27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 1/31
ARL Lawang blog
laporan fitokimia kromatografi kolom
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga Terompet (Mandevillae sanderi ) meng...
laporan isolasi dan inokulasi bakteri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan kita sehari hari kita tidak pernah terlepas dari berbagaimacam organi...
laporan pemeriksaan SGPT dan SGOT
A. MAKSUD PRAKTIKUM Adapun maksud dari praktikum ini adalah menganalisa kadar SGOT ( Serum GlutamicOxaloacetic Transaminase) dan SG...
laporan trigliserida dan kolesterol
A. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah menganalisis nilai normal triglesirida dan kolesteroldalam serum. B...
laporan pemeriksaan albumin dalam serum
A. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah u ntuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaanalbumin dalam serum. ...
laporan pemeriksaan urin
A. Maksud Percobaan Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk melakukan pemeriksaan warna urin, bau urin, bobotjenis urin, PH...
laporan uji mic dan koefisien fenol
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnyadalam skala la...
laporan protein total dalam serum
A. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui dan memahami carapemeriksaan protein tot...
laporan pemeriksaan SGPT dan SGOT dalam darah
A. Maksud Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur kadar AST dan ALT dalam serum darah .B. Tujuan pr...
laporan nitrobenzen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu senyawa yang paling sering digunakan dalam bidang farmasi adalahnitro benzen, seh...
Minggu, 13 Oktober 2013
laporan fitokimia kromatografikolom
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II
Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga
Terompet (Mandevillae sanderi) menggunakan Kromatografi Kolom
Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
OLEH :
NAMA : Murdianto Usi RL
STAMBUK : 150 2010 170
KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : L 1
ASISTEN : IRAMAYASARI S.Farm,Apt
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Mimpi tidak hanya membantu Anda
berhadapan dengan kegagalan, tetapi mereka
juga memotivasi Anda secara konstan.
Sepenggal Bahasa ku
ARL Lawang Ikuti 4
Semua Orang Bebas
Untuk Memilih Tapi
Pilihlah Sesuatu
Yang Bisa
Menguntungkan
Semua Orang........
Lihat profil
lengkapku
Mengenai Saya
2014 (4)
2013 (30)
Desember (1)
November (2)
Oktober (27)
materi kuliahflavanoid
makalahanalisis kimia
laporanfermentasi
syair laguku
makalahspektrofotometri
makalah selhewan dantumbuhan
makalahelektrolitcairan dalamtubuh
makalahpenetapankadarbenzalkoniumklorida
MAKALAHISOLASIDANIDENTIFIKASISENYAWASTEROID ...
laporan
Arsip Blog
Bagikan 1 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 2/31
I.1 Latar Belakang
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett
(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari
bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna).
Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah
cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi
dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair
atau gas. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan
preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung
pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Kromatografi
digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat
pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan
campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang
sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna
untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi
kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan,
antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat
mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan
metode kromatografi.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui dan memahami cara pemisahan senyawa
pada ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi)
menggunakan kromatografi kolom konvensional.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara memisahkan sampel
laporanfitokimiakromatografikolom
laporaninstrumen
laporan uji micdan koefisienfenol
laporan ujisterilisasiruangan
materi kuliahantidiabetikoral
materi kuliahantidiabetikoral
laporannitrobenzen
makalah sel danjaringan
laporan ujiaktivitaspengawet
laporan kapangdan khamir
laporan isolasidan inokulasibakteri
laporanaktivitasantimikroba
laporanpemeriksaanurin
laporanpemeriksaanSGPT danSGOT
laporantrigliseridadankolesterol
laporanpemeriksaanSGPT danSGOT dalamdarah
laporan proteintotal dalamserum
laporanpemeriksaanalbumindalam serum
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 3/31
ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan
menggunakan kromatografi kolom cair vakum.
3. Untuk mengetahui dan memahami metode penentuan
komponen kimia secara kromatografi lapis tipis preparatif
yang terdapat dalam fraksi kasar n-heksan daun bunga
terompet (Mandivella sanderi)
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah
1. Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda
kromatogram dari sampel ekstrak daun bunga terompet
(Mandivella sanderi) dengan menggunakan meode
kromatografi kolom konvensional
2. Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda
kromatogram dari sampel ekstrak daun bunga terompet
(Mandivella sanderi) dengan menggunakan meode
kromatografi kolom cair vakum
3. untuk memisahkan campuran senyawa dalam fraksi kasar n-
heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan
metode kromatografi lapis tipis praparatif dan untuk
mengetahui nilai Rf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Ilmiah (http://www.plantamor.com/index.php?plant=1940)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 4/31
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Mandevilla
Spesies : Mandevilla sanderi
Ciri - ciri Umum Bunga Terompet
Bunga terompet merupakan tumbuhan berkeping dua/ dikotil.
Berikut ini ciri-ciri dari bunga terompet, yaitu
(http://deztriya.blogspot.com/2012/04/tumbuhan-biji-terbuka-dan
tertutup.html) :
Ciri Umum Penjelasan
Biji Biji mempunyai lembaga dengan 2 lembaga
Lembaga/
kecambah
Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar tungggang yang
bercabang-cabang dan akhirnya membentuk sistem akar
tunggang
Ujung akar lembaga dan ujung pucuk lembaga tidak
mempunyai pelindung khusus
Batang Batang dari pangkal ke ujung seperti kerucut panjang,
bercabang-cabang, buku-buku dan ruas tidak jelas
Daun Daun tunggal atau majemuk, seringkali disertai daun
penumpu, jarang mempunyai upih
Daun duduknya tersebar atau berkarang
Tulang daun menjari atau menyirip
Bunga Bagian-bagian bunga berjumlah 2, 4 atau 5
Anatomi Baik akar maupun batang mempunyai kambium, sehingga
dapat tumbuh membesar (pertumbuhan sekunder)
Letak berkas pembuluh melingkar
Mandevilla Sandersi tanaman rambat berbunga dengan banyak
pilihan warna.Tanaman rambat memang banyak digunakan untuk
menciptakan suasana rumah yang asri. Disitu memang tanaman rambat
akan lebih mendukung konsep tersebut karena mampu tumbuh rimbun dan
mempunyai bunga yang berwarna cerah. Kesan yang muncul selain teduh
juga mampu memberikan kombinsai warna yang menawan. Mandevilla
sendiri disebut juga sebagai bunga terompet karena bunga yang muncul
mirip seperti terompet. Tanaman ini diyakini berasal dari wilayah Florida,
Amerika Serikat dengan kombinasi warna yang beragam mulai dari merah,
putih, dan pink. Bentuk kelopak juga cukup beragam salah satunya mampu
tumbuh menumpuk seperti halnya adenium dokson atau bunga mawar.
