BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif ke 2 paling sering
dijumpai setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson pertama dikenalkan oleh James
Parkinson pada tahun 1817, sebagai ”shaking palsy” dan dinamakan ”paralisis agitans”
oleh Marshall Hall pada tahun 18411,2,3,4. Penyakit Parkinson mengenai sekitar 1% dari
kelompok usia 55 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih dari 70 tahun.
Mulanya penyakit lebih sering pada usia diantara 50 -59 tahun, dan jarang bermula
sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 80 tahun. 5,6
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang kronik, progresif
dari sistem saraf dengan gejala utama rigiditas, akinesia, bradikinesia, tremor dan
instabilitas postural.3,7,8. Pada Penyakit Parkinson dapat terjadi gangguan lain
(impairment) akibat dari kombinasi gejala utama yaitu gangguan gerak dan gait, masked
face, gangguan kognitif dan persepsi, gangguan komunikasi, kesulitan menelan, disfungsi
autonomik.
Gangguan gerak pada Penyakit Parkinson akan menimbulkan disabilitas dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari terutama aktivitas yang memerlukan
keterampilan dan koordinasi motorik halus dan kasar. Untuk lebih mengoptimalkan
kualitas hidup, disamping terapi medikamentosa penting dilakukan program rehabilitasi
yang memprioritaskan peningkatan/mempertahankan kemampuan fungsional agar
mandiri dalam aktivitas sehari-hari, produktifitas, dan aktivitas waktu luang dengan
melibatkan berbagai disiplin terapi seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara,
psikologi, dan petugas sosial medik. Disamping itu dibutuhkan adanya senam atau latihan
untuk penderita parkinson. Senam parkinson bertujuan untuk menjaga fleksibilitas,
latihan aerobik, latihan fungsional, latihan penguatan serta kontrol motorik.
Dalam referat ini akan dibahas secara khusus mengenai manfaat dari senam
Parkinson untuk penderita Parkinson.
1
BAB II
PENYAKIT PARKINSON
II.1. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling
banyak dialami pada umur lanjut dan jarang terjadi dibawah umur 30 tahun. Biasanya
mulai timbul pada usia 40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade ke-6.
Penyakit Parkinson lebih banyak pada pria dengan ratio pria dibandingkan
wanita 3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80% Parkinsonism. Di Amerika Utara
meliputi 1 juta penderita atau 1% dari populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit
Parkinson mempunyai prevalensi 160 per 100.000 populasi, dan angka kejadiannya
berkisar 20 per 100.000 populasi. Keduanya meningkat seiring dengan bertambahnya
umur. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus
per 100.000 populasi per tahun. Kematian biasanya tidak disebabkan oleh Penyakit
Parkinson sendiri tetapi oleh karena terjadinya infeksi sekunder.10
II.2. DEFINISI
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson
dan Parkinsonism10
Penyakit Parkinson: Adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars
kompakta (SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
bodies)
Parkinsonism: Adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
dopamin dengan berbagai macam sebab.
II.3. ETIOLOGI
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi
ada beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi,yaitu:10
2
a. Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
b. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
c. Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
d. Lingkungan:
- Toksin: MPTP,dll.
- Penggunaan herbesida dan pestisida.
- Infeksi.
e. Cedera kranioserebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
f. Status emosional: diduga juga merupakan faktor resiko
II.4. KLASIFIKASI
Umumnya diagnosis Penyakit Parkinson mudah ditegakkan, namun harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebab,
prognosis, serta pelaksanaannya Parkinson diklasifikasikan menjadi:10
1. Idiopatik (primer)
Penyakit Parkinson
Juvenile Parkinsonism
2. Simtomatik
Infeksi dan pasca infeksi
Pasca-ensefalitis (ensefalitis letargika), slow virus.
Toksin:
1-methyl-4-phennyl-1,2,3,6-trihydoxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg,
CS2, metanol, etanol, sianid
Obat:
Neuroleptik (antipsikotik), antiemetik, reserpin, tetrabenazine, alfa-metil-
dopa, lithium, flunarisin, sinarisin.
Vaskular: Multiinfark serebral.
Trauma kranioserebral (Pugilistic encephalopathy)
Lain-lain:
Hipoparatiroid, degenerasi hepatoserebral, tumor otak, siringomielia
3
3. Parkinsonism plus (multiple system degeneration)
Progresif supranuklear palsi
Atrofi multi sistem
Degenerasi striatonigral, sindroma Shy-Drager, degenerasi
olivopontosereberal, sindroma Parkinsonism-amiotrofi
Degenerasi ganglionik kortikobasal
Sindroma Demensia
Kompleks parkinsonism-dementia-ALS (Guam), penyakit Lewy bodies
difus, penyakit jacob Creutzfeldt, penyakit Alzheimer.
Hidrosefalus tekanan normal
Kelainan herediter
Penyakit Wilson, Penyakit Hallervorden-Spatz, Penyakit Huntington,
Neuroakantositosis, Kalsifikasi ganglia basal familial, Parkinsonism
familial dengan neuropati perifer
4. Penyakit heredodegeneratif:
Seroid-lipofusinosis
Penyakit Gerstmann-Strausler-Scheinker
Penyakit Hallervorden-Spatz
Penyakit Huntington
Lubag (Filipino X-linked dystonia-parkinson)
Penyakit Machado-Joseph
Nekrosis striatal dan sitopati mitokhondria (mitochondrial cytopathies
with striatal necrosis)
Neuroakantosis
Atrofi familial olivopontoserebelar
Sindroma talamik demensia
Penyakit Wilson
II..5. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM EKSTRAPIRAMIDAL
4
Dalam susunan saraf didapatkan tiga bagian penting yang terlibat di dalam
gerakan yaitu sistem piramidal, sistem ekstrapiramidal, dan serebelum. Adapun inti-inti
yang menyusun sistem ekstrapiramidal adalah:16,20
Korteks motorik tambahan (area 4s), area 6, dan area 8
Korpus striatum (nukleus kaudatus dan putamen)
Nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus)
Nukleus subtalamikus (korpus luysi)
Substansia nigra
Nukleus ruber dan formasio retikularis
Serebelum
Gerakan pertama kali dilakukan melalui sistem piramidal, sedangkan sistem
ekstrapiramidal dan serebelum menjaga agar gerakan berlangsung secara lancar dan
terkoordinasi
Sirkuit ekstrapiramidal dapat dikelompokkan menjadi sirkuit utama atau prinsipal
dan tiga sirkuit penunjang atau asesorik:16
Sirkuit striatal utama meliputi korteks serebri-striatum (nukelus kaudatus dan
putamen)-globus palidus-talamus-korteks area 4 dan 6
Sirkuit asesorik pertama menghubungkan striatum-globus palidus-talamus-
striatum
Sirkuit asesorik kedua menghubungkan globus palidus-nukleus subtalamikus-
globus palidus
Sirkuit asesorik ketiga menghubungkan striatum-substansia nigra-striatum
Sirkuit striatal utama dan asesorik terintegrasi dalam susunan sensorik dan
motorik. Selain sirkuit tersebut diatas masih ada sirkuit lain, yaitu sirkuit korteks-nuklei
pontis-serebelum kontralateral-nukleus ruber homolateral-nukleus ventralis talamus-
korteks, dan sirkuit nukleus olivantis inferior-serebelum-nukleus ruber-nukleus olivantis
inferior. Pada lintasan ini serebelum secara fungsional merupakan feedback yang
bertujuan mengendalikan gerakan selama gerakan tersebut masih berlangsung, yaitu
melalui impuls dari serebelum menuju nukleus ventrolateral talamus dan dipancarkan ke
korteks piramidal dan ekstrapiramidal. Bila mekanisme feedback ini terganggu oleh
5
karena putusnya sirkuit serebelum-korteks piramidal dan ekstrapiramidal akan terjadi
kecanggungan gerakan misalnya ataksia, diskinesia, dan tremor saat bergerak.
Kerusakan substansia nigra menyebabkan globus palidus kehilangan kelola,
sehingga akan mengeluarkan impuls abnormal yang tidak menginhibisi terhadap siatem
piramidal dan ekstrapiramidal, sehingga dapat timbul kelainan tremor saat istirahat.
