Kementerian Riset dan Teknologi REPUBLIK INDONESIA
Tantangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan Teknologi Hijau
oleh
Dr. Ir. Pariatmono Asisten Deputi IPTEK Pemerintah Kementerian Riset dan Teknologi
dipaparkan pada:
Seminar Nasional
“Green Technology Exhibition 2011” Himpunan Mahasiswa Teknik Industri
Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya
Sistematika Paparan
Pendahuluan [email protected]
Pendahuluan
Teknologi Hijau dan Perubahan Iklim
1. Isu terbesar dari perlunya teknologi Hijau adalah pada kenyataan terjadinya Perubahan Iklim
2. Perubahan iklim telah menjadi salah satu isu penting dunia yang dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang membahayakan keberlanjutan ekosistem bumi yang disebabkan karena penumpukan Gas Rumah Kaca (GRK) akibat pembakaran energi fosil sejak masa pra-industri.
3. Indonesia telah meratifikasi Kyoto Protokol mengenai Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perubahan Iklim, dengan Undang-undang no. 17 tahun 2004.
4. Bali Action Plan (Desember 2007) mengisyaratkan adanya visi bersama jangka panjang untuk menangani penurunan emisi dengan prinsip Common But Differentiated Responsibility.
5. RPJMN 2010-2014 mengamanatkan untuk menanggulangi dampak perubahan iklim, dimana diharapkan terjadi penurunan emisi GRK, terutama dari bidang-bidang pembangunan prioritas
6. Diperlukan perubahan paradigma pembangunan dan tatanan ekonomi yang rendah karbon (low carbon economy) tanpa mengorbankan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.
7. Untuk itu Pemerintah Indonesia (disampaikan Presiden RI pada pertemuan G20 di Pittsburgh, USA (November 2009) dan COP-15 (Desember 2009)) telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 sebesar 26% dari BAU (bussiness as usual) dan sebesar 41% dengan bantuan internasional
Kebijakan Perubahan Iklim
Mitigasi dan Adaptasi
Kerugian akibat bencana iklim di tingkat global meningkat 14 kali dibanding tahun 1950an, yaitu mencapai 50-100 milyar USD per-tahun (World Disaster Report). Kerugian ekonomi akibat bencana iklim akan meningkat mencapai 300 milyar dolar per-tahun dan jumlah kematian bisa mencapai 100 ribu orang per-tahun pada tahun 2050 (SEI, IUCN, dan IISD, 2001). Upaya adaptasi yang dilakukan sejak dini akan dapat mengurangi kerugian akibat bencana secara signifikan. Setiap 1 USD yang dikeluarkan untuk melakukan upaya adaptasi dapat menyelamatkan sekitar 7 USD biaya yang harus dikeluarkan untuk pemulihan akibat dampak dari bencana iklim (Biemans et al., 2006).
Pembangunan yang mempertimbangkan Mitigasi dan Adaptasi
Tujuan adaptasi: - Perencanaan yang lebih baik dengan mempertimbangkan
kondisi iklim (perubahan iklim) untuk mencapai pembangunan berkelanjutan (contoh: pengelolaan sumberdaya air, pertanian)
- Mengurangi kemungkinan bencana dikarenakan iklim (contoh: banjir, kekeringan, kebakaran hutan, longsor)
Target Adaptasi: - Rencana pembangunan
mendatang memasukkan perubahan iklim sebagai salah satu pertimbangan.
- Mengurangi potensi dan kerugian akibat iklim ekstrim (variability of exposures)
Dampak
Respon
Adaptasi Mitigasi
Perubahan Iklim
Perkiraan Penambahan Emisi Indonesia
2,95
2,12 1,72
Em
isi (
Gto
nC
O2e
)
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2000 2005 2020
Kehutanan dan Lahan Gambut
Limbah
Pertanian
Industri
Energi dan Transportasi
Skenario Pengurangan Emisi Indonesia
Komitmen Presiden pada G-20 Pittsburgh dan COP15
Menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2020
26%
15% Upaya sendiri
Upaya sendiri dan Dukungan internasional
RAN-GRK/ RAD-GRK
26% 41%
Skenario Pengurangan Emisi Indonesia
+15%
26%
KRITERIA: Dicapai melalui kegiatan yang mudah diukur (MRV*), jelas kontrak dan penanggung jawabnya,
KRITERIA: Dicapai melalui kegiatan yang mudah diukur (MRV), abatement cost rendah, termasuk dalam program RPJMN/RPJP, prioritas nasional, feasible secara ekonomi, tidak masuk CDM project
Penerapan Penurunan Emisi Indonesia
12
q bagian dari sistem monitoring dan evaluasi dari aksi mitigasi yang akan didaftarkan oleh negara-negara kepada UNFCCC.