Tanaman yang cukup melegenda di dunia landscape dan eksterior ini
mempunyai karakter membutuhkan sinar matahari penuh untuk tumbuh.
Kondisi ini tentu sangat cocok dengan fungsi tanaman sebagai naungan.
Apalagi bila lokasi rumah berada di daerah perkotaan yang punya suhu
udara sangat panas.
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 5/31
Menurut Badrun Sutiyuko dari Aghissa Florist Banjarmasin yang
menjual mandevilla, tanaman ini meski berasal dari wilayah yang dingin
namun bisa tumbuh baik dengan lingkungan yang panas. Bahkan semakin
banyak terkena sinar matahari warna yang muncul akan makin cerah.
Secara fisiologis tanaman ini hampir tidak berbeda dengan tanaman
merambat lainnya yaitu punya batang yang menjulur dan akar yang
menempel pada tempat naungan. Kelebihan yang paling menonjol pada
tanaman ini adalah bentuk bunga yang cukup besar. Meski disebut juga
sebagai bunga terompet namun bentuk kelopak bunga juga hampir mirip
dengan kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis L.)
Tanaman yang di luar negeri juga disebut sebagai brazilian jasmine
ini punya bentuk yang cukup menarik dimana untuk kelopak bunga akan
memutar dan menutup satu dengan lainnya. Bunga akan muncul diujung
tangkai sehingga semakin rimbun tanaman maka bunga akan muncul
makin banyak dan serempak (bunga kompak).
Pada bagian daun mandevilla punya karakter yang meruncing
dengan serat daun yang menonjol. Disini daun yang tumbuh tidak terlalu
mendominasi dibandingkan mekarnya bunga. Tidak seperti tanaman
rambat lainnya yang lebih mendominasi adalah daun sementara bunga
hanya muncul di beberapa bagian saja.
Tanaman yang masuk dalam keluarga apocynaceae ini memang
membutuhkan sinar matahari secara penuh untuk tumbuh. Sehingga saat
menanam mandevilla diusahakan menghadap ke arah timur atau barat
untuk mendapatkan sinar matahari yang bagus. Keunikan lain tanaman ini
adalah mampu berbunga terus tanpa henti dalam satu tahunnya.
Untuk kelangsungan hidup tanaman ini juga mampu tumbuh dengan
baik meski sudah berusia antara 3-4 tahun. Jelas kelebihan ini jauh dari
jenis tanaman lainnya yang mati setelah berbunga. Bahkan selain
merambat mendevilla juga bisa tumbuh secara menjuntai karena
mempunyai batang yang lemas.
Manfaat bunga terompat, biasanya digunakan akar,daun
dan bunga terompet untuk obat-obatan.Bunga terompet memiliki
getah berwarna putih, getah bunga terompet memilki manfaat untuk
pencegah kuman/bakteri dan juga obat penyakit kanker.
Bunga terompet mengandung Hyoscyamine, atropine,
scopolamine, sebagai zat anticholinergics (zat penghilang
kesadaran).Selain memilki warna kuning juga ada bunga terompet
berwarna putih, merah muda, ungu, orange melalui stek ataupun
penyilangan.
Ciri-ciri Bunga Terompet, Bunga terompet memiliki bentuk
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 6/31
bunga yang dapat mencapai ukuran diameter 5-7,5 cm, Bunga
terompet mampu tumbuh sampai lebih dari 2 meter, Bunga
terompet memilki tangkai bungaberwarna hijau muda dan mempunyai
daun agak kasar, Bunga terompet mekar setiap tahun.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett
(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa
Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti
penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran
yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak
(mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu
kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip
mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut
kromatogram (Khopkar, 2008)
1. Kromatografi Kolom Konvensional
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di
dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu
senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya
dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari
kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik
sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna
(Kasiman, 2006).
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan
diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada
dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut
(fase gerak0, dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang
disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Pita
senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,
memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom
(Sudjadi, 1986).
Kromatografi kolom dikemas kering dalam keadaan vakum
agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan,
pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap
lalu divakumkan lagi dan siap di pakai. Cuplikan dilarutkan dalam
pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau
pada lapisan prapenjerap dan dihisap perlahan-lahan kedalam kemasan
dengan memvakumkannya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 7/31
yang cocok, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulam
fraksi (Sudjadi, 1986).
Kolom keromatografi atau tabung untuk pengaliran karena
gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya
terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kran. Ukuran keseluruhan
kolom beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang-kurangnya 10
kali garis tengah dalamnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya.
Nisbah panjang terhadap lebar sebagian besar ditentukan oleh mudah
sukarnya pemisahan, nisbah lebih besar untuk pemisahan yang lebih
sukar. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot
campuran linarut yang akan dipisahkan. Sifat, derajat, atau tingkat
keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya betul-betul penting dalam
pengembangan sistem kromatografi. Ukuran penjerap biasanya lebih
besar daripada untuk KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250 mikro
meter untuk kolom yang dijalankan oleh gaya gravitasi (Raymond,
2006).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik
yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan
adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah
silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada
dua macam (Hargono, 1986):
1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah
diberi kapaskemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan
cairan pengelusi yangakan digunakan kemudian dimasukkan ke
dalam kolom melalui dinding kolom secarakontinyu sedikit demi
sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen
dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen
dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup
dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen
sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet
dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi
sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya,
serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung
sebagai fraksi-fraksi.