Kerusakan substansia nigra dan nukleus kaudatus akan terjadi gerakan spontan
yang sulit terkendali (gerakan involunter) yang dikenal dengan khorea atau atetosis.
Sedangkan bila nukleus subtalamikus yang rusak akan menimbulkan balismus.
Terdapat juga lintasan dari korteks ekstrapiramidal yang langsung menuju ke
formasio retikularis batang otak dimana terdapat jaras-jaras retikulospinal yang
multisinaptik. Impuls tersebut akan disampaikan ke pusat inhibisi di bagian ventral
medula oblongata yang juga berhubungan dengan serebelum. Sebaiknya bagian dorsal
batang otak sampai pertengahan medula oblongata mempunyai pusat eksitasi, inti-inti
yang menggalakkan pusat eksitasi tersebut adalah nukleus vestibularis dan nukleus
kaudatus. Jadi pengaruh jaras retikulospinal dapat bersifat inhibisi dan eksitasi yang
mempengaruhi gerakan. Jika jaras yang menghubungkan korteks ekstrapiramidal dengan
pusat inhibisi terputus, maka pusat eksitasi akan lebih aktif dan mengakibatkan
peninggian tonus, kekakuan ini disebut rigiditas.16
II.6. PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Parkinson dapat dijelaskan dengan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik dan
perubahan keseimbangan jalur direct (inhibisi) dan jalur indirect (eksitasi).4
1. Teori keseimbangan saraf dopaminergik dan saraf kolinergik.
Selain menerima persarafan dopaminergik dari Substansia Nigra, striatum juga
dipersarafi oleh saraf kolinergik dengan asetilkolin sebagai neurotransmiternya.
Keluaran (output) dari striatum yang akan mempengaruhi fungsi motorik korteks
ditentukan oleh keseimbangan kegiatan kedua saraf tersebut.
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik meningkat dan atau kegiatan saraf
kolinergik menurun, maka saraf dopaminergik akan dominan pengaruhnya
terhadap out put striatum dengan akibat timbulnya gejala hiperkinesia
6
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik mnurun dan atau kegiatan saraf kolinergik
meningkat maka terjadi dominasi saraf kolinergik dengan akibat timbulnya
hipokinesia (Sindrom Parkinson).
2. Teori ketidakseimbangan jalur langsung dan jalur tidak langsung.
Baik jalur langsung maupun tidak langsung pada akhirnya akan bermuara pada
Globus Palidus internus (GPi) atau Substansia Nigra (SNr) dan selanjutnya
keluaran (output)nya menuju talamus dan kemudian ke korteks motorik.
Bilamana masukan dari jalur langsung seimbang dengan masukan dari jalur tidak
langsung maka tidak akan terjadi kelainan gerakan motorik oleh karena output
dari Gpi atau SNr normal. Tetapi bila terjadi hiperaktifitas jalur tidak langsung
maka output dari Gpi atau SNr ke arah talamokorteks akan menurun dan timbul
gejala hiperkinesia. Sebaliknya, bila terjadi hipoaktifitas jalur langsung maka
output GPi atau SNr akan meningkat dan timbul gejala hipokinesia.
7
Normal Parkinson
3. Degenerasi substansia nigra
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama penyakit parkinson
adalah proses degenerasi dari kelompok inti di Substansia Nigra (SN)
Ada dua macam atau bentuk kematian sel neuron otak, yaitu: apoptosis dan
nekrosis. Kedua bentuk kematian sel neuron otak tersebut dapat terjadi lewat tiga
mekanisme utama yang dpat bekerja sama atau berlangsung sendiri-sendiri, yaitu:
Gangguan metabolisme neuron
Gangguan metabolisme neuron dapat mengakibatkan fungsi mitokondria
terganggu dalam pembentukan energi sel (ATP), sehingga kegagalan ini
akan mengakibatkan fungsi penyangga Ca intraseluler menurun atau
hilang dan terjadi pembentukan radikal bebas dari oksigen dan nitrogen
dan menuntun terjadinya oxidative stress. Baik kegagalan pembentukan
energi maupun peningkatan pembentukan radikal bebas dapat merupakan
proses exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity ini akan menimbulkan pelepasan glutamat secara
berlebihan dan rangsangan terhadap reseptor N-methyl d-aspartat
(NMDA) meningkat yang akan mengakibatkan bertambahnya influks Ca.
8
Kenaikan ca intraseluler terutama di mitokondria akan mengganggu proses
pembentukan energi dan juga akan meningkatkan pembentukan radikal
bebas dari oksigen dan nitrogen sehingga akan menyebabkan oxidative
stress
Mekanisme oxidatif stress
Oxidative stress timbul sebagai respon terhadap bahan radikal bebas
derivat oksigen (ROS = Reactive Oxygen Species) dan nitrogen (RNS =
Reactive Oxygen Species) yang berlebihan. Bahan yang dapat
meningkatkan produksi radikal bebas antara lain: Ca intraseluler,
Dopamin, dan Nitricoxide synthase (NOS). Radikal bebas yang berlebihan
di dalam sel akan merusak membran lipid, protein, dan DNA. Lipid
peroksidase akibat radikal bebas akan menghasilkan bahan cytotoxic HNE
(4-hydroxy nenonal) yang diidentifikasikan sebagai mediator oxidative
stress yang membunuh sel neuron.
Degenerasi substansia nigra pada penyakit parkinson ditandai dengan
peningkatan jumlah radikal bebas ROS dan RNS dan berkurangnya bahan
antioksidan di dalam sel
II.7. GEJALA KLINIS
Gejala klinis Sindrom Parkinson berkaitan dengan menurunnya aktifitas
neurotransmitter dopamin di ganglia basalis. Mungkin terdapat kegagalan pelepasan
dopamin dari akson nigro-striatal, sehingga output yang berkurang dari akson ini atau
kegagalan pengikatan dopamin oleh reseptor dopaminergik di ganglia basalis sehingga
timbul gejala-gejala Sindrom Parkinson.
Adapun gejala klinis Sindrom parkinson adalah:18
Gejala Utama:
1. Tremor
Tremor biasanya dimulai dari bagian distal lengan sesisis berupa gerakan oposisi
berulang ibu jari dan telunjuk yang bersifat ritmis, kasar dengan frekuensi 3-5
x/detik yang disebut juga tremor pill rolling. Tremor timbul saat istirahat (resting
tremor) atau bertahan pada posisi tertentu (postural), tremor di lengan bertambah
9
hebat saat berjalan, stres dan ansietas dan menghilang pada saat aktivitas atau
tidur. Beberapa tahun kemudian tremor menyebar ke arah proksimal dan mulai
melibatkan tungkai dan pada akhirnya ke sisi kontralateral dan mengenai wajah,
lidah, dagu (jarang)
2. Rigiditas
Kekakuan pada otot terjadi karena peningkatan tonus otot mengenai semua
kelompok otot-otot aksial dan tungkai, fleksor dan ekstensor. Dengan gerakan
pasif terasa tahanan merata dari otot dalam seluruh ROM (Range of Motion) baik
pada saat fleksi maupun ekstensi. Tahanan dari otot dapat mulus (lead pipe) atau
yang terputus-putus (cogwheel phenomen). Rigiditas akan meningkat dengan
menggerakkan ekstremitas kontralateral. Rigiditas pada kedua tungkai
menyebabkan jalan penderita parkinson seperti diseret. Sama seperti tremor,
rigiditas sering dimulai unilateral, bervariasi dari waktu ke waktu dalam sehari,
dipengaruhi oleh mood, stres, dan obat-obatan.
3. Bradikinesia/akinesia
Penderita Penyakit Parkinson mengalami gangguan dalam inisiasi dan eksekusi
program motorik, sedangkan perencanaan gerakan masih utuh atau relatif baik.