q harus mengikuti prinsip prinsip yang berlaku dalam Konvensi Perubahan Iklim dan Protokol Kyoto : common but differentiated responsibilities, respective capablities serta historical responsibilities
Disusun berdasarkan prinsip terukur, dapat dilaporkan dan dapat diverifikasi (measurable, reportable and verifiable/MRV)
Kebijakan Penurunan Emisi Indonesia
13
RAN-GRK
2010 2020
Rencana Pembangunan
RPJP 2005 2025
RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4 2004 2009 2014 2019 2025
Strategi Penurunan Emisi Indonesia
A. Kegiatan Inti
Kegiatan yang dapat diperhitungkan kontribusinya dalam penurunan net-emisi GRK : - Penurunan deforestasi
(pengendalian kebakaran, illegal logging, konversi)
- Kegiatan peningkatan penyerapan karbon (penanaman)
- Pengelolaan lahan gambut, kehutanan dn tata air
- Energy mix - Pengelolaan sampah dan air
limbah
B. Kegiatan Pendukung
Kegiatan yang mendukung penurunan emisi GRK : - Pemetaan - Penelitian - Inventarisasi GRK - Penataan Ruang - MRV
Target Penurunan Emisi Indonesia Sektor Rencana Penurunan
Emisi (Giga ton CO2e) Rencana Aksi K/L Pelaksana
26% 41%
Kehutanan dan Lahan Gambut Limbah Pertanian Industri Energi dan Transportasi
0,672
0,048
0,008
0,001
0,038
1,039
0,078
0,011
0,005
0,056
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan, Pengelolaan sistem jaringan dan tata air, Rehabilitasi hutan dan lahan, HTI, HR. Pemberantasan illegal logging, Pencegahan deforestasi, Pemberdayaan masyarakat. Pembangunan TPA, pengelolaan sampah dengan 3R dan pengolahan air limbah terpadu di perkotaan Introduksi varitas padi rendah emisi, efisiensi air irigasi, penggunaan pupuk organik Efisiensi energi, penggunaan renewable energi, dll Penggunaan biofuel, mesin dengan standar efisiensi BBM lebih tinggi, memperbaiki TDM, kualitas transportasi umum dan jalan, demand side management, efisiensi energi, pengembangan renewable energi
Kemenhut, KLH, Kemen.PU, Kementan Kemen.PU, KLH Kementan, KLH Kemenperin Kemenhub, Kemen.ESDM, Kemen.PU
0.767 1,189
ASUMSI yang digunakan: • Emisi gross CO2e pada kondisi BAU sebesar 1,241 Gt CO2e dengan asumsi
laju deforestasi sebesar 1,125 juta hektar per tahun • Absorpsi CO2e dari pembangunan hutan tanaman dan bekas tebangan di
hutan alam mencapai 0,707 Gt CO2e, untuk itu Nett Emission dari sektor ini adalah 0,534 Gt Co2e
Kehutanan dan Lahan Gambut
16
BAPPENAS
Jumlah emisi yang harus diturunkan untuk skenario 26% dalam Gton CO2
Target (Gton) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Kehutanan dan Lahan Gambut 0,672 0,000 0,014 0,044 0,080 0,134 0,188 0,255 0,322 0,405 0,518 0,672 2,631
Kehutanan 0,392 0,000 0,000 0,01568 0,035 0,067 0,098 0,137 0,176 0,223 0,294 0,392
Lahan gambut 0,280 0,000 0,014 0,028 0,0448 0,067 0,090 0,118 0,146 0,182 0,224 0,280
KEBIJAKAN : 1. Menurunkan emisi GRK dengan sekaligus meningkatkan kenyamanan lingkungan,
mencegah bencana, menyerap tenaga kerja, menambah pendapatan masyarakat dan negara
2. Pengelolaan sistem jaringan dan tata air pada rawa 3. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk lahan bergambut yang sudah ada) 4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian pada lahan gambut
dengan emisi serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara optimal STRATEGI : 1. Menekan laju deforestasi dan degradasi hutan untuk menurunkan emisi GRK 2. Meningkatkan penanaman untuk meningkatkan penyerapan GRK 3. Melakukan perbaikan tata air (jaringan) dan blok-blok pembagi 4. Menstabilkan elevasi muka air pada jaringan 5. Optimalisiasi sumberdaya lahan dan air secara optimal tanpa melakukan deforestasi 6. Penerapan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian dengan emisi GRK
serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara optimal.