Kolom dapat dibuat dari berbagai jenis material, seperti
stainless steel, aluminium, tembaga, gelas dan paduan silika. Sebagian
besar sistem kolom modern terbuat dari gelas atau paduan silika. Kolom
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 8/31
konvensional dibuat dari material pendukung yang dilapisi fase diam
dari berbagai pembebanan yang dikemas di dalam kolom. Kolom kapiler
terdiri dari tabung kapiler panjang yang didalamnya dilapisi dengan
fase diam (fase diam dapat juga direkatkan langsung pada permukaan
silika). Sebagian besar kolom kapiler terbuat dari paduan silika yang
dilapisi polimer di bagian luarnya. Paduan silika sangat mudah pecah
sedangkan lapisan polimer tersebut bertindak sebagai pelindungnya
(Seno, 1997).
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya
perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang
akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat
puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa
yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat
dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat
yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa
pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan
udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus
sehingga terjadi pemisahan dalam kolom (Seno, 1997).
2. Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid
chromatography (VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah
bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma adalah
alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah.
Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak
non-polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2006).
Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan
modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama
dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya
isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang
mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya
memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia
berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa
vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan
dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan
dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir
turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. Hasil pemisahan
ditampung dalam setiap fraksi. Volume penampungan 25 ml/fraksi dan
untuk berat sampel q 10 - 30 gram volume penampungan 50 ml/fraksi.
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 9/31
Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel
7733 dan 10 gram silika gel 7731 (Gritter, 1991).
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa
aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan
oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal
ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap
tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu
dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi
akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja
diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang
ditunjukkan oleh ekstrak asal(Harborne, 1987).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang
digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom
terbagi menjadi dua macam, yaitu(Sarker, 2006):
a) Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan
melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat
merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase
diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.
b) Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan
cara memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom
kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan
pelarut yang akan digunakan.
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan
sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak
dalam KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang
telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali
dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan
dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang
akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut
diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan
ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Sarker, 2006).
Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang
utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu (Kasiman,
2006):
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 10/31
1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor
kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit).
2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor
lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih
pekat karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah
sampel terbatas misal sampel klinis.
3. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah tehnik
analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran ataupun
persenyawaan kimia. Tehnik ini ditemukan pada tahum 1906 oleh
Mikhail Tswett seorang ahli botani dari Italia yang lahir di Rusia. Tehnik
pemisahan ini dilakukan terhadap pigmen tumbuhan (klorofil), dengan
cara menuangkan ekstrak petroleum eter dari daun tumbuhan diatas
sebuah kolom kaca yang berisi serbuk kalsium karbonat dalam arah
yang tegak lurus (Najib, 2013).
Dalam perkembangan selanjutnya metode ini tidak hanya
digunakan untuk mengidentifikasi noda, akan tetapi juga untuk
mengisolasi ekstrak. Metode ini kemudian dikenal sebagai KLT
preparatif. Metode ini paling sederhana dan murah untuk mengisolasi
komponen kimia dari suatu bahan alam, dengan menggunakan lempeng
yang besar terbuat dari kaca dengan ukuran 20 x 20 cm (Najib, 2013).
Metode kerjanya meliputi penotolen ekstrak bahan alam dalam
bentuk pita pada lempeng. Hal ini memungkinkang sampel dalam
jumlah besar dapat muat pada lempeng KLT, lempeng dikembangkan
dalam pelarut yang telah diketahui mampu memisahkan komponen,
yang paling penting adalah harus digunakan metode deteksi yang tidak
merusak sampel (Najib, 2013).
Pada KLT preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan
berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan besar dan dikembangkan
secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan
terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang
tidak merusak jika senyawa itu tahan warna, dan penjerap yang
mengandung pita dikerok dari plat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari
penjerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan
campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah
pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 11/31
alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit, dan untuk
memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi KLT kuantitatif
(Gritter, 1991).
Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang
memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling
dasar. Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang
dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama
dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan
banyak masalah serius. Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat
sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang
dipisahkan dengan pelarut (Hostettmann, 1995).
Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa,
dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparative. Hampir
setiap campuran kimia, mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi,
dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa
metode kromatografi. Jenis pemisahan, apakah analitik atau preparatif,
tidak ditentukan oleh ukuran cuplikan, melainkan lebih oleh keperluan
khusus. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan
untuk semua cuplikan, dan kromatografi hanya dilakukan jika
diperlukan fraksi murni dari campuran (Gritter, 1991).
Kadang-kadang kita berhasil memisahkan campuran tertentu
dengan beberapa kali pengembangan memakai sistem pelarut yang
sama yang nisbi nonpolar, padahal campuran itu tidak dapat dipisahkan
dengan sekali pengembangan yang memakai sistem pelarut yang lebih
polar. Jumlah cuplikan lebih banyak dapat dipisahkan dengan cara
pengembangan berganda sehingga hal ini sangat penting pada KLT
preparatif (Gritter, 1991).
Kromatografi pada lapisan berbentuk khusus. Kadang-kadang
lapisan KLT perlu diraut menjadi berbagai bentuk. Pada lapisan
belandas kaca, bentuk itu dapat dibuat dengan spatula atau alat yang
diruncing. Lapisan berlandas plastik dapat dipotong-potong memakai
gunting (Gritter, 1991).