Pada stadium dini terlihat hipokinesia (jangkauan gerak yang memendek)
kemudian berkembang menjadi bradikinesia (gerakan yang melambat) dan
kemudian akinesia. Ekstremitas distal seperti jari tangan dikenai lebih dahulu
(mikrografia) kemudian seluruh kelompok otot tangan dan lengan. Penderita
mengalami kesulitan dalam gerakan motorik sekuensial seperti pronasi dan
supinasi bergantian. Gerakan kompleks seperti mengancing, mandi, makan, naik
tangga dan aktivitas harian lainnya. Pada pemeriksaan fisik, gerakan cepat oposisi
jari telunjuk dan ibu jari terlihat penurunan baik kecepatan dan amplitudonya.
Pada kasus lanjut, penderita sulit bangun dari kursi dan memperlihatkan gerakan
motorik umum yang lambat. Kedipan dan lirikan mata berkurang, otot muka
kurang bergerak(wajah topeng), suara mengecil (hipofonia) dan monoton, refleks
menelan melambat sehingga air liur menetes (drooling), kesulitan membalikkan
badan saat tidur, berjalan dengan langkah lambat dan diseret.
10
4. Instabilitas posisi gerak (hilangnya refleks postural)
Penderita Penyakit Parkinson tidak memungkinkan antisipasi reaksi postural bila
keseimbangan terganggu karena pada dasarnya bradikinesia yang terdapat pada
penyakit parkinson merupakan hasil akhir gangguan integrasi impuls visual,
labirin, proprioseptif di ganglia basalis. Instabilitas postural pada Penyakit
Parkinson akan mengakibatkan insidensi jatuh meningkat.
Gejala Tambahan:
1. Motorik : freezing, start hesitation, distonia, nyeri otot.
2. Otonom : polakisuria, konstipasi, impotensia
3. Mental : depresi, demensia
4. lain-lain : refleks glabela (tanda meyerson)
II.8. PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr (Hoehn
and Yahr Staging of parkinson’s Disease):10
1. Stadium I
Gejala dan tanda pada satu sisi
Terdapat gejala yang ringan
Terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan
Biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak
Gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II
Terdapat gejala bilateral
Terdapat kecacatan minimal
Sikap/cara berjalan terganggu
3. Stadium III
Gerak tubuh nyata melambat
Keseimbangan mulai terganggu saat berjalan / berdiri
Disfungsi umum/sedang
11
4. Stadium IV
Terdapat gejala yang lebih berat
Masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu
Rigiditas dan bradikinesia
Tidak mampu hidup sendiri
Tremor dapat berkurang dibanding stadium sebelumnya
5. Stadium V
Stadium kakhetik (cachetic stage)
Kecacatan total
Tidak mampu berdiri dan berjalan
Memerlukan perawatan tetap
II.9. DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik (kriteria Hughes)10
1. Possible
Terdapat salah satu dari gejala utama:
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan refleks postural
2. Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural)
atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda
motorik)
3. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala
lain yang tidak simetris (tiga tanda kardinal).
Bila semua tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa
bulan kemudian.
12
Tanda khusus
Meyerson’s sign:
Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk berulang
Ketukan berulang (2x/detik) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip-kedip
(terus-menerus)
II.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pengobatan penyakit parkinson meliputi pengobatan secara
medikamentosa dan penanganan rehabilitasi.12
Untuk terapi medikamentosa strategi penatalaksanaannya adalah:
1. Terapi simtomatik
a. Terapi simtomatik medik
Meningkatkan dopamin otak:
Levodopa, agonis dopamin (bromokriptin, pramipexole,
ropirinole), antagonis NMDA (amantadin), inhibitor MAOB
(selegilin), dan inhibitor COMT (entacapone, tolcapone)
Pangurangan fungsi sistem kolinergik dengan pemberian obat
golongan antikolinergik: Triheksifenidil, Benztropin
b. Terapi simtomatik bedah
Talatomi ventrolateral: bila tremor menonjol
Palidotomi: bila akinesia dan tremor
Transplantasi substansia nigra
Stimulasi otak dalam
2. Neuroproteksi
a. Levodopa
b. Koensim Q10
c. Rasagilline
3. Neurorestorasi
a. Tranplantasi
b. Infus GDNF
13
Terapi Rehabilitasi medik:2,5,8
Rehabilitasi memegang peranan penting dalam mengurangi keterbatasan fungsional dan
disabilitas pada penderita penyakit Parkinson. Peningkatan kualitas hidup merupakan
tujuan akhir yang sangat penting. Program rehabilitasi yang ideal harus mencakup
perjalanan penyakit pasien, gejala, tanda, dan daerah yang mengalami defisit termasuk
kerusakan, pembatasan, fungsi, disabilitas, lingkup gerak sendi, fungsional, ketahanan
yang dikompensasi dengan strategi pengobatan. Penderita penyakit parkinson
memerlukan program dalam mempertahankan fungsinya.
Pada penilaian dan evaluasi di bagian rehabilitasi medik, dicantumkan dalam bentuk
data dengan beberapa komponen dan nantinya akan dievaluasi secara berkala yang
meliputi :
a. Fungsi kognitif
Disini dinilai fungsi memori, orientasi, konsepsual pemecahan masalah dan lain-
lain. Kecepatan mengolah informasi, atensi, dan konsentrasi juga dinilai.
Instrumen yang digunakan berupa Mini Mental Status Exam (MMSE).
b. Fungsi afektif dan psikososial
Terapis harus dapat melihat tingkatan stres atau kecemasan dan strategi apa yang
sesuai dengannnya. Sangat penting dalam menilai gejala-gejala depresi, seperti
kesedihan, apatis, acuh tak acuh, sukar tidur, hilangnya nafsu makan, penurunan
berat badan, hilangya konsentrasi dan memori bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Instrumen penilaian termasuk Geriatric Depression Scale.
c. Sensori integritas
Pemeriksaan untuk sensori integritas diperlukan termasuk sensasi superfisial dan
dalam. Perubahan sensorik sesuai dengan bertambahnya usia (hilangnya sensasi
raba atau proprioseptif lebih besar terjadi pada ekstremitas bawah dibandingkan
ekstremitas atas).
d. Nyeri
Sakit ringan dan rasa kesemutan sering timbul pada penderita parkinson. Nyeri
yang terus-menerus sering timbul walupun jarang. Intrumen yang sering
digunakan termasuk The McGill pain questionaire dan Visual analoque Scale.
14
e. Fungsi penglihatan
Penilaian penglihatan harus termasuk di dalamnya ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi terhadap cahaya terang dan gelap dan persepsi dalam.
Perubahan pada penglihatan sesuai denagn usia seperti ketajaman penglihatan,
adaptasi cahaya yang kurang dan hilangnya diskriminasi warna
f. Lingkup gerak sendi
Penilaian lingkup gerak sendi muskuloskeletal beserta fleksibilitasnya merupakan
hal yang sangat penting. Pasien parkinson biasanya mengalami keterbatasan pada
sendi panggul dan ekstensi lutut, dorsifleksi, fleksi bahu, ekstensi siku, ekstensi
leher dan tulang belakang. Semua segmen tulang belakang harus dinilai termasuk
segmen servikal, thoraks, dan abdominal.
g. Postur
Penilaian posisi istirahat dan perubahan posisi dilakukan pada saat ada gerakan.
Terapis dapat menggunakan plumb lines, foto atau video untuk melihat perubahan
yang ada. Pasien dengan Parkinson memiliki postur tubuh fleksi dengan pusat
massa tubuh berpindah ke depan. Mobilitas dari tulang belakang dinilai pada saat
gerakan sedang berlangsung seperti melihat ke belakang dan berjalan.
h. Gambaran otot
Yang dinilai adalah kekuatan dan ketahanan otot dengan menggunakan Manual
Muscle Testing (MMT).
i. Fungsi motorik
Yang dinilai terutama tanda-tanda ganglia basalis:
Rigiditas
Distribusi rigiditas sering tidak sejalan. Perubahan tonus pada leher dan
bahu menandakan penyakitnya masih baru, sedangkan pada tulang
belakang dan ekstremitas menandakan progresivitas penyakitnya telah
berlanjut. Otot-otot wajah yang kaku seperti topeng (mask fase) dan
mimik yang kurang terlihat pada saat penderita di suruh tersenyum.