Kehutanan dan Lahan Gambut
17
BAPPENAS
KEGIATAN UTAMA : 1. Rehabilitasi hutan, lahan gambut dan lahan kriDs, reklamasi hutan dan lahan gambut di DAS prioritas, melalui
fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi hutan pada DAS prioritas, fasilitasi rehabilitasi lahan kriDs pada DAS prioritas, fasilitasi pengembangan hutan kota, konservasi hutan dan/lahan rawan terbakar melalui pemberian insenDf kepada masyarakat, rehabilitasi lahan rusak rawan terbakar melalui penanaman tanaman kayu
2. Pengembangan perhutanan sosial melalui fasilitasi penetapan areal kerja dan pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm), fasilitasi pembangunan hutan rakyat kemitraan, fasilitasi penetapan areal kerja hutan desa,
3. Pengendalian kebakaran hutan dan pemberantasan illegal logging-‐pencegahan kehilangan kayu 4. Penanganan perambahan hutan dan lahan gambut dan penanganan konflik kawasan lindung dan konservasi 5. Peningkatan kesatuan pengeolaan hutan 6. Peningkatan pengelolaan hutan alam produksi melalui pengelolaan LOA oleh IUPHHK pada lahan gambut dan
pengelolaan LOA oleh IUPHHK-‐RE serta Peningkatan pengelolaan hutan tanaman 7. Penerapan penyiapan lahan tanpa membakar, perbaikan tata air kawasan lahan gambut secara integraDf antar
pengguna lahan gambut serta pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan 8. Kebijakan rehabilitasi kawasan lahan gambut yang rusak melalui reboisasi dan penghijauan, perbaikan kualitas
pengelolaan lahan gambut yang rusak, dan pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan gambut. 9. Peningkatan rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa termasuk lahan bergambut 10. Pengendalian Tata Ruang melalui penetapan wilayah KPHK dan konsolidasi hutan yang berada di luar kawasan
hutan, meningkatkan konservasi pada lahan gambut yang belum diberikan ijin pemanfaatan, penerapan ‘land-‐swap’ bagi pemegang ijin/hak yang berada di dalam kawasan lahan gambut dan belum memanfaatkannya ke lokasi lain di luar kawasan lahan gambut (mineral soil).
11. Pengendalian kerusakan ekosistem lahan gambut, penyusunan kriteria baku kerusakan gambut, dan penyusunan masterplan pengelolaan ekosistem gambut provinsi
• Lokasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT
Kehutanan dan Lahan Gambut
18
BAPPENAS
ASUMSI yang digunakan: • Penduduk Indonesia (2005) 218,8 juta (BPS, 2006) • Tingkat produksi sampah 0,6 kg/org/h (perkotaan) dan 0,3 kg/org/h (perdesaan)
à Jumlah sampah RT 33,5 juta ton/thn • Transportasi/pengangkutan sampah (2005) tingkat pelayanan 50% dengan
peningkatan sebesar 2,5% per tahun • Reduksi sampah tidak terjadi, timbulan sampah perkotaan meningkat dari 0,6 kg/
orang/hari pada 2005 menjadi 1,2 kg/orang/hari tahun 2030 dan untuk sampah perdesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,55 kg/orang/hari
• Timbulan sampah yang dibuang di lokasi open dumping sebesar 45% dan tidak ada konvesi dari open dumping menjadi controlled atau sanitary landfill
• Emisi GRK dari bidang limbah sendiri pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 34.987 ribu ton CO2e, dan diperkirakan akan terus meningkat dengan kondisi tanpa Rencana Aksi (BAU) hingga 52.381 ribu ton CO2e pada tahun 2020
Limbah
19
BAPPENAS
Jumlah emisi yang harus diturunkan untuk skenario 26% dalam Gton CO2
Target (Gton) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Limbah 0,048 0,00048 0,001 0,002 0,002880 0,005 0,009 0,014 0,020 0,027 0,036 0,048 0,166
KEBIJAKAN: • Meningkatkan pengelolaan sampah dan air limbah
STRATEGI : 1. Perbaikan proses pengelolaan sampah di TPA 2. Pengurangan timbulan sampah melalui 3R (reduce, reuse, recycle) 3. Pemanfaatan limbah/ sampah menjadi produksi energi yang ramah lingkungan 4. Peningkatan pengelolaan air limbah di perkotaan 5. Perluasan kelembagaan dan peraturan di daerah (Perda)
KEGIATAN UTAMA : 1. Pembangunan/peningkatan sarana dan prasarana air limbah dengan sistem off site dan
on site untuk 16 kota (off-site) dan 11.000 lokasi (on-site) hingga tahun 2020 yang melayani hingga 70% penduduk
2. Pembangunan/ peningkatan TPA dan pengelolaan sampah terpadu 3R di 240 kota 3. Pemanfaatan limbah hasil pembukaan lahan sebesar 1800 Ha untuk bahan pembuatan
kompos, arang dan briket arang yang akan dilakukan di Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.
Lokasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Papua, Papua Barat
Limbah
20
BAPPENAS
ASUMSI yang digunakan: • Emisi kumulatif GRK di bidang pertanian bila tanpa dilakukan rencana aksi atau bussiness as
usual (BAU) adalah 117 juta ton CO2.
KEBIJAKAN : 1. Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional dan Peningkatan Produksi Pertanian dengan Emisi
GRK yang rendah 2. Perbaikan dan pemeliharaan sistem irigasi
STRATEGI : 1. Optimalisasi sumber daya lahan dan air secara optimal 2. Penerapan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian dengan emisi GRK serendah
mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara optimal 3. Menstabilkan elevasi muka air pada jaringan 4. Memperlancar sirkulasi air pada jaringan
Pertanian
21
BAPPENAS
Jumlah emisi yang harus diturunkan untuk skenario 26% dalam Gton CO2
Target (Gton) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Pertanian 0,008 0,00008 0,00016 0,00032 0,00048 0,00088 0,00152 0,00232 0,003 0,0045 0,006 0,008 0,028
KEGIATAN UTAMA : 1. Penyiapan lahan tanpa bakar dan optimalisasi pemanfaatan lahan terutama untuk lahan sebesar 300
ribu ha di Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Kalteng selama 10 tahun. 2. Penerapan teknologi budidaya tanaman untuk mengurangi gas rumah kaca (GRK) di lahan seluas
2,026 juta ha 3. Pemanfaatan pupuk organik dan bio-pestisida dalam budidaya tanaman untuk mencegah laju
peningkatan emisi GRK. Sebesar 10.000 unit 4. Pengembangan areal perkebunan (sawit, karet, kakao) di lahan tidak berhutan/lahan terlantar/lahan
terdegradasi (APL) 5. Pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk biogas, biofuel dan pupuk organik
dalam 1500 kelompok masyarakat 6. Penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) melalui pembuatan kompos, arang dan briket arang
pada 1.800 Ha lahan di provinsi Riau, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, kalimantan Barat
7. Perbaikan dan pemeliharaan sistem irigasi seluas 1.342 Ha (perbaikan jaringan irigasi) dan 2.311 Ha (operasional dan pemeliharaan jaringan).
8. Penelitian dan pengembangan teknologi rendah emisi, metodologi MRV bidang pertanian
9. Penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) melalui pembuatan kompos, arang, dan briket arang pada 1800 ha di provinsi Riau, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, kalimantan Barat LOKASI : 33 Provinsi
22
Pertanian BAPPENAS
ASUMSI yang digunakan: • Sektor ini mengkonsumsi energi final terbesar yaitu 46,83% • Industri semen merupakan sumber emisi GRK terbesar dari sub-sektor
industri • pertumbuhan industri semen per tahunnya diperkirakan 5%-8% hingga tahun
2025 dengan produksi meningkat dari 33,92 juta ton di tahun 2005 menjadi 74,13 juta ton tahun 2020.
• Intensitas emisi GRK sebesar 0,833ton CO2/ton semen. • Dalam skenario BAU, tidak ada perubahan pada proses produksi semen, akan
tetapi produksi semen diproyeksikan naik sebesar 4.5% sampai 6.0% p.a. Selain itu rasio rerata clinker-semen diambil 0.90t clinker/ t semen (2008).
Industri
23
BAPPENAS
Jumlah emisi yang harus diturunkan untuk skenario 26% dalam Gton CO2
Target (Gton) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Industri 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000050 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,00055 0,00075 0,001 0,003
KEBIJAKAN : • Meningkatkan pertumbuhan industri dengan mengoptimalkan pemakaian
energi STRATEGI : • Melaksanakan audit energi khususnya pada industri-industri yang boros
energi • Pemberian insentif pada program efisiensi energi KEGIATAN UTAMA : • Penyusunan kebijakan teknis pengurangan emisi CO2 di industri semen dan
baja; • Fasilitasi dan insentif pengembangan teknologi low carbon dan ramah
lingkungan di industri semen dan baja di 25 perusahaan industri; • Konservasi dan Audit Energi industri semen dan baja pada 50 perusahaan
industri Lokasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
Industri
24
BAPPENAS
ASUMSI yang digunakan: • Bidang transportasi mengkonsumsi 48% dari konsumsi nasional energi primer,
dimana 88% diserap oleh sub-sektor perhubungan darat, perhubungan udara (7%), perkeretaapian (4%), dan transportasi laut/sungai antar pulau (1%).