Ketika pelarut muncul dari bagian lapisan yang sempit (tempat
menotolkan cuplikan), pelarut dipaksa bergerak menyamping dan
sekaligus menegak. Ini berarti cuplikan akan berbentuk pita, bukan
bercak bundar. Pita ini lebih tajam dan lebih mudah dilihat, dan kita
dapat menunjukkan komponen yang lebih banyak (Gritter, 1991).
Kristalisasi
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 12/31
Kristalisasi digunakan untuk mendapatkan bahan dalam
bentuk Kristal murni.Oleh karena itu pembentukan Kristal
menyebabkan zat terlarut memisah dari lelehan atau larutan dimana
yang tidak murni tetap tertinggal dalam larutan,maka kristalisasi
juga merupakan proses pemisahan (Harborne,1987).
Bila terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat
mengkristal. Kristal dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali
(rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk yang kotor, mula-
mula dilarutkan dalam sejumlah pelarut ppanas (umumnya
digunakan solven dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan
kotorannya). Jika larutan panas tersebut dibiarkan mendingin produk
yang murni memisah dari campuran, sehingga tersisa kotoran dalam
larutannya. Kristal-kristal yang terbentuk dari produkm disaring dan
dikeringkan (Najib, 2013).
Jika sebuah fraksi dipekatkan dan didinginkan serta
pelarutnya dibiarkan menguap lambat,Kristal dapat membentuk
senyawa yang murni Kristalisasi dapat dilakukan dengan sedikit
penggosokan pada bagian dalam dinding kaca selanjutnya
membiarkannya di tempat dingin,bahkan dalam lemari
pendingin.Beberapa deposit mungkin merupakan kristalin dan harus
di cek dengan bantuan lensa tangan untuk meyakinkan bahwa
deposit tersebut bukan bahan yang amorf yang berasal dari larutan
saat pendinginan terjadi (Harborne,1987).
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa
aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang
ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem
biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan
pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif
tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang
selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan
akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi
keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne,
1987).
Uji Kemurnian
a. KLT 2 Dimensi
Merupakan salah satu metode untuk mengetahui
kemurnian suatu senyawa dari hasil isolat, yang di mana
bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 13/31
komponen solute mempunyai karakterisktik kimia yang hampir
sama. Karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam
asam-asam amino, selain itu 2 sistem fase gerak yang sangat
berbeda dapat digunakan secara berurutan, sehingga
memungkinkan untuk melakukan pemisahan analilt yang
mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo,
1985).
KLT dua arah adalah cara yang memungkinkan
pemakaian lapisan fase diam yang lebih luas untuk memisahkan
campuran yang mengandung banyak komponen. Selain itu, dua
sistem pelarut yang sangat berbeda dapat digunakan secara
berurutan pada campuran tertentu, jadi memungkinkan
pemisahan campuran yang mengandung komponen yang
kepolarannya sangat berbeda. Ekstrak ditotolkan dan dielusi
seperti pada KLT normal kemudian diputar 900 untuk
pengembangan kedua (Gibbons, 2006).
Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel,
aluminium oksida, keiselgur, selullosa dan turunannya. Poliamida
dll. Silica gel adalh penyerap umum yang banyak digunakan
karena mempunyai daya pemisahan yang baik, hal ini telah
diseleksi oleh Stahl untuk pertama kali 1958 (Stahl, 1985).
Salah satu aplikasi untuk mengetahui kemurnian senyawa
hasil isolat dengan metode ini yaitu dengan mengelusi noda pada
2 arah yang berbeda dan menggunakan eluen yang berbeda,
isolate dikatakan murni apabila noda yang dinampakkan adalah
tunggal (Stahl, 1985).
b. Multi Eluen
Multi eluen merupakan penggunaan eluen atau fase gerak
yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan
berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo,
1985).
Prinsipnya, like dissolve like yang dapat digunakan
untuk pemilihan pelarut dalam menentukan jenis senyawa kimia
yang mungkin terekstraksi dari organisme. Dimana pelarut non
polar akan mengestraksi senyawa-senyawa non polar akan
terekstraksi oleh pelarut polar, serta dapat juga digunakan untuk
menganalisis kemurnian suatu isolat/senyawa kimia yang
diperoleh dari hasil isolasi dari bahan alam (Sastrohamidjojo,
1985).
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 14/31
KLT Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak
yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan
berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda. Dalam multi eluen,
setelah pengembang tunggal menaik,kromatogram diangkat dari
chamber dan dikeringkan, biasanya selama 5-10 menit.
Kromatogram tersebut kemudian dielusi lagi dalam eluen segar
dari pelarut yang sama dalam arah yang sama untuk jarak yang
sama.Proses ini, yang dapat diulang berkali-kali, meningkatkan
resolusi komponen dengan nilai RF bawah 0,5. Beberapa
pengembang dilakukan dengan pelarut yang berbeda dalam arah
yang sama, masing-masing yang menjalankan jarak yang sama
atau berbeda, disebut elusi bertahap.Sebuah fase kurang polar
dapat digunakan pertama, diikuti oleh fase yang lebih polar, atau
sebaliknya. Pemindahan material nonpolar kebagian atas
lapisan,meninggalkan zat terlarut polar terganggu darimana dia
berasal. Setelahkering, zat terlarut polar dipisahkan
olehpengembang dengan eluen(Cazes, 2004).
Multieluen adalah untuk mendapatkan resolusi yang baik
dari hasil KLT.Memfokuskan zona pemisahan multi eluen, cocok
digunakan untuk sampel yang memiliki noda dengannilai Rf di
bawah 0.5. Sampel disentrifuge terlebih dahulu dengan
menggunakan methanol p.a, sebabuntuk menjamin kemurnian
senyawa. Sebab, methanol p.a merupakanpelarut yang khusus
digunakan untuk analisis dan bebas dari pengotor.Berbeda dengan
methanol teknis yang bisa saja mengandung pengotor seperti
plasticizer dari wadah yang digunakan untuk menampung pelarut.
agar seluruh area lempeng dapat digunakan sehingga senyawa
yang masih menumpuk dalam satu noda, dapat ter-elusi kembali
melalui sisi lempeng yang lain(Mary, 1996).