Bradikinesia
Timed Test untuk Rapid Alternating Movement (RAM) juga dapat
digunakan untuk menilai efek bradikinesia. Kemampuan motorik dapat
15
dilihat pada saat terjadi gerakan seperti perpindahan dari tempat tidur ke
tempat duduk. EMG digunakan dalam menilai efek rigiditas dan
bradikinesia pada gejala motorik
Tremor
Lokasi, jenis pengulangan dan beratnya tremor (amplitudo) dicatat.
Terapis harus dapat membedakan tremor yang timbul pada saat istrirahat
atau tremor yang timbul pada saat aktivitas. Kemampuan fungsional
seperti menulis, makan, dan berpakaian agak terpengaruh akibat efek dari
tremor.
Instabilitas postural
Macam-macam tes dapat digunakan dalam menilai keseimbangan. Tes
fungsional untuk keseimbangan sering dilakukan pada usia tua dan
berhubungan dengan frekuensi jatuh. Berg Balance Scale juga digunakan
pada individu yang memiliki problema pada posisi berdiri. Timed up and
Go Test sering digunakan pada pasien parkinson karena lebih mudah
dilakukan, dimana pasien disuruh berdiri, berjalan sekitar 10 langkah,
berbalik dan kemudian kembali ke tempat duduk. Kemudian dihitung
waktunya. Skor 10 detik merupakan skor yang normal. Skor 10-20 detik
sering terjadi pada pasien tua. Skor di atas 20 detik dianggap abnormal
dan memerlukan penilaian khusus.
j. Gait atau langkah
Paramater pada gait yaitu panjang langkah, lebar langkah, kecepatan, stabilitas
dan jarak (ketahanan). Pasien Parkinson sering berjalan dengan langkah yang
pendek-pendek dan tidak ada
k. Gangguan menelan dan bicara
Penilaian fungsi menelan, makan dan berbicara perlu dilakukan. Kelainan pada
bicara dan bahasa dapat membatasi fungsional
l. Perubahan autonomik
Terapis harus dapat mendiagnosa adanya disfungsi otonom. Air liur yang menetes
atau berkeringat, kulit yang lembab dan ketidaknormalan pada regulasi suhu
tubuh dicatat.
16
m. Fungsi kardiorespirasi
Penilaian pada fungsi respirasi termasuk inspeksi rongga dada, mobilitas dinding
dada. Jenis pernapasan dan posisi tubuh saat bernapas juga harus diperhatikan.
Untuk fungsi paru dapat digunakan spirometer. Juga dinilai tanda-tanda vital
seperti denyut jantung, tekanan darah, dan respirasi.
n. Integritas kulit
Terapis harus dapat menilai area-area penekanan pada kulit, terutama pada
penderita yang tidak mobile. Sering digunakan alat-alat khusus dalam mencegah
terjadinya lecet pada kulit
o. Status fungsional
Penilaian status fungsional sering dilakukan oleh seorang okupasi terapis dimana
pasien parkinson dengan segala keterbatasannya diusahakan agar dapat semandiri
mungkin. Pemakaian alat bantu disesuaikan dengan masalah yang timbul. Pasien
dengan penyakit parkinson sering mengalami kesulitan dalam hal rotasi, seperti
berputar atau berbalik di tempat tidur atau bangun tidur, berdiri, berjalan, dan
keterampilan motorik halus seperti makan atau berpakaian.
p. Penilaian kesehatan secara umum
Dimana termasuk penilaian kemampuan aktivitas rutin setiap hari dan kualitas
hidup (misalnya fungsi fisik dan sosial, vitalitas, emosional, dan lain-lain).
Biasanya dengan menggunakan Sickness Impact Profile.
q. Penilaian khusus untuk parkinson
Disini dinilai progresifitas dari penyakit dan hasil akhirnya, dimana selalu
berubah setiap saat. Yang sering dipakai adalah Unified Parkinson’s Disease
Rating Scale dimana dibagi atas 3 bagian yaitu status mental, aktivitas sehari-hari
dan skala motorik. Setiap bagian diberi skala antara 0 sampai 4 dimana angka 0
lebih ke arah normal dan angka 4 lebih ke arah yang berat.
Tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil akhir pasien dengan penyakit parkinson
meliputi:
1. Kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat meningkat
2. Peningkatan penampilan fisik terutama dalam pekerjaan, rekreasi atau
aktivitas lainnya.
17
3. Pengurangan disabilitas yang berhubungan dengan penyakit parkinson.
4. Perawatan yang terkoordinasi antara pasien, keluarga dan dokter atau
profesionalis yang lain
5. Bertingkah laku yang baik dalam menjalani proses perawatan seperti
kebiasaan meminum obat teratur, diet dan pencegahan terhadap efek
samping ataupun progresivitas dari penyakit.
6. Penurunan intensitas ketergantungan perawatan
7. Resiko dari kerusakan sekunder dapat dikurangi
8. Mempertahankan integritas dan mobilitas sendi
9. Peningkatan dalam kekuatan dan ketahanan otot
10. Peningkatan kontrol postural
11. Peningkatan fungsi motorik
12. Peningkatan dalam gait dan keseimbangan
13. Peningkatan dalam kapasitas aerobik dan ketahanannya
14. Peningkatan dalam hal keamanan baik bagi pasien, keluarga, dan lain-lain
15. Pengetahuan tentang diagnosis, prognosis, tujuan serta intervensi terapi
dapat meningkat
16. Tingkatan stres dapat menurun
Program Rehabilitasi medik meliputi:11
Latihan sikap
Umumnya penderita parkinson mempunyai terndensi untuk sikap
membungkuk dengan lengan fleksi pada siku. Untuk mencegah dilakukan
latihan otot-otot sepanjang tulang belakang, luang gerak sendi tulang
belakang agar tetap lentur.
Cara jalan
Cara jalan yang wajar biasanya tangan melenggang. Pada penderita
parkinson, gerak tangan ini berkurang dan terbatas. Dalam latihan
diinstruksikan agar tangan melenggang. Latihan sebaiknya dikerjakan
dalam ruangan bercermin sehingga penderita dapat mengoreksi sendiri
gerakannya.
18
Mempertahankan / meningkatkan Luang Gerak Sendi
Sendi bahu, siku, tangan, jari, pangkal paha, lutut digerakkan semaksimal
mungkin secara aktif atau pasif berulang-ulang dalam satu hari. Dengan
luang gerak sendi yang bebas, maka gerakan-gerakan dari anggota gerak
tersebut lebih leluasa.
Meningkatkan keterampilan tangan
Keterampilan anggota gerak atas sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Terapi okupasi yang banyak melibatkan tangan seperti
memasang kancing, menulis dapat dikerjakan,.
Latihan wicara
Gangguan bicara pada penderita parkinson biasanya berupa gangguan
artikulasi yang kurang jelas, bicara mendatar dan volume suara menurun.