• Emisi GRK yang dihasilkan bidang transportasi saat ini (2009) mencapai sekitar 67 juta ton, dan setiap tahunnya tumbuh dengan laju sekitar 8-12%.
• Proyeksi kebutuhan energi tanpa mitigasi (BAU) adalah sebesar 8-8,7%. • Pada skenario base-case pembangkitan energi akan didominasi oleh pembangkit
batu bara, dengan beberapa penggunaan pembangkit listrik tenaga gas alam dan sejumlah kecil energi terbarukan.
Energi dan Transportasi
25
BAPPENAS
Jumlah emisi yang harus diturunkan untuk skenario 26% dalam Gton CO2
Target (Gton) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Energi dan Transportasi 0,038 0,000 0,001 0,001 0,003 0,006 0,009 0,013 0,018 0,023 0,029 0,038 0,141
Energy 0,030 0,0000 0,0006 0,0012 0,0024 0,0045 0,008 0,011 0,014 0,018 0,023 0,030
Transportation 0,0080 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,00104 0,00184 0,00280 0,004 0,005 0,006 0,008
KEBIJAKAN: 1. Meningkatkan ketahanan energi bersamaan dengan upaya menurunkan
emisi CO2 2. Pembangunan jaringan jalan nasional yang rendah emisi / energi dilengkapi
dengan RTH pada ROW/ Rumija
STRATEGI :
1. Peningkatan efisiensi penggunaan energi 2. Meningkatkan penggunaan EBT 3. Menggunakan bahan bakar yang lebih bersih (fuel switching) 4. Memanfaatkan teknologi energi bersih 5. Penanaman pohon 6. Pembangunan/ peningkatan dan preservasi jalan
Energi dan Transportasi
26
BAPPENAS
KEGIATAN UTAMA : • Pengembangan Efisiensi energi, Energi Baru Terbarukan, Fuel Switching, Teknologi
Bersih • Pembangunan ITS (Inteligent Transport System), Transportasi Ramah Lingkungan,
Railway Electrifacation, Transportasi Massal (BRT/LRT/MRT), pengembangan Kereta Api, penanaman pohon di Jalan nasional di seluruh Indonesia, terutama di jalan perkotaan dan peningkatan preservasi jalan
LOKASI : • Audit Energi : kota – kota besar seluruh Indonesia • Energi Terbarukan : Seluruh Indonesia sesuai potensi daerah • Penggunaan Gas Alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan :
Palembang, Surabaya, Balikpapan • Peningkatan Sambungan Rumah yang Teraliri Gas Bumi melalui Pipa : Kota-
kota di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua • Pembangunan Kilang Mini LPG : Musi dan Banyuasin (Sumatera Selatan) • Reklamasi Lahan Pasca Tambang : Seluruh Indonesia • Penanaman Pohon dan preservasi jalan : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali,
Sulawesi
ENERGI dan TRANSPORTASI
27
BAPPENAS
Tantangan Pengembangan IPTEK
IPTEK: dari Penemuan hingga Ekonomi “Innovation means technologies or practices that are new to a given society, and being diffused in that economy or society. This point is important: what is not disseminated and used is not an innovation.”
(The World Bank, Innovation Policy, 2010).
Indeks DAYA SAING Indonesia
PERMASALAHAN Indonesia
Sistem Inovasi Nasional
TRANSFO
RMASI
EKOSISTEM
NATION
KNOWLEDGE-‐BASED NATION (KBN) /Lemlitbang Kementrian
/pengguna /pengguna
KBE
KBS
INOV.