BAB III
PROSEDUR KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang dipakai
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 15/31
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk,
chamber, gunting, gelas ukur, kolom kaca, lampu UV 254 nm
dan 366 nm, lempeng KLT, mistar, pensil 2B, pinset, pipa
kapiler, sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik, dan vial.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil,
DPPH, ekstrak n-heksan daun bunga terompet (Mandivella
sanderi), eluen, n-heksan : EtoAC dengan perbandingan 7:3 ,
6:4 , 5:5 , 4:6 , 3:7 , 2:8 , 1:9 dan 0:10 , label, silica gel, tissue
III.2 Cara Kerja
Cara kerja kromatografi kolom konvensional :
1) Pengemasan Alat isolasi
Kolom dipasang tegak lurus pada statif,kemudian dibebas lemakkan
menggunakan metanol. Bagian bawah kolom dilapisi kapas kemudian silika
gel dimasukkan sampai terisi dari kolom.lalu diketuk ketuk sampai
tidak terbentuk gelembung gas.
2) Pemisahan/isolasi :
Silika gel ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram ekstrak : 100
gram silika gel (tergantung ketersediaan ektrak dan kapasitas kolom) .
Dalam praktikum ini digunakan metode basah dimana silika gel
disuspensikan menggunakan eluen n-hexan : EtoAC dengan perbandingan
10 : 0. Kemudian suspensi dari silika gel dimasukkan ke dalam kolom lalu
dimampatkan.
Ekstraksi ditimbang berdasarkan perbandingan 1 g ektrak : 100 g
silika gel dan dikemas menggunakan metode basah yaitu sampel
disuspensikan dengan eluen dengan perbandingan 9 : 1 selapis diatas
permukaan kertas saring, selanjutnya dielusi sampai menghasilkan fraksi
fraksi dan ditampung ke dalam vial. Eluen yang sebelumnya yang telah
habis diganti dengan eluen 8 : 2 , kemudian secara berturut turut
dilanjutkan dengan eluen perbandingan 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan
0:10. Hasil kromatografi kolom berupa fraksi. Fraksi fraksi digabung
dan dianggap satu fraksi berdasarkan warna atau profil KLT.
3) Pengujian fraksi aktif antioksidan dengan metode KLT (Gibbons, 2006)
Senyawa antioksidan adalah komponen penting dalam makanan dan
berkontribusi dalam kesehatan manusia. Sifat antioksidan dari suatu
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 16/31
senyawa bahan alam dapat diketahui dengan menggunakan metode uji
KLT (TLC Assay). Senyawa yang mempunyai kemampuan antioksidan
akan mampuh menstabilkan radikal 2,2-diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH).
Indikasi ini terdeteksi beberapa menit setelah penyemprotan DPPH
menyebabkan terbentuknya warna kuning dengan latarbelakang ungu.
b. Kromatograsi Cair Vakum
c. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Fraksi aktif (dari KKK dan KCV) dilarutkan dengan n-heksan.
Dibuat perbandingan eluen (9:1 atau 8:2). Didisiapkan lempeng KLTP,
lempeng yang digunakan biasanya berukuran 20 x 20 cm. Setelah itu
fraksi ditotolkan pada lempeng berbentuk pita pada garis penotolan
yang telah dibuat sebelumnya. Setelah raksi ditotolkan pada lempeng,
kemudian dikembangkan dengan eluen yang sesuai dan dapat
memisahkan komonen kimia
Setelah pengembangan/elusi, pita-pita tersebut dideteksi dan
diberi tanda kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolat.
Kemudian isolate tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu
disentrifuge. Selanjutnya dilakukan pengujian antioksidan pada lempeng
KLT dengan metode DPPH.
1. Pengerjaan Kromatografi
1.Penyiapan lempeng silika gel
Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran 7 cm x 1 cm
menggunakan mistar dan lempeng silika gel dipotong dengan cutter yang
sebelumnya telah diukur dan dilakukan penjenuhan chamber kemudian
disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya , chamber diisi
eluen n-heksan : etil dengan perbandingan 8 : 2 dengan kepolaran yang
berbeda kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya
lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup dan dibiarkan hingga eluen
naik pada kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber telah
jenuh)
2. Penotolan sampel pada lempeng
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan fraksi-fraksi
hasil kromatografi kolom cair vakum dularutkan dengan n-heksan
kemudian masing-masing fraksi diambil dengan menggunakan pipa
kapiler, kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan
dan lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang
telah dijenuhkan seelah itu Dilakukan pengelusian terhadap
lempeng yang telah ditotol dengan fraksi-fraksi n-heksan
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 17/31
menggunakan eluen n-heksan:etil (8:2) dan bila eluen telah
mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut
dapat dikeluarkan menggunakan pinset dan diamati secara
langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV 254, UV
366, dan menyemprot lempeng dengan menggunakan DPPH.