Otot-otot untuk berbicara kurang terampil oleh karena kekakuan. Latihan
diberikan oleh speech terapi mulai dari latihan pernapasan, ritme
pernapasan sampai pada latihan artikulasinya
Peran psikolog
Pada parkinson, depresi timbul sebagai bagian dari penyakitnya atau
gejala akibat penyakitnya. Peran psikolog memberikan petunjuk atau
motivasi yang baik untuk penderita maupun keluarganya
19
BAB III
SENAM PARKINSON
Senam ini penting untuk menjaga pasien tetap kuat dan fleksibel, dan dapat
mempertahankan keseimbangan dan kemampuan untuk bergerak. Senam dapat dilakukan
setap harinya secara rutin sehingga membantu pasien merasa dirinya lebih baik, membuat
mereka merasa berfungsi kembali, mempertahankan berat badan yang baik dan
membantu pasien tidur lebih enak. Dan dimana pada penyakit parkinson karena adanya
penurunan level aktivitas, maka dapat terjadi perubahan pada postur, sehingga dapat
timbul ”forward head”, batang tubuh tampak maju ke depan, atau dapat terjadi kontraktur
fleksi dari panggul dan lutut. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan nyeri pada
punggung atau tendensi untuk terjadinya kehilangan keseimbangan.26,27
Prinsip dari senam atau exercise untuk penderita parkinson adalah seperti air
mengalir yang tidak membeku, dimana otot bergerak pun tidak membeku. Menjaga tonus
dan fungsi otot yang normal merupakan aspek yang penting untuk penanganan penderita
parkinson 28
Berdasarkan penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan senam parkinson
disabilitas motorik penderita Parkinson berkurang, sedangkan mood dan kemampuan
untuk menjaga diri pada penderita parkinson stadium awal dan sedang meningkat. Dan
juga dinyatakan dengan program latihan selama 8 minggu, terjadi peningkatan
kemandirian fungsional dan peningkatan kualitas hidup penderita parkinson. Berdasarkan
penelitian juga didapatkan bahwa dengan senam yang teratur penderita parkinson akan
berkurang kekakuannya, adanya peningkatan mobilitas, postur, keseimbangan, dan
mambantu untuk penderita yang mengalami kesulitan berjalan. 26,27,28,29
Pada pasien parkinson kadar dopamin endogen berkurang lebih dari 60%. Terapi
pengobatan Parkinson bersifat simptomatik, tujuan obat-obatan adalah untuk mencukupi
kekurangan dopamin, dan bagaimanapun juga pengobatan dengan obat-obatan tidak
dapat memperbaiki semua simptom sehingga terapi fisik direkomendasikan. Saat pasien
berada dalam keadaan terapi obat ON (efek medikasi yang paling baik) pasien
dimotivasi untuk melakukan senam, karena bila sudah berada dalam keadaan OFF (tanpa
medikasi atau ketika medikasi tidak lagi memilki efek terhadap disabilitas motorik)
20
pasien tidak akan dapat dimotivasi untuk senam karena pergerakannnya sudah terganggu.
Berdasarkan penilitian juga ditemukan bahwa terjadi peningkatan absorpsi levodopa yang
diberikan bersama dengan senam atau exercise. 30,31
Ada penelitian yang menyatakan bahwa setelah OFF medikasi L-dopa ada
penurunan 30% kekuatan ekstensi siku maksimum dan penurunan 10% kekuatan fleksi
siku, sehingga pasien tidak mampu mengaktivasi otot siku secara maksimal. Dan untuk
itu pasien dimotivasi untuk melakukan senam selama pengobatan dengan L-dopa
Senam tidak menghambat progesifitas parkinson, tetapi senam meningkatkan
kualitas hidup dan memiliki efek terhadap simptom yang ada seperti kekakuan, gerakan
yang melambat
Penderita parkinson memerlukan peregangan dikarenakan parkinson dapat
menyebabkan otot-otot kaku dan tegang, sehingga dapat timbul nyeri otot. Bila dibiarkan
otot akan makin lemah dan sendi akan bertambah kaku. Sedangkan penguatan otot
diperlukan karena secara tidak langsung dapat terjadi kelemahan otot, terutama apabila
penderita kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Dan dengan kesulitan
melakukan aktivitas lama-lama akan terjadi perubahan pada postur, panggul dan lutut
dapat fleksi dan kaku, kepala dapat jatuh ke depan, postur juga penting untuk keamanan
dalam mengunyah makanan dan untuk menghasilkan suara yang kuat.
Latihan pada senam ini lebih kearah untuk meningkatkan fleksibilitas dan untuk
menjaga agar fisiologis otot penderita Parkinson dapat terjaga dengan baik
Sebuah otot yang hanya dilatih kekuatannya saja, akan menjadi pendek. Ini berarti
kemampuannya menjadi terbatas, dan kemampuannya untuk memakai sumber energi
yang tepat mengalami penurunan. Sehingga latihan yang dibuat untuk melatih kekuatan
segolongan otot, harus disertai latihan kelenturan untuk golongan otot tersebut. Yang
dimaksud dengan latihan kelenturan adalah memanjangkan segolongan otot yang
berperan sedemikian rupa agar daya gerak pada sendi-sendi dimana otot-otot tersebut
bekerja diperbesar.25
Penerapan gerakan senam Parkinson terdiri dari rangkaian gerakan unuk
pemanasan, latihan inti serta pendinginan. monitoring denyut nadi dilakukan sebelum,
selama, dan setelah latihan berlangsung. Seluruh gerakan dilakukan dengan 8 kali repetisi
dan masing-masing 2 set, kecuali untuk breathing exercise 1 set.13
21
Pemanasan terdiri dari: rangkaian breathing exercise, gerakan sendi bahu, sendi
leher, sendi vertebra dan panggul, gerakan tangan, gerakan wajah, gerakan kaki.
Latihan inti terdiri dari latihan dengan beban, tanpa beban dan wall exercise.
Pendinginan merupakan floor exercise, yang terdiri dari latihan dengan tidur
terlentang dan tengkurap.
Setiap rangkaian gerakan dalam latihan ini selalu diakhiri dengan breathing
exercise, baru dilanjutkan dengan gerakan selanjutnya.
Otot-otot dan persarafan utama dari berbagai gerakan senam:14
Gerak sendi bahu:
Abduksi bahu: - M.Deltoideus (N.Axillary C5,6)
- M.Supraspinatus (N.Suprascapular C5)
Fleksi siku: - M.Biceps brachii (N.Musculocutaneus C5,6)
- M.Brachialis (N.Musculocutaneus C5,6)
- M.Brachioradialis (N.Radial C5,6)
Adduksi horizontal: M.Pectoralis mayor (N.Medial dan Lateral pectoral
C5,6,7,8,T1)
Abduksi horizontal: M.Deltoideus (N.Axillary C5,6)
Endorotasi: - M.Subscapularis (N.Superior dan Inferior subscapular C5,6)
- M.Pectoralis mayor (N.Medial dan Lateral pectoral
C5,6,7,8,T1)
- M.Latissimus dorsi (N.Thoracodorsal C6,7,8)
- M.Teres mayor (N.Inferior subscapular C5,6)
Eksorotasi: - M.Infraspinatus (N.Suprascapular C5,6)
- M.Teres minor (N.Axillary C5)
Elevasi: - M.Trapezius (N.Accessory)
- M.Levator scapula (N.C3,4)
Rotasi Scapula: M.Serratus anterior (N.Thoracic C5,6,7)
Sendi leher
Fleksi leher: M.Sternocleidomastoideus (N.Spinal accessory dan
ventral primary C2,3)
22
Sendi vertebra dan panggul
Rotasi lumbal: - M.Obliquus externus abdominis (N.Intercostal T8-12,
N.Iliohypogastric T12,L1, N.Iliolingual L1)
- M. Obliquus internus abdominis (N.Intercostal T8-12,
N.Iliohypogastric T12,L1, N.Ilioinguinal L1)
Fleksi kolumna vertebralis: M.Rectus abdominis N.Intercostal 7-12)
Gerakan tangan
Supinasi forearm: - M.Biceps brachii (N.Musculocutaneus C5,6)
- M.Supinator (n.Radial deep branch C6)
Pronasi forearm: - M.Pronator teres (N.Median C6,7)
- M.Pronator quadratus (N.Median C8,T1)
Ekstensi siku: M.Triceps brachii (N.Radial C7,8)
Fleksi wrist: - M.Fleksor carpi radialis (N.Median C6,7)
- M.Fleksor carpi ulnaris (N.Ulnar C8,T1)
Ekstensi wrist: - M.Ekstensor carpi radialis longus (N.Radial C6,7)
- M.Ekstensor carpi radialis brevis (N.Radial C6,7)
- M.ekstensor carpi ulnaris N.Deep radial C6,7,8)
Oposisi ibu jari: - M.Flexor pollicis brevis (N.Median C6,7,
N.Ulnar C8,T1)
Gerakan kaki:
Fleksi lutut: - M.Biceps femoris long head (N.Sciatic tibial portion S1,2,3)
- M. Biceps femoris short head
(N.Sciatic peroneal portion L5, S1,2)
- M.Semitendinosus (N.Sciatic tibial portion L5,S1,2)
- M.Semimembranosus (N.Sciatic tibial portion L5,S1,2)
Latihan pemanasan:23
Tujuan utama dari pemanasan adalah meningkatkan temperatur, baik keseluruhan tubuh
dan otot dalam dan untuk meregangkan jaringan kolagen untuk menghasilkan fleksibilitas
yang lebih baik.. Pemanasan juga mengurangi kemungkinan robeknya otot dan tegangnya
ligamentum dan mencegah sakitnya otot. Dengan meningkatnya temperatur seluler
23
bersamaan dengan peningkatan kecepatan metabolik diantara sel, dimana proses ini
bergantung pada temperatur. Pada setiap derajat peningkatan temperatur internal ada
peningkatan metabolisme sekitar 13%. Pada pemanasan yang lebih tinggi ada pemisahan
oksigen yang lebih cepat dan lebih menyeluruh terhadap hemoglobin dan myoglobin, dan
ada peningkatan aliran darah dan pengurangan viskositas otot, yang akan meningkatkan
suplai oksigen selama aktivitas. Dibutuhkan paling tidak 15 sampai 30 menit dari
pemanasan bertahap untuk membawa tubuh pada keadaan siap dengan naiknya
temperatur tubuh dan untuk secara adekuat memobilisasi fisiologis tubuh dengan maksud
untuk membuat jumlah kapiler otot yang tersedia untuk usaha yang lebih keras dan
mempersiapkan gula darah dan adrenalin.
