Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung/inseminasi
DAFTAR ISIHalaman Sampul...................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................
Daftar Isi................................................................................................
BAB I ....................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................
C. Tujuan penulisan.......................................................................
D. Mamfaat penulisan ...................................................................
BAB II .................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................
A. Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan............
B. Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung................................................
C. Hukum serta Pandangan Islam mengenai Bayi Tabung ..........
D. Dalil-dalil syar’i........................................................................
BAB III.................................................................................................
PENUTUP........................................................................................
Kesimpulan....................................................................................
Saran..............................................................................................
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayanya serta kesempatan yang telah di
berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini dalam
bentuk makalah yang berjudul “Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung”.
Dalam penulisan makalah ini yang terdiri dari 16 halaman yang dibagi atas beberapa
bagian di antaranya: halaman sampul, daftar isi( mempermudah pembaca untuk mengetahui
sub-sub pembahan), kata pengantar, pendahuluan yang terdiri atas (latyar belakang, rumusan,
tujuan dan mamfaat), pembahasan dan penutup.
Dalam bab ke-2 inilah memberikan pemaparan mengenai permasalahan-permasalahan
yang berkaitan dengan bayi tabung. Meliputi pengertian, proses, jenis-jenis, pandangan dari
segi syaria dan ulama, hingga dalil-dalil yang menyertainya.
Dalam bab ke-3 penyimpulan dari hasil pembahasan yang telah dibahas pada bab dua
serta beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan bayi tabung tersebut.
Demikianlah kehadiran makalah ini didunia akademisi sebagai tambahan pengetahuan
yang berkaitan dengan pembahasan bayi tabung/inseminasi buatan.
Penulis
M.R
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segalah yang telah diciptakan oleh sang pencipta (Allah) memiliki pasangannya masing-
masing, begitupun juga dengan manusia. Manusia telah ditakdirkan untuk hidup saling
berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan yang disatukan dalam satu ikatan yang
disebut dengan pernikahan. Dalam hubungan pernikahan keinginan terbesar oleh sepasang
suami-istri adalah mempunyai keturunan (anak). Sebagai mana diketahui bahwa anak bagi
orang tua merupakan harta yang sangat berharga. Karena anak dapat diibaratkan sebagai
penenang, penyemangat, pelengkap hidup dan dapat mengantikan orang tuanya sebagai
pencari nafka bagi keluarganya ketika dewasa kelak. Oleh karena itu bagi pasangan yang
belum dikaruniahi anak akan berupaya untuk dapat mempunyai keturunan (anak).
Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai
anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran
syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk
senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah
telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai
keturunan (anak).
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula
(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan
tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau
tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak
dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami
lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak
dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel
sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan
kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah
menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan
melakukannya.
Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di
gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai
anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya
ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan
kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri pada bidang kedokteran
dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil menciptakan teknologi yang disebut bayi
tabung/inseminasi buatan. Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah
bertahun-tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan
(anak).
Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka
belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat
dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui
lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan
disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah) yang di
beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan yang
muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan?
2. Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan?
3. Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang muncul dalam pembahasan makalah ini maka tujuan dari
penulisan ini yaitu untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi.
Serta bagaimana pandangan dilihat dari kacamata syariat islam.
D. Mamfaat Penulisan
1. Mamfaat bagi penulis adalah sebagai suatu landasan pengetahuan mengenai bayi tabung itu
sendiri .
2. Bagi pembaca adalah Kiranya dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi peneliti
lain yang berminat untuk mengkaji mengenai bayi tabung tersebut.
3. Mamafaat bagi lingkungan akademis adalah sebagai landasan dalam perkembangan
selanjutnya dalam pembuatan makalah atau penulisan karya ilmiah dengan variabel yang
hampir sama yaitu mencakup bayi tabung/inseminasi yang di kaitkan dengan pandangan
syariat islam.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan
Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini
adalah fenomena bayi tabung. Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di
dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur
yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara
teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut
“laparoscop” (temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris).
Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan
atau tiruan secara teknologi bukan secara alamiah, sedangkan insemination berasal dari kata
latin “inseminatus” artinya pemasukan atau penyimpanan. Kata talqih yang sama
pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli kandungan bangsa Arab, dalam
upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan kehamilan. Jadi dapat di katakan
bahwa bayi tabung merupakan bayi hasil konsepsinya (dari pertemuan antara sel telur dan
sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di
laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat
sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosesnya
mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan
sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi
dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis
seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat
dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita
tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam
rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan ,perkembangan selama
kehamilan seperti biasa.
Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris,
25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik
untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang
membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ
reproduksi anak pada wanita.
B. Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung
1. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak.
Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan
perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.
Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang
terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan
pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari
kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.
2. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim
sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka
diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi.
Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi
kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta
imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda,
sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada
ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin
mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.
3. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel
telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa
benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari
orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma
dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang
itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan.
Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
4. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank-bank sperma.
Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-bank tersebut. Bahkan orang
bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih
dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank
sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah
menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda
ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu bank-
bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan
artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan
data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak
diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.
C. Hukum serta Pandangan Islam mengenai Bayi Tabung
Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan islam termasuk masalah kontemporer
ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-sunnah
bahkan dalam kajian Fiqih klasik sekalipun.
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka
harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli
ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang
menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad
tentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya
bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang relevan dengan
masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan pengkajian secara
multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan mendasar.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami
i s t r i s end i r i dan t i dak d i t r ans f e r embr ionya ke da l am r ah im wan i t a l a i n
termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam
membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam
vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian
buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri
yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam“.
Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama pun menetapkan fatwa tentang
bayi tabung/inseminasi buatan diantaranya:
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menetapkan 4 keputusan terkait
masalah bayi tabung, diantaranya :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
2. sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri
yang dititipkan dirahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal
itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal
tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum
Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan
ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan
mani suami-isntri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada
sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rosulallah SAW bersabda “Tidak ada dosa
yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan perbuatan
seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak
halal baginya..”
2. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak
muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar
II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani)
dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau
wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang."
3. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung
menjadi mubah (boleh).
Majelis Mujamma’ Fiqih Islami menetapkan sebagai berikut:
1. Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat mengakibatkan
percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-perkara lain yang dikecam oleh
syariat.
a. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian
benih mereka tersebut.
d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
e. e.Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
2. Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah
memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut:
a. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
b. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi fatwa
tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:
a. Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat” adalah sah di
sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu
adalah tidak sah.
b. Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta
pesaka dari keluarga yang berhak.
c. Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
Dari beberapa pernyataan mengenai pandangan bayi tabung yang dikelontarkan oleh
beberapa ulama-ulama diatas dapa di katakan bahwa. Islam membenarkan bayi tabung /
inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel sperma dan ovum suami istri yang sah dan
tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain
(bagi suami yang berpoligami), baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan
diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan
kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Sebagai ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu menjawab berbagai
masalah yang terjadi di dunia modern saat ini.
D. Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan,
antara lain :
1. “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” (QS Al-
Israa’:70).
2. “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS
At-tiin:4).
3. Hadist Nabi SAW yang mengatakan : ” tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang
lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang shahih oleh Ibnu Hibban).
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan:Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri
yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai
lawan “di dalam kandungan” (in vivo).
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni
diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari
suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan
tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari
wanita lain.
Saran:Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum
untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan denganPancasila dan
UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat
manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.
Pemer in t ah hendaknya hanya meng i z inkan dan me layan i pe rmin t aan
bay i tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga
melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan s i apa yang
me lakukan i n seminas i bua t an pada manus i a dengan spe rma dan/atau ovum
donor yang tidak bertentangan dengan hukum islam.
DAFTAR PUSTAKAAbdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayi-
tabung/
http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/
Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.
Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .
Top Related