BAB IV
Hasil Pengamatan
IV. 1 Gambar Hasil Pengamatan
A. Kromatografi Kolom Konvensional
a. Fraksi 1
b. Fraksi 2 c. Fraksi 3
c. Fraksi 4
d. Fraksi 5
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 18/31
e. Fraksi 6 f. Fraksi 7
g. Fraksi 8
h. Fraksi 9
Keterangan gambar :
Fraksi 1 : Vial 1 - 17
Fraksi 2 : Vial 18
Fraksi 3 : Vial 19 - 21
Fraksi 4 : Vial 22-29
Fraksi 5 : Vial 30 - 35
Fraksi 6 : Vial 36
Fraksi 7 : Vial 37 40
Fraksi 8 : Vial 41 - 50
Fraksi 9 : Vial 51- 60
Gambar Fraksi di Sinar UV
a. Sinar Tampak
b. Sinar UV 254
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 19/31
c. Sinar UV 366
Perhitungan Nilai Rf
Rf =
a. Sinar Tampak
Tidak ada noda yang tampak
b. Sinar UV 254
Tidak ada noda yang tampak
c. Sinar UV 366
Tidak ada noda yang tampak
B. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
- Gambar Fraksi
a. Fraksi 1 b. Fraksi 2 c. Fraksi 3
IV. 2 Perhitungan
d. Fraksi 4 e. Fraksi 5
e.Fraksi 6
f. Fraksi 7 g. Fraksi 8
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 20/31
H. Fraksi 9
Keterangan gambar :
Fraksi 1 : Eluen n-Heksan : etil asetat (15 : 1)
Fraksi 2 :Eluen n-Heksan : etil asetat (10 : 1)
Fraksi 3 :Eluen n-Heksan : etil asetat (5 : 1)
Fraksi 4 :Eluen n-Heksan : etil asetat (1 : 1)
Fraksi 5 : Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 5)
Fraksi 6 :Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 50)
Fraksi 7 : Pelarut Metanol 1
Fraksi 8 : Etil asetat : Metanol (1 : 1)
Fraksi 9 : Pelarut Metanol 2
Gambar di sinar UV
a. Sinar tampak
b. Sinar UV 254
c. Sinar UV 366
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 21/31
Perhitungan Nilai Rf
Rf =
a. Sinar Tampak
- Fraksi 4
Noda 1 : 4,1. Nilai Rf = = 0,745
Noda 2 : 4,6. Nilai Rf = = 0,836
Noda 3 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927
- Fraksi 5
Noda 1 : 4,8. Nilai Rf = = 0,872
Noda 2 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927
b. Sinar UV 254
- Fraksi 4
Noda 1 : 4,1. Nilai Rf = = 0,745
Noda 2 : 4,6. Nilai Rf = = 0,836
Noda 3 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927
- Fraksi 5
Noda 1 : 4,8. Nilai Rf = = 0,872
Noda 2 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927
c. Sinar UV 366
- Fraksi 4
Noda 1 : 4,1. Nilai Rf = = 0,745
Noda 2 : 4,6. Nilai Rf = = 0,836
Noda 3 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927
- Fraksi 5
Noda 1 : 4,8. Nilai Rf = = 0,872
Noda 2 : 5,1. Nilai Rf = = 0,927
BAB V
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 22/31
PEMBAHASAN
Kromatografi merupakan suatu pemisahan zat berkhasiat dan
zat lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian
berfraksi, penyerapan, atau penukaran ion pada zat berpori,
menggunakan cairan atau gas mengalir.
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama
dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik
kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik
kromatografi itu adalah : Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi
Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT).
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan
unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu
dari fasa ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang
besar dan fasa lainnya merembes melewati dan melalui lapisan stasioner
tersebut. Pemisahan secara kromatografi memanfaatkan sifat fisika umum
dari molekul. Sifat utama yang terlibat adalah kecenderungan molekul
untuk larut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk
melekat dalam cairan (adsorpsi), dan kecenderungan molekul untuk
menguap (keatsirian)
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun bunga
terompet (Mandivella sanderi ). Dalam fitokimia dilakukan suatu proses
ekstraksi, isolasi dan identifikasi dari suatu komponen kimia dari tumbuhan
dan biota laut yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional yang
berkembang menjadi obat modern. Menggunakan cara yang bervariasi
tergantung dari sifat fisika dan kimia komponen tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan proses pemurnian dengan kristalisasi dengan tujuan
mendapatkan senyawa kimia yang penampakannya bagus dan kelihatan
lebih banyak. Metode fitokimia sangat penting artinya dalam bidang
farmasi sebagai salah satu cara meneliti senyawa aktif yang terdapat
dalam tumbuhan.
Dalam kromatografi,eluent adalah fasa gerak yang berperan p
enting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa
diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen
secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir
eluent dan jumlah umpan.
Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat
diterapkan pada KLT. Konsep lempeng teori lebih sukar digambarkan,
tetapi pemisahan ini dilakukan oleh keseimbangan berturutan cuplikan
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 23/31
dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi
proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal.
Sifat kromofor dari struktur senyawa ini mudah dikenali di bawah
lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam kromatografi lapis
tipis. Pada metode isolasi senyawa -karoten dengan cara refluks yaitu
tejadi penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan zat
pelarut (kloroform) lalu dipanaskan dan diberikan batu didih agar
pemanasan berlangsung secara merata. Uap-uap pelarut terkondensasi
pada kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, dan akan akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itu filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses
pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang
dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan bantuan pompa
vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang
ditampung dalam labu alas bulat.
a. Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)
Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa
padatan dalam hal ini adalah silika gel yang dicampurkan dengan
pelarut n heksan hingga membentuk bubur silika (slurry). Slurry
dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang
telah diisikan n-heksan yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas
dan kertas saring yang berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak
keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus dikerjakan secara
seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya
gelembung-gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung
udara dalam kolom maka akan berpotensi menyebabkan pecahnya
kolom.
Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan
komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak
dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi. Kolom kromatografi
atau tabung untuk pengaloran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau
system bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi
dengan kran.
Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan
kolom adalah dengan menambahkan eluen secara kontinu agar udara
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 24/31
tidak masuk kedalam kolom. Kolom yang padat diindikasikan dengan
warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen yang
semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel kemudian
diisikan kedalam kolom . Mekanisme yang terjadi pada kromatografi
kolom ialah sample akan terelusi oleh eluen (n-heksan) melalui fase
diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses elusi terjadi
karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan
dan fase diam selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi
yang tinggal dalam kolom. Proses elusi ini menghasilkan eluat yang
diharapkan mengandung banyak betakaroten.