Secara umum latihan pemanasan dengan breathing exercise bertujuan untuk:15
- Meningkatkan ventilasi
- Meningkatkan masuknya udara bersih
- Meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan koordinasi otot-otot ventilasi
- Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dada dan spina thorax
- Memperbaiki pola pernapasan yang inefisien atau abnormal dan menurunkan
kerja pernapasan
- Menghasilkan relaksasi dan melepaskan stres
- Meningkatkan secara keseluruhan kapasitas fungsional pasien untuk kehidupan
sehari-hari, okupasi, dan aktivitas rekreasi
Latihan Inti (dengan beban)15,21
Latihan dengan beban merupakan latihan resistensi yang menghasilkan proses
konstan, dimana otot yang berkontraksi secara maksimal pada satu porsi lingkup
gerak sendi ketika pasien berada dalam posisi tertentu. Beban yang digunakan
tidak boleh lebih besar daripada kemampuan otot untuk mengontrol. Bila
menggunakan barbells sangat mungkin untuk memvariasikan titik Lingkup Gerak
Sendi dimana resistensi maksimum didapatkan dengan merubah posisi pasien.
Resistensi maksimum didapatkan ketika bahu berada pada posisi 900 fleksi dan
pada posisi 00 tidak ada tahanan. Pada posisi 00 pada sisi yang mengangkat beban
akan terjadi traksi pada humerus sedangkan bila barbells diangkat sampai ke atas
24
kepala akan terjadi kompresi pada ekstremitas atas. Latihan dengan beban ini
digunakan untuk latihan yang dinamis, tanpa penumpu berat.
Keuntungan dari latihan resistensi atau latihan dengan beban ini adalah:
Memperbaharui penampilan otot: restorasi, peningkatan atau
pemeliharaan kekuatan otot, tenaga, dan ketahanan.
Meningkatkan kekuatan jaringan ikat, tendon, ligamen, jaringan ikat
intramuskuler
Densitas mineral tulang meningkat dan demineralisasi tulang berkurang
Menurunnya tekanan pada sendi selama aktivitas fisik
Menurunnya resiko cedera jaringan lunak selama aktivitas fisik
Memungkinkan peningkatan kapasitas untuk memperbaiki dan
menyembuhkan jaringan lunak yang rusak
Memungkinkan peningkatan keseimbangan
Memperbaharui penampilan fisik dalam aktivitas sehari-hari,
okupasional, dan aktivitas rekreasional
Perubahan positif dalam komposisi tubuh meningkatkan massa otot atau
menurunkan lemak tubuh
Memperbaiki perasaan terhadap keberadaan diri
Memungkinkan peningkatan persepsi disabilitas dan kualitas hidup
Adaptasi fisiologis terhadap latihan dengan beban15
Variabel Adaptasi latihan kekuatan Adaptasi latihan ketahanan
Struktur otot skeletal Hipertrofi serabut otot:lebih besar serabut tipe II Hipertrofi: minimal atau tanpa perubahan
Hiperplasia serabut otot
Densitas bed kapiler: ↓ atau tidak berubah Densitas bed kapiler: ↑
Volume dan densitas mitokondria: ↓ Volume dan densitas mitokondria: ↑
Sistem saraf Pengambilan unit motorik:↑ # firing unit motorik
Rata-rata firing: ↑ (↓memicu waktu kontraksi)
Sinkronisasi firing: ↑
Sistem metabolik Penyimpanan ATP dan CP: ↑ Penyimpanan ATP dan CP: ↑
Penyimpanan myoglobin: ↑ Penyimpanan myoglobin: ↑
Trigliserida yang tersimpan: tidak diketahui Trigliserida yang tersimpan: ↑
Enzim Kreatin fosfokinase: ↑ Sama ↑
25
Myokinase: ↑ Sama ↑
Komposisi tubuh Massa lean tubuh (bebas lemak): ↑ Massa lean tubuh :tidak berubah
% lemak tubuh: ↓ % lemak tubuh: ↓
Jaringan ikat Kekuatan tensile tendon, ligamen, dan Kekuatan tensile tendon, ligamen, dan
jaringan ikat otot: ↑ jaringan ikat otot: ↑
Tulang: ↑ densitas mineral tulang, tidak ada Tulang: mineralisasi ↑ dengan aktivitas
Perubahan atau mungkin ↑ massa tulang penumpu berat
Latihan Pendinginan:23
Pendinginan adalah berkurangnya intensitas kerja secara bertahap, dimana
mengembalikan baik sirkulasi dan berbagai fungsi tubuh ke keadaan sebelum latihan.
Secara fisiologis, alasan penting untuk pendinginan secara aktif adalah darah dan asam
laktat menurun semakin cepat dengan pemulihan aktif dibandingkan selama pemulihan
pasif. Secara bertahap pemulihan juga menjaga pompa otot, termasuk jantung dan kedua
tungkai,
Rangkaian gerakan senam Parkinson:13,26,27,28,29
Latihan pemanasan
A. Breathing Exercise
Tujuan: untuk meningkatkan masuknya udara ke paru-paru dan menimbulkan
relaksasi.
Tarik napas, kedua lengan lurus ke depan, samping, buang napas ke bawah
Tarik napas, kedua lengan dari bawah lurus ke atas, samping, buang napas
ke bawah
26
B. Gerak Sendi Bahu
Tujuan: untuk meningkatkan fleksibilitas bahu
Berdiri, kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Abduksi, bergantian kanan dan kiri
Fleksi dan retraksi
Adduksi dan Abduksi horizontal dengan fleksi siku
Endorotasi dan eksorotasi, kearah perut
Adduksi dan abduksi , kedua tangan di telinga
Elevasi kedua bahu bersamaan
Elevasi kedua bahu kanan dan kiri, bergantian
Rotasi scapula kanan dan kiri, bergantian
Rotasi scapula bersamaan
Breathing exercise
C. Sendi leher
Tujuan: untuk menghasilkan fleksibilitas leher
27
Berdiri, kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Rotasi cervical, bergantian kanan dan kiri
Fleksi lateral, bergantian kanan dan kiri
Peregangan, satu lengan lurus di samping badan, tangan yang lain di atas
kepala, bergantian kanan dan kiri
D. Sendi vertebra dan panggul
Tujuan: Untuk memobilisasi otot-otot batang tubuh. Fleksi pada tulang belakang
bertujuan untuk meningkatkan kurva backward yang normal. Fleksi pada lumbal
bertujuan untuk mengurangi kurva ke depan yang normal, untuk meningkatkan
titik penguatan atau pelurusan tulang belakang, sedangkan fleksi lateral
merupakan gerakan dimana kepala dan batang tubuh membungkuk ke satu sisi
sementara kurva tulang belakang secara koveks menuju ke sisi yang berlawanan.