NATIO
N
KOMPETISI
PILAR KEBIJAKAN
NGO
PRIV.SEC PUB.SEC
Sinergi nasional
32 (adapted from MEXT, 2002)
MODEL 1: GOVERNMENT PROCUREMENT DRIVEN MODEL • TARGETED FOCUS OF AREA:
– Topics: 1. NATIONAL SECURITY (DEFENSE, ENERGY, POTABLE WATER, FOOD SECURITY, CLIMATE CHANGE, DISASTER MITIGATION) 2. PUBLIC SERVICES (TRANSPORTATION, ICT & HEALTH, CLUSTER 4)
-‐ LocaDon: daerah perbatasan, terluar dan terDnggal (+ daerah rawan) • STRATEGY:
– CREATING TECHNOLOGY—PRODUCT & SERVICES VALUE CHAIN THROUGH GOVERNMENT SPENDING/PROCUREMENT – CONTINUOUS TECHNOLOGY UPGRADING THROUGH PRODUCT & SERVICES DEVELOPMENT AND R&D CYCLES
• KEY INPUTS: – GOVERNMENT SPENDING/PROCUREMENTS FOR NATIONAL SECURITY/PUBLIC SERVICES – R & D INSTITUTIONS INHERENT COMPETENCE
• SUPPORTING INPUTS – INCENTIVES TO SMEs FOR PARTICIPATION IN PRODUCT DEVELOPMENT AND PRODUCTION TO SUPPORT THE GOV’T LEAD PROJECT – INCENTIVES TO RESEARCH INSTITUTES AND UNIVERSITIES TO CONDUCT RESEARCHES TO SUPPORT TECHNOLOGY UPGRADING – BUREAUCRACY NETWORK AMONG GOVERNMENT INSTITUTIONS
• MAIN OBSTACLES: – HIGH-‐COST/MAJOR FUNDING COMING FROM THE GOVERNMENT – LOW PRIVATE PARTICIPATION – PRONE TO CORRUPTION AND MISCONDUCT BY LOW MORALITY STAFFS – OVERLAPS AMONG INSTITUTIONS’ MANDATES
• ADVANTAGES: – RELATIVELY “EASY” TO BE MANAGED BY THE GOVERNMENT
• EXAMPLES – STRATEGIC INDUSTRIES REVITALIZATION PROJECT – BANTUL REGIONAL INNOVATION SYSTEM DEVELOPMENT PROJECT – INDONESIAN TSUNAMI EARLY WARNING SYSTEM (INA-‐TEWS) – WASTE WATER TREATMENT AND BIOGAS PRODUCTION – MICROHYDRO POWER PLANT – LANDSLIDE EARLY WARNING SYSTEM – POTABLE WATER BASED ON MEMBRANE TECHNOLOGY
MODEL 2: FRAMEWORK CONDITION DRIVEN MODEL • FOCUS OF AREA:
– BUILDING INDUSTRIAL COMPETITIVENESS
• STRATEGY: – INTRODUCING INTERMEDIATION FUNCTION TO STRENGTHEN INTERACTION S AMONG ACTORS
TO PROMOTE PRODUCT DEVELOPMENT CYCLES – CREATING TECHNOLOGY—PRODUCT VALUE CHAIN CONSISTING OF ACTORS
• KEY INPUT: – INTERMEDIATION FUNCTION WITH STRONG HUMAN RESOURCES
• SUPPORTING INPUTS – POLICY/FRAMEWORK & INCENTIVES TO INDUSTRIES FOR PRODUCT RESEARCH & DEVELOPMENT – POLICY/FRAMEWORK & INCENTIVES TO RESEARCH INSTITUTES AND UNIVERSITIES TO CONDUCT
RESEARCHES TO SUPPORT INDUSTRIAL TECHNOLOGY UPGRADING
• MAIN OBSTACLES: – HIGH MANAGEMENT SKILL AND HIGHLY TRAINED INTERMEDIATORS ARE REQUIRED – HIGH PRIVATE PARTICIPATION IS REQUIRED
• ADVANTAGES: – RELATIVELY LOW-‐COST
• EXAMPLES – PUSPIPTEK CENTER REVITALIZATION PROJECT – PALEMBANG & PADANG REGIONAL INNOVATION SYSTEM DEVELOPMENT PROJECT
PHOTOBIOREACTOR ”Biological Carbon Capture and Storage Technology”
MITIGATION, ADAPTATION, AND TECHNOLOGY TRANSFER CONTROL PROGRAMS FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS
Ministry of Research and Technology Republic of Indonesia and The Agency For the Assessment and Application Technology
PHOTOBIOREACTOR ”BIOLOGICAL CARBON CAPTURE AND STORAGE TECHNOLOGY”
CONTROL PROGRAM FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY REPUBLIC OF INDONESIA
and THE AGENCY FOR THE ASSESSMENT AND APPLICATION TECHNOLOGY (BPPT)
Carbondioxide (CO2) emission due to human activities (anthropogenic emission) has increased steadily since two centuries ago to reach more than 25 billion tons. All over the world. It has caused many diasadvantages to human life.