Kelebihan kromatografi kolom :
1. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative
2. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran
3. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi
Kekurangan kromatografi kolom :
1. Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan
manual
2. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time
consuming)
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun
bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil kromatografi
kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen berdasarkan
tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang selanjutnya akan diisolasi
kembali dengan metode yang cocok. Pada sinar UV tidak
menampakkan noda, hal tersebut dapat disebabkan adanya faktor
kesalahan
b. Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode
fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-
fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan
kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan
pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau
alumunium oksida
Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses
pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Adapun
cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas
kering dengan penjerap silika gel KL 254 dalam keadaan vakum agar
diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut
yang kepolarannya rendah (n-heksana) dituangkan ke permukaan
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 25/31
penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan
sekarang siap dipakai. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok,
dimasukkan langsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-
lahan ke dalam kemasan dengan mengvakumkannya. Kolom, dielusi
dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dengan pelarut yang
kepolarannya rendah (n-heksana) lalu kepolaran ditingkatkan
perlahan-lahan dengan cara elusi gradien antara n-heksana:etil
asetat:metanol, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan
fraksi.
Pengaruh lebarnya kolom pada KVC mengakibatkan fraksi
sampel turun satu persatu, dan bila pelarutnya telah habis maka harus
dibuat pelarut dengan kosentrasi sama, dan diturunkan kembali
fraksinya. Sedangkan panjang kolom, mengakibatkan semakin panjang
kolom maka waktu atau cepat lambatnya turun fraksi senyawa.
Adapun keuntungan dan kerugian dari kromatografi kolom
adalahsebagai berikut :
a.Keuntungan
1.Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil
disbandingdengan kolom konvensional karena pada kolom
mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit)
2.Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
3.Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih
pekatkarenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah
sampelterbatas missal sampel klinis
b.Kerugian KCV (Kromatografi Vakum Cair) :
1.Membutuhkan waktu yang cukup lama
2.Sampel yang dapat digunakan terbatas
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun
bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil kromatografi
kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen. Berdasarkan
hasil noda yang tampak ada 2 fraksi yang menampakkan noda pada
fraksi 4, noda 1 : 4,1 cm memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 : 4,6 cm
memiliki nilai Rf = 0,836, noda 3 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927.
Sedangkan pada fraksi 5, noda 1 : 4,8 cm memiliki nilai Rf = 0,872, dan
pada noda 2 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927. Senyawa tersebut
selanjutnya akan diisolasi kembali dengan menggunakan metode
pemisahan yang cocok, seperti Kromatografi Preparatif.
C. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 26/31
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu
metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai
peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan
dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah
miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka,
masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan
alam.
Cuplikan pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum
ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri (
heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri
akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5% -
10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin
karena pemisahan tergantung pada lebar pita.
KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan
yang utama adalah pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan
dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika senyawa beracun harus
dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius (misalnya
Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah jangka waktu yang
diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat
sendiri setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang
dipisahkan dengan pelarut (Szekely 1983).
Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa
pendekatan yang melibatkan kromatografi sentrifugal telah dicoba.
Pada prinsipnya kromatografi sentrifugal adalah kromatografi klasik
dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya sentrifugal.
Adapun keuntungan dan kerugiaan KLTP yaitu :
keuntungan :
Salah satu pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah
danmemakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis
preparatif.
Kerugian:
Ketebalan dari lempeng menyebabkan waktu yang dibutuhkan
menjadilebih lama dibadingkan dengan KLT pada umumnya.
Setelah fraksi senyawa didapatkan, selanjutnya dengan
menggunakan KLT kita menghitung Rf (retention fraksion), dimana bila
didapat senyawa yang Rfnya sama atau pola nodanya sama, maka
kemungkinan senyawa itu adalah sama. Dan terakhir, kita uji fitokimia
dari senyawa tersebut (ekstraks n- heksana kulit batang nangka).
Namun langkah ini tidak dapat dilakukan karena waktu yang tidak
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 27/31
mengizinkan lagi.
Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian
Kromatigrafi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Penyemprotan dengan DPPH
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas
antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada
kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan
mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi
ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa
antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai
pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel.
Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :
1. Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat
2. Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa
3. Lempeng yang tidak rata
BAB V
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 28/31
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
A. Kromatografi Kolom Konvensional
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa
daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil
kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7
eluen berdasarkan tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang
selanjutnya akan diisolasi kembali dengan metode yang cocok.
Pada sinar UV tidak menampakkan noda, hal tersebut dapat
disebabkan adanya faktor kesalahan.
B. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa
daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil
kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7
eluen. Berdasarkan hasil noda yang tampak terdapat 2 fraksi yang
menampakkan noda yaitu pada fraksi 4 dan fraksi 5 .Pada Fraksi
4, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 memiliki nilai Rf =
0,836, dan noda 3 memiliki nilai Rf = 0,927. Sedangkan pada fraksi
5, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,872, dan pada noda 2 memiliki nilai
Rf = 0,927. Senyawa tersebut selanjutnya akan diisolasi kembali
dengan menggunakan metode pemisahan yang cocok, seperti
Kromatografi Preparatif.
V.2 Saran
Diharapkan kebersihan dan bahan lebih dilengkapi
dilaboratorium agar praktikum lebih lancar.
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 29/31
Diposkan oleh ARL Lawang di 00.41
ARL Lawang
Semua Orang Bebas Untuk Memilih Tapi Pilihlah Sesuatu Yang
Bisa Menguntungkan Semua Orang........
DAFTAR PUSTAKA
Hayani, E., 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara
Kromatografi Kolom.Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono.1985. Kromatografi Edisi kedua, Liberty.
Yogyakarta
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. JICA. Malang
Sumar Hendayana. 2010. Kimia Pemisahan. PT Remaja Rosdakarya,.