Berdiri, kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Rotasi lumbal dengan kedua lengan di pinggang, gerakan ke kanan-kiri-
tengah
Fleksi lateral, lengan kanan lurus ke bawah, bergantian kanan dan kiri
Rotasi panggul searah jarum jam, bergantian kanan dan kiri
Sirkumduksi lumbal, bergantian kanan dan kiri
Fleksi kolumna vertebralis
Breathing exercise
28
E. Gerakan tangan
Tujuan: untuk meningkatkan fleksibilitas bahu, lengan, dan dada.
Berdiri, kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Fleksi siku-pronasi-supinasi
Gerakan main piano, pendek-panjang, bergantian kanan dan kiri
Mencakar dengan fleksi siku dan ekstensi bergantian, dengan gerakan
pendek dan panjang, bergantian kanan dan kiri
Fleksi siku 90o, rapat di badan, gerakan netral, pronasi-supinasi
bersamaan, menggenggam dan membuka
Rotasi ibu jari
Ujung jari ke ujung jari
Oposisi ibu jari ke ujung jari dari arah telunjuk
Fleksi siku dengan pronasi, gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan
Kedua tangan berhadapan rapat, fleksi siku, gerak ke kanan-kiri
Fleksi siku, pronasi-supinasi, tengah-bawah-atas, diulang
Kedua lengan diputar keluar, ke dalam, diperlebar, bergantian
Breathing exercise
29
F. Gerakan Wajah
Tujuan: untuk mempertahankan ekspresi wajah.
Berdiri,kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Menutup mulut rapat, bibir bawah ke depan, bibir atas ke dalam
Menutup mulut rapat, kedua bibir rapat
Mendorong dagu dengan jari-jari ke dalam kembali
Bersiul putus-putus
Mengeluarkan kata “U”
Mengeluarkan kata “I”
Mengeluarkan kata “A”
Mengeluarkan kata “A….A” (panjang) dengan membuka mulut
Breathing exercise
G. Gerakan Kaki
Tujuan: untuk meningkatkan fleksibilitas kaki
Berdiri, kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Jinjit-menapak, gerakan tangan berayun, bergantian kanan-kiri, cepat-
lambat
30
Tumit-jari kaki-telapak bergantian, bergantian kanan-kiri, dengan fleksi-
ekstensi kedua siku, pergelangan tangan fleksi-ekstensi, pronasi
(bergantian)
Menghentakkan kaki (bergantian) dengan fleksi siku dan bahu. Rotasi
tumit, bergantian kanan dan kiri dengan fleksi dan ekstensi siku-bahu
(bergantian)
Rotasi tumit bertumpu pada jari kaki, bergantian kanan dan kiri dengan
fleksi-ekstensi siku-bahu
Rotasi tumit tanpa bertumpu dengan fleksi panggul dan lutut, bergantian
kanan dan kiri, disertai gerak tangan
Fleksi panggul dengan bertumpu pada kedua lutut (fleksi lutut), bergantian
kanan dan kiri, disertai gerak tangan
Breathing exercise
Latihan inti
A. Gerakan dengan beban
Tujuan: Latihan penguatan
Berdiri, kedua tungkai terbuka sebatas bahu
Abduksi-adduksi bahu 90o (bersamaan)
Fleksi bahu 90o dengan ekstensi siku netral (bersamaan)
31
Fleksi siku dan supinasi (bersamaan)
Fleksi siku netral (bersamaan)
Ekstensi bahu dan siku ke belakang (bersamaan)
Retraksi ke posisi awal (bersamaan)
Kaki kanan ke depan dengan fleksi lutut, kaki kiri lurus ke belakang
dengan fleksi-ekstensi (bersamaan)
Rotasi bahu ke belakang (bersamaan)
Fleksi pergelangan tangan dengan siku fleksi supinasi (bersamaan)
Ekstensi pergelangan tangan dengan siku (bersamaan)
Deviasi radial dan ulnar dengan kedua lengan lurus di samping badan
(bersamaan)
Angkat halter posisi fleksi siku dan bahu 90o (bersamaan)
Breathing exercise
B. Gerakan tanpa beban
Tujuan: stretching setelah latihan dengan beban
Breathing exercise
Stretching abductor (bersamaan)
Bersilangan lengan kanan lurus ke atas, lengan kiri lurus ke bawah
(bergantian)
Bersilangan di pinggang (bersamaan)
32
C. Wall exercise
Tujuan: untuk mendapatkan postur berdiri yang baik
Dalam posisi push up, berdiri menghadap tembok, dengan fleksi siku
Fleksi bahu 180o (bergantian)
Jinjit dengan kaki yang lain menumpu (bergantian)
Mendorong, kaki kiri di depan dengan fleksi lutut, kaki kanan lurus ke
belakang (bergantian)
Menyandar di tembok, fleksi panggul dan lutut (bergantian)
Menyandar di tembok, fleksi panggul, ekstensi lutut, kemudian fleksi
panggul dan lutut diturunkan
Menyandar di tembok, lengan lurus ke samping dengan fleksi siku 90o
Menyandar di tembok, retraksi kedua bahu dengan kedua lutut dalam
posisi semi fleksi.
Tangan kiri pegangan tembok, abduksi panggul kanan, adduksi-fleksi
lutut, kemudian fleksi panggul dan lutut diturunkan (lakukan juga
kebalikannya)
Rotasi tumit
Menghadap dinding, fleksi-ekstensi panggul-lutut ( ke belakang)
Breathing exercise
33
Pendinginan
A. Tidur Tengkurap
Tujuan: untuk meregangkan otot panggul dan menghasilkan fleksibilitas pada
punggung
Tungkai kanan lurus dan lengan kiri lurus, angkat bergantian
Kedua siku fleksi 90o dengan arm support
B. Tidur Terlentang
Tujuan: untuk menghasilkan fleksibilitas panggul dan batang tubuh.
Kedua lutut fleksi
Kedua lutut fleksi, kedua tangan di bawah kepala, kemudian angkat kepala
dan bahu
34
Lutut kiri fleksi, kaki kanan disandarkan diatasnya, tangan kiri diangkat
sampai di antara lutut, sedang tangan kanan tetap di bawah kepala
(lakukan bergantian)
Stretching kedua lengan lurus keatas
Kedua tungkai lurus, kemudian fleksikan tungkai kanan, kedua tangan
berpegangan dibawah lutut kanan, dilanjutkan dengan rotasi pergelangan
kaki (lakukan bergantian)
Stretching adductor panggul dengan kedua lutut dalam posisi fleksi
(gerakan membuka dan abduksi panggul)
Stretching abductor panggul, rotasi lumbal dengan kaki kanan di atas lutut
kiri, secara bergantian
Stretching kedua lengan ke atas dan tungkai ke bawah
Relaksasi dengan tiduran terlentang
Breathing exercise
35
BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eusinofilik (Lewy bodies). Dengan gambaran klinis
khas yang terdiri dari: tremor, rigiditas, akinesia/bradikinesis, ketidakseimbangan postur.
Pengobatan merupakan bagian yang utama dalam penanganan Penyakit
Parkinson. Pengobatan yang biasa diberikan adalah antikolinergik, dopamin, dopamin
agonis atau operasi. Pengobatan saja belum mencukupi, perlu ditambah dengan tindakan
rehabilitasi yang sesuai dengan ketidakmampuan penderita. Untuk ini diperlukan suatu
program rehabilitasi yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
Program rehabilitasi yang diberikan juga mencakup senam atau latihan untuk
penderita Parkinson, senam pada penderita Parkinson ini meliputi latihan pemanasan
dengan breathing exercise, latihan inti dengan beban dan tanpa beban, kemudian latihan
pendinginan. Senam tidak menghambat progesifitas Penyakit Parkinson, tetapi senam
meningkatkan kualitas hidup dan memiliki efek terhadap simptom yang ada seperti
kekakuan, gerakan yang melambat. Senam parkinson juga meningkatan mobilitas,
postur, keseimbangan, dan membantu penderita yang mengalami kesulitan berjalan.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa dengan pemberian program senam
parkinson didapatkan bahwa disabilitas motorik penderita Parkinson berkurang,
sedangkan mood dan kemampuan untuk menjaga diri pada penderita parkinson stadium
awal dan sedang meningkat.
