.818 -17,64
2001 664.999 12,34 196.333 8,55 861.332 11,45
2002 562.762 -15,37 203.810 3,81 766.572 -11,00
2003 590.110 4,86 172.685 -15,27 762.795 -0,49
2004 596.181 1,03 160.971 -6,78 757.152 -0,74
2005 576.247 -3,34 156.362 -2,86 732.609 -3,24
2006 623.998 8,
Top Related