Bandung.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta
+1 Rekomendasikan ini di Google
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 30/31
Posting Lebih Baru Posting Lama
3 komentar
Komentar teratas
ARL Lawang 6 bulan lalu - Dibagikan kepada publik
laporan fitokimia kromatografi kolom
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II Isolasi
dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga
Terompet ( Mandevillae
sanderi ) menggunakan Kromatografi
Kolom Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan
Kromatografi
Lapis Tipis Preparatif OLEH
: NAMA ...
1 Balas
ARL Lawang melalui Google+
6 bulan lalu - Dibagikan kepada publik
1 Balas
ARL Lawang melalui Google+
6 bulan lalu - Dibagikan kepada publik
1 Balas
Tambahkan komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
istilah - istilah farmasi, farmakologi dan farmakognosi 1. Amara : penambah nafsu makan 2. Anhidrotika : Mengurangi keluarnya
keringat 3. Analgetika : Mengurangi rasa nyeri 4. Antelmintika : Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia 5. Abses : Pengumpulan
nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan. 6. Anoreksia : Hilangnya atau berkurangnya nafsu makan. 7.
Ansietas : Cemas,resah,rasa cemas yang berlebihan tidak sesuai dengan realitas. 8. Agranulositosis : Jumlah leukosit kurang dari
500 mm3 dengan gejala luka infeksi pada tekak, traktus intestinal dan kulit. 9. Artritis : Radang sendi terutama pada rheumatik
10. Anuria : Tidak terjadi eksin urin 11. Akromegali : Pembesaran disebabkan sekresi berlebihan somatotropin 12. Atonia : Relaksasi
otot 13. Ataksia : Gangguan koordinasi gerakan 14. Asites : Penimbunan cairan dalam rongga perut 15. Asidosis : Penurunan pH
darah dibawah 7,37 16. Anti fungi : Membasmi jamur 17. Anti hipertensi : Menurunkan tekanan darah 18. Anti piretika :
Menurunkan suhu badan 19. Anti Emetika : Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah 20. Anti diare : Menghentikan BAB
yang bersifat diare 21. Anti Neuralgia : Menghilangka rasa sakit /nyeri 22. Anti reumatika : Menghilangkan sakit pada encok /
rematik 23. Anti spasmodika : Pereda / pelawan keadaan kejang pada tubuh (pereda kejang) 24. Anti septika : Membasmi kuman
(desinfekta) 25. Antidotum : Penawar racun 26. Antitusif : Pereda batuk tidak berdahak 27. Anti diabetika : Untuk mengobati
kencing manis 28. Anti hemoroida : Untuk mengobati wasir 29. Anti Iritansia : Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput
lendir 30. Aprodisiaka : obat penguat syahwat 31. Astringensia : Menciutkan selaput lender atau pori / pengelat 32. Biopsi :
Pengambilan jaringan dari mahluk hidup untuk pemeriksaan mikroskopik 33. Cardiaka : Untuk jantung 34. Cardiotonika : Untuk
penguat kerja jantung 35. Cholagoga : Membantu fungsi dari empedu 36. Dismenorrhoe : Untuk menobati nyeri Haid 37. Dismenore
: Menstruasi yang disertai dengan rasa sakit 38. Diaforetika : Memperbanyak keluarnya keringat / peluruh keringat 39. Digestiva :
Merangsang pencernaan makanan 40. Diuretika : Melancarkan keluarnya air seni 41. Dilatator : Melebarkan pembuluh darah 42.
Depuratif : Pembersih darah 43. Ensefalitis : Radang otak 44. Ekspektoransia : Mengurangi batuk berdahak 45. Emenagoga :
Memperbanyak keluarnya haid / peluruh haid 46. Emetika : Menyebabkan muntah 47. Emoliensia :: menghaluskan, melembutkan, dan
27/4/2014 ARL Lawang blog: laporan fitokimia kromatografi kolom
http://lawangarl711.blogspot.com/2013/10/laporan-fitokimia-kromatografi-kolom.html 31/31
melemaskan jaringan kulit. 48. Flatulensi : Terbentuknya banyak gas dalam usus 49. Gonorrhoe : Kencing nanah 50. Hair tonic :
Menguatkan atau menyuburkan rambut 51. Holitosis : Menyegarkan nafas 52. Hemostatika : Menghentikan pendarahan 53.
Hipotiroidisme : kekurangan aktivitas kelenjar gondok (Tiroksin) 54. Insektisida : Membasmi serangga 55. Ileus : penyumbatan
usus 56. Keratitis : Radang kornea mata 57. Konstipasi : Sembelit / Susah BAB 58. Karminativa : Mengeluarkan angin dari dalam
tubuh manusia 59. Laktasi : produksi susu pada kelenjar payudara wanita setelah melahirkan 60. Laktagoga : Memperlancar ASI
61. Laktifuga : Menghentikan atau mengurangi ASI 62. Litotriptika : Menghancurkan batu pada kandung kemih 63.
Laxantia/Laksativ : Melancarkan BAB / Pencahar 64. Meningitis : Radang selaput otak 65. Nephrolithiasis : Penyakit kencing batu
66. Neuropsikhiatrik :: gangguan saraf, kejiwaan. 67. Paralisis : Kelumpuhan total motorik 68. Parkinson : Penyakit dengan ciri
adanya gemetar pada tangan dan kaki 69. Parasimpatolitika : pelawan efek perangsang saraf parasimpatik. 70. Pertusis : Batuk
rejan / batuk 100 hari 71. Post partum : Setelah kelahiran 72. Roboransia/Tonikum : Obat kuat 73. Sedativa : Obat penenang 74.
Skabicida : Obat kudis 75. Skorbut : Sariawan, gusi berdarah karena kekurangngan Vit C 76. Stomakika : Memacu enzim-enzim
pencernaan 77. Trikhomoniasis : Penyakit kulit yang disebabkan jamur Trichofyton 78. Urolithiasis : adanya batu pada saluran
kemih 79. Udema : Penimbunan cairan tubuh akibat gangguan metabolisme elektrolit dan retensi 80. vasodilatansia : memperlebar
pembuluh darah
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Top Related