Senam terdiri dari gerakan LGS, stretching dan strengthening dimana stretching
membantu meningkatkan fleksibilitas penderita Parkinson dan strengthening membantu
agar penderita Parkinson tetap terjaga fisiologis ototnya.
36
Kesimpulan dari rangkaian senam parkinson:
A. Latihan pemanasan
- Breathing Exercise untuk meningkatkan masuknya udara ke paru-paru dan agar
relaksasi dapat tercapai sebelum dimulainya latihan inti.
- Gerak Sendi Bahu, latihan ini meliputi seluruh gerakan Lingkup Gerak Sendi
(LGS),
berupa: ekstensi, fleksi, adduksi, abduksi, endorotasi, eksorotasi , dan elevasi bahu,
sehingga diharapkan fleksibilitas dapat tercapai
- Gerak sendi leher, latihan ini juga mencakup gerak LGS leher, agar sendi-sendi
leher lebih fleksibel dan teregang otot-ototnya.
- Gerak sendi vertebra dan panggul, latihan ini untuk memobilisasi otot-otot batang
tubuh, sehingga terjadi relaksasi batang tubuh
- Gerakan tangan, latihan ini untuk meningkatkan fleksibilitas bahu, lengan, dan dada.
- Gerakan Wajah, latihan ini untuk mempertahankan ekspresi wajah dimana pada
Parkinson sering terjadi muka topeng, gerakan wajah membantu peregangan otot-
otot wajah.
- Gerakan Kaki, latihan ini untuk meningkatkan fleksibilitas tungkai. Gerakan
meliputi keseluruhan LGS kaki
B. Latihan inti
- Gerakan dengan beban, latihan ini merupakan latihan penguatan, meliputi penguatan
sekelompok otot-otot fleksi-ekstensi bahu, abduksi-addukasi bahu,eksorotasi bahu,
fleksi-ekstensi siku, fleksi-ekstensi pergelangan tangan.
- Gerakan tanpa beban, latihan ini merupakan stretching dari beberapa kelompok otot
lengan dan batang tubuh.
- Wall exercise, gerakan ini dilakukan dengan maksud agar penderita Parkinson
mendapatkan postur berdiri yang baik dengan mempertahankan keseimbangan.
C. Latihan pendinginan
- Tidur Tengkurap, latihan ini untuk meregangkan otot panggul dan menghasilkan
fleksibilitas pada punggung dan memulihkan kondisi setelah latihan inti.
- Tidur Terlentang, latihan ini untuk menghasilkan fleksibilitas panggul dan batang
tubuh serta meregangkan otot-otot batang tubuh
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Martono H., Soetedjo. Gangguan Neurologik Pada Usia Lanjut. Dalam: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;. 1999: 419-23.
2. Umphred D.A. Parkinson’s Disease. In: Neurological Rehabilitation. 3th Ed. Boston: Mosby; 1995:
615-25.
3. Waters C.H. Diagnosis and Management of Parkinson’s Disease, 2nd Ed. New York: Professional
Communications; 1999.
4. Francisco GE, Kothari S, Schiess MC, Kaldis T. Rehabilitation of Persons with Parkinson’s Disease
and Other Movement Disorders. In : DeLisa. Physical Medicine & Rehabilitation Principles and
Practice 4th Edition; 2005: 809-19.
5. Sullivan SB. Parkinson’s Disease. In : Physical Rehabilitation 4 th Ed, Philadelphia: F. A. Davis
Company; 2001 : 747-71.
6. Lazar RB. Principles of Neurologic Rehabilitation. 1998. McGraw Hill : 187-8.
7. Dombovy ML, Pippin BA. Rehabilitation Concern in Degenerative Movement Disorders of the Central
Nervous System. In : Braddom RL. Physical Medicine and Rehabilitation 2nd Edition; 1996 : 1164-5.
8. Tan L. Exercise and Movement . In: Moving On with Parkinson’s Disease, Singapore: The Parkinson’s
Disease Society; 2005: 24-32.
9. Joesoef AA dkk. Konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson, Kelompok Studi Gangguan Gerak
PERDOSSI, Edisi Revisi, 2003.
10. Sujawan. Rehabilitasi untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Parkinson, Dalam: Naskah
Lengkap Simposium Dimensi Baru Penatalaksanaan Penyakit Parkinson.
11. Joesoef AA. Parkinson’s Disease: Basic Science. Dalam: Parkinson’s Disease and Other Movement
Disorder. Medan: Pustaka Cendekia bekerjasama dengan Panitia “The National Symposium of
Parkinsons Disease & Other Movement Disorders” dan Departemen Neurologi FK USU Medan; 2007:
4-20.
12. Widjajalaksmi dkk. Buku Panduan Latihan Senam Parkinson. Jakarta: Kelompok Studi Terpadu
Penanggulangan Parkinson Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Instalasi Rehabilitasi Medik Perjan
Dr.Cipto Mangunkusumo; 2003.
13. Kendall FP, McCreary EK. Muscles Testing and Function. 3rd Edition. Baltimore: Williams & Wilkins,
Baltimore; 1983.
14. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. 4 th Edition. Philadelphia: F.A
Davis Company; 2002.
15. Mardjono M. Susunan Neuromuskuler dan Patofisiologi Susunan Neuromuskuler. Dalam: Neurologi
Klinis Dasar, Sidharta P, cetakan ke delapan. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 2000: 1-12.
38
16. Ilyas E. Program Rehabilitasi pada Parkinson. Dalam: Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan
II PERDOSRI. Bandung; 2003:69-76.
17. Watts RL, Koller WC. Clinical Manifestations of Parkinson’s Disease, In: Movement Disorders
Neurologic Principles and Practice, McGraw-Hill; 1997: 183-97.
18. Gamble GL. Parkinsonism. In : Sinaki M. Basic Clinical Rehabilitation Medicine, Mosby; 1993 : 164-
74.
19. Husni A. Gangguan ekstrapiramidal, patologi ganglia basalis. Dalam: Sine Motu, Vita est Sine
Laetitia, Pidato Pangukuhan Amin Husni, 2007.
20. Basmajian J.,Wolf S. Morphological and Functional Considerations for Therapeutic exercise. In:
Therapeutic Exercise 5thEdition, Williams & Wilkins, 1990: 1-38.
21. Muryono S. Anatoni Fungsional Siatem Lokomosi (Pengantar Kinesiology). Semarang: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2001.
22. Anheim D. Physical Conditioning and Training. In: Modern Principles of Athletic Training 7 thEdition.
USA: Mosby College Publishing,; 1989: 64-102.
23. Guyton., Hall. Serebelum, Ganglia Basalis, dan Seluruh Pengatur Motorik. Dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi 9, Jakarta: Penerbit Kedokteran ECG; 1997: 887-907.
24. Widjaja S. Melatih Kelenturan. In: Kinesiology (The Anatomy of Motion=Anatomi Alat Gerak),
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1998; 36-39.
25. Therapeutic Value of Exercise Training in Parkinson’s Disease. Last updated: November 1999.
Available from URL: http://www.sciencedirect.com
26. Exercises fot The Parkinson Patient. Last updated: 2002. Available from URL:
http://www.cnsonline.org
27. Exercise and Parkinson’s Disease. Available from URL: http://www.gofree.indigo.ie
28. Exercise Training and Parkinson’s Disease Placebo or Essential Treatment. Last update: March 2002.
Available from URL: http://www.physpotsmed.com
29. The Effect of Exercise on the Treatment of Parkinson’s Disease. Last updated: April 2008. Available
from URL: http://www.parkinsonshopedigest.com
30. Pathophysiology of Bradikinesia in Parkinson’s Disease. Last updated: November 2001. Available
from: http://www.brainoxford.journals.org
31. Parkinson Disease. Last Updated : September 30, 2005. Available from URL :
http://www.emedicine.com
39
Top Related