Carbon Capture and Storage/CCS Technology
Geological Biological
Carbon dioxide
Global Warming
Greenhouse Gases
Algae name Chaetoceros sp. Chlorella sp.
Experiment duraDon (days) 13 14
IniDal CO2 injected (% vol.) 11 14
CO2 output (% vol.) 1,375 1,4
AbsorbDon Efficiency (%) 87,5 90
O2 producDon (% vol.) 12 15
Growth rate 0,21/day 0,67/day
Greenhouse gases non-CO2 (methane, nitrous oxides and fluorocarbon refrigerants) also increase continuosly until 30 billion tons in 2004. (CDIAC USA, 2004).
Deputy Minister of Research and Technology for Empowerment of Science and Technology BPPT Building II, 6th Floor, Jl. M. H. Thamrin No. 8 Jakarta
Phone. +62 21 3169169 Fax. +62 21 3101952, Website http://www.ristek.go.id
All efforts to manifest the indepence and the excellence of mitigation and adaptation technologies in climate change, especially in activate biological carbon sink, Ministry of Research and Technology Republic of Indonesia in cooperation with The Agency For The Assessment and Application Technology (BPPT) created a prototype of Multi Airlift Photobioreactor (MTAP). This innovation has optimal capability to support government program to reduce greenhouse gases emission.
Due to greenhouse gases emission increment and the broad impacts of climate change, a brilliant solution to reduce the amount of greenhouse gases emitted to the atmosphere is needed. One of the proper and advance technology for carbon sink is carbon capture and storage using microalgae. Microalgae needs CO2 for photosynthesis and cell reproduction.
Microalgae was choosen because in a small amount, it can absorb a large number of carbon which is used for photosynthesis. The amount of carbon absorbed by 0.05% biomass is similar with carbon fixed by usual plant (~50-100 PgC/year). At 2010, photobioreactor technology has been applied in the milk industry in Bogor.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 5 10 15 20
Gas Mass (CO 2/liter)
TIme (day)
Reactor Capability to Absorb CO2 (gram/liter
media/day)
1,083 ± 0,734 gram/liter media/day
Multi Airlift Photobioreactor (MTAP) System
Deputy Minister of Research and Technology for Empowerment of Science and Technology BPPT Building II, 6th Floor, Jl. M. H. Thamrin No. 8 Jakarta
Phone. +62 21 3169169 Fax. +62 21 3101952, Website http://www.ristek.go.id
PHOTOBIOREACTOR ”Biological Carbon Capture and Storage Technology” CONTROL PROGRAM FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS
MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY REPUBLIC OF INDONESIA and
THE AGENCY FOR THE ASSESSMENT AND APPLICATION TECHNOLOGY (BPPT)
Waste Water Treatment Plant (WWTP) for Tofu Industry Waste to Generate Biogas MITIGATION, ADAPTATION, AND TECHNOLOGY TRANSFER
CONTROL PROGRAMS FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS
Ministry of Research and Technology Republic of Indonesia and The Agency For the Assessment and Application Technology
WASTE WATER TREATMENT PLANT (WWTP) FOR TOFU INDUSTRY WASTE TO GENERATE BIOGAS IN BANYUMAS REGENCY
The number of tofu industry in Indonesia is about 84.000 unit with production capacity more than 2,56 million tons/year. Tofu is a traditonal and unique food which is loved by most of Indonesian. But, in the process production, tofu industries emit the greenhouse gas emissions from fuel used and disposed of liquid waste into the environment . Large number of liquid waste (20 million cubic meters per year) was streamed to the river without any treatment. Based on research, total greenhouse gases emission from these industries is about 1 million CO2 equivalent per year. Data shown that approximately 80% of tofu industry is located in Java Island, hence greemhouse gases emission from tofu industries in Java reach 0.8 million tons of CO2 equivalent per year. The development of greenhouse gases mitigation model for small and medium industry for 600 industries in Purwokerto, East Java which is developed by Ministry of Research and Technology Republic of Indonesia has become an important effort in emission reduction. This program apllied by using Clean Production and Energy Effiecieny Method which is aimed to decrease greenhouse gases emission in tofu industry.
Deputy Minister of Research and Technology for Empowerment of Science and Technology BPPT Building II, 6th Floor, Jl. M. H. Thamrin No. 8 Jakarta
Phone. +62 21 3169169 Fax. +62 21 3101952, Website http://www.ristek.go.id
CONTROL PROGRAM FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY REPUBLIC OF INDONESIA
and THE AGENCY FOR THE ASSESSMENT AND APPLICATION TECHNOLOGY (BPPT)
Area of Study
Methodolgy: • Clean Production and Energy Efficiency Method
for industry which is developed by GERIAP-UNEP, combined by Good House Keeping (GHK).
• Direct application of waste water treatment from tofu industry using Fixed Bed Reactor model and community development by training and socialization.
Deputy Minister of Research and Technology for Empowerment of Science and Technology BPPT Building II, 6th Floor, Jl. M. H. Thamrin No. 8 Jakarta
Phone. +62 21 3169169 Fax. +62 21 3101952, Website http://www.ristek.go.id
WASTE WATER TREATMENT PLANT (WWTP) FOR TOFU INDUSTRY WASTE TO GENERATE BIOGAS IN BANYUMAS REGENCY CONTROL PROGRAM FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS
MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY REPUBLIC OF INDONESIA and
THE AGENCY FOR THE ASSESSMENT AND APPLICATION TECHNOLOGY (BPPT)
MICROHYDRO POWER PLANT (PLTMH)
MITIGATION, ADAPTATION, AND TECHNOLOGY TRANSFER CONTROL PROGRAMS FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS
Ministry of Research and Technology Republic of Indonesia and The Agency For the Assessment and Application Technology
MICROHYDRO POWER PLANT (PLTMH) IN CIANJUR REGENCY
CONTROL PROGRAM FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY REPUBLIC OF INDONESIA,
PROVINCIAL GOVERNMENT OF WEST JAVA and
THE INDONESIAN INSTITUTE OF SCIENCES (LIPI) Indonesia has many hilly landscape that is rich in water resources. Upon this natural water resources, Indonesia is predicted to have 7.500 MW energy from water, which has not been utilized optimally. Overall, only 2.5% from total potency in this water power plant that has been exploited. Hence, Indonesia still have a great energy resources to be developed. In line with national program of cheap electricity, Ministry of Research and Technology developed some activities to support national program related to energy and electricity. Based on formal request from Provincial Government of West Java, Ministry of Researh of Technology built and developed a prototype of microhydro power plant in Cikadu, Cianjur Regency, West Java with capacity 20 KW. This program involved active participation of local community since planning, implementation, operation, and maintenance by constituting Village Manager Unit for Microhydro Powerplant. The next program is generation of local economy potential to community welfare.
Deputy Minister of Research and Technology for Empowerment of Science and Technology BPPT Building II, 6th Floor, Jl. M. H. Thamrin No. 8 Jakarta
Phone. +62 21 3169169 Fax. +62 21 3101952, Website http://www.ristek.go.id
LocaDon Demand-‐Driven from Government of West Java
Purposes of AcDviDes Series of AcDviDes
From climate change view, microhydro technology belong to renewable energy which energy potential flow continuosly, has less environmental damages, and low greenhouse gases. Beside that, community who get advantages from microhydro powerplant will tend to preserve surroundings in order to maintain continuity of microhydro powerplant operation. So, this technology keep environmental sustainability from climate change threat. Cikadu Village is an isolated area with poor road access although it is only located 100 km from capital city of West Java Province. Therefore, designed microhydro power plant should be easily moved and transported from the workshop. With power output 20 KW, electricity from power plant distributed to 175 houses which live near power plant. Further development still allowable since this powerplant has actual capacity until 80 KW.
Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek , Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gedung II BPPT Lantai 6, Jalan Mh. Thamrin No. 8, Jakarta 10340
Telp: (021) 3169121, 3169166-69 Faksimili: (021) 3101952 Website: www.ristek.go.id
Microhydro Development Process Tranquilizer Basin
Microhydro Technical Scheme
Penstock and DistribuDon System Turbine House and Control System
Deputy Minister of Research and Technology for Empowerment of Science and Technology BPPT Building II, 6th Floor, Jl. M. H. Thamrin No. 8 Jakarta
Phone. +62 21 3169169 Fax. +62 21 3101952, Website http://www.ristek.go.id
MICROHYDRO POWER PLANT (PLTMH) IN CIANJUR REGENCY
CONTROL PROGRAM FOR CLIMATE CHANGE IMPACTS MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY REPUBLIC OF INDONESIA,
PROVINCIAL GOVERNMENT OF WEST JAVA and
THE INDONESIAN INSTITUTE OF SCIENCES (LIPI)
Terima kasih
Top Related